Anda di halaman 1dari 5

KERANGKA ACUAN KERJA

PELACAKAN BALITA GIZI BURUK


TAHUN 2019

A.Pendahuluan
Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap-tiap
negara,baik negara miskin, negara berkembang dan negara maju. Negara
miskin cenderung dengan masalah gizi buruk, hubungan dengan
penyakit infeksi dan negara maju cenderung dengan masalah gizi lebih
(Soekirman,2000), saat ini di dalam era globalisasi dimana terjadi
perubahan gaya hidup dan pola makan, indonesia menghadapi
permasalahan gizi ganda. Disatu pihak masalah gizi buruk yang pada
umumnya di sebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan,
kurang baiknya kualitas lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang gizi. Selain itu masalah gizi lebih yang di sebabkan oleh kemajuan
ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya
pengetahuan tentang gizi ( Azrul, 2004 ).
Penanganan gizi buruk sangat terkait dengan strategi sebuah
bangsa dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas
dimulai dengan cara penanganan pertumbuhan anak sebagian dari
keluarga dengan asupan gizi dan perawatan yang baik. Dengan
lingkungan keluarga yang sehat, maka hadirnya infeksi menular ataupun
penyakit masyarakat lainnya dapat dihindari, ditingkat masyarakat
faktor-faktor seperti lingkungan yang higienis, ketahanan pangan
keluarga, pola asuh terhadap anakdan pelayanan kesehatan primer
sangat menentukan dalam membentuk anak yang tahan gizi buruk.
B.Latar Belakang
Secara makro, dibutuhkan ketegasan kebijakan, strategi, regulasi,
dan koordinasi lintas sektor dari pemerintah dan semua stakeholders
untuk menjamin terlaksananya poin-poin penting seperti pemberdayaan
masyarakat, pemberantasan kemiskinan, ketahanan pangan, dan
pendidikan yang secara tidak langsung akan mengubah budaya buruk
dan paradigma di tataran bawah dalam hal perawatan gizi terhadap
keluarga termasuk anak. Keberhasilan pembangunan nasional yang
diupayakan oleh pemerintah dan masyarakat sangat ditentukan oleh
ketersedian sumber daya manusia. Indikator yang digunakan untuk
mengukur tinggi rendahnya kualitas sumber daya manusia antara lain
Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ) dan Indeks Kemiskinan Manusia
(IKM). Pada umumnya IPM dan IKM mempunyai komponen yang sama,
yaitu angka harapan hidup( tingkat kesehatan), penguasaan ilmu
pengetahuan ( tingkat pendidikan )dan standar kehidupan yang layak
(tingkat ekonomi).Pada IPM, standar hidup layak dihitung dari
pendapatan per kapita, sementara IKM diukur dengan persentase
penduduk tanpa akses terhadap air bersih, fasilitasi kesehatan, dan
balita kurang gizi. Tiga faktor utama penentu IPM yang dikembangkan
UNDP adalah tingkat pendidikan,kesehatan,dan ekonomi. Ketiga faktor
tersebut erat kaitannya dengan status gizi masyarakat. Salah satu
prioritas pembangunan nasional dibidang kesehatan adalah upaya
perbaikan gizi yang berbasis sumber daya, kelembagaan, dan budaya
lokal. Kurang gizi akan berdampak pada penurunan kualitas SDM yang
lebih lanjut dapat berakibat pada kegagalan pertumbuhan fisik,
pertumbuhan mental dan kecerdasan, menurunkan produktifitas,
meningkatkan kesakitan serta kematian.Visi pembangunan gizi adalah
mewujudkan keluarga mandiri sadar gizi untuk mencapai status gizi
masyarakat/keluarga yang optimal. Secara umum di indonesia terdapat
dua masalah gizi utama yaitu kurang gizi mikro dan kurang gizi makro
pada umumnya disebabkan oleh kekurangan asupan energi dan protein
dibanding kebutuhannya yang menyebabkan gangguan kesehatan,
sedangkan kurang gizi mikro disebabkan kekurangan zat gizi mikro. Gizi
buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi
menahun. Anak balita sehat atau kurang gizi secara sederhana dapat
diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut
umurnya dengan rujukan( standar ) yang telah ditetapkan.Kurang energi
protein pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan
masyarakat di indonesia. Berdasarkan laporan bulan penimbangan
balita (BPB),di Puskesmas Handapherang, kasus gizi buruk selalu ada
tiap tahunnya. Hal ini terlihat pada tahun 2018 sebanyak 7 kasus (0,4%)
dan tahun 2019 sebanyak 3 kasus (0,2%). Dengan adanya bulan
penimbangan balita pelacakan kasus gizi buruk terus dilakukan.
C.Tujuan
1.Tujuan Umum
Mengetahui status gizi dan keadaan anak tersebut agar petugas
Kesehatan bisa melakukan tindakan pemulihan status gizi menjadi
lebih baik.
2.Tujuan Khusus
mengcaver balita yang status gizinya buruk agar segera ditangani oleh
petugas kesehatan setempat .
.
D.Manfaat
1.Bagi Individual
Diketahuinya sedini mungkin status gizi balita
2.Bagi masyarakat
Tidak ada lagi status gizi buruk di masyarakat
3.Bagi Keluarga
Meningkatkan pengetahuan ibu tentang pentingnya Menimbang
balita dan datang ke posyandu
4.Bagi Puskesmas
Dengan adanya pelacakan gizi buruk , dapat diketahui status Gizi
buruk yang ada di masyarakat
E. Dasar hukum
1.Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia no 23 tahun
2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi
2.UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3.Kepmenkes RI No 224/Menkes/SK/II/2007 tentang Spesifikasi
Tehnis MP-ASI
4.Kepmenkes RI No 145/Menkes/SK/2007 Pedoman Penanggulangan
Bencana Bidang Kesehatan
5.Permenkes No 741/Menkes/PER/VIII/2008 tentang SPM
Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
6.Permendagri Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pengintegrasian LayananSosial Dasar di Posyandu
F. Sasaran
Sasaran pada kegiatan ini adalah balita usia 0-59 bulan yang
Berat badannya di bawah garis merah
G. Target
100% balita melakukan penimbangan dan pengukuran
H. Kebutuhan Sumber Daya
1.Dana
Kebutuhan dana pelacakan gizi buruk sebesar Rp 175.000,-
Berasal dari bantuan operasional kesehatan tahun 2019
2.Alat
Dacin, sarung timbang, timbangan, mikrotoa, dan stadiometer
3.Tenaga
1 orang petugas kesehatan dan 1 orang bidan desa
I. Indikator Keberhasilan
100% balita gizi buruk diketemukan.
J. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan Pelacakan gizi buruk yakni,
1. Konseling
2. Praktek pengukuran dan penimbangan berat badan.
K. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Berikut adalah jadwal pelaksanaan kegiatan pelacakan balita gizi
buruk adalah sebagai berikut :

BULAN Sumer
No Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Dana

Pelacakan
1. balita gizi v BOK
buruk

L.Proses Pelaksanaan
Proses Pelaksanaan pelacakan balita gizi buruk meliputi:
1. Persiapan
a. Melakukan sosialisasi lintas program lintas sektoral
b. Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
c. Mempersiapkan data balita yang akan dilacak
2. Pelaksanaan
a.Melakukan pelacakan balita gizi buruk dengan cara
mengukur Tinggi Badan dan Berat Badan Balita
b.Konseling
c.Mencatat hasil pengukuran dan penimbangan

Mengetahui :
Kepala Puskesmas Handapherang Pengelola Program Gizi

Hamlan,SKM,.MM Neulis Iriani


NIP.19670808 198901 1 002 NIP. 19660618 198803 2 003

Anda mungkin juga menyukai