A. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan menyatakan bahwa kesehatan meliputi unsur
sehat secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis. Kesehatan merupakan hak asasi
manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. Salah satu
bagian dari peningkatan derajat kesehatan yang menjadi
tanggung jawab pemerintah adalah melalui upaya perbaikan
gizi. Upaya perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan
mutu gizi perseorangan dan masyarakat antara lain melalui
perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar
gizi dan peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan
kesehatan sesuai dengan kemajuan Ilmu dan Teknologi.
Tingginya masalah gizi balita merupakan manifestasi dari
rumitnya permasalahan pangan dan gizi di Indonesia. Salah
satu faktor yang menyebabkan masalah gizi balita di
Indonesia yaitu konsumsi makanan ibu pada masa kehamilan
atau bahkan saat remaja yang tidak sesuai dengan prinsip gizi
seimbang. Dalam rangka mencapai salah satu target WHA
2025 yaitu menurunkan dan mempertahankan prevalensi
wasting (kurus) kurang dari 5%, WHO mengeluarkan policy
brief yang salah satunya adalah menyediakan makanan
tambahan tetapi tetap berfokus kepada peningkatan makanan
keluarga dalam hal keanekaragaman, kualitas dan
keamanannya.
Gizi memiliki peran signifikan dalam pertumbuhan dan
perkembangan selama siklus kehidupan manusia. Kurang
Energi Kronis (KEK) pada Ibu hamil berpengaruh terhadap
kualitas bayi yang dilahirkan serta berdampak terhadap
kematian anak dan ibu serta status gizi anak. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan
status gizi balita yang pendek dan sangat pendek sebesar
30,8% dengan prevalensi tertinggi di Provinsi NTT (42,6%)
dan terendah di Provinsi DKI Jakarta (17,7%). Survei
konsumsi makanan dan survei konsumsi gizi tahun 2016
menunjukan bahwa lebih dari separuh ibu hamil defisit energi
atau konsumsinya <70% kebutuhannya. Selain itu, Survei
Diet Total (SDT) tahun 2014 diketahui bahwa lebih dari
separuh balita (55,7%) mempunyai asupan energi yang
kurang dari Angka Kecukupan Energi (AKE) yang dianjurkan.
Demikian pula pada kelompok ibu hamil baik di pedesaan
maupun perkotaan lebih dari separuhnya mengalami defisit
asupan energi dan protein.
Saat ini di dunia termasuk Indonesia sedang menghadapi
wabah Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan telah
dinyatakan sebagai pandemi oleh WHO dan dipredikasi
masih akan terus berlangsung sampai tahun 2021 karena
sampai saat ini belum ditemukan obatnya. Salah satu cara
untuk mencegah penularan COVID-19 adalah dengan
mengonsumsi makanan bergizi seimbang agar dapat
memperkuat imunitas tubuh. Balita dan ibu hamil merupakan
kelompok yang rentan terhadap penularan COVID-19 dan
akan semakin berisiko jika balita dalam kondisi status gizi
kurus dan ibu hamil KEK. Pandemi COVID-19 juga
berdampak pada masyarakat miskin yang banyak kehilangan
pekerjaan dan pendapatannya sehingga semakin terbatas
dalam memberikan asupan gizi seimbang untuk keluarganya.
Oleh karena itu Kementerian Kesehatan melalui Direktorat
Gizi Masyarakat akan melaksanakan kegiatan pendidikan gizi
melalui pemberian makanan berbasis pangan lokal bagi ibu
hamil dan balita untuk dapat membantu meningkatkan
asupan gizi seimbang.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat dalam mempersiapkan dan menyediakan
makanan lokal sesuai prinsip gizi seimbang bagi ibu
hamil dan balita dalam upaya membentuk keluarga
sehat.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan dalam mempersiapkan
dan menyediakan menu gizi seimbang makanan
lokal untuk ibu hamil dan balita.
b. Meningkatkan sikap dalam mempersiapkan dan
menyediakan menu gizi seimbang makanan lokal
untuk ibu hamil dan balita.
c. Meningkatkan perilaku dalam mempersiapkan dan
menyediakan menu gizi seimbang makanan lokal
untuk ibu hamil dan balita.
d. Meningkatkan asupan gizi ibu hamil dan balita
melalui penyediaan konsumsi pangan sesuai prinsip
gizi seimbang melalui pemanfaatan bahan pangan
lokal.
e. Terlaksananya pendampingan melalui monitoring
dan evaluasi yang dilaksanakan secara berjenjang.
C. Sasaran Kegiatan
Terlaksananya kegiatan ini di 7 provinsi, 9 kabupaten/kota di
daerah lokus stunting terpilih (Lampiran 1). Setiap
kabupaten/kota menetapkan Puskesmas, desa dan sasaran
ibu hamil dan balita terpilih.
D. Indikator Keberhasilan
Alternatif indikator yang akan digunakan dalam kegiatan ini
meliputi indikator input, proses, output, dan dampak:
1. Indikator input
Keterlibatan lintas sektor, keterpaduan program di tingkat
desa, ketersediaan dana pendamping (misalnya: dana
desa, CSR), partisipasi masyarakat (misalnya:
penyediaan tempat, sarana/prasana masak).
2. Indikator proses
Cakupan jumlah ibu hamil dan balita yang menerima
makanan berbasis pangan lokal dan terselenggaranya
kegiatan penyuluhan gizi dan demo masak sesuai jadwal.
3. Indikator luaran
Peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku tentang gizi
seimbang pada ibu hamil dan orang tua balita.
E. Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
2. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang
Pemberian ASI Eksklusif
3. Peraturan Presiden Nomor 42 tahun 2013 tentang
Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi
4. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah
Nasional (RPJMN) tahun 2020 – 2024
5. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang
Percepatan Penurunan Stunting
6. Permenkes No.15 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui dan atau
Memerah ASI
7. Permenkes Nomor 39 Tahun 2013 tentang Susu
Formula Bayi dan Produk Lainnya
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 23 tahun 2014
tentang Upaya Perbaikan Gizi
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 tahun 2014
tentang Pedoman Gizi Seimbang
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 17 tahun 2018
tentang Perubaan atas Permenkes nomor 79 tahun
2016 tentang Pedoman Umum Penyaluran Bantuan
Pemerintah di lingkungan Kementerian Kesehatan.
11. Permenkes Nomor 28 Tahun 2019 tentang Angka
Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk Masyarakat
Indonesia
12. Permenkes Nomor 29 Tahun 2019 tentang
Penanggulangan Masalah Gizi Bagi Anak Akibat
Penyakit
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2020
tentang Standar Antropometri Anak
14. Peraturan Lembaga Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2021
tentang Pedoman Swakelola
F. Ketentuan Umum dan Pengertian
1. Pendidikan Gizi adalah proses penyampaian pesan gizi
yang berisi materi terkait dengan pangan, gizi (gizi
seimbang dan isi piringku) dan kesehatan melalui
penyuluhan dan demonstrasi kepada masyarakat di
desa lokus terpilih.
2. Gizi Seimbang adalah susunan pangan sehari-hari
yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang
sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan
memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan,
aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan memantau berat
badan secara teratur dalam rangka mempertahankan
berat badan normal untuk mencegah masalah gizi.
3. Makanan Lengkap adalah menu makanan lengkap
sekali makan yang terdiri dari makanan pokok, lauk
pauk, sayuran, dan buah.
4. Pangan Lokal adalah makanan yang dikonsumsi oleh
masyarakat setempat sesuai dengan potensi sumber
daya dan kearifan lokal.
5. Makanan untuk Ibu Hamil berupa makanan lengkap
yang terbuat dari pangan lokal dengan kandungan zat
gizi yang sesuai untuk diberikan kepada ibu hamil yang
disiapkan berdasarkan pedoman gizi seimbang.
6. Makanan untuk Balita berupa makanan lengkap yang
terbuat dari pangan lokal dengan kandungan zat gizi
yang sesuai untuk diberikan kepada balita usia 6-59
bulan yang disiapkan berdasarkan pedoman gizi
seimbang.
7. Desa Lokus Stunting adalah desa yang ditetapkan baik
oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
(kabupaten/kota) sebagai wilayah sasaran program
percepatan penurunan stunting.
8. Pekarangan Pangan Lestari (P2L) adalah kegiatan
yang dilaksanakan oleh kelompok masyarakat yang
secara bersama-sama mengusahakan lahan
pekarangan sebagai sumber pangan secara
berkelanjutan untuk meningkatkan ketersediaan,
aksesibilitas, dan pemanfaatan serta pendapatan.
9. Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program
dibawah Kementerian Sosial berupa pemberian bantuan
tunai bersyarat kepada keluarga kurang mampu.
10. Kampung Keluarga Berencana (KB) adalah program
dibawah BKKBN dimana satuan wilayah setingkat RW,
dusun atau setara yang memiliki kriteria tertentu terdapat
keterpaduan program kependudukan, keluarga
berencana, pembangunan keluarga, dan sektor terkait.
BAB II. PENDIDIKAN GIZI MELALUI PEMBERIAN MAKANAN
BERBASIS PANGAN LOKAL
e. Terjangkau
Pemberian makanan berbasis pangan lokal dapat
diolah dari pangan bergizi yang terjangkau oleh
keluarga sasaran. Pengertian terjangkau adalah
mudah diperoleh di sekitar rumah dengan harga yang
relatif murah.
f. Mudah didapat
Pangan yang digunakan mudah didapat sepanjang
tahun, yang sebaiknya berasal dari desa setempat
yaitu ditanam, diproduksi dan dijual di wilayah tersebut
(pangan lokal). Termasuk dalam pengertian ini adalah
pangan olahan setengah jadi yang dihasilkan dari
UMKM setempat seperti tempe, tahu, ikan pindang
atau lainnya. Tidak dianjurkan untuk menggunakan
pangan olahan kemasan. Dengan menggunakan
pangan desa setempat diharapkan meningkatkan
perekonomian masyarakat melalui pengembangan
dan pendayagunaan potensi wilayah.
g. Aman
Makanan yang disajikan harus aman, yaitu tidak
mengandung bahan berbahaya bagi kesehatan.
Makanan yang aman adalah yang bebas dari kuman
dan bahan kimia, dan cemaran berbahaya lainnya.
Cara penanganan makanan yang baik meliputi:
penyiapan, pencucian, pengolahan, penyimpanan dan
penyajian makanan matang yang baik dan benar.
Tanda-tanda umum makanan yang tidak aman bagi
kesehatan antara lain: berlendir, berjamur, aroma dan
rasa makanan berubah. Tanda lain dari makanan yang
tidak memenuhi syarat aman adalah bila dalam
pengolahannya ditambahkan bahan tambahan
berbahaya seperti asam borax/bleng, formalin, zat
pewarna rhodamine A dan methanil yellow.
Perjanjian Pelaksanaan
Pusat
Kerja Sama kegiatan oleh
Mitra
Koordinasi Pelaksana
Provinsi
Koordinasi
Kecamatan Puskesmas
Pendampingan
dan pengawasan
Desa
Pusat
1. Peran dan tugas Kementerian Kesehatan melalui
Direktorat Gizi Masyarakat:
a. melakukan sosialisasi, koordinasi, integrasi dan
advokasi dengan lintas program dan lintas sektor
pelaksanaan kegiatan di lapangan secara berjenjang;
b. menetapkan tim persiapan dan tim pengawas dalam
pelaksanaan kegiatan;
c. menetapkan mitra pelaksana kegiatan dan membuat
perjanjian kerja sama;
d. menetapkan lokasi provinsi hingga desa untuk
pelaksanaan kegiatan;
e. menyusun dan menetapkan petunjuk teknis kegiatan
dan media pendidikan gizi;
f. membina, memantau, mengevaluasi, mengawasi, dan
mengendalikan, dan melaporkan kegiatan melalui
pertemuan secara berkala.
Provinsi
1. melakukan sosialisasi, koordinasi, integrasi, dan advokasi
dengan instansi terkait dalam pelaksanaan kegiatan di
tingkat kabupaten;
2. mendampingi, membina, memantau, mengevaluasi,
mengawasi, mengendalikan kegiatan di tingkat
kabupaten/kota, dan melaporkan kegiatan ke pusat
melalui pertemuan secara berkala;
3. merekap laporan pelaksanaan kegiatan dari tingkat
kabupaten/kota dan menyampaikan kepada pusat.
Kabupaten/Kota
1. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan kegiatan melalui koordinasi dengan
Instansi/Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait di
tingkat kabupaten;
2. bersama kecamatan dan puskesmas, memilih desa dan
sasaran program;
3. merekap laporan pelaksanaan kegiatan dari tingkat
kecamatan dan menyampaikan kepada provinsi.
Desa
1. mengoordinasikan pelaksanaan kegiatan dengan lintas
program/sektor terkait dan tokoh masyarakat;
2. melaksanakan kegiatan pendidikan gizi berupa
penyuluhan dan demo masak bersama mitra;
3. menyusun laporan kegiatan mencakup substansi dan
keuangan di tingkat desa bersama mitra;
Mitra Pelaksana
1. menyusun menu dibantu oleh Tenaga Pelaksana Gizi
(TPG) puskesmas dan kader posyandu;
2. menyusun anggaran belanja bersama kader untuk
pembelanjaan bahan;
3. membentuk kelompok masak dan memastikan
kelancaran kegiatannya;
4. menyiapkan tempat pelaksanaan kegiatan dan sarana
prasarana demo masak;
5. membuat jadwal kegiatan;
6. melaksanakan pre test dan post test;
7. menyediakan bahan pangan lokal dan mengumpulkan
sasaran kegiatan
8. melaksanakan pemberian makanan berbasis pangan
lokal;
9. memastikan semua sasaran menerima makanan
berbasis pangan lokal;
10. memastikan makanan yang disiapkan sesuai dengan
mutu dan keamanannya;
11. pelaksanaan pendidikan gizi bersama dengan mitra dan
lintas sektor/program terkait untuk sasaran, berupa
penyuluhan gizi dan demo masak;
12. menyusun laporan kegiatan mencakup substansi dan
keuangan di tingkat desa;
13. melaporkan hasil keseluruhan kegiatan kepada tingkat
pusat.
B. Pelaksanaan
1. Penetapan Lokasi dan Sasaran
Sasaran kegiatan di setiap desa adalah sebanyak 20 ibu
hamil dan 60 anak balita usia 6-59 bulan. Desa yang
dipilih sebanyak 540 dari 90 puskesmas di
9 kabupaten/kota pada 7 provinsi prioritas stunting yang
dipilih dari 10 provinsi prioritas stunting sesuai arahan
Presiden RI. Kabupaten yang dipilih merupakan lokus
stunting dan bukan termasuk lokus kegiatan upaya
peningkatan asupan gizi seimbang dalam rangka
percepatan penanggulangan tuberkulosis pada balita.
Penetapan lokasi desa dan puskesmas diserahkan
kepada kabupaten/kota dengan pertimbangan utama
bahwa desa yang dipilih termasuk lokus stunting.
Rekapitulasi pencatatan daftar puskesmas, desa, balita,
dan ibu hamil dapat melihat lampiran 2, 3, dan 4.
2. Sosialisasi Kegiatan
Sosialisasi kegiatan ini dilakukan mulai dari tingkat pusat,
provinsi, kabupaten/kota, puskesmas dan desa. Tujuan
sosialisasi ini adalah untuk menjelaskan pelaksanaan
kegiatan agar dapat mendapatkan dukungan dari
berbagai pemangku kepentingan, sehingga tercapai
indikator program. Leading sektor dalam kegiatan ini
adalah Kementerian Kesehatan, yang di dalam
pelaksanaan di lapangan diharapkan akan terintegrasi
dengan program dari melibatkan Kementerian Sosial,
Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Kementerian Desa PDT dan Transmigrasi,
BKKBN, dan sebagainya.
Pelaksana kegiatan dilakukan oleh mitra pelaksana yang
telah ditetapkan di tingkat pusat. Mitra pelaksana bisa
berasal dari organisasi masyarakat, dinas kesehatan,
atau poltekkes. Mitra pelaksana di tingkat kabupaten/kota
kemungkinan terdapat perbedaan antar wilayah, sesuai
dengan kesiapan dan keberadaan mitra di daerah.
Setelah ditetapkan, mitra pelaksana harus melakukan
sosialisasi kegiatan ini secara aktif, karena di dalam
pelaksanaannya melibatkan sektor/dinas terkait. Untuk itu
kinerja mitra pelaksana di lapangan akan sangat
ditentukan kecakapannya dalam melakukan komunikasi
dan pendekatan baik dengan sektor di pemerintahan
maupun tokoh dan pemuka masyarakat.
3. Pendidikan Gizi
Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pengetahuan sikap
dan perilaku ibu hamil dan orang tua balita sasaran dalam
penerapan gizi seimbang/isi piringku dan pemanfaatan
bahan pangan lokal dalam konsumsi makanan sehari hari.
Pendidikan gizi dilakukan dengan dua cara yaitu
penyuluhan gizi dan demo masak. Mengingat program ini
dilakukan dalam suasana adaptasi kebiasaan baru karena
adanya pandemi COVID-19, maka keseluruhan kegiatan
harus dilakukan sesuai dengan protokol kesehatan
b. Demonstrasi Masak
Kegiatan demonstrasi masak ini bertujuan agar ibu
hamil dan orangtua sasaran memperoleh keterampilan
yang cukup dalam pemilihan, pengolahan, dan
penyiapan makanan untuk anak balita. Kegiatan demo
masak ini dilakukan setelah penyuluhan gizi supaya
sasaran memperoleh pengetahuan tentang aspek gizi
dan kesehatan pada anak balita. Peralatan memasak
dan bahan makanan berbasis pangan lokal disiapkan
oleh team pelaksana tingkat desa. Panduan masak
dan menu untuk demo ini menggunakan Buku Resep
yang sudah disiapkan oleh Kementerian Kesehatan.
4. Pemberian makan
a. Pemberian makanan berbasis pangan lokal dilakukan
bersamaan dengan pendidikan gizi (penyuluhan dan
demo masak) sebanyak 10 kali untuk masing-masing
sasaran selama kurun waktu kegiatan berlangsung.
b. Tempat memasak dilaksanakan di rumah salah satu
warga atau di tempat yang disepakati bersama seperti
posyandu, rumah kader atau lainnya.
c. Kegiatan pemberian makanan berbasis pangan lokal
dapat dilaksanakan di rumah salah satu warga atau di
tempat yang disepakati bersama seperti posyandu,
rumah kader, kelas ibu dan lainnya.
d. Makanan berbasis pangan lokal dihidangkan dalam
satu piring yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk
(hewani dan nabati), sayuran dan buah disesuaikan
dengan usia balita.
e. Pada saat sasaran sedang makan, mitra pelaksana
dan kader posyandu di bawah bimbingan petugas
kesehatan dapat memberikan penyuluhan tentang gizi
dan kesehatan.
f. Resep menu makanan berbasis pangan lokal untuk ibu
hamil dan balita disajikan dalam buku resep secara
terpisah.
5. Cara Pengolahan
Pengolahan makanan dilakukan sesuai dengan cara
pengolahan yang biasa dilakukan sehari-hari dengan
memperhatikan aspek higiene dan sanitasi. Dalam hal ini,
bahan makanan harus dicuci sampai bersih, air yang
digunakan juga air bersih yang layak minum. Selain itu,
peralatan yang digunakan harus bersih dan orang yang
mengolah makanan juga harus menjaga kebersihan diri.
A. Sumber Dana
Anggaran yang digunakan untuk kegiatan pendidikan
gizi melalui pemberian makanan berbasis pangan lokal bagi
ibu hamil dan balita 2021 bersumber dari APBN DIPA Satuan
Kerja Direktorat Gizi Masyarakat Tahun Anggaran 2021
untuk 9 Kabupaten prioritas lokus stunting.
NO OUTPUT TERMIN I
1 Laporan dan dokumentasi pelaksanaan kegiatan minimal 5
kali pemberian makan (50% fisik pelaksanaan kegiatan)
2 Mitra Pelaksana harus membuat laporan LPJ Termin I
yang memuat:
Kwitansi pembelian bahan makanan dan bahan bakar
Kwitansi/tanda terima pembayaran jasa
penyelenggaraan makanan
Dokumentasi foto pelaksanaan kegiatan
Daftar hadir tim pelaksana, tim jasa penyelenggara
makanan dan sasaran
Laporan pelaksanaan kegiatan
3 Ketua Pelaksana Kegiatan dari Mitra Pelaksana menyusun
dan membuat Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja
(SPTB) Termin I yang merupakan rekapitulasi
pertanggungjawaban SPJ dari Tim Pelaksana di Desa yang
diverifikasi oleh Tim Pengawas dan disetujui oleh PPK
Direktorat Gizi Masyarakat untuk selanjutnya kemudian
dikirimkan ke Direktorat Gizi Masyarakat sebagai bentuk
pertanggungjawaban keuangan
b) Termin ke II sebesar 40% dari total nilai
Kontrak/Perjanjian Kerjasama. Pelaksanaan
termin ke II dimulai sejak terbitnya SP2D
NO PERSYARATAN PENGAJUAN DANA
1 Kelengkapan dokumen yang tercantum pada output termin
I yang sudah diverifikasi oleh Tim Pengawas dan PPK
Satker Direktorat Gizi Masyarakat
2 Melampirkan Rencana Penggunaan Dana (RPD) Termin II
sesuai dengan proposal yang telah disetujui
Direktorat Gizi Masyarakat
3 Mengajukan Surat Permohonan Pencairan Dana 40% yang
ditanda tangani oleh ketua Mitra Pelaksana.
4 Melampirkan kuitansi penerimaan uang yang telah
ditandatangani oleh Ketua Pelaksana Kegiatan dari
Pelaksana Kabupaten dan disahkan oleh PPK Satker
Direktorat Gizi Masyarakat.
5 Melampirkan Berita Acara Pembayaran (BAP) Termin II
yang ditandatangani oleh PPK Satker
Direktorat Gizi Masyarakat dan Ketua Mitra Pelaksana.
NO OUTPUT TERMIN II
1 Laporan dan dokumentasi pelaksanaan kegiatan minimal 5
kali pemberian makan sehingga total dari termin I dan
termin II adalah minimal 10 kali pemberian makan
2 Mitra Pelaksana harus membuat laporan LPJ termin II
yang memuat:
Kwitansi pembelian bahan makanan dan bahan bakar
Kwitansi/tanda terima pembayaran jasa
penyelenggaraan makanan
Dokumentasi foto pelaksanaan kegiatan
Daftar hadir tim pelaksana, tim jasa penyelenggara
makanan dan sasaran
Laporan pelaksanaan kegiatan
3 Ketua Mitra Pelaksana menyusun dan membuat Surat
Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB) termin II
yang merupakan rekapitulasi pertanggungjawaban SPJ
dari Tim Pelaksana di Desa yang diverifikasi oleh Tim
NO OUTPUT TERMIN II
Pengawas dan disetujui oleh PPK
Direktorat Gizi Masyarakat untuk selanjutnya kemudian
dikirimkan ke Direktorat Gizi Masyarakat sebagai bentuk
pertanggungjawaban keuangan.
b. Ketentuan Perpajakan
Ketentuan perpajakan pada Pendidikan Gizi melalui
Pemberian Makanan Berbasis Pangan Lokal bagi Ibu
Hamil dan Balita tahun 2021 dilaksanakan sesuai
dengan Peraturan Perpajakan yang berlaku.
Kementerian Kesehatan
Direktorat Gizi Masyarakat
Mitra pelaksana Pusat
Dinkes Provinsi
Mitra pelaksana provinsi
Dinkes kabupaten/kota
Mitra pelaksana kabupaten/kota
Puskesmas/
Mitra pelaksana Kecamatan
Keterangan:
Alur Pelaporan Koordinasi
Umpan Balik
BAB VI PENUTUP
Total 60 balita
Lampiran 4
Bulan/tahun:
No Kegiatan Bulan ke-2
Mg-1 Mg-2 Mg-3 Mg-4
1. Penyuluhan Gizi Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ
2. Demo Masak Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ
3. Pengukuran BB Ѵ
4. Kunjungan rumah Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ
Bulan/tahun:
No Kegiatan Bulan ke-3
Mg-1 Mg-2 Mg-3 Mg-4
1. Penyuluhan Gizi Ѵ Ѵ
2. Demo Masak Ѵ Ѵ
3. Post-test (kuesioner Ѵ
PSP)
4. Pengukuran BB Ѵ
5. Kunjungan rumah Ѵ Ѵ
Lampiran 6
Surat Perintah Bayar
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT
SATUAN KERJA DIREKTORAT GIZI MASYARAKAT
Saya yang bertanda tangan dibawah ini selaku Pejabat Pembuat Komitmen memerintahkan bendahara pengeluaran agar
melakukan pembayaran sejumlah :
Rp -
(terbilang)
Untuk Pembayaran : Biaya Perjalanan dinas dalam rangka Pelaksanaan Pendidikan Gizi dalam Pemberian Makanan
Tambahan Lokal bagi Ibu Hamil dan Balita di Puskesmas (nama puskemas), Kab. (nama
kabupaten) pada tanggal …………………2021
Atas dasar :
1. Kuitansi/Bukti Pembelian :
2. Nota/bukti Penerimaan barang/jasa :
(bukti lainnya)
Dibebankan pada : DIPA Satker Direktorat Gizi Masyarakat Tahun Anggaran 2021
Kegiatan, Output, MAK : 2080.QEA.004.051.B.524111
Kode :
Note:
Alur penggunaan dana dan pertanggung jawabannya akan
disesuaikan dengan mitra pelaksana
Lampiran 7
Jumlah Rp -
Bukti-bukti pengeluaran anggaran dan asli setoran pajak (SSP/BPN) tersebut di atas disimpan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran untuk kelengkapan administrasi dan
pemeriksaan aparat pengawasan fungsional.
Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sebesarnya.
Jakarta, ……………………………….
Pejabat Pembuat Komitmen, Bendahara Pengeluaran Pembantu Bendahara Pengeluaran,
Direktorat Gizi Masyarakat
Tito Achmad Satori, SKM, MKM Febriana Dwi Prastiwi, SSi Devita Septiarini, SE
NIP. 198101152005011002 NIP. 198802112010122002 NIP.198209212015032001
Lampiran 8
Cara penilaian: sikap negatif jika skor < 30, netral 30-40,dan
positif > 40.
C. Perilaku
Beri tanda centang (√) sesuai praktik Ibu!
Keterangan:
1: Tidak Pernah 4: Sering (5-6 kali)
2: Jarang (1-2 kali) 5: Selalu (setiap hari)
3: Kadang-kadang (3-4 kali)
No Pertanyaan 1 2 3 4 5
Berapa kali ibu memasak
MAKANAN POKOK (misalnya:
1
nasi, roti, mie, umbi-umbian)
seminggu yang lalu?
Berapa kali ibu memasak LAUK
PAUK (misalnya: telur, ikan,
2
tempe, ayam) seminggu yang
lalu?
Berapa kali ibu memasak
SAYURAN (misalnya: bayam,
3
kangkung, wortel, caisin)
seminggu yang lalu?
Berapa kali ibu memasak BUAH-
BUAHAN (misalnya: pisang,
4
nanas, pepaya, jeruk) seminggu
yang lalu?
Beri tanda centang (√) sesuai praktik Ibu!
Keterangan:
A. ½ piring
F. Tidak diberikan
No Pertanyaan A B C D E F
Dalam satu piring, berapa
porsi MAKANAN POKOK
5
yang ibu siapkan untuk
anak/ibu?
Dalam satu piring, berapa
6 porsi LAUK PAUK yang ibu
siapkan untuk anak/ibu?
Dalam satu piring, berapa
7 porsi SAYURAN yang ibu
siapkan untuk anak/ibu?
Dalam satu piring, berapa
porsi BUAH-BUAHAN yang
8
ibu siapkan untuk
anak/ibu?
Catatan: untuk nomor 5-8 pada bagian perilaku bila sasaran adalah ibu
hamil, maka pertanyaan tentang anak tidak perlu ditanyakan, begitu
juga sebaliknya.
D. Berat Badan Anak
a. Sebelum intervensi :………Kg (Status gizi:……………)
b. Setelah intervensi :………Kg (Status gizi:…………...)
Kabupaten/Provinsi : ………................
Puskesmas : ………................
Kecamatan/Desa : ………................
Keterangan jika
No. Pertanyaan Ya Tidak ada
permasalahan
Apakah dilakukan
pendidikan gizi pada awal
1.
kegiatan? Sebutkan siapa
yang melakukan!
Apakah ada media dan alat
bantu (leaflet, lembar balik,
buku menu) yang
2.
digunakan dalam
pendidikan gizi dan
kesehatan? Sebutkan!
Apakah pendidikan gizi
atau kesehatan dilakukan
3.
setiap ada demo masak
atau kunjungan?
Apakah pendidikan gizi
atau kesehatan dilakukan
4.
setiap ada demo masak
atau kunjungan?
Apakah materi yang
5. disampaikan sesuai
dengan tujuan kegiatan?
Keterangan jika
No. Pertanyaan Ya Tidak ada
permasalahan
Apakah ada kendala yang
ditemukan dalam
6. pelaksanaan pendidikan
gizi dan kesehatan?
Sebutkan!
Apakah ada praktik demo
masak? Sebutkan berapa
7.
kali dan siapa yang
melakukan!
Apakah ada media buku
resep yang digunakan
dalam demo masak?
8.
Sebutkan menu yang
dipraktikkan dalam demo
masak!
Apakah ada hambatan
9. dalam pelaksanaan demo
masak? Sebutkan!
Lampiran 10
Formulir Pemberian Makanan Berbasis Pangan Lokal
Provinsi :
Kabupaten :
Puskesmas :
Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Direktorat Gizi Masyarakat
Jakarta, 2021
Penasehat:
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat
Direktur Gizi Masyarakat
Penyusun (Alfabet):
Aila Nadiya, Dewi Astuti, Eko Prihastono, Evi Fatimah, Heny Purbaningsih,
Ivonne Kusumaningtias, Kartika Wahyu Dwi Putra, Lia Rahmawati Susila,
Mahmud Fauzi, Mursalim, Tito Achmad Satori, Tiska Yumeida, Yosneli
Editor (Alfabet):
Aulia Hardiningsih, Devvi Yunitasari Widyaningrum,
Nyimas Septiani Wulandari
Diterbitkan oleh:
Kementerian Kesehatan RI