Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini penulis akan menguraikan tentang konsep dasar suatu penyakit
mulai dari definisi, etiologi, anatomi fisiologi, patofisiologi, tanda dan
gejala/manifestasi klinis, tes diagnostik, pengelolaan medik, komplikasi, pencegahan,
dan prognosis. Sedangkan Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dimulai dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan, evaluasi keperawatan, perencanaan pulang dan dokumentasi
keperawatan.

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernapas
spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatnya
CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Jumiarni,
Mulyati, & Nurlina, 2016).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat
bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya
disertai dengan keadaan hipoksia dan hiperkapnu serta sering berakhir dengan
asidosis (Marwyah, 2016).
Asfiksia neonatorum adalah suatu kondisi yang terjadi ketika bayi tidak
mendapatkan cukup oksigen selama proses kelahiran (Mendri & Sarwo
prayogi, 2017).
Dari definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa asfiksia neonatorum
adalah kegagalan bayi baru lahir untuk memulai dan melanjutkan pernafasan
secara spontan yang ditandai dengan tidak bisa bernapas dengan normal
seperti napas cepat, napas cuping hidung dibuktikan dengan kadar O2 dalam
darah rendah kurang dari 90%.
2. Etiologi
a. Faktor Penyebab Terjadinya Asfiksia Menurut (Sondakh. J, 2013)
Aliran darah ibu kebayi dapat dipengaruhi oleh keadaan ibu. Jika aliran
oksigen ke janin berkurang, akan mengakibatkan gawat janin. Hal ini
dapat menyebabkan asfiksia pada bayi baru lahir. Akan tetapi, bayi juga
dapat mengalami asfiksia tanpa didahului tanda gawat janin. Faktor yang
menyebabkan gawat janin:
1) Keadaan Ibu
Beberapa keadaan ibu yang menyebabkan terjadinya asfiksia pada
janin antaralain; pre-eklamsia dan eklamsia, perdarahan abnormal
(plasenta previa atau solusio plasenta), partus lama atau partus
macet, demam selama persalinan dan kehamilan Postmatur, dan
infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV).
2) Keadaan Tali Pusat
Beberapa kondisi yang menyebabkan asfiksia pada neonates,
diantaranya lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat, dan
prolapsus tali pusat.
3) Keadaan Bayi
Beberapa keadaan bayi yang menyebabkan asfiksia pada neonates,
diantaranya bayi prematur (sebulum 37 minggu kehamilan),
persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, forcep),
kelainan bawaan, dan air ketuban bercampur mekonium (warna
kehijauan).
b. Penyebab terjadinya Asfiksia menurut (Proverawati, 2010)
1) Faktor Ibu
Oksigenisasi darah ibu yang tidak mencukupi akibat hipoventilasi
selama anastesi, penyakit jantung, sianosis, gagal pernapasan,
keracunan karbon monoksida, dan tekanan darah ibu yang rendah
akan menyebabkan asfiksia pada janin. Gangguan aliran darah uterus
dapat menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan
ke janin. Hal ini sering ditemukan pada gangguan kontraksi uterus,
misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani uterus akibat penyakit atau
obat: hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi
pada penyakit akiomsia dan lain-lain.
2) Faktor Plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi
plasenta. Asfiksia janin dapat terjadi bila terdapat gangguan
mendadak pada plasenta, misalnya: plasenta tipis, plasenta kecil,
plasenta tak menempel, dan perdarahan plasenta.
3) Faktor Fetus
Kompresi umbilikus dapat mengakibatkan terganggunya aliran darah
dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas
antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada
keadaan tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan
jalan lahir, dan lain-lain.
4) Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi oleh
karena pemakaian obat anastesia/analgetika yang berlebihan pada
ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernapasan
janin, maupun karena trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya
perdarahan intra kranial. Kelainan kongenital pada bayi, misalnya
stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain.
5) Faktor Persalinan
Partus lama dan partus karena tindakan dapat berpengaruh terhadap
gangguan paru-paru.
3. Anatomi Dan Fisiologi Sistem pernafasan
a. Secara garis besar anatomi fisiologi pernafasan manusia dapat dibagi
menjadi 2 garis besar yaitu : sistem pernafasan atas dan sistem pernafasan
bawah. Sistem pernafasan atas terdiri dari hidung, faring, laring, dan
trachea sedangkan sistem pernafasan bawah terdiri dari broncus,
bronchioles dan alveoli.

Gambar 2.1
System pernafasan manusia Sutanto, 2017(dalam syaifudin, 1996)
1) Sistem Pernafasan Atas
a) Hidung
Hidung adalah indra penciuman, ujung saraf yang
mendeteksi penciuman berada diatap (langit-langit) hidung
diarea lempeng kribisformis tulang etmoid dan konka
superior. Ujung saraf ini distimulasi oleh bau di udara,
implus saraf dihantarkan oleh saraf olfaktorius ke otak
dimana sensasi bau dipersepsikan.

b) Faring
Faring adalah saluran yang memiliki panjang 12-14 cm
dan memanjang dari dasar tengkorak hingga vertebrata
servikalis ke-6. Faring berada dibelakang hidung, mulut,
laring dan lebih lebar dibagian atasnya.
c) Laring
Laring adalah kotak suara memanjang dari langit-langit
lidah , laring berada di depan laring ofaring pada vertebrata
servikalis ke 3,4,5, dan 6. Saat pubertas terdapat perbedaan
ukuran laring pada pria dan wanita, selanjutnta ukuran
laring membesar pada pria dan wanita. Selanjutnya ukuran
laring membesar pada pria disebut jangkung dan umumnya
menyebabakan pri memiliki suara yang lebih berat.
d) Trachea
Trachea atau pipa angin merupakan kelanjutan dari
faring dan memanjang kebawah hingga sekitar vertebrata
toraks ke-5 di mana trakea mengalami bifurkasi
(percabangan) di karina menjadi bronkus primer kiri dan
kanan, di mana setiap bronkus menuju ke tiap paru (kiri
dan kanan). Panjang trakea sekitar 10-11 cm dan terutama
terletak di bidang median di depan esophagus. (Ross &
Wilson 2011, Dasar-Dasar Anatomi Fisiologi).
2) Sistem pernafasan bawah
a. Bronchus
Bronkus utama kanan lebih pendek dan lebih luas,
berjlan lebih vertical ke bawah dibandingkan bronkus utama
kiri, dengan demikian benda asing lebih mudah masuk ke
bronkus kanan dibandingkan bronkus kiri. Bronki segmental
dan subsegemental adalah subdivisi dari bronki utama
menyebar menyerupai pohon terbalik menuju ke masing-
masing paru. Kartilago menyelubungi jalan nafas di bronki
tetapi pada bronkioli (jalan nafas terakhir sebelum sampai ke
alveoli) kartilago menghilang sehingga bronkioli dapat
mengalami kolaps dan mengandung udara selama ekshalasi
aktif. (Ross & Wilson 2011, Anatomi Fisiologi).
b. Bronchiolus
Bronchiolus merupakan cabang dari bronkus yang tidak
mempunyai kartilago dalam dindingnya. Potensi bronchioles
seluruhnya tergantung pada recoil elastic otot polos
sekelilingnya dan pada tekanan alveolar bronchioles
mengandung kelenjar submukosa, yang memproduksi lender
yang membentuk selimut tidak terputus untuk lapisan bagian
dalam jalan nafas atas. Bronchiolus yang terkecil disebut
bronchioles terminalis yang masuk ke dalam vestibulun. Dari
vestibulun ini terdapatkantong-kantong udara yang disebut
alveoli.
c. Alveoli
Paru-paru merupakan alat tubuh yang sebagian besar
terdiri dari gelembung-gelembung alveoli. Gelembung-
gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel, jika
dibentangkan luasnya permukaannya mencapai lebih kurang 90
m. Pada lapisan pertukaran darah yang mengandung CO2 dan
O2 banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700 juta
buah (paru-paru kiri kanan).
Secara anatomi, paru-paru masih dibagi menjadi beberapa
bagian seperti berikut ini :
1) Bagian terluar dari paru-paru dikelilingi oleh membrane
halus, licin yaitu pleura, yang juga meluas untuk
membungkus dinding interior toraks dan pleura viseralis
melapisi paru-paru. Antara kedua pleura ini terdapat ruang,
yang disebut spasium pleurayang mengandung sejumlah
cairan yang melicinkan permukaan dan memungkinkan
keduanya bergeser dengan bebas selama ventilasi.
2) Mediastrium
Mediastrum adalah dinding yang membagi rongga toraks
yang menjadi dua bagian. Mediastimum terbentuk dari dua
lapisan pleura, semua struktur toraks kecuali paru-paru
terletak antara kedua lapisan pleura.
3) Lobus
Setiap paru dibagi menjadi lobus-lobus, paru kiri terdiri
atas lobus bawah atas, tengah dan bawah, setiap lobus lebih
jauh dibagi menjadi dua segmen yang dipisahkan fleura
yang merupakan perluasan pleura.
b. Fisiologi Pernafasan
Secara harfiah pernafasan berarti pergerakan oksigen dari
atmosfer menuju sel-sel dan keluarnya karbon dioksida perlu untuk
menjalankan diatasnya, karena sel-sel tersebut letaknya sangat jauh dari
tempat pertukaran gas tersebut. Karena itu sel-sel tersebut memerlukan
struktur tertentu untuk menukar dan mengangkut gas tersebut. Proses
pernafasan terdiri dari beberapa langkah dimana sistem pernafasan, sistem
saraf pusat dan system kardiovaskuler memegang peranan yang sampai
penting.
Pada dasarnya sistem pernafasan terdiri dari suatu rangkaian
saluran udara yang menghantarkan udara luar agar bersangkutan dengan
membrane kapiler alveoli, yaitu pemisah antar sistem pernafasan dan
system kardiovaskuler. Pergerakan udara masuk dan keluar dari saluran
pernafasan disebut ventilasi atau bernafas, dan secara reflex merangsang
otot-otot diafragma dan dada yang akan memberikan tenaga pendorong
gerakan udara. Difusi oksigen dan karbondioksida melalui membrane
kapiler alveoli sering dianggap sebagai pernafasan eksternal. System
kardiovaskuler menyediakan pompa gas dari paru-paru ke sel-sel tubuh.
Hemoglobin yang berfungsi baik dalam jumlah cukup diperlukan untuk
mengangkut gas-gas tersebut.
Fase terakhir dari pengangkutan gas ini adalah proses difusi
oksigen dan karbon dioksida antara kapiler-kapiler dan sel-sel tubuh.
Pernafasan internal mengacu pada reaksi-reaksi kimia intraselular dimana
oksigen dipakai dan karbon dioksida dihasilkan sewaktu sel metabolism
kerbohidrat dan substansi lain untuk membangkitkan edenosine tripospat
(ATP) dan pelepasan energy. Fungsi yang cukup baik dari semua system
ini penting untuk respirasi sel. Malfungsi dari setiap komponen dapat
menganggu pertukaran dan pengangkutan gas , dan dapat sangat
membahayakan proses-proses kehidupan. Ulymarta Novi, 2018 (dalam
syilvia A. Price & Walson, 2006).
TMBHAKN TEORI SURFAKTAN PADA BAYI

4. Patofisiologi
Pembuluh darah arteriol yang ada di paru-paru bayi masih dalam
keadaan kontriksi dan hampir seluruh darah dari jantung kanan tidak dapat
melalui paruparu sehingga darah dialirkan melalui duktus arteriosus kemudian
masuk ke aorta namun suplai oksigen melalui plasenta ini terputus ketika bayi
memasuki kehidupan ekstrauteri (Masruroh, 2016). Segera setelah lahir bayi
akan menarik napas yang pertama kali (menangis), pada saat ini paru janin
mulai berfungsi untuk resoirasi. Alveoli akan mengembang udara akan masuk
dan cairan yang ada didalam alveoli akan meninggalkan alveli secara
bertahap. Bersamaan dengan ini arteriol paru akan mengembang dan aliran
darah ke dalam paru meningkat secara memadai.
Bila janin kekurangan O₂ dan kadar CO₂ bertambah , maka
timbullah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung
janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O₂ terus berlangsung maka nervus
vagus tidak dapat di pengaruhi lagi. Timbullah kini rangsangan dari nervu
simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat dan akhirnya ireguler dan
menghilang. Janin akan mengadakan pernapasan intrauterine dan bila kita
periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru,
bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak
berkembang.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernapasan yang dalam,
denyut jantung terus menurun, tekanan darah bayi juga mulai menurun dan
bayi akan terlihat lemas. Pernapasan makin lama makin lemah sampai bayi
memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung,
tekanan darah dan kadar O₂ dalam darah (PaO₂) terus menurun. Bayi
sekarang tidak dapat bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan
menunjukkan upaya pernapasan secara spontan (Sudarti dan Fauziah 2012)
5. Patoflowdiagram
Bagan 2.1

Paralisis pusat Faktor lain: obat- Persalinan lama, lilitan tali pusat, panggul ibu
pernafasan obatan sempit, presentasi janin abnormal

Bayi kekurangan O2 dan ASFIKSIA Paru-paru terisi


kadar CO2 meningkat cairan Bayi baru lahir

Bayi lahir
Suplai O2 dalam darah Bersihan jalan Gangguan
kontak dengan Dilakukan
menurun napas tidak efektif \ metabolisme & Kurangnya
lingkungan luar pemotongan tali
perubahan asam pusat (prosedur
Suplai O2 ke paru Informasi
basa invasif)
menurun Bayi lahir
Napas cepat
beradaptasi dengan
Asidosis Adanya luka terbuka
lingkungan Tidak
Kerusakan otak respiratori
Apnea mengerti
Suhu tubuh bayi tentang
Gangguan
Kematian bayi sangat mudah Pintu masuknya kuman dan bakteri perawatan tali
Denyut puncak lebih dari perfusi/ ventilasi terpengaruhi
batas normal pusat bayi
lingkungan luar
baru lahir
Nafas cuping
Pemasangan infus umbillikal
hidung, sianosis, Bayi menangis,
Pola napas tidak efektif Kurang
hipoksia menggigil
pengetahua
KEGAGALAN TERMOREGULASI n
Gangguan Resiko infeksi
Pertukaran Gas
Resiko hipotermi
6. Manisfestasi Klinis

Tanda dan gejala pada bayi baru lahir dengan asfiksia antara lain:
Tidak bernafas atau napas megap-megap atau pernapasan cepat,
pernapasan cuping hidung, Pernapasan tidak teratur atau adanya retraksi
dinding dada, Tangisan lemah atau merintih, Warna kulit pucat atau biru,
Tonus otot lemas atau ekstremitas terkulai, Denyut jantung tidak ada atau
lambat (bradikardia) kurang dari 100 kali per menit (Sukarni & Sudarti,
2012)
Sedangkan tanda dan gejala pada bayi baru lahir dengan asfiksia
menurut Sembiring (2017) yaitu : Bayi tidak bernapas atau napas megap-
megap, Denyut jantung kurang dari 100 x/menit, Kulit sianosis, Pucat,
Tonus otot menurun, Tidak ada respon terhadap refleks rangsangan.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) pemeriksaan diagnostik yang
dilakukan pada pasien asfiksia berupa pemeriksaan:
a. Analisa Gas Darah (AGD)
b. Elektrolit Darah
c. Gula Darah
d. Baby gram (RO dada)
e. USG (kepala)
8. Pengelolaan Medik
Penatalaksanaan asfiksia menurut Surasmi (2013) adalah :
a. Membersihkan jalan napas dengan pengisapan lendir dan kasa steril
b. Potong tali pusat dengan teknik aseptik dan dengan antiseptik
c. Apabila bayi tidak menangis lakukan sebagai berikut :
1) Rangsangan taktil dengan cara menepuk-nepuk kaki,
mengelus-elus dada, perut dan punggung
2) Bila dengan rangsangan taktil belum menangis lakukan
resusitasi mouth to mouth
3) Pertahankan suhu tubuh agar tidak perburuk keadaan asfiksia
dengan cara : membungkus bayi dengan kain hangat, badan
bayi harus dalam keadaan kering, jangan memandikan bayi
dengan air dingin gunakan minyak atau baby oil untuk
membersihkan tubuh bayi, kepala bayi ditutup dengan baik
atau kenakan topi.
d. Apabila nilai APGAR pada menit ke lima sudah baik (7-10) lakukan
perawatan selanjutnya : bersihkan badan bayi, perawatan tali pusat,
pemberian ASI sedini mungkin dan adekuat, melaksanakan
antromentri dan pengkajian kesehatan, memasang pakaian bayi dan
mengenakan tanda pengenal bayi.
9. Komplikasi
Menurut Surasmi (2013) dampak yang akan terjadi jika bayi baru
lahir dengan asfiksia tidak di tangani dengan cepat maka akan terjadi hal-hal
sebagai berikut antara lain:
a. perdarahan otak,
b. anuragia, dan onoksia
c. hyperbilirubinemia
d. kejang sam
e. pai koma
10. Prognosis
Asfiksia yang terjadi pada bayi baru lahir dalam taraf ringan atau
sedang dapa pulih sepenuhnya. Hanya saja, apabila sel-sel tubuh bayi tidak
mendapatkan oksigen yang cukup dalam waktu lama, mungkin akan
membuatnya mengalami cedera. Lebih parahnya, asfiksia pada bayi baru lahir
yang tidak secepatnya ditangani dapat berseiko memengaruhi kondisi otak,
jantung, paru-paru, ginjal, usus serta organ tubuh lainnya.
Pendinginan tubuh ( hipotermia terapeutik) dapat memperbaiki kondisi
asfiksia pada bayi baru lahir diusia cukup bulan. Sayangnya, dalam kasus
yang cukup parah, asfiksia pada bayi baru lahir bias mengakibatkan kegagalan
organ tubuh hingga kematian. (Nurmalasari, 2010).
11. Pencegahan
Tidak semua kasus asfiksia neonatorum dapat dicegah. Ibu hamil
disarankan untuk melakukan control secara teratur kedokter kandungan.
kontrol teratur bias membantu memastikan kondisi kehamilan dan
kesehatan janin dalam kondisi baik. Dengan demikian risiko bayi
mengalami asfiksia neonatorum pun bias menurun. (Nurmalasari, 2010).
Deteksi dini bisa berupa penilaian pertumbuhan fisik seperti
pengukuran berat badan, pengkuruan tinggi badan, dan pengukuran
lingkar kepala. Untuk mengetahui lebih lengkap perkembangan secara
fisik dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaaan Denver
Development Sreening Test (DDST) merupakan salah satu alat skrining
perkembangan, alat ini membantu tenaga kesehatan untuk mengetahui
sedini mungkin penyimpangan perkembangan yang terjadi pada anak
sejak lahir sampai berusia 6 tahun.
Pemeriksaan dilakukan secara rutin yaitu setiap bulan Tes DDST
bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. DDST memenuhi semua persyaratan
yang diperlukan untuk metode skrining yang baik, tes ini dilakukan
kurang lebih 20 menit, dapat diandalkan dan menunjukkkan validitas yang
tinggi. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan ternyata DDST
secara efektif dapat mengidentifikasikan antara 85-100% bayi dan anak-
anak prasekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan, dan pada
“follow up” selanjutnya ternyata 89% dari kelompok DDST abnormal
mengalami kegagalan di sekolah 5-6 tahun kemudian.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Konsep dasar keperwatan adalah dimana suatu konsep ditetapkan dalam
bentuk praktik keperawatan, ini bias disebut pendekatan problem solving.
Pemecahan masalah yang memerlukan ilmu tehnik dan keterampilan
interpersonal yang ditunjukkan untuk memenuhi kebutuhan klien dan keluarga
dengan memberikan asuhan keperawatan sesuai lima tahap proses keperawatan
yaitu : pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan eveluasi
keperawatan. Sustanto, 2017 (dalam Nursalam 2001).
1. Pengkajian
Data subyektif terdiri dari:
Biodata atau identitas pasien (Bayi) meliputi nama, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, Orangtua; meliputi nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau
kebangsaan, pendidikan, dan alamat, Riwayat kesehatan, Riwayat antenatal,
Riwayat natal, komplikasi persalinan, Riwayat post natal, Pola eliminasi,
Latar belakang sosial budaya, Kebiasaan ibu merokok, ketergantungan obat-
obatan tertentu terutama jenis psikotropika, Kebiasaan ibu mengkonsumsi
minuman beralkohol, Hubungan psikologis.
Data Obyektif terdiri dari:
a. Keadaan umum Tanda-tanda Vital, Untuk bayi preterm beresiko terjadinya
hipothermi. bila suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila
suhu tubuh < 37 ?C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5 C – 37,5
C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-
60 kali permenit.
b. Pemeriksaan fisik.
1) Kulit; warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru,
pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
2) Kepala; kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal
haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung.
3) Mata; warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi
terhadap cahaya.
4) Hidung terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan
lendir.
5) Mulut; Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
6) Telinga; perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan Leher;
perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
7) Thorax; bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara
wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per
menit.
8) Abdomen, bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus
costaae pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti
adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma,
bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering
terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna. Umbilikus, tali pusat
layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda-tanda infeksi
pada tali pusat.
9) Genitalia; pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah
kelainan letak muara uretra pada neonatus laki – laki, neonatus
perempuan lihat labia mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus
keputihan, kadang perdarahan
10) Anus; perhatikan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar
serta warna dari faeses.
11) Ekstremitas; warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan
adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-
jari tangan serta jumlahnya.
12) Refleks; pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan
sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai
keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik berlangsung aktual maupun potensial (PPNI, 2017).
Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien
individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan (PPNI, 2017).
Menurut standar diagnosa keperawatan Indonesia (2016) diagnosa
yang sering muncul pada asfiksia neonatus menurut adalah sebagai berikut :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d benda asing dalam jalan nafas.
b. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas.
c. Risiko cedera b.d terpapar agen nasokomial.
d. Risiko hipotermia b.d bayi baru lahir.
e. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan peertukaran gas
Pengetahuan prioritas masalah keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan pasien didasarkan kepada hirarki kebutuhan dasar manusia yaitu:
Hirarki Maslow (1997) menjelaskan kebutuhan dasar manusia dibagi
menjadi dalam lima tahap: fisiologis, rasa aman dan nyaman, mencintai dan
dicintai, harga diri dan aktualisasi diri. Hirarki menurut Maslow yaitu:
Aktualisasi
diri

Harga diri

Mencintai dan dicintai

Rasa aman dan nyaman

Kebutuhan fisiologis, O2 CO2, elektrolit, makanan, seks

Gambar 2.2
Hirarki Maslow Tentang Kebutuhan Dasar Manusia
(Hirarki Maslow. 1997. Dalam Sutanto, Yoel. 2017.)
Keterangan:
1) Kebutuhan fisiologis (Physiological Need)
Contoh: udara segar, air, cairan, elektrolit, makanan.
2) Kebutuhan rasa aman: (Safety Need)
Contoh: Terhindar dari penyakit, pencurian dan perlindungan hokum
3) Kebutuhan Kebutuhan mencintai dan dicintai (Love Need )
Contoh: Mendambakan kasih sayang, ingin mencintai dan dicintai,
diterima oleh kelompok.
4) Kebutuhan harga diri (Esteem Need)
Contoh: Dihargai dan menghargai respek dari orang lain, toleransi
dalam hidup berdampingan.
5) Kebutuhan aktualisasi diri (Self Actualitation Need)
Contoh: Ingin diakui, berhasil dan menonjol dari orang lain.
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan atau intervensi merupakan langkah beikutnya dalam
proses keperawatan. Pada langkah ini, perawat menentapkan tujuan dan
kriteria hasil yang diharapkan bagi klien dan merencanakan intervensi
keperawatan. Pernyataan tersebut diketahui bahwa dalam membuat
perencanaan perlu mempertimbangkan tujuan, kriteria yang diperkirakan atau
diharapkan dan intervensi keperawatan (Andarmoyo, 2013).
Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang
dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian
klinis untuk mencapai peningkatan, pencegahan dan pemulihan kesehatan
klien individu, keluarga dan komunitas (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018).
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan. Ukuran implementasi keperawatan yang diberikan
kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk mencegah
masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari. Proses pelaksanaan
implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Yustiana Olfah, 2016).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan kegiatan yang telah dilakukan untuk menilai
keberhasilan rencana tindakan yang telah dilaksanakan. Apabila tidak/belum
berhasil perlu disusun rencana baru sesuai semua tindakan keperawatan
mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali kunjungan rumah
kekeluarga. Untuk itu dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan
waktu dan kesediaan keluarga yang telah disepakati bersama. (NIPRP
DEWI,2018).
6. Perencanaan pulang
Discharge planning merupakan proses berkesinambungan guna
menyiapkan perawatan mandiri pasien pasca rawat inap. Proses identifikasi
dan perencanaan kebutuhan keberlanjutan pasien ditulis guna memfasilitasi
pelayanan kesehatan dari suatu lingkungan ke lingkungan lain agar kesehatan
memiliki kesempatan yang cukup umtuk melaksanakan discharge plenning
dapat tercapai bila prosesnya terpusat, terkoordinasi, dan terdiri dari berbagai
disiplin ilmu untuk perencanaa perawatan berkelanjutan pada pasien setelah
meninggalkan rumah sakit. Sasaran pasien yang diberikan perawatan pasca
rawat inap adalah mereka yang memerlukan bantuan selama masa
penyembuhan dari penyakit akut untuk mencegah atau mengelola penurunan
kondisi akibat penyakit kronis. Petugas yang merencanakan pemulangan atau
coordinator asuhan berkelanjutan merupakan staf rumah sakit yang berfungsi
sebagai konsultan untuk proses discharge planning dan fasilitas kesehatan,
menyediakan pendidikan kesehatan, motivasi staf rumah sakit untuk
merencanakan serta mengimplementasikan discharge planning. Misalnya
pasien yang membutuhkan bantuan social, nutrisi, keuangan, psikologi,
transportasi pasca rawat inap. (Nursalam, 2016, The Royal Marsden Hospital,
2014, Discharge planning Association,2016).
7. Dokumentasi keperawatan
Suatu dokumen atau catatan yang berisi data tentang keadaan pasien
yang dilihat tidak saja dari tingkat kesakitan, akan tetapi juga dilihat dari
jenis, kualitas dan kuantitas dari layanan yang telah diberikan perawat dalam
memenuhi kebutuhan pasien (Ali 2009 dalam Yustiana Olfah, 2016).
Rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat dimulai dari proses
pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana tindakan, tindakan keperawatan
dan evaluasi yang dicatat baik berupa elektronik maupun manual serta dapat
dipertanggung jawabkan oleh perawat (Yustiana Olfah, 2016).

Anda mungkin juga menyukai