Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN ( SAP )

MENGENAL HIPERBILIRUBIN DAN CARA


PENANGANANNYA

GHINA ATIKA PUTRI JORIS


P1337420919004

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN DAN PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG
2019
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

MENGENAL HIPERBILIRUBIN DAN CARA PENANGANANNYA

Pokok bahasan : Mengenal Hiperbilirubin dan cara penanganannya

Sub Pokok Bahasan :

1. Pengertian Hiperbilirubin
2. Penyebab Hiperbilirubin
3. Klasifikasi Hiperbilirubin
4. Tanda gejala hipertensi
5. Komplikasi Hiperbilirubin
6. Penatalaksanaan Hiperbilirubin

Sasaran : Ny. NS dengan Bayi Hiperbilirubin indikasi Fototerapi

Hari / tanggal : Senin, 02 September 2019

Waktu : 1 x 30 menit

Penyuluh : Ghina Atika Putri Joris

Tempat : Ruang Laktasi PBRT RSUP Dr. Kariadi

A. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan pembelajaran selama 1 x 30 menit, Keluarga dengan
Bayi Hiperbilirubin indikasi Fototerapi
2. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah dilakukan pembelajaran selama 1 x 30 menit diharapkan,
a. Ny. NS dapat menjelaskan pengertian Hiperbilirubin
b. Ny. NS dapat mengetahui Penyebab dari Hiperbilirubin

c. Ny. NS dapat menyebutkan Klasifikasi Hiperbilirubin


d. Ny. NS dapat menyebutkan Tanda gejala hipertensi
e. Ny. NS dapat menyebutkan Komplikasi Hiperbilirubin
f. Ny. NS dapat menyebutkan Penatalaksanaan Hiperbilirubin

B. KBM ( Kegiatan Belajar Mengajar )

NO PENYAJI RESPON PENDENGAR WAKTU


1. Pembukaan  Menjawab salam 5 menit
a) Salam pembuka  Memperhatikan
b) Perkenalan  Berpartisipasi
c) Tujuna dan Kontrak waktu  Memperhatikan
d) Apersepsi
2. Pelaksanaan  Memperhatikan 15 menit
a) Menjelaskan pengertian dari penjelasan dari penyuluh
hiperbilirubin dengan cermat
b) Menjeaskan penyebab dari  Menanyakan hal yang
hiperbilirubin belum jelas
c) Menjelaskan klasifikasi dari  Memperhatikan jawaban
Hiperbilirubin dari penyuluh
d) Menjelaskan tanda gejala dari
hiperbilirubin
e) Menjelaskan komplikasi dari
hiperbilirubin
f) Menyebutkan penatalaksanaan
hiperbilirubin
3. Penutup  Membaca Leaflet 10 menit
a) Melakukan evaluasi SAP  Memperhatikan
(Membagikan leaflet) kesimpulan materi yang
b) Menyimpulkan materi yang telah telah disampikan
disampaikan  Menjawab salam
c) Mengakhiri kegiatan pembelajaran

C. Metode
 Tanya Jawab
 Ceramah

D. Media
 Leaflet

E. Pokok materi ( terlampir )


1. pengertian dari hiperbilirubin
2. penyebab dari hiperbilirubin
3. klasifikasi dari Hiperbilirubin
4. tanda gejala dari hiperbilirubin
5. komplikasi dari hiperbilirubin
6. penatalaksanaan hiperbilirubin

F. Evaluasi
1) Struktur
a. Peserta hadir di tempat Pembelajaran
b. Pengorganisasian penyelenggaraan pembelajaran dilakukan
sebelumnya (SAP dan leaflet)
c. Menyiapkan tempat
d. Menyiapkan pertanyaan
2) Proses
a. Penyuluh bekerja sesuai dengan SAP
b. Kontrak waktu dengan sasaran
c. Sasaran memperhatikan dan mendengarkan selama penkes berlangsung
d. Sasaran aktif bertanya bila ada hal yang belum dimengerti
e. Sasaran memberi jawaban atas pertanyaan pemberi materi
f. Sasaran tidak meninggalkan tempat saat penkes berlangsung
g. Tanya jawab berjalan dengan baik
3) Hasil
a. Penkes dikatakan berhasil apabila sasaran mampu menjawab pertanyaan
80 % lebih dengan benar
b. Penkes dikatakan cukup berhasil / cukup baik apabila sasaran
mampu menjawab pertanyaan antara 50 – 80 % dengan benar
c. Penkes dikatakan kurang berhasil / tidak baik apabila sasaran
hanya mampu menjawab kurang dari 50 % dengan benar
G. Daftar Pustaka

Suriadi, dan Rita Y. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak . Edisi I. Fajar Inter
Pratama.
Jakarta.
Ngastiah. 2005. Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.
Prawirohadjo, Sarwono. 2006. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Yayasan Bina Pustaka.
Jakarta. Syaifuddin, Bari Abdul. 2009. Buku Ajar Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. JNPKKR/POGI & Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.
Doengoes, E Marlynn & Moerhorse, Mary Fraces. 2003. Rencana Perawatan
Maternal / Bayi. EGC. Jakarta
LAMPIRAN MATERI

A. Pengertian
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang
kadar nilainya lebih dari normal (Suriadi, 2001). N ilai normal bilirubin indirek
0,3 – 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar
bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa
dan alat tubuh lainnya berwarna kuning (Ngastiyah, 2000).

B. Klasifikasi
1. Ikterus Fisiologis.
Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah
Ikterus yang memiliki karakteristik sebagai berikut (Hanifa, 1987):
a. Timbul pada hari kedua-ketiga
b. Kadar Biluirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg%
pada neonatus cukup bulan dan 10 mg % pada kurang bulan.
c. Kecepatan peningkatan kadar Bilirubin tak melebihi 5 mg % per hari
d. Kadar Bilirubin direk kurang dari 1 mg %
e. Ikterus hilang pada 10 hari pertama
f. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadan patologis tertentu
2. Ikterus Patologis / Hiperbilirubinemi
Adalah suatu keadaan dimana kadar Bilirubin dalam darah mencapai suatu
nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan Kern Ikterus kalau tidak
ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan
yang patologis. Brown menetapkan Hiperbilirubinemia bila kadar Bilirubin
mencapai 12mg% pada cukup bulan, dan 15 mg
% pada bayi kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg% dan 15 mg%. Ikterus
menetap sesudah 2 minggu pertama.
3. Kern Ikterus.
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada
otak terutama pada korpus striatum, talamus, nucleus subtalamus,
hipokampus, nukleus merah, dan nukleus pada dasar ventrikulus IV. Kern
ikterus ialah ensefalopati bilirubin yang biasanya ditemukan pada neonatus
cukup bulan dengan ikterus berat (bilirubin lebih dari
20 mg%) dan disertai penyakit hemolitik berat dan pada autopsy ditemukan
bercak bilirubin pada otak. Kern ikterus secara klinis berbentuk kelainan
syaraf simpatis yang terjadi secara kronik.

C. Etiologi
1. Siklus sel darah merah pada bayi lebih pendek daripada orang dewasa. Ini
berarti lebih banyak bilirubin yang dilepaskan melalui organ hati bayi.

2. Umur sel darah merah janin lebih pendek 40 – 90 hari, dibandingkan 120
hari orang dewasa (Hansen, 2009)
3. obstruksi empedu (atresia biliari), infeksi, masalah metabolik
galaktosemia, hipotiroid jaundice ASI
4. Adanya komplikasi; asfiksia, hipotermi, hipoglikemi. Menurunnya ikatan
albumin; lahir prematur, asidosis.

D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang jelas pada anak yang menderita hiperbilirubin adalah;
1. Tampak ikterus pada sklera, kuku atau kulit dan membran mukosa.
2. Jaundice yang tampak dalam 24 jam pertama disebabkan oleh penyakit
hemolitik pada bayi baru lahir, sepsis, atau ibu dengan diabetik atau infeksi.
3. Jaundice yang tampak pada hari ke dua atau hari ke tiga, dan mencapai
puncak pada hari ke tiga sampai hari ke empat dan menurun pada hari ke
lima sampai hari ke tujuh yang biasanya merupakan jaundice fisiologis.
4. Ikterus adalah akibat pengendapan bilirubin indirek pada kulit yang
cenderung tampak kuning terang atau orange, ikterus pada tipe obstruksi
(bilirubin direk) kulit tampak berwarna kuning kehijauan atau keruh.
Perbedaan ini hanya dapat dilihat pada ikterus yang berat.
5. Muntah, anoksia, fatigue, warna urin gelap dan warna tinja pucat, seperti dempul
6. Letargik (lemas), kejang, tidak mau menghisap

E. Komplikasi
1. Bilirubin enchepalopathy (komplikasi serius)
2. Kernikterus; kerusakan neurologis, cerebral palsy, retardasi mental,
hiperaktif, bicara lambat, tidak ada koordinasi otot dan tangisan yang
melengking.

F. Penatalksanaan
Pada bayi sehat tanpa mengalami ikterus fisiologus yankni timbulnya
jaundice bukan pada 24 jam pertama kehidupan dapat dilakukan dengan cara
pemberian ASI dini dan sering, berikan fototerapi jika pada hari kedua
kehidupan kadar bilirubin serum 15 mg/dl. (Mueslichan, dkk, 2004)
Fototerapi, merupakan terapi yang dilakukan dengan menggunakan
cahaya dari lampu fluorescent khusus dengan intensitas tinggi, secara umum
metode ini efektif untuk mengurangi serum bilirubin dan mencegah ikterus
yang dipaparkan pada kulit bayi (Wong, 2003). Lampu berkisar 6–8 terdiri dari
biru (F20T12)
Menyusui minimal setiap 2 jam, selama 15 – 20 menit, Jika bayi
mendapkan cairan IV atau perasan ASI, tingkatkan volume cairan dan/atau
susu sebanyak 10% volume harian total perhari selama bayi dibawah sinar
fototerapi, jika mendapkan cairan IV atau diberi makan melalui slang lambung,
jangan memindahkan bayi dari sinar fototerapi.
Durasi ditentukan oleh penurunan nilai total serum bilirubin sampai
mencapau nilai yang diharapkan (American Academy Of Pediatrick, 2004).
Pengukuran kadar bilirubin serum dilakuka n setiap 24 jam, fototerapi
dihentikan bila kadar serum bilirubin kurang dari 13 mg/dl, akan tetapi bila
bilirubin tidak dapat diperiksa, hentikan fototerapi, setelah 3 hari dihentikan,
observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum.

Anda mungkin juga menyukai