N DENGAN GANGGUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA (OKSIGENASI)
DI RUANG BOUGENVILE RSUD dr. DORIS
SYLVANUS PALANGKA RAYA
Oleh :
Nama : Prianto
Nim : PO. 62. 20. 1. 19. 108
2021
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat
rahmat dan penyertaanNya, sehingga penulisan laporan pendahuluan keperawatan ini
dapat selesai dengan tepat waktu. Laporan pendahuluan keperawatan ini berjudul
“Laporan Pendahuluan Keperawatan dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Manusia (Oksigenasi) di Ruang Bougenvile SUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”
Selama penulisan laporan Asuhan Keperawatan Ini, penulis banyak
memperoleh masukan berupa pengalaman, petunjuk-petunjuk, pengetahuan maupun
ilmu yang sangat berharga dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung, sehingga laporan asuhan keperawatan ini dapat diselesaikan walaupun
masih jauh dari sempurna
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan
laporan ini. Oleh karena itu, penulis berharap adanya masukan dari berbagai pihak
untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
dan dapat dipergunakan dengan sebagaimana mestinya.
Penuli
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Oksigen merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan sel dan jaringan
tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses metabolisme tubuh secara terus-
menerus. Oksigen diperoleh dari atmosfer melalui proses bernapas. Pada atmosfer,
gas selain oksigen juga terdapat karbon dioksida (CO), Nitrogen (N), dan unsur-unsur
lain seperti argon dan helium. Pemenuhuan kebutuhan oksigen tubuh sangat
ditentukan oleh adekuatnya sistem pernapasan, sistem kardiovaskular, dan
hematologi. Proses oksigenasi dimulai dari pengambilan oksigen diatmosfer,
kemudian oksigen masuk melalui organ pernapasan bagian atas seperti hidung atau
mulut, faring, laring, dan selanjutnya masuk ke organ pernapasan bagian bawah
seperti trakea, bronkus utama, bronkussekunder, bronkus tersier (segmental), terminal
bronkiolus, dan selanjutnya masuk ke alveoli. Selain itu untuk jalan masuknya udara
ke organ pernapasan bagian bawah, organ pernapasan bagian atas juga berfungsi
untuk pertukaran gas, proteksi terhadap benda asing yang akan masuk ke pernapasan
bagian atas juga berfungsi untuk pertukataran gas, proteksi terhaadap benda asing
yang akan masuk ke pernapasan bagian bawah, menghangatkan, filtrasi, dan
melembabkan gas. Sementara itu, fungsi organ pernapasan bagian bawah, selain
sebagai tempat untuk masuknya osigen, berperan juga dalam proses difusi gas
(Tarwoto & Wartonah, 2010).
Salah satu masalah dalam gangguan kebutuhan oksigenasi adalah hipoksia dan
obstruksi saluran napas. Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan
kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat defesiensi oksigen atau peningkatan
penggunaan oksigen di tingkat sel, sehingga dapat memunculkan tanda seperti kulit
kebiruan (sianosis). Secara umum, terjadinya hipoksia ini disebabkan oleh
menurunnya kadar hemoglobin. Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah,
menurunnya perfusi jaringan,atau gangguan ventilasi yang dapat menurunnya
konsentrasi oksigen. Sedangkan Obstruksi jalan napas merupakan suatu kondisi pada
individu dengan pernapasan yang mengalami ancaman,terkait dengan
ketidakmampuan bentuk secara efektif. Hal ini dapat di sebabkan oleh secret yang
kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi,immobilisasi, stasis sekresi, serta batuk
tidak efektif karena penyakit persarafan seperti cerebrovaskular accident (cva), akibat
efek pengobatan sedatif, dan lain-lain (Hidayat, 2012).
2. Anatomi Fisiologi
Terdiri atas bagian eksternal dan internal. Bagian eksternal menonjol dari
wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago. Bagian internal hidung adalah
rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh
pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum. Rongga hidung dilapisi dengan
membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa
hidung. Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir
secara terus menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan
silia.Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru.
Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta
menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru. Hidung juga bertanggung
jawab terhadap olfaktori (penghirup) karena reseptor olfaktori terletak dalam mukosa
hidung, dan fungsi ini berkurang sejalandengan pertambahan usia.
2. Faring
Disebut juga batang tenggorok, ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus
yang disebut karina.
2. Saluran Napas Bawah
1. Bronkus
Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri, disebut bronkus lobaris kanan (3
lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus). Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10
bronkus segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental.
Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang
dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf.
2. Bronkiolus
Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2. Terdapat sekitar 300 juta yang
jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2. Terdiri atas 3 tipe :Sel-sel
alveolar tipe I, tipe II dan tipe III.
7. Paru-paru
Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut, terletak dalam rongga dada
atau toraks. Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan
beberapa pembuluh darah besar. Setiap paru mempunyai apeks dan basis, paru kanan
lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris, paru kiri lebih kecil dan
terbagi menjadi 2 lobus.Lobus-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen
sesuai dengan segmen bronkusnya.
8. Pleura
Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis yang
terbagi menjadi 2 yaitu pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada dan pleura
viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru. Diantara pleura terdapat rongga
pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua
permukaan itu bergerak selama pernapasan, juga untuk mencegah pemisahan toraks
dengan paru-paru. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir,
hal ini untuk mencegah kolap paru-paru.
3. Fisiologi Oksigenisasi
Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian:
1. Menghirup udara (inpirasi)
Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui saluran
pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi : volume rongga dada naik/lebih
besar, tekanan rongga dada turun/lebih kecil.
2. Menghembuskan udara (ekspirasi)
3. Etiologi
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan pasien mengalami gangguan oksigenasi
menurut NANDA (2013),yaitu hiperventilasi, hipoventilasi, deformitas tulang dan
dinding dada, nyeri,cemas, penurunan energy,/kelelahan, kerusakan neuromuscular,
kerusakan muskoloskeletal, kerusakan kognitif / persepsi, obesitas, posisi tubuh,
imaturitas neurologis kelelahan otot pernapasan dan adanya perubahan membrane
kapiler-alveoli.
4. Faktor Predisposisi
1. Faktor Fisiologi
1. Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia.
2. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran napas
bagian atas.
3. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport O 2
terganggu.
4. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka, dan
lain-lain.
5. Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan,
obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyalit kronik seperti TBC paru.
2. Faktor Perkembangan
1. Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
2. Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
3. Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan danmerokok.
4. Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress
yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
5. Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.
3. Faktor Perilaku
1. Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi
yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang
tinggi lemak menimbulkan arterioklerosis.
2. Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
3. Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan
koroner.
4. Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake nutrisi/Fe
menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alcohol, menyebabkan depresi
pusat pernapasan.
5. Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat
4. Faktor Lingkungan
1. Tempat kerja
2. Suhu lingkungan
3. Ketinggian tempat dan permukaan laut.
5. Patofisiologi
Untuk kelangsungan hidupnya manusia butuh bernapas.Sistem pernapasan
sangat penting dimana terjadi pertukaran gas oksigen dan karbondioksida.Salah
satu organ yang sangat mebutuhkan oksigen dan peka terhadap kekurangannya
adalah otak. Tidak adanya oksigen dalam 3 menit akan mengakibatkan seseorang
kehilangan kesadaran. 5 menit tidak mendapatkan oksigen sel otak akan rusak
secara irreversibel (tidak bisa kembali atau diperbaiki). Oksigen dalamudara
dibawa masuk ke dalamparu-paru dan berdifusi dalam darah.
Bersamaan dengan itu dikeluarkannya karbondioksida yang juga berdifusi dari
darah dan kemudian dikeluarkan bersama udara.Oksigen dibutuhkan oleh semua sel
dalam tubuh untuk kelangsungan hidupnya.Sedangkan karbondioksida merupakan sisa
hasil metabolisme yang tidak digunakan lagi dan harus dikeluarkan dari dalam
tubuh.Perjalanan oksigen dan karbondioksida.Dari atmosfer (udara) oksigen masuk
melalui mulut/hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus sampai dengan
alveoli.Dari alveoli oksigen berdifusi masuk ke dalam darah dan dibawa oleh eritrosit
(sel darah merah).Dalam darah oksigen dibawa ke jantung kemudian dipompakan oleh
jantung diedarkan ke seluruh tubuh untuk digunakan sampai tingkat sel. Oksigen
masuk ke dalam sel dan di dalam mitokondria digunakan untuk proses-proses
metabolisme yang penting untuk kelangsunganhidup.Sedangkan karbondioksida
berjalan arah sebaliknya dengan oksigen.Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh
ventilasi, difusi dan trasportasi.
Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari
dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat
tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan napas sebagai benda
asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari
alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran
gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi
seperti perubahan volume sekuncup,afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga
dapat mempengaruhi pertukaran gas (Nurjanah, 2014)
.
6. Pathway
Faktor lingkungan (udara, bakteri, virus,
jamur) Masuk melalui saluran napas atas
Penyempitan saluran
pernapasan
Sekret mengental di
jalan napas
Keletihan otot
pernapasan
Sumber :Tarwoto & Wartonah, 2010. Kebutuhan Manusia dan Proses Keperawatan Edisi
7. Manifestasi Klinis
1. Suara napas tidak normal.
2. Perubahan jumlah pernapasan.
3. Batuk disertai dahak.
4. Penggunaan otot tambahan pernapasan.
5. Dispnea.
6. Penurunan haluaran urin.
7. Penurunan ekspansi paru.
8. Takhipnea
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostikyang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya
gangguan oksigenasi yaitu pemeriksaan fungsi paru yang bertujuan untuk mengetahui
kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara efisien. Pemeriksaan fungsi
paru meliputi :
1. Pemeriksaan gas darah arteri dilakukan untuk memberikan informasi tentang
difusi gas melalui membrane kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
2. Oksimetri dilakukanuntuk mengukur saturasi oksigen kapiler.
3. Pemeriksaan sinar X dada dilakukanuntuk pemeriksaan adanya cairan, massa,
fraktur, dan proses-proses abnormal.
4. Bronkoskopi dilakukanuntuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel
sputum/benda asing yang menghambat jalan napas.
5. Endoskopi dilakukanuntuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
6. Fluoroskopi dilakukanuntuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja
jantung dan kontraksi paru.
7. CT-SCAN dilakukanuntuk mengintifikasi adanya massa abnormal.
10. Penatalaksaan
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
1) Pembersihan jalan napas
2) Latihan batuk efektif
3) Suctioning
4) Jalan napas buatan
2. Pola Napas Tidak Efektif
1) Atur posisi pasien ( semi fowler )
2) Pemberian oksigen
3) Teknik bernapas dan relaksasi
3. Gangguan Pertukaran Gas
1) Atur posisi pasien ( posisi fowler )
2) Pemberian oksigen
3) Suctioning
2.1.2 DiagnosaKeperawatan
Diagnosis keperawatan utama untuk klien dengan masalah
oksigenasi adalah :
1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan:
a. Sekresi kental/belebihan sekunder akibat infeksi, fibrosis
kistik atauinfluenza.
b. Imobilitas statis sekresi dan batuk tidakefektif.
c. Sumbatan jalan napas karena bendaasing.
2) Pola napas tidak efektif berhubungandengan:
a. Lemahnya otot pernapasan
b. Penurunan ekspansiparu
3) Gangguan Pertukaran Gas berhubungandengan:
a. Perubahan suplaioksigen
b. Adanya penumpukan cairan dalam paru
c. Edema paru
2.1.3 Manajemen Asuhan Keperawatan
‐ Cukup menurun (4) ‐ Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
‐ Menurun(5) kontraindikasi
‐ Gelisah ‐ Ajarkan teknik batukefektif
‐ Meningkat(1) Kolaborasi
‐ Cukup meningkat(2) ‐ Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
‐ Sedang(3) mukolitik jika perlu
‐ Cukup menurun (4)
‐ Menurun(5) Pemantauan Respirasi
Observasi
‐ FrekuensiNapas ‐ Monitor frekuensi, irama, kedalaman, danupaya
napas
‐ Memburuk(1)
‐ Cukup memburuk (2) ‐ Monitor pola napas (sepertibradipne.takipnea,
‐ Sedang(3) hiperventilasi, kussmaul, cheyne-Stokes, Biot,
‐ Cukup membaik(4) ataksik)
‐ Membaik (5) ‐ Monitor kemampuan batukefektif
‐ Monitor adanya produksisputum
‐ Pola Napas
‐ Monitor adanya sumbatan jalannapas
‐ Memburuk(1)
‐ Palpasi kesimetrisan ekspanasiparu
‐ Cukup memburuk (2)
‐ Sedang(3) ‐ Auskultasi bunyinapas
‐ Cukup membaik(4) ‐ Monitor saturasioksigen
‐ Membaik (5) ‐ Monitor nilai AGD monitor hasi X-Raytoraks
Terapeutik
‐ Atur interval pemantauan respirasi sesuaikondisi
pasien
‐ Dokumentasikan hasilpemantauan
Edukasi
‐ Jelaskan tujuan dan prosedurpemantauan
‐ Informasikan hasil pemantauan, jikaperlu
2. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Jalan Napas
Batasan Karakteristik : ..x.. jam diharapkan pola napas efektif Observasi
Fisiologis : dengan kriteria : ‐ Monitor pola napas (Frekuensi kedalaman dan
usaha napas)
‐ Penggunaan otot bantupernapasan
‐ Dispnea ‐ Monitor bunyi napas tambahan (gurgling,mengi,
‐ Fase ekspirasi memanjang
‐ Meningkat(1) wheezing, ronchikering)
‐ Pola napas abnormal 9mis. ‐ Cukup meningkat(2) ‐ Monitor sputum (jumlah, warna,aroma)
Takipnea, bradipnea, ‐ Sedang(3)
hiperventilasi, kussmaul, cheyne- Terapeutik
‐ Cukup menurun (4)
Stokes) ‐ Menurun(5) ‐ Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-
‐ Pernapasan cupinghidung tilt, chin-lift (jaw thrust jika curiga trauma
‐ Penggunaan otot bantunapas servikal)
‐ Kapasitas vitalmenurun
‐ Meningkat(1) ‐ Posisikansemifowler/fowler
‐ Tekanan ekspirasimenurun
‐ Cukup meningkat(2) ‐ Berikan minumhangat
‐ Tekanan inspirasimenurun
‐ Sedang(3) ‐ Lakukan fisioterapi dada jika perlu
‐ Cukup menurun (4)
Faktor yang berhubungan : ‐ Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15detik
‐ Menurun(5)
‐ Depresi pusatpernapasan ‐ Lakukan hiperoksigenasi sebelumpenghisapan
‐ Pemanjangan faseekspirasi endotrakeal
‐ Hambatan upaya napas (mis.Nyeri ‐ Meningkat(1) ‐ Keluarkan sumbatan benda padat dengan forcep
saat bernapas, kelemahan otot ‐ Cukup meningkat(2) McGill
pernapasan) ‐ Sedang(3) ‐ Berikan oksigen jika perlu
‐ Cukup menurun (4)
‐ Deformitas dindingdada Edukasi
‐ Menurun(5)
‐ Gangguanneuromuskular ‐ ‐ Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
‐ Gangguanneurologis ‐ Pernapasan cupinghidung kontraindikasi
‐ Kecemasan ‐ Meningkat(1) ‐ Ajarkan teknik batukefektif
‐ Efek agenfarmakologis ‐ Cukup meningkat(2) Kolaborasi
‐ Sedang(3) ‐ Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
‐ Cukup menurun (4) mukolitik jika perlu
‐ Menurun(5) Pemantauan Respirasi
Observasi
‐ FrekuensiNapas ‐ Monitor frekuensi, irama, kedalaman, danupaya
‐ Memburuk(1) napas
‐ Cukup memburuk (2) ‐ Monitor pola napas (sepertibradipne.takipnea,
‐ Sedang(3) hiperventilasi, kussmaul, cheyne-Stokes, Biot,
‐ Cukup membaik(4) ataksik)
‐ Membaik (5)
‐ Monitor kemampuan batukefektif
‐ Kapasitasvital Terapeutik
‐ Memburuk(1) ‐ Atur interval pemantauan respirasi sesuaikondisi
‐ Cukup memburuk (2) pasien
‐ Sedang(3) ‐ Dokumentasikan hasilpemantauan
‐ Cukup membaik(4) Edukasi
‐ Membaik (5) ‐ Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jikaperlu
‐ Tekananekspirasi
‐ Memburuk(1)
‐ Cukup memburuk (2)
‐ Sedang(3)
‐ Cukup membaik(4)
‐ Membaik (5)
‐ TekananInspirasi
‐ Memburuk(1)
‐ Cukup memburuk (2)
‐ Sedang(3)
‐ Cukup membaik(4)
‐ Membaik (5)
3. Gangguan pertukarangas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pemantauan Respirasi
Batasan Karakteristik: ..x.. jam diharapkan tidak terjadi gangguan Observasi
Fisiologis : pertukaran gas dengan kriteria : ‐ Monitor frekuensi, irama, kedalaman, danupaya
napas
‐ PCO2 meningkat ataumenurun
‐ Tingkatkesadaran ‐ Monitor pola napas (sepertibradipne.takipnea,
‐ PO2menurun
‐ Menurun(1) hiperventilasi, kussmaul, cheyne-Stokes, Biot,
‐ Takikardi ‐ Cukup menurun (2) ataksik)
‐ pH arteri meningkat ataumenurun ‐ Sedang(3) ‐ Monitor kemampuan batukefektif
‐ Bunyi napastambahan ‐ Cukup meningkat(4)
‐ Monitor adanya produksisputum
‐ Meningkat(5)
‐ Sianosis ‐ Monitor adanya sumbatan jalannapas
‐ Gelisah ‐ Dispnea ‐ Palpasi kesimetrisan ekspanasiparu
‐ Napas cupinghidung ‐ Meningkat(1) ‐ Auskultasi bunyinapas
‐ Pola napas abnormal ‐ Cukup meningkat(2) ‐ Monitor saturasioksigen
(cepat/lambat) reguler/irreluguler, ‐ Sedang(3)
‐ Monitor nilai AGD monitor hasi X-Raytoraks
dalam/dangkal ‐ Cukup menurun (4)
‐ Menurun(5) Terapeutik
‐ Warna kulit abnormal
‐ Bunyi napastambahan ‐ Atur interval pemantauan respirasi sesuaikondisi
‐ Misal pucatkebiruan pasien
‐ Meningkat(1)
‐ Kesadaranmenurun ‐ Dokumentasikan hasilpemantauan
‐ Cukup meningkat(2)
Faktor yang berhubungan : ‐ Sedang(3) Edukasi
‐ Ketidakseimbanganventilasi ‐ Cukup menurun (4) ‐ Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
perfusi ‐ Menurun(5) Informasikan hasil pemantauan, jikaperlu
‐ Perubahan membranalveolus
‐ Takikardia Terapi Oksigen
kapiler
Observasi
‐ Meningkat(1)
‐ Cukup meningkat(2)
‐ Sedang(3) ‐ Monitor posisi aliran terapioksigen
‐ Cukup menurun (4) ‐ Monitor posisi alat terapioksigen
‐ Menurun(5)
‐ Monitor aliran oksigen secara periodik dan
pastikan fraksi yang diberikancukup
‐ Gelisah
‐ Monitor efektifitas terapi oksigen (mis.Oksimetri
‐ Meningkat(1)
dan analisa gas darah) jikaperlu
‐ Cukup meningkat(2)
‐ Sedang(3) ‐ Monitor kemampuan melepaskan oksigensaat
‐ Cukup menurun (4) makan
‐ Menurun(5) ‐ Monitor tingkat kecemasan akibat terapioksigen
‐ Monitor integritas mukosa hidung akibat
‐ Napas cupinghidung pemasanganoksigen
‐ Meningkat(1) ‐ Monitor tanda-tanda hipoventilasi
‐ Cukup meningkat(2)
Terapeutik
‐ Sedang(3)
‐ Bersihkan sekret pada mulut, hidung, dantrakea
‐ Cukup menurun (4)
jika perlu
‐ Menurun(5)
‐ Pertahankan kepatenan jalannapas
‐ PCO2 ‐ Siapkan dan atur peralatan pemberianoksigen
‐ Memburuk(1) ‐ Berikan oksigen tambahan jikaperlu
‐ Cukup memburuk (2) ‐ Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
‐ Sedang(3)
‐ Gunakan perangkat oksigen yang sesuaidengan
‐ Cukup membaik(4)
tingkat mobilitaspasien
‐ Membaik (5)
Edukasi
‐ PO2 ‐ Ajarkan pasien dan keluarga caramenggunakan
‐ Memburuk(1) oksigendirumah
‐ Cukup memburuk (2) Kolaborasi
‐ Sedang(3) - Kolaborasi penentuan dosisoksigen
‐ Cukup membaik(4) - Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitasatau
‐ Membaik (5) tidur
‐ pHarteri
‐ Memburuk(1)
‐ Cukup memburuk (2)
‐ Sedang(3)
‐ Cukup membaik(4)
‐ Membaik (5)
‐ Sianosis
‐ Memburuk(1)
‐ Cukup memburuk (2)
‐ Sedang(3)
‐ Cukup membaik(4)
‐ Membaik (5)
‐ Polanapas
‐ Memburuk(1)
‐ Cukup memburuk (2)
‐ Sedang(3)
‐ Cukup membaik(4)
‐ Membaik (5)
‐ Warna Kulit
‐ Memburuk(1)
‐ Cukup memburuk (2)
‐ Sedang(3)
‐ Cukup membaik(4)
‐ Membaik (5)
2.1.4 Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan oksigen secara umum dapat dinilai dari
DAFTAR PUSTAKA
Ali N, Lewis M. (2015). Understanding Pain, An Introduction for Patients and Caregivers.
Rowman & Littlefield.
Hidayat, A.A., 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Nurjanah, W., 2014.Laporan Oksigenasi. [Online] Available at:
http://www.academia.edu/10554306/LAPORAN_KDM_OKSIGENASI_OKSIGENASI
[Accessed Senin Desember 2017].
Mangku G, Senapathi TGA. (2010). Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi.
Jakarta: Indeks.
Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia.(2009).
Panduan Tatalaksana Nyeri Operatif. Jakarta: PP IDSAI.
Tarwoto & Wartonah, 2010.Kebutuhan Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 4. Jakarta:
Salemba Medika.
Wilkinson P, Wiles J. (2013). Guidelines for Pain Management Programmes for
adults.The British Pain Society.
Yudiyanta, Novita. (2015). Assessment Nyeri.Patient Comfort Assessment Gui
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia