Anda di halaman 1dari 12

PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS

UPTD PUSKESMAS HANDAPHERANG


Jl. H. Hasan No. 11 Desa Handapherang Kec. Cijeungjing 46271
Tpl. (0265)2750595, Faximili : (0265)2750595

KERANGKA ACUAN KERJA


PEMBERIAN PMT PEMULIHAN GIZI BURUK
TAHUN 2017

I. Pendahuluan
Masalah gizi khususnya kekurangan gizi . Puskesmas
Handapherang masih merupakan masalah kesehatan masyarakat.
Terjadinya masalah gizi disebabkan oleh banyak faktor, baik penyebab
secara langsung, tidak langsung maupun penyebab dasar ( akar
masalah ) .Berbagai masalah ( Kemiskinan, ketidaktahuan, pola asuh,
bencana alam , ketersediaan pangan dan ketersediaan pelayanan
kesehatan yang berakar pada kebijakan ekonomi dan politik
merupakan masalah utama dan mendasar. Masalah tersebut
berdampak pada masalah konsumsi gizi ( malnutrition ) bukan hanya
masalah kelebihan gizi ( overmalnutrition ) atau dikenal dengan gizi
ganda ( double burden ).
Berdasarkan laporan Bulan penimbangan Balita ( BPB ), kasus
gizi buruk selalu ada pada tiap tahunnya. Hal ini terlihat pada tahun
2015 sebanyak 6 kasus ( 0,3 % ) dan tahun 2016 mengalami
penurunan sebanyak 2 kasus ( 0,1 % ). Untuk mencegah terjadinya
KLB gizi buruk dan mengetahui penyebab terjadinya gizi buruk
diperlukan sistem surveilans gizi yang berkelanjutan , salah satu
bentuk kegiatannya melalui pelacakan kasus. Surat Edaran
Kesehatan RI Nomor 1209/Menkes/X/1998 tanggal 19 Oktober 1998
menyatakan berat sebagai kejadian luar biasa ( KLB ), sehingga setiap
kasus gizi buruk harus ( a ) dilaporkan 1x24 jam,( b ) ditangani sesuai
dengan tatalaksana gizi buruk yang standar baik rawat inap atau
rawat jalan, (c) melakukan penyelidikanepidemiologis atau pelacakan
kasus gizi buruk.
Seiring dengan program gizi di Dinas Kesehatan yang menjadi
salah satu menu BOK, maka program gizi di Puskesmas pun
mendapat dukungan dana dari BOK.

II. Latar Belakang


Kekurangan Gizi secara langsung maupun tidak langsung akan
menurunkan tingkat kecerdasan anak, terhambatnya pertumbuhan
dan perkembangan anak serta menurunkan produktivitas.Masalah
Gizi Buruk mempunyai dimensi yang sangat luas, baik
konsekuensinya terhadap penurunan kualitas SDM maupun
penyebabnya. Dari aspek penyebab,gizi buruk terkait dangan
kemampuan daya beli keluarga, Ketersediaan pengan ditingkat
rumah tangga, pendidikan dan pola asuh keluarga serta sulitnya
akses pelayanan kesehatan.Mengingat penyebab yang komplek maka
penangan gizi buruk harus dilaksanakan secara komprehensip,
penanganan diawali dengan penyebab yang mendasar secara
infeksi/penyakit peserta diatasi lebih dahulu baik melalui rawat
jalan,rawat inap maupun puskesmas.
Berdasarkan laporan Bulan Penimbangan Balita ( BPB ), kasus
gizi buruk selalu ada pada tiap tahunnya. Hal ini terlihat pada tahun
2015 sebanyak 6 kasus (0,3%) dan tahun 2016 mengalami
penurunan sebanyak kasus (0,1%).Jika hal tidak segera diatasi maka
akan terjadi peningkatan kasus bahkan bisa terjadi KLB Gizi buruk
dengan pemberian intervensi gizi, diharapkan akan terjadi penurunan
pepelensi gizi buruk, mencegah KLB, sehingga status gizi balita
mengalami perbaikan.

III .Tujuan

a. Umum
Memperbaiki status gizi balita gizi Buruk sebagai upaya angka
kematian balita.
b. Mendidik kemandirian masyarakat/ keluarga dalam megatasi
masalah gizi sehingga tidak bergantung pada bantuan baik
pemerintah / swasta.
c. Terwujudnya keluarga mandir sadar gizi.
d. Pemberdayaan keluarga yaitu keluarga mengetahui jenis makanan
tambahan dalam bentuk formula 100/ makanan
kudapan/minuman yang memenuhi standar gizi balita
( pabrikan ) untuk mengatasi masalah gizi kurang dan mau
melaksanakan/meneruskan dalam keluarga.

IV.Manfaat
a. Bagi Individual
Meningkatkan Satus gizi
b. Bagi masyarakat
Tidak terjadi KLB gizi buruk
c. Bagi Keluarga
Meningkatkan Pengetahuan ibu balita tentang PMT-Pemulihan
yang diberikan
d. Bagi Puskesmas
Dengan meningkatnya pengetahuan ibu balita ,keluarga dan
masyarakat bisa berdampak positif pada peningkatan satus gizi
balita gizi buruk.

V. Dasar hukum
Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia no 23 tahun
2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi

VI. Sasaran
Balita gizi buruk

VII. Target
Target pemberian makanan tambahan Pemulihan bagi
balita gizi buruk adalah 100 %
VIII. Kebutuhan Sumber Daya
a. Dana
Kebutuhan dana Pemberian Makanan Tambahan Penyuluhan
bagi ibu balita gizi buruk dan gizi kurang sebesar Rp
4.050.000,- untuk tahun 2017
b. Alat
Makanan Pabrikan berupa Lactogen grow, Biscuit Rusk
Biscuit SUN
c. Tenaga
1 orang pelaksana gizi dan 1 orang bidan desa
IX. Indikator Keberhasilan
- Kasus Gizi Buruk mengalami
Peningkatan status gizi.
- Tidak terjadi KLB gizi buruk
- Tercapainnya keluarga mandiri sadar gizi
X. Sumber dana
Sumberdana pemberian makanan tambahan Penyuluhan
Ibu balita gizi buruk dan gizi kurang berasal dari bantuan
Operasional kesehatan tahun 2017
XI. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan pemberian makanan tambahan
Pemulihan balita gizi buruk
- Konseling
- Praktek
XII. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Berikut adalah jadwal pelaksanaan kegiatan Pemberian
makanan tambahan bagi balita gizi buruk adalah sebagai berikut:
Jenis BULAN Sumer
No
Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Dana
Pemberian
1. V V V BOK
PMT-P
XII. Proses Pelaksanaan

Proses Pelaksanaan Pemberian makanan tambahan pemuliha bagi


Balita gizi buruk, meliputi:
A. Persiapan
1. Koordinasi dengan bidan desa dalam menyiapkan data jumlah
sasaran sesuai dengan kriteria minimal 1 bulan sebelum
pelaksanaan
2. Menyiapkan rencana kebutuhan
3. Membuat rencana distribusi
B. Pelaksanaan
1. Pengadaan PMT-P
2. Petugas Puskesmas mendistribusikan PMT-P ke bidan desa
setiap satu bulan 1 kali
3. Petugas Puskesmas/bidan desa yang ditunjuk mendistribusikan
PMT-P kepada sasaran maksimal 10 hari sekali
4. Pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan

Mengetahui :

Kepala UPTD Puskesmas handapherang Pengelola program Gizi

Susi Wartini Neulis Iriani


PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS
UPTD PUSKESMAS HANDAPHERANG
Jl. H. Hasan No. 11 Desa Handapherang Kec. Cijeungjing 46271
Tpl. (0265)2750595, Faximili : (0265)2750595

KERANGKA ACUAN KERJA


KUNJUNGAN RUMAH PASIEN JIWA
TAHUN 2017

I. Pendahuluan
Kesehatan dan kesejahteraan jiwa merupakan hal penting
untuk diperhatikan dan diupayakan oleh berbagai pihak, terutama
oleh para tenaga profesional di bidang kesehatan. Teraihnya kesehatan
jiwa manusia sebagai makhluk biopsikososial, baik yang telah
didiagnosis menderita gangguan fisik maupun mental-psikologis, perlu
mendapatkan respon yang proporsional dan adekuat dari semua
tenaga kesehatan. Hal ini sejalan dengan konsep sehat WHO yang
melihat kesehatan dari tiga sisi yaitu kesehatan fisik-biologis, mental-
psikologis (jiwa) dan sosial yang harus dicapai secara terintegrrasi
(WHO, 2015). Undang-Undang Kesehatan RI tahun 2009, bahkan
menambahkan aspek spiritual sebagai komponen yang harus ada
melengkapi konsep sehat seutuhnya (UU Kesehatan RI, 2009).
Dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan kualitas
pelayanan bagi pasien jiwa di Puskesmas, maka pelayanan kesehatan
mental atau jiwa yang menyeluruh menjadi salah satu syarat yang
harus terpenuhi untuk menjamin tercapainya kebutuhan pasien jiwa.
Salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan peran tenaga
kesehatan dan keluarga pasien dalam membantu peningkatan
kualitas hidup pasien adalah kunjungan rumah. Kunjungan rumah
dapat memberi bantuan bagi pasien dan keluarga untuk
mendapatkan informasi yang dibutuhkan bagi peningkatan kualitas
hidup pasien.
II. Latar Belakang
Kunjungan rumah pasien jiwa adalah mengunjungi tempat
tinggal pasien jiwa dan bertemu dengan keluarga untuk mendapatkan
berbagai informasi penting yang diperlukan dalam rangka membantu
pasien dalam proses penyembuhan, serta melakukan
penyuluhan/pmberian edukasi kesehatan fisik/mental/sosial terkait
dengan kebutuhan pasien selama menjalani perawatan kesehatan.
Kunjungan rumah merupakan alternatif yang baik untuk dilakukan
sebagai salah satu upaya membantu proses perubahan respon
maladaptif pasien menjadi respon yang lebih adaptif. Hal ini menjadi
alasan bahwa melalui kunjungan rumah akan didapatkan informasi
data fisik maupun non fisik pasien dan keluarga yang dibutuhkan
untuk proses penyembuhan di fasilitas kesehatan secara lebih
lengkap dan sesuai dengan keadaan nyata pasien.
Kasus yang paling sering dijumpai adalah gangguan psikotik
dan gangguan somatoform, sedangkan kasus-kasus lainnya seperti
epilepsi, gangguan tingkah laku dan kecemasan umum. Fakta
tersebut menunjukkan bahwa masalah kesehatan jiwa merupakan
salah satu masalah kesehatan yang besar dan nyata di masyarakat.
Pasien jiwa di Puskesmas Handapherang perlu mendapatkan
kunjungan rumah sehingga membantu pemberian informasi dan
motivasi agar pasien dapat diterima keberadaannya dan diperlakukan
sewajarnya baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan
masyarakat sekitarnya.

III. Tujuan
3.1Tujuan Umum
Keluarga dan masyarakat (baik lingkungan sekitar ataupun
lintas sektor terkat) memiliki pengetahuan dalam
memperlakukan pasien dan dapat menjadi sistem pendukung
yang efektif untuk pasien.

3.2 Tujuan Khusus


1. Memberikan informasi pada pasien tentang perkembangan
kondisinya
2. Memberikan motivasi pada pasien untuk meningkatkan
kualitas hidupnya dengan mengoptimalkan potensi yang
dimiliki
3. Memberikan informasi tentang perkembangan kondisi
pasien kepada keluarga
4. Meningkatkan peran keluarga dalam mengoptimalkan
fungsi sebagai sistem pendukung untuk pasien di rumah
5. Meningkatkan informasi dan kesadaran masyarakat tentang
perlakuan pada pasien jiwa
6. Meningkatkan peran masyarakat dan lintas sektor terkait
dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan jiwa
melalui kunjungan rumah pada pasien.

IV. Manfaat
4.1. Bagi Individual
Kunjungan rumah pasien jiwa diharapkan dapat menjadi
media untuk mengetahui masalah, kondisi dan keadaan
pasien, serta dapat membantu meningkatkan kualitas hidup
pasien dengan mendapatkan akses pelayanan kesehatan jiwa
yang tepat
4.2. Bagi Keluarga
Kunjunga rumah diharapkan dapat menjadi media informasi
pada keluarga tentang kondisi pasien dan motivasi untuk
menjadi sistem pendukung pasien demi terciptanya kualitas
hidup yang lebih baik
4.3. Bagi Masyarakat
Kunjungan rumah diharapkan dapat menjadi media
pengembangan pengetahuan serta memotivasi masyarakat
untuk memperlakukan pasien secara manusiawi

4.4. Bagi Puskesmas Handapherang


Kunjungan rumah pasien jiwa diharapkan dapat
meningkatkan mutu dan kinerja petugas di Puskesmas
Handapherang dalam memperbaiki kualitas hidup masyarakat
di wilayah kerja Puskesmas Handapherang
4.5. Bagi Lintas Sektor
Kunjungan rumah menjadi model dalam melakukan edukasi,
motivasi dan pelayanan kesehatan jiwa masyarakat melalui
pendekatan-pendekatan yang berbasis komunitas dan
meningkatkan kualitas hidup pasien sesuai dengan prinsip
pelayanan kesehatan jiwa komunitas. Hal ini diharapkan
dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

V. Sasaran Kegiatan
1. Sasaran kegiatan kunjungan rumah pasien jiwa adalah sebagai
berikut:
2. Pasien jiwa di wilayah kerja Puskesmas Handapherang
3. Keluarga dari pasien jiwa di wilayah kerja Puskesmas
Handapherang
VI. Kegiatan Kunjungan Rumah
1. Melakukan penyuluhan sebagai solusi atas kebutuhan pasien
jiwa.
2. Memberikan saran yang diperlukan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien sesuai dengan kebutuhan pasien
VII. Cara Pelaksanaan
Berikut adalah cara pelaksanaan kegiatan upaya kesehatan
jiwa di Puskesmas Handapherang:
1. Petugas menentukan jadwal kunjungan rumah pasien jiwa
2. Petugas datang ke rumah pasien
3. Petugas mengambil database dan profil keluarga yang akan
dikumpulkan (macam data minimal yang harus dikumpulkan
adalah tentang keluarga, keadaan rumah dan lingkungan
pemukiman pasien, genogram, fungsi keluarga)
4. Petugas mencatat data yang dikumpulkan
5. Petugas menyampaikan saran dan/atau penyuluhan sesuai
dengan hasil temuan
6. Penanggung jawab mengevaluasi hasil kunjungan rumah dan
menyusun rencana tindak lanjut

VII. Masalah yang Dihadapi


Masalah yang dihadapi dalam melakukan kegiatan kunjungan
rumah adalah:
1. Kurangnya petugas yang dapat melakukan kegiatan
kunjungan rumah karena terbentur dengan kegiatan
program lain
2. Masalah gangguan jiwa belum terlalu mendapat perhatian
di masyarakat, sehingga masyarakat menilai masalah
kesehatan jiwa belum terlalu penting dan cenderung
diabaikan.
3. Penolakan dari pihak pasien maupun keluarga yang belum
memiliki kesadaran terhadap pentingnya kualitas hidup
pasien jiwa.

VIII. Solusi Permasalahan yang Disarankan


Alternatif solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi
permasalahan yang dialami kegiatan kunjungan rumah pasien
jiwa diantaranya adalah melakukan penyuluhan mengenai
pentingnya kesehatan jiwa yang diberikan oleh petugas yang
terlatih dalam menyampaikan informasi mengenai masalah
kesehatan jiwa sehingga diharapkan mampu menjadi informasi
dan motivasi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Selain
itu juga perlunya dilakukan kerjasama antara petugas kesehatan
jiwa dan lintas sektor, sehingga terjalinnya komunikasi yang
intensif dengan RT, RW, tokoh masyarakat, Lurah dan Camat
untuk mensosialisasikan perlunya penggalakan kegiatan
kunjungan rumah sebagai upaya kesehatan jiwa di masyarakat.
Harapan yang diinginkan adalah para tokoh masyarakat, RT,
RW, Lurah, Camat turut berperan aktif dalam memberikan
motivasi kepada masyarakat umtuk menghadiri acara/kegiatan
sosialisasi kegiatan kunjungan rumah jiwa dan memfasilitasi
kegiatan sehingga dapat berjalan dengan lancar.

IX. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


Berikut adalah jadwal pelaksanaan kegiatan kunjungan
rumah adalah sebagai berikut:
Jenis BULAN
No Ket
Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kunju-
ngan
rumah
dilaku-
Kunjungan
kan
1. rumah pasien √
bersama
jiwa
dengan
aparatur
Desa
setempat

X. Evaluasi dan Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan


Evaluasi ketepatan jadwal pelaksanaan dilakukan setiap
bulan dalam setahun, dilakukan oleh Penanggung jawab Program
atau pelaksanan program. Evaluasi akan dilakukan dengan
tindakan korektif jika terjadi ketidaktepatan jadwal pelaksanaan
dan mencantumkan rencana tindak lanjut terhadap
permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan.
Pelaporan tentang evaluasi ketepatan jadwal pelaksanaan
dan evalusi kegiatan berupa laporan kunjungan rumah disertai
dengan rencana tindak lanjut jka ditemui masalah dalam
pelaksanaan kegiatan. Laporan evaluasi ini dibuat setelah selesai
kegiatan pelacakan dan pemantauan sepanjang tahun 2017
laporan kegiatan. Evaluasi ini ditujukan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten Ciamis dan diketahui oleh Kepala Puskesmas.

XI. Pencatatan Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan


Pencatatan pelaporan dan evaluasi kegiatan ini merupakan
Laporan dan Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan. Pada dasarnya
laporan berisi tanggal pelaksanaan, jumlah yang hadir, kendala
yang dihadapi yang sekaligus merupakan bentuk evaluasi
terhadap pelaksanaan kegiatan.
Pelaporan dilakukan setiap setelah selesai kegiatan
pelacakan dan pemantauan kasus dengan gangguan jiwa
sepanjang tahun 2017 oleh penanggung jawab program dan
ditujukan kepada Kepala Puskesmas dan diketahui oleh
Penanggung Jawab Program Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM).
Laporan kegiatan riil disampaikan kepada Kepala Puskesmas

Mengetahui :

Kepala UPTD Puskesmas handapherang Pengelola program JIWA

Susi Wartini SKM M Kes Sri Haryati


NIP: 19610501 198503 2 006 NIP : 19790605 200701 2010

Anda mungkin juga menyukai