A. Pengertian
Dispnea adalah gejala pertama yang dirasakan pasien akibat terganggunya pertukaran
oksigen dan karbon dioksida dalam alveoli yang berisi cairan. Dispnea akan semakin
parah apabila melakukan aktivitas yang berat seperti naik tangga dan mengangkat beban
yang berat. (Bradero et al, 2016).
Sedangkan pengertian dispnea menurut Djojodibroto (2010) dispnea adalah gejala
subjektif berupa keinginan penderita untuk meningkatkan upaya untuk mendapatkan udara
pernapasan. Karena dispnea sifatnya subjektif sehingga dispnea tidak dapat diukur.
Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai dengan napas yang
pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea dapat ditemukan pada penyakit
kardiovaskular, emboli paru, penyakit paru interstisial atau alveolar, gangguan dinding
dada, penyakit obstruktif paru (emfisema, bronkitis, asma), kecemasan. (Price dan Wilson,
2016).
B. Etiologi
Penyebab dispnea menurut Djojodibroto (2016) adalah :
1. Sistem kardiovaskuler : gagal jantung
2. Sistem pernapasan : PPOK, Penyakit parenkim paru, hipertensi pulmonal, faktor
mekanik di luar paru (asites, obesitas, efusi pleura)
3. Psikologis (kecemasan)
4. Hematologi (anemia kronik)
5. Otot pernafasan yang abnormal (penyakit otot, kelumpuhan otot)
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada dyspnea adalah
a. Manifestasi Pulmoner
Berupa keluhan atau tanda penyakit, baik akibat langsung maupun akibat tidak
langsung dari proses yang ada di paru. Manifestasi ini dapat berupa : (a) manifestasi
pulmoner primer, merupakan tanda yang ditimbulkan langsung oleh proses setempat.
(b) manifestasi pulmoner sekunder, merupakan perubahan akibat kelainan paru yang
dapat menimbulkan gangguan dalam pertkaran gas dan penigkatan pembuluh darah.
b. Manifestasi Ekstrapulmoner
Berupa perubahan – perubahan atau kelainan yang terjadi di luar paru akibat dari
penyakit yang ada di paru; (a) metastasis, merupakan penyebaran penyakit paru ke luar
paru seperti kanker paru menyebar ke tulang, hati, otak, dan organ tubuh lainnya. (b)
non metastasis, merupakan gejala sistemik yang dapat berupa gejala umum (panas,
anorexia, rasa lelah) dan gejala khusus (jari tabuh, osteoartropi).
D. Tanda gejala
1. Napas memendek
2. Napas cepat dan dangkal
3. Adanya pembengkaan di kaki dan tangan
E. Jenis Dyspnea
Jenis dyspnea terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Dyspnea Akut
Dyspnea akut dengan awal tiba – tiba merupakan penyebab umum kunjungan ke ruang
gawat darurat. Penyebabnya penyakit pernapasan, penyakit jantung atau trauma dada.
2. Dyspnea Kronis
Dyspena kronis (menahun) dapat disebabkan oleh asma, Penyakit Paru Obstruktif
Kronis (PPOK), emfisema, inflamasi paru – paru, tumor atau kelainan pita suara
F. Patofisiologi
Sesak napas merupakan keluhan subjektif dari seorang yang menderita penyakit paru.
Keluhan ini mempunyai jangkauan yanga luas, sesuai dengan interpretasi seseorang
mengenai arti sesak napas tadi. Pada dasarnya, sesak napas baru akan timbul bila
kebutuhan ventilasi dapat meningkat pada beberapa keadaan seperti aktivitas jasmani yang
bertambah atau panas badan yang meningkat.
Patofisiologi sesak napas dibagi sebagai berikut :
Oksigenasi jaringan menurun
Pernafasan Terganggu
terganggunya difusi
Hipoventilasi / Hiper Bersihkan jalan napas pertukaran 02,co2
Di Aveolus
Takipnue/branipnue
Gangguan pertukaran gas
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan eksaserbasi akut di rumah sakit dapat dilakukan secara rawat jalan
ataurawat inap dan dilakukan di poliklinik rawat jalan, ruang rawat inap, unit gawat
darurat,
1. Bronkodilator: Albuaterol ( proventil,ventolin), isoetarin ( bronkosol, bronkometer
2. Kortikosteroid : Metilprenisolon, Deksametason.
3. Antibiotik
4. Terapi Oksigen: sesuai indikasi hasil AGDdan toleransi klien.
5. Ventilasi Mekanik
6. Bantu pengobatan pernafasan (Fisioterapi dada)
7. Berikan vitamin atau mineral atau elektrolit sesuai indikasi.
I. Komplikasi
Dispnea dapat ditemukan pada penyakit kardiovaskuler, emboli paru, penyakit paru
interstisial atau alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru (emfisema,
bronkitis, asma), kecemasan. Sesak napas dapat disebabkan oleh beberapa penyakit seperti
asma, penggumpalan darah pada paru – paru sampai pneumonia. Sesak napas juga dapat
disebabkan karena kehamilan (Price dan Wilson, 2006). Dalam bentuk kronisnya, sesak
napas atau dispnea merupakan suatu gejala penyakit – penyakit seperti asma, emfisema,
berupa penyakit paru – paru lain.
J. Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik/ Penunjang
1. Peningkatan Hb (empisema berat)
2. Peningkatan eosinofil/ asma
3. Penurunan alpha 1-antitrypsin
4. PO2 menurun dan PCO2 normal atau meningkat (bronkhitis kronis dan emfisema.
5. Chest X-ray: dapat menunjukkan hiperinflasi paru-paru, diafragma mendatar
6. EKG:deviasi aksis kanan; gelombang P tinggi (pada pasien asma berat dan
atrialdisritmia/bronkhitis); gel.P pada Leads II, III, AVF panjang dan tinggi
(brinkhitis danemfisema); dan aksis QRS vertikal (emfisema)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian