Anda di halaman 1dari 19

TUGAS

ADVOKASI GIZI

Untuk memenuhi tugas matakuliah Advokasi Gizi


Yang diampu oleh :

Bapak Juin Hadisuyitno, SST., M. Kes

Oleh :
Elma Natalia Anggraeni
P17111173036

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
MALANG
2020
DAFTAR PUSTAKA
TUGAS 1

RINGKASAN MATERI ADVOKASI (KONSEP “A FRAME FOR ADVOCACY)

A. Definisi Advokasi

Advokasi merupakan usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui berbagai


bentuk komunikasi atau sebuah gerakan yangg ditentukan oleh pihak yang berwenang
untuk membimbing atau mengendalikan perilaku lembaga, masyarakat dan individu.

B. Langkah – Langkah

Dikenal bagan “A” frame dalam meliputi :

1. Analisis
 Langkah awal advokasi yang efektif.
 Adanya ketersediaan informasi yg akurat dan pemahaman mendalam mengenai
permasalahan yg ada
 Pemahaman seputar masyarakat yg terlibat;kebijakan serta keberadaannya;
organisasi-organisasi (pemerintah, non pemerintah (LSM, NGO) dan jalur2
pembuat keputusan (birokrasi)

2. Strategi
 Tahapan strategi dibangun berdasarkan tahapan analisis yg mengarahkan,
merencanakan dan memfokuskan upaya pada tujuan khusus, serta menetapkan
pada jalur yg jelas dalam mencapai tujuan dan sasaran yg telah ditentukan.
 Menetapkan tujuan
 Pemilihan bentuk aksi
 Perumusan isi pesan  konsep BISSWTS
- B = Bahasa
- I = Ide / isi pesan
- S = Subyek / sasaran
- S = Sumber pesan yang dipercaya sasaran advokasi
- W = waktu penyampaian pesan advokasi
- T = tempat melakukan advokasi
- S = saluran komunikasi pesan
 Isi pesan Advokasi  konsep SEEA
- S : STATEMENT / pernyataan sederhana
- E : EVIDENCE / bukti / fakta-faktanya
- E : EXAMPLE / contoh dg cerita / analogi
- A : ACTION / tindakan aksi
- Pemilihan media
3. Mobilisasi
 Penggunaan media massa
 Peingkatan jejaring
 Pengangkaran issu (memblow-up) dengan cara :
- Kembangkan rencana kerja yg sesuai
- Delegasikan tanggung jawab kpd anggota koalisi untuk memonitor setiap
peristiwa
- Buat jaringan kerja!
- Organisasikan pelatihan dan praktek advokasi
- Identifikasi , uji dan gabungkan semua data yg mendukung
4. Tindakan / aksi
 Makin banyak yang “terlibat”, makin baik
 Tindakan “Bersama”
 Dilakukan terus menerus dan konsisten

5. Evaluasi
Aspek yang di evaluasi:
 Penetapan sasaran
 Perumusan tujuan
 Perumusan isi pesan
 Pemilihan saluran
 Peran jejaring
 Pencapaian hasil
Indikator Keberhasilan

 Adanya SK, MOU, surat edaran, intruksi, himbauan, fatwa,


kesepakatan/kebulatan tekad, naskah kerjasama bidang kesmas.
 Adanya peningkatan anggaran untuk kegiatan sikda, sistem pembiayaan,
manajemen SDM, P2KT, manajemen strategik dari DPRD dan
direalisasikan di APBD tahunan
 Adanya jadwal koordinasi (termasuk pertemuan reguler/teratur),
pemantauan & penilaian antar DPRD dan Pemda
 Perubahan kebijakan, pelaksanaan dalam bidang kesehatan masyarakat
 Perbaikan status kesehatan masyarakat (jangka panjang)
6. Kesinambungan
 Perubahan perilaku waktu Panjang
 Advokasi bukan “komunikasi tunggal”
 Isi pesan perlu diperluas dan diperdalam
 Tujuan semakin diperinci dan diperjelas

7. Evaluasi
Evaluasi perlu dilakukan baik terhadap proses, output maupun dampak dari
advokasi yang telah dilakukan. Dengan menggunakan Rencana Strategis yang telah
disusun akan memudahkan dalam melakukan evaluasi. Evaluasi memuat :
1. Penilaian terhadap penetapan sasaran
- Untuk mengevaluasi suatu kegiatan advokasi yang pertama-tama kita
harus menyusun beberapa pertanyaan yang terkait dengan apa yang
dilakukan saat menjalankan advokasi.
- Mengetahui kembali kelompok sasaran advokasi yang direncanakan
apakah itu kelompok Legislatif (Anggota dewan dengan merinci
komisis-komisi yang ada di dewan tersebut dengan maksud program
yang akan kita ajukan tepat pada bagian yang membidanginya,
demikian pada kelompok Eksekutif.
2. Penilaian terhadap perumusan tujuan
- Melihat kembali tujuan yang sudah direncanakan itu sangat penting
supaya apa yang dilakukan tidak melenceng dari tujuan awal
mengapa advokasi ini dilakukan.
- Pada kegiatan advokasi gizi ini tidak hanya satu kelompok sasaran
saja maka perlu dilihat apakah masing masing tujuan tiap kelompok
sudah sesuai dengan yang diinginkan
3. Penilaian terhadap isi pesan
a. Isi yang sudah dibuat dapat menggambarkan tujuan yang akan dicapai
(misal, tujuannya penurunan angka stunting, pesan yang dibuat Cegah
Stunting itu Penting)
b. Pesan dalam advokasi salah satu syaratnya adalah menggunakan
kalimat yang sederhana dan mudah dipahami oleh setiap kelompok
sasaran, seperti contoh di atas, dengan menanyakan kepada sasaran
apakah pesan yang disampaikan mudah dimengerti atau tidak dan juga
dapat menggugah respon untuk berkontribusi dalam program tersebut.
c. Dengan pesan yang telah disampaikan dapat menggambarkan program
yang dilakukan mencapai target yang diharapkan. Contoh: dengan
melakukan kegiatan pencegahan stunting berupa pembangunan
jamban keluarga yang dampaknya mengurangi kejadian diare sehingga
menurunkan angka kesakitan di masyarakat, yang akhirnya dapat
menurunkan kejadian stunting di wilayah tersebut.

4. Penilaian terhadap pemilihan media dan saluran


Penggunaan media pada pelaksanaan advokasi sangat penting
karena dapat membentuk opini masyarakat terkait permasalahan kesehatan
(gizi)yang dialami oleh masyarakat.
a. Dengan penggunaan media dan saluran yang tepat akan menjadikan
pesan yang disampaikan tetap sasaran sehingga menimbulkan aware
terhadap masalah yang ada, yang sebelumnya tidak menjadi masalah
bagai kelompok masyarakat atau kelompok sasaran advokasi.
b. Mengetahui media yang sudah digunkan sesuai dengan kelompok
sasaran apa belum, hal ini terkait dengan metode advokasi digunakan.
c. Hal ini penting agar pesan yang disampaikan tepat pada sasaran,
misalnya pesan yang terkait dengan peningkatan kinerja Posyandu
media yang digunakan adalah memasang baliho agar masyarakat ikut
berpartisipasi dlam kegiatan Posyandu maka penempatannya ditempat
yang banyak dilihat oleh masyarakat tersebut.
d. Pengunaan multimedia sangat penting disesuai dengan sarasan yang
ada dan perkembangan teknologi informasi.
5. Penilaian terhadap pembentukan dan penggalangan kelompok
pendukung/koalisi
Kegiatan advokasi akan mendapatkan hasil yan baik jika
menggandeng beberapa pihak yang berada di luar institusi, hal ini
dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa banyak organisasi/kelompok yang
peduli terhadap masalah gizi (stunting).
Keberadaan koalisi dalam membantu advokasi harus dievaluasi
apakah sudah sesuai dan sejalan dengan tujuan yang akan dicapai.
a. Tidak semua koalisi mempunyai gerakan yang sama, ada yang lambat dan
juga ada yang cepat dan mempunyai pengaruh, dari beberapa koalisi
tersebut kita menjadi tahu mana yang aktif dan tidak aktif.
b. Pelaksanaan dalam menggandeng koalisi dengan berbagai cara kita lihat
mana yang dapat memberikan kontribusi terhadap kegiatan advokasi,
apakah lebih paham terhadap tujuan yang akan dicapai dan pergerakan
dari kolaisi tersebut.
c. Mengetahui jumlah koalisi bertambah atau berkurang, untuk mengetahui
dukungan dari kelompok masyarakat, semakin banyak dukungan
memungkinkan semakin berhasil tujuan yang akan dicapainya.
d. Peran serta kelompok/koalisi dalam membantu mencapai tujuan advokasi
sangat diperlukan untuk dijadikan pendorong upaya percepatan
keberhasilannya.
6. Intensitas, sekuen dan jadwal kegiatan
Keberhasilan advokasi tidak dapat dilakukan hanya satu kali saja
maka dilakukan berkali-kali, waktu yang dibutuhkan bisa sangat lama.
Dengan mengetahui intensitas, jadawal kegiatan yang sudah disusun,
keterkaitan dengan sekktor yang lain serta kedisiplinan dalam melakukan
kegiatan apakah sudah memperoleh hasil yang diharapkan apa belum, jika
belum maka hal-hal apa yang masih kurang saat menjalankan advokasi.
Selain menggunakan rencana strategis yang telah disusun sebagaI
tolok ukur, dalam proses evaluasi kita perlu pula memperhatikan
perkembangan global, perubahan kebijakan-kebijakan lain yang mungkin
berkaitan/berpengaruh serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan kata lain langkah evaluasi yang baik harus mampu membantu kita
untuk mewujudkan yang akan datang menjadi lebih baik dari yang sudah.
TUGAS 2

SOAL ADVOKASI GIZI


TUGAS 3

RENCANA ADVOKASI GIZI


A. Latar Belakang
Anak pendek (Stunting) merupakan permasalahan yang tengah dihadapi oleh
dunia khususnya di Negara miskin dan berkembang (Unicef, 2013 dalam Mitra,
2015). Di Indonesia sendiri kejadian stunting masih memprihatinkan, setiap tahun
prevalensi stunting mengalami penuruan dan juga kenaikan. Ini terbukti dari hasil
data Riskesdas tahun 2007 (36%), 2010 (35%), 2013 (37,2%), 2015 (29%)
(Kemenkes, 2016). Sedangkan tahun 2018 prevelensi stunting mengalami kenaikan
kembali yaitu 30,8 % data ini menunjukkan bahwa prevelensi stunting masih diatas
target yang ingin dicapai oleh nasional (Riskesdas, 2018). Berdasarkan data Dinas
Kesehatan Jatim pada Juli 2019, prevalensi stunting balita di Jatim sebesar 36,81 %.
Kota Malang merupakan daerah dengan prevalensi tertinggi stunting yaitu sebesar
51,7% diantara 2 daerah lain Kabupaten Probolinggo 50,2 %, dan Kabupaten
Pasuruan 47,6 %.

Penyebab masalah gizi, yaitu faktor yang berhubungan dengan ketahanan


pangan khususnya akses terhadap pangan bergizi (makanan), lingkungan sosial
yang terkait dengan praktik pemberian makanan bayi dan anak (pengasuhan), akses
terhadap pelayanan kesehatan untuk pencegahan dan pengobatan (kesehatan),
serta kesehatan lingkungan yang meliputi tersedianya sarana air bersih dan sanitasi
(lingkungan). Keempat faktor tersebut secara tidak langsung mempengaruhi asupan
gizi dan status kesehatan ibu dan anak. Intervensi terhadap keempat faktor tersebut
diharapkan dapat mencegah malnutrisi, baik kekurangan maupun kelebihan gizi.

Penyebab tidak langsung masalah stunting dipengaruhi oleh berbagai


faktor,meliputi pendapatan dan kesenjangan ekonomi, perdagangan, urbanisasi,
globalisasi, sistem pangan, jaminan sosial, sistem kesehatan, pembangunan
pertanian, dan pemberdayaan perempuan. Untuk mengatasi penyebab stunting,
diperlukan prasyarat pendukung yang mencakup: (a) Komitmen politik dan kebijakan
untuk pelaksanaan; (b) Keterlibatan pemerintah dan lintas sektor; dan (c) Kapasitas
untuk melaksanakan.

Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting (Stranas Stunting) disusun


melalui proses penilaian dan diagnosis pencegahan stunting, termasuk identifikasi
prioritas kegiatan. Tujuannya adalah untuk memastikan agar semua sumber daya
diarahkan dan dialokasikan untuk mendukung dan membiayai kegiatan-kegiatan
prioritas, terutama untuk meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan gizi pada
kelompok ibu hamil dan anak berusia 0-23 bulan atau rumah tangga 1.000 HPK.

Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang mengatur


penyelenggaraan upaya perbaikan gizi masyarakat meliputi: arah, tujuan, dan
strategi perbaikan gizi masyarakat. Tujuan perbaikan gizi adalah meningkatkan mutu
gizi perorangan dan masyarakat. Terdapat empat strategi perbaikan gizi masyarakat,
yaitu: 1) Perbaikan pola konsumsi makanan yang sesuai dengan gizi seimbang; 2)
Perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik, dan kesehatan; 3) Peningkatan akses
dan mutu pelayanan gizi yang sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi; dan 4)
Peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi. Undang-Undang No. 18 tahun
2012 tentang Pangan menyebutkan bahwa status gizi masyarakat merupakan salah
satu pertimbangan dalam pembangunan pangan dan mewajibkan pemerintah pusat
dan pemerintah daerah menyusun Rencana Aksi Pangan dan Gizi (RAPG) setiap
lima tahun.

Upaya Pemerintah dalam mengatasi stunting yaitu dengan intervensi sepesifik


dan spesifik. Intervensi gizi spesifik menyasar penyebab stunting yang meliputi: 1)
Kecukupan asupan makanan dan gizi; 2) Pemberian makan, perawatan dan pola
asuh; dan 3) Pengobatan infeksi/penyakit. Serta intervensi sensitif mencakup: (a)
Peningkatan akses pangan bergizi; (b) Peningkatan kesadaran, komitmen dan
praktik pengasuhan gizi ibu dan anak; (c) Peningkatan akses dan kualitas pelayanan
gizi dan kesehatan; dan (d) Peningkatan penyediaan air bersih dan sarana sanitasi.
Intervensi gizi sensitif umumnya dilaksanakan di luar Kementerian Kesehatan.

Penyelenggaraan Percepatan Pencegahan Stunting masih banyak mengalami


kendala seperti penyelenggaraan intervensi gizi spesifik dan sensitif masih belum
terpadu, baik dari proses perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan,
pemantauan, maupun evaluasi. Selain itu, Kebijakan dan program yang dilaksanakan
oleh berbagai sektor belum memprioritaskan intervensi yang terbukti efektif. Stunting
yang telah ditetapkan sebagai prioritas nasional di dalam RPJMN 2015-2019 belum
dijabarkan menjadi program dan kegiatan prioritas oleh sektor/lembaga terkait.
Pengalokasian dan pemanfaatan sumber daya dan sumber dana belum efektif dan
efisien. Belum ada kepastian pemenuhan kebutuhan sumber dana untuk
pencegahan stunting di tingkat kabupaten/kota. Potensi sumber daya dan sumber
dana tersedia dari berbagai sumber, namun belum diidentifikasi dan dimobilisasi
secara optimal. Terdapat keterbatasan kapasitas penyelenggara program,
ketersediaan, kualitas, dan pemanfaatan data untuk mengembangkan kebijakan.
Program advokasi, sosialisasi, kampanye stunting, kegiatan konseling, dan
keterlibatan masyarakat masih sangat terbatas. Di tingkat lapangan (desa) berbagai
kegiatan yang terkait dengan stunting belum terpadu, baik dalam penetapan sasaran,
perencanaan kegiatan, peran dan tugas antar pihak. Akibatnya cakupan dan kualitas
berbagai pelayanan kurang optimal. Secara umum,koordinasi program di berbagai
tingkat administrasi sangat lemah.

B. Tujuan Advokasi
1) Tujuan Umum
Mempercepat pencegahan stunting
2) Tujuan Khusus
 Memperoleh simpati pemangku kebijakan dalam upaya pencegahan stunting
 Memperoleh saran dan solusi mengenai kendala dalam penanganan stunting
 Memperoleh kebijakan dalam rangka percepatan pencegahan stunting
C. Metode Advokasi
Negosiasi
D. Isu Strategis
Stunting dapat menurunkan produk domestik bruto negara sebesar 3% atau 300 juta
trilyun per tahun

E. Isi Pesan
Bahaya stunting mengancam bangsa Indonesia. Hampir 9 juta balita di
Indonesia mengalami stunting. Indonesia merupakan negara peringkat 3 dengan
angka prevalensi stunting tertinggi di Asia pada 2017. Kota Malang juga merupakan
daerah dengan prevalensi tertinggi stunting di Jawa Timur yaitu sebesar 51,7%. Jika
di situasi ini biarkan, mereka akan menjadi generasi yang hilang.

Stunting adalah keadaan balita lebih pendek standart tinggi badan balita
seumurnya. Stunting disebabkan oleh kekurangan gizi yang lama sejak 1000 HPK.
Pekembangan otak dan fisik menjadi terhambat, rentan terhadap penyakit, anak
stunting cenderung sulit berprestasi dan mudah mengalami kegemukan serta
terkena penyakit degeneratif. Pada usia produktif, anak stunting berpenghasilan lebih
rendah 20% dibanding mereka yang tumbuh optimal. Stunting dapat menurunkan
produk domestik negara sebesar 3% . Bagi Indonesia stunting menyebabkan
kerugian sebesar 300 trilyun per tahun.

Jalan keluar untuk pencegahan stunting antara lain dengan memastikan


kesehatan dan kecukupan gizi pada 1000 HPK. Untuk itu, pemerintah perlu
merevitalisasi posyandu sebagai sarana pendidikan gizi dan pemantauan tumbuh
kembang balita, melatih petugas kesehatan dan kader agar mampu mendidik
masyarakat. Memberikan tablet tambah darah untuk ibu hamil serta vitamin A dan
obat cacing untuk balita, memfasilitasi masyarakat agar setiap keluarga memiliki dan
menggnakan jamban yang sehat serta mendidik masyarakat agar dapat mengolah
dan meyimpan air minum yang aman.

Program tersebut merupakan investasi yang menguntungkan jika angka


stunting dapat diturunkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa ditingkatkan.
Investasi untuk mencegah stunting menjanjikan keuntungan 48x lipat artinya, jika kita
berinvestasi 100 juta saja, keuntungannya bisa mencapai 4,8 milyar.

F. Sasaran Advokasi
 Wali Kota Malang
 Gubernur
 Bupati
 Kepala Dinas Kesehatan
 Kepala Puskesmas
 Direktur Perguruan Tinggi Kesehatan
 Tokoh masyarakat
G. Kelompok Pendukung
 Tenaga Kesehatan (Ahli Gizi, Bidan) : mengedukasi kader dan masyarakat
mengenai stunting dan program upaya pencegahan
 Kader Posyandu : mengedukasi masyarakat dan keluarga mengenai stunting
dan pencegahannya serta menggerakkan masa untuk turut serta dalam upaya
pencegahan stunting
 Mahasiswa kesehatan : menerapkan dalam upaya pencegahan stunting dalam
kehidupannya, mengedukasi masyarakat dan keluarga
 Masyarakat (orang tua) : menerapkan upaya pencegahan stunting dengn
penerapan efektifitas 1000 HPK
H. Media
 Materi (data – data)
 Video animasi
 Media (instagram)
 Leaflet
I. Rancangan Kegiatan time table
https://docplayer.info/33264709-Teknik-metode-advokasi-rekomendasi-kebijakan.html
Bulan
No. Deskripsi Kegiatan Januari Februari Maret April
Minggu ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Mengumpulkan data
2. Menganalisis data
3. Merumuskan issue
4. Merumuskan tujuan
jangka panjang
5. Menentukan sasaran
advokasi
6. Membangun dukungan
7. Mengembangkan pesan
8. Memilih saluran
komunikasi
9. Penggalangan dana
10.

J. Materi Advokasi
 Pengertian stunting
Stunting atau sering disebut kerdil atau pendek adalah kondisi gagal
tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan
gizi kronis dan infeksiberulang terutamapada periode 1.000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga anak berusia 23 bulan. Anak
tergolong stunting apabila panjang atau tinggi badannya berada di bawah
minus dua standar deviasi panjang atau tinggi anak seumurnya (Sekretariat
Wakil Presiden RI, 2018).
 Dampak stunting
Menurut Kemenkes (2018) dampak yang ditimbulkan stunting dapat dibagi
menjadi dampak jangka pendek dan jangka panjang.
1. Dampak Jangka Pendek.

a. Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian;

b. Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada anak tidak optimal;


dan

c. Peningkatan biaya kesehatan.

2. Dampak Jangka Panjang.

a. Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek


dibandingkan pada umumnya);

b. Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya;


c. Menurunnya kesehatan reproduksi;

d. Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa


sekolah; dan

e. Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal.

Stunting dan kekurangan gizi lainnya yang terjadi pada 1.000 HPK di
samping berisiko pada hambatan pertumbuhan fisik dan kerentanan anak terhadap
penyakit, juga menyebabkan hambatan perkembangan kognitif yang akan
berpengaruh pada tingkat kecerdasan dan produktivitas anak di masa depan.
Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Tahun 2017, jika
Pendapatan Domestik Bruto Indonesia tahun 2017 yang mencapai Rp13.000 triliun,
maka kerugian dari stunting ini sifatnya 2-3 %.

 Upaya pencegahan stunting


Upaya pencegahan stunting yang dilakukan pemerintah melalui intervensi
spesifik dan sensitif.
A. Intervensi gizi spesifik
 Intervensi gizi spesifik menyasar penyebab stunting yang meliputi:
1) Kecukupan asupan makanan dan gizi;
2) Pemberian makan, perawatan dan pola asuh; dan
3) Pengobatan infeksi/penyakit.
 Terdapat tiga kelompok intervensi gizi spesifik:
1) Intervensi prioritas, yaitu intervensi yang diidentifikasi memiliki
dampak paling besar pada pencegahan stunting dan ditujukan untuk
menjangkau semua sasaran prioritas
2) Intervensi pendukung, yaitu intervensi yang berdampak pada
masalah gizi dan kesehatan lain yang terkait stunting dan
diprioritaskan setelah intervensi prioritas dilakukan.
3) Intervensi prioritas sesuai kondisi tertentu, yaitu intervensi yang
diperlukan sesuai dengan kondisi tertentu, termasuk saat darurat
bencana (program gizi darurat).
Tabel 1 Intervensi Gizi Spesifik Percepatan Pecegahan Stunting

Kelompok Intervensi Prioritas Intervensi Pendukung Intervensi Prioritas


Sasaran Sesuai Kondisi
Tertentu
Kelompok sasaran 1.000 HPK
Ibu Hamil  Pemberian makanan  Suplementasi  Perlindungan dari
tambahan bagi ibu kalsium malaria
hamil dari kelompok  Pemeriksaan  Pencegahan HIV
Kelompok Intervensi Prioritas Intervensi Pendukung Intervensi Prioritas
Sasaran Sesuai Kondisi
Tertentu
miskin/Kekurangan kehamilan
Energi Kronik
 Suplementasi tablet
tambah darah
Ibu menyusui  Promosi dan  Suplementasi  Pencegahan
dan anak 0 – konseling menyusui kapsul vitamin A cacingan
23 bulan  Promosi dan  Suplementasi
konseling pemberian taburia
makanan bayi dan  Imuniasai
anak (PMBA)  Suplementasi zinc
 Tatalaksana gizi untuk pengobayan
buruk diare
 Pemberian makanan  Manajemen terpadu
tambahan balita sakit (MTBS)
pemulihan bagi anak
kurus
 Pemantauan dan
promosi
pertumbuhan
Kelompok Sasaran Usia Lainnya
Remaja putri  Suplementasi tablet 
dan wanita tambah darah
usia subur
Anak 24 – 59  Tatalaksana gizi  Suplementasi  Pencegahan
bulan buruk kapsul vitamin S kecacingan
 Pemberian makanan  Suplementasi
tambahan taburia
pemulihan bagi anak  Suplementasi zinc
kurus untuk pengobatan
 Pemantauan diare
promosi  Manajemen terpadu
pertumbuhan balita sakit (MTBS)
Sumber : (Sekretariat Wakil Presiden RI, 2018).
 Intervensi gizi sensitif mencakup:
1) Peningkatan akses pangan bergizi;
2) Peningkatan kesadaran, komitmen dan praktik pengasuhan gizi ibu dan
anak;
3) Peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan; dan
4) Peningkatan penyediaan air bersih dan sarana sanitasi.
Intervensi gizi sensitif umumnya dilaksanakan di luar Kementerian
Kesehatan. Sasaran intervensi gizi sensitif adalah keluarga dan masyarakat
umum. Intervensi dilakukan melalui berbagai program dan kegiatan
sebagaimana tercantum di dalam Tabel 2.

Tabel 2. Intervensi Gizi Sensitif Percepatan Pencegahan Stunting

Jenis Intervensi Program/kegiatan Intervensi


Peningkatan penyediaan air  Akses air minum yang aman
minum dan sanitasi  Akses sanitasi yang layak
Jenis Intervensi Program/kegiatan Intervensi
Peningkatan akses dan kualitas  Akses pelayanan Keluarga
pelayanan gizi dan kesehatan Berencana (KB)
 Akses Jaminan Kesehatan
(JKN)
 Akses bantuan uang tunai
untuk keluarga kurang mampu
(PKH)
Peningkatan kesadaran,  Penyebarluasan informasi
komitmen, dan praktik melalui berbagai media
pengasuhan dan gizi ibu dan  Penyediaan konseling
anak perubahan perilaku antar
pribadi
 Penyediaan konseling
pengasuhan untuk orang tua
 Penyediaan akses Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD),
promosi stimulasi anak usia
dini, dan pemantauan tumbuh-
kembang anak
 Penyediaan konseling
kesehatan dan reproduksi untuk
remaja
 Pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak
Peningkatan akses pangan  Akses bantuan pangan non
bergizi tunai (BPNT) untuk keluarga
kurang mampu
 Akses fortifikasi bahan pangan
utama (garam, tepung terigu,
minyak goreng)
 Akses kegiatan Kawasan
Rumah Pangan Lestari (KRPL)
 Penguatan regulasi mengenai
label dan iklan pangan
Sumber : Sekretariat Wakil Presiden RI, 2018).
K. Monitoring Evaluasi
FORMULIR MONITORING DAN EVALUASI
Penilaian terhadap penetapan sasaran
Kriteria monitoring dan Ya Tidak Keterangan
evaluasi
Sasaran sudah diklasifikasikan
dengan kelompoknya
Masing – masing kelompok
sudah terperinci dengan jelas
Aksi/tindakan sudah
menjangkau semua sasaran
Penilaian terhadap perumusan tujuan
Kriteria monitoring dan evaluasi Ya Tidak Keterangan
Tujuan advokasi sudah
dirumuskan dengan jelas
Tujuan advokasi sudah
dirumuskan secara spesifik
untuk tiap – tiap kelompok
Respon tiap – tiap kelompok
terhadap rumusan tujuan
Penilaian terhadap isi pesan
Kriteria monitoring dan evaluasi Ya Tidak Keterangan
Rumusan isi pesan konsisten
dengan tujuan
Rumusan isi pesan
menggugah/dapat diterima
sasaran
Rumusan isi pesan telah
menggambarkan
perkembangan/peningkatan
Penilaian terhadap pemilihan media dan saluran
Kriteria monitoring dan evaluasi Keterangan
1. Media dan saluran apa saja
yang potensial digunakan?
2. Media dan saluran apa saja
yang paling kuat
menjangkau kelompok
sasaran tertentu?
3. Bagaimana penempatan tiap
media?
4. Bagaimana penggunaan
multimedia agar sinergi?
Penilaian Terhadap pembentukan dan penggalangan kelompok dukungan/koalisi
1. Siapa saja yang potensial
untuk dijadikan pelopor
dalam pembentukan koalisi?
2. Bagaimana
pelatihan/seminar/lokakarya
untuk membentuk koalisi?
3. Apakah jumlah koalisi
berkembang?
4. Apakah anggota koalisi
memberikan
sumbangan/memainkan
peran sebagaimana yang
diharapkan?
Intensitas, sekuen dan jadwal kegiatan
Kriteria monitoring dan evaluasi Ya Tidak Keterangan
Intensitas kegiatan telah
memadai
Kegiatan tersusun dalam jadwal
yang sekuen (runtut)
Kegiatan telah sinergi satu sama
lain
Kegiatan dilakukan secara
konsisten

Anda mungkin juga menyukai