Anda di halaman 1dari 76

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan menyatakan bahwa kesehatan meliputi unsur
sehat secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis. Kesehatan merupakan hak asasi
manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. Salah satu
bagian dari peningkatan derajat kesehatan yang menjadi
tanggung jawab pemerintah adalah melalui upaya perbaikan
gizi. Upaya perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan
mutu gizi perseorangan dan masyarakat antara lain melalui
perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar
gizi dan peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan
kesehatan sesuai dengan kemajuan Ilmu dan Teknologi.
Tingginya masalah gizi balita merupakan manifestasi dari
rumitnya permasalahan pangan dan gizi di Indonesia. Salah
satu faktor yang menyebabkan masalah gizi balita di
Indonesia yaitu konsumsi makanan ibu pada masa kehamilan
atau bahkan saat remaja yang tidak sesuai dengan prinsip gizi
seimbang. Dalam rangka mencapai salah satu target WHA
2025 yaitu menurunkan dan mempertahankan prevalensi
wasting (kurus) kurang dari 5%, WHO mengeluarkan policy
brief yang salah satunya adalah menyediakan makanan
tambahan tetapi tetap berfokus kepada peningkatan makanan
keluarga dalam hal keanekaragaman, kualitas dan
keamanannya.
Gizi memiliki peran signifikan dalam pertumbuhan dan
perkembangan selama siklus kehidupan manusia. Kurang
Energi Kronis (KEK) pada Ibu hamil berpengaruh terhadap
kualitas bayi yang dilahirkan serta berdampak terhadap
kematian anak dan ibu serta status gizi anak. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan
status gizi balita yang pendek dan sangat pendek sebesar
30,8% dengan prevalensi tertinggi di Provinsi NTT (42,6%)
dan terendah di Provinsi DKI Jakarta (17,7%). Survei
konsumsi makanan dan survei konsumsi gizi tahun 2016
menunjukan bahwa lebih dari separuh ibu hamil defisit energi
atau konsumsinya <70% kebutuhannya. Selain itu, Survei
Diet Total (SDT) tahun 2014 diketahui bahwa lebih dari
separuh balita (55,7%) mempunyai asupan energi yang
kurang dari Angka Kecukupan Energi (AKE) yang dianjurkan.
Demikian pula pada kelompok ibu hamil baik di pedesaan
maupun perkotaan lebih dari separuhnya mengalami defisit
asupan energi dan protein.
Saat ini di dunia termasuk Indonesia sedang menghadapi
wabah Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan telah
dinyatakan sebagai pandemi oleh WHO dan dipredikasi
masih akan terus berlangsung sampai tahun 2021 karena
sampai saat ini belum ditemukan obatnya. Salah satu cara
untuk mencegah penularan COVID-19 adalah dengan
mengonsumsi makanan bergizi seimbang agar dapat
memperkuat imunitas tubuh. Balita dan ibu hamil merupakan
kelompok yang rentan terhadap penularan COVID-19 dan
akan semakin berisiko jika balita dalam kondisi status gizi
kurus dan ibu hamil KEK. Pandemi COVID-19 juga
berdampak pada masyarakat miskin yang banyak kehilangan
pekerjaan dan pendapatannya sehingga semakin terbatas
dalam memberikan asupan gizi seimbang untuk keluarganya.
Oleh karena itu Kementerian Kesehatan melalui Direktorat
Gizi Masyarakat akan melaksanakan kegiatan pendidikan gizi
melalui pemberian makanan berbasis pangan lokal bagi ibu
hamil dan balita untuk dapat membantu meningkatkan
asupan gizi seimbang.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat dalam mempersiapkan dan menyediakan
makanan lokal sesuai prinsip gizi seimbang bagi ibu
hamil dan balita dalam upaya membentuk keluarga
sehat.

2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan dalam mempersiapkan
dan menyediakan menu gizi seimbang makanan
lokal untuk ibu hamil dan balita.
b. Meningkatkan sikap dalam mempersiapkan dan
menyediakan menu gizi seimbang makanan lokal
untuk ibu hamil dan balita.
c. Meningkatkan perilaku dalam mempersiapkan dan
menyediakan menu gizi seimbang makanan lokal
untuk ibu hamil dan balita.
d. Meningkatkan asupan gizi ibu hamil dan balita
melalui penyediaan konsumsi pangan sesuai prinsip
gizi seimbang melalui pemanfaatan bahan pangan
lokal.
e. Terlaksananya pendampingan melalui monitoring
dan evaluasi yang dilaksanakan secara berjenjang.
C. Sasaran Kegiatan
Terlaksananya kegiatan ini di 7 provinsi, 9 kabupaten/kota di
daerah lokus stunting terpilih (Lampiran 1). Setiap
kabupaten/kota menetapkan Puskesmas, desa dan sasaran
ibu hamil dan balita terpilih.

D. Indikator Keberhasilan
Alternatif indikator yang akan digunakan dalam kegiatan ini
meliputi indikator input, proses, output, dan dampak:
1. Indikator input
Keterlibatan lintas sektor, keterpaduan program di tingkat
desa, ketersediaan dana pendamping (misalnya: dana
desa, CSR), partisipasi masyarakat (misalnya:
penyediaan tempat, sarana/prasana masak).

2. Indikator proses
Cakupan jumlah ibu hamil dan balita yang menerima
makanan berbasis pangan lokal dan terselenggaranya
kegiatan penyuluhan gizi dan demo masak sesuai jadwal.

3. Indikator luaran
Peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku tentang gizi
seimbang pada ibu hamil dan orang tua balita.

E. Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
2. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang
Pemberian ASI Eksklusif
3. Peraturan Presiden Nomor 42 tahun 2013 tentang
Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi
4. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah
Nasional (RPJMN) tahun 2020 – 2024
5. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang
Percepatan Penurunan Stunting
6. Permenkes No.15 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui dan atau
Memerah ASI
7. Permenkes Nomor 39 Tahun 2013 tentang Susu
Formula Bayi dan Produk Lainnya
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 23 tahun 2014
tentang Upaya Perbaikan Gizi
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 tahun 2014
tentang Pedoman Gizi Seimbang
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 17 tahun 2018
tentang Perubaan atas Permenkes nomor 79 tahun
2016 tentang Pedoman Umum Penyaluran Bantuan
Pemerintah di lingkungan Kementerian Kesehatan.
11. Permenkes Nomor 28 Tahun 2019 tentang Angka
Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk Masyarakat
Indonesia
12. Permenkes Nomor 29 Tahun 2019 tentang
Penanggulangan Masalah Gizi Bagi Anak Akibat
Penyakit
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2020
tentang Standar Antropometri Anak
14. Peraturan Lembaga Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2021
tentang Pedoman Swakelola
F. Ketentuan Umum dan Pengertian
1. Pendidikan Gizi adalah proses penyampaian pesan gizi
yang berisi materi terkait dengan pangan, gizi (gizi
seimbang dan isi piringku) dan kesehatan melalui
penyuluhan dan demonstrasi kepada masyarakat di
desa lokus terpilih.
2. Gizi Seimbang adalah susunan pangan sehari-hari
yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang
sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan
memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan,
aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan memantau berat
badan secara teratur dalam rangka mempertahankan
berat badan normal untuk mencegah masalah gizi.
3. Makanan Lengkap adalah menu makanan lengkap
sekali makan yang terdiri dari makanan pokok, lauk
pauk, sayuran, dan buah.
4. Pangan Lokal adalah makanan yang dikonsumsi oleh
masyarakat setempat sesuai dengan potensi sumber
daya dan kearifan lokal.
5. Makanan untuk Ibu Hamil berupa makanan lengkap
yang terbuat dari pangan lokal dengan kandungan zat
gizi yang sesuai untuk diberikan kepada ibu hamil yang
disiapkan berdasarkan pedoman gizi seimbang.
6. Makanan untuk Balita berupa makanan lengkap yang
terbuat dari pangan lokal dengan kandungan zat gizi
yang sesuai untuk diberikan kepada balita usia 6-59
bulan yang disiapkan berdasarkan pedoman gizi
seimbang.
7. Desa Lokus Stunting adalah desa yang ditetapkan baik
oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
(kabupaten/kota) sebagai wilayah sasaran program
percepatan penurunan stunting.
8. Pekarangan Pangan Lestari (P2L) adalah kegiatan
yang dilaksanakan oleh kelompok masyarakat yang
secara bersama-sama mengusahakan lahan
pekarangan sebagai sumber pangan secara
berkelanjutan untuk meningkatkan ketersediaan,
aksesibilitas, dan pemanfaatan serta pendapatan.
9. Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program
dibawah Kementerian Sosial berupa pemberian bantuan
tunai bersyarat kepada keluarga kurang mampu.
10. Kampung Keluarga Berencana (KB) adalah program
dibawah BKKBN dimana satuan wilayah setingkat RW,
dusun atau setara yang memiliki kriteria tertentu terdapat
keterpaduan program kependudukan, keluarga
berencana, pembangunan keluarga, dan sektor terkait.
BAB II. PENDIDIKAN GIZI MELALUI PEMBERIAN MAKANAN
BERBASIS PANGAN LOKAL

A. Materi Pendidikan Gizi


Pendidikan gizi merupakan salah satu strategi dalam
mengatasi masalah gizi melalui penyampaian pesan gizi dan
kesehatan yang terintegrasi dengan kegiatan pemberian
makanan. Materi pendidikan gizi dalam program ini fokus
pada gizi seimbang untuk ibu hamil dan anak balita.
Asupan zat gizi untuk bayi di dalam kandungan berasal
dari simpanan zat gizi di dalam tubuh ibunya. Oleh karena itu
sangat penting bagi calon ibu hamil mempunyai status gizi
yang baik sebelum memasuki kehamilannya, (misalnya tidak
kurus, tidak anemia, tidak gemuk), untuk memastikan
cadangan zat gizi ibu hamil mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan janinnya.
Pemantauan berat badan selama hamil merupakan
salah satu indikator yang dapat menunjukkan terpenuhinya
asupan makanan bagi janin. Seorang ibu berisiko melahirkan
bayi dengan berat lahir rendah jika ibu dalam kondisi kurus
pada saat memasuki kehamilannya, dan atau mengalami
penambahan berat badan selama hamil yang tidak adekuat.
Penambahan berat badan selama hamil yang optimal sesuai
dengan status gizi Ibu yang diukur dengan Indeks Massa
Tubuh (IMT) sebelum hamil atau pada masa trimester
pertama.
Ibu Hamil membutuhkan tambahan sekitar 300
kalori/hari selama kehamilan. Perhitungan ini berdasarkan
perkiraan tambahan energi sebesar 80.000 kalori yang
dibutuhkan untuk mendukung kehamilan 9 bulan penuh yang
tidak hanya meningkakan metabolisme Ibu dan janin, namun
juga untuk mendukung pertumbuhan janin dan plasenta.
Namun demikian, perlu diperhatikan bahwa selain tambahan
300 kkal tersebut, ibu mempraktikkan pola makan bergizi
seimbang sehingga terpenuhi semua zat gizi yang
dibutuhkan oleh ibu dan janin.
Bayi usia 0 sampai kurang dari 6 bulan dalam kondisi ibu
dan bayinya sehat, wajib untuk diberikan Air Susu Ibu (ASI)
saja. Setelah bayi berumur 6 bulan, harus mulai diberikan
makanan pendamping ASI (MP-ASI) dan ASI diberikan
sekehendak bayi sampai usia 24 bulan atau lebih.
Berdasarkan umur bayi dan anak, karena keterbatasan
kapasitas lambung dan kemampuan daya cerna, maka
makanan tersebut jumlah dan teksturnya harus disesuaikan.
Sehingga pemberian MP-ASI dalam panduan terlampir
dibagi menurut usia 6-8 bulan, 9-11 bulan, 11-23 bulan, 2-3
tahun, dan 4-5 tahun.
Dalam Pedoman Gizi Seimbang (PGS), kebutuhan zat
gizi ibu hamil dan balita ditentukan berdasarkan keragaman
kelompok pangan (makanan pokok, lauk pauk hewani, lauk
pauk nabati, sayuran, dan buah) dan jumlah porsi sesuai
umurnya. Kegiatan pendidikan gizi diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat,
dalam mempersiapkan dan menyediakan pangan lokal
sesuai prinsip gizi seimbang untuk kebutuhan gizi ibu hamil
dan anak balita.
B. Prinsip dan Persyaratan Makanan Berbasis Pangan
Lokal
1. Prinsip pemberian makanan berbasis pangan lokal adalah
sebagai berikut:
a. Pemberian makanan berbasis pangan lokal
merupakan kegiatan di luar gedung Puskesmas
dengan pendekatan pemberdayaan keluarga dan
masyarakat yang dapat diintegrasikan dengan
kegiatan lintas program dan sektor terkait lainnya,
seperti kelas orang tua balita, kelas ibu hamil, Program
Keluarga Harapan (PKH), Pekarangan Pangan Lestari
(P2L), Kampung KB atau lainnya.
b. Pemberian makanan berbasis pangan lokal ini sebagai
contoh menu lengkap sekali makan untuk ibu hamil dan
balita, yang diharapkan dapat diterapkan dalam
penyediaan makanan sehari-hari di keluarga.
c. Bentuk makanan berbasis pangan lokal adalah
makanan lengkap, sesuai dengan Pedoman Gizi
Seimbang, yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk
hewani, lauk pauk nabati, sayur dan buah. Jika daerah
setempat merupakan penghasil produk pangan
tertentu, maka dapat dijadikan sebagai bahan pangan
dalam kegiatan ini.
d. Pemberian makanan berbasis pangan lokal pada
sasaran harus disertai dengan penguatan edukasi
kepada ibu hamil, orang tua balita dan keluarganya.
2. Persyaratan Makanan Berbasis Pangan Lokal
Pemberian makanan berbasis pangan lokal harus
memenuhi persyaratan antara lain:
a. Dapat diterima
Makanan untuk ibu hamil dan anak balita diharapkan
dapat diterima dalam hal bentuk, rasa, dan biasa
dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat. Bentuk dan
rasa makanan dibuat bervariasi dan disesuaikan
dengan selera sehingga tidak menimbulkan
kebosanan. Untuk meningkatkan selera dapat
menggunakan bumbu atau rempah yang terdapat di
sekitar, dan hindari makanan terlalu manis, asin, dan
berlemak. Untuk anak usia 6 – 23 bulan pemberian
makanan dapat mengacu pada Pemberian Makan Bayi
dan Anak (PMBA).

b. Sesuai dengan norma, budaya, dan agama


Pemberian makanan menggunakan pangan lokal yang
tidak bertentangan dengan norma, keyakinan, budaya
dan agama yang berlaku pada masyarakat setempat.

c. Mudah dibuat dan disiapkan


Makanan hendaknya mudah dibuat dengan
menggunakan peralatan masak yang biasa tersedia di
rumah tangga atau masyarakat. Selain itu makanan
tersebut sifatnya praktis atau mudah disiapkan di
rumah, serta pembuatannya tidak memerlukan waktu
terlalu lama. Resep yang dirancang dapat diterapkan
oleh keluarga.
d. Memenuhi kebutuhan zat gizi
Pemenuhan gizi ibu hamil mempertimbangkan usia
kehamilan dan kenaikan berat badan selama
kehamilan. Ibu hamil membutuhkan zat gizi makro dan
mikro yang memadai untuk mencegah komplikasi
selama kehamilan dan persalinan serta untuk
pertumbuhan/ perkembangan janinnya.

Pemenuhan gizi anak balita perlu mempertimbangkan


kebutuhan dan daya cerna yang baik. Daya cerna yang
baik dapat dicapai dengan pemilihan bahan pangan
dan teknik pengolahan pangan yang benar. Kebutuhan
zat gizi anak balita dibedakan berdasarkan
kemampuan daya cerna dan kebutuhan gizi mereka,
yang dikelompokkan dalam usia 6-8 bulan, 9-11 bulan,
11-23 bulan, 2-3 tahun, dan 4-5 tahun.

e. Terjangkau
Pemberian makanan berbasis pangan lokal dapat
diolah dari pangan bergizi yang terjangkau oleh
keluarga sasaran. Pengertian terjangkau adalah
mudah diperoleh di sekitar rumah dengan harga yang
relatif murah.

f. Mudah didapat
Pangan yang digunakan mudah didapat sepanjang
tahun, yang sebaiknya berasal dari desa setempat
yaitu ditanam, diproduksi dan dijual di wilayah tersebut
(pangan lokal). Termasuk dalam pengertian ini adalah
pangan olahan setengah jadi yang dihasilkan dari
UMKM setempat seperti tempe, tahu, ikan pindang
atau lainnya. Tidak dianjurkan untuk menggunakan
pangan olahan kemasan. Dengan menggunakan
pangan desa setempat diharapkan meningkatkan
perekonomian masyarakat melalui pengembangan
dan pendayagunaan potensi wilayah.

g. Aman
Makanan yang disajikan harus aman, yaitu tidak
mengandung bahan berbahaya bagi kesehatan.
Makanan yang aman adalah yang bebas dari kuman
dan bahan kimia, dan cemaran berbahaya lainnya.
Cara penanganan makanan yang baik meliputi:
penyiapan, pencucian, pengolahan, penyimpanan dan
penyajian makanan matang yang baik dan benar.
Tanda-tanda umum makanan yang tidak aman bagi
kesehatan antara lain: berlendir, berjamur, aroma dan
rasa makanan berubah. Tanda lain dari makanan yang
tidak memenuhi syarat aman adalah bila dalam
pengolahannya ditambahkan bahan tambahan
berbahaya seperti asam borax/bleng, formalin, zat
pewarna rhodamine A dan methanil yellow.

h. Kandungan gizi Lengkap


Pemberian makanan berbasis pangan lokal dalam
bentuk makanan lengkap sesuai jenis, karakteristik dan
kandungan gizi untuk masing-masing sasaran.
Makanan yang diberikan kaya zat gizi berupa sumber
karbohidrat (nasi, jagung, sagu, kentang, singkong dll),
sumber protein hewani (telur, ikan, ayam, daging dll)
maupun protein nabati (tahu, tempe, kacang-kacangan
atau hasil olahan lainnya) serta vitamin dan mineral
yang berasal dari aneka sayuran dan buah-buahan.

C. Media Pendidikan Gizi


Dalam penyampaian pendidikan gizi diperlukan
beberapa media edukasi yang digunakan untuk
mempermudah dalam penyampaian dan pemahaman para
peserta sasaran. Dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan
petugas dapat mengggunakan media pendidikan gizi dan
kesehatan yang sudah tersedia di Puskesmas atau
Posyandu. Dalam kegiatan ini media yang untuk pendidikan
gizi adalah lembar balik, leaflet, dan buku resep.
Lembar balik atau flipchart merupakan media pendidikan
yang berisi lembaran-lembaran yang menyerupai kelender
atau album. Pada setiap lembaran berisi materi pesan yang
disajikan dalam bentuk gambar/simbol/diagram/skema yang
secara visual akan mempermudah dalam proses
penyampaian pesan. Lembar balik ini digunakan oleh
petugas kesehatan dan disampaikan dalam penyuluhan
kepada kelompok sasaran.
Leaflet merupakan media pendidikan yang berupa
lembaran kertas berukuran kecil berisi materi pesan untuk
disebarkan kepada sasaran. Kelebihan leaflet karena ukuran
yang ringkas, sehingga mudah dibawa dan disimpan. Leaflet
ini terutama akan diberikan kepada kelompok sasaran.
Buku resep menu makanan merupakan bagian dari
media pendidikan serta berisi kumpulan aneka resep. Buku
ini ditujukan terutama untuk ibu kader/PKK yang akan
memberikan pelatihan memasak.
D. Metode Pendidikan Gizi
Metode pendidikan adalah cara yang digunakan oleh
pendidik untuk menyampaikan materi agar bisa diterima
dengan baik oleh peserta. Adapun pendidikan gizi adalah
penyampaian pesan terkait dengan pangan, gizi dan
kesehatan kepada sasaran. Pemilihan terhadap suatu
metode hendaknya disesuaikan dengan karakteristik
peserta, kedalaman materi, ketersediaan sarana/prasarana,
dan situasi lingkungan. Proses pendidikan gizi yang baik
adalah jika semua pesan yang dimaksudkan dapat dipahami
dengan baik oleh sasaran.
Berbagai metode pendidikan dapat digunakan dalam
penyampaian pesan gizi, seperti penyuluhan, permainan
(games), demo atau kombinasi diantaranya. Sedangkan
pendidikan gizi modern yang berbasis informasi teknologi
(IT) dapat menggunakan media berbasis website, android
atau aplikasi lainnya. Pada kegiatan ini tidak digunakan
media berbasis IT, karena kemungkinan keterbatasan akses
teknologi tersebut di tingkat desa dan juga sasaran.
Salah satu metode yang akan digunakan dalam kegiatan
ini adalah penyuluhan gizi, yaitu kegiatan pendidikan non
formal kepada masyarakat melalui penyebaran
pesan/informasi secara berkelompok. Kegiatan penyuluhan
tersebut bertujuan tidak hanya untuk meningkatkan
pengetahuan, tetapi juga memberikan motivasi, dan mencari
solusi sehingga masyarakat menjadi tahu, sadar dan mau
bertindak sesuai dengan substansi pesan yang diberikan.
Kegiatan penyuluhan ini bisa dilakukan bersamaan dengan
demo masak pada saat kegiatan posyandu, kelas ibu atau
kegiatan lainnya. Materi yang disampaikan dan waktu
pelaksanaan yang tersedia sesuai dengan kesepakatan
peserta.
Metode berikutnya adalah demo masak, yaitu berupa
praktik masak bersama yang dilakukan kader dan diikuti oleh
ibu hamil dan ibu-ibu anak balita sasaran dalam pengawasan
oleh tenaga pelaksana gizi dari Puskesmas. Tujuan demo ini
adalah untuk meningkatkan keterampilan sasaran dengan
cara mereka melihat langsung dalam penyiapan makanan
yang bergizi menggunakan bahan pangan lokal dan resep
yang mudah untuk dipraktikkan. Kegiatan demo dilakukan
disesuaikan dengan kondisi setempat.
Mengingat pelaksanaan kegiatan ini masih dalam
suasana pandemi COVID-19, maka protokol kesehatan
(prokes) harus diterapkan selama kegiatan. Solusi yang
dapat dilakukan diantaranya kegiatan penyuluhan dan demo
masak dengan peserta yang dibatasi.

E. Pelaksanaan Pendidikan Gizi


Pelaksanaan pendidikan gizi dilakukan sebanyak 10 kali
selama kurung waktu kegiatan berlangsung. Adapun prinsip
pelaksanaan pendidikan gizi adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan gizi dilakukan oleh tenaga kesehatan dari
Puskesmas setempat. Penyampaian materi tentang
pendidikan gizi dilakukan oleh tenaga pelaksana gizi
(TPG).
2. Strategi pelaksanaan pendidikan gizi dilakukan dengan
bentuk penyuluhan menggunakan media KIE (leaflet,
lembar balik dan buku resep) yang telah tersedia di lokasi
kegiatan. Untuk meningkatkan efektivitas, penyampaian
sebaiknya dilakukan secara interaksi antar penyuluh dan
peserta (dua arah). Sedangkan untuk meningkatkan
keterampilan ibu dalam penyiapan makan bergizi, dapat
dilakukan melalui demo masak.
3. Tempat pelaksanaan pendidikan gizi dapat dilakukan di
posyandu, rumah ibu PKK, rumah kader, tempat
pengajian, atau lainnya sesuai kesepakatan dengan
sasaran. Tempat yang terdekat dengan sasaran sangat
disarankan, dan hindari penggunaan tempat yang akan
mengganggu pelayanan publik seperti puskesmas,
sekolah atau kantor desa.
4. Waktu pelaksanaan pendidikan gizi disepakati dengan
sasaran, dengan urutan penyampaian materi
pengetahuan disampaikan lebih awal dan kemudian
diikuti dengan demo masak. Sebelum mempraktikkan
penyusunan menu, perlu diberikan pengetahuan tentang
prinsip dasar gizi seimbang dan pentingnya gizi untuk ibu
hamil dan anak balita
BAB III. PENYELENGGARAAN MAKANAN
BERBASIS PANGAN LOKAL

A. Koordinasi dan Persiapan


Kegiatan dilaksanakan oleh mitra pelaksana dan
pendampingan oleh berbagai lintas program dan lintas
sektor. Koordinasi dilaksanakan mulai dari tingkat pusat
hingga desa dengan alur sebagai berikut:

Perjanjian Pelaksanaan
Pusat
Kerja Sama kegiatan oleh
Mitra
Koordinasi Pelaksana

Provinsi

Koordinasi

Kabupaten/Kota melakukan sosialisasi

Kecamatan Puskesmas

Pendampingan
dan pengawasan
Desa
Pusat
1. Peran dan tugas Kementerian Kesehatan melalui
Direktorat Gizi Masyarakat:
a. melakukan sosialisasi, koordinasi, integrasi dan
advokasi dengan lintas program dan lintas sektor
pelaksanaan kegiatan di lapangan secara berjenjang;
b. menetapkan tim persiapan dan tim pengawas dalam
pelaksanaan kegiatan;
c. menetapkan mitra pelaksana kegiatan dan membuat
perjanjian kerja sama;
d. menetapkan lokasi provinsi hingga desa untuk
pelaksanaan kegiatan;
e. menyusun dan menetapkan petunjuk teknis kegiatan
dan media pendidikan gizi;
f. membina, memantau, mengevaluasi, mengawasi, dan
mengendalikan, dan melaporkan kegiatan melalui
pertemuan secara berkala.

2. Peran dan tugas lintas program dan lintas sektor adalah


memberikan dukungan pelaksanaan kegiatan dengan
melakukan sosialisasi, koordinasi, integrasi dan advokasi
secara berjenjang.

Provinsi
1. melakukan sosialisasi, koordinasi, integrasi, dan advokasi
dengan instansi terkait dalam pelaksanaan kegiatan di
tingkat kabupaten;
2. mendampingi, membina, memantau, mengevaluasi,
mengawasi, mengendalikan kegiatan di tingkat
kabupaten/kota, dan melaporkan kegiatan ke pusat
melalui pertemuan secara berkala;
3. merekap laporan pelaksanaan kegiatan dari tingkat
kabupaten/kota dan menyampaikan kepada pusat.

Kabupaten/Kota
1. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan kegiatan melalui koordinasi dengan
Instansi/Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait di
tingkat kabupaten;
2. bersama kecamatan dan puskesmas, memilih desa dan
sasaran program;
3. merekap laporan pelaksanaan kegiatan dari tingkat
kecamatan dan menyampaikan kepada provinsi.

Kecamatan dan Puskesmas


1. mendata dan merekap sasaran program dan
menyampaikan kepada kabupaten/kota;
2. memfasilitasi koordinasi mitra pelaksana dengan
instansi/OPD terkait
3. melakukan pendampingan dan pengawasan pelaksanaan
pemberian makanan berbasis pangan lokal;
4. melaksanakan supervisi dan pemantauan, pendidikan gizi
dan pemberian makanan berbasis pangan lokal;
5. pemantauan pengolahan, penyajian dan keamanan
pangan;
6. menyusun laporan kegiatan mencakup substansi dan
keuangan bersama dengan mitra pelaksana dan
menyampaikan kepada kabupaten/kota.

Desa
1. mengoordinasikan pelaksanaan kegiatan dengan lintas
program/sektor terkait dan tokoh masyarakat;
2. melaksanakan kegiatan pendidikan gizi berupa
penyuluhan dan demo masak bersama mitra;
3. menyusun laporan kegiatan mencakup substansi dan
keuangan di tingkat desa bersama mitra;

Mitra Pelaksana
1. menyusun menu dibantu oleh Tenaga Pelaksana Gizi
(TPG) puskesmas dan kader posyandu;
2. menyusun anggaran belanja bersama kader untuk
pembelanjaan bahan;
3. membentuk kelompok masak dan memastikan
kelancaran kegiatannya;
4. menyiapkan tempat pelaksanaan kegiatan dan sarana
prasarana demo masak;
5. membuat jadwal kegiatan;
6. melaksanakan pre test dan post test;
7. menyediakan bahan pangan lokal dan mengumpulkan
sasaran kegiatan
8. melaksanakan pemberian makanan berbasis pangan
lokal;
9. memastikan semua sasaran menerima makanan
berbasis pangan lokal;
10. memastikan makanan yang disiapkan sesuai dengan
mutu dan keamanannya;
11. pelaksanaan pendidikan gizi bersama dengan mitra dan
lintas sektor/program terkait untuk sasaran, berupa
penyuluhan gizi dan demo masak;
12. menyusun laporan kegiatan mencakup substansi dan
keuangan di tingkat desa;
13. melaporkan hasil keseluruhan kegiatan kepada tingkat
pusat.
B. Pelaksanaan
1. Penetapan Lokasi dan Sasaran
Sasaran kegiatan di setiap desa adalah sebanyak 20 ibu
hamil dan 60 anak balita usia 6-59 bulan. Desa yang
dipilih sebanyak 540 dari 90 puskesmas di
9 kabupaten/kota pada 7 provinsi prioritas stunting yang
dipilih dari 10 provinsi prioritas stunting sesuai arahan
Presiden RI. Kabupaten yang dipilih merupakan lokus
stunting dan bukan termasuk lokus kegiatan upaya
peningkatan asupan gizi seimbang dalam rangka
percepatan penanggulangan tuberkulosis pada balita.
Penetapan lokasi desa dan puskesmas diserahkan
kepada kabupaten/kota dengan pertimbangan utama
bahwa desa yang dipilih termasuk lokus stunting.
Rekapitulasi pencatatan daftar puskesmas, desa, balita,
dan ibu hamil dapat melihat lampiran 2, 3, dan 4.

2. Sosialisasi Kegiatan
Sosialisasi kegiatan ini dilakukan mulai dari tingkat pusat,
provinsi, kabupaten/kota, puskesmas dan desa. Tujuan
sosialisasi ini adalah untuk menjelaskan pelaksanaan
kegiatan agar dapat mendapatkan dukungan dari
berbagai pemangku kepentingan, sehingga tercapai
indikator program. Leading sektor dalam kegiatan ini
adalah Kementerian Kesehatan, yang di dalam
pelaksanaan di lapangan diharapkan akan terintegrasi
dengan program dari melibatkan Kementerian Sosial,
Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Kementerian Desa PDT dan Transmigrasi,
BKKBN, dan sebagainya.
Pelaksana kegiatan dilakukan oleh mitra pelaksana yang
telah ditetapkan di tingkat pusat. Mitra pelaksana bisa
berasal dari organisasi masyarakat, dinas kesehatan,
atau poltekkes. Mitra pelaksana di tingkat kabupaten/kota
kemungkinan terdapat perbedaan antar wilayah, sesuai
dengan kesiapan dan keberadaan mitra di daerah.
Setelah ditetapkan, mitra pelaksana harus melakukan
sosialisasi kegiatan ini secara aktif, karena di dalam
pelaksanaannya melibatkan sektor/dinas terkait. Untuk itu
kinerja mitra pelaksana di lapangan akan sangat
ditentukan kecakapannya dalam melakukan komunikasi
dan pendekatan baik dengan sektor di pemerintahan
maupun tokoh dan pemuka masyarakat.

Peningkatan efektivitas kegiatan ini, harus diintegrasikan


dengan kegiatan sektor terkait di terdapat tingkat desa.
Kegiatan tersebut misalnya: Kampung KB, P2L, PKH,
Gemarikan dan lain-lainnya. Oleh karena itu mitra
kerjasama harus selalu mensosialisasikan dan
mengoordinasikan kegiatan itu dengan petugas lapangan
yang terkait.

3. Pendidikan Gizi
Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pengetahuan sikap
dan perilaku ibu hamil dan orang tua balita sasaran dalam
penerapan gizi seimbang/isi piringku dan pemanfaatan
bahan pangan lokal dalam konsumsi makanan sehari hari.
Pendidikan gizi dilakukan dengan dua cara yaitu
penyuluhan gizi dan demo masak. Mengingat program ini
dilakukan dalam suasana adaptasi kebiasaan baru karena
adanya pandemi COVID-19, maka keseluruhan kegiatan
harus dilakukan sesuai dengan protokol kesehatan

Pendidikan gizi dilakukan bersama mitra pelaksana


dengan petugas puskesmas (tenaga palaksana gizi),
bidan di desa, dan kader posyandu dengan cara:
a. Penyuluhan gizi
Kegiatan penyuluhan dengan ibu hamil dan orang tua
balita sasaran dilakukan dalam kelompok kecil,
bersamaan dengan pelaksanaan pemberian makanan
berbasis pangan lokal. Kegiatan ini dapat dilakukan
bersamaan dengan jadwal posyandu, atau kegiatan
masyarakat lainnya. Pelaksanaan penyuluhan
dilakukan antara 15 – 30 menit bertempat di posyandu
atau tempat lain yang disepakati bersama. Materi
penyuluhan terkait dengan kebutuhan gizi, pemilihan
pangan dan aspek kesehatan balita dengan
memanfaatkan media yang sudah disiapkan berupa
lembar balik dan leaflet yang akan dibagikan ke
peserta, atau media lain yang tersedia di puskesmas.

b. Demonstrasi Masak
Kegiatan demonstrasi masak ini bertujuan agar ibu
hamil dan orangtua sasaran memperoleh keterampilan
yang cukup dalam pemilihan, pengolahan, dan
penyiapan makanan untuk anak balita. Kegiatan demo
masak ini dilakukan setelah penyuluhan gizi supaya
sasaran memperoleh pengetahuan tentang aspek gizi
dan kesehatan pada anak balita. Peralatan memasak
dan bahan makanan berbasis pangan lokal disiapkan
oleh team pelaksana tingkat desa. Panduan masak
dan menu untuk demo ini menggunakan Buku Resep
yang sudah disiapkan oleh Kementerian Kesehatan.

4. Pemberian makan
a. Pemberian makanan berbasis pangan lokal dilakukan
bersamaan dengan pendidikan gizi (penyuluhan dan
demo masak) sebanyak 10 kali untuk masing-masing
sasaran selama kurun waktu kegiatan berlangsung.
b. Tempat memasak dilaksanakan di rumah salah satu
warga atau di tempat yang disepakati bersama seperti
posyandu, rumah kader atau lainnya.
c. Kegiatan pemberian makanan berbasis pangan lokal
dapat dilaksanakan di rumah salah satu warga atau di
tempat yang disepakati bersama seperti posyandu,
rumah kader, kelas ibu dan lainnya.
d. Makanan berbasis pangan lokal dihidangkan dalam
satu piring yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk
(hewani dan nabati), sayuran dan buah disesuaikan
dengan usia balita.
e. Pada saat sasaran sedang makan, mitra pelaksana
dan kader posyandu di bawah bimbingan petugas
kesehatan dapat memberikan penyuluhan tentang gizi
dan kesehatan.
f. Resep menu makanan berbasis pangan lokal untuk ibu
hamil dan balita disajikan dalam buku resep secara
terpisah.

5. Cara Pengolahan
Pengolahan makanan dilakukan sesuai dengan cara
pengolahan yang biasa dilakukan sehari-hari dengan
memperhatikan aspek higiene dan sanitasi. Dalam hal ini,
bahan makanan harus dicuci sampai bersih, air yang
digunakan juga air bersih yang layak minum. Selain itu,
peralatan yang digunakan harus bersih dan orang yang
mengolah makanan juga harus menjaga kebersihan diri.

Prinsip-prinsip dalam pengolahan bahan makanan perlu


diperhatikan untuk mempertahankan zat gizi yang
terkandung dalam bahan makanan serta meningkatkan
daya cerna makanan. Teknis pengolahan makanan
tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut:
Teknik Pengolahan Makanan
Cara
No. Prinsip pengolahan
Pengolahan
 Gunakan air bersih secukupnya
 Semua bahan terendam
 Air mendidih (suhu sekitar 100º C)
1. Merebus  Lama perebusan sampai tingkat
kematangan yang dikehendaki
termasuk bagian dalam bahan
makanan
 Gunakan air bersih secukupnya
 Lama pengukusan sampai tingkat
2. Mengukus kematangan yang dikehendaki
termasuk bagian dalam bahan
makanan
 Panaskan alat pemanggang (oven)
sampai panas yang dikehendaki
sebelum bahan dimasukkan
 Lama pemanggangan sampai tingkat
kematangan yang dikehendaki
3. Memanggang
termasuk bagian dalam bahan
makanan
 Untuk memanggang daging atau
pangan tinggi protein, hindari sampai
terbakar (arang)
Cara
No. Prinsip pengolahan
Pengolahan
 Siapkan bahan pembakar
(arang/kayu) sampai terbentuk bara
api sebelum bahan makanan dibakar
 Lama pembakaran sampai tingkat
kematangan yang dikehendaki
4. Membakar
termasuk bagian dalam bahan
makanan
 Untuk membakar daging atau
pangan tinggi protein, hindari sampai
terbakar (arang)
 Gunakan minyak goreng secukupnya
 Panaskan minyak goreng sampai
suhu yang dikehendaki sebelum
bahan dimasukkan
 Lama penggorengan sampai tingkat
5. Menggoreng kematangan yang dikehendaki
termasuk bagian dalam bahan
makanan
 Dianjurkan menggunakan minyak
goreng yang sama tidak lebih dari
dua kali penggorengan
Sumber: Fellows, PJ. 2000. Food Processing Technology, Principles
and Practices. Ellis Horood, New York.

6. Kunjungan ke Rumah tangga Sasaran (Home visit)


Kegiatan kunjungan ke rumah tangga sasaran ini
dilakukan oleh kader, PKK desa, perangkat desa
sebanyak 10 kali selama kurun waktu kegiatan. Alternatif
jadwal pelaksanaan kegiatan demo masak disajikan pada
Lampiran 5. Adapun kegiatan yang dilakukan selama
kunjungan tersebut adalah:
a. Mengobservasi dan memberikan saran terhadap
kesehatan lingkungan rumah
b. Memberikan solusi dalam permasalahan pengolahan
dan penyiapan makanan bergizi seimbang
c. Memastikan rumah tangga sasaran mampu dalam
mempraktikkan gizi seimbang

7. Protokol Kesehatan Adaptasi Kebiasaan Baru selama


Masa Pandemi COVID-19
Selama masa pandemi COVID-19, maka kegiatan ini
dilaksanakan dengan:
a. Rekomendasi satgas COVID-19 di wilayah
setempat.
b. Mengikuti protokol kesehatan adaptasi kebiasaan
baru
c. Menghindari adanya kerumunan penerima
manfaat.
d. Pelaksanaan pendidikan gizi berupa penyuluhan
dan demo masak dilakukan dengan
memperhatikan kapasitas ruangan/tempat.
e. Pelaksanaan pemberian makanan berbasis
pangan lokal diambil dengan tertib, mengantri
dengan menjaga jarak dan menggunakan masker.
f. Menyediakan hand sanitizer atau tempat cuci
tangan di lokasi acara.
BAB IV PENDANAAN KEGIATAN

A. Sumber Dana
Anggaran yang digunakan untuk kegiatan pendidikan
gizi melalui pemberian makanan berbasis pangan lokal bagi
ibu hamil dan balita 2021 bersumber dari APBN DIPA Satuan
Kerja Direktorat Gizi Masyarakat Tahun Anggaran 2021
untuk 9 Kabupaten prioritas lokus stunting.

B. Komponen Penggunaan Dana


Dana yang dipergunakan untuk paket kegiatan ini secara
umum untuk penyelenggaraan kegiatan pendidikan gizi,
demo masak dan pemberian makanan berbasis pangan
lokal. Dana dialokasikan untuk pembelian bahan makanan,
biaya operasional dan jasa pengolahan makanan dengan
rincian sebagai berikut:
Minimal 65% untuk pembelian
Anggaran per
bahan makanan, alat makan
Kabupaten/Kota sesuai sekali pakai, transport ke pasar
dengan jumlah sasaran dan bahan bakar memasak
yang diusulkan melalui
proposal untuk Maksimal 30% untuk jasa
pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan makanan
demo memasak, (persiapan, pengolahan dan
penyajian) termasuk pengiriman
pemberian makanan
makanan lengkap ke rumah
lengkap dan pemberian sasaran (home visit)
bahan pangan lokal Maksimal 5% untuk dukungan
kepada sasaran administrasi kegiatan, monitoring
sebanyak minimal 10 evaluasi & pengembangan
kali organisasi masyarakat

Gambar 2. Skema Perhitungan Anggaran Biaya


Keterangan:
1. Biaya bahan makanan digunakan untuk pembelian bahan
makanan, alat makan sekali pakai, transportasi kader ke
pasar dan bahan bakar memasak minimal 65% dari
usulan total proposal yang diajukan (disesuaikan
dengan jumlah sasaran dan frekuensi kegiatan).
Keperluan alat memasak dipenuhi dengan menggunakan
swadaya masyarakat setempat (tidak diperkenankan
menggunakan alokasi dana kegiatan).
2. Biaya jasa pengolah makanan digunakan untuk jasa
penyelenggaraan makan (persiapan, pengolahan,
penyajian) termasuk pengiriman makanan ke rumah
dalam rangka home visit maksimal sebesar 30% dari
usulan total proposal yang diajukan (disesuaikan
dengan jumlah sasaran dan frekuensi kegiatan).
3. Biaya operasional yang ada di kabupaten/kota untuk
dukungan administrasi (ATK, fotocopy, penggandaan
juknis, surat menyurat dan administrasi bank), monitoring
evaluasi pelaksanaan kegiatan, dan pengembangan
organisasi masyarakat maksimal sebanyak 5% dari
alokasi pagu anggaran per kabupaten. Biaya
operasional di kabupaten/kota dapat juga digunakan
untuk tambahan Biaya Bahan Makanan dan Operasional
Pelaksanaan Kegiatan (jika diperlukan).

C. Mekanisme Pencairan dan Penggunaan Dana


1) Pola Penyelenggaraan
Pelaksanaan kegiatan Pendidikan Gizi Melalui Pemberian
Makanan Berbasis Pangan Lokal pada Ibu Hamil dan Ibu
balita tahun 2021 berdasarkan pada Peraturan Presiden
Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan
Presiden RI Nomor 16 tahun 2018 tentang Pengadaan
barang/Jasa Pemerintah serta Peraturan Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah RI Nomor
3 Tahun 2021 tentang Pedoman Swakelola.
Pola penyelenggaraan kegiatan yang digunakan adalah
Swakelola tipe II, III, atau IV tergantung dari mitra
pelaksana yang ditetapkan oleh Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA). Pola penyelenggaraan Swakelola adalah
sebagai berikut:
a. Penetapan Tim Perencana dan Tim Pengawas oleh
KPA (untuk swakelola tipe II dan III);
b. Penetapan sasaran lokasi intervensi dilakukan oleh
KPA dengan dasar adalah usulan dari daerah/analisis
pusat;
c. Penetapan mitra pelaksana oleh KPA;
d. Penetapan Tim Pelaksana Kegiatan oleh Pimpinan
Mitra Pelaksana;
e. Penetapan Nota Kesepahaman antara Kuasa
Pengguna Anggaran dengan Mitra Pelaksana
(jika diperlukan);
f. Penetapan surat perjanjian/kontrak kerjasama antara
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Mitra
Pelaksana;
g. Pelaksanaan kegiatan oleh Mitra Pelaksana dengan
koordinasi/pengawasan sesuai struktur organisasi
Mitra Pelaksana;
h. Penyerahan serah terima hasil kegiatan dilakukan
oleh Ketua Pelaksana Kegiatan dari Mitra Pelaksana
kepada PPK;
i. Secara keseluruhan keterlibatan masyarakat dalam
edukasi dan implementasi sasaran didampingi oleh
Tim Poltekkes Provinsi, Penanggungjawab Kegiatan
Pembinaan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan
Provinsi dan Kabupaten/Kota, Tenaga Pelaksana Gizi
Puskesmas, Mitra Pelaksana, dan Tenaga
Pendamping dalam penyusunan rencana kegiatan
dan pelaksanaannya.

2) Mekanisme Penyaluran Dana Bantuan


Penerima manfaat dari kegiatan ini yaitu balita dan ibu
hamil yang ada pada tingkat desa/kelurahan di lokasi
Kabupaten/Kota terpilih. Desa/kelurahan yang terpilih
merupakan lokus stunting.
a. Administrasi Penyaluran Dana
Penyaluran dana dilakukan oleh PPK kepada Mitra
Pelaksana dengan mempersiapkan dokumen
anggaran/DIPA yang terdiri dari:
1) Kontrak kerja atau Perjanjian Kerja Sama (PKS)
ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK) Satuan Kerja dengan Pimpinan Mitra
Pelaksana. Adapun isi kontrak kerja atau PKS yang
dimaksud akan memuat hal-hal sebagai berikut:
a) Hak dan kewajiban kedua belah pihak;
b) Jumlah bantuan yang diberikan;
c) Tata cara dan syarat penyaluran;
d) Pernyataan kesanggupan penerima anggaran
untuk menggunakan anggaran tersebut sesuai
rencana yang telah disepakati;
e) Pernyataan kesanggupan penerima anggaran
untuk menyetorkan sisa dana yang tidak
digunakan ke kas Negara;
f) Sanksi;
g) Penyampaian laporan penggunaan dana secara
berkala kepada PPK; dan
h) Penyampaian laporan pertanggung jawaban
kepada PPK setelah pekerjaan selesai.
Jangka waktu pelaksanaan perjanjian kerjasama
adalah maksimal 90 hari kalender dimulai sejak
kontrak ditandatangani.

2) Rekening dan NPWP yang digunakan harus atas


nama organisasi kemasyarakatan sebagai mitra
pelaksana, apabila belum ada maka dibuat terlebih
dahulu rekening dan NPWP sebelum tanda tangan
kontrak.

Penyaluran dana bantuan pemerintah akan


dikirimkan langsung ke rekening mitra pelaksana dan
dilakukan sebanyak 3 (tiga) termin yaitu: Termin I
dan II sebesar 40% serta termin III sebesar 20%.
Mitra Pelaksana tidak diperbolehkan memindah
bukukan dana/anggaran ke rekening pribadi
maupun rekening lainnya diluar kebutuhan dalam
pelaksanaan kegiatan.
a) Termin I sebesar 40% dari total nilai
Kontrak/Perjanjian Kerjasama. Pelaksanaan
termin ke I dimulai sejak terbitnya SP2D.
NO PERSYARATAN PENGAJUAN DANA
1 Dokumen Kontrak/Perjanjian Kerjasama yang telah
ditandatangani oleh PPK Satker Direktorat Gizi Masyarakat
dan Ketua Pelaksana Kegiatan dari Mitra Pelaksana
NO PERSYARATAN PENGAJUAN DANA
2 Melampirkan SK Tim Pelaksana yang ditanda tangani oleh
Pimpinan Mitra Pelaksana
3 Fotocopy rekening bank atas nama Mitra Pelaksana
(legalisir oleh pimpinan/bendahara Mitra Pelaksana)
4 Fotocopy NPWP atas nama Mitra Pelaksana
5 Melampirkan Rencana Penggunaan Dana (RPD) Termin I
sesuai dengan proposal yang telah disetujui
Direktorat Gizi Masyarakat.
6 Mengajukan Surat Permohonan Pencairan Dana 40% yang
ditanda tangani oleh Ketua Pelaksana Kegiatan dari Mitra
Pelaksana.
7 Melampirkan kuitansi penerimaan uang yang telah
ditandatangani oleh Ketua Pelaksana Kegiatan dan
disahkan oleh PPK Satker Direktorat Gizi Masyarakat.
8 Melampirkan Berita Acara Pembayaran (BAP) Termin I
yang ditandatangani oleh PPK Satker
Direktorat Gizi Masyarakat dan Ketua Mitra Pelaksana

NO OUTPUT TERMIN I
1 Laporan dan dokumentasi pelaksanaan kegiatan minimal 5
kali pemberian makan (50% fisik pelaksanaan kegiatan)
2 Mitra Pelaksana harus membuat laporan LPJ Termin I
yang memuat:
 Kwitansi pembelian bahan makanan dan bahan bakar
 Kwitansi/tanda terima pembayaran jasa
penyelenggaraan makanan
 Dokumentasi foto pelaksanaan kegiatan
 Daftar hadir tim pelaksana, tim jasa penyelenggara
makanan dan sasaran
 Laporan pelaksanaan kegiatan
3 Ketua Pelaksana Kegiatan dari Mitra Pelaksana menyusun
dan membuat Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja
(SPTB) Termin I yang merupakan rekapitulasi
pertanggungjawaban SPJ dari Tim Pelaksana di Desa yang
diverifikasi oleh Tim Pengawas dan disetujui oleh PPK
Direktorat Gizi Masyarakat untuk selanjutnya kemudian
dikirimkan ke Direktorat Gizi Masyarakat sebagai bentuk
pertanggungjawaban keuangan
b) Termin ke II sebesar 40% dari total nilai
Kontrak/Perjanjian Kerjasama. Pelaksanaan
termin ke II dimulai sejak terbitnya SP2D
NO PERSYARATAN PENGAJUAN DANA
1 Kelengkapan dokumen yang tercantum pada output termin
I yang sudah diverifikasi oleh Tim Pengawas dan PPK
Satker Direktorat Gizi Masyarakat
2 Melampirkan Rencana Penggunaan Dana (RPD) Termin II
sesuai dengan proposal yang telah disetujui
Direktorat Gizi Masyarakat
3 Mengajukan Surat Permohonan Pencairan Dana 40% yang
ditanda tangani oleh ketua Mitra Pelaksana.
4 Melampirkan kuitansi penerimaan uang yang telah
ditandatangani oleh Ketua Pelaksana Kegiatan dari
Pelaksana Kabupaten dan disahkan oleh PPK Satker
Direktorat Gizi Masyarakat.
5 Melampirkan Berita Acara Pembayaran (BAP) Termin II
yang ditandatangani oleh PPK Satker
Direktorat Gizi Masyarakat dan Ketua Mitra Pelaksana.

NO OUTPUT TERMIN II
1 Laporan dan dokumentasi pelaksanaan kegiatan minimal 5
kali pemberian makan sehingga total dari termin I dan
termin II adalah minimal 10 kali pemberian makan
2 Mitra Pelaksana harus membuat laporan LPJ termin II
yang memuat:
 Kwitansi pembelian bahan makanan dan bahan bakar
 Kwitansi/tanda terima pembayaran jasa
penyelenggaraan makanan
 Dokumentasi foto pelaksanaan kegiatan
 Daftar hadir tim pelaksana, tim jasa penyelenggara
makanan dan sasaran
 Laporan pelaksanaan kegiatan
3 Ketua Mitra Pelaksana menyusun dan membuat Surat
Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB) termin II
yang merupakan rekapitulasi pertanggungjawaban SPJ
dari Tim Pelaksana di Desa yang diverifikasi oleh Tim
NO OUTPUT TERMIN II
Pengawas dan disetujui oleh PPK
Direktorat Gizi Masyarakat untuk selanjutnya kemudian
dikirimkan ke Direktorat Gizi Masyarakat sebagai bentuk
pertanggungjawaban keuangan.

c) Termin ke III sebesar 20% dari total nilai


Kontrak/Perjanjian Kerjasama.
NO PERSYARATAN PENGAJUAN DANA
1 Kelengkapan dokumen yang tercantum pada output termin
II yang sudah diverifikasi oleh Tim Pengawas dan PPK
Satker Direktorat Gizi Masyarakat
2 Laporan Akhir Kegiatan berupa Laporan pelaksanaan
kegiatan serta laporan administrasi keuangan
3 Formulir pemantauan kegiatan sesuai dengan format
terlampir (lampiran 9 dan 10).
4 Berita Acara Serah Terima (BAST) penyelesaian
pelaksanaan kegiatan
5 Mengajukan Surat Permohonan Pencairan Dana 20% yang
ditanda tangani oleh ketua Mitra Pelaksana Kabupaten.
6 Melampirkan kuitansi penerimaan uang yang telah
ditandatangani oleh Ketua Mitra Pelaksana dan disahkan
oleh PPK Satker Direktorat Gizi Masyarakat.
7 Melampirkan Berita Acara Pembayaran (BAP) termin III
yang ditandatangani oleh PPK Satker
Direktorat Gizi Masyarakat dan Ketua Pelaksana Kegiatan.

NO OUTPUT TERMIN III


1 Laporan Akhir Kegiatan berupa Laporan pelaksanaan
kegiatan serta laporan administrasi keuangan
2 Formulir pemantauan kegiatan sesuai dengan format
terlampir (lampiran 9 dan 10)
b. Penggunaan Materai
Bukti pembayaran dibubuhi materai sesuai ketentuan
Undang Undang Nomor 10 Tahun 2020 tentang Bea
Materai dan Besarnya Batas Pengenaan Harga
Nominal yang dikenakan Bea Materai. Pembiayaan
untuk materai dapat diambil dari biaya pada komponen
administrasi, besarnya pengenaan harga adalah
sebagai berikut:
Tarif bea materai berlaku satu tarif yaitu Rp.10.000
dengan batasan nilai dokumen yang memuat
jumlah uang di atas Rp. 5.000.000

3) Ketentuan Pencatatan Transaksi Keuangan


a. Pencatatan Bendahara
Pencatatan merupakan kegiatan atau proses
pendokumentasian penggunaan dana dalam bentuk
tulisan ke dalam pembukuan. Pencatatan dilakukan
sesuai dengan format dalam lampiran pedoman
(Lampiran 6 dan 7) yang terdiri dari:
1) Buku Kas Umum adalah buku bantu kas yang
digunakan untuk pencatatan transaksi yang
berkenaan dengan biaya untuk kegiatan operasional
Mitra Pelaksana. Buku tersebut digunakan untuk
mencatat:
 transaksi penerimaan dan pengeluaran dana dan
pembelajaan harus dilengkapi dengan bukti-bukti
pengeluaran dana (Lampiran 12 dan 13);
 pembelanjaan pada pelaksanaan kegiatan ini
berupa pembelian bahan makanan, alat makan
sekali pakai, bahan bakar memasak, biaya jasa
penyelenggara makanan dan biaya operasional
kegiatan. Seluruh dokumen tersebut
(kuitansi/tanda bukti pembayaran nota/bon asli
dan bukti transaksi lainnya) serta laporan
pekerjaan harus disimpan sebaik-baiknya di
tempat yang aman.

2) Buku Bank merupakan catatan seluruh transaksi


melalui bank dan transaksi yang dilakukan oleh pihak
bank. Pencatatan buku bank sangat mudah karena
bendahara hanya tinggal memindahkan catatan
transaksi yang ada sesuai dengan print out di buku
tabungan.

b. Ketentuan Perpajakan
Ketentuan perpajakan pada Pendidikan Gizi melalui
Pemberian Makanan Berbasis Pangan Lokal bagi Ibu
Hamil dan Balita tahun 2021 dilaksanakan sesuai
dengan Peraturan Perpajakan yang berlaku.

c. Larangan dan Sanksi


1) Larangan
Anggaran kegiatan Pendidikan Gizi melalui
Pemberian Makanan Berbasis Pangan Lokal bagi
Ibu Hamil dan Balita dilarang digunakan untuk
membiayai pembangunan atau kegiatan lain selain
untuk kegiatan tersebut.
2) Sanksi
Segala bentuk pelanggaran atas pengelolaan
Anggaran kegiatan Pendidikan Gizi melalui
Pemberian Makanan Berbasis Pangan Lokal bagi
Ibu Hamil dan Balita yang tidak sesuai dengan
ketentuan akan diberikan sanksi menurut peraturan
perundang-undangan dan hukum yang berlaku.
Sanksi terhadap penyalahgunaan wewenang yang
dapat merugikan Negara dan/atau pemerintah dan
masyarakat akan dijatuhkan oleh aparat/pejabat
yang berwenang. Sanksi kepada oknum yang
melakukan pelanggaran dapat diberikan dalam
berbagai bentuk, misalnya sebagai berikut:
a) Penerapan sanksi kepegawaian sesuai dengan
peraturan dan undang-undang yang berlaku.
b) Penerapan tuntutan perbendaharaan dan ganti
rugi, yaitu dana bantuan yang terbukti
disalahgunakan agar dikembalikan kepada kas
Negara.
c) Pemblokiran dana dan penghentian sementara
seluruh bantuan kesehatan yang bersumber dari
APBN pada tahun berikutnya kepada
kabupaten/kota, bilamana terbukti pelanggaran
tersebut dilakukan secara sengaja dan tersistem
untuk memperoleh keuntungan pribadi, kelompok
atau golongan.

Apabila terdapat penyimpangan dalam pelaksanaan


kegiatan Pendidikan Gizi melalui Pemberian
Makanan Berbasis Pangan Lokal bagi Ibu Hamil dan
Balita maka Desa/Kelurahan yang terdapat di
lingkungan Dinas Kesehatan Kab/Kota setempat
akan dipertimbangkan untuk tidak menerima seluruh
bantuan yang berasal dari Kementerian Kesehatan
di tahun berikutnya.

D. Kelengkapan Pertanggungjawaban yang Disimpan di


Mitra Pelaksana
1. Bukti nota pembelian barang dan bahan makanan
diketahui oleh ketua mitra pelaksana.
2. Form Pelaporan Tingkat Kecamatan dan Kabupaten.
3. Rekapitulasi pertanggungjawaban dari mitra kerjasama
Kecamatan.
4. Laporan hasil kegiatan pelaksanaan Pendidikan Gizi
melalui Pemberian Makanan Berbasis Pangan Lokal
bagi Ibu Hamil dan Balita disertai dokumentasi dalam
bentuk foto dan atau video.
BAB V PEMANTAUAN PEMBERIAN MAKANAN BERBASIS
PANGAN LOKAL

A. Monitoring dan Pendampingan


Pemantauan dilakukan untuk melihat pelaksanaaan
kegiatan dan mengidentifikasi masalah yang ditemukan serta
upaya pemecahan masalah tersebut pada setiap tingkat
administrasi. Pelaksana pemantauan adalah
Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi, dan
Dinas Kesehatan Kabupaten/kota. Pemantauan dilakukan
terhadap kegiatan penyelenggaraan dan terhadap sasaran
kegiatan yang membutuhkan pendampingan seperti ibu
hamil KEK dan balita gizi kurang dengan menggunakan
formulir sebagaimana terlampir (Lampiran 9 dan 10).
Mekanisme pemantauan dan pendampingan:
1. Pemantauan dan pendampingan dilakukan secara
berjenjang mulai dari pusat, provinsi, kabupaten, dan
kecamatan/ puskesmas.
2. Tim Kabupaten/Kota (Mitra kerjasama, Dinas Kesehatan)
dan tim Kecamatan (Mitra kerjasama, Kepala Puskesmas,
TPG atau tenaga kesehatan melakukan pendampingan
dan pembinaan kegiatan pendidikan gizi dalam
pemberian makanan lokal bagi balita setiap bulan, dan
bila ada masalah segera melakukan koordinasi dan
tindakan perbaikan. Pendampingan dilakukan sebanyak
10 kali selama kurun waktu kegiatan.
3. Tim Pusat dan Provinsi melakukan pemantauan
penyelenggaraan kegiatan pendidikan gizi dalam
pemberian makanan berbasis pangan lokal bagi ibu hamil
dan balita.
B. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk melihat keluaran kegiatan
pendidikan gizi melalui pemberian makanan berbasis
pangan lokal bagi ibu hamil dan balita. Bentuk utama
kegiatan adalah pendidikan gizi berupa penyuluhan dan
demo/praktik masak. Dengan kegiatan ini diharapkan
adanya perubahan perilaku makan yang membaik dan
berkelanjutan pada keluarga sasaran. Formulir evaluasi
terdapat pada lampiran 11.
Beberapa studi tentang Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) pada anak balita, tidak semua menunjukkan hasil
perbaikan terhadap status gizi. Sandjaja dkk (2002)
mengevaluasi dampak pemberian PMT pemulihan pada
program Jaring Pengaman Sosial bidang Kesehatan (JPS-
BK) pada sekitar 2000 anak baduta di tiga provinsi. Hasilnya
tidak terdapat perbedaan asupan energi dan protein antara
kedua kelompok, yaitu hanya mencukupi 45,1-45,2%
kebutuhan energi dan 66,9-71,2% kebutuhan protein.
Pemberian PMT tidak dapat meningkatkan status gizi anak,
tetapi mampu menahan laju penurunan status gizi lebih
lanjut. Demikian pula studi Putri dan Mahmudiono (2020)
pada pemberian PMT pemulihan kepada anak balita
menunjukkan tidak terdapat perbedaan indeks status gizi
BB/TB sebelum dan setelah tiga bulan intervensi. Namun
studi Ariska et al (2015) pada evaluasi program PMT,
suplemen seng, dan penyuluhan gizi bagi orang tua balita.
Frekuensi pemberian PMT selama 30 kali yang dilakukan
secara bertahap. Rata-rata z-score BB/U balita setelah
mengikuti program secara signifikan lebih tinggi (-1,9±0,6)
dibandingkan sebelumnya (-2,3±0,5). Anak balita yang
memiliki nafsu makan yang baik dan tidak diare cenderung
mempunyai kenaikan berat badan lebih tinggi.
Pasca kegiatan tersebut, dalam jangka pendek
diharapkan terjadi perubahan tingkat pengetahuan dan sikap
yaitu tentang pemberian pangan bergizi. Sasarannya adalah
ibu hamil dan orangtua balita. Meskipun program ini secara
spesifik ditujukan untuk perubahan perilaku keluarga, tetapi
perubahan berat badan anak dicatat sebelum dan setelah
kegiatan mengikuti jadwal kegiatan di posyandu. Penilaian
terhadap perubahan pengetahuan dan sikap dilakukan
membandingkan perubahan skor sebelum dan setelah
kegiatan dengan kuesioner terlampir (Lampiran 8). Berat
badan diukur pada awal, tengah dan akhir kegiatan.

C. Pencatatan dan Pelaporan


Untuk memperoleh informasi pelaksanaan kegiatan
pendidikan gizi melalui pemberian makanan berbasis
pangan lokal bagi ibu hamil dan balita yang telah
dilaksanakan maka diperlukan pencatatan dan pelaporan
secara berjenjang dari mitra kerjasama di tingkat desa,
kecamatan, kabupaten/kota, dan pusat. Dalam hal
penatatan, mitra pelaksana dapat bekerja sama dengan
Puskesmas. Hasil rekap tersebut dikirimkan ke Kementerian
Kesehatan dan ditembuskan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten dan Dinas Kesehatan Provinsi (Lampiran 9 dan
10).
Mekanisme pencatatan dan pelaporan kegiatan
dilakukan sesuai dengan alur seperti berikut ini:

Kementerian Kesehatan
Direktorat Gizi Masyarakat
Mitra pelaksana Pusat

Dinkes Provinsi
Mitra pelaksana provinsi

Dinkes kabupaten/kota
Mitra pelaksana kabupaten/kota

Puskesmas/
Mitra pelaksana Kecamatan

Mitra pelaksana Desa

Keterangan:
Alur Pelaporan Koordinasi
Umpan Balik
BAB VI PENUTUP

Kegiatan pendidikan gizi melalui pemberian makanan


berbasis pangan lokal bagi ibu hamil dan balita ini bertujuan
untuk perbaikan gizi dan kesehatan di masyarakat khususnya
pada ibu hamil dan anak balita yang berada di desa lokus
stunting. Kegiatan utamanya berupa edukasi gizi dan demo
masak. Sehingga kegiatan ini pada dasarnya bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat
dalam mempersiapkan dan menyediakan makanan berbasis
pangan lokal sesuai prinsip gizi seimbang untuk ibu hamil dan
balita dalam upaya membentuk keluarga sehat.
Kegiatan pemberian makanan berbasis pangan lokal pada
ibu hamil anak balita ini menekankan pada upaya
pemberdayaan masyarakat dalam penggunaan sumberdaya
pangan lokal untuk perbaikan gizi desa lokus. Sehingga basis
pemberian makanan tersebut didasarkan pada produk pangan
lokal yang produksi oleh masyarakat setempat, kelompok tani,
atau usaha kecil dan mikro. Selain itu kegiatan ini juga
diharapkan dapat dilakukan secara terintegrasi, yaitu dengan
melibatkan peran serta semua sektor terkait yang mempunyai
kegiatan di desa lokus. Dampak dari kegiatan ini juga
diharapkan dapat membantu peningkatan perekonomian
masyarakat di pedesaan, khusus nya desa lokus sasaran.
Buku petunjuk teknis ini diharapkan dapat menjadi panduan
bagi semua pihak terkait dalam pelaksanaan kegiatan
pendidikan gizi dalam pemberian makanan berbasis pangan
lokal bagi ibu hamil dan balita, agar mencapai tujuan yang
diharapkan secara efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Ariska Y, Kustiyah L, Widodo Y. 2015. Perubahan Status Gizi Balita
Pada Program Edukasi dan Rehabilitasi Gzi. J. Gizi Pangan,
November 2015, 10(3):157-164.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2016.
Petunjuk Teknis Kampung keluarga Berencana. Jakarta.
Badan Ketahanan Pangan. 2020. Roadmap Diversifikasi Pangan
Lokal Sumber Karbohidrat Non-beras (2020-2024). Jakarta.
Fellows, PJ. 2000. Food Processing Technology, Principles and
Practices. Ellis Horood, New York.
Kementrian Kesehatan RI. 2016. Petunjuk Teknis Manajemen dan
Tatalaksana TB Anak. Jakarta
Kementerian Kesehatan RI. 2020b. Buku Saku Pasien TB Resisten
Obat. Jakarta.
Kementerian Koordinasi bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan. 2021. Panduan Praktis Sarapan Sehat di Desa
(SAPA Desa). Jakarta.
Kementerian Pertanian. 2019. Petunjuk Teknis Bantuan Pemerintah
Kawasan Rumahtangga Pangan Lestari (KRPL) Tahun 2019.
Jakarta.
Kementerian Sosial. 2021. Pedoman Pelaksanaan Program Keluarga
Harapan (PKH). Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013 Tentang Angka
Kecukupan Gizi yang dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia.
Petunjuk Teknis Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Ibu Hamil
Bahan Pangan Lokal dan Pabrikan
Kementerian Kesehatan. 2017. Petunjuk Teknis Pemberian Makanan
Tambahan. Jakarta
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Permenkes no 17 tahun 2018
tentang Pedoman Umum Penyaluran Bantuan Pemerintah di
Lingkungan Kemkes RI.
Putri ASR dan Mahmudiono T. 2020. Efektivitas Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) Pemulihan Pada Status Gizi Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Simomulyo, Surabaya. Amerta Nutr (2020):
58-64.
Sandjaja, Mulyati S, Saidin M, Suhartato, Widodo Y. 2005. Peranan
Pemberian Makanan Tambahan Pada Anak Umur 6-23 Bulan
pada Saat Krisis Ekonomi. Gizi Indon 2005, 28(1):40-53.
WHO [World Health Organization]. 2019. Global tuberculosis report
2019. Geneva.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1

Daftar 9 Kabupaten/Kota sebagai Lokus Stunting Terpilih


No Provinsi No Kabupaten/Kota
1 Jawa Barat 1 Bandung Barat
2 Kota Bogor
3 Kota Cirebon
2 NTB 4 Lombok Timur
3 NTT 5 Kupang
4 Jawa Timur 6 Kota Jember
5 Kalimantan Tengah 7 Barito Selatan
6 Sulawesi Tengah 8 Sigi
7 Sulawesi Tenggara 9 Kolaka Timur
Lampiran 2

Daftar Puskesmas dan Desa sebagai Lokus stunting Terpilih


No Nama Nama Jml Jml Desa Desa
Puskesmas Desa Ibu Balita Lokus Terpilih*
Hamil per Stunting*
per Desa
Desa
1.
2.
3.
4.
5.
6.
…..
Total 10 60
Puskesmas Desa
Catatan: *) berikan keterangan
Lampiran 3

Daftar Sasaran Balita di Desa


No Nomor Induk Nama Status Gizi Alamat
Kependudukan Balita Balita* (RT/RW/Dusun)
(NIK)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Dst.

Total 60 balita
Lampiran 4

Daftar Sasaran Ibu Hamil di Desa

No Nomor Induk Nama Ibu Status Alamat


Kependudukan Hamil Gizi (RT/RW/Dusun)
(NIK) Bumil*
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

Total 20 ibu hamil


Lampiran 5.

Jadwal Tentatif Pelaksanaan Kegiatan Mingguan


Selama Tiga Bulan
Bulan/tahun:
No Kegiatan Bulan ke-1
Mg-1 Mg-2 Mg-3 Mg-4
1. Persiapan Ѵ
2. Penyuluhan Gizi Ѵ V Ѵ Ѵ
3. Demo Masak Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ
4. Pre-test (kuesioner PSP Ѵ
dan pengukuran BB)
5. Kunjungan rumah Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ

Bulan/tahun:
No Kegiatan Bulan ke-2
Mg-1 Mg-2 Mg-3 Mg-4
1. Penyuluhan Gizi Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ
2. Demo Masak Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ
3. Pengukuran BB Ѵ
4. Kunjungan rumah Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ

Bulan/tahun:
No Kegiatan Bulan ke-3
Mg-1 Mg-2 Mg-3 Mg-4
1. Penyuluhan Gizi Ѵ Ѵ
2. Demo Masak Ѵ Ѵ
3. Post-test (kuesioner Ѵ
PSP)
4. Pengukuran BB Ѵ
5. Kunjungan rumah Ѵ Ѵ
Lampiran 6
Surat Perintah Bayar
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT
SATUAN KERJA DIREKTORAT GIZI MASYARAKAT

SURAT PERINTAH BAYAR (SPBy)


Tanggal : …………………………………..
Nomor : ………………………………….

Saya yang bertanda tangan dibawah ini selaku Pejabat Pembuat Komitmen memerintahkan bendahara pengeluaran agar
melakukan pembayaran sejumlah :
Rp -

(terbilang)

Kepada : Bendahara Pembantu Pengeluaran


Direktorat Gizi Masyarakat

Untuk Pembayaran : Biaya Perjalanan dinas dalam rangka Pelaksanaan Pendidikan Gizi dalam Pemberian Makanan
Tambahan Lokal bagi Ibu Hamil dan Balita di Puskesmas (nama puskemas), Kab. (nama
kabupaten) pada tanggal …………………2021

Atas dasar :

1. Kuitansi/Bukti Pembelian :
2. Nota/bukti Penerimaan barang/jasa :
(bukti lainnya)

Dibebankan pada : DIPA Satker Direktorat Gizi Masyarakat Tahun Anggaran 2021
Kegiatan, Output, MAK : 2080.QEA.004.051.B.524111

Kode :

Setuju/lunas dibayar, Diterima, Tanggal …………………………. Jakarta, ………………………………….


Tanggal, …………………………… Yang menerima An. Kuasa Pengguna Anggaran
Bendahara Pengeluaran Pelaksana, Pejabat Pembuat Komitmen,

Devita Septiarini, SE Tito Achmad Satori, SKM, MKM


NIP. 198209212015032001 NIP. NIP. 198101152005011002

Note:
Alur penggunaan dana dan pertanggung jawabannya akan
disesuaikan dengan mitra pelaksana
Lampiran 7

Contoh Pertanggungjawaban Keuangan


Biaya perjalanan dinas

SURAT PERNYATAAN TANGGUNGJAWAB BELANJA


Nomor : /SPP-TUP/ /2021
1 Kode Satuan Kerja : 466034
2 Nama Satuan Kerja : Direktorat Gizi Masyarakat
3 Tanggal/No.DIPA : 14 September 2021, Nomor: DIPA - 024.03.1.466034/2021
4 Klasifikasi Anggaran : 2080.QEA.005.051.G.524111
5 Akun Lengkap : 024.03.01.2080.QEA.005.051.G.524111
Yang bertandatangan di bawah ini atas nama Kuasa Pengguna Anggaran Satuan Kerja Direktorat Gizi Masyarakat menyatakan bahwa saya bertanggungjawab secara formal dan material
atas segala pengeluaran yang telah dibayar lunas olah Bendahara Pengeluaran kepada yang berhak menerima serta kebenaran perhitungan dan setoran pajak yang telah dipungut atas
pembayaran tersebut dengan perincian sebagai berikut :

Pajak yang dipungut


Bukti/ Kuitansi
No Akun Penerima Uraian Jumlah Bendahara Pengeluaran
Tanggal Nomor PPN PPh
a b c d e f g h i
Biaya perjalanan dinas dalam rangka Pelaksanaan Pendidikan Gizi dalam Pemberian
1 524111 (nama peserta) Makanan Tambahan Lokal bagi Ibu Hamil dan Balita di Puskesmas (nama /TUP/ /2021 tidak ada tidak ada
puskemas), Kab. (nama kabupaten) pada tanggal …………………2021
Biaya perjalanan dinas dalam rangka Pelaksanaan Pendidikan Gizi dalam Pemberian
2 524111 (nama peserta) Makanan Tambahan Lokal bagi Ibu Hamil dan Balita di Puskesmas (nama /TUP/ /2021 tidak ada tidak ada
puskemas), Kab. (nama kabupaten) pada tanggal …………………2021
Biaya perjalanan dinas dalam rangka Pelaksanaan Pendidikan Gizi dalam Pemberian
3 524111 (nama peserta) Makanan Tambahan Lokal bagi Ibu Hamil dan Balita di Puskesmas (nama /TUP/ /2021 tidak ada tidak ada
puskemas), Kab. (nama kabupaten) pada tanggal …………………2021
Biaya perjalanan dinas dalam rangka Pelaksanaan Pendidikan Gizi dalam Pemberian
4 524111 (nama peserta) Makanan Tambahan Lokal bagi Ibu Hamil dan Balita di Puskesmas (nama /TUP/ /2021 tidak ada tidak ada
puskemas), Kab. (nama kabupaten) pada tanggal …………………2021
Biaya perjalanan dinas dalam rangka Pelaksanaan Pendidikan Gizi dalam Pemberian
5 524111 (nama peserta) Makanan Tambahan Lokal bagi Ibu Hamil dan Balita di Puskesmas (nama /TUP/ /2021 tidak ada tidak ada
puskemas), Kab. (nama kabupaten) pada tanggal …………………2021
Biaya perjalanan dinas dalam rangka Pelaksanaan Pendidikan Gizi dalam Pemberian
6 524111 (nama peserta) Makanan Tambahan Lokal bagi Ibu Hamil dan Balita di Puskesmas (nama /TUP/ /2021 tidak ada tidak ada
puskemas), Kab. (nama kabupaten) pada tanggal …………………2021

Jumlah Rp -

Bukti-bukti pengeluaran anggaran dan asli setoran pajak (SSP/BPN) tersebut di atas disimpan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran untuk kelengkapan administrasi dan
pemeriksaan aparat pengawasan fungsional.
Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sebesarnya.
Jakarta, ……………………………….
Pejabat Pembuat Komitmen, Bendahara Pengeluaran Pembantu Bendahara Pengeluaran,
Direktorat Gizi Masyarakat

Tito Achmad Satori, SKM, MKM Febriana Dwi Prastiwi, SSi Devita Septiarini, SE
NIP. 198101152005011002 NIP. 198802112010122002 NIP.198209212015032001
Lampiran 8

Kuesioner Pre Test dan Post Test

Pendidikan Gizi Seimbang Melalui Pemberian Makanan


Berbasis Pangan Lokal pada Ibu Hamil dan Balita

Nama Lengkap Ibu : .......................................


Usia Ibu : .......................................
Usia Kehamilan Ibu* : .......................................
Nama Lengkap Anak : .......................................
Usia Anak : .......................................
RT/RW/Dusun : ......................................
Nama Posyandu :.......................................
Desa/Kecamatan : ......................................
Kabupaten/Kota : ......................................
Provinsi : ......................................

Nama Enumerator : .......................................


Instansi : .......................................
Nomor Telepon : .......................................

Tanggal Pengambilan Data: .......................................


Pre/Post Test : .......................................

Ket: *diisi jika sasaran ibu hamil

DIREKTORAT GIZI MASYARAKAT


KEMENTERIAN KESEHATAN
2021
A. Pengetahuan Ibu

Berilah tanda centang (√) pada pernyataan yang dianggap


benar!
No. Pernyataan Benar Salah
Stunting adalah kondisi dimana tinggi badan
1.
anak lebih pendek dari teman sebaya.
Anak stunting (pendek) disebabkan
2. kekurangan asupan makanan sejak masa
kehamilan.
Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian
ASI saja sejak usia 0-6 bulan kecuali vitamin,
3.
mineral, dan obat-obatan dalam bentuk
sirup.
Untuk mencegah stunting anak cukup
4.
ditimbang 3 bulan sekali
Ibu hamil perlu mengonsumsi 1 porsi lebih
5.
banyak
Makanan beragam dan bergizi seimbang
6. akan terpenuhi jika terdapat nasi, bakwan,
sayur asam, dan pisang.
Umbi, mie, bihun termasuk pangan sumber
7. karbohidrat yang membuat anak menjadi
kuat berenergi.
Hati ayam, daging, dan ikan adalah makanan
8.
yang mengandung tinggi zat besi.
Tahu dan tempe berfungsi sebagai sumber
9.
zat pengatur dalam tubuh.
Dalam pemberian MPASI diutamakan
10. menggunakan protein hewani untuk
pertumbuhan anak.
B. Sikap Ibu
Lingkari nomor pada pernyataan yang sesuai dengan sikap Ibu!
No. Pernyataan Sikap
Anak yang lebih pendek atau kurus 1 2 3 4 5
1. dibandingkan dengan teman seusianya,
bagi saya merupakan masalah yang serius.
Bagi saya, anak bisa menjadi stunting 1 2 3 4 5
2.
(pendek) meskipun ibu dan bapaknya tinggi.
Bagi saya, anak yang kurus akan menjadi 1 2 3 4 5
3. masalah karena nanti akan berpengaruh
terhadap kesehatannya saat dewasa.
Bagi saya, penyediaan menu makanan yang 1 2 3 4 5
beragam dan bergizi seimbang tidak hanya
4.
tergantung dari bahan pangan yang ada di
rumah.
Bagi saya, gizi seimbang tidak cukup hanya 1 2 3 4 5
5.
dengan makan nasi, lauk-pauk dan sayur.
Bagi saya, makan buah dan sayur harus 1 2 3 4 5
6.
dilakukan setiap hari.
Saya perlu memberikan pangan pokok 1 2 3 4 5
7. seperti kentang, ubi, bihun yang cukup untuk
sumber tenaga bagi anak.
Bagi saya, untuk memenuhi gizi seimbang, 1 2 3 4 5
8. porsi lauk-pauk kurang lebih sama dengan
porsi buah-buahan.
Bagi saya, makan sayuran dan buah tidak 1 2 3 4 5
9. lebih penting dibandingkan makan nasi dan
lauk.
Anak bisa lebih menyukai makanan jika Ibu 1 2 3 4 5
10 mengolahan makanan dengan tampilan
menarik dan enak.
Keterangan:
1: Sangat Tidak Setuju (skor 1) 4: Setuju (skor 4)
2: Tidak Setuju (skor 2) 5: Sangat Setuju (skor 5)
3: Biasa Saja (skor 3)

Cara penilaian: sikap negatif jika skor < 30, netral 30-40,dan
positif > 40.
C. Perilaku
Beri tanda centang (√) sesuai praktik Ibu!
Keterangan:
1: Tidak Pernah 4: Sering (5-6 kali)
2: Jarang (1-2 kali) 5: Selalu (setiap hari)
3: Kadang-kadang (3-4 kali)
No Pertanyaan 1 2 3 4 5
Berapa kali ibu memasak
MAKANAN POKOK (misalnya:
1
nasi, roti, mie, umbi-umbian)
seminggu yang lalu?
Berapa kali ibu memasak LAUK
PAUK (misalnya: telur, ikan,
2
tempe, ayam) seminggu yang
lalu?
Berapa kali ibu memasak
SAYURAN (misalnya: bayam,
3
kangkung, wortel, caisin)
seminggu yang lalu?
Berapa kali ibu memasak BUAH-
BUAHAN (misalnya: pisang,
4
nanas, pepaya, jeruk) seminggu
yang lalu?
Beri tanda centang (√) sesuai praktik Ibu!
Keterangan:

A. ½ piring

B. 2/3 porsi dari setengah piring

C. ½ porsi dari setengah piring

D. 1/3 porsi dari setengah piring

E. ¼ porsi dari setengah piring

F. Tidak diberikan
No Pertanyaan A B C D E F
Dalam satu piring, berapa
porsi MAKANAN POKOK
5
yang ibu siapkan untuk
anak/ibu?
Dalam satu piring, berapa
6 porsi LAUK PAUK yang ibu
siapkan untuk anak/ibu?
Dalam satu piring, berapa
7 porsi SAYURAN yang ibu
siapkan untuk anak/ibu?
Dalam satu piring, berapa
porsi BUAH-BUAHAN yang
8
ibu siapkan untuk
anak/ibu?
Catatan: untuk nomor 5-8 pada bagian perilaku bila sasaran adalah ibu
hamil, maka pertanyaan tentang anak tidak perlu ditanyakan, begitu
juga sebaliknya.
D. Berat Badan Anak
a. Sebelum intervensi :………Kg (Status gizi:……………)
b. Setelah intervensi :………Kg (Status gizi:…………...)

E. Berat badan Ibu Hamil


a. Sebelum intervensi :………Kg
b. Setelah intervensi :………Kg

F. Apakah anak masih diberikan ASI (diajukan kepada ibu


balita)? …………..

Kunci Jawaban bagian Pengetahuan


1. Benar
2. Benar
3. Benar
4. Salah, seharusnya setiap bulan
5. Benar
6. Salah, seharusnya ada protein
7. Benar
8. Benar
9. Salah, seharusnya zat pembangun
10. Benar
Lampiran 9.

Formulir Pemantauan Pendidikan Gizi dan Demo Masak

Kabupaten/Provinsi : ………................
Puskesmas : ………................
Kecamatan/Desa : ………................

Keterangan jika
No. Pertanyaan Ya Tidak ada
permasalahan
Apakah dilakukan
pendidikan gizi pada awal
1.
kegiatan? Sebutkan siapa
yang melakukan!
Apakah ada media dan alat
bantu (leaflet, lembar balik,
buku menu) yang
2.
digunakan dalam
pendidikan gizi dan
kesehatan? Sebutkan!
Apakah pendidikan gizi
atau kesehatan dilakukan
3.
setiap ada demo masak
atau kunjungan?
Apakah pendidikan gizi
atau kesehatan dilakukan
4.
setiap ada demo masak
atau kunjungan?
Apakah materi yang
5. disampaikan sesuai
dengan tujuan kegiatan?
Keterangan jika
No. Pertanyaan Ya Tidak ada
permasalahan
Apakah ada kendala yang
ditemukan dalam
6. pelaksanaan pendidikan
gizi dan kesehatan?
Sebutkan!
Apakah ada praktik demo
masak? Sebutkan berapa
7.
kali dan siapa yang
melakukan!
Apakah ada media buku
resep yang digunakan
dalam demo masak?
8.
Sebutkan menu yang
dipraktikkan dalam demo
masak!
Apakah ada hambatan
9. dalam pelaksanaan demo
masak? Sebutkan!
Lampiran 10
Formulir Pemberian Makanan Berbasis Pangan Lokal

Nama Lengkap Ibu/ Orang Tua : ......................................


RT/RW/Dusun : ......................................
Nama Posyandu :.......................................
Desa/Kecamatan : .....................................
No. Pertanyaan Ya Tidak Keterangan
1 Apakah jenis pangan yang
diberikan kepada sasaran
sudah sesuai dengan
kriteria pangan lokal?
2. Apakah jumlah hari (kali)
pemberian makanan
berbasis pangan lokal
kepada sasaran sudah
sesuai dengan jadwal (10
kali)?
3. Apakah ada yang
berkunjung ke rumah ibu
untuk pendampingan?
Sebutkan!
4. Apakah ibu sudah bisa
menyiapkan makanan
bergizi seimbang untuk
anaknya? (Seperti apa)

Pertanyaan bagi yang melakukan monitoring dan evaluasi:


Apakah ada permasalahan yang ditemukan pada saat
kunjungan ke rumah tangga sasaran?
Jawab: __________________
Lampiran 11
Formulir Evaluasi

Provinsi :
Kabupaten :
Puskesmas :

No Uraian Ya Tidak Ket.


1. Indikator Input
 Adanya keterlibatan lintas
program dan lintas sektor,
jika iya sebutkan! Jika
tidak jelaskan!
 Adanya sumber dana lain
selain APBN seperti BOK
atau swadaya
 Adanya juknis, buku
resep, lembar balik, dan
leaflet.
 Adanya partisipasi
masyarakat (seperti:
penyediaan tempat,
sarana/prasana masak,
atau kehadiran saat
sosialisasi
2. Indikator Proses
 Dilaksanakannya
kegiatan pendidikan gizi
(penyuluhan dan demo
masak
3. Indikator Output
 Adanya peningkatan
pengetahuan, jika iya
berapa %? jika tidak,
jelaskan!
No Uraian Ya Tidak Ket.
 Adanya peningkatan
sikap pengetahuan, jika
iya berapa %? jika tidak,
jelaskan!
 Adanya peningkatan
perilaku pengetahuan,
jika iya berapa %? jika
tidak, jelaskan!
Lampiran 12

Contoh Nota Pembelian


Lampiran 13

Contoh Belanja Bahan


PETUNJUK TEKNIS PENDIDIKAN GIZI MELALUI PEMBERIAN
MAKANAN BERBASIS PANGAN LOKAL BAGI IBU HAMIL DAN BALITA

Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Direktorat Gizi Masyarakat
Jakarta, 2021

Penasehat:
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat
Direktur Gizi Masyarakat

Penyusun (Alfabet):
Aila Nadiya, Dewi Astuti, Eko Prihastono, Evi Fatimah, Heny Purbaningsih,
Ivonne Kusumaningtias, Kartika Wahyu Dwi Putra, Lia Rahmawati Susila,
Mahmud Fauzi, Mursalim, Tito Achmad Satori, Tiska Yumeida, Yosneli

Editor (Alfabet):
Aulia Hardiningsih, Devvi Yunitasari Widyaningrum,
Nyimas Septiani Wulandari

Diterbitkan oleh:
Kementerian Kesehatan RI

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang


Dilarang memperbanyak buku ini sebagian atau seluruhnya dalam bentuk dan dengan cara
apapun juga, baik secara mekanis maupun elektronik termasuk fotocopy rekaman dan lain-lain
tanpa seijin tertulis dari penerbit.

Anda mungkin juga menyukai