Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEPERWATAN GAWAT DARURAT

“ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN KHUSUS


KERACUNAN”

NAMA KELOMPOK 4

Nur Yusra Yulandari 16031006


Siti MawadatiMazirah 17031001
Aprijal Yoga Pratama 17031043

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKes HANG TUAH PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah “KEPERAWATAN GAWAT
DARURAT’Shalawat berserta salam kami sanjungkan kepangkuan Nabi Besar Muhammad
SAW yang telah membawa kami dari alam ketidak tahuan ke alam berilmu pengetahuan seperti
yang kami rasakan saat sekarang ini.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,baik secara langsung
maupun tidak langsung .

Kamijuga menyadari bahwa tugasmakalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi
isi, maupun dari segi penulisan,untuk itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan tugas makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Pekanbaru, 12April 2020

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1

1.2 Tujuan............................................................................................................................2

1.2.1 TujuanUmum ……………………………………………………………….2

1.2.2 TujuanKhusus ………………………………………………………………3

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Konsepkeracunan...........................................................................................................3

2.1.1 Defenisi...........................................................................................................3

2.1.2 Penyebab.........................................................................................................4

2.2.3 FaktorResiko...................................................................................................6

2.2.2 Tanda Gejala...................................................................................................7

2.2.3 Jenis-JenisKeracunan......................................................................................7

2.2.4 Sifat Racun......................................................................................................8

2.2.5 AsuhanKeperawatan.......................................................................................9

BAB III KASUS

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 KesesuainTeoriDenganKasus............................................................................10

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….11

5.2 Saran …………………………………………………………………………..12

DAFTAR PUSTAK
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keadaan kegawatdaruratan yang sering di temui sehari hari dan masih mudah cara
penanganannya namun masyarakat masih sering salah dalam penanganannya salah satuanya
adalah keracunan. Tindakan yang salah akan menimbulkan angka kesakitan bagi penderita
bahkan mungkin kematian apabila tidak di tangani secara tepat dan cepat. Kejadian gawat
darurat dapat dapat di artikan sebagai keadaan dimana seorang membutuhkan pertolongan
segera karena apabila tidak mendapatkan pertolongan dengan segera maka dapat
mengancam jiwanya atau menimbulkan kecacatan permanen. Paparan terhadap racun dapat
terjadi ketika bekerja, karena lingkungan, berekreasi. Keracunan dapat terjadi melalui
beberapa jalur, yaitu pernafasan, pencernaan, suntikan atau gigitan , dan kontak dengan
kulit. Kebanyakan keracunan terjadi secara tidak sengajaan, relatif ringan dan tidak
memerlukan penanganan gawat darurat. (Nurul Fatwati, 2019).
Racun dapat mengganggu fungsi tubuh atau bahkan menghentikan fungsi tubuh. Jika
hal tersebut terjadi, maka mengakibatkan penurunan kesehatan yang akan membahayakan
jiwa terutama bila pertolongan terlambat diberikan. Angka kejadian keracunan di Instalasi
gawat darurat Penyebab tertinggi keracunan adalah gigitan ular (69,2%), Pestisida menjadi
penyebab tertinggi kedua diantaranya pestisida organofosfat (2,8%), karbamat (2,8%) dan
pestisida tidak spesifik (5,6%) yang terjadi akibat disengaja untuk percobaan bunuh diri dan
tidak disengaja akibat terminum. Minyak tanah yang termasuk dalam hidrokarbon juga
menyebabkan keracunan yang terjadi akibat terminum oleh anak-anak dibawah umur.
Keracunan alprazolam (1,7%) dan alkohol (1,7%) terjadi akibat penyalahgunaan. Sementara
itu keracunan shellfish dan tanaman terjadi akibat tidak disengaja. (laila safitrih, 2016).
Pemberian asuhan keperawatan kegawatdaruratan dalam menangani kasus keracunan
membutuhkan penilaian yang akurat dan terapi yang tepat sehingga dapat menyelamatkan
nyawa pasien dan membuat pengobatan menjadi efektif dan efisien.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami konsep asuhan kegawatdaruratan keracunan dan mampu
mengaplikasikannya dalam praktik keperawatan gawat darurat.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mengetahui konsep kegawatdaruratan keracunan
2. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan kegawatdaruratan keracunan
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Keracunan
2.1.1 Definisi
Keracunan adalah masuknya suatu zat racun ke dalam tubuh yang mempunyai efek
membahayakan atau mengganggu fungsi organ dan tidak ditentukan oleh jumlah, jenis,
frekuensi dan durasi yang terjadi karena disengaja maupun tidak disengaja bahkan dapat
menimbulkan kematian. Keracunan bisa disebabkan karena makanan, zat kimia, gas
beracun, obat-obatan/narkotika, pestisida maupun binatang berbisa (Rudi Hamarno, 2016).

2.1.2 Penyebab
Menurut Laila, 2016 Penyebab keracunan dibedakan atas beberapa macam yakni
gigitan hewan, obat, makanan, alkohol, hidrokarbon, racun tanaman, shellfish, dan pestisida.
1. Gigitan hewan
a. Gigitan ular
b. Bisa ular di mata
c. Gigitan kalajengking
d. Gigitan tikus
2. Obat
a. Alprazolam
b. Obat (tidak spesifik)
3. Makanan
a. Roti
b. Gulai kambing
c. Makanan (tidak spesifik)
4. Alkohol
5. Hidrokarbon
a. Minyak tanah
b. Tiner
6. Racun tanaman
a. Jengkol
b. Buah kecubung
7. Shellfish
a. Tongkol
b. Ikan buntal
c. Ciguatera fish
8. Pestisida
a. Non spesifik pestisida
b. Organofosfat
c. Karbamat

2.2.3 Faktor Resiko


Menurut laila 2016 faktor resiko yang dapat mempengaruhi kejadian keracunan adalah
sebagai berikut:
1. Usia
Usia anak-anak berisiko mengalami keracunan yang tidak disengaja atau akibat
kecelakaan karena rasa ingin tahu, penyimpanan obat dan bahan kimia berbahaya di
rumah yang tidak benar terutama bahan kimia cair seperti pada keracunan minyak tanah
diatas terjadi pada anak-anak (1– tahun) sedangkan usia remaja dan dewasa berisiko
untuk menyalahgunakan alkohol dan obat-obatan yang mengakibatkan keracunan yang
lebih fatal dibanding anak-anak seperti halnya keracunan alkohol dan obat yang terjadi
pada usia remaja antara 16–18 tahun.
2. Jenis kelamin
Jenis kelamin dapat mempengaruhi terjadinya keracunan akibat faktor psikologis
dimana kasus bunuh diri lebih sering terjadi pada perempuan. Laki-laki lebih berjiwa
petualang di alam sehingga meningkatkan risiko untuk terkena racun alam seperti
keracunan gigitan ular yang berjenis kelamin laki-laki.
3. Pendidikan
Tingkat pendidikan berhubungan dengan pengetahuan dan kewaspadaan terhadap agen
toksik dimana pengetahuan yang terbatas dan kewaspadaan yang rendah tentang agen
toksik di sekitar lingkungan meningkatkan risiko keracunan.
4. Pekerjaan
Pekerjaan dapat mempengaruhi terjadinya keracunan terkait dengan risiko terpapar
dengan agen toksik.

2.2.2 Tanda Gejala


1. Muntah
2. Pucat
3. Kejang
4. Koma
5. Somnolen
6. luka bakar di mulut
7. demam
8. hipereksitabilitas
9. diare (Rudi Hamarno, 2016).

2.2.3 Jenis-Jenis Keracunan


Penyebab Gejala penanganan
Karbon monooksida (Co) gejala yang timbul berbeda- berikan napas buatan
beda berdasarkan Jaga suhu tubuh
konsentrasi Co dalam darah
Karbon dioksida (Co2) gejala yang timbul berikan napas buatan
berbeda2 berdasarkan Jaga suhu tubuh
konsentrasi Co dalam
darah
Tembakau - heartburn, salivasi, mual, Jauhkan dari paparan
muntah, sakit kepala dan Berikan napas buatan
lemas Berikan KI
- gejala kronis batuk & Berikan atropin (Prn)
bronkitis kronis,
hiperasiditas lambung
Bisa Ular terjadi pembengkakan & Ikat daerah gigitan
pendarahan dibawah kulit, berikan serum anti bisa
mual, muntah dan pusing. ular
pengobatan simptomatik
Alkohol gangguan fungsi motorik, Berikan napas buatan
muntah, lesu,tremor dan Berikan glukosa dan
delirium. tiamin
Klorin Keracunan peroral : nyeri Diberi minum susu atau
tenggorokan, mual, muntah antasida
Gejala keracunan :
perinhalasi batuk, sesak
napas
Barbiturat reflek berkurang, depresi Beri napas buatan
pernapasan,koma, miosis Bilas lambung
Beri mgso4
Insektisida (DDT) muntah, hipersalivasi, Pemberian Atropin sulfat
miosis, kejang dan depresi (IV)
pernapasan
Jengkol kolik ureter, hematuria dan Dengan pemberian
oliguria Natrium karbonat
Bongkrek pusing, mual, nyeri perut, Pijat jantung
gangguan pernapasan dan Beri adsorben
kejang Force diuresis
Minyak Tanah iritasi saluran cerna, depresi Berikan O2 dan
napas, muntah dan kadang- pengobatan simptomatik
kadang kejang
Sianida nyeri kepala, mual, muntah, Berikan segera Natiosulfat
dan sianosis 10% (IV)
Morfin mual, muntah, pusing, Beri Nalokson HCl 4-5 mg
miosis, depresi napas (bila ada depresi napas)
dan akhirnya koma Pengobatan simptomatik
(bila tidak ada depresi
napas)
Timbal keracunan akut jarang CaNa2EDTA
terjadi, keracunan kronis Ca glukonat
sakit kepala, rasa logam
pd mulut, sakit perut, diare
2.2.4 Sifat Racun
Menurut Rudi Hamarno 2016, sifat racun dapat dibagi menjadi:
1. Korosif: asam basa kuat (asam klorida, asam sulfat, natrium hidroksida)
2. Non korosif: makanan, obat-obatan.

2.2.6 Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Menurut Rudi Hamarno 2016 pengkajian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pengkajian Pengkajian Primer terdiri dari: Status A-B-C-D-E, jenis, durasi, frekuensi,
lokasi dan tingkat kesadaran.
2. Pengkajian Sekunder meliputi: Hasil laboratorium dan riwayat kontak dengan racun.
3. pemeriksaan fisik bisa didapatkan adanya penurunan kesadaran, pupil konstriksi/dilatasi,
sianosis, dan keringat dingin.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dapat bervariasi bergantung pada jenis keracunan dan organ
terancam mengalami gangguan. Penentuan diagnosa keperawatan berdasarkan data hasil
pengkajian dan mengikuti standar yang telah ada (NANDA).
3. Intervensi
Menurutu Rudi Hamarno 2016, prinsip intervensi/penatalaksanaan pasien keracunan
yaitu:
a. Kaji penyebab keracunan
b. Bersihkan jalan nafas dari kotoran
c. muntahan atau lendir
d. Berikan bantuan nafas jika terjadi henti nafas
e. hindari bantuan nafas dari mulut ke mulut atau gunakan panghalang (kain kasa, sapu
tangan)
f. Hindari aspirasi gas beracun dari pasien
g. Cegah/hentikan penyerapan racun
h. Kolaborasi dengan tim kesehatan yang lain: Pengobatan simtomatik, spesifik, dan
antidotum.
4. Evaluasi
Menurut Rudi Hamarno 2016 evaluasi keperawatan yang dilakukan :
a. Pasien dapat mempertahankan oksigenasi yang adekuat
b. sanggup memobilisasi sekret pulmonal
c. tidak terjadi penurunan kesadaran.

d.
BAB III
KASUS

Tuan A dibawa kepuskesmas Kertapati oleh istrinya setelah makan tempe. Istri klien mengatakan
bahwa klien muntah 4 jam yang lalu setelah makan tempe bongkrek. Kondisi klien mengalami
penurunan kesadaran somnolen, muntah, diare, dehidrasi dan pusing. Dari hasil pengkajian
sementara didapatkan: Tekanan darah 100/60 mmHg; BB 54 kg (BB semula 55 kg); Nadi 67 x/
menit; RR 32 x/menit; Suhu 36oC.Istri klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat
alergi sebelumnya.
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama klien : Tn. A
Usia : 26 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal masuk: 14 Juni 2017
No. Register : 0903055
Diagnosa medik: Keracunan Makanan
b. Keluhan Utama / Alasan MRS
Klien mengalami penurunan kesadaran yaitu somnolen, muntah setelah makan tempe,
pusing.
c. Pengkajian Primer
1) Airway
Tidak ada sumbatan jalan nafas. RR: 32 x/ menit, cepat dan dangkal.
2) Breathing
Irama pernafasan cepat, Kedalaman dangkal, RR : 32 x/menit.
3) Circulation
Tekanan Darah pasien : 100/60 mmHg (kuat dan regular), Nadi : 67 x/menit,
capillary refill : <2 dtk, EKG menunjukkan sinus bradikardia.
4) Disability
Reaksi pupil kiri/kanan (+) terhadap cahaya, besar pupil kanan 2/kiri 2. Tingkat
kesadaran somnolen.
5) Exposure
Tidak terkaji

d. Pengkajian Sekunder
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Istri klien mengatakan bahwa klien muntah 4 jam yang lalu setelah makan tempe
bongkrek.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Istri klien mengatakan klien belum pernah dirawat dirumah sakit.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga klien tidak ada keluarga yang mempunyai keluhan yang sama
dengan klien.
4) Pemeriksaan head to toe
a) Kepala: klien berambut lurus dan panjang, dan tidak rontok.
b) Mata: besar pupil kanan kiri 2 dan reaksi pupil keduanya (+) terhadap cahaya
kunjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
c) Telinga: bersih tidak terdapat serumen dan tidak mengalami gangguan
pendengaran
d) Hidung: Bentuk hidungnya simetris, tidak terdapat polip pada hidung.
e) Wajah: wajah klien tampak simetris.
f) Mulut: tampak hipersekrasi kelenjar ludah, mukosa mulut basah, bibir basah.
g) Leher: Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
h) Dada: Simetris, tidak ada kelainan bentuk, RR 32 x/menit, cepat dan dangkal,
HR 55x/menit, suara jantung S1 dan S2 tunggal
i) Abdomen: tidak ada nyeri tekan pada abdomen, tidak asites, tidak ada luka
memar, peristaltik usus 8x/mnit, perkusi hipertimpani.
j) Ekstremitas: Tidak terdapat luka, capilari revil <2 detik, akral dingin
k) Genetalia: Bersih tidak ada kelainan, Tidak terdapat luka/ulkus, tidak terpasang
kateter.
e. Pemeriksaan tanda-tanda vital:
TD : 100/60 mmHg
BB : 54 kg (BB semula 55 kg)
Nadi : 67 x/ menit
RR :32 x/menit
Suhu : 36oC

2. Diagnosa
a. Pola nafas tidak efektif b/d distress pernafasan.
b. Defisit volume cairan b/d muntah, diare.

3. Intervensi
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor vital sign
keperawatan 1x 24 jam diharapkan 2. Identifikasi kebutuhan insersi
pola nafas menjadi efektif dengan jalan nafas buatan
kriteria hasil: 3. Posisikan pasien untuk
NOC : Status Pernapasan : memaksimalkan ventilasi
Pertukaran Gas 4. Monitor status respirasi: adanya
tidak akan terganggu dibuktikan suara nafas tambahan
dengan : 5. Kolaborasi dengan tim medis:
Kesadaran composmentis, TTV pemberian oksigen
menjadi normal, pernafasan menjadi
normal yaitu tidak mengalami nafas
Dangkal
2 Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor intake dan output,
keperawatan selama 1x24 jam karakter serta jumlah feses
diharapkan kebutuhan cairan 2. Observasi kulit kering berlebihan
terpenuhi dengan kriteria hasil: dan membran mukosa, penurunan
a. Tidak adanya tanda-tanda turgor kulit
dehidrasi 3. Anjurkan klien untuk
b. Vital sign dalam batas normal meningkatkan asupan cairan per
oral
4. Kolaborasi pemberian cairan
paranteral sesuai indikasi

4. Evaluasi

Hari/ Diagnosa IMPLEMENTASI SOAP Tanda


Tanggal keperawatan tangan
perawat
14 april Pola nafas tidak 1. Memonitor vital S : istri pasien
2020 efektif b/d sign mengatakan
distress 2. Mengidentifikasi pasien masih
pernafasan. kebutuhan insersi sesak
jalan nafas buatan O : tanda tanda
3. Memposisikan vital pasien
pasien untuk TD :120/80
memaksimalkan mmhg
ventilasi Nadi 80x/menit
4. Memonitor status Pernafasan
respirasi: adanya 28x/permenit
suara nafas Suhu 36℃
tambahan A : masalah
5. Kolaborasi dengan teratasi
tim medis: sebagian
pemberian oksigen P : intervens
dilanjutkan
14 april Defisit volume 1. Monitor intake dan S : istri pasien
2020 cairan b/d output, karakter mengatakan
muntah, diare serta jumlah feses muntah berkurang
2. Observasi kulit O :pasien masih
kering berlebihan lemas
dan membran A :masalah
mukosa, bemum teratasi
penurunan turgor P : intervensi
kulit dilanjutkan
3. Anjurkan klien
untuk
meningkatkan
asupan cairan per
oral
4. Kolaborasi
pemberian cairan
paranteral sesuai
indikasi
BAB IV

PEMBAHASAN

a. Kesesuaian Teori Dengan Kasus

1. Didalam teori disebutkan bahwa keracunan adalah masuknya suatu zat racun ke dalam
tubuh yang mempunyai efek membahayakan atau mengganggu fungsi organ dan tidak
ditentukan oleh jumlah, jenis, frekuensi dan durasi yang terjadi karena disengaja maupun
tidak disengaja bahkan dapat menimbulkan kematian. Keracunan bisa disebabkan karena
makanan, zat kimia, gas beracun, obat-obatan/narkotika, pestisida maupun binatang
berbisa. Ditandai dengan adanya Muntah, Pucat, Kejang, Koma, Somnolen, luka bakar di
mulut, demam, hipereksitabilitas, dan diare. Sesuai dengan kasus dimana pasien
keracunan setelah memakan tempe dan mengalami tanda dan gejala sesuai dengan teori
yaitu pasien mengalami penurunan kesadaran somnolen, muntah, diare, dehidrasi dan
pusing.
2. Pengkajian keperawatan gawat darurat pada pasien dengan keracunan juga sesuai dengan
teori, diteori dijelaskan pengkajian keperawatan gawat darurat meliputi :
a. Pengkajian Primer terdiri dari: Status A-B-C, jenis, durasi, frekuensi, lokasi dan
tingkat kesadaran.
b. Pengkajian Sekunder meliputi: Hasil laboratorium dan riwayat kontak dengan racun.
c. pemeriksaan fisik bisa didapatkan adanya penurunan kesadaran, pupil
konstriksi/dilatasi, sianosis, dan keringat dingin.
Didalam kasus didapatkan hasil pengkajian
a. Pengkajian Primer
1) Airway
Tidak ada sumbatan jalan nafas. RR: 32 x/ menit, cepat dan dangkal.
2) Breathing
Irama pernafasan cepat, Kedalaman dangkal, RR : 32 x/menit.
3) Circulation
Tekanan Darah pasien : 100/60 mmHg (kuat dan regular), Nadi : 67 x/menit,
capillary refill : <2 dtk, EKG menunjukkan sinus bradikardia.
4) Disability
Reaksi pupil kiri/kanan (+) terhadap cahaya, besar pupil kanan 2/kiri 2. Tingkat
kesadaran somnolen.
5) Exposure
Tidak terkaji

b. Pengkajian Sekunder
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Istri klien mengatakan bahwa klien muntah 4 jam yang lalu setelah makan tempe
bongkrek.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Istri klien mengatakan klien belum pernah dirawat dirumah sakit.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga klien tidak ada keluarga yang mempunyai keluhan yang sama
dengan klien.
4) Pemeriksaan head to toe
a) Kepala: klien berambut lurus dan panjang, dan tidak rontok.
b) Mata: besar pupil kanan kiri 2 dan reaksi pupil keduanya (+) terhadap cahaya
kunjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
c) Telinga: bersih tidak terdapat serumen dan tidak mengalami gangguan
pendengaran
d) Hidung: Bentuk hidungnya simetris, tidak terdapat polip pada hidung.
e) Wajah: wajah klien tampak simetris.
f) Mulut: tampak hipersekrasi kelenjar ludah, mukosa mulut basah, bibir basah.
g) Leher: Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
h) Dada: Simetris, tidak ada kelainan bentuk, RR 32 x/menit, cepat dan dangkal,
HR 55x/menit, suara jantung S1 dan S2 tunggal
i) Abdomen: tidak ada nyeri tekan pada abdomen, tidak asites, tidak ada luka
memar, peristaltik usus 8x/mnit, perkusi hipertimpani.
j) Ekstremitas: Tidak terdapat luka, capilari revil <2 detik, akral dingin
k) Genetalia: Bersih tidak ada kelainan, Tidak terdapat luka/ulkus, tidak terpasang
kateter.
c. Pemeriksaan tanda-tanda vital:
TD : 100/60 mmHg
BB : 54 kg (BB semula 55 kg)
Nadi : 67 x/ menit
RR :32 x/menit
Suhu : 36oC
Sehingga, diagnosa keperawatannya :
a. Pola nafas tidak efektif b/d distress pernafasan.
b. Defisit volume cairan b/d muntah, diare.
9. Didalam jurnal Optimalisasi Kemampuan Penanganan Kegawatdaruratan
Keracunan Bahan Kimia Rumah Tangga Menggunakan Sarana Telenursing Di
Desa Karang Rau Sokaraja oleh Nurul Fatwati Fitriana tahun 2019 menyatakan bahwa:
a. Ada lima zat yang bisa menyebabkan keracunan yaitu makanan, analgesik atau zat
pereda nyeri, kosmetik, zat pembersih rumah tangga, benda asing seperti mainan dari
plastik, sesuai dengan teori dimana didalam teori menyebutkan bahwa, keracunan
dapat disebabkan oleh gigitan hewan, obat, makanan, alkohol, hidrokarbon, racun
tanaman, shellfish, pestisida.
b. Kasus keracunan bahan kimia beracun ini ssering menimpa anak-anak, terutama balita
karena nalurinya untuk meminum dan makan sesuatu cairan atau benda dan belum
mengerti untuk membedakan mana yang beracun dan mana yang tidak beracun.
Disamping pada umur-umur tersebut, anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar
terhadap sesuatu yang ada di sekelilingnya. Sesuai dengan teori yang menyebutkan
bahwa Usia anak-anak berisiko mengalami keracunan yang tidak disengaja atau akibat
kecelakaan karena rasa ingin tahu, penyimpanan obat dan bahan kimia berbahaya di
rumah yang tidak benar terutama bahan kimia cair seperti pada keracunan minyak
tanah diatas terjadi pada anak-anak (1– tahun) sedangkan usia remaja dan dewasa
berisiko untuk menyalahgunakan alkohol dan obat-obatan yang mengakibatkan
keracunan yang lebih fatal dibanding anak-anak seperti halnya keracunan alkohol dan
obat yang terjadi pada usia remaja antara 16–18 tahun.
c. Pertolongan pertama atau penatalaksanaan keracunan pada pasien keracunan :
1) Cari racun penyebab dengan mencari wadah / kemasan sisa racun
2) Kotoran muntahan lendir dari saluran nafas penderita dibersihkan
3) Tidak boleh melakukan nafas buatan
4) Apabila racun penyebab tidak diketahui, sementara diberikan norit (larutan arang
batok kelapa dalam air)
5) Pertolongan pertama pada keracunan bahan kimia rumah tangga seperti spirtus ,
asam cuka, aseton, kaporit : lakukan pemberian cairan yang banyak, usahakan
dimuntahkan apabila korban sadar supaya racun keluar , pada korban tidak sadar
tidak boleh di rangsang muntah karena akan berisiko cairan muntahan masuk ke
dalam perut.
6) Keracunan produk hasil olahan minyak bumi, dilarang memuntahkan cairan, namun
diberi zat penetral racun seperti norit atau dengan diberikan putih telur.
7) Penanganan dari keracunan yang masuk melalui mulut adalah dengan memberikan
cairan atau air putih dalam jumlah banyak untuk menetralkan jumlah racun. Pada
dasarnya budaya pemberian susu putih dan air kelapa muda yang banyak tujuannya
sama yaitu menetralkan racun di saluran pencernaan. Salah satu tindakan lain dalam
pertolongan pertama menangani keracunan makanan adalah melakukan rangsang
muntah. Namun, tindakan rangsang muntah tidak boleh dilakukan apabila korban
menelan minyak tanah, bensin, dan korban pingsan karena akan dikhawatirkan
cairan dari lambung masuk ke paru-paru.
Sesuai dengan teori dimana didalam teori disebutkan bahwa penatalaksanaan atau
intervensi pada pasien keracunan :
1) Kaji penyebab keracunan
2) Bersihkan jalan nafas dari kotoran
3) muntahan atau lendir
4) Berikan bantuan nafas jika terjadi henti nafas
5) hindari bantuan nafas dari mulut ke mulut atau gunakan panghalang (kain kasa,
sapu tangan)
6) Hindari aspirasi gas beracun dari pasien
7) Cegah/hentikan penyerapan racun
8) Kolaborasi dengan tim kesehatan yang lain: Pengobatan simtomatik, spesifik, dan
antidotum.
d. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat dalam penanganan keracunan dengan
pemberdayaan telenursing menggunakan aplikasi whatsapp untuk edukasi masyarakat
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penanganan
keracunan. Maka Tujuan program ini adalah masyarakat dapat melakukan penanganan
cedera dengan baik , benar dan tepat. Penanganan cedera yang tepat dan cepat dapat
mengurangi angka mortalitas dan morbiditas yang disebabkan oleh cedera rumah
tangga melalui telenursing dengan aplikasi Whatsapp.
BAB V
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Keracunan adalah masuknya suatu zat racun ke dalam tubuh yang mempunyai efek
membahayakan atau mengganggu fungsi organ dan tidak ditentukan oleh jumlah, jenis,
frekuensi dan durasi yang terjadi karena disengaja maupun tidak disengaja bahkan dapat
menimbulkan kematian. Keracunan bisa disebabkan karena makanan, zat kimia, gas
beracun, obat-obatan/narkotika, pestisida maupun binatang berbisa. Ditandai dengan adanya
Muntah, Pucat, Kejang, Koma, Somnolen, luka bakar di mulut, demam, hipereksitabilitas,
dan diare.

1.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah jauh dari kata sempurna, maka dari itu bagi
pembaca yang mempunyai kritik dan saran yang bersifat membangun kesempurnaan
makalah ini sangat penulis harapkan.Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Fatmawati Nurul. 2019. Optimalisasi Kemampuan Penanganan Kegawatdaruratan Keracunan


Bahan Kimia Rumah Tangga Menggunakan Sarana Telenursing Di Desa Karang Rau
Sokaraja. https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=angka+kejadian+keracunan+keperawatan+gawat+darurat&btn
G=#d=gs_qabs&u=%23p%3DZDeTNKU6UxQJ. Diakses pada tanggal 8 april 2020.

Harmono Rudi. 2016. Keperawatan kegawatdaruratan dan manajemen bencana.


http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Keperawatan-
GAdar-dan-MAnajemen-Bencana-Komprehensif.pdf. Diakses pada tanggal 8 april 2020.

Anda mungkin juga menyukai