Anda di halaman 1dari 4

KERANGKA ACUAN

SOSIALISASI PERBAIKAN GIZI BERBASIS MASYARAKAT (PGBM) DI MASYARAKAT


DINAS KESEHATAN KOTA KUPANG
10 s/d 19 SEPTEMBER TAHUN 2019

I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Gizi Buruk menyebabkan terganggunya sistem kekebalan tubuh seorang anak, meningkatkan lama
dan keparahan penyakit menular yang dideritanya, dan juga resiko kematian. Gizi buruk juga
berdampak negatif pada perkembangan fisik dan mental dari seorang anak dalam jangka panjang.
Sangat kurus/gizi buruk adalah bentuk kekurangan gizi anak yang paling berbahaya, dan merupakan
keadaan darurat medis yang membutuhkan perhatian segera. Anak-anak dengan Gizi Buruk 11,6 kali
beresiko meninggal dibandingkan anak-anak yang memiliki status gizi yang baik. Sementara anak
yang menderita gizi buruk dan stunting beresiko meninggal 12.3 kali.

Berbagai penelitian membuktikan bahwa anak yang menderita kekurangan gizi akut/gizi buruk
cenderung menjadi stunting dan demikian pula anak yang stunting cederung menderita gizi buruk.
Periode ketika anak menderita gizi buruk, atau memiliki berat badan yang fluktuatif, meningkatkan
resiko menjadi stuntingi. Penelitian yang lain juga menunjukan bahwa selama periode perawatan
karena mederita gizi buruk, pertumbuhan tinggi badan anak-anak tersebut melambat sampai berat
badannya kembali normalii. Penemuan ini secara kuat menunjukan bahwa tubuh menyesuaikan
terhadap kenaikan berat badan yang tidak sesuai dengan cara memperlambat pertumbuhan tinggi
/panjang badaniii. Dengan demikian adalah penting untuk di tekankan bahwa mencegah dan
mengatasi gizi buruk berkontribusi terhadap pencegahan stunting pada anak. Hal ini sesuai
dengan Lancet series 2013, merekomendasikan penanganan gizi buruk sebagai salah satu komponen
penting, intervensi gizi spesifik, dalam mengatasi kekurangan gizi.

Pengobatan anak yang menderita Gizi Buruk telah menjadi komponen standar pelayanan kesehatan di
Indonesia selama bertahun-tahun. Anak-anak yang menderita gizi buruk dirawat di rumah sakit
kabupaten dan provinsi, pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) dan Thereuaptic Feeding Center
(TFC). Namun ada masalah dengan pendekatan ini dimana data dari Kemenkes di tahun 2012,
Puskesmas dari seluruh Indonesia melaporkan bahwa mereka hanya menangani 42,702 kasus anak
gizi buruk di Indonesia. Ini adalah proporsi yang sangat kecil dari seluruh kasus dalam satu tahun
(2,995,379).Sedikitnya anak anak gizi buruk yang di tangani antara lain di sebabkan oleh: 1.
kurangnya pelacakan kasus aktif (anak sangat kurus tidak ditemukan oleh petugas kesehatan ); 2.
Rendahnya permintaan untuk mendapatkan pelayanan (Pengasuh tidak mengerti pentingnya
mendapatkan pelayanan kesehatan); 3. Jarak ke pusat kesehatan jauh (anak sangat kurus tinggal jauh
dari pusat kesehatan);and 4. Keterbatasan pelayanan: Puskesmas tidak memiliki kapasitas dan sumber
daya yang seragam untuk memberikan penanganan untuk semua anak sangat gizi buruk.

Pada tahun 2007, UNICEF, WHO, dan WFP memperkenalkan pendekatan baru untuk mengobati anak
gizi buruk yang dikenal sebagai Penanganan Gizi Buruk Terintegrasi (PGBT). PGBT memastikan
bahwa anak-anak berusia 6-59 bulan yang menderita gizi buruk tanpa komplikasi medis dapat
diberikan pengobatan rawat jalan dan anak gizi buruk dengan komplikasi mendapatkan layanan rawat
inap sampai kondisinya stabil dan dilnajutkan dengan layanan rawat jalan. Sampai saat ini sudah lebih
dari 70 negara di seluruh dunia menerapkan PGBT dengan tujuan memaksimalkan cakupan dan
pengobatan gizi buruk yang berhasil.
Beberapa upaya telah dilakukan untuk memperkenalkan PGBT di Indonesia. Pada tahun 2013, WHO
merilis Pedoman baru untuk Pengobatan Anak Gizi Buruk. Pedoman Nasional Penanganan Anak
Gizi Buruk Kementerian Kesehatan Indonesia kemudian perlu diperbarui sehingga sesuai dengan
Pedoman WHO 2013. Oleh karena itu, pada Oktober 2015, UNICEF bermitra dengan Action Against
Hunger mendukung Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinis NTT dan Dinas Kesehatan
Kabupaten Kupang, implementasi model PGBT di Kabupaten Kupang dengan integrasi PGBT ke
dalam sistim layanan kesehatan yang ada untuk anak-anak.

B. TUJUAN
a. Umum

Untuk memperoleh dukungan dari lintas program dan lintas sektor dalam Program Perbaikan
Gizi Masyarakat di Kota Kupang.

b. Khusus
1. Peserta mengetahui kebijakan program perbaikan gizi.
2. Mengetahui langkah-langkah pelaksanaan PGBM.
3. Bersama-sama menggerakkan sasaran dan melakukan skrining di masyarakat

II. METODE

Metode yang digunakan yaitu ceramah, tanya jawab dan diskusi.

III. NARASUMBER

Narasumber sosialisasi berasal dari Dinas Kesehatan kota kupang dan UNICEF perwakilan
NTT

IV. PESERTA

Peserta kegiatan ini berjumlah 240 orang terbagi menjadi 6 angkatan yang berasal dari 6
kecamatan di kota kupang. Adapun peserta perkecamatan terdiri dari: Camat, Lurah, Tokoh
Agama, Kader, Kepala Puskesmas, Pengelola Promkes Puskesmas, dan Pengelola Gizi
Puskesmas.

V. WAKTU DAN TEMPAT

Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 10,11,12.17,18 dan 19 September 2019

Waktu : 08.00 – 12.00 WITA

Tempat : Aula Rumah Jabatan Wakil Walikota Kupang

VI. SUMBER DANA


Biaya kegiatan Sosialisasi PGBM ini berasal dari DPA OPD Dinkes Kota Kupang T.A.
2019.
VII. PENUTUP
Demikian kerangka acuan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Kupang, 6 September 2019

Mengetahui :

Kepala Bidang Kesehatan Keluarga Kepala Seksi Gizi


Dinas Kesehatan Kota Kupang,

I G.A. N. Suarnawa, SKM, M.Kes Marianah, SKM


Pembina Penata Tingkat I
NIP. 19691227 199303 1 007 NIP. 19721114 199703 2003

Anda mungkin juga menyukai