Disusun oleh:
Kelompok 1 / KELAS A- 2013
1. Febrianto P. Simanullang
2. Rani Christrina P. Saragih
3. Laila Fitriana
4. Marya Yenita Sitohang
5. Putri Desriani
6. Sarah Nurulita Fathanah Sukma
7. Ulsla Arsil Majidah
8. Uswatun Khasanah
9. Chandra Manik
10. Nurlaila
11. Hana Fitria Azizah
12. Gayuh Mustika Prabandari
13. Nenti Dyah K.
P
14. Nurlita Putri Apriliani
25010113120015
25010113120016
25010113120019
25010113120022
25010113120023
25010113120025
25010113120045
25010113120049
25010113120059
25010113120062
25010113120065
25010113120069
25010113120071
25010113120076
Kondisi kesehatan ibu dan anak di Indonesia saat ini masih perlu
mendapat perhatian khusus. Hal ini secara keseluruhan disebabkan latar
belakang dan penyebab kematian ibu dan anak yang kompleks, yang
menyangkut aspek medis yaitu penyebab kematian ibu terbesar secara
berurutan disebabkan terjadinya pendarahan, eklamsia, infeksi, persalinan lama
dan keguguran dan harus ditangani oleh tenaga kesehatan. Sedangkan
penyebab non medis merupakan penyebab mendasar seperti status perempuan,
keberadaan anak, sosial budaya, pendidikan, ekonomi, geografis, transportasi
dan
sebagainya
yang
memerlukan
keterlibatan
lintas
sektor
dalam
penanganannya. Ini artinya bahwa setiap program kesehatan yang telah ada
misalnya upaya kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan dan lain
sebagainya sangat perlu ditunjang serta didukung oleh adanya promosi
kesehatan. Promosi kesehatan bukanlah hanya proses penyadaran masyarakat
atau pemberiandan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan
semata, akan tetapi didalamnya terdapat usaha untuk dapat memfasilitasi dalam
rangka perubahan perilaku masyarakat.
Dalam rangka mencapai keberhasilan visi tersebut, terdapat beberapa
misi promosi kesehatan sebagai upaya untuk merealisasikannya, salah satunya
itu adalah melakukan advokasi. Advokasi di sini ditujukan kepada para
pengambil keputusan atau pembuat kebijakan. Advokasi merupakan perangkat
kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada parapenentu kebijakan dalam
rangka mendukung suatu isu kebijakan yang spesifik. Dalam hal ini kegiatan
advokasi merupakan suatu upaya untuk mempengaruhi para pembuat
keputusan (decission maker) agar dapat mempercayai dan meyakini bahwa
program kesehatan yang ditawarkan perlu mendapat dukungan melalui
kebijakan atau keputusan-keputusan.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian advokasi dan advokasi kesehatan
2. Prinsip advokasi kesehatan
BAB II
ISI
A. Pengertian Advokasi
tentang bagaimana
yang
mempunyai
dampak
terhadap
kesehatan
perlu
2. Kegiatan Advokasi
Seperti yang telah diketahui bahwa tujuan adanya advokasi adalah
untuk meperoleh komitmen dan dukungan kebijakan para penentu kebijakan
atau pembuat keputusan di segala tingkat. Komitmen dan dukungan kebijakan
tersebut dapat terwujud dalam dua hal pokok yakni bentuk software dan
hardware. Komitmen dan dukungan dalam bentuk software misalnya : undangundang, peraturan pemerintah, peraturan daerah, keputusan presiden, surat
keputusan dari institusi dan sebagainya yang mendukung terhadap program
kesehatan. Sedangkan komitmen dalam bentuk hardware antara lain
meningkatnya anggaran untuk kesehatan atau dilengkapinya sarana dan
prasarana atau fasilitas kesehatan.
Cara atau bentuk-bentuk kegiatan dalam advokasi untuk mencapai
tujuan itu ada bermacam-macam, antara lain :
a. Lobi Politik
Lobi adalah berbincang-bincang secara informal dengan para pejabat
untuk menginformasikan dan membahas masalah program kesehatan yang
akan dilaksanakan. Tahap pertama lobi ini adalah : petugas kesehatan
menyampaikan keseriusan masalah kesehatan yang dihadapi di wilayah
kerjanya, dan dampaknya terhadap keshidupan masyarakat. Kemudian
disampaikan alternatif terbaik utnuk memecahkan atau menanggulangi masalah
tersebut. Dalam lobi ini perlu dibawa atau ditunjukkan data yang akurat
(evidence based) tentang masalah kesehatan tersebut kepada pejabat yang
bersangkutan.
Contohnya saja DPRD yang berperan sebagai stakeholder, meskipun
DPRD tidak terikat langsung dengan program penurunan angka kematian ibu
dan anak namun, DPRD disini memiliki kekuatan besar untuk keberlangsungan
program KIBBLA, mereka dapat berfungsi sebagai legislator (membentuk
peraturan bersama kepala daerah) dan fungsi pengawasan.
Mengingat pentinganya penurunan angka kematian Ibu dan bayi seperti yang
diamanahkan pada MDGs poin 4 dan 5 yaitu harus turun 2/3 (75%) pada tahun
2015 dari tahun 1990. Maka DPRD bersama eksekutif dapat membuta regulasi
dalam bentuk Peraturan Daerah dalam pelayanan KIA terutama masyarakat
miskin yang dapat mengikat semua pihak/stakeholder untuk mengupayakan
pencapaian AKI dan AKB tersebut.
b. Seminar dan atau Presentasi
Seminar atau presentasi yang dihadiri oleh para pejabat lintas program
dan lintas sektoral. Petugas kesehatan menyajikan masalah kesehatan di
wilayah kerjanya, lengkap dengan data dan ilustrasi yang menarik, serta
rencana program pemecahannya. Kemudian masalah tersebut dibahas bersamasama, yang akhirnya diharapkan akan diperoleh komitmen dan dukungan
terhadap program yang akan dilaksanakan tersebut.
Contoh Pada akhir tahun 2005, bersamaan dengan sosialisasi
perpanjangan waktu Proyek DHS sampai dengan tahun 2008, diadakan
pertemuan dengan seluruh kepala dinas kesehatan dan kepala Bappeda
kabupaten/kota se Provinsi Bengkulu, serta beberapa pejabat eselon II dan III
Meyakinkan (Credible)
Program yang kita tawarkan atau ajukan harus dapat meyakinkan para
penentu kebijakan atau pembuat keputusan dengan didukung data dan sumber
yang dapat dipercaya. Program yang diajukan harus harus didasari dengan
permasalahan yang utama dan faktual, artinya masalah tersebut memang
ditemukan di lapangan dan penting untuk segera ditangani sehingga tidak
memberikan dampak yang lebih besar bagi masyarakat.
Sebelum program diajukan sebaiknya dilakukan kajian lapangan, jangan
hanya berdasarkan data atau laporan yang tersedia, yang kadang-kadang tidak
sesuai dengan kenyataan di lapangan.
Layak (Feasible)
Program yang diajukan tersebut, baik secara teknik, politik, maupun
ekonomi, memungkinkan atau layak. Layak secara secara teknik (feasible)
artinya program tersebut dapat dilaksanakan, petugas mempunyai kemampuan
yang cukup, sarana dan prasarana pendukung tersedia.
Layak secara politik artinya program tersebut tidak akan membawa
dampak politik pada masyarakat. Sedangkan layak secara ekonomi artinya
didukung oleh dana yang cukup, dan apabila program tersebut adalah program
pelayanan, masyarakat mampu membayarnya.
Relevan (Relevant)
Program yang diajukan minimal harus mencakup dua kriteria, yakni:
memenuhi kebutuhan masyarakat dan benar-benar dapat memecahkan masalah
yang dirasakan masyarakat.
Penting (Urgent)
Program yang diajukan harus mempunyai urgensi yang tinggi dan harus
segera dilaksanakan, apabila tidak akan menimbulkan masalah yang lebih besar
lagi.
dalam
advokasi
sangat
yang
memudahkan
orang
lain
untuk
berhubungan
atau
mereka.
Intensitas Komunikasi
Visualisasi
Di samping memiliki intensitas yang tinggi, informasi atau pesan yang
menarik perlu divisualisasikan dalam media, khususnya media interpersonal.
Media Interpersonal yang paling efektif dalam rangka komunikasi adalah flip
chart, booklet, slide atau video cassete. Pesan tersebut didasari fakta-fakta yang
diilustrasikan melalui grafik, tabel, gambar, atau foto. (Soekidjo, 2012)
factor, diantaranya:
Daya Tarik
Daya tarik ini sangat ditentukan sikap dan perilaku orang terhadap orang lain.
Oleh sebab itu daya tarik pun dapat dipelajari misalnya, dengan membiasakan
senyum terhadap setiap orang, berpikir positif terhadap orang lain, dll.
Percaya diri
Percaya diri bukan berarti menyombongkan diri, melainkan suatu perasaan
bahwa ia mempunyai kemampuan atau menguasi ilmu atau pengalaman
dibidangnya. Oleh sebab itu agar percaya diri harus mendalami pengetahuan
teoritis
lapangan
tentang
dikomunikasikannya.
bidangnya,
terutama
program
yang
akan
Kemampuan
Hal ini berkaitan dengan percaya diri. Orang yang mau melakukan tugastugasnya,ia akan lebih percaya diri.
Familiarity
Petugas kesehatan yang sering muncul atau hadir dalam event tertentu,
misalnya rapat, pertemuan informal,seminar, dans ebagainya, akan lebih
familiar, termasuk dalam kalangan pemuda setempat atau bupati. Oleh sebab
itu apabila akan melakukan lobbying atau sowan dalam rangka advokasi akan
mudah diterima daripada pejabat yang jarang muncul di setiap pertemuan-
pertemuan.
Kedekatan (proximity)
Artinya menjalin hubungan baik atau kekeluargaan dengan para pejabat atau
keluarga pejabat setempat adalah factor yang penting untuk melakukan
advokasi. Komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila dilakukan dengan
orang-orang yang dekat dengan kita.
Jika dikaitkan dengan masalah KIA, maka atraksi interpersonal ini
sangat penting dimiliki oleh para petugas kesehatan. Dimana faktor-faktor yang
telah di sebutkan diatas memiliki nilai tersendiri bagi para petugas kesehatan
bilamana berinteraksi dengan ibu atau bayi dan balita.
Seperti contoh faktor daya tarik, petugas kesehatan yang akan memberikan
penyuluhan atau pemeriksaan sebaiknya memberikan kesan yang baik terhadap
target sasarannya yaitu dengan memberikan senyum sehingga pasien yang
diperiksa akan merasa nyaman atas apa yang dilakukan petugas kesehatan
tersebut, di tambah lagi dengan memiliki rasa percaya diri yang baik maka
petugas kesehatan akan menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya dalam
rangka menurunkan angka kematian ibu dan anak.
2. Perhatian
Menurut
Soekidjo
Notoatmodjo
(2012),
sasaran
komunikasi
mendapat respon yang bagus, baik dari pemerintah pusat maupun masyarakat
itu sendiri. Dengan demikian pejabat yang berwenang terpenuhi kebutuhannya
dan program pun berjalan dengan baik.
3. Intensitas Komunikasi
Pesan atau informasi yang akan di sampaikan melalui proses
komunikasi advokasi adalah program-program kesehatan yang akan dimintai
komitmen dan dukungannya dari para pembuat keputusan tersebut. Dalam
komunikasi, pesan adalah faktor eksternal yang menarik perhatian komunikan
(penerima pesan). Pesan akan bersifat menonjol dan lain daripada yang lain
bila intensitasnya tinggi dan diulang-ulang. Oleh sebab itu agar komunikasi
advolasi efektif maka harus sering dikomunikasikan melaui berbagai
kesempatan atau pertemuan, baik pertemuan formal atau informal, melalui
seminar dan sebagainya.
Advokasi kesehatan dilakukan untuk menanggulangi masalah-masalah
kesehatan di dalam masyarakat. Salah satunya masalah KIA. Untuk
mengurangi angka kematian ibu di Indonesia, perlu dilakukan usaha advokasi
yang lebih keras lagi dengan intensitas yang lebih tinggi.
Advokasi bisa dilakukan melalui penyuluhan dari tenaga kesehatan secara rutin
pada saat posyandu kepada wanita dan ibu hamil. kegiatan advokasi tersebut
diantaranya :
Advokasi wanita agar bersalin dengan aman. Jika ada ibu bersalin yang lahir di
dukun dan menggunakan peralatan yang tidak steril, maka perlu dilakukan
advokasi kepada pemerintah setempat agar pertolongan persalinan yang
dilakukan oleh dukun menggunakan peralatan yang steril salah satu caranya
adalah melakukan pembinaan terhadap dukun bayi
dan pemerintah
memberikan sangsi jika ditemukan dukun bayi di lapangan menggunakan alatalat yang tidak steril.
Advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan.
Membantu masyarakat untuk mengakses kesehatan yang relevan dan informasi
kesehatyan dan membertikan dukungan sosial.
Selain itu, perlu dilakukan advokasi kepada para pengambil keputusan
agar para pengambil keputusan tersebut meyakini atau mempercayai bahwa
Input
Input untuk kegiatan advokasi yang paling utama adalah orang (man) yang akan
melakukan advocacy (advocator), dan bahan-bahan (material) yakni data atau
informasi yang membantu atau mendukung argument dalam advokasi. Indikator
untuk mengevaluasi kemampuan tenaga kesehatan dalam melakukan advokasi
sebagai input antara lain:
1.
2.
AKB tersebut.
Sebagai institusi, dinas kesehatan baik di tingkat provinsi maupun kabupaten, juga
mempunyai kewajiban untuk memfasilitasi para petugas kesehatan dangan
kemampuan advokasi melalui pelatihan-pelatihan. Oleh sebab itu pelatihan
advokasi yang diselenggarakan oleh pusat, dinas provinsi maupun dinas kabupaten
juga merupakan indicator input. Misalnya pemanfaatan kader yang telah dilatih
atau anggota masyarakat yang mempunyai kemampuan di bidang advokasi
siapa saja lobying tersebut dilakukan. Dalam proses advokasi kesehatan ibu
dan anak, kita dapat melakukan metode lobi terhadap dewan maupun kepala
daerah terkait, serta melakukan hearing atau dialog dengan dewan. Metode
lobying dan metode dialog ini merupakan metode yang paling banyak
dilakukan dalam advokasi program KIBBLA (Kesehatan Ibu Bayi Baru Lahir
dan Anak) khususnya. Metode lobi dipilih karena cara ini relatif lebih mudah
dan tidak terlalu banyak mengeluarkan sumber daya, namun hasil dapat
maksimal. Metode dialog dipilih karena tim advokasi dapat memberikan
penjelasan secara langsung dan detail yang menjadi permasalahan terkait
dengan kesehatan ibu dan anak.
2. Metode seminar maupun workshop. Metode ini juga memiliki banyak
pengaruh dalam advokasi kesehatan ibu dan anak, walaupun memerlukan
tempat, waktu yang tepat namun metode ini dapat memberikan justifikasi
secara ilmiah dan tekanan politis yang besar terhadap program kesehatan ibu
dan anak.
3. Metode soasialisasi, kunjungan ke sasaran, media dengan publikasi maupun
journalist gathering, biasanya memberikan advokasi kepada kelompok sasaran
yang kurang atau tidak dalam kapasitasnya untuk mengambil keputusan.
Seperti media posisinya strategis dalam memberikan pengaruh terhadap sebuah
program atau permasalahan kesehatan ibu bayi baru lahir dan anak.
Biasanya apapun permasalahannya yang terkait dengan kesehatan, jika telah
beredar di media massa, akan membuat gerah para kepala daerah serta pihak
terkait. Dengan demikian program tersebut akan mendapat perhatian lebih.
c. Output
Keluaran
atau
output
dari
advokasi
sektor
kesehatan,
dapat
a.
b.
c.
d.
e.
Undang-undang
Peraturan Pemerintah
Keputusan Presiden
Keputusan Menteri atau Dirjen
Peraturan Daerah, Surat Keputusan Gubernur, Bupati atau Camat.
Sedangkan indikator output dalam bentuk perangkat keras, antara lain:
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam program kesehatan masyarakat terkhusus pada Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA), pemanfaatan advokasi sangat diperlukan. Advokasi pada bidang
kesehatan ibu dan anak sangat berkaitan erat dengan system pelaksanaan kegiatan
guna mencapai target yang diinginkan. Penyelesaian permasalahan kesehatan ibu
dan anak membutuhkan suatu teknik yang digunakan untuk mengambil
keputusan-keputusan. Hal ini bisa berkaitan pula dengan Angka Kematian Ibu dan
Anak yang sudah meningkat dari waktu ke waktu. Teknik pendekatan (lobbying)
contohnya dapat digunakan untuk mengambil keputusan dalam program yang
harus dicanangkan untuk menurunkan AKI dan AKB pada suatu wilayah. Peran
serta advokasi pada bidang KIA juga membutuhkan Sosial Acceptanc. Sosial
acceptance atau dukungan masyarakat sangat dibutuhkan untuk mewujudkan
sebuah program kesehatan masyarakat dan membutuhkan peran serta tokoh
masyarakat agar dapat melanjutkan ke langkah selanjutnya yaitu sosialisasi.
B. Saran
Pada program KIA, pentingnya advokasi perlu diterapkan guna mencapai
tujuan yang diharapkan. Advokasi dalam promosi kesehatan khususnya program
kesehatan ibu dan anak ada baiknya digunakan mencapai target sasaran seperti
target sasaran (ibu dan anak) atau target pendukung (tokoh masyarakat).
DAFTAR PUSTAKA
Budiyono, Dkk. Posisi Stakeholder Dan Strategi Advokasi Kibbla Kabupaten/Kota
Di Jawa Tengah. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Diponegoro, 2010.
Iswarno, Dkk. Analisis Untuk Penerapan Kebijakan: Analisis Stakeholder Dalam
Kebijakan Program Kesehatan Ibu Dan Anak Di Kabupaten Kepahiang. Jurnal
Kebijakan Kesehatan. Dinas Kesehatan Kabupaten Kepahiang, Bengkulu
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta, 2013
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Pusat Promosi Kesehatan. Rencana
Operasional Promosi Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta: 2010.
Maulana, Heri D.J. Promosi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Eg,
2009.
Miller, Valerie; Covey, Jane. Perencanaan Advokasi. Jakarta : Yoi, 2005.
Notoatmodjo Soekidjo, 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan . Jakarta. Pt.
Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta, 2012.