DI RUANG LILY
Disusun Oleh:
IFFAH KHAIRUNNISA
(2011040161)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PURWOKERTO 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
DYSPNEA
A. Pengertian
Dispnea adalah gejala pertama yang dirasakan pasien akibat terganggunya pertukaran
oksigen dan karbon dioksida dalam alveoli yang berisi cairan. Dispnea akan semakin
parah apabila melakukan aktivitas yang berat seperti naik tangga dan mengangkat beban
yang berat. (Bradero et al, 2016).
Sedangkan pengertian dispnea menurut Djojodibroto (2010) dispnea adalah gejala
subjektif berupa keinginan penderita untuk meningkatkan upaya untuk mendapatkan udara
pernapasan. Karena dispnea sifatnya subjektif sehingga dispnea tidak dapat diukur.
Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai dengan napas yang
pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea dapat ditemukan pada penyakit
kardiovaskular, emboli paru, penyakit paru interstisial atau alveolar, gangguan dinding dada,
penyakit obstruktif paru (emfisema, bronkitis, asma), kecemasan. (Price dan Wilson, 2016).
B. Etiologi
Penyebab dispnea menurut Djojodibroto (2016) adalah :
1. Sistem kardiovaskuler : gagal jantung
2. Sistem pernapasan : PPOK, Penyakit parenkim paru, hipertensi pulmonal,
faktor mekanik di luar paru (asites, obesitas, efusi pleura)
3. Psikologis (kecemasan)
4. Hematologi (anemia kronik)
5. Otot pernafasan yang abnormal (penyakit otot, kelumpuhan otot)
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada dyspnea adalah
a. Manifestasi Pulmoner
Berupa keluhan atau tanda penyakit, baik akibat langsung maupun akibat
tidak langsung dari proses yang ada di paru. Manifestasi ini dapat berupa : (a) manifestasi
pulmoner primer, merupakan tanda yang ditimbulkan langsung oleh proses setempat.
(b) manifestasi pulmoner sekunder, merupakan perubahan akibat kelainan paru yang
dapat menimbulkan gangguan dalam pertkaran gas dan penigkatan pembuluh darah.
Berupa perubahan – perubahan atau kelainan yang terjadi di luar paru akibat dari
penyakit yang ada di paru; (a) metastasis, merupakan penyebaran penyakit paru ke luar
paru seperti kanker paru menyebar ke tulang, hati, otak, dan organ tubuh lainnya. (b)
non metastasis, merupakan gejala sistemik yang dapat berupa gejala umum (panas,
anorexia, rasa lelah) dan gejala khusus (jari tabuh, osteoartropi).
D. Tanda gejala
1. Napas memendek
2. Napas cepat dan dangkal
Sesak napas merupakan keluhan subjektif dari seorang yang menderita penyakit paru.
Keluhan ini mempunyai jangkauan yanga luas, sesuai dengan interpretasi seseorang
mengenai arti sesak napas tadi. Pada dasarnya, sesak napas baru akan timbul bila
kebutuhan ventilasi dapat meningkat pada beberapa keadaan seperti aktivitas jasmani yang
bertambah atau panas badan yang meningkat.
Patofisiologi sesak napas dibagi sebagai berikut :
Pernafasan Terganggu
terganggunya difusi
Hipoventilasi / Hiper Bersihkan jalan napas pertukaran 02,co2
Di Aveolus
Takipnue/branipnue
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan eksaserbasi akut di rumah sakit dapat dilakukan secara rawat jalan
ataurawat inap dan dilakukan di poliklinik rawat jalan, ruang rawat inap, unit gawat
darurat,
interstisial atau alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru (emfisema,
bronkitis, asma), kecemasan. Sesak napas dapat disebabkan oleh beberapa penyakit seperti
asma, penggumpalan darah pada paru – paru sampai pneumonia. Sesak napas juga dapat
disebabkan karena kehamilan (Price dan Wilson, 2006). Dalam bentuk kronisnya, sesak napas
atau dispnea merupakan suatu gejala penyakit – penyakit seperti asma, emfisema,
berupa penyakit paru – paru lain.
J. Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik/ Penunjang
A. Pengkajian
standar buku diagnosis keperawatan Indonesia gangguan pola napas tidak efektif termasuk
kedalam kategori fisiologis dan subkategori respirasi. Penyebab dari
gangguan pola napas tidak efektif adalah adanya hambatan upaya napas,
hipoventilasi dan kelelahan otot pernapasan. Adapun gejala dan tanda mayor dari
gangguan polanapastidak efektif adalah subyektif yaitu dyspnea, obyektif yaitu
penggunaan ototbantu pernapasan, fase ekspirasi memanjang, pola napas
abnormal.
C. intervensi
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) setelah merumuskan diagnose dilanjutkan dengan
intervensi dan aktivitas keperawatan untuk mengurangi menghilangkan serta
mencegah masalah keperawatan klien. Tahapan ini disebut perencanaan keperawatan
yang meliputi penentuan prioritas diagnose keperawatan, menetapkan sasaran dan
tujuan, menetapkan kriteria evaluasi sertamerumuskan intervensi serta aktivitas
keperawatan. Berikut ini adalah intervensi untuk klien dengan gangguan
polanapastidak efektif :
Masalah keperawatan : gangguan polanapastidak efektifb.Tujuan keperawatan yaitu
INTERVENSI
Rencana tindakan yang diberikan pada gangguanpola nafas tidak efektifantara
lain :
Airway Managementa
-Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasib
-Keluarkan secret dengan batuk atau suction
Oxygen Therapya
-Bersihkan mulut, hidung dan secret trakeab
-Pertahankan ventilasi yang patenc
-Atur peralatan oksigenasid
-Monitor aliran oksigene
-Pertahankan posisi pasien
-Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasig
dantujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Asmadi,
2008).
Format yang dapat digunakan untuk evaluasi keperawatan menurut(Dinarti et
al.,2009)
yaitu format SOAP yang terdiri dari :
Objektive, yaitu data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga. Pada
pasien dengan gangguan pola napas indikator evaluasi menurutMoorhead et
al.
(2013) yaitu :Respiratory status: ventilation,Vital signstatusdanRespiratory
status : Ariway Patency Dengan pemberian intervensi keperawatan diharapkan
gangguan pola napastidak efektif dapat diperbaiki dengan kriteria hasil:
a) Mendemonstrasikan latihan pernapasan dengan benar dan suara
napasbersih, tidak ada sianosis dan dyspnea
b) Menunjukan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tercekik,
iramanapas, frekuensi pernapasan dalam rentang normal, suara napas
normal
c) Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,pernapasan)