Anda di halaman 1dari 3

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

PEMANTAUAN BALITA KASUS GIZI

I. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penanggu-
langannya tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan
masyarakat saja. Banyak faktor yang dapat menyebabkan masalah gizi, oleh karena
itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait
Kekurangan gizi merupakan salah satu penyebab tingginya kematian pada bayi
dan anak. Apabila anak kekurangan gizi dalam hal zat karbohidrat (zat tenaga) dan
protein (zat pembangun) akan mengakibatkan anak menderita kekurangan gizi yang
disebut Kurang Energi dan Protein (KEP) tingkat ringan dan sedang, apabila hal ini
berlanjut lama maka akan berakibat terganggunya pertumbuhan, terganggunya
perkembangan mental dan terganggunya sistem pertahanan tubuh, sehingga dapat
menjadikan penderita KEP tingkat berat dan sangat mudah terserang penyakit
infeksi.
Kekurangan gizi disebabkan karena kurangnya asupan makanan di tingkat
rumah tangga, anak tidak mau makan, cara pemberian makanan yang salah, serta dari
segi faktor psikososialnya.Konsumsi makanan adalah salah satu faktor terjadinya
kekurangan gizi. Rendahnya konsumsi terhadap pangan mengakibatkan seseorang
mudah terkena infeksi penyakit, daya tahan tubuh menurun, turunnya kemampuan
bekerja. Hal ini akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia. Apalagi anak-
anak yang termasuk kelompok rawan gizi, protein sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan serta perkembangan otak. Salah satu sember protein yang berasal dari
hewani adalah ikan yang memiliki kandungan protein cukup tinggi (basah 17% dan
kering 40%). Sehingga mutu gizinya tidak kalah berbeda dengan pangan hewani
ternak seperti daging atau telur.Berdasarkan penelitian yang dilakukan di NTT
bahwasanya kebiasaan makanan serta besaran konsumsi berhubungan secara
signifikan dengan pengetahuan dan pendidikan keluarga.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) terjadi peningkatan
prevalensi berat kurang yaitu 18,4% tahun 2007 dan 19,6 % tahun 2013. Perubahan
ini terjadi pada gizi buruk yaitu 5,4% di tahun 2007 dan 5,7% tahun 2013.
Sedangkan prevalensi gizi kurang meningkat sebesar 0,9% dari 13% pada tahun
2007 menjadi 13,9% tahun 2013, dan prevalensi anak pendek naik 1,2% dari 18%
tahun 2007 menjadi 19,2% pada tahun 2013. Sumatera barat termasuk daerah yang
memiliki prevalensi gizi buruk dan kurang di atas prevalensi nasional yaitu 21,2 %
Masalah gizi kurang dan buruk di Indonesia pada umumnya banyak dialami
oleh balita. Balita adalah penerus dan harapan bangsa untuk kedepannya.
Pemeliharaan gizi yang kurang tepat dan penundaan pemberian perhatian gizi akan
menurunkan nilai potensi mereka sebagai sumber daya pembangunan masyarakat
dan ekonomi nasional. Oleh karena itu balita memerlukan penggarapan gizi yang
baik dan cukup sedini mungkin apabila kita menginginkan peningkatan potensi
mereka untuk pembangunan bangsa di masa depan.
Dasar Pelaksanaan
1. UU No 36 tentang Kesehatan
2. Permenkes No 741 th 2008 tentang Standart Pelayanan minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten Lumajang
3. Permenkes No 75 tahun 2014 tentang kesehatan
2. TATA NILAI
Tata nilai budaya Puskesmas Gesang yaitu “PASIR” artinya Profesional dalam
bekerja, Aktif dalam giat bekerja dan terus berinovasi melakukan upaya perbaikan gizi
masyarakat baik itu promotif, preventif dan kuratif. Sigap dalam melakukan pelayanan
secara cepat dan tepat. Ikhlas dalam melayani sepenuh hati. Serta Rapi dalam
berpakaian selama bekerja.TUJUAN
a. Tujuan Umum
Masyarakat mengerti dan paham tentang stunting

b. Tujuan Khusus
1. Agar masyarakat mengerti apa itu stunting
2. Agar masyarakat mengerti dan paham tentang penyebab terjadinya stunting
3. Agar masyarakat mengerti dan paham tentang dampak terjadinya stunting
4. Agar masyarakat memahami cara penanggulangan stunting

II. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Kegiatan pemantauan balita stunting ini terdiri dari mengambil data balita stunting di
laporan bulan timbang per by name, lalu melakukan pemantauan balita stunting tersebut
dengan metode kunjungan rumah.

III. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


1. Menentukan sasaran balita stunting berdasarkan hasil bulan timbang
2. Menyiapakan form pemantauan balita stunting
3. Memakai APD (Masker, Faceshild)
4. Melakukan kunjungan rumah dan KIE terkait stunting
5. Petugas melakukan pencatatan dan pelaporan

IV. SASARAN
Seluruh balita stunting di Kecamatan Gesang
.
V. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan pemantauan balita stunting dilaksanakan pada bulan April dan Oktober

VI. PERAN LINTAS PROGRAM


1. PPD
2. Promkes
3. Sanitarian

VII. PERAN LINTAS SEKTOR


1. Ketua TP PKK Desa sebagai pendukung pelaksana kegiatan
2. Kader sebagai petugas pelaksana
VIII. SUMBER PEMBIAYAAN
Kegiatan Pemantauan balita stunting ini berasal dari anggaran BOK 2022

IX. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Evaluasi dilakukan setelah kegiatan semua desa selesai. Dilaporkan maksimal tanggal
10 pada bulan berikutnya dan disampaikan pada Forum Mini Loka Karya Bulanan

Lumajang, 4Januari 2022


Mengetahui,
Penanggungjawab UKM Pelaksana

Kenik Suwandari, SST, Bd Maulina Nur Fitriyah, A.Md. Gz


NIP. 19641027 198812 2 002 NIP. 19930827 202012 2 006

Anda mungkin juga menyukai