Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Usaha Perbaikan gizi masyarakat (UPGM) adalah usaha perbaikkan gizi yang

berintikan penyuluhan gizi, melalui peningkatan peran serta masyarakat dan

didukung kegiatan yang bersifat lintas sektoral, Dilaksanakan oleh berbagai sektor

terkait (kesehatan, BKKBN, Pertanian Dalam Negeri), Dikbud, PKK dan lain-lain.2,3

Pengertian mengenai Usaha Perbaikan gizi keluarga (UPGK) adalah:

a. Merupakan usaha keluarga sendiri untuk memperbaiki keadaan gizi seluruh

anggota keluarga

b. Dilaksanakan oleh keluarga dan masyarakat dengan kader sebagai penggerak

masyarakat dan petugas berbagai sektor sebagai motivator, pembimbing dan

pembina,

c. Merupakan bagian dari kehidupan keluarga sehari-hari dan juga merupakan bagian

integral dari pembangunan nasional untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat

d. Secara operasional adalah rangkaian kegiatan yang saling mendukung untuk

melaksanakan alih teknologi sederhana kepada keluarga dan masyarakat.2,3

6
Gambar 2.1 Proporsi Status Gizi pada Usia >18 Tahun, 2007-2018

B. Tujuan

a. Tujuan Umum: Mendorong perubahan sikap dan perilaku yang mendukung

perbaikan gin anak balita dan keluarga melalui peningkatan pengertian, partisipasi

dan pemerataan hasil kegiatan untuk mencapai keluarga sadar gizi menuju terjadinya

manusia berkualitas.3

b. Tujuan Khusus

l) Partisipasi dan pemerataan kegiatan:

a) Semua anggota masyarakat ikut serta aktif dalam penyelenggaraan kegiatan.

Penanggung jawab kegiatan adalah anggota masyarakat setempat yang telah

mendapat

latihan.

b) Pada daerah UPGK, kegiatan meluas ke semua RW

c) Pada setiap RW, semua balita (anak dibawah 5 tahun), ibu hamil dan ibu menyusui

tercakup dalam kegiatan.

7
2) Perubahan tingkah laku yang mendukung tercapainya perbaikan Gizi.

a) Semua balita ditimbang setiap bulan, dan hasil timbangannya dicatat di KMS

b) Semua bayi disusui ibunya sampai usia 2 tahun atau lebih dan mendapat makanan

lain yang sesuai dengan kebutuhannya

c) Semua anak yang berumur l-4 tahun mendapat 1 kapsul vitamin A dosis tinggi

setiap 6 bulan

d) Semua anak yang mencret segera diberi minum larutan gula garam atau larutan

oralit.3

D.    Sasaran UPGK

Secara garis besar sasaran UPGK dapat dikelompokkan menjadi :

a. Sasaran Langsung:

Sasaran langsung adalah perorangan atau keluarga yang bersedia melakukan

sesuatu terhadap dirinya sendiri dalam rangka mewujudkan keluarga sadar gizi.

Sasaran ini pada garis besarnya dapat disegmentasikan menjadi:5,6

a) Keluarga Balita (Ibu, bapak, anggota keluarga yng ditugasi mengasuh anak)

b) Ibu muda

c) Ibu Hamil

d) Ibu menyusui

e) Masyarakat umum

b. Sasaran tidak langsung:

Yang dimaksud dengan sasaran tidak langsung adalah perorangan atau

institusi yang diharapkan dapat membantu secara aktif baik sebagai pengajar

8
(motivator), maupun sebagai penyedia jasa kelompok UPGK dalarn rangka

melembagakan dan memberdayakan keluarga sadar gizi. Sasaran ini antara lain terdiri

dari:5,6

a) Kelompok yang mempunyai pengaruh dan menentukan dalam proses pengambilan

keputusan misalnya : pemuka masyarakat baik formal maupun informal (pemuka

agama, kepala adat dan lain-lain )

b) Kelompok / institusi masyarakat di tingkat desa, KPD, KWT, PKK, Pramuka,

Karang Taruna, LSM, LKMD, Lembaga Agama Kader dan lain sebagainya.

c) Kelompok Petugas KIE dari sektor-sektor yang terkait dalam berbagai tingkat

daerah, meliputi:

(1) Sektor kesehatan (Petugas Rumah sakit, Petugas Puskesmas dan lain-lain)

(2) Sektor Keagamaan (Petugas KUA, motifator UPGK jalur agarn4 penyuluh agama,

guru agarna)

(3) Sektor Pertanian

(4) Sektor BKKBN

(5) Sektor Pendidikan

E.     Dasar pemikiran yang melandasi Usaha Perbaikan Gizi Keluarga.

Empat masalah gizi utama yang banyak ditemukan di berbagai wilayah

bahkan di berbagai Negara berkembang yaitu KKP, kekurangan Vitamin A, anemia

gizi, gondok endemik, pada umumnya menyerang kelompok penduduk yang

tergolong rawan (winerable) yaitu : bayi, anak usia di bawah lima tahun (balita), Ibu

Hamil dan Ibu menyusui. usaha perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) merupakan

9
serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu di bawah koordinasi yang baik,

yang bertujuan menurunkan jumlah penderita gangguan gizi, bahkan jika mungkin

menghilangkan bahaya gangguan gizi pada kelompok penduduk yang rawan itu.7

Apabila masalah gizi semata-mata dilihat dari sudut kesehatan masyarakat,

maka usaha penanggulangannya pun dapat dilakukan dengan menggunakan dasar-

dasar usaha kesehatan masyarakat:8

a) Mempertinggi tingkat gizi penduduk terutama golongan Rawan melalui berbagai

kegiatan yang bertujuan memperbaiki kualitas makanan keluarga pemanfaatan air

susu ibu (ASI) secara tepat, menanamkan rasa sadar gizi pada setiap anggota keluarga

dan sebagainya.8

b) Memberikan perlindungan khusus terhadap kemungkinan terjadinya gangguan gizi

tertentu seperti kekurangan vitamin A, anemia gizi, penyakit gondok. Kepada semua

anak di bawah usia 5 tahun diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi sekali setiap 6

bulan guna melindungi anak terhadap kemungkinan menderita defisiensi vitamin A,

memberikan suntikan larutan Iodium kepada penduduk yang tinggal di daerah

endemik penyakit gondok, memberikan tablet besi kepada setiap ibu hamil.

c) Melalokan pengamatan dini terhadap penyakit gangguan gizi dan melakukan usaha

penanggulangan secara cepat dan tepat. Kegiatan ini dapat dilakukan secara berkala

berupa pengawasan terhadap pertumbuhan anak melalui penimbangan berat badan

sekali sebulan dengan menggunakan kartu menuju sehat (KMS).

d) Mengatasi akibat yang mungkin timbul dengan jalan memberikan perawatan yang

intensif. Penderita gangguan gizi yang dalam keadaan berat harus segera dikirim ke

10
Rumah Sakit untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan yang lebih baik sehingga

akibat yang ditimbulkan gangguan gizi ini dapat dibatasi seminimal mungkin.8

F.     Pokok-pokokkegiatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga

       Dengan berpedoman pada dasar pemikiran Usaha perbaikan Gizi keluarga maka

dapatlah ditetapkan pokok-pokok kegiatan UPGK sebagai berikut:

a) Pengawasat gizi anak Balita melalui penimbangan berat badan secara teratur dan

terus menerus setiap bulan dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS).

b) Pemberian bimbingan dan nasihat pada Ibu sangat penting dalam usaha

menumbuhkan perilaku gizi yang positif yang diperlukan dalam UPGK. Dalam

memberikan bimbingan dan nasihat, ada enam pesan gizi pokok yang menjadi titik

berat penyuluhan, yaitu sebagai berikut :9

l. "Anak yang sehat, berat badannya akan selalu bertambah"

2. "Sampai usia 4 bulan, bayi cukup diberi ASI saja"

3. mulai usia bulan ke-5 anak harus sudah mulai diberi makanan

pendamping ASI"

4. "Memasuki usia tahun ke-2. anak dapat diberi makanan biasa. Susuilah

anak selama mungkin selagi ASI masih ada."

5. “Ibu hamil harus makan lebih banyak dari biasanya"

6. "Ibu menyusui harus minum air 8 gelas sehari."

c) Pelayanan pertolongan gizi diberikan untuk menanggulangi penderita gangguan

gizi terutama penderita difisiensi vitamin A. Penderita anemia gizi dan pencegahan

terjadinya dehidrasi pada anak yang menderita diare. Akan tetapi memberikan

11
pertolongan gizi juga diberikan kepada mereka yang tidak memperlihatkan tanda-

tanda defisiensi vitamin A atau anemia gizi. Pemberian kapsul vitamin A dan tablet

besi lebih berfungsi sebagai upaya pencegahan dan perlindungan terhadap

kemungkinan terjadinya defisiensi.

d)  Pemulihan gizi bagi kanak-kanak penderita KKP dilakukan dengan jalan

memberikan makanan tambahan guna memenuhi kebutuhan anak akan zat gizi,

terutama kalori dan protein. Pemberian makanan tambahan makanan dengan

mengutamakan penggunaan bahan makanan yang tinggi kadar kalori dan proteinnya,

terutama dari jenis kacang atau hasil olahannya (kacang hijau, kacang merah, tahu,

tempe, dan sebagainya). Kanak kanak penderita KKP tersebut akan mendapatkan

tambahan makanan dalam jangka waktu antara 60 hari sampai 90 hari, tergantung

pada berat ringannya KKP yang diderita.

e) Hubungan timbal balik yang erat antara kejadian gangguan gizi dengan adanya

penyakit infeksi pada anak-anak  menjadikan kegiatan penanggulangan berbagai

penyakit infeksi melalui imunisasi sebagai kegiatan penunjang UPGK yang sangat

penting. Karena kegiatan dasar UPGK tersebut harus ditunjang pula oleh kegiatan

Immunisasi.

f) Jarak kelahiran anak yang terlalu rapat merupakan salah satu faktor yang

mempertinggi resiko anak akan menderita KKP. Karenanya motivasi dan pelayanan

KB sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan UPGK.

g) Penderita KKP yang disertai penyakit infeksi hanya dapat dipulihkan tingkat

gizinya apabila penyakit infeksi yang dideritanya sudah disembuhkan. Untuk itu perlu

12
pula dilakukan kegiatan rujukan penderita penyakit infeksi ke puskesmas terdekat

atau ke Rumah Sakit sebagai pelengkap kegiatan UPGK.

h) Makanan yang dimakan anak akan sangat ditentukan oleh macam makanan yang

disajikan ibunya di meja makan, dan makanan yang disajikan ibu juga tergantung

pada bahan makanan apa yang tersedia dan dapat dimasak oleh ibu. Pekarangan dapat

mempunyai arti penting sebagai sumber bahan makanan keluarga apabila

dimanfaatkan secara berdaya guna dan berhasil guna. Karenanya pemanfaatan

pekarangan juga baik sekali dikembangkan guna membantu dan mendorong

tumbuhnya swadaya keluarga untuk perbaikan gizi.9

G.    Langkah-langkah dalam pelaksanaan UPGK

Untuk dapat melaksanakan UPGK di suatu wilayah atau desa, dilalkukan 

langkah-langkah sebagai berikut:8

a) Penyiapan masyarakat dan sarana pelaksanaan kegiatan

Oleh karena UPGK memerlukan keterlibatan aktif masyarak maka sebelum

memulai kegiatan UPGK perlu dilakukan kegiatan untuk mempersiapkan masyarakat

sehingga mereka mengambil bagian dan turut bertanggung jawab dalam pelaksanaan

berbagai kegiatan yang dilakukan.8,9

b) Tata cara pelaksanaan kegiatan di panti gizi desa atau pos penimbangan.

Pelaksanaan berbagai kegiatan UPGK dipusatkan di panti gizi desa. Bangunan

untuk panti gizi desa dapat menggunakan ruangan yang ada di balai desa atau dapat

juga di rumah penduduk yang bersedia meminjamkannya. Apabila penduduk desa

cukup banyak dan desa itu besar, maka panti gizi desa desa dapat diperluas

13
jangkauannya dengan mendirikan pos penimbangan/pos pelayanan gizi. Dengan

demikian jangkauan kegiatan juga dapat diperluas sehingga lebih banyak anak balita

yang dapat dicakup oleh kegiatan UPGK itu. 8,9

Pelayanaan gizi di pos penimbangan dan di panti gizi desa dilakukan dengan

tata carayang disebut jalur pelayanan 4 meja. Anak balita yang dibawa oleh ibunya ke

pos pelayanan gizilpos penimbangan di meja I. setelah selesai maka anak akan

ditimbang berat badannya oleh petugas pelaksana meja II. Setelah selesai

penirnbangan, maka pelayanan dilanjutkan ke meja III. di meja itu berat badan anak

sewaktu di timbang akan dicatat di buku penimbangandan juga diterapkan pada KMS

yang dibawa oleh ibu. Di meja IV akan diberikan bimbingan dan penyuluhan kepada

ibu dari anak balita tersebut, baik berkaitan dengan berat badan anak, laju

pertumbuhan anak, pengaturan makanan anak, maupun berkaitan dengan kesehatan

umum anak dan ibu, pemberian vitamin A dosis tinggi, dan sebagainya.

c) Pelayanan kesehatan TerPadu

Beberapa bentuk program pelayanan kesehatan selain ditujukan bagi sasaran

yang sama yaitu anak balita dan ibu juga mempunyai tujuan yang sama yaitu

meningkatkan kesehatan anak dan menurunnya angka kematian bayi dan anak.

Program-program pelayanan kesehatan itu antara lain : pfogram kebaikan gizi

(UPGK), program pemeliharaan kesehatan ibu dan anak (KIA), program imunisasi,

program penanggulangan diare pada anak- anak, program keluarga berencana (KB)

dan sebagainya. 8,9

14
Apabila program-program pelayanan kesehatan yang ditujukan pada sasaran

yang sama tersebut dapat dilakukan secara serentak bersama-sama di suatu wilayah

atau desa, maka setiap anak balita yang menjadi sasaran program pelayanan akan

mendapatkan beberapa macam pelayanan kesehatan sekaligus. Jadi seorang anak

yang dibawa oleh ibunya ke panti gizi atau pos penimbangan selain memperoleh

pelayanan gizi (penimbangan, penyuluhan, pemberian-pemberian pertolongan gizi

makanan tambahan) juga sekaligus dapat memperoleh layanan imunisasi,

pemeriksaan kesehatan, jika anak mencret maka kepada anak tersebut akan diberikan

oralit dan obat, dan Ibu akan memperoleh mengenai cara perawatan kesehatan

keluarga. Selain itu Ibu yang memerlukan layanan KB juga sekaligus dapat dilayani

di pos penimbangan atau panti gizi. Pelayanan seperti inilah yang disebut pelayanan

kesehatan terpadu yang dikembangkan oleh departemen kesehatan di desa-desa di

seluruh Indonesia. Bagi keluarga sendiri pelayanan kesehatan terpadu itu sangat

menguntungkan karena ibu tidak perlu berkali-kali datang ke pos penimbangan, ke

pos KB, ke pos kesehatan yang sering kali letaknya terpisah-pisah dan jauh. 8,9

H.    Masalah Perbaikan Gizi Makro.

Keadaan grzi meliputi proses penyediaan dan penggunaan gizi untuk

pertumbuhan, perkembangan, dan pemeliharaan serta aktifitas. Keadaan kurang gizi

Masalah gizi terbagi menjadi masalah gizi makro dan mikro. Masalah gizi makro

adalah masalah yang utamanya disebabkan kekurangan atau ketidakseimbangan

asupan energy dan Protein. Manifestasi dari masalah gizi makro. bila terjadi pada

wanita usia subur dan ibu hamil yang Kurang Energi Kronis (KEK) adalah berat

15
badan bayi baru lahir yang rendah (BBLR). Bila terjadi pada anak Balita akan

mengakibatkan marasmus, kwashiorkor atau marasmik- kwashiorkor dan selanjutnya

akan terjadi gangguan pertumbuahan pada anak usia sekolah.5

            Program perbaikkan gizi makro diarahkan untuk menurunkan maslaah gizi

makro yang utamanya mengatasi masalah kekurangan energy proein terutama di

daerah miskin baik di pedesaan maupun di perkotaan dengan meningkatkan keadaan

gizi keluarga, meningkatkan partusipasi masyarakat, meningkatkan kualitas

pelayanan gizi baik di puskesmas maupun di posyandu, dan meningkatkan konsumsi

energy dan protein pada balita gizi buruk. Shategi yang dilakukan untuk mengatasi

masatah gizi makro adalah melalui pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan dan

gpzi, pemberdayaan masyarakat di bidang gizi, pemberdayaan petugas dan subsidi

langsung berupa dana untuk pembelian makanan tambahan dan penyuluhan pada

balita gizi buruk dan ibu hamil.5

Evaluasi juga dilaksanakan dalam pelaksanaan program perbaikan gizi makro,

yaitu dimulai dari evaluasi input dan proses output dan impac dengan tujuan untuk

menilai persiapan, pelaksanaan, pencapaian target dan prevalensi status gizi pada

sasaran. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber

daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Berdasarkan visi pembangunan

nasional melalui pembangungan kesehatan yang ingin dicapai untuk mewujudkan

Indonesia sehat 2025. Visi pembangunan gizi adalah mewujudkan keluarga mandiri

sadar gizi untuk mencapai status gizi keluarga yang optimal.10

16
Keadaan gizi dapat dipengaruhi oleh keadaan fisiologis, dan juga oleh

keadaan ekonomi, sosial, politik dan budaya. Pada saat ini, selain dampak dari krisis

ekonomi yang masih terasa juga keadaan dampak dari bencana nasional

mempengaruhi status kesehatan pada umumnya dan status gizi khususnya.11

Keadaan gizi meliputi proses penyediaan dan penggunaan gizi untuk

pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan dan aktifitas. Kurang gizi dapat terjadi

dari beberapa akibat, yaitu ketidakseimbangan asupan zat-zat gizi, faktor penyakit

pencernaan, absorsi dan penyakit infeksi.11

Gambaran perkembangan keadaan gizi masyarakat menunjukkan

kecendrungan yang sejalan. Prevalensi kurang energy protein, yang kemudian disebut

masalah gizi makro, pada balita turun dari 37.5 %  pada tahun 1989 menjadi 26.4 %

pada tahun 1999, keadaan ini juga diikuti prelevansi masalah gizi yang lain.11

            Upaya untuk mencegah semakin memburuknya keadaan gizi masyarakat di

masadatang perlu dilakukan dengan segera dan direncanakan sesuai masalah daerah

sejalan dengan kebijkan pemerintah dalam pelaksaan desentralisasi. Keadaan ini

diharapkan dapat semakin mempercepat sasaran nasional dan global dalam

menetapkan program yang sistematis mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan

pemantauan.6

            Sejalan dengan sasaran global dan perkembangan keadaan gizi masyarakat,

rumusan tujuan umum program pangan dan gizi tahun 2001-2005 yaitu menjamin

ketahan pangan tingkat keluarga, mencegah dan menurunkan masalah gizi,

mewujudkan hidup sehat dan status gizi yang optimal. Menyadari faktor penyebab

17
masalah gizi yang sangat komplek dan arah kebijkan desentralisasi, maka perlu

dirumuskan strategi program gizi khususnya pada program perbaikan gizi makro,

sesuai dengan Surat Keputusan Mentri Kesehatan nomor: 1277/Menkes/SKDil/2001.

Tentang Organisasi dan tata,kerja Departemen Kesehatan.12

a. Pengertian

Masalah gizi makro adalah: masalah gizi yang utamanya disebabkan oleh

kekurangan atau ketidakseimbangan asupan energI dan protein.11

Status gizi masyarakat dapat digambarkan terutama pada status anak balita

dan wanita hamil. Oleh karena itu sasaran dari program perbaikan gizi makro ini

berdasarkan siklus kehidupan yaitu dimulai dari wanita usia subur, dewasa, ibu hamil,

bayi baru lahir, balita, dan anak sekolah.11

b. Gambaran Gizi Makro

1. Masalah

1.1. Berat Bayi lahir Rendah (BBLR)

Kelompok masyarakat yang paling menderita akibat dari dampak krisis

ekonomi terhadap kesehatan adalah ibu dan pada akhrirnya akan mempengaruhi

kualitas bayi yang dilahirkan dan anak yang dibesarkan.5

Bayi dengan berat lahir rendah adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang

menderita kurang energi kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR

berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita juga dapat berdampak

serius terhadap kuatitas generasi mendatang yaitu akan memperlambat pertumbuhan

dan perkembangan mental anak, sertia berpengaruh pada penurunan kecerdasan (IQ).

18
Setiap anak yang berstatus gizi buruk mempunyai resiko kehilangan IQ l0 - 13 poin.

Pada tahun 1999 diperkirakan terdapat kurang lebihl, 3 juta anak bergizi buruk, maka

berarti terjadi potensi kehilangan IQ sebesar 22 juta poin. Sementara itu prevalensi

BBLR pada saat ini diperkirakan 7 - 14 % (yaitu sekitar 459.200 - 900.000 bayi).5

1.2. Gizi Kurang pada Balita

Gizi Kurang merupakan salah satu masalah gizi utama pada balita di Indonesia.

Berdasarkan hasil susenas data gizi kurang tahun 1999 adalah 26.4 %, sementara itu

data gizi buruk tahun 1995 yaitu 11.4 %. Sedangkan untuk tahun 2000 prevalensi gizi

kurang 24.9 % dan gizi buruk 7.1% .1,2

Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh

rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam

waktu yang cukup lama. Tanda-tanda klinis dari gizi buruk secara garis besar dapat

dibedakan marasmus, kwashiorkor atau marasmik-kwashiorkor.5

1.3. Gangguan Pertumbuhan

Dampak selanjutnya dan gizi buruk pada anak balita adalah terjadinya

gangguan pertumbuhan pada anak usia sekolah. Gangguan ini akan menjadi serius

bila tidak ditangani secara intensif.5

Hasil Survei Tinggi Badan Anak Baru masuk Sekolah (TB-ABS) di lima

popinsi (Jawa Barat, Jawa Tengah, NTT, Maluku dan Irian Jaya) pada tahun 1994

dan tahun 1998 menurjukkan prevalensi gangguan pertumbuhan anak usia 5 – 9 tahun

masing-masng 42.4 % dan 37.8 %. Dari angka tersebut terjadi penurunan yang cukup

berarti, tetapi secara umum, prevalensi gangguan pertumbuhan ini masih tinggi.5

19
1.4. Kurang Energi Kronis (KEK)

KEK dapat terjadi pada Wanita Usia Subur (WuS) dan pada ibu hamil

(bumil).

KEK adalah keadaan dimana ibu menderita keadaan kekurangan makanan yang

berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan

pada ibu.5

1.4.1. Pada Wanita Usia Subur (WUS)

Pemantauan kesehatan dan status gizi pada WUS merupakan pendekatan yang

potensial datam kaitannya dengan upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak-

Kondisi WUS yang sehat dan berstatus gizi baik akan menghasilkan bayi dengan

kualitas yang baik, dan akan mempunyai risiko yang kecil terhadap timbulnya

penyakit selama kehamilan dan melahirkan.7

Dari data terakhir menunjukkan bahwa status gizi pada WUS yang menderita

KEK (LILA <23.5 cm) sebanyak 24.2%. Hasil analisis IMT pada 27 ibukota propinsi

menunjukkan KEK paila wanita dewasa (IMT< l8'5) sebesar 15.l %.7

1.4.2. Pada Ibu Hamil (Bumil)

Ibu hamil yang menderita KEK mempunyai risiko kematian ibu mendadak

pada masa perinatal atau risiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR).

pada keadaan ini banyak ibu yang meninggal karena perdarahan, sehingga akan

meningkatkan angka kematian ibu dan anak.7

A.    Penyebab langsung

20
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan Timbulnya gizi

kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit.

Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakil pada akhirnya

dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup

makan, maka daya tahan tububnya akan melemah dan akan mudah terserang

penyakit.

B.     Penyebab tidak langsung

Ada 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu :


-
Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan

mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam

jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.1


-
Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat

diharapkan dapat menyediakan waktu perhatian, dan dukungan terhadap anak

agar dapat tumbuh kembang dengan baik - baik fisik, mental dan sosial.1
-
Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistim pelayanan

kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana

pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang

membutuhkan.1

Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan

keterampilan keluarga. Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan

ketrampilan, makin baik tingkat ketahanan pangan keluarg4 makin baik pola

21
pengasuhan maka akan makin banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan

kesehatan.1

Tujuan dan Sasaran

Program perbaikan gizi makro diarahkan pada kelompok wanita usia subur,

pria/wanita dewas4 bayi dengan berat lahir rendah, ibu hamil, ibu menyusui, ibu yang

mempunyai batita, balita dan anak sekolah.2

1. Tujuan Umum:

Menurunkan masalah gizi makro utamanya masalah kurang energi protein

terutama di daerah miskin baik di pedesaan maupum di perkotaan.2

2. Tujuan Khusus:

l. Meningkatkan keadaan gizi keluarga dengan mewujudkan perilaku keluarga yang

sadar gizi

2. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan pemerataan kegiatan pelayanan gizi ke

seluruh wilayah perdesaan dan perkotaan

3. Meningkatkan kualitas pelayanan gizi baik di puskesmas maupun di posyandu

untuk menurunkan prevalensi masalah gizi kurang dan gizi lebih

4. Meningkatkan konsumsi energi dan protein pada balita yang gizi buruk yang

benar-benar membutuhkan.

3. Sasaran

Untuk mencapai tujuan tersebut, telah ditetapkan sasaran nasional pembangunan di

bidang pangan dan gizi tahun 2002-2005. Sedangkan sasaran di tingkat daerah harus

direncanakan sesuai dengan potensi daerah. Sasaran tingkat nasional adalah:

22
l. Sekurang-kurangnya 80% keluarga telah mandiri sadar gizi

2. Menurunnya prevalensi kurang energi kronis (KEK) ibu hamil menjadi 0 %

3. Menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita dari 26,4 % (1999) menjadi

20 % (2005) dan gizi buruk dal1- 8,l % (1999) menjadi 5% (2005)

4. Mencegah meningkatnya prevalensi gizi lebih pada anak balita dan dewasa

setinggi- tingginya berturut-turut 3 % darn 10%

5. Menurunnya prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) menjadi setinggi

tinggtrnya 7%.2

Strategi

Untuk mencapai tujuan tersebut diatas, akan ditempuh strategi pokok sebagai

acuan penanggulangan masalah gizi makro, sebagai berikut :8

l. Pemberdayaan keluarga dibidang kesehatan dan gizi

Pemberdayaan keluarga adalah proses dimana keluarga- keluarga yang

mempunyai masalah kesehatan dan gizi bekerja bersama-sama menanggulangi

masalah yang mereka hadapi. Cara terbaik untuk membantu meteka adatah ikut

berpartisipasi dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi. Upaya perbaikan

gizi yang dilakukan adalalt dengan meningkatkan kemandirian dengan fokus keluarga

mandiri sadar gizi dengan harapan mereka dapat mengenal dan mencari pemecahan

masalah yang dihadapi. Kegiatan operasional yang dilaksanakan adalah:8

1. Pemetaan keluarga mandiri sadar gizi oleh dasawisma dalam rangka survey mawas

diri masalah gizi keluarga.

2. Asuhan dan konseling gizi

23
Pada akhir tahun 2005, 50%  institusi pelayanan kesehatan telat melaksanakan asuhan

dan konseling gizi bagi keluarga dengan tenaga profesional dengan menggunakan

tatalaksana asuhan dan konseling gizi.8

2. Pemberdeyaan masyarakat di bidang gizi

Pemberdayaan masyarakat di bidang gizi dimaksudkan untuk meningkatkan

kemandirian masyarakat dalam memerangi kelaparan dan peduli terhadap masalah

gizi yang muncul di masyarakat. Masyarakat harus dilibatkan dalam proses

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi penanggulangan masalah gizi makro,

sehingga akan tercipta komitmen yang baik antara masyarakat dan petugas. Hal-hal

yang perlu dilakukan dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah:8

1.      Pemberdayaan ekonomi mikro

Kegiatan dilaksanakan secara lintas sektor terutama dalam rangka income

generating

2.      Advokasi

Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh dukungan baik teknis maupun

nonteknis dari pemerintah daerah setempat untuk memobilisasi sumber daya

masyarakat Yang dimiliki Fasilitasi Memberikan bantuan teknis dan peratatan dalam

rangka memperlancar kegiatan penanggUlan gan gtzi makro berbasis masyarakat,

misalnya home economic set untuk PMT.

3. Pemberdayaan Petugas

Agar kualitas pelayanan gizi meningkat, maka diharapkan para petugas

kesehatan dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar.

24
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dilakukan serangkaian kegiatan dalam

peningkatan peran petugas yaitu antara lain dengan memberikan pengetahuan dan

ketrampilan baik melalui kegiatan workshop dan capacrty building.

4. Subsidi langsung

Subsidi diberikan dalam bentuk paket dana untuk pembelian makanan

tambahan dan penyuluhan kepada balita gizi buruk dan ibu hamil kurang energi

kronis.

Pelaksanaan

1. Pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan dan gizi

l. Pemetaan keluarga mandiri sadar gizi oleh dasawisma dalam rangka survey mawas

diri masalah gizi keluarga.

Tujuan : mengidentifikasi keluarga-keluarga yang belum melaksanakan

perilaku gizi yang baik dan benar

Kegiatan:
-
Pelatihan Kadarzibagi Kader dasawisma
-
Pengadaan bahan-bahan pemetaan
-
Pemetaan, analisa dan tindak lanjutnya

2. Asuhan dan konseling gizi bagi keluarga yang belum menerapkan perilaku gizi

yang baik dan benar.

Tujuan : meningkatkan kemandirian anggota keluarga dalam pelayanan gizi.

Kegiatan:
-
Menyusun standar tata laksana asuhan dan konseling gizi

25
-
Melaksanakan kegiatan asuhan dan konseling gi di setiap sarana pelayanan

kesehatan
-
Melaksanakan kegiatan asuhan gtzi melalui penyuluhan kelompok mengenai

makanan padat gizi dari bahan lokal


-
Melaksanakan kegiatan asuhan dan konseling gizi secara profesional.

3. Kampanye keluarga mandiri sadar gizi

Tujuan : meningkatkan kepedulian keluarga untuk selalu menerapkan perilaku

giziyangbaik dan benar

Kegiatan:

- Pengadaan bahan-bahan KIE lokal

- Pesan-pesan Kadarzi melalui kelompok kesenian tradisional

- Pesan-pesan Kadarzi melalui media cetak dan elektronik

2.    Pemberdayaan masyarakat di bidang gizi

l. Pemberdayaan ekonomi mikro

Kegiatan dilaksanakan secara lintas sektor terutama dalam rangka "income

Generating”

Tujuan : meningkatkan pendapatan keluarga

Kegiatan:

- Usaha Bersama : pengembangan koperasi simpan pinjam

- Pemanfaatan pekarangan bekerjasama dengan sektor pertanian.9

2. Advokasi dan sosialisasi

26
- Advokasi dan sosialisasi program pemberdayaan keluarga di bidang gizi kepada

Gubenur dan Bupati.9

3. Fasilitasi

Memberikan bantuan teknis dan peralatan dalam rangka memperlancar kegiatan

penanggulangan gizi makro berbasis masyarakat.

Kegiatan:

- Bantuan teknis untuk petugas lapangan : Pengadaan konsultan, pelatihan/workshop

- Pengadaan sarana : dacin, food model, home economic set, bahan-bahan KIE dll

3.Pemberdayaan Petugas

Tujuan : Meningkatkan ketrampilan petugas dalam memberikan pelayanan gizi

sesuai dengan standar.

Kegiatan:

1. Workshop tata laksana gizi buruk tingkat kabupaten, puskesmas dan RT

2. Workshop tata laksana penanggulangan WUS KEK tingkat kabupaten, puskesmds

dan RT

3. Capacity building tentang perencanaan daerah untuk menanggulangi masalah gizi

makro.9

4.   Subsidi langsung

Tujuan : meningkatkan keadaan gizibalitadan ibu hamil Subsidi dalam diberikan

dalam bentuk paket dana untuk pembelian makanan tambalran dan penyuluhan

kepada balita gizi buruk dan wanita usia subur kurang energi kronis. Langkah-

langkah yang perlu dilakukan adalah :

27
1. Identifikasi sasaran yang perlu disubsidi (target sasaran)

Target sasaran ditentukan berdasarkan hasil antropometri yang dilaksanakan

langsung di lapangan dengan beberapa tambahan kriteria antara lain : balita dan Ibu

harnil tergolong miskin, jumlah anggota keluarga lebih dari 3, kondisi rumah dan

sarana air bersih kurang memadai.9

2. Distribusi dana subsidi secara langsung ke keluarga melalui bidan di desa. Bidan di

desa menjelaskan cam penggunaan dana dan mekanisme PMT (sesuai Pedoman Tata

laksana Gizi Buruk di Rumah Tangga).9

3. Evaluasi PMT : penggunaan dana proses PMT dan perubahan status gizi

Evaluasi

Evaluasi ditujukan untuk menilai :

1. Input : ketenagaan (iumlah dan qualitas), danq fasilitas dan sarana pelayanan

kesehatan dll.

2. Proses : menilai pelaksanaan kegiatan apakah telah mencapai target yang

ditetapkan, mengidentifikasi kendala dan masalah yang dihadapi serta pemecahannya.

3. Output : menilai pencapaian setiap kegiatan penanggulangan gizi makro.

4. Impact : Menitai prevalensi status gizi pada sasaran.

Kegiatan:

Pelaksanaan evaluasi akan dilakukan oleh pihak ketiga agar tidak terjadi

subjektivitas hasil evaluasi dengan tahap-tahap sebagai berikut :


-
Penunjukkan pelaksana evaluasi, misalnya LSM di bidang kesehatan Universitas.

28
-
Evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan dengan rentang waktu satu tahun

sekali. Akan tetapi setiap 6 bulan dilakukan monitoring terhadap kegiatan yang

sedang berjalan.
-
Hasil evaluasi tahunan digunakan sebagai dasar dalam perencanaan selanjutnya.9

29

Anda mungkin juga menyukai