Anda di halaman 1dari 25

Pendahuluan

Setiap bahan makanan mempunyai susunan kimia yang berbeda-beda dan


mengandung zat gizi yang bervariasi pula baik jenis maupun jumlahnya. Baik secara
sadar maupun tidak sadar manusia mengkonsumsi makanan untuk kelangsungan
hidupnya. Dengan demikian jelas bahwa tubuh manusia memerlukan zat gizi atau zat
makanan, untuk memperoleh energy guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari, untuk
memelihara proses tubuh dan untuk tumbuh dan berkembang khususnya bagi yang
masih dalam pertumbuhan.1
Kebutuhan zat-zat makanan oleh tubuh setiap hari tergantung dari banyak factor,
antara lain, jenis kelamin, umur, jenis pekerjaan dan pada keadaan tertentu seperti ibu
yang sedang hamil dan menyusui. Kekurangan dan kelebihan zat makanan dalam
tubuh seseorang akan menimbulkan masalah kesehatan tersendiri. Kekurangan akan
menimbulkan penyakit busung lapar pada anak-anak, anemia dan lainnya, serta tubuh
mudah sekali terserang penyakit.2
Dalam tinjauan pustaka ini akan dibahas mengenai gizi masyarakat. Mulai dari
program gizi yang diselenggarakan pemerintah, peran serta posyandu dan masyarakat,
promosi kesehatan di bidang gizi, system rujukan dan bagaimana system surveilans
gizi yang ada di Indonesia.

Kesehatan Ibu dan Anak


Program Gizi
Program Perbaikan Gizi Masyarakat adalah salah satu program pokok Puskesmas
yaitu program kegiatan yang meliputi peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan
Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Iodium
(GAKI), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan Surveilans Gizi, dan
Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.
Kegiatan-kegiatan program ini ada yang dilakukan harian, bulanan, smesteran (6
bulan sekali) dan tahun (setahun sekali) serta beberapa kegiatan investigasi dan
intervensi yang dilakukan setiap saat jika ditemukan masalah gizi misalnya ditemukan
adanya kasus gizi buruk. Kegiatan program Perbaikan Gizi Masyarakat dapat
dilakukan dalam maupun di luar gedung Puskesmas. 3

Kegiatan Program Gizi Harian

Peningkatan pemberian ASI Eksklusif adalah Pemberian ASI tanpa makanan


dan minuman lain pada bayi berumur nol sampai dengan 6 bulan

Pemberian MP-ASI anak umur 6- 24 bulan adalah pemberian makanan


pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin selama 90
hari.

Pemberian tablet besi (90 tablet) pada ibu hamil adalah pemberian tablet besi
(90 tablet) selama masa kehamilan.

Pemberian PMT pemulihan pada Keluarga Miskin adalah balita keluarga


miskin yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi di
wilayah puskesmas

Kegiatan investigasi dan intervensi yang dilakukan setiap saat jika ditemukan
masalah gizi misalnya ditemukan adanya kasus gizi buruk.

Kegiatan Program Gizi Bulanan

Pemantauan Pertumbuhan Berat Badan Balita (Penimbangan Balita) adalah


pengukuran berat badan balita untuk mengetahui pola pertumbuhan dan
perkembangan berat badan balita.

Kegiatan konseling gizi dalam rangka peningkatan pendidikan gizi dan


Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.

Kegiatan program gizi yang dilakukan semesteran (6 bulan sekali), yaitu Pemberian
Kapsul Vitamin A (Dosis 200.000 SI) pada balita adalah pemberian kaspsul vitamin
A dosis tinggi kepada bayi dan anak balita secara periodik yaitu untuk bayi diberikan
setahun sekali pada bulan Februari dan Agustus dan untuk anak balita enam bulan
sekali dan secara serentak dalam bulan Februari dan Agustus. 3
Kegiatan Program Gizi Tahunan

Pemantauan Status Gizi balita

Pemantaun konsumsi gizi

Pemantauan penggunaan garam beryodium

Pelaksana program Gizi di Puskesmas dilakukan oleh tenaga gizi berpendidikan D1


(Asisten Ahli Gizi) dan DIII (Ahli Madya Gizi) serta S1/D4 Gizi (Sarjana Gizi) yang
khusus dipersiapkan atau mahir dalam Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat
atau sebagai tenaga profesinal di bidang gizi. Pelaksana Program Gizi dapat juga
dilakukan oleh tenaga kesehatan lain yang telah dilatih dalam pelaksanaan program
gizi puskesmas. 3
Jenis Pelatihan Tenaga Gizi

Pelatihan konseling ASI

Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita

Pelatihan Konseling MP-ASI

Pelatihan Tatalaksana Gizi Buruk

Pelatihan pengelolaan Program Gizi Puskesmas

Dan beberapa pelatihan gizi lainnya yang dilakukan untuk meningkatkan


kemampuan petugas dalam melaksanakan program gizi di masyarakat.

Pedoman Program Gizi

Buku Surveilans Gizi

Buku Pegangan Kader Posyandu

Buku Manajemen pemberian Vitamin A

Buku Manajemen Pemberian Tablet Fe

Buku Pedoman Pemberian ASI

Buku Pedoman MP-ASI

Buku Pedoman Pemberian Garam Beryodium

Buku Standar Pemantauan Pertumbuhan Berat Badan Balita

Buku Pengelolaan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (ASI untuk usia 6-24
3

bulan)

Buku-buku pedoman ini telah dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI, juga telah
dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Propinsi bahkan agar lebih operasional bukubuku tersebut telah juga dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Pengawasan, evaluasi dan bimbingan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/kota biasanya
dilakukan dalam bentuk sebagai berikut : 3
1.

Kunjungan Petugas Dinas Kesehatan Kabupaten/kota untuk melakukan


supervisi atau bimbingan tehnis program gizi pada setiap tahunnya.

2.

Umpan balik Laporan (feedbeck) laporan cakupan selama setahun dari Dinas
Kesehatan kabupaten /kota dari laporan rekapitulasi puskesmas yang dikirm
setiap bulan di Dinas Kabupaten/kota.

3.

Pertemuan monitoring dan evaluasi program gzi ditingkat Kabupaten /kota.

Beberapa Output dari program Gizi masyarakat yang dilaksanakan di Puskesmas


diperoleh dari buku register (pencatatan) setiap kegiatan yang kemudian dibuatkan
laporan per posyandu atau setiap unit pelayanan gizi, direkapitulasi menjadi perdesa
dan selanjutnya dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dalam bentuk laporan
bulanan, smester dan tahunan. Setiap laporan dapat memberikan gambaran tempat,
waktu, person (sasaran). 3
Jumlah sasaran (person) biasanya dibuat atau telah disepakati/ditetapkan oleh Dinas
Kesehatan kabupaten/kota atau sumber yang telah ada di Puskesmas sebagai hasil
dari pendataan sasaran program. 3
Output Program Gizi
1.

Jumlah anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin yang mendapat MP-ASI

2.

Jumlah Balita yang memiliki KMS, jumlah balita yang ditimbang, Naik Berat
Badannya termasuk juga Balita dengen Berat Badan dibawah Garis Merah
(BGM) pada KMS

3.

Jumlah Balita mendapatkan Kapsul Vitamin A

4.

Jumlah Balita mendapatkan tablet F3 dengan 90 tablet selama kehamilan.

5.

Gambaran Status Gizi Balita

6.

Gambaran Konsumsi Gizi

7.

Gambaran penggunaan Garam Beryodium

8.

Laporan hasil Investigas dan Intervensi Gizi buruk. Dan beberapa laporan
lainnya.

Demikian Program Gizi Masyarakat di Puskesmas yang fungsi utama pelaksanannya


adalah mempersiapkan, memelihara dan mempertahakan agar setiap orangterutama kelompok rawan ibu hamil, bayi, ibu menyusui, anak balita
mempunyai status gizi baik, dapat hidup sehat dan produktif. Fungsi ini dapat
terwujud kalau setiap petugas dalam melaksanakan program gizi dilakukan dengan
baik dan benar sesuai komponen-komponen yang harus ada dalam program perbaikan
gizi masyarakat di Puskesmas. 3

Kartu Menuju Sehat (KMS)


Kartu Menuju Sehat untuk Balita (KMS-Balita) adalah alat yang sederhana dan
murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak.
Oleh karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu
dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan,
termasuk bidan dan dokter. KMS-Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu
dan keluarga untuk memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan
atau ketidakseimbangan pemberian makan pada anak.4
KMS-Balita juga dapat dipakai sebagai bahan penunjang bagi petugas kesehatan
untuk menentukan jenis tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi
anak untuk mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan kesehatannya.4
KMS balita berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak,
imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan
anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan
anak dan rujukan ke Puskesmas/RS. KMS balita juga berisi pesan-pesan penyuluhan
kesehatan dan gizi bagi orang tua balita tentang kesehatan anaknya.4

Manfaat KMS-Balita adalah: 4

Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara
lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi,
penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak
pemberian ASI eksklusif, dan Makanan Pendamping ASI.

Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak

Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan
penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.

Berdasarkan catatan hasil penimbangan, perkembangan, serta keadaan kesehatan anak


dalam KMS-Balita, kader/petugas kesehatan dapat melakukan konseling atau dialog
dengan ibu balita tentang pertumbuhan anaknya serta membantu ibu dalam
memecahkan masalah pertumbuhan anaknya. Konseling tersebut dilakukan setelah
mencatat hasil penimbangan anak pada KMS-Balita. Sebelum melakukan konseling,
kader/petugas kesehatan dapat menggali secara mendalam tentang hal-hal yang
berkaitan dengan hasil penimbangan bulan ini, sesuai dengan arah grafik.4

Gambar 1. Kartu Menuju Sehat


Beberapa kemungkinan dari hasil pencatatan berat badan balita pada KMS adalah:4

Grafik pertumbuhan anak naik berkaitan dengan nafsu makan anak yang
baik/meningkat berarti ibu telah cukup memberikan makanan dengan gizi
seimbang.

Grafik pertumbuhan tidak naik bisa dikaitkan dengan nafsu makan anak menurun
karena sakit, atau karena ibunya sakit (pola asuh tidak baik), atau sebab lain yang
perlu digali dari ibu.

Dengan demikian isi atau pesan-pesan yang diberikan disesuaikan dengan grafik
pertumbuhan anak tersebut dan disesuaikan dengan penjelasan ibunya tentang
keadaan kesehatan anaknya.4
Posyandu
Pengertian
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan bayi.5
Pengintegrasian layanan sosial dasar di Posyandu adalah suatu upaya mensinergikan
berbagai layanan yang dibutuhkan masyarakat meliputi perbaikan kesehatan dan gizi,
pendidikan dan perkembangan anak, peningkatan ekonomi keluarga, ketahanan
pangan keluarga dan kesejahteraan sosial.
UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas dasar
kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan
bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya.
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non instruktif,
guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu
mengidentifikasi masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki, merencanakan dan
melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat.5
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah proses pemberian informasi
kepada individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus menerus dan
berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu klien, agar

klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek pengetahuan
atau knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek sikap atau attitude), dan dari mau
menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek tindakan atau
practice).
Pelayanan kesehatan dasar di Posyandu adalah pelayanan kesehatan yang mencakup
sekurang-kurangnya 5 (lima) kegiatan, yakni Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
Keluarga Berencana (KB), imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare.5
Tujuan
1. Tujuan Umum
Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi
(AKB) dan Angka Kematian Anak Balita (AKABA) di Indonesia melalui upaya
pemberdayaan masyarakat.5
2. Tujuan Khusus

Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar,


terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.

Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu, terutama


berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.

Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar, terutama


yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.5

Sasaran
Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya: bayi, balita, ibu hamil, ibu
nifas dan ibu menyusui, pasangan usia subur.5
Fungsi
Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan keterampilan dari
petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat dalam rangka mempercepat
penurunan AKI, AKB dan AKABA.

Dan, sebagai wadah untuk mendekatkan

pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan
AKABA.5
Manfaat
1. Bagi Masyarakat

Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan


kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan
AKABA.

Memperoleh layanan secara profesional dalam pemecahan masalah kesehatan


terutama terkait kesehatan ibu dan anak.

Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar terpadu dan


pelayanan sosial dasar sektor lain terkait.5

2. Bagi Kader, pengurus Posyandu dan tokoh masyarakat

Mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang upaya kesehatan yang terkait


dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA

Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat


menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan penurunan AKI, AKB dan
AKABA.5

3. Bagi Puskesmas

Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan


berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan
kesehatan perorangan primer dan pusat pelayanan kesehatan masyarakat
primer.5

Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah


kesehatan sesuai kondisi setempat.

Mendekatkan akses pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat.5

4. Bagi sektor lain

Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah


kesehatan dan sosial dasar lainnya, terutama yang terkait dengan upaya
penurunan AKI, AKB dan AKABA sesuai kondisi setempat.

Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai


dengan tugas, pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing sektor.5

Lokasi

Posyandu berada di setiap desa/kelurahan atau sebutan lainnya yang sesuai. Bila
diperlukan dan memiliki kemampuan, dimungkinkan untuk didirikan di RW, dusun,
atau sebutan lainnya yang sesuai.5

Pengorganisasian
Struktur organisasi Posyandu ditetapkan oleh musyawarah masyarakat pada saat
pembentukan Posyandu. Struktur organisasi tersebut bersifat fleksibel, sehingga dapat
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, kondisi, permasalahan dan kemampuan
sumberdaya. Struktur organisasi minimal terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara
serta kader Posyandu yang merangkap sebagai anggota. 5
Kemudian dari beberapa Posyandu yang ada di suatu wilayah (desa/kelurahan atau
dengan sebutan lain), selayaknya dikelola oleh suatu Unit/Kelompok Pengelola
Posyandu yang keanggotaannya dipilih dari kalangan masyarakat setempat. Unit
Pengelola Posyandu tersebut dipimpin oleh seorang ketua, yang dipilih dari para
anggotanya. Bentuk organisasi Unit Pengelola Posyandu, tugas dan tanggung jawab
masing- masing unsur Pengelola Posyandu, disepakati dalam Unit/Kelompok
Pengelola Posyandu bersama masyarakat setempat. 5
Contoh alternatif Bagan Kepengurusan Pengorganisasi Posyandu di desa/kelurahan
atau sebutan lainnya sebagai berikut:

Gambar 2. Bagan kepengurusan pengorganisasian posyandu di desa atau kelurahan.


Pengelola Posyandu adalah unsur masyarakat, lembaga kemasyarakatan, organisasi
10

kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, lembaga mitra pemerintah, dan dunia


usaha yang dipilih, bersedia, mampu, dan memiliki waktu dan kepedulian terhadap
pelayanan sosial dasar masyarakat di Posyandu. 5

Pengelola Posyandu dipilih dari dan oleh masyarakat pada saat musyawarah
pembentukan Posyandu. Kriteria pengelola Posyandu antara lain sebagai berikut: 5
1. Diutamakan berasal dari para dermawan dan tokoh masyarakat setempat.
2. Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu memotivasi
masyarakat.
3. Bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat.
Kader Posyandu
Kader Posyandu yang selanjutnya disebut kader adalah anggota masyarakat yang
bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan Posyandu
secara sukarela. 5

Sistem Rujukan
Mekanisme hubungan kerja yang memadukan satu strata pelayanan dengan strata
pelayanan kesehatan lain banyak macamnya. Salah satu di antaranya dikenal dengan
nama system rujukan (referral system), Indonesia juga menganut system rujukan ini,
seperti yang dapat dilihat dalam Sistem Kesehatan Nasional. Inilah sebabnya
pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia, dibedakan atas beberapa strata seperti
misalnya Rumah Sakit yang dibedakan atas beberapa kelas, mulai dari D pada tingkat
yang paling bawah sampai ke kelas A pada tingkat yang paling atas. 6
Adapun yang dimaksud dengan system rujukan di Indonesia, seperti yang telah
dirumuskan dalam SK Menteri Kesehatan RI No. 32 tahun 1972 ialah suatu system
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung
jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara
vertical dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih
mampu atau secara horizontal dalam arti unit-unit yang setingkat kemampuannya. 6
1. Rujukan kesehatan

11

Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya pencegahan penyakit dan


peningkatan derajat kesehatan. Dengan demikian rujukan kesehatan pada
dasarnya berlaku untuk pelayanan kesehatan masyarakat (public health
services). Rujukan kesehatan dibedakan atas tiga macam yakni rujukan
teknologi, sarana dan operasional.
2. Rujukan medik
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit serta
pemulihan kesehatan. Dengan demikian rujukan medic pada dasarnya berlaku
untuk pelayanan kedokteran (medical services). Sama halnya dengan rujukan
kesehatan, rujukan medic ini dibedalan atas tiga macam yakni rujukan
penderita, pengetahuan dan bahan-bahan pemeriksaan.
Apabila system rujukan ini dapat terlaksanan, dapat diharapkan terciptanya pelayanan
kesehatan yang menyeluruh dan terpadu. Beberapa manfaat juga akan diperoleh yang
jika ditinjau dari unsur pembentuk pelayanan kesehatan terlihat sebagai berikut: 6
1. Dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan
Jika ditinjau dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan kesehatan
(policy maker), manfaat yang akan diperoleh antara lain:
a. membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai
macam peralatan kedokteran pada setiap sarana kesehatan,
b. memperjelas system pelayanan kesehatan, karena terdapat hubungan kerja
antara berbagai sarana kesehatan yang tersedia,
c. memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek perencanaan.
2. Dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan
Jika ditinjau dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan (health
consumer), manfaat yang akan diperoleh antara lain:
a. meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang
sama secara berulang-ulang,
b. mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah
diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana pelayanan
kesehatan.

12

3. Dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan


Jika ditinjau dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan
kesehatan (health provider), manfaat yang akan diperoleh antara lain:
a.

memperjelas jenjang karier tenaga kesehatan dengan berbagai akibat


positif lainnya seperti semangat kerja, ketekunan dan dedikasi,

b.

membantu peningkatan pengetahuan dan keterampilan yakni melalui


kerjasama yang terjalin,

c.

memudahkan dan atau meringankan beban tugas, karena setiap sarana


kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu.

Jenjang Pelayanan Kesehatan


Berdasarkan tingkat pelayanan kesehatan maka jenjang pelayanan kesehatan
dibedakan atas lima, yakni: 7

Gambar 3. Lima jenjang pelayanan kesehatan.


Secara skematis ke lima jenjang pelayanan kesehatan tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut: 7

13

Gambar 4. Skema lima jenjang pelayanan kesehatan.


Jalur Rujukan
Rujukan pelayanan medis: 7

Antara masyarakat dengan puskesmas

Antara puskesmas pembantu/bidan di Desa dengan puskesmas

Intern petugas puskesmas/puskesmas rawat inap

Antar puskesmas atau puskesmas dengan rumah sakit, atau fasilitas pelayanan
lainnya.

Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat: 7

Dari puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Dari puskesmas ke instansi lain yang lebih kompeten baik intrasektoral


maupun lintas sektoral

Bila rujukan di tingkat Kabupaten Kota masih belum mampu menanggulangi,


bisa diteruskan ke Propinsi/Pusat.

Promosi Kesehatan
Usaha Perbaikan Gizi Keluarga di Indonesia
Program Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang merupakan salah satu
program promosi dan proteksi kesehatan dan telah direkomendasikan oleh WHO

14

terhadap kemungkinan terjadinya kekurangan gizi pada masyarakat Indonesia serta


dikelola antar departemen sejak tahun delapan puluhan telah berhasil dan diterima
oleh masyarakat. Namun belakangan ini setelah bergulirnya reformasi dan otonomi
daerah, program UPGK ternyata tidak lagi berjalan sebagaimana mestinya dengan
munculnya berbagai kasus busung lapar dan penyakit polio di beberapa daerah. Salah
satu penyebabnya belakangan ini hampir semua Posyandu di Indonesia tidak aktif,
sedangkan peran posyandu adalah ujung tombak sukses atau tidaknya program
kegiatan UPGK di masyarakat. 2

Tujuan Umum UPGK


Meningkatkan dan membina keadaan gizi seluruh anggota masyarakat. 2
Tujuan Khusus UPGK
1. Partisipasi dan pemerataan kegiatan

Semua anggota masyarakat ikut serta aktif dalam penyelenggaraan


kegiatan. Penanggung jawab kegiatan adalah anggota masyarakat
setempat yang telah mendapat pelatihan.

Di daerah, kegiatan UPGK meluas sampai ke semua dukuh.

Pada setiap dukuh, semua balita, ibu hamil dan ibu menyusui tercakup
dalam kegiatan ini. 2

2. Perubahan tingkah laku agar mendukung tercapainya perbaikan gizi

Semua balita ditimbang setiap bulan, dan hasil timbangannya dicatat di


Kartu Menuju Sehat (KMS).

Semua bayi disusui ibunya sampai usia 2 tahun atau lebih, dan
mendapat makanan lain yang sesuai dengan kebutuhannya.

Semua anak yang berumur 1-5 tahun mendapat satu kapsul vitamin A
dosis tinggi setiap 6 bulan.

15

Semua anak yang mencret segera diberi minum Laruta Gula Garam
atau Larutan Oralit.

Setiap ibu hamil minum 1 tablet Tambah Darah tiap bulan mulai usia
kehamilan 7-9 bulan.

Setiap pekarangan dimanfaatkan untuk bahan makanan bergizi untuk


keluarga.

Setiap pasangan usia subur mengerti dan mengikuti Keluarga


Berencana. 2

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)


Kriteria keluarga mandiri sadar gizi: 8
1. Biasa makan beraneka ragam makanan.
2. Selalu memantau kesehatan dan pertumbuhan anggota keluarganya (menimbang
berat badan), khususnya balita dan ibu hamil.
3. Biasa menggunakan garam beryodium.
4. Memberi dukungan kepada ibu melahirkan agar memberikan ASI saja pada bayi
sampai umur 4 bulan.
5. Biasa makan pagi.
Keluarga dikatakan Kadarzi, bila dapat melaksanakan seluruh perilaku tersebut. Jika
salah satu perilaku belum dapat dilaksanakan, maka keluarga tersebut belum Kadarzi.8
Pengaktifan Peran Masyarakat
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan
keterampilan petugas dalam rangka memberikan pelayanan dan penanganan gizi yang
berkualitas. Selain itu kegiatan ini untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan
perilaku masyarakat tentang gizi. 9
Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi
Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi adalah upaya meningkatkan partisipasi
dan kepedulian pemangku kepentingan secara terencana dan terkoordinasi untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat menerapkan gizi
16

seimbang dalam kehidupan sehari-hari menuju manusia Indonesia prima. 9


Kegiatan Pokok Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi
a) Kampanye tingkat Nasional dan Daerah
b) Peningkatan kapasitas petugas di tingkat nasional, provinsi
Sosialisasi Pencegahan dan Penanggulangan Stunting
Kegiatan sosialisasi ini bertujuan memperoleh pemahaman yang sama tentang
penerapan pencegahan dan penanggulangan stunting. Sasaran pesertanya adalah
pemangku kepentingan dari dinas kesehatan provinsi, lintas sektor dan lintas
program.9
Akselerasi Perbaikan Gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan Dalam Rangka
Pencegahan dan Penanggulangan Stunting
Kegiatan akselerasi ini bertujuan mempercepat status gizi dan kesehatan ibu dan anak
pada periode 1000 hari yaitu 270 hari selama kehamilannya dan 730 hari pada
kehidupan pertama bayi yang dilahirkannya dengan sasaran pemangku kepentingan
dari dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota serta lintas sektor dan lintas
program. 9
Sosialisasi dan Advokasi Penanggulangan Masalah GAKI
Bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan dukungan dari lintas sektor terkait
dalam penanggulangan masalah GAKI di tingkat kabupaten. Salah satu output-nya
adalah terbentuknya Tim GAKI tingkat Kabupaten. 9
Advokasi Pengembangan Taburia Di 7 (Tujuh) Provinsi Terpilih
Bertujuan untuk meningkatkan kepedulian atau dukungan dari penentu kebijakan di
daerah terkait pelaksanaan pemberian taburia. Advokasi dilakukan di 7 (Tujuh)
provinsi terpilih yaitu Provinsi Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan
Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara. 9
Sosialisasi Surveilans Gizi Dan SMS Gateway
Pada tahun 2012 telah dikembangkan aplikasi pelaporan kasus balita gizi buruk
dengan SMS gateway. Untuk pelaksanaan aplikasi tersebut akan dilaksanakan
sosialisasi, yang bertujuan untuk menyebarkan informasi kegiatan surveilans gizi dan
pelaporan kasus balita gizi buruk dengan SMS gateway. Adapun sasaran dari kegiatan
17

ini adalah pengelola gizi tingkat Pusat, pengelola gizi provinsi dan Perguruan
Tinggi/Poltekes. 9
Surveillance Gizi
Pengertian
Surveilans gizi yang dimaksud adalah suatu proses pengumpulan, pengolahan dan
diseminasi informasi hasil pengolahan data secara terus menerus dan teratur tentang
indikator yang terkait dengan kinerja pembinaan gizi masyarakat. 10

Prinsip-Prinsip Dasar

Tersedia data yang akurat dan tepat waktu

Ada proses analisis atau kajian data

Tersedianya informasi yang sistematis dan terus menerus

Ada proses penyebarluasan informasi, umpan balik dan pelaporan

Ada tindak lanjut sebagai respon terhadap perkembangan informasi

Manfaat
Kegiatan surveilans gizi bermanfaat untuk memberikan informasi pencapaian kinerja
dalam rangka pengambilan tindakan segera, perencanaan jangka pendek dan
menengah serta perumusan kebijakan, baik di kabupaten/kota, provinsi dan pusat.
Selain itu kegiatan surveilans gizi juga bermanfaat untuk mengevaluasi pencapaian
kinerja pembinaan gizi masyarakat. 10
Kegiatan Surveillance Gizi
Kegiatan surveilans gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan data,
penyajian serta diseminasi informasi bagi pemangku kepentingan. Informasi dari
surveilans gizi dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan untuk melakukan
tindakan segera maupun untuk perencanaan program jangka pendek, menengah
maupun jangka panjang serta untuk perumusan kebijakan, seperti terlihat pada
gambar di bawah ini. 10

18

Gambar 5. Skema pelaksanaan surveilans gizi.


1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan dari berbagai
kegiatan surveilans gizi sebagi sumber informasi, yaitu: 10

Kegiatan rutin yaitu penimbangan bulanan, pemantauan dan pelaporan


kasus gizi buruk, pendistribusian tablet Fe ibu hamil, pendistribusian
kapsul vitamin A balita, dan pemberian ASI Eksklusif.

Kegiatan survei khusus yang dilakukan berdasarkan kebutuhan, seperti


konsumsi garam beriodium, pendistribusian MP-ASI dan PMT,
pemantauan status gizi anak dan ibu hamil dan Wanita Usia Subur
(WUS) risiko Kurang Energi Kronis (KEK) atau studi yang berkaitan
dengan masalah gizi lainnya.

Gambar menunjukkan berbagai data dan sumbernya pada kegiatan surveilans gizi. 10

19

Gambar 6. Sumber data pada kegiatan surveilans gizi.


Dalam pelaksanaan pengumpulan data, bila ada puskesmas yang tidak melapor atau
melapor tidak tepat waktu, data laporan tidak lengkap dan atau tidak akurat maka
petugas Dinkes Kabupaten/Kota perlu melakukan pembinaan secara aktif untuk
melengkapi data. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui telepon, Short Message
Service (SMS) atau kunjungan langsung ke puskesmas. 10
2. Pengolahan Data dan Penyajian Informasi
Pengolahan data dapat dilakukan secara deskriptif maupun analitik, yang
disajikan dalam bentuk narasi, tabel, grafik dan peta.

20

Gambar 7. Mekanisme dan alur pelaporan, umpan balik serta koordinasi


pelaksanaan surveilans gizi.

3. Diseminasi Informasi
Diseminasi informasi dilakukan untuk menyebarluaskan informasi surveilans
gizi kepada pemangku kepentingan. Kegiatan diseminasi informasi dapat
dilakukan dalam bentuk pemberian umpan balik, sosialisasi atau advokasi.
Umpan balik merupakan respon tertulis mengenai informasi surveilans gizi
yang dikirimkan kepada pemangku kepentingan pada berbagai kesempatan
baik pertemuan lintas program maupun lintas sektor.
Sosialisasi merupakan penyajian hasil surveilans gizi dalam forum koordinasi
atau forum-forum lainnya sedangkan advokasi merupakan penyajian hasil
surveilans gizi dengan harapan memperoleh dukungan dari pemangku
kepentingan. 10
Pelaporan dan Umpan Balik Serta Koordinasi
Mekanisme dan alur pelaporan, umpan balik serta koordinasi pelaksanaan surveilans

21

gizi digambarkan sebagai berikut: 10

Laporan kegiatan surveilans dilaporkan secara berjenjang sesuai sumber data


(bisa mulai dari Posyandu atau dari Puskesmas)

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi berkoordinasi


dengan Rumah Sakit (RS)2 Pusat/Provinsi/Kabupaten/ Kota tentang data
terkait, seperti data kasus gizi buruk yang mendapat perawatan.

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengirimkan rekapitulasi laporan dari


Puskesmas (Kecamatan) dan dari RS Kabupaten/Kota ke Dinas Kesehatan
Provinsi dan Direktorat Bina Gizi, Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan
Anak, Kementerian Kesehatan RI, sesuai dengan frekuensi pelaporan.

Umpan balik hasil kegiatan surveilans disampaikan secara berjenjang dari


Pusat ke Provinsi setiap 3 bulan atau setiap saat bila terjadi perubahan kinerja,
dari Provinsi ke Kabupaten/Kota dan dari Kabupaten/Kota ke Kecamatan
(Puskesmas) serta Desa/Kelurahan (Posyandu) sesuai dengan frekuensi
pelaporan pada setiap bulan berikutnya.

Indikator Keberhasilan Pelaksanaan Kegiatan Surveillance Gizi


Untuk mengetahui keberhasilan kegiatan surveilans gizi perlu ditetapkan indikator
atau parameter objektif yang dapat dipahami dan diterima oleh semua pihak. Dengan
menggunakan indikator tersebut diharapkan dapat diketahui keberhasilan kegiatan
surveilans gizi, dan dapat pula digunakan untuk membandingkan keberhasilan
kegiatan surveilans gizi antar wilayah. 9
Penentuan indikator keberhasilan kegiatan surveilans gizi didasarkan pada: 9
A. Indikator Input

Adanya tenaga manajemen data gizi yang meliputi pengumpul data dari
laporan rutin atau survei khusus, pengolah dan analis data serta penyaji
informasi

Tersedianya instrumen pengumpulan dan pengolahan data

22

Tersedianya sarana dan prasarana pengolahan data

Tersedianya biaya operasional surveilans gizi

B. Indikator Proses

Adanya proses pengumpulan data

Adanya proses editing dan pengolahan data

Adanya proses pembuatan laporan dan umpan balik hasil surveilans gizi

Adanya proses sosialisasi atau advokasi hasil surveilans gizi

C. Indikator Output

Tersedianya informasi gizi buruk yang mendapat perawatan

Tersedianya informasi balita yang ditimbang berat badannya (D/S)

Tersedianya informasi bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif

Tersedianya informasi rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium

Tersedianya informasi balita 6-59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A

Tersedianya informasi ibu hamil mendapat 90 tablet Fe

Tersedianya informasi kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi

Tersedianya informasi penyediaan bufferstock MP-ASI untuk daerah bencana

Tersedianya informasi data terkait lainnya (sesuai dengan situasi dan kondisi
daerah)

Kesimpulan
Kebutuhan zat-zat makanan oleh tubuh setiap hari tergantung dari banyak factor,
antara lain, jenis kelamin, umur, jenis pekerjaan dan pada keadaan tertentu seperti ibu
yang sedang hamil dan menyusui. Kekurangan dan kelebihan zat makanan dalam
tubuh seseorang akan menimbulkan masalah kesehatan tersendiri. Kekurangan akan
menimbulkan penyakit busung lapar pada anak-anak, anemia dan lainnya, serta tubuh
mudah sekali terserang penyakit.

23

Program Perbaikan Gizi Masyarakat adalah salah satu program pokok Puskesmas
yaitu program kegiatan yang meliputi peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan
Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Iodium
(GAKI), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan Surveilans Gizi, dan
Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.
Kegiatan-kegiatan program ini ada yang dilakukan harian, bulanan, smesteran (6
bulan sekali) dan tahun (setahun sekali) serta beberapa kegiatan investigasi dan
intervensi yang dilakukan setiap saat jika ditemukan masalah gizi misalnya ditemukan
adanya kasus gizi buruk. Kegiatan program Perbaikan Gizi Masyarakat dapat
dilakukan dalam maupun di luar gedung Puskesmas.
Selain daripada program gizi puskesmas juga diperlukan bantuan dari posyandu dan
keaktifan peran masyarakat. Diperlukan pula usaha promosi kesehatan dibidang gizi
yaitu Usaha Perbaikan Gizi Keluarga dan Keluarga Sadar Gizi. Setelah semua usaha
ini dilakukan yang tidak kalah penting adalah kegiatan surveilans gizi yang bertujuan
memberikan informasi ke pusat mengenai kasus-kasus gizi yang ada sehingga pusat
dapat merenspons dan akhirnya kasus-kasus gizi dapat tertangani secara baik.

Daftar Pustaka
1. Suhardjo dan Kusharto CM. Prinsip-prinsip ilmu gizi. Yogyakarta: Kanisius;
2000. h. 1-2.
2. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan dan komunitas. Jakarta: EGC; 2006.
h. 227-54.
3. Ali AR. Program perbaikan gizi masyarakat di puskesmas. 3 April 2012.
Diakses dari: http://dinkes.polewalimandarkab.go.id/program-perbaikan-gizimasyarakat-puskesmas/, 29 Juni 2013.
4. Kartu

menuju

sehat.

Departemen

Kesehatan

RI.

Diunduh

dari:

http://gizi.depkes.go.id/pedoman-gizi/download/KMSbaganrev.doc
5. Pedoman umum pengelolaan posyandu. Kementrian Kesehatan RI; 2011. h.
11-43.

Diunduh

dari:

http://www.promkes.depkes.go.id/index.php/mediaroom/pedoman-dan-buku?
download=2:pedoman-umum-posyandu

24

6. Azwar A. Pengantar administrasi kesehatan. Tangerang: Bina Rupa Aksara;


2010. h. 49-51.
7. Pedoman manajemen puskesmas. Proyek Kesehatan Keluarga dan Gizi.
Departemen

Kesehatan;

2002.

h.

57-60.

Diunduh

dari:

http://agus34drajat.files.wordpress.com/2010/10/pedoman-manajemenpuskesmas.pdf
8. Keluarga

sadar

gizi.

Departemen

Kesehatan

RI.

Diunduh

dari:

http://gizi.depkes.go.id/pedoman-gizi/download/kadarzi.doc
9. Rencana kerja pembinaan masyarakat tahun 2013. Direktorat Jendral Bina
Gizi dan KIA. Kementrian Kesehatan RI; 2013. h. 17-9. Diunduh dari:
http://gizi.depkes.go.id/download/Pedoman%20Gizi/bk%20rencana%20kerja
%20gizi%20FINAL.pdf
10. Petunjuk pelaksanaan surveilans gizi. Kementrian Kesehatan RI; 2012. h. 121. Diunduh dari: http://gizi.depkes.go.id/download/Pedoman%20Gizi/NewBuku-Surveilans-Final1.pdf

25

Anda mungkin juga menyukai