TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Usaha Perbaikan gizi masyarakat (UPGM) adalah usaha perbaikkan gizi yang
didukung kegiatan yang bersifat lintas sektoral, Dilaksanakan oleh berbagai sektor
terkait (kesehatan, BKKBN, Pertanian Dalam Negeri), Dikbud, PKK dan lain-lain.2,3
anggota keluarga
pembina,
c. Merupakan bagian dari kehidupan keluarga sehari-hari dan juga merupakan bagian
6
Gambar 2.1 Proporsi Status Gizi pada Usia >18 Tahun, 2007-2018
B. Tujuan
perbaikan gin anak balita dan keluarga melalui peningkatan pengertian, partisipasi
dan pemerataan hasil kegiatan untuk mencapai keluarga sadar gizi menuju terjadinya
manusia berkualitas.3
b. Tujuan Khusus
mendapat
latihan.
c) Pada setiap RW, semua balita (anak dibawah 5 tahun), ibu hamil dan ibu menyusui
7
2) Perubahan tingkah laku yang mendukung tercapainya perbaikan Gizi.
a) Semua balita ditimbang setiap bulan, dan hasil timbangannya dicatat di KMS
b) Semua bayi disusui ibunya sampai usia 2 tahun atau lebih dan mendapat makanan
c) Semua anak yang berumur l-4 tahun mendapat 1 kapsul vitamin A dosis tinggi
setiap 6 bulan
d) Semua anak yang mencret segera diberi minum larutan gula garam atau larutan
oralit.3
a. Sasaran Langsung:
sesuatu terhadap dirinya sendiri dalam rangka mewujudkan keluarga sadar gizi.
a) Keluarga Balita (Ibu, bapak, anggota keluarga yng ditugasi mengasuh anak)
b) Ibu muda
c) Ibu Hamil
d) Ibu menyusui
e) Masyarakat umum
institusi yang diharapkan dapat membantu secara aktif baik sebagai pengajar
8
(motivator), maupun sebagai penyedia jasa kelompok UPGK dalarn rangka
melembagakan dan memberdayakan keluarga sadar gizi. Sasaran ini antara lain terdiri
dari:5,6
Karang Taruna, LSM, LKMD, Lembaga Agama Kader dan lain sebagainya.
c) Kelompok Petugas KIE dari sektor-sektor yang terkait dalam berbagai tingkat
daerah, meliputi:
(1) Sektor kesehatan (Petugas Rumah sakit, Petugas Puskesmas dan lain-lain)
(2) Sektor Keagamaan (Petugas KUA, motifator UPGK jalur agarn4 penyuluh agama,
guru agarna)
tergolong rawan (winerable) yaitu : bayi, anak usia di bawah lima tahun (balita), Ibu
Hamil dan Ibu menyusui. usaha perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) merupakan
9
serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu di bawah koordinasi yang baik,
yang bertujuan menurunkan jumlah penderita gangguan gizi, bahkan jika mungkin
menghilangkan bahaya gangguan gizi pada kelompok penduduk yang rawan itu.7
susu ibu (ASI) secara tepat, menanamkan rasa sadar gizi pada setiap anggota keluarga
dan sebagainya.8
tertentu seperti kekurangan vitamin A, anemia gizi, penyakit gondok. Kepada semua
anak di bawah usia 5 tahun diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi sekali setiap 6
endemik penyakit gondok, memberikan tablet besi kepada setiap ibu hamil.
c) Melalokan pengamatan dini terhadap penyakit gangguan gizi dan melakukan usaha
penanggulangan secara cepat dan tepat. Kegiatan ini dapat dilakukan secara berkala
d) Mengatasi akibat yang mungkin timbul dengan jalan memberikan perawatan yang
intensif. Penderita gangguan gizi yang dalam keadaan berat harus segera dikirim ke
10
Rumah Sakit untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan yang lebih baik sehingga
akibat yang ditimbulkan gangguan gizi ini dapat dibatasi seminimal mungkin.8
Dengan berpedoman pada dasar pemikiran Usaha perbaikan Gizi keluarga maka
a) Pengawasat gizi anak Balita melalui penimbangan berat badan secara teratur dan
terus menerus setiap bulan dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS).
b) Pemberian bimbingan dan nasihat pada Ibu sangat penting dalam usaha
menumbuhkan perilaku gizi yang positif yang diperlukan dalam UPGK. Dalam
memberikan bimbingan dan nasihat, ada enam pesan gizi pokok yang menjadi titik
3. mulai usia bulan ke-5 anak harus sudah mulai diberi makanan
pendamping ASI"
4. "Memasuki usia tahun ke-2. anak dapat diberi makanan biasa. Susuilah
gizi terutama penderita difisiensi vitamin A. Penderita anemia gizi dan pencegahan
terjadinya dehidrasi pada anak yang menderita diare. Akan tetapi memberikan
11
pertolongan gizi juga diberikan kepada mereka yang tidak memperlihatkan tanda-
tanda defisiensi vitamin A atau anemia gizi. Pemberian kapsul vitamin A dan tablet
memberikan makanan tambahan guna memenuhi kebutuhan anak akan zat gizi,
mengutamakan penggunaan bahan makanan yang tinggi kadar kalori dan proteinnya,
terutama dari jenis kacang atau hasil olahannya (kacang hijau, kacang merah, tahu,
tempe, dan sebagainya). Kanak kanak penderita KKP tersebut akan mendapatkan
tambahan makanan dalam jangka waktu antara 60 hari sampai 90 hari, tergantung
e) Hubungan timbal balik yang erat antara kejadian gangguan gizi dengan adanya
penyakit infeksi melalui imunisasi sebagai kegiatan penunjang UPGK yang sangat
penting. Karena kegiatan dasar UPGK tersebut harus ditunjang pula oleh kegiatan
Immunisasi.
f) Jarak kelahiran anak yang terlalu rapat merupakan salah satu faktor yang
mempertinggi resiko anak akan menderita KKP. Karenanya motivasi dan pelayanan
g) Penderita KKP yang disertai penyakit infeksi hanya dapat dipulihkan tingkat
gizinya apabila penyakit infeksi yang dideritanya sudah disembuhkan. Untuk itu perlu
12
pula dilakukan kegiatan rujukan penderita penyakit infeksi ke puskesmas terdekat
h) Makanan yang dimakan anak akan sangat ditentukan oleh macam makanan yang
disajikan ibunya di meja makan, dan makanan yang disajikan ibu juga tergantung
pada bahan makanan apa yang tersedia dan dapat dimasak oleh ibu. Pekarangan dapat
sehingga mereka mengambil bagian dan turut bertanggung jawab dalam pelaksanaan
b) Tata cara pelaksanaan kegiatan di panti gizi desa atau pos penimbangan.
untuk panti gizi desa dapat menggunakan ruangan yang ada di balai desa atau dapat
cukup banyak dan desa itu besar, maka panti gizi desa desa dapat diperluas
13
jangkauannya dengan mendirikan pos penimbangan/pos pelayanan gizi. Dengan
demikian jangkauan kegiatan juga dapat diperluas sehingga lebih banyak anak balita
Pelayanaan gizi di pos penimbangan dan di panti gizi desa dilakukan dengan
tata carayang disebut jalur pelayanan 4 meja. Anak balita yang dibawa oleh ibunya ke
pos pelayanan gizilpos penimbangan di meja I. setelah selesai maka anak akan
ditimbang berat badannya oleh petugas pelaksana meja II. Setelah selesai
penirnbangan, maka pelayanan dilanjutkan ke meja III. di meja itu berat badan anak
sewaktu di timbang akan dicatat di buku penimbangandan juga diterapkan pada KMS
yang dibawa oleh ibu. Di meja IV akan diberikan bimbingan dan penyuluhan kepada
ibu dari anak balita tersebut, baik berkaitan dengan berat badan anak, laju
umum anak dan ibu, pemberian vitamin A dosis tinggi, dan sebagainya.
yang sama yaitu anak balita dan ibu juga mempunyai tujuan yang sama yaitu
meningkatkan kesehatan anak dan menurunnya angka kematian bayi dan anak.
(UPGK), program pemeliharaan kesehatan ibu dan anak (KIA), program imunisasi,
program penanggulangan diare pada anak- anak, program keluarga berencana (KB)
14
Apabila program-program pelayanan kesehatan yang ditujukan pada sasaran
yang sama tersebut dapat dilakukan secara serentak bersama-sama di suatu wilayah
atau desa, maka setiap anak balita yang menjadi sasaran program pelayanan akan
yang dibawa oleh ibunya ke panti gizi atau pos penimbangan selain memperoleh
pemeriksaan kesehatan, jika anak mencret maka kepada anak tersebut akan diberikan
oralit dan obat, dan Ibu akan memperoleh mengenai cara perawatan kesehatan
keluarga. Selain itu Ibu yang memerlukan layanan KB juga sekaligus dapat dilayani
di pos penimbangan atau panti gizi. Pelayanan seperti inilah yang disebut pelayanan
seluruh Indonesia. Bagi keluarga sendiri pelayanan kesehatan terpadu itu sangat
pos KB, ke pos kesehatan yang sering kali letaknya terpisah-pisah dan jauh. 8,9
Masalah gizi terbagi menjadi masalah gizi makro dan mikro. Masalah gizi makro
asupan energy dan Protein. Manifestasi dari masalah gizi makro. bila terjadi pada
wanita usia subur dan ibu hamil yang Kurang Energi Kronis (KEK) adalah berat
15
badan bayi baru lahir yang rendah (BBLR). Bila terjadi pada anak Balita akan
Program perbaikkan gizi makro diarahkan untuk menurunkan maslaah gizi
energy dan protein pada balita gizi buruk. Shategi yang dilakukan untuk mengatasi
masatah gizi makro adalah melalui pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan dan
langsung berupa dana untuk pembelian makanan tambahan dan penyuluhan pada
yaitu dimulai dari evaluasi input dan proses output dan impac dengan tujuan untuk
menilai persiapan, pelaksanaan, pencapaian target dan prevalensi status gizi pada
Indonesia sehat 2025. Visi pembangunan gizi adalah mewujudkan keluarga mandiri
16
Keadaan gizi dapat dipengaruhi oleh keadaan fisiologis, dan juga oleh
keadaan ekonomi, sosial, politik dan budaya. Pada saat ini, selain dampak dari krisis
ekonomi yang masih terasa juga keadaan dampak dari bencana nasional
dari beberapa akibat, yaitu ketidakseimbangan asupan zat-zat gizi, faktor penyakit
kecendrungan yang sejalan. Prevalensi kurang energy protein, yang kemudian disebut
masalah gizi makro, pada balita turun dari 37.5 % pada tahun 1989 menjadi 26.4 %
pada tahun 1999, keadaan ini juga diikuti prelevansi masalah gizi yang lain.11
masadatang perlu dilakukan dengan segera dan direncanakan sesuai masalah daerah
pemantauan.6
Sejalan dengan sasaran global dan perkembangan keadaan gizi masyarakat,
rumusan tujuan umum program pangan dan gizi tahun 2001-2005 yaitu menjamin
mewujudkan hidup sehat dan status gizi yang optimal. Menyadari faktor penyebab
17
masalah gizi yang sangat komplek dan arah kebijkan desentralisasi, maka perlu
dirumuskan strategi program gizi khususnya pada program perbaikan gizi makro,
a. Pengertian
Masalah gizi makro adalah: masalah gizi yang utamanya disebabkan oleh
Status gizi masyarakat dapat digambarkan terutama pada status anak balita
dan wanita hamil. Oleh karena itu sasaran dari program perbaikan gizi makro ini
berdasarkan siklus kehidupan yaitu dimulai dari wanita usia subur, dewasa, ibu hamil,
1. Masalah
ekonomi terhadap kesehatan adalah ibu dan pada akhrirnya akan mempengaruhi
Bayi dengan berat lahir rendah adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang
menderita kurang energi kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR
berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita juga dapat berdampak
dan perkembangan mental anak, sertia berpengaruh pada penurunan kecerdasan (IQ).
18
Setiap anak yang berstatus gizi buruk mempunyai resiko kehilangan IQ l0 - 13 poin.
Pada tahun 1999 diperkirakan terdapat kurang lebihl, 3 juta anak bergizi buruk, maka
berarti terjadi potensi kehilangan IQ sebesar 22 juta poin. Sementara itu prevalensi
BBLR pada saat ini diperkirakan 7 - 14 % (yaitu sekitar 459.200 - 900.000 bayi).5
Gizi Kurang merupakan salah satu masalah gizi utama pada balita di Indonesia.
Berdasarkan hasil susenas data gizi kurang tahun 1999 adalah 26.4 %, sementara itu
data gizi buruk tahun 1995 yaitu 11.4 %. Sedangkan untuk tahun 2000 prevalensi gizi
Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam
waktu yang cukup lama. Tanda-tanda klinis dari gizi buruk secara garis besar dapat
Dampak selanjutnya dan gizi buruk pada anak balita adalah terjadinya
gangguan pertumbuhan pada anak usia sekolah. Gangguan ini akan menjadi serius
Hasil Survei Tinggi Badan Anak Baru masuk Sekolah (TB-ABS) di lima
popinsi (Jawa Barat, Jawa Tengah, NTT, Maluku dan Irian Jaya) pada tahun 1994
dan tahun 1998 menurjukkan prevalensi gangguan pertumbuhan anak usia 5 – 9 tahun
masing-masng 42.4 % dan 37.8 %. Dari angka tersebut terjadi penurunan yang cukup
berarti, tetapi secara umum, prevalensi gangguan pertumbuhan ini masih tinggi.5
19
1.4. Kurang Energi Kronis (KEK)
KEK dapat terjadi pada Wanita Usia Subur (WuS) dan pada ibu hamil
(bumil).
KEK adalah keadaan dimana ibu menderita keadaan kekurangan makanan yang
pada ibu.5
Pemantauan kesehatan dan status gizi pada WUS merupakan pendekatan yang
potensial datam kaitannya dengan upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak-
Kondisi WUS yang sehat dan berstatus gizi baik akan menghasilkan bayi dengan
kualitas yang baik, dan akan mempunyai risiko yang kecil terhadap timbulnya
Dari data terakhir menunjukkan bahwa status gizi pada WUS yang menderita
KEK (LILA <23.5 cm) sebanyak 24.2%. Hasil analisis IMT pada 27 ibukota propinsi
menunjukkan KEK paila wanita dewasa (IMT< l8'5) sebesar 15.l %.7
Ibu hamil yang menderita KEK mempunyai risiko kematian ibu mendadak
pada masa perinatal atau risiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR).
pada keadaan ini banyak ibu yang meninggal karena perdarahan, sehingga akan
20
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan Timbulnya gizi
kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit.
Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakil pada akhirnya
dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup
makan, maka daya tahan tububnya akan melemah dan akan mudah terserang
penyakit.
agar dapat tumbuh kembang dengan baik - baik fisik, mental dan sosial.1
-
Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistim pelayanan
kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana
membutuhkan.1
ketrampilan, makin baik tingkat ketahanan pangan keluarg4 makin baik pola
21
pengasuhan maka akan makin banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan
kesehatan.1
Program perbaikan gizi makro diarahkan pada kelompok wanita usia subur,
pria/wanita dewas4 bayi dengan berat lahir rendah, ibu hamil, ibu menyusui, ibu yang
1. Tujuan Umum:
2. Tujuan Khusus:
sadar gizi
4. Meningkatkan konsumsi energi dan protein pada balita yang gizi buruk yang
benar-benar membutuhkan.
3. Sasaran
bidang pangan dan gizi tahun 2002-2005. Sedangkan sasaran di tingkat daerah harus
22
l. Sekurang-kurangnya 80% keluarga telah mandiri sadar gizi
3. Menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita dari 26,4 % (1999) menjadi
4. Mencegah meningkatnya prevalensi gizi lebih pada anak balita dan dewasa
tinggtrnya 7%.2
Strategi
Untuk mencapai tujuan tersebut diatas, akan ditempuh strategi pokok sebagai
masalah yang mereka hadapi. Cara terbaik untuk membantu meteka adatah ikut
gizi yang dilakukan adalalt dengan meningkatkan kemandirian dengan fokus keluarga
mandiri sadar gizi dengan harapan mereka dapat mengenal dan mencari pemecahan
1. Pemetaan keluarga mandiri sadar gizi oleh dasawisma dalam rangka survey mawas
23
Pada akhir tahun 2005, 50% institusi pelayanan kesehatan telat melaksanakan asuhan
dan konseling gizi bagi keluarga dengan tenaga profesional dengan menggunakan
sehingga akan tercipta komitmen yang baik antara masyarakat dan petugas. Hal-hal
generating
2. Advokasi
masyarakat Yang dimiliki Fasilitasi Memberikan bantuan teknis dan peratatan dalam
3. Pemberdayaan Petugas
24
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dilakukan serangkaian kegiatan dalam
peningkatan peran petugas yaitu antara lain dengan memberikan pengetahuan dan
4. Subsidi langsung
tambahan dan penyuluhan kepada balita gizi buruk dan ibu hamil kurang energi
kronis.
Pelaksanaan
l. Pemetaan keluarga mandiri sadar gizi oleh dasawisma dalam rangka survey mawas
Kegiatan:
-
Pelatihan Kadarzibagi Kader dasawisma
-
Pengadaan bahan-bahan pemetaan
-
Pemetaan, analisa dan tindak lanjutnya
2. Asuhan dan konseling gizi bagi keluarga yang belum menerapkan perilaku gizi
Kegiatan:
-
Menyusun standar tata laksana asuhan dan konseling gizi
25
-
Melaksanakan kegiatan asuhan dan konseling gi di setiap sarana pelayanan
kesehatan
-
Melaksanakan kegiatan asuhan gtzi melalui penyuluhan kelompok mengenai
Kegiatan:
Generating”
Kegiatan:
26
- Advokasi dan sosialisasi program pemberdayaan keluarga di bidang gizi kepada
3. Fasilitasi
Kegiatan:
- Pengadaan sarana : dacin, food model, home economic set, bahan-bahan KIE dll
3.Pemberdayaan Petugas
Kegiatan:
dan RT
makro.9
dalam bentuk paket dana untuk pembelian makanan tambalran dan penyuluhan
kepada balita gizi buruk dan wanita usia subur kurang energi kronis. Langkah-
27
1. Identifikasi sasaran yang perlu disubsidi (target sasaran)
langsung di lapangan dengan beberapa tambahan kriteria antara lain : balita dan Ibu
harnil tergolong miskin, jumlah anggota keluarga lebih dari 3, kondisi rumah dan
2. Distribusi dana subsidi secara langsung ke keluarga melalui bidan di desa. Bidan di
desa menjelaskan cam penggunaan dana dan mekanisme PMT (sesuai Pedoman Tata
3. Evaluasi PMT : penggunaan dana proses PMT dan perubahan status gizi
Evaluasi
1. Input : ketenagaan (iumlah dan qualitas), danq fasilitas dan sarana pelayanan
kesehatan dll.
Kegiatan:
Pelaksanaan evaluasi akan dilakukan oleh pihak ketiga agar tidak terjadi
28
-
Evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan dengan rentang waktu satu tahun
sekali. Akan tetapi setiap 6 bulan dilakukan monitoring terhadap kegiatan yang
sedang berjalan.
-
Hasil evaluasi tahunan digunakan sebagai dasar dalam perencanaan selanjutnya.9
29