Oleh :
WAKIAH
2022207209068
B. Etiologi
Penyebab fraktur terdiri dari :
1) Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan.
Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah.
2) Kekerasan Tidak Langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat
kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur
hantaran vector kekerasan.
3) Kekerasan akibat tarikan otor sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa
pemuntiran, penekukan dan penekanan kombinasi dari ketiganya dan penarika
(Carpenito, 2013).
D. Manifestasi Klinis
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), tanda dan gejala dari fraktur antara lain :
1) Tidak dapat menggunakan anggota gerak
2) Nyeri pembengkakan
3) Terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh dari kamar
mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa benda berat, kecelakaan kerja, trauma,
dan olahraga).
4) Gangguan fisik anggota gerak.
5) Deformitas mengalami perubahan bentuk pada daerah fraktur.
6) Kelainan gerak.
7) Pembengkakan pada perubahan warna lokasi pada daerah fraktur.
8) Krepitasi atau dating dengan gejala-gejala lain.
E. Pathway
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik, trauma jaringan, post operative fraktur.
2. Hambatan/gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuscular (nyeri)
3. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d kelembapan, penurunan mobilitas.
C. Rencana Keperawatan
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I. 08238).
agen keperawatan selama 1 x 24 jam Observasi :
pencedera diharapkan nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi,
fisik, trauma (L.08066) dengan kriteria hasil karakteristik, durasi, frekuensi,
jaringan, post : kualitas, intensitas nyeri, skala
operative 1. Keluhan nyeri menurun nyeri.
fraktur (D. 2. Gelisah menurun 2. Identifikasi respon nyeri non
0077) 3. Kesulitan tidur menurun verbal.
4. Pola tidur membaik 3. Identifikasi faktor yang
5. Frekuensi nadi membaik memperberat dan
6. Pola napas membaik memperingan nyeri.
7. Tekanan darah membaik 4. Monitor efek samping
penggunaan analgetik.
Teraupetik :
5. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri.
6. Fasilitasi istirahat dan tidur.
Edukasi :
7. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri.
8. Jelaskan strategi meredaan
nyeri
9. Anjurkan memonitor nyeri
sendiri.
10. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi :
11. Kolaborasi pemberian
analgetik.
Burnner & Suddart. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Carpenito, LJ. (2013). Buku Saku Diagnose Keperawatan Edisi 6. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Areif. (2015). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : FKUI.
Nurarif, A. H. Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
Dan Nanda Nic Noc Jilid 2, Yogyakarta : Mediaction Publishing.
Smeltzer, S. C. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Burnner And Suddarth. Ed. 8.
Vol.3. Jakarta : EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnosis Edisi 1. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Edisi 1. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI