MASYARAKAT
Mengesahkan Mengetahui
Ketua Jurusan Gizi Ketua Jurusan Gizi
MISI
TUJUAN
BAB I ...................................................................................................................... 1
Topik 1 ............................................................................................................................ 2
Topik 2 ..............................................................................Error! Bookmark not defined.
Topik 3 ..............................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB II .................................................................................................................. 27
Topik 1 .......................................................................................................................... 27
Topik 2 ..............................................................................Error! Bookmark not defined.
Topik 3 ..............................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB III ................................................................................................................. 35
Topik 1 .......................................................................................................................... 35
Topik 2 ..............................................................................Error! Bookmark not defined.
Topik 3 ..............................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB IV ................................................................................................................. 40
Topik 1 .......................................................................................................................... 41
Topik 2 .......................................................................................................................... 43
Topik 3 .......................................................................................................................... 47
Topik 4 .......................................................................................................................... 48
BAB V................................................................................................................... 51
Topik 1 .......................................................................................................................... 51
Topik 2 ..............................................................................Error! Bookmark not defined.
Topik 3 .......................................................................................................................... 54
BAB VI ................................................................................................................. 57
Topik 1 .......................................................................................................................... 58
Topik 2 ..............................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB VII ............................................................................................................... 64
Topik 1 .......................................................................................................................... 65
Topik 1 .......................................................................................................................... 83
Topik 2 ..............................................................................Error! Bookmark not defined.
Topik 3 .......................................................................................................................... 86
BAB IX ................................................................................................................. 88
Topik 1 .......................................................................................................................... 89
Topik 2 ..............................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB X................................................................................................................. 107
Mata kuliah Program Gizi Masyarakat ini merupakan salah satu mata kuliah
bagi Saudara para mahasiswa jurusan gizi. Materi kuliah yang dibahas dalam
mata kuliah ini memberikan pemahaman kepada Saudara tentang konsep dasar
perbaikan gizi masyarakat melalui pengumpulan data sampai evaluasi program
gizi, pencatatan dan pelaporan serta memahami program-program perbaikan gizi
makro maupun mikro.
Saudara harus memahami bahwa kompetensi yang akan dipelajari dalam
modul ini sangat diperlukan bagi saudara sebagai seorang ahli gizi memahami
konsep dasar program gizi masyarakat. Guna mencapainya, maka Saudara
diharapkan dapat menguasai beberapa kompetensi khusus sebagai berikut:
1. Mampu memahami konsep dasar program perbaikan gizi
2. Mampu memahami program perbaikan gizi makro
3. Mampu memahami program perbaikan gizi mikro
4. Mampu memahami metode pengumpulan data gizi masyarakat
5. Mampu memahami analisis situasi bidang gizi
6. Mampu memahami pemilihan prioritas masalah gizi secara kuantitatif
7. Mampu memahami pemilihan prioritas masalah gizi secara kualitatif
8. Mampu memahami asuhan gizi di puskesmas
9. Mampu memahami diagnosa gizi
10. Mampu memahami langkah-langkah asuhan gizi klinik
11. Mampu memahami asuhan penanggulangan masalah gizi pada balita
12. Mampu memahami gizi pada ibu hamil dan ibu menyusui
13. Mampu memahami asuhan gizi pada penyakit menuar
14. Mampu memahami asuhan gizi pada penyakit tidak menular
Pendahuluan
Program perbaikan gizi masyarakat adalah salah satu upaya kesehatan yang
wajib dilakukan disetiap puskesmas dengan tujuan untuk meningkatkan status gizi
masyarakat secara optimal, sehingga dapat meningkatkan intlektualitas dan
produktivitas sumber daya manusia. Salah satu fungsi utama perbaikan gizi
masyarakat adalah memelihara dan mempertahankan agar setiap orang
mempunyai status gizi baik, dapat hidup sehat dan produktif. Fungsi ini dapat
terwujud jika semua pihak melaksanakan program perbaikan gizi sesuai dengan
bidangnya.
Peran yang dapat dilakukan dalam program perbaikan gizi Masyarakat antara
lain:
a. Bimbingan
b. Saran
c. Perintah – perintah
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan bahwa setiap
kegiatan yang di lakukan oleh kader atau petugas puskesmas akan di
laporkan kepada dinas kesehatan , dan perintah yang biasanya terjadi
seperti contoh dalam penanganan kasus tentang gizi buruk, dari kasus
tersebutlah ditemukan sampai penanganan sudah terdapa alur prosedr
bagaimana penanganan tersebut.
d. Pengawasan
Berdasarkan hasil penelitian dilakukan pengawasan dalam kegiatan
– kegiatan yang ada, jika terjadi kendala di dalam lapangan dinas
kesehatan dapat menyelesaikannya secara lansung dan cepat dengan
instansi – instansi lain yang terlibat. Selain itu juga di lakuka monitoring
dari evaluasi di awal tahun dan akhir tahun untuk membahas bagimana
pelaksanaan program hasil kegiaan dan apa saja kendala yag di alamai.
terakhir juga di lakukan pelaporan bagaimana pelaksanaan program dinas
kesehatan melalui kegiatan LOKMIN ( Lokakarya Mini ) dengan
melibatkan seluruh puskesmas yang ada di kota tersebut.
Pendahuluan
Topik 1
Program Perbaikan Gizi Makro
3. Peningkatan akses dan mutu paket pelayanan kesehatan dan gizi, dengan
6. Penguatan kerja sama dan kemitraan dengan lintas program dan lintas
sektor, organisasi profesi, dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
dalam rangka intervensi sensitif dan spesifik.
b. Pemberian tablet tambah darah untuk ibu hamil sampai masa nifas.
e. Pemantauan pertumbuhan.
2. Perbaikan gizi remaja putri dan wanita usia subur (WUS) melalui:
Pemantauan Status Gizi di seluruh kabupaten dan kota, serta surveilans khusus
dalam kondisi bencana.
7. Menyusun norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK) mutu dan kecukupan
c. Anemia Gizi
Upaya penanggulangan anemia gizi diprioritaskan kepada kelompok
rawan yaitu ibu hamil, balita, anak usia sekolah dan wanita usia subur termasuk
remaja putri dan pekerja wanita. Terjadinya defisiensi besi pada wanita, antara
lain disebabkan jumlah zat besi yang di absorbsi sangat sedikit, tidak cukupnya
zat besi yang masuk karena rendahnya bioavailabilitas makanan yang
mengandung besi atau kenaikan kebutuhan besi selama hamil, periode
pertumbuhan dan pada waktu haid Penanganan defisiensi besi dengan
pemberian suplementasi tablet besi merupakan cara yang paling efektif untuk
meningkatkan kadar Fe/besi dalam jangka waktu yang pendek.
Pemerintah melalui Departemen Kesehatan telah melaksanakan
penanggulangan anemia defisiensi besi pada ibu hamil dengan memberikan
tablet besi folat (Tablet Tambah Darah/TTD) yang mengandung 60 mg
elemental besi dan 250 ug asam folat) setiap hari satu tablet selama 90 hari
berturut-turut selama masa kehamilan. Selama ini upaya penangulangan
anemia gizi difokuskan ke sasaran ibu hamil dengan suplemen besi. Cakupan
Pemberian tablet besi (Fe) pada ibu hamil dengan mendapatkan 90 tablet Besi
(Fe3) pada tahun 2016 sebesar 95,70%, angka ini sudah mencapai target
(90%), mengalami kenaikan sebesar 0,43 poin dibandingkan tahun
sebelumnya.
Pendahuluan
Topik 1
Program Perbaikan Gizi Mikro
Masalah gizi lainnya yang cukup penting adalah masalah gizi mikro,
terutama untuk kurang yodium, kurang vitamin A dan kurang zat besi. Menurut
world summit for cjildren (WSC) goal, diharapkan pada taun 2000 seluruh negara
sudah tidak lagi mempunyai masalah gizi mikro, yang ditandai dengan sudah
univresalnya konsumsi garam beryodium, seluruh anak dan ibu nifas telah
mendapat kapsul vitamin A, tidak dijumpai lagi kasus xeropthalmia, menurunnya
prevalensi anemia gizi besi pada wanita usia subur sebesar sepertiga dari kondisi
tahun 1990.
Pendahuluan
I. Pengertian Data
Selanjutnya, agar data dapat dianalisis dan ditafsirkan dengan baik, maka
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (Aditya, 2013) :
1. Obyektif
Data yang diperoleh dari lapangan/hasil pengukuran, harus
ditampilkan dan dilaporkan apa adanya.
2. Relevan
Dalam mengumpulkan dan menampilkan Data harus sesuai dengan
permasalahan yang sedang dihadapi atau diteliti. 3. Up to Date (Sesuai
Perkembangan) Data tidak boleh usang atau ketinggalan jaman, karena
itu harus selalu menyesuaikan perkembangan.
3. Representatif
Sumber: Jahari, Abas Basuni. Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG),
2006
1. Pengumpulan Data
Tabel 2
Grafik 1
I. Pengembangan Instrumen
Ada beberapa langkah yang sebaiknya diikuti oleh peneliti untuk dapat
menghasilkan instrumen yang berkualitas yaitu (Mulyatiningsih, 2016) :
Pendahuluan
Topik 1
Analisis Situasi Bidang Gizi
Data subjektif
Data ini penting dikumpulkan dan dapat dilakukan dengan berbagai cara ,
yaitu dengan :
Data objektif
Pendahuluan
Data dalam penelitian kuantitatif merupakan data yang dapat diukur secara
numerik. Hal-hal yang dapat diukur secara tepat-bukan melalui interpretasi –
seperti jumlah peserta di suatu acara, suhu di lokasi tertentu, atau tinggi seseorang
dalam cm dapat dianggap sebagai data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data
obyektif yang dihasilkan melalui proses sistematis yang dapat diverifikasi, dapat
direplikasi dan dalam dirinya sendiri tidak tunduk pada interpretasi. Hal tersebut
berbeda dengan dengan data kualitatif yang bersifat lebih subjektif dan umumnya
interpretasi manusia.
a. Metode Bryant
Menurut Miranti et al., (2015) Metode Bryant menggunakan
skoring yang didasarkan pada kriteria :
P : Prevalence atau besar masalah yaitu jumlah kelompok
masyarakat yang terkena masalah,Jika skor:
1 = jumlah individu/masyarakat yang terkena sangat sedikit
2 = jumlah individu/masyarakat yang terkena sedikit
3 = jumlah individu/masyarakat yang terkena cukup besar
4 = jumlah individu/masyarakat yang terkena sangat besar
PxSxCxM
urutan ranking atau prioritas adalah dari yang memiliki skor tertinggi ke terendah
Contoh :
b. Metode CARL
Menurut Utami (2015) metode CARL terdiri atas komponen
C : Capability, yaitu ketersediaan sumber daya (dana dan
sarana)
A : Accesibilty, yaitu kemudahan,masalah yang ada diatasi atau
tidak kemudahan dapat didasarkan pada ketersediaan metode
atau teknologi serta penunjang pelaksanaan seperti peraturan
R : Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun
kesiapan sasaran seperti keahlian dan motivasi
L : Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu
dengan yang lain dalam pemecahan yang dibahas.
Skor dari setiap kriteria bernilai 1-5. Nilai total merupakan hasil
perkalian
CxAxRxL
Urutan ranking atau prioritas dimulai dari yang memiliki skor tertinggi ke
terendah.
Contoh :
No Masalah C A R L Nilai Ranking
1. KEP 3 2 2 4 48 1
2. GK 2 2 3 3 36 2
3. KVA 2 2 1 4 16 3
4. GL 2 1 3 2 12 4
5. GAKY 1 1 4 2 8 5
c. Metode USG
Menurut Soleman (2015) metode USG terdiri atas:
U : Seberapa mendesak waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah
S : Seberapa serius dampak dari adanya masalah
G : Berkaitan dengan pertumbuhan masalah. Suatu masalah
yang cepat berkembang tentunya makin prioritas masalah
tersebut
1. AGB 4 4 5 13 1
2. KEP 4 4 4 12 2
3. GL 3 2 4 9 3
4. KVA 3 3 2 8 4
5. GAKY 2 3 2 7 5
Pendahuluan
daya seperti sumber daya manusia, sarana dan dana. Penentuan prioritas masalah
untuk mengetahui sejauh mana masalah itu penting dan apakah masalah tersebut
dapat teratasi. Oleh karena itu dalam menyiapkan kegiatan yang akan dilakukan
kesehatan.
yang dilakukan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Untuk menjawab kedua
pertanyaan diatas, para akademisi kesehatan dan petugas kesehatan di semua lini
dengan teori metoda penentuan prioritas jenis program kesehatan yang akan
Berikut ini adalah contoh penerapan metode SWOT dalam suatu penelitian :
Analisis SWOT pada pelayanan gizi puskesmas Temon I Kecamatan
Temon I Kabupaten Kulon Progo. Tujuan dari penelitian ini adalah agar
makanan pasien dapat terkelola dengan baik, maka perlu adanya perencanaan
menu yang baik yang tujuannya adalah tersedianya menu sesuai dengan tujuan
sistem penyelenggaraan makanan, baik komersil maupun non komersil.
Pengumpulan data yang dilakukan dalam internship ini adalah sebagai berikut
:
a. Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan
tertulis, seperti arsip, termasuk juga buku tentang teori, pendapat, dalil atau
hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.
Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui gambaran
mengenai Puskesmas Temon I pada pelayanan gizi dan gambaran mengenai
analisis strategi pelayanan gizi.
b. Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh
data dari sumbernya secara langsung melalui proses mengajukan pertanyaan.
Kuisioner disebarkan kepada karyawan untuk mengetahui strategi pelayanan
gizi yang ada di Puskesmas Temon I.
c. Wawancara
Wawancara adalah suatu proses interaksi dan komunikasi verbal dengan
tujuan untuk mendapatkan informasi penting yang diinginkan. Wawancara
dalam penelitian ini digunakan untuk melakukan analisis mengenai strategi
pelayanan Gizi. Wawancara dilakukan kepada kepala Puskesmas dan
Koordinator Instalasi Gizi.
1) Kekuatan (strengths)
Terdapat beberapa aspek lingkungan internal yang merupakan kekuatan
bagi Puskesmas Temon 1 untuk meningkatkan kinerja karyawan dalam
pelayanan gizi. Adapun aspek tersebut mencakup sumber daya manusia yang
meliputi sebagai berikut:
a) Fasilitas pelayanan, pelayanan dalam pemenuhan gizi pasien
disamping dari segi menu makanan yang disajikan harus disesuaikan dengan
standar pemenuhan gizi pasien. Standar pemenuhan gizi pasien disesuaiakan
dengan jenis penyakit yang dialami oleh setiap pasien. Selain itu fasilitas
dalam pelayanan dilihat dari kondisi dapur sebagai tempat pembuatan
makanan dan minuman bagi pasien. Ruangan tersebut harus tertata dengan
rapi, bersih dan bebas hewan pengerat (tikus dan lalat) sehingga higenis dari
jenis kuman dan bakteri. Perlengkapan dan peralatan yang digunakan dalam
pembuatan makanan dan minuman telah disesuaikan dengan standar dari
Dinas Kesehatan. Fasilitas pelayanan pemenuhan gizi pasien harus sangat
diperhatikan karena merupakan faktor penting salah satu kesembuhan pasien.
2) Kelemahan (weaknesses)
Terdapat beberapa aspek lingkungan internal yang merupakan
kelemahan bagi Puskesmas Temon 1 untuk meningkatkan kinerja karyawan
dalam pelayanan gizi, diantaranya:
a) Fasilitas pelayanan, Puskesmas Temon 1 terdiri dari sarana dan
prasarana untuk pemenuhan pelayanan. Untuk menjaga peralatan-peralatan
yang digunakan untuk memasak diperlukan tempat penyimpanan yang layak
dan bersih. Saat ini tempat untuk penyimpanan alat-alat masak dan makan
kurang memadai, beberapa telah mengalami kerusakaan. Selain itu
penyimpanan untuk bahan makanan kering dan basah yang belum memiliki
tempat secara terpisah sehingga sangat kurang memadai. Ketika Puskesmas
Temon 1 khususnya dalam pelayanan gizi mengadakan penyuluhan kepada
masyarakat mengalami hambatan secara prasaran dimana fasilitas peralatan
1) Peluang (opportunities)
2) Ancaman (Threats)
b. Sumber Daya Manusia, semakin banyaknya tenaga ahli gizi saat ini yang
sangat berkualitas untuk Rumah sakit lainnya seperti Rumah Sakit dan RB
Praktek Swasta.
C. Analisis Isu
Rerata Rating
(Kondisi (Rerata Weig
Eksternal Saat Ini) Bobot Penanganan) ht
Peluang (Opportunity)
Fasilitas Pengadaan Fasilitas 2,80 0,10 2,87 0,28
Pelayanan Variasi Makanan dan 2,80 0,10 2,85 0,28
Minuman
Sumber Peningkatan Kualitas 2,87 0,10 2,89 0,29
Daya Perkembangan 2,85 0,10 2,80 0,28
Manusia Teknologi Informasi
Pendidikan 2,80 0,10 2,80 0,28
Biaya Biaya Operasional 2,85 0,10 3,80 0,28
Total 16,98 1,70
Ancaman (Threath)
Fasilitas Fasilitas Memadai 2,83 0,10 2,85 0,28
Pelayanan Kelengkapan sarana 2,83 0,10 2,78 0,28
dan prasarana
Sumber Banyaknya Tenaga 2,78 0,10 2,83 0,28
Daya Ahli
Manusia
Uraian Skor
Faktor Internal
a. Peluang 1,73
b. Ancaman 1.19
Selisih 0,54
Faktor Eksternal
a. Peluang 1,70
b. Ancaman 1,13
Selisih 0,57
(0,54:0,57)
Kelemahan kekuatan
internal
B
internal
Berbagai
ancaman
Pendahuluan
2. Perawat/Bidan :
Bertanggung jawab pada asuhan keperawatan bagi pasien
Melaksanakan tindakan dan perawatan (pengukuran berat badan
dan tinggi badan, infus, Naso Gastric Tube /NGT) sesuai instruksi
dokter
Memotivasi anak dan keluarga agar anak mau makan
Melakukan pemantauan dan evaluasi pemberian makan kepada
penderita
3. Nutrisionis/ Dietisien
Bertanggung jawab memberikan asuhan gizi
Pendahuluan
Diagnosis gizi berbeda dengan diagnosa medis baik dari sifatnya maupun
cara penulisannya. Diagnosis gizi dapat berubah sesuai dengan respon pasien,
khususnya terhadap intervensi gizi yang dilakukan. Pengelompokan diagnosis
gizi: domain asupan, domain klinis, domain perilaku lingkungan
I. Pendahuluan
Ahli gizi atau petugas gizi Puskesmas adalah tenaga profesional yang
memberikan layanan fungsional teknis mengenai layanan gizi melalui
asuhan gizi. Pada Prinsipnya petugas gizi di Puskesmas sama dengan tugas
fungsional seorang dokter, dimana seorang dokter di Puskesmas memberi
layanan atau asuhan medis, sedangkan ahli gizi Puskesmas memberikan
asuhan gizi Puskesmas meliputi aspek; asuhan gizi klinik, asuhan gizi
komunitas (gizi masyarakat) dan penyelenggaraan makanan sebagai
substansi terapi pada klien/pasien. Begitu pula perawat ataupun bidan
bertugas memberikan asuhan keperawatan ataupun asuhan kebidanan.
Dokter dalam melakukan tugas pokok fungsinya menentukan diagnosa
medis, sedangkan perawat menentukan dignosa keperawatan, bidan
menentukan asuhan kebidanan sedangkan petugas gizi Puskesmas
menentukan diagnosa gizi. Semua aspek layanan ini khususnya asuhan gizi
diperlukan peran masing-masing dalam konteks kolaborasi untuk
memberikan layanan terbaik pada klien atau pasien sehingga tercipta asuhan
yang berkesinambungan atau komprehensif dalam memberikan layanan.
Sampai saat ini kompetensi ahli gizi dalam pendekatan team work
suatu layanan belum berperan optimal, dan cenderung tumpang tindih,
sehingga diperlukan pemahaman konsep kolaborasi berdasarkan kompetensi
masing-masing, sehingga ada kemandirian profesionalisme layanan yang
saling mendukung memberikan layanan terkoordinasi pada pasien sebagai
sasaran layanan.Dalam upaya kuratif dan rehabilitatif yang paripurna untuk
asuhan pasien/klien di Puskesmas diperlukan 3 jenis layanan yaitu;
a. Pelayanan/asuhan medis (medical care)
Pendahuluan
Proses ini hanya alkan dilakukan jika ada klien/pasien yang teridentifikasi
masalah gizi/malnutrisi. identifikasi gizi sebelumnya dilakukan oleh
perawat,dokter,ahli gizi, pada saat pasien masuk rumah sakit/puskesmas, adapun
identifikasi gizi dilakukan dengan menggunakan Skrining Gizi/Penapisan Gizi.
Subjective Global Assesment (SGA), Malnutrition Universal Skrining Tool
(MUST) adalah contoh metode skrining gizi yang digunakan.
Bahwa petugas gizi Puskesmas dalam melakukan proses asuhan gizi perlu
memahami tentang konsep-konsep dasar terjadinya suatu penyakit terutama aspek
patofisiologinya. Dasar pemikiran kritisnya adalah ; bahwa problem gizi saling
terkait dengan penyakit, ada hubungan timbal balik langsung antara problem gizi
dengan penyakit. Pemahaman ini menjadi dasar bahwa pada prinsipnya setiap
penyakit memiliki aspek patofisiologi yang penting memberikan kontribusi
terhadap timbulnya gangguan gizi pasien/klien. Maka dalam memberikan asuhan
gizi pada pasien/klien seorang petugas gizi Puskesmas harus memahami konsep
patofisiologi, etiologi, ciri-ciri perubahan jaringan yang disebabkan penyakit dari
suatu penyakit tertentu. Hal pokok yang tidak boleh dilupakan petugas gizi
Puskesmas dalam pemahaman konsep patofisiologi adalah perlu mulai belajar
memahami dari konsep patofisologi yang mencakup berbagai gangguan
metabolisme gizi yang terjadi dari suatu penyakit. Dengan pemahaman ini maka
petugas gizi Puskesmas akan bisa memiliki dasar berpikir resiko gangguan gizi
yang akan muncul dari suatu penyakit. Pada aspek kolaborasi dengan tim asuhan
yang lain baik asuhan medis dan keperawatan ada pemahaman yang sama dalam
memahami problem kesehatan yang sedang terjadi pada pasien/klien. Kata
kuncinya; problem gizi saling berkaitan langsung dengan penyakit.
Data Subjektif
a) Riwayat Gizi :
1. Riwayat gizi sekarang (RGS) Keluhan yang berhubungan dg
proses makan saat ini , data yang perlu dikaji misalnya; nafsu
makan, distensia, vomiting/ emesis, hasil recall, dsb.
2. Riwayat gizi dahulu (RGD) Meliputi data Food frekuensi,
Kebiasaan minum, pantangan, alergi, intoleransi, makanan yang
disukai dan makanan tidak disukai, dsb.
b) Riwayat penyakit
1. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) Keluhan subjektif sampai
saat pasien berkunjung atau masuk Puskesmas. Biasanya data ini
didapatkan dari data medical record; berhubungan dengan
informasi gejala-gejala yang dirasakan pasien sehubungan
dengan penyakitnya.
2. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD). Data penyakit yang pernah
diderita pasien sebelumnya :data ini biasanya diambil dari dari
catatan Medical record. Kebiasaan minum jamu, suplemen gizi,
riwayat pengobatan, atau komplikasi penyakit yang pernah
diderita dsb.
Data Objektif
a) Data Antropometri
Data antropometri adalah data yang dikumpulkan dari
ukuran dimensi tubuh pasien/klien termasuk; umur, berat badan,
tinggi badan/panjang badan, jenis kelamin, IMT, LLA/LiLA,
indek status gizi, Berat Badan Ideal (BBI), lingkar kepala, Triceps
Skin Fold (TSF), lingkar otot lengan atas (LOLA), lingkar
pinggang/perut (waist circumference) dan sebagainya.
b) Data Fisik/klinis
Data fisik/klinis meliputi ; keadaan geligi pasien (lengkap
apa tidak, asli/palsu, kemampuan mengunyah), Keadaan Umum,
Kesadaran, Gejala klinis penyakit: Pucat, Acites, oedema, warna
feses, warna urin, bising usus, vital sign/tanda-tanda vital ( tensi,
temperatur, Nadi,R/R), ECG. Data fisik/klinis biasanya diturunkan
dari catatan medik atau diamati sendiri yang berhubungan dengan
aspek gizi.
c) Data Laboratorium
Data laboratorium biasanya didapatkan dari pengukuran
laboratorium sesuai penyakit, atau untuk keperluan diagnosa
penyakit pasien yang terdokumentasi di dalam cacatan medik
pasien. Sampai saat ini tidak/belum semua Puskesmas memiliki
peralatan laboratorium diagnostik yang lengkap, tetapi hampir
semua Puskesmas memiliki pemeriksaan laboratorium sederhana.
Petugas gizi bisa menyesuaikan data laboratorium sesuai
Misalnya :
1. Domain Asupan :
Penderita diare : mengalami penurunan berat badan drastis, kulit
kering, turgor menurun, jumlah urin sedikit (< 30 ml/hari). Maka
diagnosa gizinya bukan dehidrasi tetapi ;
Kekurangan asupan cairan (P) disebabkan gangguan fisiologis
berupa peningkatan kehilangan cairan melalui diare (E) ditandai dengan;
penurunan berat badan drastis, kulit kering, turgor kulit menurun dan
jumlah urin < 30 ml/hari (S). (lihat NI-3.1).
Penderita Obesitas : memiliki BMI 32 kg/m2, penurunan berat
badan seminggu hanya 80 g, konsumsi energi rata-rata perhari lebih 45%
dari yang seharusnya diprogramkan, penderita belum memahami tentang
pelaksanaan diet rendah energi yang dijalankan, maka diagnosa gizinya :
2. Domain klinik :
Penderita diabetes melitus mengalami mual, muntah dan perut
kembung, sedangkan kadar gula darahnya sering tidak terkendali sejak
lama (3 bulan terakhir), rata-rata kadar gula darah acaknya : 312 mg/dl,
rata-rata konsumsi energi dibandingkan kebutuhan hanya 30%, penderita
memiliki pemahaman jika konsumsi kurang gula darahnya akan turun.
Maka diagnosa gizi klinik bisa sebagai berikut :
Perubahan Fungsi gastrointestinal (P) berkaitan dengan
peningkatan kadar gula darah yang tidak terkendali serta pengetahuan
yang keliru tentang terapi dietnya (E) ditandai dengan; mual, muntah dan
perut kembung, rata-rata kadar gula darah acaknya 312 mg/dl dan asupan
energi hanya 30% kebutuhan (S).
3. Domain Perilaku/Lingkungan :
Seorang laki-laki menderita stroke dengan lumpuh pada tangan
kanan, selalu keluar air liur, setiap makan selalu mengalami kesulitan
karena mulutnya miring ke kiri, ia hanya mampu memasukkan makanan
1/3 porsi yang diberikan sehari. Maka diagnosa gizi behavior bisa
sebagai berikut :
Gangguan memasukkan makanan atau minuman ke dalam mulut
(P) berkaitan dengan kondisi patofisiologis (stroke) yaitu kelumpuhan
pada tangan kanan, (E) ditandai dengan selalu keluar air liur, mulut
miring ke kiri, dan asupan yang rendah ; 1/3 porsi (S), diagnosa stroke
dokter. (lihat NB-2.6)
I. Intervensi Gizi
1. Format A D I M E
Format ini terdiri dari pencatatan proses asuhan gizi meliputi :
A : Assessment /pengumpulan data
D : Diasgnosis atau diagnosa gizi atau pernyataan PES
I : Intervention atau intervensi gizi atau perskripsi zat gizi, Tujuan
intervensi
M : Monitoring
E : Evaluation atau evaluasi
2. Format P G I E
Format ini terdiri dari pencatatan proses asuhan gizi meliputi :
P : Problem atau Diagnosis (Diagnosa gizi atau pernyataan PES)
G : Goal atau tujuan intervensi gizi atau perskripsi zat gizi
I : Intervention atau intervensi gizi dan Tujuan intervensi
E : Evaluation/evaluasi
3. Format D A R
Format ini terdiri dari pencatatan proses asuhan gizi meliputi :
Planning : Tujuan,
Rencana Penyuluhan :
Prinsip dan Syarat
berisi ; tujuan metode,
Intervensi Gizi.
materi konseling,
Estimasi : kebutuhan
media, waktu, sasaran,
energi dan zat Gizi
rencana monitoring
Rencana Monitoring &
dan evaluasi dsb.
Evaluasi
Register :
Nama PX :
Umur :
Jenis Kelamin :
Dx Medis :
Pendahuluan
2. Mengatasi/Mencegah Hipotermia
Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh aksiler <36,0 0C (Ukur
selama 5 menit). Pada keadaan Hipotermia cadangan energi anak gizi
buruk sangat terbatas sehingga anak tidak mampu memproduksi panas
untuk mempertahankan suhu tubuh. Menghangatkan tubuh merupakan
upaya untuk menghemat cadangan energi.
5. Obati/cegah infeksi
Anak Gizi Buruk rentan terhadap infeksi karena daya tahan
tubuhnya menurun sehingga perlu diberi antibiotika walaupun seringkali
gejala infeksi tidak nyata. Bila gejala infeksi tidak nyata, berikan
kotrimoksasol.
Pemberian MP ASI
Tumbuh kembang balita usia 6-24 bulan merupakan masa yang
sangat mengkhawatirkan. King (1996) menyebutnya sebagai masa
kritis (weaning period is critical period) dengan alasan:
a. Pertumbuhan anak masih cepat, bahkan disertai dengan
pertumbuhan cepat pada otak, tetapi makanan yang diberikan
sering dengan kepadatan (densitas) energi dan gizi yang rendah,
tetapi mengenyangkan atau makanan yang volumenya besar
(bulky).
b. Anak pada umur ini sering sakit karena kekebalan yang didapat
dari ibu sudah habis.
c. Anak sudah sering diajak keluar rumah, sehingga sangat tinggi
kemungkinannya tertular penyakit
d. Anak pada umur ini juga sudah jarang kontrol ke Posyandu karena
imunisasinya hampir lengkap.
Pemantauan
Terapi/edukasi ini berhasil jika pertumbuhan anak membaik, N1
(Naik bulan ke-1) atau N2 (Naik bulan ke-2). Jika dalam evaluasi
masih T (TIDAK NAIK) maka perlu dikaji lagi :
1. Apakah masih terdapat masalah yang menjadi penyebab
belum teratasi.
2. Apakah makanan sudah diberikan secara adekuat
3. Apakah kepadatan (densitas) energi sudah cukup
4. Apakah infeksi belum terdeteksi atau tertangani
Pendahuluan
b. Anemia Besi
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin (Hb) < 11 gr% pada trimester I dan III sedangkan pada
trimester II kadar hemoglobin < 10,5 gr%. Anemia selama kehamilan
memerlukan perhatian serius karena berpotensi membahayakan ibu
dan anak (Manuaba, 2009). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2013 menyebutkan anemia pada kehamilan umumnya bersifat
fisiologis. Anemia merupakan keadaan ketika jumlah sel darah merah
atau konsentrasi pengangkut oksigen dalam darah (Hb) tidak
mencukupi untuk kebutuhan fisiologis tubuh. Wanita hamil rentan
mengalami anemia defisiensi besi karena kebutuhan oksigen pada ibu
hamil lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksieritopoitin.
Volume plasma bertambah dan sel darah merah meningkat.
Peningkatan volume plasma lebih besar dari peningkatan eritrosit
sehingga menyebabkan penurunan konsentrasi hemoglobin (Rai, dkk,
2016). Anemia selama kehamilan dapat berakibat fatal, memiliki efek
negatif pada kapasitas kerja, motorik dan perkembangan mental pada
bayi, anak-anak, dan remaja. Pada ibu hamil, anemia dapat
menyebabkan berat lahir rendah, kelahiran prematur, keguguran,
partus lama, atonia uteri dan menyebabkan perdarahan serta syok
(Rai, dkk, 2016).Hasil penelitian Amalia (2011) di RSU Dr. MM
Dunda Limboto Kabupaten Gorontalo menunjukkan ibu hamil yang
mengalami anemia berisiko melahirkan bayi BBLR sebesar 4,643 kali
d. Kekurangan Vitamin A
Vitamin A merupakan salah satu zat gizi yang tidak dapat di
buat oleh tubuh sehingga harus dipenuhi dari luar. Vitamin ini
berfungsi merangsang pertumbuhan epitel seluruh tubuh diantaranya
epitel otak dan payudara. Di dalam pertumbuhan epitel otak vitamin A
merangsang sekresi hormon prolaktin sebagai prokuser proses laktasi.
Vitamin A, penting dalam menyintesis pigmen sel-sel retina
yang fotosensitif, dan deferensiasi normal struktur epitel penghasil
lendir. Kekurangan yang parah menyebabkan rabun senja, serosis, dan
keratinisasi konjungtiva dan kornea yang pada akhirnya menimbulkan
ulkus serta nekrosis kornea. Kebutaan yang disebabkan oleh
malnutrisi merupakan akibat dari defisiensi vitamin A yang
berkepanjangan. Vitamin A sendiri sangat penting dalam menopang
fungsi tubuh termasuk penglihatan integritas sel, kompetensi sistem
kekebalan, serta pertumbuhan.
II. Asuhan Gizi Pada Ibu hamil Dengan Penyakit Terkait Kehamilan
2. Anemia Besi
Pemberian Zat Besi (Fe) Pada Ibu Hamil
Pedoman Gizi Pada Anemia Defisiensi Besi Kebutuhan besi pada ibu
hamil dapat diketahui dengan mengukur kadar hemoglobin. Kadar Hb < 11 mg/dL
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian
terbesar tubuh sesudah air. Beberapa enzim, hormon, pengangkut zat-zat
Protein + 16 gr + 12 gr
Ca + 400 mg + 400 mg
Niacin + 3 mg + 3 mg
Vit C + 25 mg + 10 mg
Vit D + 10 μg + 10 μg
ASI bersih
Mengandung immunoglobulin (Ig) terutama IgA
Mengandung laktoferrin, suatu ikatan protein dengan zat besi.
Dengan adanya ikatan tersebut maka bakteri-bakteri yang
berbahaya dalam usus tidak dapat menggunakannya untuk
pertumbuhannya
Lysosim, suatu enzim dengan konsentrasi beberapa ribu kali lebih
tinggi dibanding dengan yang ada pada susu sapi. Enzym ini akan
merusak bakteri-bakteri yang berbahaya dan juga berguna untuk
melindungi bayi terhadap berbagai jenis virus.
Sel-sel darah putih selama minggu pertama dan mingggu kedua
ASI mengandung lebih 4000 sel per cc. Selsel ini
mengahasilkanIgAlaktoferrin, Lysozim dan interferron. Interferon
- Protein
Kebutuhan protein yang dibutuhkan adalah 3 porsi per hari. Satu
protein setara dengan tiga gelas susu, dua butir telur, limaputih telur,
120 gram keju, 1 ¾ gelas yoghurt, 120-140 gram ikan/daging/unggas,
200-240 gram tahu atau 5-6 sendok selai kacang.
- Magnesium
Magnesium dibutuhkan sel tubuh untuk membantu gerak otot,
fungsi syaraf dan memperkuat tulang. Kebutuhan megnesium didapat
pada gandum dan kacang-kacangan.
- Karbohidrat kompleks
Selama menyusui, kebutuhan karbohidrat kompleksdiperlukan
enam porsi per hari. Satu porsi setara dengan ½ cangkir nasi, ¼
cangkir jagung pipil, satu porsi sereal atau oat, satu iris roti dari bijian
utuh, ½ kue muffin dari bijian utuh, 2-6 biskuit kering atau crackers,
½ cangkir kacang-kacangan, 2/3 cangkir kacang koro, atau 40 gram
mi/pasta dari bijian utuh.
- Lemak
Rata-rata kebutuhan lemak dewasa adalah 41/2 porsi lemak (14
gram perporsi) perharinya. Satu porsi lemak sama dengan 80 gram
keju, tiga sendok makan kacang tanah atau kenari, empat sendok
makan krim, secangkir es krim, ½ buah alpukat, dua sendok makan
selai kacang, 120-140 gram daging tanpa lemak, sembilan kentang
- Garam
Selama periode nifas, hindari konsumsi garam berlebihan. Hindari
makanan asin seperti kacang asin, keripik kentang atau acar.
- Cairan
Konsumsi cairan sebanyak 8 gelas per hari. Minum sedikitnya 3
liter tiap hari. Kebutuhan akan cairan diperoleh dari air putih, sari
buah, susu dan sup.
- Vitamin
Kebutuhan vitamin selama menyusui sangat dibutuhkan.
- Zinc (Seng)
Berfungsi untuk kekebalan tubuh, penyembuhan luka dan
pertumbuhan. Kebutuhan Zinc didapat dalam daging, telur dan
gandum. Enzim dalam pencernaan dan metabolismmemerlukan seng.
Kebutuhan seng setiap hari sekitar 12 mg. Sumber seng terdapat pada
seafood, hati dan daging.
- DHA
DHA penting untuk perkembangan daya lihat dan mental bayi.
Asupan DHA berpengaruh langsung pada kandungan dalam ASI.
Sumber DHA ada pada telur, otak, hati dan ikan (Lusa, 2010)
Pendahuluan
Setiap penyakit pasti timbul melalui proses kejadian yang umumnya relatif
tetap. Suatu proses pasti melalui langkah-langkah tertentu, dapat pendek tetapi
juga dapat panjang. Rantai infeksi terjadi sebagai akibat dari interaksi agent,
proses transmisi dan host. Efeknya bervariasi dari infeksi yang tidak tampak
sampai penyakit parah serta kematian. Banyak faktor penyebab penyebaran
penyakit menular,antara lain kurangnya kewaspadaan dari pemerintah dan
masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan.
Ahli gizi atau petugas gizi Puskesmas adalah tenaga profesional yang
memberikan layanan fungsional teknis mengenai layanan gizi melalui asuhan gizi.
Pada Prinsipnya petugas gizi di Puskesmas sama dengan tugas fungsional seorang
dokter, dimana seorang dokter di Puskesmas memberi layanan atau asuhan medis,
sedangkan ahli gizi Puskesmas memberikan asuhan gizi Puskesmas meliputi
aspek; asuhan gizi klinik, asuhan gizi komunitas (gizi masyarakat) dan
penyelenggaraan makanan sebagai substansi terapi pada klien/pasien. Begitu pula
perawat ataupun bidan bertugas memberikan asuhan keperawatan ataupun asuhan
kebidanan. Dokter dalam melakukan tugas pokok fungsinya menentukan diagnosa
medis, sedangkan perawat menentukan dignosa keperawatan, bidan menentukan
asuhan kebidanan sedangkan petugas gizi Puskesmas menentukan diagnosa gizi.
Semua aspek layanan ini khususnya asuhan gizi diperlukan peran masing-masing
dalam konteks kolaborasi untuk memberikan layanan terbaik pada klien atau
pasien sehingga tercipta asuhan yang berkesinambungan atau komprehensif dalam
memberikan layanan.
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.1 Pembangunan kesehatan nasional diselenggarakan dengan berasaskan
Status gizi merupakan keadaan tubuh akibat dari penggunaan zat-zat gizi
dan konsumsi makanan. Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi
seseorang. Status gizi kurang terjadi apabila tubuh mengalami kekurangan satu
atau lebih zat-zat gizi esensial. Gizi kurang dapat mengakibatkan antibodi
berkurang dan sistem imun tubuh menurun sehingga mudah terserang berbagai
penyakit infeksi, salah satunya diare (Almatsier, 2011).
2. Gambaran Kasus
An. NF masuk rumah sakit dengan keluhan muntah dan
demam tinggi. An. Nf didiagnosa Vomitus Dehidrasi.Pasien
masuk rumah sakit sejak tanggal 12 November2017 di RSUD
Tugu Rejo Semarang.
a. Data subyektif
b. Data Riwayat Gizi :
An.NF memiliki pola makan 4x sehari yang terdiri 3x
makanan utama dan1x selingan.
An.NF sering makan dengan kebiasaan makanan porsi
sedikit (1 entongsetiap kali makan) dan suka makan
disekolah jajanan.
An.NF tidak terlalu sering untuk mengkonsumsi lauk
hewani dan nabati,dikarenakan terbatasnya ekonomi dan
sumber daya, dan tidak sukasayuran.
Hasil recall An.NF padahari minggu 12/11-2017 pada saat
pasien barumasuk RS adalah sebagai berikut:
Energi dan zat gizi asupan kebutuhan Tingkat kons (%)
Interpretasi
Energi 0 kkal 1097 kkal 0 Asupan kurang
Protein 0 gram 53 gram 0 Asupan kurang
Lemak 0 gram 42 gram 0 Asupan kurang
KH 0 gram 327 gram 0 Asupan kurang
c. Parameter :
1. Apakah pasien tampak kurus ? Ya
2. Apakah terdapat penurunan BB selama satu bulan terakhir
?Tidak
3. Apakah ada diare > 5x/hari atau muntah >3x/hari atau asupan
turun dalam satu minggu ?Ya
4. Apakah terdapat penyakit atau keadaan yang mengakibatkan
pasien beresiko malnutrisi?Ya
5. Kesimpulan : (Beresiko Malnutrisi)
Ket: (penyakit atau keadaan yang mengakibatkan malnutrisi)
Diare kronik /PJB /HIV /Kanker /PHK /PGK /TB pary /
Terpasang stoma / Trauma / Combustio luas / kelainan anatomi
mulut yang menyebabkan kesulitan makan (misal : bibir
sumbing) / Rencana atau paska operasi mayor (misalnya :
laparotomi, torakotomi) / Kelainan metabolik bawaan (inborn
error metabolism) / Retardasimental / Keterlambatan
perkembangan/ lain-lain
sebutkan : ...........................
d. Diagnosa Gizi
1. Domain Intake
Peningkatan Energi Ekspenditur berkaitan dengan adanya
penyakit infeksi padapasien dibuktikan dengan adanya demam
tinggi pada pasien dengan suhu 40°C(hipertermi). Asupan oral
tidak adekuat berkaitan dengan adanya mual dan muntah pada
pasienyang dapat mempengaruhi asupan pasien dibuktikan
dengan energi 0%, protein0%, lemak 0%, karbohidrat 0%.
TBC
Tuberkulosis paru adalah Suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Mikrobakterium tuberkulosa. Penyakit TB dapat
menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan).
Tuberkulosis (TB) merupakan suatu masalah kesehatan umum
utama dan menjadi salah satu ancaman terbesar di dunia, khususnya
bagi negara-negara berkembang.TB menjadi salah satu penyebab
utama kematian pada orang dewasa di negara-negara berkembang, dan
menjadi permasalahan dalam bidang kesehatan yang paling penting di
Indonesia.3 Jumlah pasien TB pada tahun 2014 mencapai 9,6 juta
orang di seluruh dunia; terdiri dari 5,4 juta pria; 3,2 juta wanita, dan 1
juta anak-anak. TB menyebabkan kematian pada 1,5 juta orang, yang
terdiri dari 890.000 pria, 480.000 wanita, dan 140.000 anakanak di
tahun yang sama.
Penyakit TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
mikro bakterium tuberkulosis. Kuman batang aerobik dan tahan asam
ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit. Sebagian
besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ
tubuh lainya (Depkes RI, 200) Kuman ini pada umumnya menyerang
paru - paru dan sebagian lagi dapat menyerang di luar paru - paru,
seperti kelenjar getah bening (kelenjar), kulit, usus/saluran
pencernaan, selaput otak, dan sebagianya (Laban, 2008).
a. Tujuan diet pada pasien TB Paru:
Meningkatkan status gizi & daya tahan tubuh.
Memberi asupan zat gizi makro & mikro sesuai dengan
kebutuhan.
Mencapai & mempertahankan BB normal
c. Intervensi
1. Pasien akan mengkonsumsi minimum 2200 kkal per hari.
2. Meningkatkan densitas gizi makanan yang dikonsumsi dengan
memberikan edukasi dengan untuk memilih dan menyiapakan
makanan.
3. Memberika regimen diet dengan cukup lemak, tinggi asam lemak
tidak jenuh tunggal, tinggi vitamin C, zat besi, tinggi vitamin A, B6,
B1 dan D. d. Bentuk makanan lunak, cukup cairan dan serat.
d. Monitoring dan evaluasi
1. Monitor berat badan minimal satu minggu seklai.
2. Pasien akan dimonitor asupan makanan perhari.
3. Indikator keberhasilan pengobatan TB salah satunya adalah
peningkatan BB dan protein darah (albumin dan haemoglobin).
a. Assesment
b. Diagnosa gizi
Secara umum pasien HIV sering mengalami masalah gizi kurang, maka
diagnosa gizi pada pasien HIV biasanya adalah :
1. Stadium I
Hal lain yang perlu dilakukan adalah memelihara keamanan pangan yaitu
bahan makanan termasuk air bebas dari cemaran bakteri atau mikroba sehingga
tubuh terhindar dari penyebab infeksi oppurtunistik. Higiene penanganan
makanan, penyimpanan, persiapan, dan penyajian perlu diobservasi dengan baik.
Hal yang sering diingatkan adalah menghindari mengkonsumi sayur dan buah
dalam bentuk mentah atau tanpa dimasak, telur mentah atau setengah matang,
bahan makanan dalam kaleng maupun yang diawet. Beberapa petunjuk persiapan
dan penyimpanan bahan makanan agar aman :
Tujuan intervensi gizi pada stadium ini adalah mengurangi gejala dan
komplikasi seperti anorexia, nyeri esophagus dan sariawan, malabsorpsi,
komplikasi syaraf dan lain-lain.
Berkaitan dengan zat gizi mikro (vitamin dan mineral) sangat diperlukan
untuk imunitas. Defisiensi zat gizi mikro dapat mempengaruhi fungsi imun
dan mempercepat kemajuan penyakit. Diketahui bahwa kadar vitamin A,
B12, dan seng yang rendah berhubungan dengan percepatan kemajuan
penyakit, sedangkan asupan vitamin C dan B berhubungan dengan
peningkatan jumlah CD4 dan menurunnya progres HIV menjadi AIDS.
Pada stadium ini sering muncul sariawan, maka perlu diinformasikan hal-
hal penting seperti selalu menjaga kebersihan mulut, hindari bahan
makanan yang panas, berikan makanan yang lunak (mushed potato, telur
orak arik, daging cincang), jika minum gunakan sedotan, hindari bahan
makanan yang menyebabkan ketidak nyamanan (terlau pedas, terlalu
manis, terlalu keras dll). Untuk memperjelas bisa dibuka kembali modul 2
topik 2 tentang syarat-syarat bentuk makanan lunak.
Demam Typoid
Demam thypoid atau tifus abdominalis merupakan penyakit yang
disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan
kualitas higeni pribadi dan sintasi lingkungan. Di Indonesia penyakit ini
merupakan penyakit endemik (Depkes, 2006).
Pendahuluan
Penyakit tidak menular (PTM), dikenal sebagai penyakit dengan kondisi medis
yang kronis, dan tidak ditularkan dari orang ke orang.1 Penyakit-penyakit tersebut
mungkin akibat dari faktor genetik atau gaya hidup. Menurut Badan Kesehatan Dunia
WHO, kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan akan terus meningkat
diseluruh dunia.Faktor risiko yang umumnya dapat dicegah seperti penggunaan
tembakau, konsumsi alkohol tinggi, kenaikan tekanan darah, gaya hidup tidak sehat, dan
obesitas.
Diabetes
a) Definisi Diabetes
d. Asuhan Gizi
a. Asesmen Gizi
Pada langkah asesmen gizi, saudara akan mereview data, melakukan
verifikasi, mengelompokkan data dan melakukan interpretasi data meliputi 5
komponen data yaitu data riwayat terkait gizi dan makanan, antropometri,
biokimia, data fisik klinis terkait gizi dan data riwayat klien pada pasien
DM.
Pada asesmen data riwayat gizi, lengkapi juga dengan data zat gizi
makro seperti asupan lemak dan kolesterol, asupan protein, kabohidrat, dan
serat, serta asupan zat gizi mikro dari berbagai sumber makanan,minuman
dan suplemen. Data tentang obat dikumpulkan juga obat yang dikonsumsi
saat ini, baik obat yang diresepkan maupun obat bebas, dan obat alternatif
berkaitan dengan gizi. Untuk data pengetahuan diukur tingkat pengetahuan
pasien terkait makanan dan zat gizi. Sedangkan data kepercayaan dan sikap,
saudara dapat menggali nilai-nilai pribadi pasien atau keluarga, motivasi,
2) Data antropometri
3) Data biokimia
6) Standar Pembanding
b. Diagnosis Gizi
Setelah menyelesaikan langkah asesmen gizi, maka langkah
selanjutnya adalah menetapkan diagnosis gizi. Pernyataan diagnosis
gizi berdasarkan PAGT selau menggunakan format Problem-Etiologi-
Sign atau Symptom (PES) dengan terminology (istilah) yang sudah
Hipertensi
a) Etiologi Hipertensi
Hipertensi dikelompokkan dalam dua kategori besar yaitu hipertensi
primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah hipertensi yang
tidak diketahui penyebabnya, tetapi mungkin disebabkan oleh berbagai
faktor seperti diet tidak tepat (kelebihan asupan natrium, rendahnya asupan
kalium, kelebihan asupan alkohol), aktivitas fisik rendah, stress dan
obesitas. Sedangkan hipertensi sekunder terjadi karena adanya penyakit
lain, seperti penyakit ginjal, penyakit jantung serta gangguan endokrin dan
saraf.
4. Protein
Karbohidrat : 50-60%
Protein : 10-20%
- Susu yang paling ideal adalah susu non fat karena bioavailabality
tinggi.
7. Tinggi Antioksidan
8. Tinggi Serat
- Arginin
- Co Enzym Q10
Obesitas
a) Definisi Obesitas
2. Prinsip :
- Rendah energi,
- Cukup protein,
- Cukup lemak,
- Tinggi serat,
- Cukup cairan,
3. Syarat :
- Vitamin dan mineral cukup dari buah & Sayuran.(tinggi serat &
Antioksidan) - Cukup Cairan untuk menghindari dehidrasi.
- Strategi makan
Penyakit Hati
a) Definisi Penyakit Hati
Penatalaksanaan :
Medis : bervariasi
Diet : sama dengan hepatitis virus Akut
Chirrosis Hepatis (sirosis hepatis)
Definisi “ Penyakit hati menahun yang ditandai proses peradangan
nekrosis, usaha regenerasi dan penambahan jaringan ikat difuse
dengan terbentuknya nodul yang mengganggu susunan lobulus
hati”.
Etiology/penyebab
o Hepatitis virus B , C dan NANB
o Alkohol
o Obstruksi intra/ekstrahepatik lama
o Bendungan aliran vena hepatika pada pasien Venoo
oklusif
o Gangguan autoimune (Hep. Lupoid) - Toksis Obat
(metotresak)
o Operasi usus pada obesitas
o Malnutrisi
o Infeksi kronis parasit (sistosomisiasis)
o Dsb.
Di Indonesia penderita sirosis hepatic ; 30-40% HBsAg (+),
10-20%tanda infeksi anti HB core (+)
Gejala Klinis
Gejala Klinis ada dua tahap :
o Sirosis Kompensata : Asympstomatik
o Lemah, mual, muntah, sebah, malaise
o Laboratorium : test faal hati minimal
Terapi Diet
Tujuan
Tujuan terapi pada CH : mencegah penyulit yg timbul dengan
membatasi kerja fisik, hindari alkohol, hindari obat hepatotoksis
dan diet yang tepat.
Diet :
Gastritis
a) Definisi Penyakit Gastritis
Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani
yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti
inflamasi/peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakittunggal, tetapi
terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan
peradangan padalambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat
dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan
borok di lambung yaitu Helicobacter pylori. Tetapi faktor-faktorlain seperti
trauma fisik dan pemakaian secara terus menerus beberapa obat penghilang
sakit dapat juga menyebabkan gastritis.Secara histologis dapat dibuktikan
dengan inflamasi sel-sel radang pada daerah tersebut didasarkan pada
manifestasi klinis dapat dibagi menjadi akut dan kronik (Hirlan, 2001 :
127).Pada beberapa kasus, gastritis dapat menyebabkan terjadinya borok
(ulcer) dan dapat meningkatkanresiko dari kanker lambung. Akan tetapi bagi
banyak orang, gastritis bukanlah penyakit yang seriusdan dapat segera
membaik dengan pengobatan.Gastritis merupakan gangguan yang sering
terjadi dengan karakteristik adanya anorexia, rasa penuh,dan tidak enak pada
epigastrium, nausea, muntah.Secara umum definisi gastritis ialah inflamasi
pada dinding lambung terutama pada mukosa dansubmukosa lambung.
Gastritis merupakan gangguan yang paling sering ditemui
diklinik karenadiagnosisnya hanya berdasarkan gejala klinis.
b) Etiologi
1. Infeksi bakteri.
a. Tujuan Diet :
b. Syarat Diet :
Catatan :
Dislipidemia
a) Pengertian dan klasifikasi
Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid yang
ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma.
Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total,
kolesterol LDL, trigliserida serta penurunan HDL.
Lipid dan Kolesterol
Lipid merupakan istilah yang merujuk pada minyak atau lemak di
dalam tubuh. Secara umum, lipid di dalam tubuh terdiri dari dua komponen
utama, yakni kolesterol dan trigleserida Trigliserida berasal dari pemecahan
lemak dari makanan. Kadar trigleserida sangat bergantung pada makanan
yang dikonsumsi. Sedangkan kolesterol adalah bentuk lemak yang berada
dalam sirkulasi darah manusia.
Penggunaan lemak tak jenuh dapat menurunkan risiko penyakit jantung
karena sifatnya yang mampu menurunkan kolesterol darah. Lemak tak jenuh
tunggal lebih tahan terhadap proses oksidasi yang dapat memicu timbulnya
kerusakan sel dan jaringan tubuh. Jenis lemak ini biasanya berwujud cair
pada suhu ruangan dan akan berubah menjadi padat jika disimpan dalam
lemari pendingin. Sumber lemak tak jenuh tunggal antara lain minyak zaitun,
minyak kacang, minyak kanola, alpukat dan sebagian besar dari kacang-
kacangan.
Selain lemak tak jenuh tunggal, kita juga mengenal adanya lemak tak
jenuh ganda. Penggunaan lemak jenis ini sebagai pengganti lemak jenuh
dalam mengolah makanan dapat membantu menurunkan kadar kolesterol
darah. Selain itu, lemak tak jenuh ganda juga dapat membantu menurunkan
deposit kolesterol di dalam pembuluh darah arteri lemak tak jenuh ganda
banyak ditemukan pada minyak nabati, seperti biji jagung, minyak biji bunga
b) Etiologi
Etiologi dari dislipidemia dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya
adalah sebagai berikut:
a. Faktor Jenis Kelamin Risiko terjadinya dislipidemia pada pria lebih besar
daripada wanita, karena pada wanita produktif terdapat efek perlindungan
dari hormon reproduksi. Pria lebih banyak menderita aterosklerosis,
c)Patofisiologis
Kelainan metabolisme lemak darah pada dislipidemia ditandai oleh
kenaikan kadar kolesterol (hiperkolesteramia) atau kenaikan kadar trigliserida
(hipertrigliserida) atau kombinasi dari keduanya.
Kenaikan kadar lemak darah dapat terjadi karena kenaikan sintesis atau
sekunder akibat adanya penyakit lain yang mendasarinya seperti
ateriosklerosis. Pada ateriosklerosis faktor yang bertanggung jawab atas
penumpukan lipid pada dinding pembuluh darah adalah adanya defek pada
fungsi reseptor LDL di membrane gel, gangguan transport lipoprotein
transeluler (endositotoktik), gangguan degradasi oleh lisosom lipoprotein dan
perubahan permeabilitas endotel.
Dislipidemia sendiri tidak menimbulkan gejala tetapi dapat mengarah
ke penyakit jantung dan pembuluh darah seperti penyakit jantung koroner dan
penyakit pembuluh darah arteri perifer. Trigliserida tinggi dapat
menyebabkan pancreatitis akut. Kadar LDL yang tinggi dapat menyebabkan
xanthelasma kelopak mata, arcus corneae.
b) Etiologi
c. Intervensi Gizi
1) Preskripsi diet
a) Jenis diet : Diet Rendah Purin I/ II
b) Jumlah zat gizi yang penting untuk terapi diet : Protein, Lemak, dan
KH
c) Bentuk makanan : cair/ saring/ lunak/ biasa
d) Rute makanan : Oral / MLP
e) Frekuensi pemberian makanan : 3 x menu utama dan 2 kali selingan
atau yang lain sesuaikan dengan kondisi pasien
2) Tujuan diet :
a) Memberikan cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai
(menaikkan/ menurunkan) berat badan normal.
b) Menurunkan kadar asam urat dalam darah.
c) Mencegah terjadinya komplikasi.
3) Syarat/ Rekomendasi Diet
b) Protein cukup : (1,0 -1,2 g/kg BB) atau 10-15% dari kebutuhan
energi total. Hindari bahan makanan sumber protein dengan
kandungan purin >150mg/100 g.
2) Tujuan :
3) Materi :
5) Sasaran : Pasien
1. Bonus 21. A
2. A 22. D
3. A 23. A
4. C 24. Bonus
5. E 25. C
6. B 26. A
7. A 27. E
8. D 28. A
9. B 29. D
10. B 30. C
11. D 31. A
12. – 32. A
13. B 33. C
14. C 34. Bonus
15. A 35. D
16. A 36. C
17. A 37. B
18. E 38. A
19. C 39. C
20. B 40. A
DepKes RI. 2003. Program Penanggulangan Anemia Gizi Pada Wanita Usia
Subur
Farah Eka Salsabela, Hendarsyah Suryadinata, Insi Farisa Desy Arya. 2016.
Gambaran Status Nutrisi pada Pasien Tuberkulosis di Rumah Sakit
Umum Pusat Hasan Sadikin Bandung. JSK, Volume 2 Nomor 2
Desember Tahun 2016
Handayani Lina, Asti MulasariSurahma, Nurdianis Nani. 2008. Evaluasi Program
Pemberian Makanan Tambahan Anak Balita. Jurnal Manajemen
Pelayanan KesehatanVOLUME 11 No. 01 Maret 2008 Halaman 21 – 26
Suryani, Isti, dkk. 2018. Dietetik Penyakit Tidak Menluar. Jakarta: Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan Press
Yuwono , Slamet Riyadi. 2015.Asuhan Gizi Di Puskesmas.Jakarta : Kementerian
Kesehatan RIDan WHO Indonesia
Yuwono, SR, dkk.2010. Asuhan Gizi di Puskesmas. Jakarta: Kemenkes Ri dan
WHO Indonesia.setiawati, s. (2014). penyakit dalam. jakarta:
sinternalpublising.