D DENGAN ISOLASI
SOSIAL DI RUANG UPIP RSJD DR.AMINO GONDOHUTOMO
JAWA TENGAH
Bella Friska
Mahasiswa Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan dan Profesi Ners,
Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Semarang
Corresponding author : bellafriska98@gmail.com
Latar belakang : Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seseorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individutersebut
menyadari kemempuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara
produktif, dan mampu berkontribusi untuk komuitasnya. Isolasi sosial adalah
keadaan seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak
mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien dengan isolasi sosial
mengalami perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai
berdiam diri, dan menghindar dari orang lain.Tujuan : Dapat meningkatkan
kemampuan berinteraksi klien isolasi sosial. Metode : Metode yang digunakan
adalah deskriptif pada Tn.D dengan pendekatan studi kasus, yaitu dengan
melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, intervensi, implementasi
dan evaluasi. Hasil : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari
diagnosa yang muncul pada Tn.P adalah isolasi sosial. Kesimpulan : Masalah
keperawatan yang terjadi pada klien teratasi sebagian dan intervensi dilanjutkan.
Kata kunci : Isolasi sosial, interaksi
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpah kan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman pada Tn. S dengan Colic
Abdomen di RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro.
Pada kesempatan ini perlu penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini, terutama
kepada :
1. Bapak Marsum, BE, S.Pd., MHP, selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Semarang,
2. Bapak Suharto, S.Pd., MN, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Semarang,
3. Bapak Shobirun, MN, selaku Ketua Prodi Sarjana Terapan Keperawatan dan
Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Semarang,
4. Ibu Dr. Rr. Sri Endang Pujiastuti, SKM, MNS, selaku ketua koordinator mata
kuliah Keperawatan Jiwa,
5. Ibu Sri Endang Windiarti, S.kep,Ns.,M.Kes, selaku pembibing akademik
mata kuliah Keperawatan Jiwa,
6. Bapak Arief Nugroho, S.Kep,Ns, selaku pembimbing klinik di ruang UPIP
RSJD Dr.Amino Gondohutomo Jawa Tengah,
7. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan dorongan dan dukungan secara
materiil dan doa.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan kasus yang berjudul Asuhan
Keperawatan Jiwa pada Tn.D dengan Isolasi Sosial Di Ruang Upip RSJD Dr.
Amino Gondohutomo Jawa Tengah dapat memberikan manfaat dan inpirasi bagi
pembaca.
Semarang, 9 Oktober 2019
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................i
ABSTRAK ................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR ..............................................................................................iii
DAFTAR ISI .............................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................................1
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Analisa Kasus ......................................................................................................18
3.2 Analisa Intervensi Keperawatan .........................................................................19
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan .........................................................................................................20
4.2 Saran ...................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk
menyesuaikan diri pada lingkungan serta berintegrasi dan berinteraksi dengan
baik, tepat dan bahagia. Menurut Undang-Undang Kesehatan Jiwa no. 18
Tahun 2014, kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seseorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga
individutersebut menyadarikemempuan sendiri, dapat mengatasi tekanan,
dapat bekerja secara produktif, dan mampu berkontribusi untuk komuitasnya.
Seseorang yang sehat jiwa dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada
kenyataan, merasa bebas secara relatif dari ketegangan dan kecemasan,
merasa lebih puas memberi dari pada menerima, mengarahkan rasa
permusuhan pada penyelesaiain yang kreatif dan konstruktif (WHO, 2008).
Menarik diri adalah keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan
dalam membina hubungan dan emnghindari interaksi dengan orang lain
secara langsung yang bersifat sementara atau menetap (Muhith, 2015).
Kemunduran fungsi sosial dialami seseorang didalam diagnosa keperawatan
jiwa disebut isolasi sosial. Isolasi sosial adalah keadaan seseorang individu
mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi
dengan orang lain di sekitarnya (Endang, 2015). Pasien dengan isolasi sosial
mengalami perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih
menyukai berdiam diri, dan menghindar dari orang lain (Berhimpong, 2016).
Isolasi sosiala adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu beriteraksi dengan orang lain disekitarnya
(Damayanti & Iskandar, 2012).
1
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL
2
3. Trauma
Jenis Trauma Usia Pelaku Korban Saksi
Aniaya fisik Tahun…..
Aniaya Seksual Tahun…..
Penolakan Tahun…..
Kekerasan dalam Tahun…..
keluarga
Tindak Kriminal Tahun…..
Lain-lain Tahun…..
3
3. Keluhan Fisik : pasien mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan
saat ini
VI. PSIKOSOASIAL
1. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki : Laki-laki (Klien) : Meninggal
: Perempuan : 1 rumah : Meninggal
Jelaskan : Klien anak pertama dari 4 bersaudara, klien sekarang tinggal
bersama ibu, ayah, adik laki-laki dan adik perempuannya. Klien tidak
mampu menjelaskan silsilah keseluruhan dari keluarga ayah dan ibu.
2. Konsep Diri
a. Gambaran diri : Pasien mengatakan senang dengan kondisi tubuhnya,
karena pasien menyadari bahwa seluruh anggota tubuhnya telah
diciptakan sesempurna mungkin.
b. Identitas diri : Pasien dapat menyebutkan namanya dan pasien
mengatakan saya seorang laki-laki, penampilan sesuai dengan
identitasnya sebagai seorang laki-laki, bekerja sebagain penjahit.
Pasien anak pertama dari 4 bersaudara, pasien tinggal bersama ibu dan
ayah adik laki-laki dan adik perempuan.
c. Peran : Pasien berperan sebagai anak yang belum menikah dan bekerja
sebagai seorang penjahit.
d. Ideal diri : Pasien berharap ingin cepat sembuh dan berkumpul
bersama keluarganya dan bisa bekerja lagi atau mencari pekerjaan
yang baru
4
e. Harga diri : Klien merasa sedih menjadi seorang pecandu yang minum
alkohol, malu dan tidak percaya diri dengan lingkungannya
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : pasien mengatakan orang yang berarti dalam
hidupnya adalah ibunya
b. Peran serta kegiatan kelompok/masyarakat : pasien mengatakan malas
untuk bersosialisasi dengan tetangganya karena tidak ingin saja.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Pasien mengatakan
malas berhubungan dengan orang lain, selain karena malas ngobrol
dengan orang lain, juga karena pasien sering lupa nama orang.
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Nilai dan keyakinan yang dipegang oleh klien
adalah nilai-nilai islam dan pasien mengatakan shalat itu wajib
b. Kegiatan Ibadah : pasien mengatakan selama di rumah sakit pasien
tidak melakukan ibadah. Pasien mengetahui apa dan kapan saja
sahalat 5 waktu di jalankan, akan tetapi pasien malas untuk
melakukannya.
5
4. Afek dan emosi: afek pasien datar, berespon apabila di berikan
stimulus yang kuat
5. Alam perasaan: pasien tampak sedih dengan kondisinya saat ini.
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
6. Interaksi selama wawancara: selama wawancara kontak mata tidak
dapat dipertahankan, pasien tampak ragu dalam menjawab pertanyaan
perawat sehingga perawat harus mengulangi beberapa pertanyaan
kepada pasien, tingkat konsentrasi pasien baik, ditandai dengan ketika
wawancara, pasien terfokus kepada perawat. Selain itu pasien tidak
memiliki keinginan untuk berinteraksi kecuali perawat yang memulai.
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
7. Presepsi sensori: Pasien tidak mengalami gangguan persepsi sensori
ilusi dan halusinasi, baik itu halusinasi pendengaran, penglihatan,
perabaan, pengecapan, dan penghidu. Ditandai dengan pasien
mengatakan tidak pernah mendengar, melihat dan merasakan yang
aneh-aneh tanpa wujud.
8. Proses Pikir ( Arus dan Bentuk Pikir ): saat bicara pasien kadang-
kadang terdiam dan sulit memulai pembicaraan.
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
9. Isi pikir: pasien tidak mengalami gangguan isi pikir. Isi pikir pasien
sesuai dengan kenyataan saat ini. Dibuktikan pasien tidak memiliki
keinginan yang besar sesuai dengan keadaannya saat ini.
10. Tingkat kesadaran: Compos mentis, tingkat kesadaran klien baik dan
klien tidak mengalami disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang.
Buktinya klien masih mengingat tanggal masuk rumah sakit dan dia
tahu berada di ruang UPIP.
11. Adakah gangguan orientasi : Tidak ada, saat di tanya waktu (pagi),
orang (teman yang sekamar), tempat (di RSJ), klien mejawab dengan
tempat.
12. Memori : Pasien mengalami gangguan daya ingat jangka panjang,
namun pasien tidak mengalami gengguan mengingat jangka pendek
dan saat ini.
6
Jangka panjang : pasien tidak dapat menceritakan kejadian yang
terjadi beberapa bulan yang lalu, terutama sejak kapan minum
alkohol.
Jangka pendek : pasien dapat menceritakan kejadian ketika pasien di
bawa masuk oleh keluarganya.
13. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pasien masih dapat berhitung dan menjawab perhitungan sederhana
yang diberikan perawat, mulai dari 1-10 dan 21x4.
14. Kemampuan penilaian
Pasien tidak ada masalah pada kemampuan penilaian, terbukti dengan
pada saat diberikan pilihan mau makan setelah mandi atau mandi
setelah makan, pasien memilih makan setelah mandi.
15. Daya tilik diri
Pasien mengatakan dirinya sudah sehat dan sadar penuh dengan
kondisinya saat ini.
VIII. Kemampuan Klien Memenuhi Kebutuhan:
Kemampuan klien memenuhi kebutuhan Ya Tidak
Makanan
Keamanan
Perawatan kesehatan
Pakaian
Transportasi
Tempat tinggal
Keuangan
Lain-lain
Jelaskan: Pasien dapat memeuhi kebutuhannya sehari-hari sendiri, seperti
makan 3x sehari, mandi 2x sehari dan mencuci rambut, mengganti baju,
menggunakan motor, tinggal bersama orang tua, adik laki-laki dan adik
perempuan, mau bekerja sehingga mendapatkan uang.
7
1. Kegiatan Hidup Sehari-hari ( ADL )
a. Perawatan Diri
Kegiatan hidup sehari-hari Bantuan Total Bantuan Minimal
Mandi
Kebersihan
Makan / minum
Buang air kecil / BAK
Buang air besar / BAB
Ganti pakaian
8
6) Tidur : pasien tidur sehari 9-10 jam, tidur siang 2-3 jam. Pasien tidur
malam mulai dari jam 20.00 dan bangun jam 06.00 pagi, pasien tidak
mengalami kesulitan saat memulai tidur dan pasien bangun tidur
dengan kondisi segar. Pasien dapat merapikan tempat tidurnya
sendiri, semua masih di arahkan oleh perawat.
7) Apakah merasa segar setelah bangun tidur : Pasien mengatakan
setelah bangun tidur tubuh terasa segar.
a. Apakah anda kebiasaan tidur siang
Ada, tidur dari jam 14.00-17.00, selama 3 jam.
b. Apakah ada yang menolong anda untuk mempermudah untuk
tidur: Pasien mengatakan bisa tidur dengan sendiri tanpa bantuan
orang lain
c. Tidur malam jam : 20.00 WIB bangun jam : 06.00 WIB
Rata – rata tidur malam : 10 jam
d. Apakah ada gangguan tidur : Pasien mengatakan tidak ada
gangguan pada saat tidur
2. Kemampuan klien dalam hal-hal berikut ini:
Klien mengantisipasi kehidupan sehari-hari, membuat keputusan
berdasarkan keinginan sendiri, jika ada masalah, pasien akan memendam
masalahnya itu dan lebih baik menyendiri dan menghindar dari orang
lain.
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial
3. Klien memiliki sistem pendukung : Pasien mengatakan tidak ada yang
peduli lagi dengan dirinya karena sudah menyusahkan orang tuannya,
dan merasa kasihan dengan ibunya.
Masalah keperawatan : Harga diri rendah
4. Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif atau hoby ?
Pasien mengatakan menikmati pekerjaannya sebagai seorang penjahit.
9
VIII. Mekanisme Koping
Adaptif Mal Adaptif
Bicara dengan orang lain Minum Alkohol dan obat-obatan
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebihan
Tehnik relaksasi Bekerja berlebihan
Olahraga Menghindar
Lain – lain Mencederai diri
Jelaskan : Pasien mengatakan apabila memiliki masalah lebih baik menghindar
dari malasah tersebut, dan jika ada masalah, pasien akan memendam masalahnya
itu dan lebih baik menyendiri dan menghindar dari orang lain.
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial
IX. Pengetahuan
Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan
yang kurang tentang suatu hal ?
Pasien tidak mampu beradaptasi dengan orang lain karena menurutnya
lebih baik menyendiri daripada berinteraksi dengan yang lain membuat
dia makin minder
Masalah keperawatan : Harga diri rendah
X. Aspek Medis
Diagnosa Medik : gangguan mental karena pengguna zat multiple
Terapi Medik :
- Clozapine 2x25 mg
10
XI. Daftar Masalah Keperawatan
Hari/Tanggal Data Masalah
Selasa, 24/9/19 DS: Isolasi sosial
13.00 wib Pasien mengatakan malas berhubungan dengan
orang lain, selain karena malas ngobrol dengan
orang lain, juga karena pasien sering lupa nama
orang.
DO:
- Pasien berbicara dengan nada yang pelan dan
lambat
- Pasien tampak sering menyendiri dari teman-
temannya
- Pasien tidak mampu memulai pembicaraan
- Pasien tampak lesu, afek tumpul
- Pasien malas beraktivitas
DS: Harga diri
- Pasien mengatakan merasa sedih menjadi seorang rendah
pecandu yang minum alkohol, malu dan tidak
percaya diri dengan lingkungannya
- Pasien mengatakan tidak ada yang peduli lagi
dengan dirinya karena sudah menyusahkan orang
tuannya, dan merasa kasihan dengan ibunya.
DO:
- Kontak mata tidak dapat dipertahankan
- Pasien sering menundukkan kepala
DS: Resiko
- Pasien mengatakan pernah memukul adik laki- perilaku
lakinya karena kesal. Pasien hanya mengatakan kekerasan
itu sudah lama terjadi dan lupa kapan waktunya.
- Pasien mengatakan kehidupan dalam keluarganya
kurang harmonis dan ini yang menyebabkan
pasien marah.
DO:
- Berdasarkan catatan medis, pada tanggal 23
September 2019 pasien dibawa ke RSJ oleh
keluarganya dengan alasan 1 bulan ini pasien
sering emosi, marah-marah, ketakutan, jika
keinginannya tidak dituruti pasien mengamuk.
11
XIII. Pohon Masalah
B. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosial
12
C. Rencana keperawatan
Nama Klien : Tn. D Ruangan : UPIP
No.CM : 00145258 Dx Medis : Gangguan mental karena pengguna zat multiple
Dx Perencanaan
No.
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1 Isolasi Sosial TUM :
Klien dapat
beerinteraksi
dengan orang lain.
13
melaksanakan e) Anjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang
hubungan sosial dengan orang lain kedalam kegiatan harian.
secara bertahap.
- Klien mampu SP 2
menjelaskan a) Evaluasi SP 1
perasaannya b) Latih berhubungan sosial secara bertahap dan berikan pujian atas
setelah kemajuan interkasi yang dilakukan pasien
berhubungan c) Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
social
SP 3
a) Evaluasi Sp 1 dan 2
b) Latih cara berkenalan dengan orang kedua atau pasien yang lain dan
berikan pujian atas kemajuan interaksi yang dilakukan
c) Anjurkan pasien tetap mempraktekkan cara berkenalan dimasukkan
dalam jadwal kegiatan.
14
D. Implementasi dan Evaluasi
No Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
Keperawatan
1. Rabu Isolasi sosial SP 1 S:
2/10/19 a. Membina hubungan saling - Pasien mau diajak perawat untuk mengobrol-ngobrol
09.00 WIB percaya - Pasien mau berjabat tangan
b. Mengidentifikasi penyebab - Pasien mengatakan “nama saya D”
isolasi sosial pasien - Pasien mengatakan jika banyak teman bisa menambah
c. Menanyakan keuntungan wawasan
berinteraksi dan dengan orang - Pasien mengatakan jika banyak teman bisa menambah
lain wawasan
d. Mendiskusikan kerugian bila - Pasien mengatakan perasaan pasien setelah belajar cara
pasien hanya mengurung diri berkenalan senang dan menambah ilmu
dan tidak bergaul dengan orang O :
lain. - Pasien mau berjabat tangan dengan perawat
e. Melatih pasien untuk - Pasien tidak mampu memulai pembicaraan
berkenalan dengan satu orang - Afek pasien tumpul
f. Menganjurkan pasien - Pasien memperkenalkan diri sambil menunduk
memasukkan kegiatan latihan - Komunikasi verbal klien seadanya
berbincang-bincang dengan - Kontak mata hanya sesekali saja melihat perawat
orang lain kedalam kegiatan A :
harian - Mampu membina hubungan saling percaya
- Mampu mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
- Mampu menjelaskan keuntungan berinteraksi dengan
orang lain
- Mampu menjelaskan kerugian bila pasien hanya
mengurung diri dan tidak bergaul dengan orang lain.
- Mampu untuk berkenalan dengan satu orang
15
- Mampu memasukkan kegiatan latihan berbincang-
bincang dengan orang lain kedalam kegiatan harian
P:
Perawat
- Melanjutkan SP 2 Pasien melatih cara berkenalan
dengan orang kedua
Pasien
- Mengidentifikasi cara melatih berkenalan dengan satu
orang
2. Kamis SP 2 S:
3/10/2019 a) Mengevaluasi SP 1 - Pasien mengatakan cara-cara berkenalan itu tahap-
09.10 b) Melatih berhubungan sosial tahapnya: jabatkan tangan, perkenalkan diri, nama
secara bertahap dan berikan lengkap, nama panggilan, alamat dan hobby.
pujian atas kemajuan interkasi - Pasien mengatakan nama saya DE senang dipanggil D
yang dilakukan pasien alamat saya dari Samong, hobby saya memancing
c) Memasukkan dalam jadwal - Pasien mengatakan senang bisa berkenalan dengan
kegiatan pasien perawat A
- Pasien mengatakan ingin berkenalan 1 kali saja setelah
jam sarapan pagi
O:
- Pasien tampak berkenalan dengan perawat A
- Pasien mau berjabat tangan dengan perawat A
- Pasien memperkenalkan diri dengan perawat A
- Kontak mata hanya sesekali saja melihat perawat
A:
- Mampu melatih berhubungan sosial secara bertahap
- Mampu memasukkan kegiatan latihan berbincang-
16
bincang dengan orang lain kedalam kegiatan harian
P:
Perawat
- Melanjutkan SP 3 Pasien melatih cara berkenalan
dengan pasien
Pasien
- Mengidentifikasi cara melatih berhubungan sosial
secara bertahap
3. Jum’at SP 3 S:
4/10/2019 a) Mengevaluasi Sp 1 dan 2 - Pasien mengatakan sudah berkenalan dengan 1 orang
10.00 b) Melatih cara berkenalan pasien yaitu T
- Pasien mengatakan cara berkenalan itu pertama-tama
dengan orang kedua atau
jabatkan tangan, perkenalkan diri, alamat dan hobby,
pasien yang lain dan berikan setelah itu baru tanyakan kembali
pujian atas kemajuan interaksi - Pasien mengatakan senang bisa berkenalan dengan T
yang dilakukan - Pasien mengatakan ingin berkenalan 1 kali saja setelah
c) Menganjurkan pasien tetap jam sarapan pagi
mempraktekkan cara O:
berkenalan dimasukkan dalam - Pasien tampak berkenalan dengan Tn. T
- Pasien tampak sedang berbicara dengan Tn.T di dalam
jadwal kegiatan.
kamar
A:
- Mampu menjelaskan kembali cara-cara berkenalan
- Mampu berkenalan dengan orang kedua
P:
Perawat
- Mengevaluasi SP 1,2,dan 3 isolasi sosial
Pasien
- Mengidentifikasi cara berkenalan dan berbincang-
bincang dengan pasien atau perawat lain di ruangan
17
BAB 3
PEMBAHASAN
A. Analisa Kasus
Pengkajian dilakuakn pada tanggal 2 Oktober 2019 jam 09.00 WIB di
ruangan UPIP RSJD Dr. Amino Gondohutomo Jawa Tengah. Pasien berumur
31 tahun, jenis kelamin laki-laki, belum menikah, pendidikan terakhir SD,
agama islam dan bahasa sehari-hari yang digunakan adalah bahasa Jawa,
pasien bekerja sebagai seorang penjahit. Pada kasus diatas yang menjadi
alasan masuk pasien yaitu pasien masuk dengan dibawa ke IGD oleh
keluarganya karena pasien sering minum alkohol, mengamuk, marah-marah
jika kemauannya tidk terpenuhi, tidak mau bersosialisasi dengan lingkungan,
berdiam diri di rumah dan lampu harus dimatikan, klien juga mengatakan
suka memakai topi agar tidak terlihat orang lain.
Menurut Muhith, (2015) isolasi sosial adalah keadaan dimana
seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan dan menghindari
interaksi dengan orang lain secara langsung yang dapat bersifat sementara
atau menetap. Isolasi sosial juga merupakan kesepian yang dialami oleh
individu dan dirasakan saat didorong oleh keberadaan orang lain dan sebagai
penyertaan negatif atau mengancam. Pada pasien dengan isolasi sosial akan
lebih menikmati kesendiriannya, yang jika tidak segera diatasi maka akan
berefek pada ganguan ynag lainnya seperti halusinasi dan perilaku kekerasan.
Pasien baru pertama kali menjalani perawatan di RSJD. Pasien juga
pernah melakukan tindakan kekerasan terhadap adik laki-lakinya. Di dalam
keluarganya tidak ada yang mengalami sakit seperti klien. Pengalaman klien
yang paling tidak menyenangkan adalah ayah seorang penjudi dan peminum
alkohol. Pada saat pengkajian pasien ketika diajak berbicara, pasien tidak
mau berinteraksi, kontak mata ada tetapi tidak bertahan lama, sukar untuk
bebicara dengan perawat, cenderung membisu/ suara kecil dan lambat, afek
tumpul dan memutuskan percakapan. Tetapi saat pengkajian pasien tidak
tampak gelisah, pasien tidak mudah tersinggung.
18
Pemeriksaan fisik yang penulis dapatkan meliputi tanda-tanda vital
klien, dengan tekanan darah 110/60 mmHg, nadi 84 kali/menit, suhu 36,7°C,
respirasi 19 kali/menit, tinggi badan 160 cm, berat badan 58 kg. Dan hasil
pengkajian keluhan fisiknya klien mengatakan tidak mempunyai keluhan apa-
apa.
Menurut Keliat (2014), pohon masalah pada isolasi sosial dapat
mengakibatkan klien mengalami halusinasi pendengaran dan dapat berefek
pada perilaku kekerasan. Berdasarkan masalah – masalah tersebut, maka
disusun pohon masalah yaitu Harga diri kronik sebagai penyebab, isolasi
sosial sebagai core problem, dan gangguan presepsi sensori halusinasi sebagai
akibat.
19
BAB 4 PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengkajian pada Tn. D didapatkan data alasan masuk karena pasien
marah-marah dan mengamuk jika keinginannya tidak terpenuhi, tidak mau
bersosialisasi dengan lingkungan, berdiam diri di rumah dan lampu harus
dimatikan, klien juga mengatakan suka memakai topi agar tidak terlihat orang
lain. Hasil pengkajian pasien tidak dapat memulai pembicaraan terlebih
dahulu, kontak mata tidak dapat dipertahankan, apatis terhadap lingkungan,
afek tumpul. Sehingga diagnosa yang ditegakkan adalah isolasi sosial.
B. Saran
Perawat sebagai educator bagi pasien diharapkan dapat memberikan
perawatan yang optimal pada pasien.
20
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, M & Iskandar. (2014). Asuhan Keperawatan JIwa. Jakarta : PT. Refika
Aditama
Endang, Hanik dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :
Salemba Medika.
21