Anda di halaman 1dari 70

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS


GIZI, DAN TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS MINASA UPA MAKASSAR

NUR ASDIHAR

4517111015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BOSOWA

MAKASSAR

2019
i

PROPOSAL

Hubungan antrara Asi Eksklusif dengan Status Gizi, dan


Tumbuh Kembang Anak Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Minasa Upa Makassar

Disusun dan diajukan oleh

Nur Asdihar

4517111015

Menyetujui

Tim Pembimbing

Pembimbing 1 Pembimbing 2

dr. Hj Darmawaty Rauf, Sp.PK(K) dr. Nurliana

Tanggal: Tanggal:

Fakultas Kedokteran Universitas Bosowa

Mengetahui

Ketua Program Studi Dekan

Dr. Ruth Norika Amin, Sp.PA, M.Kes DR.Dr. Ilhamjaya Patellongi,M.Kes


Tanggal: Tanggal:
ii

Daftar Isi

Halaman

Halaman Muka

Halaman Persetujuan i

Daftar Isi ii

Daftar Tabel vi

Daftar Gambar vii

vii
Daftar Singkatan

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 3

C. Pertanyaan Penelitian 3

D. Tujuan penelitian 3

1. Tujuan Umum 3

2. Tujuan Khusus 4

E. Manfaat Penelitian 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 6

A. Landasan Teori 6

1. ASI Eksklusif 6

a. Definisi ASI Eksklusif 6

b. Manfaat ASI 6
iii

c. Kandungan ASI 8

d. Faktor yang Mempengaruhi 11


Pemberian ASI
e. Akibat tidak Mendapat ASI Eksklusif 13
Pada Anak
2. Status Gizi 14

a. Definisi Status Gizi 14

b. Klasifikasi Status Gizi 15

c. Faktor yang Mempengaruhi Status 18


Gizi
d. Cara Mngukur Status Gizi 22

e. Akibat Kekurangan Gizi pada Anak 26

3. Tumbuh Kembang Anak 28

a. Definisi Tumbuh Kembang Anak 28

b. Kalsifikasi Tumbuh Kembang Anak 28

(1) Klasifikasi Pertumbuhan Anak 28

(2) Klasifikasi Perkembangan Anak 29

c. Hal–hal yang Ada Hubungan dengan 31


Pertumbuhan Anak
d. Hal–hal yang Ada Hubungan dengan 34
Perkembangan Anak
e. Akibat Tumbuh Kembang Anak yang 42
Terganggu
4. Hubungan ASI Eksklusif dengan 44
Status Gizi dan Tumbuh Kembang
Anak Balita
a. Hubungan ASI Eksklusif dengan 44
Status Gizi Anak Balita
b. Hubungan ASI Eksklusif Pertumbuhan 45
Anak Balita
c. Hubungan ASI Eksklusif 45
Perkembangan Anak Balita
B. Kerangka Teori 46
iv

BAB III. KERANGKA KONSEP, 47


HIPOTESIS DAN
DEFINISI
OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep 47

B. Hipotesisi 47

C. Definisi Operasional 48

BAB IV. METODOLOGI 50


PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian 50

B. Tempat dan Waktu Penelitian 50

1. Tempat Penelitian 50

2. Waktu Penelitian 50

C. Populasi dan Sampel Penelitian 50

1. Populasi Penelitian 50

2. Sampel Penelitian 50

D. Kriteria Sampel Penelitian 51

1. Kriteria Inklusi 51

2. Kriteria Eksklusi 51

E. Cara Pengambilan Sampel 51

F. Besar Sampel 51

G. Teknik Pengumpulan Data 52

H. Instrumen Penelitian 52

I. Alur Penelitian 53

J. Prosedur Penelitian 53
v

K. Rencana Pengolahan dan Analisis 55


Data, serta Dummy Table
L. Aspek Etika Penelitian 57

BAB V. LAMPIRAN 58

A. Lampiran 1. Jadwal Penelitian 58

B. Lampiran 2. Formulir Izin Kepala 58


Puskesmas Minasa Upa Makassar

C. Lampiran 3.Naskah Penjelasan Untuk 58


Subyek Penelitian

D. Lampiran 4. Formulir Persetujuan 58


Subyek Setelah Mendapat Penjelasan

E. Lampiran 5. Tim Peneliti Dan Biodata 58


Penelitian Utama

1. Daftar Tim Peneliti 58

2. Biodata Peneliti Utama 58

F. Lampiran 6. Formulir Pengambilan 58


Data (Case Report)

G. Lampiran 7. Kuesioner 58

H. Lampiran 8. Rencana Biaya Penelitian 58


Dan Sumber Dana
59
DAFTAR PUSTAKA

Daftar Tabel
vi

Tabel Judul Tabel Halaman


Table 1. Klasifikasi Status Gizi Anak Balita 17

Table 2. Dummy Table 1. Jumlah Anak Balita di 55


Wilayah Kerja Puskesmas Minasa Upa
Makassar, Berdasarkan Pemberian ASI
Ekslusif di Tahun 2021.
Table 3. Dummy Table 2. Hubungan ASI Ekslusif 56
dengan Status Gizi Anak Balita
Table 4. Dummy Table 3. Hubungan ASI Ekslusif 56
dengan Pertumbuhan Anak Balita
Table 5. Dummy Table 4. Hubungan ASI Ekslusif 56
dengan Perkembangan Anak Balita

Daftar Gambar
vii

Gambar Judul Gambar Halaman


Gambar 1. Kerangka Teori 46

Gambar 2. Kerangka Konsep 47

Gambar 3. Alur Penelitian 53

Daftar Singkatan

ASI : Air Susu Ibu


viii

BB : Berat Badan

TB : Tinggi Badan

U : Umur

IMT : Indeks Massa Tubuh


1

BAB I.
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011)


adalah memberikan hanya ASI saja tanpa memberikan makanan dan
minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali
obat dan vitamin. Namun bukan berarti setelah pemberian ASI eksklusif
pemberian ASI eksklusif pemberian ASI dihentikan, akan tetapi tetap
diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 2 tahun.
Pemberian ASI sangat bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan
status gizi, serta mengoptimalkan pertumbuhan bayi, dan membantu
perkembangan kecerdasan anak. Pemberian ASI merupakan suatu
aktifitas dalam memenuhi kebutuhan dasar seorang bayi. Bayi yang diberi
ASI akan terpenuhi kebutuhan nya yaitu stimulasi untuk tumbuh kembang.
Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh faktor nutrisi, salah satunya yaitu
pemberian ASI eksklusif. Telah diketahui bahwa sampai usia 6 bulan ASI
adalah makanan yang ideal untuk bayi baik di tinjau dari segi kesehatan
fisik maupun psikis.1 Pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita
sebagian besar dipengaruhi oleh jumlah ASI yang diperoleh, termasuk
energi dan zat gizi lainnya yang terkandung dalam asi tersebut. 2
ASI memiliki berbagai manfaat yang baik untuk pertumbuhan
dan perkembangan anak juga dapat menurunkan risiko terjadinya
penyakit akut dan kronik.3 Dimana Air susu ibu (ASI) merupakan makanan
terbaik yang sangat dibutuhkan oleh anak untuk tumbuh dan kembang.
Untuk mencapai pertumbuhan anak yang optimal maka ASI hendaknya
diberikan secara eksklusif yaitu pemberian ASI tanpa makanan atau
cairan lain sampai 6 bulan.
Pemberian ASI eksklusif memberi keuntungan bagi bayi, diantaranya
adalah mencegah kekurangan gizi bayi, meningkatkan daya tahan tubuh,
2

meningkatkan kecerdasan kognitif pada bayi, mencegah penyakit infeksi


saluran pencernaan (muntah dan diare), mencegah infeksi saluran
pernafasan serta mencegah resiko kematian. Dampak jika tidak diberikan
ASI Eksklusif yang diperoleh bagi bayi adalah infeksi saluran pernafasan,
infeksi saluran pencernaan (muntah dan diare), meningkatkan resiko
kematian, menurunkan perkembangan kecerdasan kognitif, serta
meningkatkan resiko kurang gizi.4
Status gizi adalah salah satu unsur penting dalam membentuk
status kesehatan. Status gizi (nutritional satus) adalah keadaan yang
diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dari makanan dan
kebutuhan zat gizi oleh tubuh.5 Salah satu nutrisi yang baik untuk
pemenuhan gizi yang optimal adalah ASI yang diberikan ekslusif dari 0-6
bulan untuk mencukupi kebutuhan perkembangan otak yang berpengaruh
terhadap perkembangan anak secara menyeluruh untuk mengoptimalkan
perkembangan.6
Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan 2010, jumlah
Anak sebanyak 163.595, sedangkan jumlah anak yang diberi ASI
Eksklusif hanya 97,837 atau hanya 59,80% saja.7
Berdasarkan data Word Health Organization (WHO) pada tahun
2016 tentang cakupan ASI eksklusif di dunia hanya sebesar 36%.
Capaian tersebut masih dibawah target cakupan ASI eksklusif yang
ditetapkan oleh WHO yaitu sebesar 50%. Menurut data Riskesdas yang
diambil dari tahun 2014 - 2018 cakupan ASI eksklusif di Indonesia pada
tahun 2014 sebesar 37,3%, 2015 sebesar 55,7%, tahun 2016 sebesar
54%, tahun 2017 sebesar 61,33%, dan pada tahun 2018 mengalami
penurunan yang signifikan yaitu sebesar 37,3%. Jika dibandingkan
dengan target yang ditetapkan oleh Kemenkes RI yaitu 80% maka,
capaian ASI eksklusif di tingkat Indonesia masih belum memenuhi target. 8
Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti ingin melakukan
penelitian tentang hubungan Asi Eksklusif dengan Status Gizi dan
3

Tumbuh Kembang Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Minasa Upa


Makassar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal tersebut diatas maka rumusan masalah dalam


penelitian proposal ini adalah: “Hal-hal apa saja yang berhubungan antara
ASI Eksklusif dengan status gizi dan tumbuh kembang anak balita di
wilayah kerja Puskesmas Minasa Upa Makassar?”

C. Pertanyaan Penelitian

1. Berapakah Jumlah Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Minasa


Upa Makassar, Berdasarkan Pemberian ASI Ekslusif di Tahun 2021?
2. Apakah ada Hubungan ASI Ekslusif dengan Status Gizi Anak Balita?
3. Apakah ada Hubungan ASI Ekslusif dengan Pertumbuhan Anak
Balita?
4. Apakah ada Hubungan ASI Ekslusif dengan Perkembangan Anak
Balita?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara ASI Eksklusif dengan


status gizi, dan tumbuh kembang anak balita di wilayah kerja
Puskesmas Minasa Upa Makassar.
4

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui Jumlah Anak Balita di Wilayah Kerja


Puskesmas Minasa Upa Makassar, Berdasarkan Pemberian
ASI Ekslusif di Tahun 2021
b. Untuk mengetahui Hubungan ASI Ekslusif dengan Status Gizi
Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Minasa Upa Makassar
c. Untuk mengetahui Hubungan ASI Ekslusif dengan Pertumbuhan
Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Minasa Upa Makassar
d. Untuk mengetahui Hubungan ASI Ekslusif dengan
Perkembangan Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Minasa
Upa Makassar

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
tentang hubungan antara Asi Eksklusif dengan status gizi, dan tumbuh
kembang anak balita serta dapat memberikan dukungan dalam
kepatuhan pemberian Asi Eksklusif
2. Bagi Petugas Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan promosi
kesehatan tentang ASI Eksklusif dengan status gizi, dan tumbuh
kembang anak balita oleh petugas kesehatan di rumah sakit maupun
puskesmas di kota makassar yang bertujuan untuk pengendalian ASI
Eksklusif dengan status gizi, dan tumbuh kembang anak balita.
3. Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan dan Kedokteran
a. Sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya bagi civitas
akademika di institusi pendidikan kesehatan dan kedokteran.
5

b. Diharapkan hasil penelitian dapat memperkaya ilmu pengetahuan


dan menambah informasi tentang ASI Eksklusif dengan status gizi,
dan tumbuh kembang anak balita.
4. Bagi Peneliti
a. Menambah pengetahuan tentang ASI Eksklusif dengan status gizi,
dan tumbuh kembang anak balita.
b. Dapat menjadi sarana pengembangan diri, mengasah daya analisa,
menambah pengalaman meneliti penulis, dan penerapan
pengetahuan yang diperoleh penulis tentang metodologi penelitian.
6

BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. ASI Eksklusif
a. Definisi ASI Eksklusif
ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO,
2011) adalah memberikan hanya ASI saja tanpa memberikan
makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai
berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin. Namun bukan berarti
setelah pemberian ASI eksklusif pemberian ASI dihentikan, akan
tetapi tetap diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 2 tahun.

ASI Eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja selama


enam bulan tanpa tambahan cairan apapun, seperti susu
formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa pemberian
makanan tambahan lain, seperti pisang, bubur susu, biskuit,
bubur atau nasi tim. Setelah bayi berusia enam bulan, barulah
bayi diberikan makanan pendamping ASI dengan ASI tetap
diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih.9 ASI Eksklusif
adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa pemberian minuman
atau makanan apapun, termasuk air bening, vitamin dan obat. 10

b. Manfaat ASI

ASI adalah makanan sempurna bagi bayi yang memiliki


berbagai manfaat, baik bagi bayi, ibu, keluarga dan negara.
Manfaat ASI menurut Maryunani (2012) dan Astutik (2014) adalah
a. Manfaat ASI bagi bay

1) Kesehatan

ASI merupakan cairan yang mampu diserap dan


7

digunakan tubuh dengan cepat. Komposisi gizi pada ASI


yang lengkap bermanfaat memenuhi kebutuhan bayi,
sehingga anak terhindar dari malnutrisi. Kandungan
antibodi pada ASI mampu memberikan imunitas bayi
sehingga mampu mencegah terjadinya kanker
limfomaligna dan bayi lebih sehat dan lebih kuat
dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI.
2) Kecerdasan

ASI mengandung DHA terbaik, selain laktosa untuk


proses mielinisasi otak. Mielinisasi otak merupakan proses
pematangan otak agar berfungsi optimal. Pemberian ASI
secara langsung merangsang terbentuknya networking
antar jaringan otak sehingga terjalin sempurna. Penelitian
Novita dkk (2008) menyabutkan bahwa anak yang
mendapat ASI eksklusif mempunyai IQ lebih tinggi
dibandingkan dengan anak ASI noneksklusif. Perbedaan
selisih rata-rata IQ antara kedua kelompok sebesar 13,9
point.
3) Emosi

ASI merupakan wujud curahan kasih sayang ibu


pada bayi. Pemberian ASI dengan mendekap bayi dapat
merangsang kecerdasan emosional. Doa dan harapan
yang didengungkan selama proses menyusui dapat
mengasah kecerdasan spiritual bayi.
b. Manfaat ASI bagi ibu

1) Mencegah perdarahan pascapersalinan

2) Mempercepat involusi uteri

3) Mengurangi resiko anemia

4) Mengurangi resiko kanker ovarium dan payudara


8

5) Memperkuat ikatan ibu dan bayi

6) Mempercepat kembali ke berat badan semula

7) Metode kontrasepsi sementara

c. Manfaat ASI bagi keluarga

1) Praktis

ASI selalu tersedia dimanapun ibu berada dan selalu


dalam kondisi steril, sedangkan pemberiann susu formula
yang harus mencuci dan mensterilkan botol sebelum
digunakan.
2) Menghemat biaya

ASI diproduksi ibu setiap hari sehingga tidak perlu


biaya seperti membelikan susu formula. Pemberian ASI
dapat menyehatkan bayi sehingga menghemat
pengeluaran keluarga untuk berobat.
d. Manfaat ASI bagi Negara

1) Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak

2) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit

3) Mengurangi devisa pembelian susu formula

4) Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa

c. Kandungan ASI

ASI adalah makanan yang paling ideal dan seimbang bagi


bayi, menurut Astutik (2014), zat gizi yang terkandung dalam ASI
adalah
a. Nutrien
1) Lemak

Lemak merupakan sumber kalori utama dalam ASI


9

yang mudah diserap oleh bayi. Asam lemak essensial


dalam ASI akan membentuk asam lemak tidak jenuh
rantai panjang decosahexaenoic acid (DHA) dan
arachidoic acid (AA) yang berfungsi untuk pertumbuhan
otak anak.
2) Karbohidrat

Laktosa merupakan karbohidrat utama dalam ASI


yang bermanfaat untuk meningkatkan absorbs kalsium
dan merangsang pertumbuhan lactobacillus bifidus
3) Protein

Protein dalam ASI yaitu whey, kasein, sistin, dan


taurin. Sistin dan taurin merupakan asam amino yang
tidak dapat ditemukan pada susu sapi. Sistin diperlukan
untuk pertumbuhan somatic dan taurin untuk
pertumbuhan anak.
4) Garam dan Mineral

Kandungan garam dan mineral pada ASI relative


rndah karena ginjal bayi belum dapat mengonsentrasikan
air kemih dengan baik. Kandungan garam dan mineral
pada ASI kalsium, kaliun, natrium, tembaga, zat besi, dan
mangan.

5) Vitamin

Vitamin pada ASI diantaranya vitamin D, E, dan K

b. Zat Protektif

1. Lactobasillus bifidus

Lactobasillus bifidus berfungsi mengubah laktosa,


menjadi asam laktat dan asam asetat yang menyebabkan
10

saluran pencernaan menjadi lebih asamuntuk


menghambat pertumbuhan mikroorganisme
2. Laktoferin

Laktoferin berikatan dengan zat besi untuk


menghambat pertumbuhan kuman tertentu seperti E. coli
dan menghambat pertumbuhan jamur kandida.

3. Lisozim

Lisozim merupakan faktor protektif terhadap


serangan bakteri pathogen serta penyakit diare.
4. Komplemen C3 dan C4

Komplemen C3 dan C4 berfungsi sebagai daya


opsonik, anafilaktoksik, dan kemotaktik.
5. Faktor antistreptokokus

Antistreptokokus melindungi bayi terhadap infeksi


kuman steptokokus.
6. Antibodi

Antibodi dalam ASI dapat bertahan di dalam saluran


pencernaan bayi dan membuat lapisan pada mukosanya
sehingga mencegah bakteri pathogen atau enterovirus
masuk ke mukosa usus.
7. Imunitas Seluler

Imunitas seluler berfungsi membunuh dan


memfagositosis mikroorganisme, membentuk C3, C4,
lisozim, serta laktoferin.
8. Tidak Menimbulkan Alergi

Sistem Ig E pada bayi beum sempurna, sehingga


bayi yang diberikan susu formula akan merangsang
aktivasi system Ig E dan menimbulkan alergi.
11

d. Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI

Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI menurut Haryono


dan Sulis (2014) dapat dibedakan menjadi tiga faktor yaitu faktor
pemudah (predisposing factors), faktor pendukung (enabling factors),
dan faktor pendorong (reinforcing factors).

a. Faktor Pemudah (predisposing factors)


1) Pendidikan

Pendidikan akan mempengaruhi seseorang untuk


mencari tahu informasi yang dibutuhkannya. Pendidikan ibu
yang tinggi akan lebih mudah menerima suatu ide baru,
sehingga promosi dan informasi mengenai ASI mudah diterima
dan diterapkan.
2) Pengetahuan

Pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang ASI


dalam hal posisi menyusui, merawat payudara, merangsang
ASI, manfaat dan keunggulan ASI, akan memotivasi ibu untuk
memberikan ASI dengan benar dan akan meningkatkan
pemberian ASI kepada bayi.10
3) Nilai-nilai atau adat budaya

Adat budaya mempengaruhi ibu untuk memberikan ASI


kepada bayinya. Ibu yang tinggal dengan budaya yang tidak
bertentangan dengan kesehatan khususnya pemberian ASI
akan melakukan pemberian ASI eksklusif, dan ibu yang tinggal
dengan budaya pemberian makanan pendamping ASI lebih dini
akan gagal dalam pemberian ASI eksklusif.
12

b. Faktor Pendukung (enabling factors)


1) Pendapatan keluarga

Pendapatan keluarga yang tinggi cenderung


mengkonsumsi makanan dengan kandungan gizi baik. Ibu
dengan status gizi yang mencukupi akan melancarkan produksi
ASI sehingga ibu dapat memberikan ASI secara optimal kepada
bayi. Ibu menyusui membutuhkan tambahan kalori 700 kkal,
dan 16 gram protein setiap hari selama 6 bulan. 13
2) Ketersediaan waktu

Ketersediaan waktu erat kaitannya dengan status


pekerjaan ibu. Ibu yang tidak bekerja memiliki waktu lebih
banyak untuk bersama dengan bayi dan dengan leluasa
memberikan ASI kepada bayi. Ibu yang bekerja dapat
meluangkan waktu di rumah atau di tempat kerja untuk
memerah ASI setiap 3-4 jam dan disimpan untuk diberikan
kepada bayi saat ibu bekerja.

3) Kesehatan ibu

Kesehatan ibu mempengaruhi kemampuan ibu dalam


menyusui. Ibu yang sehat dapat memberikan ASI secara
optimal tanpa khawatir dapat menularkan penyakit kepada
bayinya.
c. Faktor Pendorong (reinforcing factors)
1) Dukungan keluarga

Ibu menyusui membutuhkan dukungan dari keluarga dan


lingkungan terutama suami, baik ketika memulai maupun
melanjutkan menyusui.13
2) Dukungan Petugas Kesehatan
13

Dukungan petugas kesehatan yang professional dapat


memberikan informasi atau nasehat kepada ibu tentang ASI dan
manfaatnya, sehingga mempengaruhi kontinuitas ibu dalam
memberikan ASI.

e. Akibat Tidak Mendapat ASI Eksklusif Pada Anak


Tujuan pemberian ASI Eksklusif seperti tertulis pada pasal 6
Peraturan Pemerintah (PP) nomor 33/2012 tentang Pemberian ASI
Eksklusif. tersebut adalah melindungi bayi dari risiko infeksi akut
seperti diare, pneumonia, infeksi telinga, haemophilus influenza,
meningitis dan infeksi saluran kemih. ASI Ekslusif juga melindungi bayi
dari penyakit kronis di masa depan seperti diabetes melitus tipe 1. Dan
ketika beranjak dewasa akan mengurangi risiko untuk terkena
hipertensi, kolesterol, overweight, obesitas dan diabetes tipe 2.
Apabila ASI tidak diberikan secara eksklusif, proses
pematangan sistem imun akan terganggu dan menyebabkan bayi
mudah terserang infeksi. Penanganan infeksi yang terlambat dapat
memicu kematian.14 Selain itu, kegagalan ASI eksklusif juga dapat
mengganggu proses pematangan organ dan hormon.
Menurut penelitian yang di lakukan oleh Susanti, 15 dari 50 bayi
yang tidak diberi ASI eksklusif, 76,7% diantaranya menderita gizi
buruk. Bayi yang tidak diberi ASI eksklusif selama enam bulan berisiko
dua kali lebih sering menderita diare rotavirus dibanding bayi dengan
ASI eksklusif.
Dampak bayi yang tidak diberikan ASI secara penuh sampai
pada usia 6 bulan pertama kehidupan memiliki resiko diare yang parah
dan fatal. Resiko tersebut 30 kali lebih besar dari pada bayi yang diberi
ASI secara penuh. Dan bayi tidak diberikan ASI eksklusif, memiliki
14

risiko kematian lebih besar karena terjadinya malnutrisi. 16 Serta akan


lebih rentan untuk terkena penyakit kronis, seperti jantung, hipertensi,
dan diabetes setelah ia dewasa serta dapat menderita kekurangan gizi
dan mengalami obesitas. Selain itu, Dampak tidak memberikan ASI
eksklusif selama 6 bulan yaitu resiko keracunan, dan resiko alergi
makanan. Bayi berisiko mengalami obesitas/kegemukan dan
kekurangan gizi
Rendahnya pemberian air susu ibu (ASI) merupakan ancaman
bagi tumbuh kembang anak.Bayi yang tidak diberi ASI dari lahir
sampai usia 6 bulan dapat berakibat buruk pada gizi dan kesehatan
bayi.17

2. Status Gizi
a. Definisi Status Gizi
Gizi adalah suatu proses menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi,
transportasi, penyimpanan, metabolism dan pengeluaran zat-zat yang
tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan
fungsi normal dari oragn-organ serta menghasilkan energi. Status gizi
suatu keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan
penyerapan gizi serta penggunaan zat gizi tersebut atau bentuk dari
nutriture variabel tertentu.18
Status gizi adalah suatu keadaan dimana ekspresi dari keadaan
tersebut menimbulkan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu
atau dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan faktor indikator
baik buruknya asupan makanan sehari-hari.19
Menurut Almatsier.20 status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat
mengkonsumsi makanan dan menggunakan zat-zat yang bergizi
15

Teori Habict, seperti yang dikutip oleh Waspadji dkk. 21


mendefinisikan status gizi sebagai berikut: “Status gizi adalah tanda-
tanda atau penampilan fisik yang diakibatkan karena adanya
keseimbangan antara pemasukan gizi di satu pihak, serta pengeluaran
oleh organisme di lain pihak yang terlihat melalui variabel-variabel
tertentu, yaitu melalui suatu indikator status gizi.”
Berdasarkan definisi-definisi yang terdapat di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa status gizi adalah suatu keadaan atau
kondisi yang menunjukkan kondisi tubuh seseorang berdasarkan
asupan makanan yang dikonsumsinya, apakah memenuhi zat-gizi
atau tidak.
Seseorang yang mengalami kekurangan gizi atau kelebihan gizi
disebut dengan malnutrisi.22 membagi malnutri menjadi empat bentuk,
yaitu:
1) Undernutrition, yaitu suatu kondisi dimana seseorang mengalami
kekurangan pangan secara relative atau absolute selama periode
tertentu.
2) Specific deficiency, yaitu suatu kondisi dimana seseorang
mengalami kekurangan zat gizi tertentu.
3) Overnutrition, yaitu suatu kondisi dimana seseorang mengalami
kelebihan konsumsi pangan selama periode tertentu.
4) Imbalance, yaitu suatu kondisi dimana seseorang mengalami
malnutrisi karena disproporsi zat gizi.
b. Klasifikasi Status Gizi
1) Gizi baik
Gizi baik terjadi apabila tubuh mendapatkan zat-zat gizi
secara cukup yang dapat digunakan secara efisien, sehingga dapat
16

mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan


kerja dan kesehatan secara umum.
2) Gizi kurang (undernutrition)
Gizi kurang terjadi karena ketidakseimbangan antara
asupan energi dengan kebutuhan gizi seseorang atau apabila
tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi yang
penting bagi tubuh.
Ketida kseimbangan yang dimaksud adalah ketidak
seimbangan negatif, yaitu asupan gizi lebih sedikit dari kebutuhan
gizi seseorang. Kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan
dalam proses pertumbuhan, mengurangi produktivitas kerja dan
konsentrasi, mengurangi struktur dan fungsi otak, pertahanan
tubuh dan perilaku.
3) Gizi lebih (overnutrition)
Gizi lebih terjadi apabila tubuh memperoleh zat-zat gizi
dalam jumlah yang melebihi ketentuan yang ditetapkan, sehingga
menyebabkan efek toksik atau dapat membahayakan tubuh. Gizi
lebih disebabkan adanya ketidakseimbangan positif yaitu asupan
gizi lebih banyak dari pada kebutuhan gizi yang diperlukan. Gizi
lebih disebabkan oleh banyaknya mengkonsumsi makanan yang
padat energi yaitu banyak mengandung lemak atau gula dan
kurang serat. Gizi lebih juga disebabkan karena penurunan
pengeluaran energi karena aktivitas fisik yang rendah, tekanan
hidup, kemajuan ekonomi dan efek tosis yang membahayakan.
Dampak dari gizi lebih adalah obesitas, penyakit degenerative
seperti jantung, diabetes, hipertensi, hepatitis dan penyakit empedu
dan menurunnya usia harapan hidup. 20
Berdasarkan standar baku Harvard status gizi terbagi
menjadi empat, yaitu:22
17

1) Gizi lebih untuk overweight, termasuk kegemukan dan obesitas


2) Gizi baik untuk well-nourished
3) Gizi kurang untuk underweight yang mencakup mild dan
moderate PCM
4) Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus,
maramuskwashiorkor dan kwashiorkor.
Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor 920
tahun 2002 tentang klasifikasi status gizi anak balita, penentuan
gizi buruk tidak lagi menggunakan persen terhadap median,
melainkan nilai Z-score pada baku WHO-NCHS. 23 Secara umum
klasifikasi status gizi balita yang digunakan secara resmi adalah
seperti Tabel 1 di bawah ini:

Tabel. 1
Klasifikasi Status Gizi Anak Balita

Indeks Status gizi Ambang batas


Berat badan menurut Gizi lebih > +2 SD
umur (BB/U) Gizi baik -2 SD sampai +2 SD
Gizi kurang < -2 SD sampai -3 SD
Gizi buruk < -3 SD
Tinggi badan menurut Normal -2 SD
umur (TB/U) Pendek (stunted) < -2 SD
Berat badan menurut Gemuk > +2 SD
tinggi badan (BB/TB) Normal -2 SD sampai +2 SD
Kurus (wasted) < -2 SD sampai -3 SD
Kurus sekali < -3 SD

c. Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi


Terdapat dua faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang,
yaitu:24
18

1) Faktor yang berpengaruh secara langsung, meliputi asupan


makanan dan infeksi
2) Faktor yang berpengaruh secara tidak langsung, ketahanan pangan
di keluarga, pola pengasuhan anak dan lingkungan kesehatan
yang tepat termasuk akses terhadap pelayanan kesehatan
Keadaan gizi mempunyai faktor dimensi yang sangat
kompleks. Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan gizi yaitu
konsumsi makanan dan tingkat kesehatan. Konsumsi makanan
dipengaruhi oleh pendapatan, makanan dan tersedianya bahan
makanan.25
Status gizi juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini: 26
1) Jenis kelamin
Kejadian obesitas lebih banyak ditemui pada perempuan
terutama saat remaja. Hal ini disebabkan oleh faktor endokrin dan
perubahan hormonal pada remaja.
2) Umur
Oobesitas yang terjadi pada tahun-tahun pertama
kehidupan umumnya diikuti oleh perkembangan rangka yang
cepat. Anak-anak yang ketika masih kecil mengalami obesitas
maka ketika remaja juga akan mengalami obesitas, terus sampai
ke masa lansia. Terdapat empat periode kritis terjadinya obesitas
pada seseorang yaitu masa prenatal, masa bayi, masa adiposity
rebound dan masa remaja. Obesitas yang terjadi ketika masa
remaja akan menjadi obesitas persisten ketika dewasa dan akan
sulit ditanggulangi dengan caracara konvensional seperti dengan
diet dan olahraga.
3) Tingkat sosial ekonomi
Tingkat sosial ekonomi mampu mempengaruhi status gizi
karena berkaitan dengan pemilihan jenis makanan dan jumlah
19

makanan yang dikonsumsi. Kemakmuran masyarakat yang


semakin meningkat dan pendidikan masyarakat yang juga semakin
tinggi mampu merubah gaya hidup dan pola makanan masyarakat,
mulai dari pola makanan tradisional ke pola makan yang praktis
dan siap saji, dimana makanan tersebut umumnya jauh dari gizi
yang seimbang. Makanan yang siap saji apabila dikonsumsi secara
terus menerus dan tidak terukur akan dapat mengakibatkan
kelebihan kalori di dalam tubuh yang pada akhirnya dapat
menyebabkan obesitas
4) Lingkungan
Masa remaja merupakan masa dimana remaja belum
seutuhnya matang dan umumnya mudah terpengaruh oleh
lingkungan di sekitar mereka. Banyaknya kegiatan yang mereka
lakukan menyebabkan remaja sering menkonsumsi jajanan yang
tidak sehat. Kebiasan ini dipengaruhi oleh keluarga, teman dan
iklan-iklan di televisi. Faktor yang paling berpengaruh adalah teman
sebaya, apabila tidak mengikuti teman-teman sebayanya mereka
takut akan dikucilkan dan akan merusak kepercayaan dirinya,
terutama mengenai pilihan jenis makanan.
5) Genetik
Faktor genetik mempunyai pengaruh besar terhadap berat
dan komposisi tubuh seseorang. Apabila kedua orang tua
mengalami obesitas, maka 75-80% amak-anak juga akan
mengalami obesitas. Jika salah satu orang tua mengalami
obesitas, maka 40% anak-anak akan mengalami obesitas. Namun,
apabila kedua orang tua tidak mengalami obesitas, maka peluang
anak untuk mengalami obesitas relative sangat kecil yaitu kurang
dari 10%.
6) Metabolisme basal
20

Metabolisme basal adalah metabolisme yang


dilaksanakan oleh organ-organ tubuh ketika tubuh sedang istirahat
total (tidur). Setiap orang mengalami kecepatan metabolisme basal
yang tidak sama.
Orang yang mempunyai kecepatan metabolisme basal
rendah, cenderung akan mengalami kegemukan, daripada orang
yang mempunyai kecepatan metabolisme tinggi.
7) Enzim tubuh dan hormon
Enzim adipose tissue lipoprotein mempunyai peran yang
sangat penting dalam meningkatkan berat badan. Fungsi enzim ini
adalah untuk mengontrol kecepatan pemecahan triglisida dalam
darah menjadi asam-asam lemak dan menyalurkannya ke dalam
sel-sel di dalam tubuh untuk disimpan. Ketika seseorang
memerlukan bahan bakar untuk melakukan oksidasi, dibutuhkan
beberapa energi dan tubuh akan memilih glikogen atau lemak
sebagai sumber energinya. Penggunaan glikogen ini mampu
menurunkan glukosa dalam darah sehingga menyebabkan orang
merasa lapar.
8) Status tinggal
Status tinggal berkaitan dengan status dengan siapa
remaja tinggal, apakah bersama orang tua atau tidak. Apabila
remaja tinggal bersama orang tua, ibu mempunyai peran penting
dalam menyediakan asupan makanan bagi keluarga, sehingga
mempunyai pengaruh terhadap status gizi anak.
9) Aktivitas fisik
Seyogyanya, asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh
pada remaja ataupun orang dewasa digunakan untuk melakukan
aktivitas fisik. Orang yang jarang atau kurang melakukan aktivitas
fisik cenderung akan menjadi gemuk, karena energi tersimpan
21

menjadi lemak. Jadi, tingkat aktivitas fisik yang dilakukan


seseorang mempunyai kontribusi terhadap kegemukan terutama
pada aktivitas duduk terus menerus, menonton televisi,
penggunaan komputer dan alat-alat teknologi lainnya.
10)Pola makan
Pola makan merupakan faktor dominan yang mendorong
terjadinya obesitas. Seseorang yang mempunyai kebiasaan
banyak makan cenderung akan mengalami kegemukan. Selain itu,
kebiasaan mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang
serat dapat menunjang terjadinya kegemukan.
Status gizi ditentukan oleh tersedianya zat-zat gizi di dalam
sel dalam jumlah yang cukup dan kombinasi yang tepat. Hal ini
digunakan tubuh untuk tumbuh, berkembang dan berfungsi normal.
Oleh karena itu, status gizi pada dasarnya dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu:27
1) Asupan zat-zat gizi yang berasal dari makanan yang diperlukan
tubuh.
2) Peran faktor yang menentukan besarnya kebutuhan,
penyerapan dan penggunaan zat-zat gizi tersebut. Pada kedua
hal ini, faktor pola konsumsi dan aktivitas fisik berperan.

d. Cara Mengukur Status Gizi


Untuk mengetahui status gizi seseorang dapat dilakukan dua
pengukuran yaitu:28
1) Pengukuran langsung, meliputi:
a) Pemeriksaan anthropometri
22

Pemeriksaan ini berhubungan dengan berbagai macam


pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai
tingkat usia, dan tingkat gizi. 22 Pemeriksaan anthropometri
digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan
energi, yang terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi
jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan penimbangan berat
badan dan pengukuran tinggi badan, lingkar lengan dan lipatan
kulit trisep. Namun dalam penelitian ini hanya akan difokuskan
pada dua parameter yaitu berat badan dan tinggi badan
(1) Berat badan
Berat badan menunjukkan jumlah protein, lemak, air
dan mineral yang terdapat di dalam tulang. 22 definisi berat
badan sebagai salah satu ukuran antropometri yang sudah
digunakan sejak dahulu dalam penentuan status gizi,
terutama pada orang dewasa.27 Ukuran antropometri ini
memberikan gambaran mengenai massa tubuh seseorang
dan dapat dipengaruhi oleh faktor jangka pendek maupun
jangka panjang.
Berat badan seseorang dibentuk oleh beberapa
komponen seperti cairan tubuh, organ tubuh, lemak, otot
dan tulang dengan komposisi yang tidak sama untuk
masingmasing komponen. Komponen lemak pada wanita
biasanya lebih banyak bila dibandingkan dengan pria, dan
komposisi otot pada olahragawan biasanya lebih banyak bila
dibandingkan bukan olahragawan.
Seseorang dikatakan mampu mengendalikan berat
badan jika mampu mencapai berat badan yang ideal untuk
orang seusianya. Berat badan ideal adalah berat badan
23

yang normal yaitu sesuai untuk mempertahankan


kesehatan. Seseorang dikatakan mempunyai berat badan
berlebih bila mempunyai berat badan lebih dari berat badan
idealnya, sekitar 10% - 20%, dan lebih dari 20% orang
tersebut dikatakan obesitas. Berat badan ideal seseorang
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur, jenis
kelamin, aktivitas fisik dan keturunan.27
Pengukuran berat badan sering menjadi
pertimbangan dalam mengukur status gizi karena
merupakan pengukuran atau standar yang paling baik,
mudah dalam melihat perubahan dan dilakukan dalam
waktu yang singkat, dapat mengecuk status gizi saat ini dan
dalam jangka panjang dapat menunjukkan pertumbuhan,
sudah digunakan secara luas dan umum serta tidak banyak
menggunakan ketelitian. Pengukuran berat badan dilakukan
dengan cara menimbang. Alat yang digunakan untuk
menimbang harus memenuhi syarat yaitu mudah dibawa
dari satu tempat ke tempat lainnya, mudah digunakan, harga
relative murah, mudah diperoleh, skala mudah dibaca dan
ketelitian penimbangan maksimum 0,1 kg.
(2) Tinggi badan
Tinggi badan merupakan parameter yang penting
dalam menunjukkan keadaan yang telah lalu dengan
keadaan sekarang.22 definisi tinggi badan sebagai ukuran
tubuh yang mendeskripsikan pertumbuhan rangka. Tinggi
badan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti umur, gender, keturunan dan ras.27.
b) Pemeriksaan biokimia
24

Pemeriksaan biokimia adalah pemeriksaan specimen


yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai
macam jaringan tubuh, seperti darah, urine, tinja, hati dan otot.
Hal ini diuji secara laboratories yang ditujukan untuk mengetahui
kadar hemoglobin, feritin, glukosa dan kolesterol. Tujuannya
adalah untuk mengetahui kekurangan gizi spesifik.
c) Pemeriksaan klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting
untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas
perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan
ketidakcukupan gizi, yang terlihat pada kulit, mata, rambut dan
mukosa oral atau pada kelenjar tiroid. Tujuannya untuk
mengetahui status kekurangan gizi dengan melihat tanda-tanda
khusus.
d) Biofisik
Pemeriksaan biofisik dilakukan dengan cara melihat
kemampuan, fungsi serta perubahan struktur jaringan.
Tujuannya adalah untuk mengetahui situasi tertentu, seperti
orang yang buta senja.
2) Pengukuran tidak langsung
a) Survey konsumsi
Penilaian konsumsi makanan dilaksanakan dengan cara
wawancara mengenai kebiasaan makan dan penghitungan
konsumsi makanan sehari-hari. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan gizi seseorang.
b) Statistik vital
Pemeriksaan ini dilaksanakan dengan analisis data
kesehatan yang meliputi angka kematian, orang sakit dan
kematian yang disebabkan oleh hal-hal yang berkaitan dengan
25

gizi. Tujuannya adalah untuk menemukan indikator tidak


langsung yang berkaitan dengan status gizi masyarakat.
c) Faktor ekologi
Pengukuran ini didasarkan pada ketersediaan
makanan yang dipengaruhi oleh faktor ekologi seperti iklim,
tanah, irigasi dan lain sebagainya. Tujuannya adalah untuk
mengetahui penyebab malnutrisi yang dialami oleh
masyarakat.
Terdapat beberapa indeks antropometri, yaitu:22
1) Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan merupakan salah satu indikator yang
menggambarkan massa tubuh, sehingga berat badan juga dapat
disebut sebagai parameter antropometri yang sangat labil. Hal ini
dikarenakan massa tubuh sangat sensitive terhadap
perubahanperubahan yang mendadak.
2) Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan parameter antropometri yang
memberikan gambaran mengenai kondisi pertumbuhan skeletal.
Tinggi badan kurang sensitive terhadap masalah kurang gizi dalam
waktu singkat dan biasanya akan terlihat dalam waktu yang lama.
Selain itu indeks antropometri ini menunjukkan status gizi di masa
lalu dan berhubungan dengan status sosial ekonomi.
3) Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Berat badan mempunyai hubungan linier dengan tinggi
badan. Pertumbuhan berat badan akan searah dengan
pertumbuhan tinggi badan. Menurut Jelliffe, 22 indeks antropometri
ini merupakan indikator yang baik dalam mengukur status gizi
sekarang.
4) Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LILA/U)
26

Lingkar lengan atas memberikan gambaran mengenai


keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Lingkar
lengan atas adalah indikator yang sangat sederhana, sehingga
dapat dilakukan oleh semua orang.
5) Indeks Massa Tubuh (IMT)
Indeks Massa Tubuh merupakan salah satu indikator
antropometri yang digunakan untuk melihat status gizi yang
berhubungan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.
Rumus IMT adalah:
Berat badan( kg)
IMT=
Tinggi Badan(m)x Tinggi Badan(m)
6) Tebal Lemak Bawah Kulit
Tebal lemak tubuh merupakan pengukuran antropometri
yang menunjukkan massa lemak tubuh dan komposisi tubuh.
Massa lemak dihitung sebagai persentase terhadap berat badan
dengan menjumlahkan tebal lemak pada 4 daerah pengukuran,
kemudian dibandingkan dengan standar persentase lemak tubuh
berdasarkan lipatan bawah kulit untuk menentukan besarnya
persentase lemak tubuh.28

e. Akibat Kekurangan Gizi pada Anak


Gizi kurang maupun gizi lebih dapat memberikan dampak buruk
bagi perkembangan tubuh. Akibat gizi kurang bagi proses tubuh
adalah:20
1) Pertumbuhan
Anak-anak yang mengalami gizi kurang akan terganggu
pertumbuhannya, sehingga tidak bisa tumbuh menurut potensinya.
2) Produksi tenaga
27

Seseorang yang kekurangan gizi akan menyebabkan orang


tersebut kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja dan
melakukan aktivitas, sehingga menjadi malas, lelah dan
produktivitas kerja menurun.
3) Pertahanan tubuh
Kekurangan gizi juga dapat menyebabkan daya tahan
terhadap tekanan menurun, sehingga mudah terserang penyakit.
4) Struktur dan fungsi otak
Kurang gizi yang generasi muda dapat mempengaruhi
perkembangan mental.
Otak akan mencapai bentuk maksimal pada usia anak 2
tahun. Apabila pada usia tersebut, anak kekurangan gizi maka
akan menganggu fungsi kerja otak secara permanen.
5) Perilaku
Orang tua ataupun anak-anak yang kekurangan gizi akan
menunjukan perilaku yang tidak tenang, seperti mudah marah,
tersinggung, cengeng dan apatis.
Kekurangan gizi berdampak pada tumbuh kembang anak.
Anak-anak yang kekurangan gizi akan mengalami gangguan
pertumbuhan fisik, mental dan intelektual. Gangguan tersebut
menyebabkan tingginya angka kematian dan kesakitan, serta
berkurangnya daya tahan tubuh. 29

3. Tumbuh Kembang Anak


a. Definisi Tumbuh Kembang Anak
Pertumbuhan (Growth) dan perkembangan (Development)
memiliki definisi yang sama yaitu sama-sama mengalami perubahan
28

atau saling berkaitan dan sulit dipisahkan, namun secara khusus sifat
keduanya saling berbeda.
Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat
kuantitatif, yaitu bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat
sel, organ, maupun individu. Sebagai contoh, anak bertambah besar
bukan saja secara fisik, melainkan juga ukuran dan struktur organ-
organ tubuh dan otak. Otak anak semakin tumbuh terlihat dari
kapasitasnya untuk belajar lebih besar, mengingat, dan
mempergunakan akalnya semakin meningkat. Anak tumbuh baik
secara fisik maupun mental.30
Perkembangan berkaitan dengan bertambahnya struktur fungsi
tubuh yang meliputi kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara, dan
bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. 30

b. Klassifikasi Tumbuh Kembang anak


1) Klassifikasi Pertumbuhan Anak

Pertumbuhan dapat dibagi dua, yaitu: pertumbuhan yang


bersifat linear dan pertumbuhan massa jaringan.

a) Pertumbuhan linear menggambarkan status gizi yang


dihubungkan pada masa lampau. Ukuran linear yang rendah
biasanya menunjukkan keadaan gizi yang kurang akibat
kekurangan energi dan protein yang diderita waktu
lampau.Ukuran linear yang sering digunakan adalah tinggi atau
panjang badan.
b) Pertumbuhan massa jaringan menggambarkan status gizi yang
dihubungkan pada masa sekarang atau saat pengukuran.
Contoh massa jaringan adalah berat badan, lingkar lengan atas
(LILA) dan tebal lemak bawah kulit. Ukuran yang rendah atau
29

kecil menunjukkan keadaan gizi kurang akibat kekurangan


energi dan protein yang diderita pada waktu pengukuran
dilakukan. Ukuran massa jaringan yang yang paling sering
digunakan adalah berat badan.22

2) Kassifikasi Perkembangan Anak

perkembangan pada anak terdiri dari perrkembangan fisik,


perkembangan intelegtual/kognitif, perkembangan emosi, serta
perkembangan psikososial

a. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik adalah perubahan struktur tubuh


manusia yang terjadi sejak individu berada dalm kandungan
hingga ia dewasa. Perkembangan fisik merupakan hal yang
mendasar bagi kemajuan perkembangan aspek lainnya, jika fisik
berkembang dengan baik maka anak akan lebih bisa
mengembangkan keterampilan fisiknya, mengeksplor
lingkungannya tanpa bantuan orang lain. Perkembangan fisik
anak ditandai dengan berkembangnya kemampuan motorik 18
halus maupun kemampuan motorik kasar, makan yang bergizi
akan sangat mempengaruhi perkembangan fisik anak dengan
terpenuhinya gizi maka perkembangan fisik tidak akan
terganggu dan dapat berjalan sesuai dengan umurnya. 31

b. Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif merupakan kemampuan individu


untuk berpikir lebih kompleks yang meliputi perkembangan
kemampuan berpikir (thinking), memecahkan masalah (problem
30

solving), mengambil keputusan (decision making), kecerdasan


(intellegence), bakat (aptittude). Semakin berkembangnya
kemamapuan kognitif akan memudahkan anak menguasai
pengetahuan yang lebih luas, sehingga anak mampu
menyelesaikan tugas perkembangannya dengan baik, serta
mampu berinteraksi dengan masyarakat dan lingkunganya
dengan semestinya. Optimalisasi perkembangan kognitif sangat
dipengaruhi oleh kematangan fisiologis sehingga
perkembangan kognitif dapat berjalan dengan baik dan
koordinatif.32

c. Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial merupakan pencapaian suatu


kemampuan untuk berperilaku/bersikap sesuai dengan harapan
sosial yang berlaku di lingkungan sosialnya. Individu dikatakan
sesuai dengan harapan sosial jika mencakup paling tidak tiga
komponen, yaitu belajar berperilaku dengan cara yang disetujui
secara sosial, bermain dalam peranan yang disetuji secara
sosial, dan pengembangan sikap social. Hurlock menyatakan
indikator dari perilaku sosial dinyatakan sukses adalah adanya
kerjasama, persaingan yang sehat, keamauan berbagi
(sharing), 19 minat untuk diterima, simpati, empati,
ketergantungan, persahabatan, keinginan permanfaat, imitasi,
dan perilaku lekat.33

d. Perkembangan Emosi

Emosi merupakan gejala perasaan disertai dengan


perubahan perilaku fisik sebagai respon dari hal-hal terjadi
/dirasakan individu pada waktu tertentu seperti marah
31

ditunjukkan dengan teriakan suara keras, atau gembira


ditunjukkan dengan tertawa dan melonjak kegirangan.
Kemampuan bereaksi secara emosional sudah dimiliki anak
sejak lahir, namun perkembangan emosional berikutnya tidak
berjalan dengan sendirinya tetapi sangat dipengaruhi oleh
peran pematangan dan peran proses belajar .34

c. Hal-hal yang ada hubungan dengan Petumbuhan Anak


1. Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan (growth) menurut (Soetjiningsih dan Ranuh, 2015)
adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu bertambahnya
jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun individu.
Sebagai contoh, anak bertambah besar bukan saja secara fisik,
melainkan juga ukuran dan struktur organ-organ tubuh dan otak.
Otak anak semakin tumbuh terlihat dari kapasitasnya untuk belajar
lebih besar, mengingat, dan mempergunakan akalnya semakin
meningkat. Anak tumbuh baik secara fisik maupun mental.
Istilah pertumbuhan khusus dimaksudkan bagi pertumbuhan
dalam ukuran badan dan fungsi fisik dan murni. Pertumbuhan pada
umumnya dibatasi pada perubahan-perubahan struktural dan
fisiologis dalam pembentukan seseorang secara jasmaniah dari
saat masih berbentuk janin melalui periode-periode prenatal (dalam
kandungan), dan postnatal (setelah lahir), sampai pada
kedewasaannya.35
Kartono dalam Sobur (2013), mendefinisikan pertumbuhan
sebagai perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses
pematangan fungsifungsi fisik, yang berlangsung secara normal
pada diri anak yang sehat, dalam peredaran waktu tertentu.
Pertumbuhan sifatnya sementara, hanya terjadi sampai manusia
32

mencapai kematangan fisik. Artinya, individu tidak akan bertambah


tinggi atau besar, jika batas pertumbuhan tubuhnya telah mencapai
tingkat kematangan. Jadi, yang dimaksud dengan pertumbuhan
adalah berkembangnya ukuran fisik dan struktur tubuh yang dapat
diukur dengan satuan panjang ataupun satuan berat.
2. Ciri-ciri pertumbuhan
a) Perubahan ukuran
Perubahan ini terlihat secara jelas pada pertumbuhan
fisik yang dengan bertambahnya umur anak terjadi pula
penambahan berat badan, tinggi badan, lingkar kepala
dan lain-lain.
b) Perubahan proporsi
Selain bertambahnya ukuran-ukuran, tubuh juga
memperlihatkan perubahan proporsi. Tubuh anak
memperlihatkan perbedaan proporsi bila dibandingkan
dengan tubuh orang dewasa. Pada bayi baru lahir titik
pusat terdapat kurang lebih setinggi umbilikus,
sedangkan pada orang dewasa titik pusat tubuh terdapat
kurang lebih setinggi simpisis pubis. Perubahan proporsi
tubuh mulai usia kehamilan 2 bulan sampai dewasa.
c) Hilangnya ciri-ciri lama
Selama proses pertumbuhan terdapat hal-hal yang
terjadi perlahan-lahan, seperti menghilangnya kelenjar
timus, lepasnya gigi susu dan menghilangnya refleks
primitif.
d) Timbulnya ciri-ciri baru
Timbulnya ciri-ciri baru ini adalah akibat pematangan fingsi-
fungsi organ. Perubahan fisik yang penting selama
pertumbuhan adalah munculnya gigi tetap dan munculnya
33

tanda-tanda seks sekunder seperti tumbuhnya rambut pubis


dan aksila, tumbuhnya buah dada pada wanita.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhaan


Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor
internal (genetik) dan faktor eksternal (lingkungan). Faktor internal
antara lain jenis kelamin, obstetrik dan ras atau suku bangsa.
Apabila faktor ini dapat berinteraksi dalam lingkungan yang baik
dan optimal, akan menghasilkan pertumbuhan yang optimal pula.
Gangguan pertumbuhan di negara maju lebih sering diakibatkan
oleh faktor genetik, di negara berkembang selain disebabkan oleh
faktor genetik juga dipengaruhi oleh lingkungan yang tidak
memungkinkan seseorang tumbuh secara optimal. Faktor
eksternal sangat menentukan tercapainya potensi genetik yang
optimal.22
4. Aspek Pertumbuhan
Untuk menilai pertumbuhan anak dilakukan pengukuran
antropometri, pengukuran antropometri meliputi pengukuran berat
badan, tinggi badan (panjang badan), lingkar kepala. Pengukuran
berat badan digunakan untuk menilai hasil peningkatan atau
penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, pengukuran
tinggi badan digunakan untuk menilai status perbaikan gizi
disamping faktor genetik sedangkan pengukuran lingkar kepala
dimaksudkan untuk menilai pertumbuhan otak. Pertumbuhan otak
kecil (mikrosefali) menunjukkan adanya reterdasi mental, apabila
otaknya besar (volume kepala meningkat) terjadi akibat
penyumbatan cairan serebrospinal.38
34

d. Hal-hal yang Ada hubungan dengan Perkembangan Anak

1. Pengertian perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses
pematangan. Perkembangan menyangkut adanya proses
diferensiasi sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem
organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing
dapat memenuhi fungsi di dalamnya termasuk pula perkembangan
emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya. Mengukur perkembangan tidak dapat dilakukan
dengan menggunakan antropometri, tetapi pada anak yang sehat
perkembangannya searah (paralel) dengan pertumbuhannya. 22
Perkembangan (development) adalah perubahan yang bersifat
kuantitatif dan kualitatif, yaitu bertambahnya kemampuan (skill)
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Termasuk
didalamnya perkembangan kognitif, bahasa, motorik, emosi, dan
perkembangan prilaku.40 Perkembangan menurut Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI) (2008) adalah bertambahnya kemampuan
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
lebih teratur, dapat diperkirakan, dan dapat diramalkan sebagai
hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ, serta
sistemnya yang terorgaanisasi. Jadi perkembangan adalah proses
perubahan struktur dan fungsi tubuh yang meliputi perkembangan
kognitif, bahasa, motorik, emosi, dan perkembangan prilaku.
2. Ciri-ciri perkembangan
Ciri-ciri tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang
saling berkaitan. Ciri ciri tersebut adalah sebagai berikut:
35

a. Perkembangan menimbulkan perubahan. Perkembangan terjadi


bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai
dengan perubahan fungsi, misalnya perkembangan intelegensia
pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut
saraf
b. Perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan
selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap
perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya.
c. Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan
yang berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun
perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada masing-
masing anak.
d. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan. Pada saat
pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian,
terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-
lain.
e. Perkembangan mempunyai pola yang tetap. Perkembangan
fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu:
1) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala,
kemudian menuju ke arah kaudal/anggota tubuh (pola
sefalokaudal).
2) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak
kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang
mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).
f. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan. Tahap
perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan
berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya
anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu
36

membuat gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan dan


sebagainya.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak
a. Faktor dalam (internal)
1) Perbedaan ras/etnik
Ras berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.
Beberapa ras atau suku bangsa memiliki karakteristik yang khas,
misalnya bangsa Asia memiliki tubuh yang cenderung pendek atau
kecil sedangkan bangsa Eropa dan Amerika cenderung tinggi
besar.
2) Keluarga
Berkaitan dengan genetik dalam suatu keluarga ada
kecenderungan memiliki postur tubuh yang pendek atau tinggi.
3) Umur
Pada masa prenatal merupakan tahun pertama kehidupan dimana
terjadi pertumbuhan yang sangat pesat.
4) Jenis Kelamin
Pada anak perempuan terjadi perkembangan fungsi reproduksi
yang lebih cepat. Berbeda pada saat melewati masa pubertas,
perkembangan anak laki-laki akan lebih cepat.
5) Genetik
Genetik adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan
menjadi ciri khasnya. Beberapa kelainan genetik berpengaruh pada
tumbuh kembang anak.
6) Kelainan Kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan
pertumbuhan.40

b. Faktor luar (eksternal)


37

1) Faktor prenatal
a) Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama pada trimester akhir kehamilan akan
memengaruhi pertumbuhan janin
b) Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan
kongenital seperti club foot.
c) Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin atau Thalidomid
dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis.
d) Endokrin
Diabetes mellitus dapat menyebabkan makrosomia,
kardiomegali, dan hyperplasia adrenal.
e) Radiasi Paparan
Radiasi dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada
janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental, dan
deformitas anggota gerak, kelainan kongenital mata, serta
kelainan jantung.
f) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH
(Toksoplasma, Rubella, Citomegali virus, Herpes simpleks)
dapat menyebabkan kelainan pada janin seperti katarak, bisu
tuli, mikrosefali, retardasi mental, dan kelainan jantung
kongenital.
g) Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan serta perlakuan salah atau
kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain.
38

2) Faktor persalinan Komplikasi persalinan pada bayi seperti


trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan
otak
3) Faktor pascanatal
a) Biologis: Ras, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan
kesehatan, fungsi metabolism, penyakit kronis serta
hormone.
b) Fisik: Keadaan geografis suatu daerah, sanitasi, keadaan
rumah, serta radiasi
c) Psikososial: Cinta dan kasih sayang, kualitas interaksi,
motivasi belajar, stimulasi.
d) Keluarga: Pekerjaan/pendapatan keluarga, pendidikan
ayah/ibu, jumlah saudara, pola asuh, jenis kelamin, kepribadian
ayah/ibu, stabilitas rumah tangga, dan agama. 40
4. Aspek-aspek perkembangan yang dipantau

a. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan


dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh
yang melibatkan otot-otot besar, seperti duduk, berdiri, dan
sebagainya.

b. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan


dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil,
tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati
sesuatu, menjepit, menulis dan sebagainya.

c. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan


dengan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,
berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.
39

d. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan


dengan kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan
mainan selesai bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, dan
sebagainya.41

5. Alat ukur perkembangan anak


Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah
kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya
penyimpangan tumbuh kembang pada balita. Kuesioner Pra
Skrening Perkembangan (KPSP) merupakan deteksi dini yang
dapat di lakukan di berbagai usia.
a. Pengertian KPSP Kuesioner Pra Skrening Perkembangan
(KPSP) merupakan tes pemeriksaan perkembangan anak dengan
menggunakan kuesioner.41
b. Tujuan KPSP Tujuan skrining/pemeriksaan perkembangan anak
menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan
anak normal atau ada penyimpangan. Instrumen KPSP ini dapat
dilakukan di semua tingkat pelayanan kesehatan dasar.
c. Jadwal skrining/pemeriksaan KPSP Jadwal rutin dilakukan pada
umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72
bulan. Jika anak belum mencapai umur skrining tersebut, minta ibu
datang kembali pada umur skrining yang terdekat untuk
pemeriksaan rutin. Misalnya bayi umur 7 bulan, diminta datang
kembali untuk skrining pada umur 9 bulan. Apabila anak
mempunyai masalah tumbuh kembang pada usia anak diluar
jadwal skrining, maka gunakan KPSP untuk usia skrining terdekat
yang lebih muda.
40

d. Formulir KPSP menurut umur Formulir ini berisi 9-10 pertanyaan


tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak.
Sasaran KPSP anak umur 0-72 bulan. Alat bantu pemeriksaan
berupa: pensil, kertas, bola sebesar bola tennis, kerincingan, kubus
berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah,
potongan biskuit kecil berukuran 0,5-1 cm
e. Interpretasi Hasil KPSP
1) Hitung jawaban Ya (bila dijawab bisa atau sering atau
kadang– kadang).
2) Hitung jawaban Tidak (bila jawaban belum pernah atau tidak
pernah).
3) Bila jawaban YA = 9−10, perkembangan anak sesuai dengan
tahapan perkembangan (S).
4) Bila jawaban YA = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan
(M).
5) Bila jawaban YA = 6 atau kurang, kemungkinan ada
penyimpangan (P).
6) Rincilah jawaban TIDAK pada nomer berapa saja. 41
f. Intervensi
1) Bila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan
berikut:
a) Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya
dengan baik.
b) Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap
perkembangan anak.
c) Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering
mungkin, sesuai dengan umur dan kesiapan anak.
d) Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan
kesehatan di posyandu secara teratur sebulan 1 kali dan
41

setiap ada kegiatan BKB. Jika anak sudah memasuki usia


pra-sekolah (36-72 bulan), anak dapat diikutkan pada
kegiatan di Pusat PAUD, Kelompok Bermain dan Taman
Kanak-Kanak.
e) Lakukan pemeriksaan/skrining rutin menggunakan KPSP
setiap bulan pada anak berumur kurang dari 24 bulan dan
setiap 6 bulan pada anak umur 24 sampai 72 bulan
2) Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan
berikut:
a) Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi
perkembangan pada anak lebih sering lagi, setiap saat dan
sesering mungkin.
b) Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi
perkembangan anak untuk mengatasi penyimpangan /
mengejar ketertinggalannya.
c) Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari
kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan
penyimpangan perkembangannya.
d) Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian
dengan menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan
umur anak.
e) Jika hasil KPSP ulang jawaban “Ya” tetap 7 atau 8 maka
kemungkinan ada penyimpangan (P).
3) Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P),
lakukan tindakan berikut: Rujukan ke Rumah Sakit dengan
menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan
(gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi
dan kemandirian).41
42

e. Akibat Tumbuh Kembang Anak yang Terganggu.

1. Gangguan Bicara dan Bahasa

Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh


perkembangan anak. Karena kemampuan berbahasa sensitif
terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya,
sebab melibatkan kemampuan kognitif, motor, psikologis, emosi
dan lingkungan sekitar anak. Kurang stimulasi akan dapat
menyebabkan gangguan bicara dan berbahasa bahkan gangguan
ini dapat menetap.42

2. Cerebral Palsy

Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang


tidak progresif, yang disebabkan oleh karena suatu
kerusakan/gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf
pusat yang sedang tumbuh/belum selesai pertumbuhannya. 42

3. Sindrom Down

Anak dengan Sindrom Down adalah individu yang dapat


dikenal dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas,
yang terjadi akibat adanya jumlah kromosom 21 yang berlebih.
Perkembangannya lebih lambat dari anak yang normal. Beberapa
faktor seperti kelainan jantung kongenital, hipotonia yang berat,
masalah biologis atau lingkungan lainnya dapat menyebabkan
keterlambatan perkembangan motorik dan keterampilan untuk
menolong diri sendiri.42

4. Perawakan Pendek (stunting)


43

Short stature atau perawakan pendek merupakan suatu


terminologi mengenai tinggi badan yang berada di bawah persentil 3
atau – 2SD pada kurva pertumbuhan yang berlaku pada populasi
tersebut. Penyebabnya dapat karena variasi normal, gangguan gizi,
kelainan kromosom, penyakit sistemik atau karena kelainan
endokrin.42
5. Gangguan Autisme
Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang
gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti
meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut
sangat luas dan berat, yang mempengaruhi anak secara mendalam.
Gangguan perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup
bidang interaksi sosial, komunikasi dan perilaku. 42
6. Retardasi Mental
Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang
rendah (IQ < 70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu
untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas
kemampuan yang dianggap normal.42
7. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk
memusatkan perhatian yang seringkali disertai dengan
hiperaktivitas.42

8. Hubungan ASI Ekslusif dengan Status Gizi dan Tumbuh


Kembang Anak Balita
a. Hubungan ASI Ekslusif dengan Status Gizi Anak Balita

ASI merupakan makanan yang higienis, murah, mudah


diberikan, dan sudah tersedia bagi bayi. ASI menjadi satu-satunya
44

makanan yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama hidupnya


agar menjadi bayi yang sehat. Komposisinya yang dinamis dan sesuai
dengan kebutuhan bayi menjadikan ASI sebagai asupan gizi yang
optimal bagi bayi. ASI dan plasma memiliki konsentrasi ion yang sama
sehingga bayi tidak memerlukan cairan atau makanan tambahan. 44 ASI
memiliki semua unsur-unsur yang memenuhi kebutuhan bayi akan gizi
selama periode sekitar 6 bulan, kecuali jika ibu megalami keadaan gizi
kurang yang berat atau gangguan kesehatan lain. Komposisi ASI akan
berubah sejalan dengan kebutuhan bayi.43
ASI lebih unggul dibandingkan makanan lain untuk bayi
seperti susu formula, karena kandungan protein pada ASI lebih rendah
dibandingkan pada susu sapi sehingga tidak memberatkan kerja ginjal,
jenis proteinnya pun mudah dicerna. Selain itu, ASI mengandung
lemak dalam bentuk asam amino esensial, asam lemak jenuh,
trigliserida rantai sedang, dan kolesterol dalam jumlah yang
mencukupi kebutuhan bayi.44 Dalam suatu penelitian diperoleh adanya
hubungan antara usia, pekerjaan , pengalaman menyusui sebelumnya
dan tingkat pendidikan ibu dengan status gizi balita hubungan dengan
sgnifikanis statistik p=0,017 ditemukan pada pengujian hipotesis
adanya hubungan antara lama pemberian ASI Eksklusif dengan status
gizi balita.

b. Hubungan ASI Ekslusif dengan Pertumbuhan Anak Balita

Menurut penelitian terdapat hubungan pola pemberian ASI


dengan grafik pertumbuhan bayi yaitu cukupnya pemberian ASI, yang
berarti bahwa perilaku Ibu yang positif terhadap teknik pemberian ASI,
frekuensi pemberian ASI, lama atau durasi dalam pemberian ASI dan
45

pemberian ASI Eksklusif. Pengetahuan yang dimiliki ibu melandasi


perilaku ibu dalaam pemberian ASI kepada bayi. Pemberian ASI akan
mempengaruhi asupan ASI dan dapat berdampak pada peningkatan
grafik pertumbuhan bayi.45
Penelitian retrospektif yang dilakukan di Baltimore-Washington
DC terhadap pertumbuhan bayi yang mendapat ASI eksklusif selama
6 bulan atau lebih. Yakni Kurva berat badan terhadap umur dan
panjang badan terhadap umur dari bayi yang mendapat ASI eksklusif
selama 6 bulan tetap berada di atas P50 kurva NCHS. Dan Bayi yang
mendapat ASI eksklusif lebih dari 6 bulan, kurva berat badan terhadap
umur dan kurva panjang badan terhadap umur berada diatas P25
kurva NCHS sampai bayi berumur 9-10 bulan. Penelitian ini
menunjukkan bahwa dalam kondisi yang optimal, ASI eksklusif
mendukung pertumbuhan bayi selama 6 bulan pertama atau lebih. 46

c. Hubungan ASI Ekslusif dengan Perkembangan Anak Balita

teori yang menyatakan bahwa ASI adalah makanan terbaik bagi


bayi usia 0-6 bulan, karena nutrisi dalam ASI yang sesuai dengan bayi
dan dapat membantu dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
bayi, sehingga bayi dapat berkembang sesuai dengan usianya. Untuk
bayi usia 0-6 bulan cukup diberikan Asi Eksklusif. memberikan ASI
eksklusif merupakan faktor penunjang kecerdasan si bayi, memang
tidak mudah karena sang ibu harus memberikannya selama 6 bulan,
masa 6 bulan inilah yang di sebut ASI eksklusif.

Menurut peneliti dari hasil penelitian bahwa ada 7 bayi yang tidak
Asi Eksklusif dan perkembangan motorik bayi nya meragukan. Ini
disebabkan karena ibu sudah memberikan susu formula sejak bayi
46

usia 2 bulan. Nutrisi yang ada dalam asi jauh lebih baik dari susu
formula. Sehingga bayi yang sudah mendapatkan susu formula sejak
bayi dapat mengganggu perkembangan motorik bayi seperti
mengangkat kepala saat bayi berbaring dan tangan bayi di angkat
perlahan. Kemudian ada 3 bayi yang tidak Asi Eksklusif dan
perkembangan motorik bayi nya penyimpangan, dalam skrining
dengan menggunakan KPSP bayi mendapatkan skor 6, jawaban yang
Tidak dalam point bayi tidak mengeluarkan suara memekik saat dia
merasa gembira, bayi belum miring kekiri dan kekanan, bayi belum
bisa meraih mainan dengan jarak dekat dan bayi belum kuat menahan
kepala saat ditegakkan.

ASI Eksklusif terbukti dapat membantu bayi dalam proses


perkembangan motorik bayi. sehingga bayi dapat berkembangan
sesuai usianya tanpa terhambat.

B. Kerangka Teori

Status Asi Eksklusif Tumbuh


Gizi Kembang

Bagan 2.1.kerangka teori

BAB III.
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI
OPERASIONAL
47

A. Kerangka Konsep

Status Gizi

Asi Eksklusif

Tumbuh Kembang

Variable independen variable dependen

Bagan 3.1.kerangka konsep

B. Hipotesis

1. Ada hubungan antara Asi Eksklusif dengan status gizi anak balita
2. Ada hubungan antara Asi Eksklusif dengan pertumbuhan anak balita
3. Ada antara hubungan Asi Eksklusif dengan perkembangan anak balita

C. Definisi operasional

1. Asi Eksklusif
ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan pada bayi usia 0 - 6
bulan tanpa penambahan makanan atau minuman lainnya.
48

Cara ukur: wawancara

Alat ukur: kuesioner

Skala: nominal

2. Status Gizi

Hasil dari keseimbangan antara asupan gizi dengan kebutuhan


gizi yang dibutuhkan oleh balita selama masa pertumbuhannya .

Cara ukur: Menimbang

Alat ukur: Tabel z-score

Skala: nominal

3. Tumbuh Kembang

a. Pertumbuhan/bertambahnya ukuran fisik tubuh anak yang diukur


secara antropometri melalui status gizi (indeks BB/TB) dengan
menggunakan klasifikasi WHO-NCHS

Cara ukur: •Berat Badan: menimbang

•Tinggi Badan: alat ukur

Alat ukur: •Berat Badan: timbangan digital

•Tinggi badan: microtoise

Skala: ordinal

b. Tingkat perkembangan yang dicapai anak sesuai dengan umur


yang dinilai melalui KPSP
49

Cara ukur: kuesioner

Alat ukur: Kuesioner Pra Skreening Per-kembangan anak (KPSP)

Skala: ordinal

BAB IV.

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian


50

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan


case control. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
ASI eksklusif dengan status gizi dan tumbuh kembang pada anak balita
di wilayah kerja puskesmas minasa upa Makassar

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian
Penelitian akan dilakukan di Puskesmas minasa Upa Makassar

2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan selama 6 bulan pada tahun 2020

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah anak balita yang mendapat Asi
Eksklusif di wilayah puskesmas Minasa UPA Makassar

2. Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah anak balita yang
mendapat Asi eksklusif di puskesmas Minasa Upa Makassar yang
memenuhi kriteria penelitian

D. Kriteria sampel penelitian

1. Kriteria Inklusi
a. Ibu balita bersedia berpartisipasi dalam penelitian
b. Ibu balita yang mengisi kuesioner
51

c. Balita yang mendapat Asi Eksklusif dan memiliki data tanggal


lahir, berat badan lahir, riwayat Asi, riwayat penyakit
2. Kriteria Ekslusi
Tidak bersedia mengikuti penelitian (menolak menandatangani
informed consent)

E. Cara Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel dilakukan secara tidak acak (nonprobability
sampling) dengan teknik purposive sampling, yaitu peneliti menentukan
pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri yang sesuai
dengan tujuan penelitian. Salah satu ciri yang dimaksud disini adalah
balita

F. Besar Sampel
Besar sampel pada penelitin ini berdasarkan case control, dan
ditentukan berdasarkan rumus analitik maka untuk menetapkan jumlah
sampel dapat menggunakan rumus dengan metode purposive sampling

( Z α √ 2 PQ+ Zβ √ P 1Q 1+ P2 Q 2)²
n 1= ¿
( P1−P2)² ¿
(Dahlan,2010)

Keterangan:
n1 : Besar sampel sebagai kasus
n2 : Besar sampel sebagai control
Z α: 1,96 (Kesalahan tipe 1 ditetapkan sebesar 5%)
Z β: 0,84 (Kesalahan tipe 2 ditetapkan sebesar 20%)
P1: Proporsi pada beresiko atau kasus
Q1: 1-P1
52

P2: 0,57(Proporsi pada kelompok tidak terpajan atau kontrol. Berdasarkan


penelitian yang telah dilakukan Amin et.al. (2012), proporsi pada balitayang
tidak mengalami kejadian diare adalah 57%)
Q2: 1-P2
P 1+ P 2
P: Proporsi total =
2
Q: 1-P
P1-P2: 0,3(Perbandingan proporsi minimal yang dianggap bermakna jika
selisihnya 30%)

G. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini jenis data yang diambil merupakan data primer.
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari masing-masing
subyek penelitian. Dimana dalam penelitian ini diambil berdasarkan
kriteria yang tercantum dalam formulir pengambilan data dan melakukan
wawancara berdasarkan pertanyaan didalam kuesioner.

H. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini peniliti menggunakan instrumen penelitian berupa:


1. Panduan wawancara dan Kuesioner
2. Timbangan digital untuk mengukur berat badan balita
3. Microtoise untuk mengukur tinggi badan balita, dan menggunakan
indeks BB/TB kemudian disesuaikan hasil pengukuran indeks dengan
pengklasifikasian z-score menurut WHO (2005).
4. Kuesioner Pra Skreening Per-kembangan anak (KPSP)

I. Alur Penelitian
53

Populasi penderita
Izin penelitian KEPALA
hipertensi yang berobat
PUSKESMAS DAN
ke puskesmas minasa upa
PERSETUJUAN SUBYEK
makassar Memenuhi
kriteria inklusi
Subjek Penelitian

Pengambilan data

PENGUMPULAN DATA

Pengolahan dan Analisis data

PENULISAN HASIL

Penyajian Hasil Penelitian

J. Prosedur Penelitian

1. populasi penelitian adalah semua anak balita yang mendapat Asi


Eksklusif di puskesmas minasa upa makassar.
2. Peneliti meminta izin menggunakan anak balita yang mendapat Asi
Eksklusif sebagai subjek dalam penelitian kepada kepala puskesmas
minasa upa makassar
3. Peneliti menjelaskan tentang tentang yang akan dilakukan :
a. Latar belakang masalah :
b. Tujuan penelitian : untuk mengetahui hubungan antara asi eksklusif
dengan status gizi dan tumbuh kembang anak balita
54

c. Manfaat penelitian : hasil penelitian bisa dipakai petugas keshatan


sebagai bahan promosi kesehatan, dipakai svitas akademia
institusi pendidikan kesehatan dan kedokteran sebagai bahan
penambah ilmu dan rujukan untuk penelitian, dan untk peneliti
bermanfaat untuk menambah ilmu dan pengalaman meneliti.
d. Peneliti akan menjaga keselamatan responden dan kerahasiaan
data selama penelitian berlangsung : data pribadi dari responden
akan dituliskan nomor kode agar kerahasiaan tetap terjaga.
e. Peneliti menjelaskan kepada responden mengenai hak responden,
yaitu hak menolak ikut penelitian ataupun membatalkan
persetujuan tanpa adanya kunsekuensi.
4. Setelah subjek mengerti mengenai penjelasan yang telah diberikan,
peneliti meminta persetujuan dari subyek dengan mengisi dan
menandatangani formulir persetujuan
5. Subyek peneliti adalah anak balita yang mendapat Asi Eksklusif di
wilayah puskemas minasa upa makassar
6. Peneliti melakukan pengambilan data dari subyek penelitian :
a. Peneliti mengobservasi usia subyek berdasarkan kartu identitas
subyek, lalu mengelompokkan kedalam usia berisiko dan tidak
berisiko.
b. Peneliti mengelompokkan klasifikasi berdasarkan status gizi anak
c. Peneliti mengambil data berdasarkan jumlah paritas kemudian
mengelompokkannya kedalam kriteria berisiko dan tidak berisiko.
7. Peneliti akan melakukan pengumpulan data kemudian semua data
yang terkumpul di input ke dalam computer menggunakan aplikasi
SPSS.
8. Kemudian dilakukan analisis dan pengolahan data lebih lanjut
menggunakan metode aplikasi SPSS serta data yang digunakan
sangat dijaga kerahasiaannya.
55

9. Setelah analisis data selesai, peneliti menulis hasil akhir penelitian


10. Kemudian melakukan penyajian secara lisan dan tulisan.

K. Rencana Pengolahan dan Analisis Data, serta Dummy


Table

1. Rencana Pengolahan dan Analisis Data

Dalam penelitian ini pengolahan dan analisis data


menggunakan komputer, serta aplikasi SPSS digunakan untuk
pengolahan data.

2. Dummy Table

Dummy Table 1. Jumlah Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas


Minasa Upa Makassar, Berdasarkan Pemberian ASI Ekslusif di Tahun
2020

No Pemberian ASI eksklusif Jumlah(f) Persen(%)


1. ASI eksklusif
2. Tidak ASI eksklusif
Jumlah

Dummy Table 2. Hubungan ASI Ekslusif dengan Status Gizi Anak


Balita

Pemberian Status gizi


ASI
eksklusif Gizi lebih Gizi baik Gizi kurang Total
f % f % f % f %
ASI
eksklusif
Tidak ASI
56

eksklusif
Total

Dummy Table 3. Hubungan ASI Ekslusif dengan Pertumbuhan Anak


Balita

Pemberian Frekuensi Persentase(%)


Asi Eksklusif

ASI
eksklusif
Tidak ASI
eksklusif
Total

Dummy Table 4. Hubungan ASI Ekslusif dengan Perkembangan Anak


Balita

Pemberian Frekuensi Persentase(%)


Asi Eksklusif

ASI
eksklusif
Tidak ASI
eksklusif
Total

L. Aspek Etika Penelitian

1. Mendapat izin penelitian dari Kepala Puskesms Minasa Upa untuk


melakukan penelitian di puskesmas ini.
2. Mendapat persetujuan dari subyek penelitian setelah diberi penjelasan
tentang penelitian yang akan dilakukan.
57

3. Peneliti tidak akan mengganti data pribadi penderita pada formulir


pengambilan data dan kuesioner dengan dengan nomor kode.
4. Data nanti akan disajikan secara lisan maupun tulisan tanpa data
pribadi penderita. .
5. Peneliti hanya akan melakukan pemeriksaa yang tidak akan
membahayakan subyek..
6. Peneliti hanya akan menanyakan hal-hal yang tidak akan
mengganggu subyek..
7. Peneliti akan melakukan penelitian dengan memperhitungkan
manfaat dan kerugian yang ditimbulkan dalam penelitian.
8. Peneliti melakukan penelitian sesuai dengan prosedur yang ditetapkan
dan meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subjek penelitian.
9. Diharapkan penelitian ini dapat memberi manfaat kepada semua pihak
yang terkait sesuai dengan manfaat penelitian yang telah disebutkan
sebelumnya.

BAB V.

LAMPIRAN

A. Lampiran 1. Jadwal Penelitian


B. Lampiran 2. Fomulir Izin Kepala Puskesmas Minasa Baji
C. Lampiran 3. Naskah Penjelasan untuk Subyek
D. Lampiran 4. Formulir Persetujuan Subyek setelah Mendapat
Penjelasan.
E. Lampiran 5. Tim Peneliti dan Biodata Peneliti Utama
F. Lampiran 6. Formulir Pengambilan Data
G. Lampiran 7. Kuesioner
58

H. Lampiran 8. Rencana Biaya Penelitian Dan Sumber Dana


59

DAFTAR PUSTAKA

1. Novita L, Gurnida D, & Garna H. Perbandingan fungsi kognitif bayi usia 6


bulan yang mendapat dan yang tidak mendapat ASI eksklusif. Sari
Pediatri. 2008; 9(6).
2. Siregar, A., 2004, Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya, Jurnal Gizi Kesehatan Masyarakat 2004; 3(2): 81-92.
3. Pertiwi Putri. 2012. Gambaran Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi
Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang.
Skripsi.Program Sarjana Reguler Universitas Indonesia. Jakarta
4. Puspita, D.E. 2016. Hubungan Status Pekerjaan Ibu Dengan Pemberian
Asi Eksklusif Pada Bayi Usia 7-12 Bulan Di Dusun Sari Agung Wonosobo.
5. Kemenkes RI. Buku Saku Pemantauan Status Gizi (PSG) Tahun 2017.
6. .(Jedrychowski W, Perera F, Janskowski J. 2012. Effect of Exclusive
Breastfeeding on The Development of Children’s Cognitive Function In
The Krakow Prospective Birth Cohort Study. Eur J Pediatri
7. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar 2010
8. World Health Organization(WHO). 2016. Exclusife Breastfeeding
9. Wiji, R.N. 2013. Asi dan Panduan Ibu Menyusui. Nuha Medika.
Yogyakarta.
10. Maryunani, A. 2012. Inisiasi Menyusu Dini, Asi Eksklusif dan Manajemen
Laktasi.CV Trans Info Media. Jakarta.
11. Astutik., R.Y. 2014. Payudara dan Laktasi.Jakarta: Salemba Medika, pp.
12-3
12. Haryono, Rudi dan Setianingsih, Sulis. 2014. Manfaat ASI Eksklusif untuk
Buah Hati Anda. Yogyakarta : Gosyen Publishing.
13. Proverawati, Atikah dan Eni Rahmawati. 2010. Kapita Selekta ASI dan
Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika.
14. Buonocore G, Bracci R, Weindling M. Neonatology: A practical approach
to neonatal diseases. Milan: Springer; 2012.
15. Susanty M, Kartika M, Hadju V, Alharini S. Hubungan pola pemberian ASI
dan MP-ASI dengan gizi buruk pada anak 6-24 bulan di Kelurahan
Pannampu Makassar. Jurnal Media Gizi Masyarakat Indonesia. 2012; 1
(2): 97-103)
60

16. Kemenkes RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar. Departemen Kesehatan


RI.Jakarta
17. Departemen Kesehatan RI.JakartaDepkes RI. 2013. Riset Kesehatan
Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI.
18. Supariasa, I D. N., (2016). Pendidikan & Konsultasi Gizi.Jakarta: EGC
19. Rismayanthi C. 2012. Hubungan Antara Status Gizi dan Tingkat
Kebugaran Jasmani. Jurnal Pendidikan. 42(1):29 - 38
20. Almatsier, S.2010.Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia
PustakaUtama.Jakarta
21. Waspadji, S., dkk (2010). Daftar Bahan Makanan Penukar Edisi 3. Jakarta
: Badan Penerbit FK UI
22. Supariasa, I. D., Bakri, B., & Fajar, I. (2016).Penilaian Status Gizi.Jakarta:
PenerbitBuku Kedokteran EGC.
23. Kemenkes RI. 2010. Standar Antropomertri Penlilaian Status Gizi Anak.
Jakarta.
24. Simarmata, D., 2009. Kajian Ketersediaan Pangan Rumah Tangga,
Status Ekonomi Keluarga, Pengetahuan Gizi Ibu dengan Status Gizi Anak
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Melati Kecamatan PerbaunganTahun
2009.
25. Supariasa., 2014. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC
26. Zuhdy, N., 2015. Hubungan Pola Aktivitas Fisik Dan Pola Makan Dengan
Status Gizi Pada Pelajar Putri SMA Kelas 1 Di Denpasar Utara. Tesis.
Universitas Udayana. Denpasar.
27. Waspadji, S., et al. 2010.Pengkajian Status Gizi StudiEpidemiologi dan
Penelitiandi Rumah Sakit. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
28. Irianto, Agus Maladi. (2016). “The Development of TraditionalPerformance
as an Adaptive Strategy Used by Javanese Farmers”. Jurnal Harmonia16
(1) (2016): 2355-3820.
29. Zaenab, S., Alasiry, E& Idris, I. Pengaruh Pemberian Asi Eksklusif
Terhadap Pertumbuhan Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota
Kendari. JST Kesehatan, Januari 2016, Vol.6 No.1 : 97 – 102)
30. Soetjiningsih dan Ign. N. Gede Ranuh. (2015). Tumbuh Kembang Anak.
Edisi 2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
31. Ahmad Susanto. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar dalam
Berbagai Aspeknya. Jakarta: Kencana Perdana Media Group.
61

32. Agoes Dariyo. (2007). Psikologi Perkembangan Bandung : PT.Refika


Aditama
33. Hartinah, Siti. (2010). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Rafika
Aditama
34. Poerwanti, Endang. (2002). Perkembangan Peserta Didik. Malang :
Universitas Muhammadiyah Malang.
35. Alex Sobur, M.Si. 2013.Psikologi Umum dalam Lintas Sejarah.Bandung:
CV Pustaka Setia
36. Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta.
37. Hardiansyah,. Supariasa. 2016 Ilmu Gizi Teori & Aplikasi. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
38. Aziz, Hidayat. (2011). Metode penelitian Keperawatan dan TeknikAnalisis
Data. Jakarta: Salemba Medika
39. Kementrian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012.
Jakarta 2013
40. Soetjiningsih. 2014. Tumbuh KembangAnak. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
41. Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta:
Kemenkes; 2017.
42. Kemenkes RI. Survei Kesehatan Dasar Indonesia. Jakarta:
KementrianKesehatan Republik Indonesia, 2012
43. Gibney et al. 2005. Gizi Kesehatan Masyarakat. (Palupi Widyastuti & Erita
Agustin, Penerjemah). EGC, Jakarta
44. Brown, et al., 2005.Spreading The Words : Investigating Antecedents of
Customer’s Positive Word of Mouth Intention And Behavior in Retailing
Context,Academy of Marketing Science Journals, Vol.33, no 2, p.123-138
45. Hariani, R.E., Amareta, D.I., & Suryana, A.L., 2016. Pola Pemberian ASI
dan Makanan Pendamping ASI Terhadap Grafik Pertumbuhan pada Kartu
Menuju Sehat (KMS).Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol. 1(1):41-46.
46. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas36DAFTAR
PUSTAKA1.Sekartini R, Tikoalu J. Air Susu Ibu dan Tumbuh Kembang
Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2013.

Anda mungkin juga menyukai