Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi

Skoliosis berasal dari kata Yunani skolios yang bearti bengkok.


Skoliosis adalah kelainan tulang belakang yang beruppa lengkungan ke
samping/ lateral. Jika dilihat dari belakang pada skoliosis akan berbentuk
seperti huruf “C” atau “S” ( Jane Pelealu, dkk, 2019).

Skoliosis adalah kelainan sikap tubuh dimana terjadi penyimpangan


susunan tulang belakang jika dilihat dari belakang adanya kurva tulang
belakang ke arah lateral diikuti dengan rotasi (Harjono, 2005).

Skoliosis memang tidak menibulkan rasa nyeri, namun dapat


menggangu rasa percaya diri anak, yang pasti skoliosis berbahaya bila
terjadi pada masa pertumbuhan tulang. Pasalnya, selain akan semakin
progresif, juga berpengaruh pada postur tubuh. Seperti jalan pincang
karena pinggul tinggi sebelah atau bisa juga tubuhnya jadi membungkuk
ke depan. Menurut ahli orthopedic dan rematologi RSU Dr. Soetomo
Surabaya, dr. Ketut Martiana Sp. Ort. (K), 4,1% dari 2000 anak SD hingga
SMP di Surabaya, setelah diteliti ternyata mengalami tulang bengkok.
Bahkan dan hasil rongten sebagai bentuk pemeriksaan lanjutan diketahui
yang kebengkokan mencapai 10 derajat sebanyak 1,8%, sedangkan yang
lebih dari 10 derajat sebanyak 1% (Rahayu, 2008).

Skoliosis adalah kelainan pada rangka tubuh yang berupa abnormalitas


bentuk tulang belakang dimana tulang belakang melengkung seperti huruf
C atau S. (Maria Ekamawati, 2020).

1
2. Etiologi

1. Cedera tulang belakang.


2. Infeksi tulang belakang.
3. Bantalan dan sendi tulang belakang yang mulai aus akibat usia
(skoliosis degeneratif).
4. Bawaan lahir (skoliosis kongenital).
5. Gangguan saraf dan otot (skoliosis neuromuskular), misalnya
penyakit distrofi otot atau cerebral palsy

(https://www.alodokter.com/skoliosis)

3. Klasifikasi

Skoliosis dibagi atas skoliosis fungsional dan struktura. Skoliosis


fungsional disebabkan karena posisi yang salah atau tarikan otot
paraspinal unilateral, yang dapat disebabkan karena nyeri punggung
dan spasme otot. Perbedaan panjang tungkai, herniasi diskus,
spondilolistesis, atau penyaakit pada sendi panggul juga dapat
menyebabkan terjadinya skoliosis fungsional. Pada skoliosis
fungsional, tidak terjadi rotasi vertebra yang bermakna, dan biasanya
reversible. Terapi terhadap penyebab skoliosis dapat mmemperbaiki
kurvatura yang terjadi.

Skoliosis struktural biasanya tidak reversible dan bisa beruppa


skoliosis idiopatik, kongenital, atau yang didapat (skoliosis
neuromuskular).

(https://id.wikipedia.org/wiki/Skoliosis)

2
4. Anatomi dan fisiologi

a. Anatomi

Struktur Tulang Belakang

1) Tulang belakang cervical: terdiri atas 7 tulang yang memiliki


bentuk tulang yang kecil dengan spina atau procesus spinosus
(bagian seperti sayap pada belakang tulang) yang pendek kecuali
tulang ke-2 dan ke-7. Tulang ini merupakan tulang yang
mendukung bagian leher. 12
2) Tulang belakang thorax: terdiri atas 12 tulang yang juga dikenal
sebagai tulang dorsal. Procesus spinosus pada tulang ini terhubung
dengan tulang rusuk. Kemungkinan beberapa gerakan memutar
dapat terjadi pada tulang ini.
3) Tulang belakang lumbal: terdiri atas 5 tulang yang merupakan
bagian paling tegap konstruksinya dan menanggung beban terberat
dari tulang yang lainnya. Bagian ini memungkinkan gerakan fleksi
dan ekstensi tubuh dan beberapa gerakan rotasi dengan derajat
yang kecil.
4) Tulang sacrum: terdiri atas 5 tulang dimana tulang-tulangnya tidak
memiliki celah dan bergabung (intervertebral disc) satu sama

3
lainnya. Tulang ini menghubungkan antara bagian punggung
dengan bagian panggul.
5) Tulang belakang coccyx: terdiri atas 4 tulang yang juga tergabung
tanpa celah antara 1 dengan yang lainnya. Tulang coccyx dan
sacrum tergabung menjadi satu kesatuan dan membentuk tulang
yang kuat. Pada tulang belakang terdapat bantalan yaitu
intervertebral disc yang terdapat di sepanjang tulang belakang
sebagai sambungan antar tulang dan berfungsi melindungi jalinan
tulang belakang. Bagian luar dari bantalan ini terdiri dari annulus
fibrosus yang terbuat dari tulang rawan dan nucleus pulposus yang
berbentuk seperti jeli dan mengandung banyak air. Dengan adanya
bantalan ini memungkinkan terjadinya gerakan pada tulang
belakang dan sebagai penahan jika terjadi tekanan pada tulang
belakang seperti dalam keadaan melompat (Guyton & Hall, 2008).
Jika terjadi kerusakan pada bagian ini maka tulang dapat menekan
syaraf pada tulang belakang sehingga menimbulkan kesakitan pada
punggung bagian bawah dan kaki. Struktur tulang belakang ini 13
harus dipertahankan dalam kondisi yang baik agar tidak terjadi
kerusakan yang dapat menyebabkan cidera (Cailliet, 2005)

(http://digilib.unila.ac.id/2320/10/BAB%20II.pdf)

b. Fisiologi
Fisiologi adalah ukuran umum untuk mengklasifikasikan
skoliosis. Semakin besar sudutnya, semakin serius penyakitnya tetapi
semakin kecil jumlah pasiennya. Satu sampai tiga dari setiap seratus
orang memiliki kurva skoliosis idiopatik yang lebih besar dari 10 °
dengan proporsi yang sama antara anak laki-laki dan perempuan. Satu
banding tiga dari setiap seribu orang memiliki kurva skoliosis idiopatik
yang lebih besar dari 30 ° dengan rasio delapan anak perempuan untuk
setiap satu anak laki-laki.

4
Skoliosis juga diklasifikasikan menurut wilayah yang mereka
pengaruhi. Kolom vertebralis dapat dideformasi pada level toraks,
pada level lumbar atau keduanya. Di daerah lumbar, skoliosis
menginduksi gangguan pada keseimbangan berdiri. Wilayah toraks
adalah lokasi yang paling memengaruhi strategi pergerakan.  Skoliosis
menghambat pergerakan tulang rusuk, menempatkan otot-otot
pernafasan pada posisi yang kurang menguntungkan secara mekanis
dan menggeser berbagai organ dari rongga toraks. 
Pada pasien skoliotik, kolom vertebral mengalami kekuatan
ekstensi pada sisi cembung dan kekuatan kompresi pada sisi
cekung. Pada vertebra apikal, kepadatan tulang rata-rata untuk tulang
kortikal cekung lebih tinggi daripada tulang kortikal cembung, dan
kepadatan tulang cancellous lebih tinggi untuk sisi cekung daripada
untuk sisi cembung.  Sisi cekung dari vertebra kurang berpori dan
memiliki tulang kortikal lebih tebal daripada sisi cembung, yang
konsisten dengan hukum Wolff tentang remodeling tulang .
(https://translate.google.com/translate?u=https://en.wikipedia
.org/wiki/
Neuromechanics_of_idiopathic_scoliosis&hl=id&sl=en&tl=id&client
=srp)

5. Patofisiologi
Rangka atau tulang dapat mengalami kelainan. Kelainan ini dapat
mengakibatkan perubahan bentuk tulang. Kelainan pada tulang
belakang disebabkan oleh kebiasaan duduk dengan posisi yang salah-
akibat kesalahan postur sikkap antara lain menyebabkan trauma pada
tulang belakang, seperti terjainya deformitas misalnya skoliosis,
kifosis maupun lordosis. Kebiasaan duduk dapat menimbulkan nyeri
pinggang apabila duduk terlalu lama engan posisi yang salah, hal ini
akan menyebabkan otot punggung menjadi tegang dan dapat merusak
jaringan disekitarnya terutama bila duduk dengan posisi terus
membungkuk atau menyandarkan tubuh pada salah satu sisi tubuh.

5
Posisi itu menimbulkan tekanan kuat pada saraf tulang, setelah duduk
selama 15 sampai 20 menit otot punggung biasanya mulai letih, karena
otot-otot punggungnya lebih tegang sementara orang yang duduk
membungkuk kerja otot lebih ringan namun tekananan pada bantalan
saraf lebih besar.
Orang yang duduk pada posisi miring atau menyandarkan ubuh
atau salah satu sisi tubuh akan menyebabkan setiidak-seimbangan
tonus otot yang menyebabkan skoliosis.
Duduk dengan sikap miring ke samping akan mengakibatkan suatu
mekanisme proteksi dari otot-otot tulang belakang untuk menjaga
keseimbangan, manifestasi yang terjadi justru overuse pada salah satu
sisi otot yang dalam waktu terus menerus dalam hal yang sama yang
terjadi adalah ketidakseimbangan postur tubuh ke salah satu sisi. Jika
hal ini berlangsung terus menerus pada sistem muskulosketal tulang
belakang akan mengalami bermacam-macam keluahan antara lain:
nyeri otot, keterbatasan gerak (range of motion) dari tulang belakang
atau back pain, kontraktur otot, dan penumpukan problematik akan
berakibat pada terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari bagi
penderita, seperti halnya gangguan pada sistem kardiovaskuler .
Pertumbuhan merupakan faktor risiko terbesar terhadap
memburuknya pembengkokan tulang belakang. Lengkungan skoliosis
isiopstik kemungkinan akan berkembang seiring pertumbuhan.
Biasanya, semakin muda waktu kejadian pada anak yang struktur
lengkungannya sedang berkembang maka semakin serius pornosisnya.
Pada umumnya strutur lengkungan mempunyai kecendrungan yang
kuat untuk berkembang secara pesat pada saat pertumbuhan dewasa,
dimana lengkungan kecil non struktur masih flekksibel untuk jangka
waktu yang lama dan tidak menjadi semakin parah,tetapi skoliosis
tidak akan memburuk dalam waktu yang singkat. Skoliosis dapat
menyebabkan berkurangnya tinggi badan jika tidak diobati.

6
6. Manifestasi klinis

Pada kebanyakan kasus, pada mulanya penderita tidak merasakan


adanya gangguan, kemudian pada kondisi yang lebih parah baru
dirasakan adanyaa ketidak seimbangan posisi thorax, scapula yang
menonjol pada satu sisi, posisi bahu yang tidak horizontal, panggul
yang tidak simetris, dan kadang-kadang penderita merasa pegal-pegal
pada daerah punggung (Liklukaningsih, 2009).

Tanda umum skoliosis antara lain:


1. Bahu asimetris
2. Tulang belikat yang menonjol
3. Lengkungan tulang belakang yang nyata
4. Panggul yang miring
5. Perbedaan antara ruang lengan dan tubuh
6. Scapula menonjol
7. Kepala nampak bergeser dari tengah atau satu pinggul atau
pundak lebih tinggi daripada sisi berlawanannya.
(Liklukaningsih, 2009).

7. Tes Diagnosik

Dalam mendiagnosis penyakit ini, dokter akan melakukan


serangkaian tes untuk melihat apakah tulang belakang pasien
mengalami kelainan. Namun, sebelum itu, anda harus menjalani
pemeriksaan fisik terlebih dahulu.

1. Pemeriksaan Fisik
Dokter akan mengecek punggung pasien ketika sedang
dalam posisi berdiri tegak. Dari posisi berdiri tersebut, dokter
dapat mengetahui apakah ada lengkungan pada tulang
belakang, serta apakah bahu dan pinggang anda berada dalam
posisi yang simetris atau tidak. Setelah itu, dokter mungkin
akan meminta anda untuk membiungkuk, sehingga dokter

7
dapat mengencek adanya lekungan dipunggung bagian atas dan
bawah.

2. Tes Pencitraan
Tes pencintraan atau pengambilan gambar akan membantu
dokter melihat struktur tulang belakang anda dengan jelas.
Berikut jenis-jenis tes pencitraan yang direkomendasikan:
a. X-ray
Selama tes ini, pasien akan terpapar oleh sedikit sinar
radiasi yang dapat menghasilkan gambar tulang belakang.
b. MRI scan
Tes ini menggunakan gelombang radio dan magnet untuk
mmenghasilkan gambar detail mengenai tulang belakang
anda, serta jaringan-jaringan yang berada di sekelilingnya.
c. CT scan
Selama tes ini berlangsung, gambar tulang belakang anda
akan diambil dari berbagai sudut dengan menggunakan
teknik X-ray. Dengan CT scan, gambar yang dihasilkan
adalahh berupa foto 3 dimensi.
d. Scan tulang
Selama tes tulang menggunakan cairan radioaktif yang
disuntikkan ke dalam tubuh anda. Cairan ini kemudian akan
dideteksi dengan alat tertentu untuk melihat adanya
peningkatan sirkulasi darah, yang menunjukkan kelainan
pada tulang belakang.
(https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/skoliosis/)

8
8. Pengobatan
a. Pengobatan medis
1. pemasangan bracing
Berikut adalah 2 jenis brace:
- underarm
- milwaukee
2. operasi
b. pengobatan rumah
berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat
membantu anda mengatasi skoliosis.
- Tetap menggunakan brace penahan tulang punggung sesuai
anjuran dokter.
- Meskipun prosesnya terasa menyakitkan usahakan untuk tetap
menjalani terapi fisik atau fisioterapi.
- Periksakan anak secara teratur untuk mendektesi komplikasi
skoliosis sejak dini.
- Meminta bantuan dan dukungan dari anggota keluarga serta
teman-teman terdekat.
(https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/skoliosis/)
9. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada penderita skoliosis antara lain:
1. Gangguan jantung dan paru-paru
Kondisi ini dapat terjadi ketika tulang iga menekan jantung dan
paru-paru.
2. Nyeri punggung kronis
Kondisi ini biasanya dialami oleh penderita skoliosis dewasa.
3. Menganggu penampilan
Saat kondisi skoliosis memburuk,
penampilan akan terganggu, misalnya posisi bahu atau pinggul
tidak simetris, tulang iga menonjol, serta posisi pinggang dan
batang tubuh bergeser.
4. Kerusakan saraf tulang belakang

9
Kelainan bentuk tulang belakang pada skoliosis dapat menekan
saraf tulang belakang, sehingga menimbulkan kerusakan.
Kerusakan saraf tulang belakang ini dapat menimbulkan berbagai
gangguan, seperti impotensi, inkontinesia urine, inkontinesia tinja,
kesemutan, atau kelemahan pada tungkai.
(https://www.alodokter.com/skoliosis)

10. Prognosis

Progresivitas skoliosis dapat dipengaruhi oleh jenis kelamin,


ukuran kurvatura saat pertama kali ditemukan, tipe dan rotasi
kurvatura, serta usia saat onset skoliosis.

Prognosis tergantung kepada penyebab,lokasi dan beratnya


kelengkungan. Semakin besar kelengkungan skoliosis, semakin tinggi
resiko terjadinya progresivitas sesudah masa pertumbuhan anak
berlalu. Skoliosis ringan yang hanya diatasi dengan brace memiliki
prognosis yang baik dan cenderung tidak menimbulkan masalah
jangka panjang selain kemungkinan timbulnya sakit panggung pada
saat usia penderita semakin bertambah. Penderita skoliosis idiopatik
yang menjalani pembedahan juga memiliki prognosis yang baik dan
bisa hidup sehat. Penderita skoliosis neuromuskuler selalu memiliki
penyakit lainnya yang serius (misalnya cerebral plasy atau distrofi
otot). Karena itu tujuan dari pembedahan biasanya adalah
memungkinkan anak bisa duduk tegak pada kursi roda. Bayi yang
menderita skoliosis kongenital memiliki sejumlah kelainan bentuk
yang mendasarinya, sehingga penangananyapun tidak mudaha dan
perlu dilakukan beberapa kali pembedahan.

(https://www.news-medical.net/health/Scoliosis-Prognosis.aspx)

11. Pencegahan
1. Hindari kegiatan yang membutuhkan pekerjaan yang terlalu keras
hanya pada satu sisi tubuh, jenis umum dari skoliosis, disebut
dengan skoliosis idiopatik, sebagian besar disebabkan oleh

10
ketidakseimbangan otot. Karena itu, hindarilah membawa tas,
kantung belanja atau apapun yang terlalu berat pada salah satu
bagian tubuh saja.
2. Latihan otot punggung. Memiliki otot punggung yang kuat dan
stabil sama saja dengan mencegah terjadinya penyakit skoliosis,
karena otot punggung yang mendukung tulang belakang akan
menjaganya dalam kondisi kurva yang tepat. Beberapa latihan
kekuatan direkomendasikan yaitu pada latihan kekuatan pada
punggung, kaki dan juga kekuatan otot lengan.
3. Mendapatkan asupan vitamin dan mineral yang tepat. Kalsium
memberikan kontribusi penting untuk menjaga kesehatan tulang.
Jadi makan makanan seperti oatmeal, kacang kedelai (lebih baik
direbus tanpa garam), almond, dan bahkan sarden akan menjaga
tulang tetap kuat dan stabil, sehingga penyakit skoliosis atau
penyakit tulang bengkok pun dapat dihindari.
(https://surabayaorthopedi.com/tag/pencegahan-skoliosis/)
B. Konsep Dasar asuhan Keperawatan
Konsep dasar keperawatan adalah dimana suatu konsep ditetapkan dalam
bentuk praktik keperawatan, ini bisa disebut pendekatan problem solving.
Pencegahan masalah yang memerlukan untuk memenuhi kebutuhan klien
dan keluarga dengan memberikan asuhan keperawatan sesuai lima tahap
proses keperawatan, yaitu: pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan
pelaksanaan dan evaluasi keperawatan. (Tameon, 2013 dalam Nursalam,
2001)
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data sebagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
klien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu, sehingga
pengkajian akurat, lengkap, sesuai kenyataan dan kebenaran data
sangat penting dalam merumuskan diagnosa keperawatan.

11
Dalam tahapan ini dilakukan pengumpulan data yang terdiri dari
tiga metode yaitu komunikasi efektif, observasi dan pemeriksaan fisik.
Data yang dikumpulkan terdiri dari data dasar dan data fokus. Untuk
kasus Skoliosis,pengkajian yang dilakukan meliputi:
a. Identitas
Kajian ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku, pendidikan, pekerjaan dan tempat tinggalmklien.
Selain itu perlu juga dikaji nama dan alamat penanggung
jawab, serta hubungan dengan klien.
b. Pola persepsi kesehatan pemelihara kesehatan
Kaji status riwayat kesehatan yang pernah dialami klien,
apa upaya dan dimana klien mendapat pertolongan
kesehatan, lalu apa saja yang membuat status kesehatan
klien menurun.
c. Pola nutrisi metabolik
Tanyakan kepada klien tentang jenis, frekuensi, dan jumlah
klien makan dan minum klien dalam sehari. Kaji selera
makan berlebihan atau berkurang, Kaji adanya mual
muntah ataupun adanya terapi intravena, penggunaan
selang enterik, timbang juga berat badan,ukur tinggi
badan,lingkaran lengan atas serta hitung berat badan ideal
klien untuk memperoleh gambaran status nutrisi.
d. Pola eliminasi
1) Kaji tehadap frekuensi karakteristik, kesulitan/masalah
dan jugan pemakaian alat bantu seperti folly kateter,
ukur juga intake dan output.
2) Eliminasi proses, kaji terhadap frekuensi, karakteristik,
kesulitan/masalah defekasi dan juga pemakaian alat
bantu/intervensi dalam bab.
e. Pola aktivitas dan latihan
Kaji kemampuan beraktivitas baik sebelum sakit atau
keadaan sekarang dan juga penggunaan alat bantu seperti

12
tongkat, kursi rodadan lain-lain. Tanyakan kepada klien
tentang penggunaan waktu segang. Adakah keluahan pada
pernapasan, jantung seperti berdebar, nyeri dada, badan
lemah.
f. Pola tidur dan istirahat
Tanyakan kepada klien kebiasaan tidur sehari-hari, jumlah
jam tidur, tidur siang. Apakah klien memerlukan
penghantar tidur seperti membaca, minum susu, menulis,
mendengarkan musik menonton televisi. Bagaimana
suasana tidur klien apakah terang atau gelap. Sering bangun
saat tidur dikkarenakan oleh nyeri, gatal, berkemih, sesak
dan lain-lain.

g. Pola persepsi kognitif


Tanyakan kepada klien apakah menggunakan alat bantu
penglihatan, pendengaran. Adakah klien kesulitan
mengingat sesuatu, bagaimana klien mengatasi tak nyaman:
nyeri adakah gangguan persepsi sensori seperti penglihatan
kabur, pendengaran terganggu. Kaji tingkat orientasi
terhadap tempat waktu dan orang.
h. Pola persepsi dan konsep diri
Kaji tingkah laku mengenai dirinya, apakah klien pernah
mengalami putus asa/frustasi/stress dan bagaimana menurut
klien mengenai dirinya.
i. Pola peran hubungan dengan sesama
Apakah peran klien dimasyarakat dan keluarga, bagaimana
hubungan klien di masyarakat dan keluarga dan teman
sekerja. Kaji apakah ada gangguan komunikasi verbal dan
gangguan dalam interasksi dengan anggota keluarga dan
orang lain.
j. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress

13
Kaji faktor yang membuat klien marah dan tidak dapat
mengontrol diri, tempat klien bertukar pendapat dan
mekanisme koping yang digunakan selama ini. Kaji
keadaan klien saat ini terhadap peenyesuaian diri,
ungkapan, penyangkalan/penolakan terhadap diri sendiri.
k. Pola sistem kepercayaan
Kaji apakah klien sering beribadah, klien menganut agama
apa? Kaji apakah ada nilai-nilai tentang agama yang klien
anut bertentangan dengan kesehatan.

l. Pemeriksaan Fisik
Kaji meliputi area bahu, tulang belakang, tulang rusuk, dan
pinggul. Kaji apakah ada kelainan pada tubuh kalien.

2. Diagnosa Keperawatan
Diangnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan informasi secara
pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi,
mencegah, dan merubah. (Nusalam, 2001. Hal 35, dalam KTI
Mardianti Novi, 2018).
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai
pengalaman /respon idividu, keluarga atau komunitas terhadap
masalah kesehatan aktual atau potensial/proses hidup (Nanda, 2012-
2014, dalam KTI Mardianti Novi, 2018).
Penetapan prioritas masalah keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan pasien didasarkan kepada hiarki kebutuhan dasar manusia.
Ada dua contoh hirari yang bisadigunakan, yaitu:
a. Hirarki Maslow
Maslow menjelaskan kebutuhan manusia dibagi dalam lima tahap:
fisiologi, rasa aman dan nyaman, sosial, harga diri dan aktualitas
diri. Dia mengatakan bahwa lien memerlukan suatu tahapan

14
kebutuhan. Jika klien menghendaki suatu tindakan yang
memuaskan. Dengan kata lain kebutuhan fisiologis biasanya
sebagai prioritas utama bagi klien dari kebutuhan lain. (Nursalam,
2001 dalam KTI Mardianti, 2018). Dimana Maslow
menggambarkan dengan skema piramida yang menunjukkan
bagaimana seseorang bergerak dari pemenuhan kebutuhan dasar
dari tingkat kebutuhan yang lebih tinggi dengan tujuan akhir
adalah fungsi dan kesehatan manusia yang terintergrasi.

Keterangan:
a) Kebutuhan fisiologis O2, CO2, Elektronik, makanan,
sex.
b) Kebutuhan keselamatan dan keamanan, terhindar dari
penyakit, pencuri dan perlindungan hukum .
c) Mencintai dan dicintai: kasih sayang, mencintai, dicintai,
diterima kelompok .
d) Harga diri: dihargai dan menghargai (Respek dan
toleransi).
e) Aktualisasi diri: ingin diakui, berhasil dan menonjol
Hirarki “kalish”
Kalish 1997, lebih menjelaskan kebutuhan Maslow
dengan membagi kebutuhan fisiologi

15
Menjadi kebutuhan untuk “bertahan terhadap stimulasi”.
Kalish mengidentifikasi kebutuhan untuk
mempertahankan hidup: udara, air, temperature,
eliminasi, istirahat dan menghindari nyeri, jika terjadi
kekurangan kebutuhan tersebut, klien cenderung
menggunakan prasarana untuk memuaskan kebutuhan
tertentu, hanya saja mereka akan mempertimbangkan
terlebih dahulu kebutuhan yang paling tinggi
prioritasnya, misalnya keamanan dan harga diri. Adapun
diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien
dengan Skoliosis adalah sebagai berikut:
a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
postur tubuh yang tidak seimbang.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungn dengn anoreksia.
c. Gangguan citra tubuh atau konsep diri yang
berhubunganj dengan postur tubuh yang miring
ke lateral.
d. Resiko nyeri yang berhubungan dengan posisi
tubuh miring ke lateral
e. Resiko gangguan pola nafas berhubungan dengan
penurunan ekspasi paru.
3. Intervensi Keperawatan

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, langkah berikutnya


adalah menetapkan perencanaan keperawatan. Perencanaan meliputi
pengembangan strategi desai untuk mencegah, mengurangi atau
mengoreksi masalah yang diidentifikasi pada diagnosa keperawatan.

Beberapa komponen yang perlu diperhatikan untuk mengevaluasi


rencana tindakan keperawatan meliputi menentukan prioritas,
menentukan kriteria hasil, menentukan rencana tindakan
keperawatan dan dokumentasi. Tahap ketiga tindakan dalam tahap
rencana tindakan yaitu rencana tindakan perawat, rencana

16
pelimpahan (delegasi) dan program atau perintah medis yang
ditujukan untuk klien yang dalam pelaksanaanya dibantu oleh
perawat. Pengetahuan prioritas masalah keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan pasien didasarkan kepada hirarki kebutuan
dasar manusia.

No Diagnosa Tujuan & kriteria Intervensi Rasioal

17
keperawatan
1 Gangguan Tujuan: 1. Kaji tingkat 1.Mempengaruhi
mobilitas fisik Setelah dilakukan mobilitas fisik pilihan/pengawasan
berhubungan tindakan keperawatan, 2. Dorong keefektifan
dengan postur tidak terjadi gangguan partisipasi pada intervensi.
tubuh yang tidak mobilitas fisik aktivitas terapeutik, 2.Memberikan
seimbang. Kriteria Hasil : pertahankan kesempatan untuk
1.Meningkatkan mobilitas rangsang mengeluarkan
fisik lingkungan contoh, energy,
2.Mempertahankan radio, TV, koran, memfokuskan
mobilitas fisik dengan barang milik kembali perhatian,
batas toleransi meningkat. pribadi, kunjungan meningkatkan rasa
keluarga/teman. control diri/harga
3.Bantu dan ajarkan diri dan membantu
latihan rentang menurunkan isolasi
gerak sendi aktif social.
dan pertahankan 3.Meningkatkan
kesejajaran tubuh kekuatan otot dan
selama prosedur. sirkulasi.
4. Libatkan keluarga 4.Keluarga dapat
dalam melakukan meringankan
perawatan diri. petugas dan
5.Tingkatkan memberikan
kemballi ke aktivitas kenyamanan pada
normal. klien.
6.Konsul dengan 5.Meningkatkan
ahli terapi fisik kemampuan dalam
/okupasi dan /atau melakukan
rehabilitas spesialis. ambulasi.
6.Berguna dalam
membuat aktivias
individual/

18
program latihan.
Pasien memerlukan
bantuan dengan
gerakan, kekuatan
dan aktifitas yang
menggunakan alat
bantu seperti
milwauke, boston
dan Charles
bending brace.

2 Ketidakseimbangan Tujuan: 1.Kaji Berat badan 1.Mengkaji


nutrisi kurang dari Setelah dilakukan pasien semula. penurunan serta
kebutuhan tubuh tindakan keperawatan, 2.Memberikan kenaikan berat
berhubungan tidak terjadi asupan makanan badan.
dengan anoreksia. ketidakseimbangan dengan porsi yang 2.Meningkatkan
nutrisi. kecil tapi sering, pemasukkan dan
Kriteria Hasil : masukkan makanan mencegah distensi
1.BB naik kesukaan pasien gaster.
2.Mencapai Body Mass dalam perencanaan 3.Meningkatkan
3.Index yang normal makanan. keutuhan kalori dan
3.Memberikan Diet metabolisme.
tinggi kalori tinggi 4.Memaksimalkan
protein. masukan kalori bila
4.Berikan minuman kemampuan cerna
mengandung kalori oral terbatas.
bila dimungkinkan 5.Membantu dalam
seperti jus. rencana diet untuk
5.Kolaborasi dengan memenuhi
ahli gizi. kebutuhan
individual.
3 Gangguan citra Tujuan: 1.Kaji klien yang 1.Membantu

19
tubuh atau konsep Setelah dilakukan cemas menetralkan
diri yang tindakan keperawatan, mengembangkan kecemasan yang
berhubungan diharapkan tidak terjadi kemampuan untuk tidak perlu terjadi
dengan postur gangguann citra tubuh. menilai diri dan dan memulihkan
tubuh yang miring Kriteria Hasil : mengenali realitas situasi,
ke lateral. 1.Meningkatkan citra masalahnya. ketakutan merusak
tubuh. 2.Kaji upaya klien adaptasi klien .
2.Menggunakan untuk memperbaiki 2.Membantu
ketterampilan koping citra diri . meningkatkan
dalam mengatasi citra 3.Anjurkan untuk penerimaan diri
tubuh. mengungkapkan dan sosialisasi.
perasaan dan 3.Ekspresi emosi
masalahnya. membantu pasien
4.Beri harapan yang mulai menerima
realistik dan buat kenyataan dan
sasaran jangka realitas hidup.
pendek untuk 4.Harapan yang
memudahakan tidak realistik
pencapaian menyebabkan
5.Bantu pasien pasien mengalami
untuk kegagaalan dan
mengidentifikasi menguatkan
gaya kopuing yang perasaan-perasaan
positif. tidak berdaya.
6.Beri dorongan 5.Koping
untuk melakukan memberikan
komunikasi dengan penguatan positif
orang terdekat dan meningkatkan
memerlukan harga diri dan
sosialisasi dengan meningkatkan
keluarga serta gambaran diri.
teman. 6.Meningkatkan

20
7.Beri dorongan rasa percaya diri
untuk merawat diri untuk menerima
sesuai toleransi. persepsi orang
tentang bgambaran
dieri dan
menunjukan bahwa
padatubuhnya tidak
menjadi masalah
untuk
berkomunikasi.
7.Menunjukan
bahwa perubahan
pada tubuhnya
tidak menghalangi
fungsi bagian
tersebut.

4 Resiko nyeri yang Tujuan: 1. Kaji tingkat nyeri, 1.Memberikan


berhubungan Setelah dilakukan sifat, intensitas informasi untuk
dengan posisi tindakan keperawatan, durasi dan faktor mengidentifikasi
tubuh miring ke diharapkan tidak terjadi pencetus nyeri. nyeri dan
lateral. resiko nyeri 2.Pantau tannda- membantu untuk
Kriteria Hasil : tanda vital. menentukan
1.Resiko terjadinya nyeri 3.Atur posisi intervensi yang
diminimalisir imobilisasi pada berikutnya.
2.Klien mampu tulang belakang. 2.Untuk
melakukan ambulasi tanpa 4.Ajurkan klien mengetahui
mengkhwatirkan adanya untuk tidak keadaan umum
nyeri. melakukan klien
3.Tidak menunjukann pengangkatan beban
perilaku kegelisahan yang berat, latihan 3.Imobilisasi yang
4.Klien tampak rileks yang berlebihan, adekuat dapat

21
mengendarai mengurangi
kendaraan, pergerakan
menunduk/ fragmen tulang
membungkuk terlalu yang menjadi
lama. unsure utama
5.Ajarkan relaksasi penyebab nyeri
tehnik-tehnik pada tullang
mengurangi belakang. Dan
ketegangan otot posisi yang tepat
rangka yang dapat mempertahankan
mengurangi intesitas kesejajaran tubuh
nyeri dan untuk
meningkatkan meningkatkan rasa
relaksasi. nyaman.
6.Berikan 4.Mengangkat
kesempatan waktu beban,
istirahat bila terasa membungkuk atau
nyeri dan berikan menunduk terlalu
posisi yang nyaman, lama merupakan
misalnya waktu faktor pencetus
tidur, belakang terjadinya nyeri.
tubuh kita diberi 5.Tehnik ini akan
bantal kecil. melancarkan
7.Tingkatkan peredaran darah
pengetahuan tentang sehinga kebutuhan
sebab-sebab nyeri O2 pada jaringan
dan hubungkan terpenuhi dan nyeri
dengan berapa lama berkurang.
nyeri akan 6.Istirahat
berlangsung. merelaksasikan
semua jaringan
sehingga

22
meningkatkan
kesejajaran tubuh.
7.Pengetahuan
tentang sebab-
sebab nyeri
membantu
mengurangi nyeri.
Hal ini dapat
membantu
meningkatkan
kepatuhan klien
terhadap renncana
teurapetik.
5 Resiko gangguan Tujuan: 1.Kaji frekuensi, 1.Untuk
pola nafas Setelah dilakukana kedalaman dan menentukan
berhubungan tindakan keperawatan, kualitas pernapasan kondisi
dengan penurunan Diharapkan tidak terjadi serta pola pernapasanpasien.
ekspasi paru. resiko gangguan pola pernapasan. 2.Pernapasan
nafas 2.Auskultasi dada pasien cepat
Kriteria hasil : secara periodik, menimbulkan
1.Pasien dapat catat bila ada alkalosis
mempertahankan pola pernapasan. respiratorik,
pernapasan yang efektif. 3.jumlahkan sedangkan
2.Pasien menunjukan pernapasan pasien pernapasan pasien
frekuensi, irama dan selama 1 menit lambat
kedalaman pernapasan penuh dan menimbulkan
normal sebagai tanda bandingkan untuk asidosis
meningkatkan ekspansi menyusun frekuensi peningkatan
paru. yang diinginkan PaCO2).
ventilator. 3.Untuk
4.Pertahankan tirah menentukan jumlah
baring dengan udara inspirasi dan

23
kepala tempat tidur ekspirasi.
ditinggikan 30 4.Untuk
sampai 45 derajat. mengoptimalkan
pernapasan.

4. Implementasi Keperawatan

Pelaksnaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai


tujuan untuk spesifik. Tahapan ini merupakan tahap keempat dari
proses keperawatan,oleh karena itu pelaksanaanya dimulai setelah
rencana tindakan dirumuskan dan mengacu pada rencana tgindakan
sesuai skala sangat urgent dan tidak urgent.

Ada beberapa tahap dalam tindakan keperawatan yaitu:

a. Tahap persiapan yang menuntut perawat mempersiapkan segala


sesuatu yang diperlukan dalam tindakan.
b. Tahap intervensi adalah kegiatana implementasi dari intervensi
yang meliputi kegiatan independen (mandiri), dependen
(implementasi dari indakan medis), dan interdenden (kerjasama
dengan tim kesehatan lain).
c. Tahap dokumentasi adalah pencatatan yang lengkap dan akurat
terhadap suatu kegiatan proses keperawatan.

5. Evaluasi Keperawatan
Tahap akhir dari proses keperawatan adalah penilaian terhadap
asuhann keperawatan yang telah diberikan. Hal-hal yang dapat
dievaluasi antara lain keakuratan,kelengkapan, dan kualitas data,
teatasi atau tidaknya masalah pasien, pencapaian tujuan dan ketetapan
intervensi keperwatan.

24
Evaluasi adalah untuk mengetahui keberhasilan atas tindakan yang
telahdilakukan. Ada empat kemungkinan yang akan terjadi yaitu
malasah dapat diatasi ,masalah teratasi sebagian, masalah belum
teratasi atau mungkin timbul masalah baru. Evaluasi yang digunakan
mencakup 2 bagian yaitu evluasi proses (formatif), dan evaluasi hasil
(sumatif) dengan menggunakan metode SOAP.

Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilaksanakan secara terus


menerus terhadap tindakan yang dilakukan. Sedangkan evaluasi hasil
adalah evaluasi hasil tindakan secara keseluruhan untuk menilai
keberhasilan tindakan yang dilakukan dan menggabarkan
perkemmbangan dalam mencapai sasaran telah dilakuka.

Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan umpan balik rencana


keperawatan nilai serta meningkatkan mutu asuhan keperawatn
melalui hasil perbandingan standar yang telah ditentukan sebelumnya .

6. Perencanaan pulang (discharge planning)


Selama dirawat dirumah sakit pasien harus dipersiapkan untuk
perawatan dirumah. Beberapa informasi penyuluhan pendidikan yang
harus dipersiapkan/diberikan pada pasien dengan skoliosis adalah :
a. Pengertian dari penyakit skoliosis
b. Menjelaskan tentang penyebab skoliosis
c. Manifestasi klinis yang dapat ditanggulangi/diketahui oleh klien
dan keluarga.
d. Penjelasan tentanng penatalaksanaan yang dapat klien dan keluarga
lakukan.
e. Anjurkan klien untuk rutin minum obat sesuai resep dokter.
f. Keluarga harus mendorong /memberikan dukungan pada klien
dalam menaati progra pemulihan kesehatan.
7. Dokumentasi keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian keperawatan, kemudian selanjutnya
dilakukan tahap perumusan diagnosa keperawatn. setelah itu

25
penyusunan intervensi keperawatan dan implementasi keperawatan,
kemudian menyusun perencanaan pulang pasien.
Seluruh tindakan, hasil pemeriksaan laboratorium serta terapi
medis yang diberikan didokumentasikan dalam karu rekam medik .
Fase dokumentasi merupakan suatu catatan lengkap dan akurat dari
tindakan yang teloah dilaksanakan. Dalam pelaksanaan tindakan
asuhan keperawatan pada pasien, perawat dapat berperan sebagai
pelaksanaan keperawatan, memberi suport, pendidikan, advokasi, dan
pencatatan/ penghimpunan data.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Skoliosis diakses tangga 12 2020 pukul 10:45

https://doktersehat.com/skoliosis-definisi-penyebab-dan-klasifikasi/) diakses
tanggal 14 2020 pukul 12:43

26
https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/skoliosis/ diakses tanggal 15 2020
pukul 11:00

https://brainly.co.id/tugas/24076791 diakses tanggal 16 2020 pukul 18:32

https://www.alodokter.com/skoliosis diakses tanggal 16 2020 pukull 18:58

https://www.academia.edu/15628542/Skoliosis_Pada_Tulang_Belakang diakses
tanggal 17 2020 pukul 20:00

http://eprints.umm.ac.id/43316/3/jiptummpp-gdl-wahyusetia-50481-3-babii.pdf
diakses tanggal 19 2020 pukul 21:30

http://digilib.unila.ac.id/2320/10/BAB%20II.pdf diakses tanggal 20 2020 pukul


21:00

(https://translate.google.com/translate?u=https://en.wikipedia.org/wiki/
Neuromechanics_of_idiopathic_scoliosis&hl=id&sl=en&tl=id&client=srp)
diakses tanggal 20 2020 pukul 21:30

LEMBAR KONSULTASI

No Tanggal Hasil konsultasi Tanda tangan pembimbing


Bimbingan
1.

27
2.

3.
2.     

28

Anda mungkin juga menyukai