Disusun oleh :
Kelompok 2
Gizi Tk. 2B
Dosen Pembimbing :
T.A. 2020/2021
1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Akhir
yang berjudul “Pengaruh Penambahan Substitusi Pisang Raja Terhadap Tingkat
Kesukaan Ontbitjkoek Dengan Bahan Dasar Tepung Sagu” tepat pada waktunya.
Laporan ini merupakan tugas dari mata kuliah Teknologi Pengembangan Produk
Pangan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR TABEL..............................................................................................................5
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................................6
BAB I.................................................................................................................................7
PENDAHULUAN.............................................................................................................7
1.1. Latar Belakang...................................................................................................7
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................9
1.3. Tujuan..............................................................................................................10
BAB II.............................................................................................................................11
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................11
2.1 Tepung Sagu.....................................................................................................11
2.2 Ontbijtkoek.......................................................................................................11
2.2.1 Pengertian dan Kriteria Ontbijtkoek..........................................................11
2.2.2 Bahan-Bahan yang digunakan dalam Pembuatan Ontbijtkoek..................12
2.2.3 Prinsip Dasar Pembuatan Ontbijtkoek......................................................14
2.2.4 Kriteria Ontbijtkoek..................................................................................15
BAB III............................................................................................................................16
METODOLOGI...............................................................................................................16
3.1 Waktu dan Tempat...........................................................................................16
3.2 Alat dan Bahan.................................................................................................16
3.3 Prosedur Pembuatan.........................................................................................17
3.4 Formulasi Perlakuan.........................................................................................17
3.5 Parameter.........................................................................................................18
BAB IV............................................................................................................................19
HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................19
4.1 Uji Kesukaan Warna..............................................................................................19
4.2 Uji Kesukaan Tekstur.............................................................................................21
4.3. Uji Kesukaan Rasa................................................................................................22
4.4. Uji Kesukaan Aroma.............................................................................................24
BAB V.............................................................................................................................27
KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................................27
5.1. Kesimpulan...........................................................................................................27
3
5.2. Saran.....................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................28
LAMPIRAN.....................................................................................................................30
4
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
6
Kementerian Pertanian (2018), menyebutkan bahwa Indonesia memiliki luas
areal sagu lebih dari empat juta hektar dan itu pula yang menjadikan Indonesia
sebagai penghasil sagu terbesar di dunia. Tren ekspor sagu terus mengalami
peningkatan, dari hanya 4.9150 ton pada tahun 2010, sudah menjadi 10.832 ton
pada tahun 2016.
Dari data Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau
tahun 2019, Provinsi Riau merupakan salah satu produsen utama sagu di
Indonesia, dimana terdapat seluas 82.713 ha, yang terdiri dari 20.200 ha milik
perusahaan dan 60.513 ha milik masyarakat, dengan produksi tepung pada tahun
2017 tercatat sebesar 326.725 ton.
Tepung sagu merupakan hasil yang diperoleh ekstraksi empulur batang yang
dapat diolah menjadi pati kering melalui proses pengeringan. Tepung sagu
berpotensi menjadi sumber pangan alternatif karena kandungan karbohidrat dan
proteinnya yang cukup tinggi serta adanya kemampuan substitusi tepung dalam
industri pangan (Hengky, 2003). Selain memperbaiki sifat dan karakteristik sagu,
dimodifikasi menjadi maltodekstrin untuk memberikan manfaat dalam industri
pangan, bahkan industri farmasi dapat meningkatkan nilai ekonomi tepung sagu.
Haryanto dan Pangloli (1992), menyatakan komponen terbesar dalam pati sagu
adalah karbohidrat dalam bentuk pati, amilopektin 73% dan amilosa 27%.
Tepung sagu kaya dengan karbohidrat. Seratus gram sagu kering mengandung
355 kalori. Di dalamnya rata-rata terkandung 94 gram karbohidrat; 0,2 gram
protein; 0,5 gram serat; 10 mg kalsium; 1,2 mg besi dan lemak; karoten; tiamin
dan asam askorbat dalam jumlah sangat kecil. Selain sebagai satu sumber utama
pangan murah. Manfaat dan keunggulan bila kita mengonsumsi aneka makanan
yang berasal dari sagu antara lain dapat memberikan efek mengenyangkan,
mencegah sembelit dan dapat mencegah resiko kanker usus. Tidak cepat
meningkatkan kadar glukosa dalam darah (indeks glikemik rendah) sehingga
dapat dikonsumsi oleh penderita diabetes melitus. Pengembangan produk baru
dengan komponen utama sagu yang sesuai dengan selera masyarakat diharapkan
dapat menjadi pangan sumber karbohidrat siap konsumsi, seperti mie, kue kering,
7
berbagai jenis cake dan bolu sehingga dapat membantu upaya percepatan
penganekaragaman pangan khususnya pangan lokal.
Salah satu pemanfaatan tepung sagu sebagai produk olahan adalah bolu
ontbijtkoek. Bolu ini merupakan bolu rempah khas Belanda yang artinya kue
sarapan pagi. Menurut Yasa Boga, (2009: 21) ontbijtkoek adalah bolu yang terbuat
dari tepung terigu, telur, gula pasir, gula palem, bahan pengembang dan ditambah
bubuk spekoek, dibuat dengan cara mengaduk semua bahan sampai mengembang
dan kental diselesaikan dengan cara dioven. Penggunaan substitusi tepung sagu
pada pembuatan bolu ontbijtkoek dapat dilakukan. Hal ini telah dilakukan oleh
Winia Ulfa (2011) dengan studi eksperimen formulasi tepung sagu pada bolu
ontbijtkoek sebesar 100%, 80%, 60%. Perubahan penggunaan tepung dalam
pembuatan ontbijtkoek memberikan variasi pada ontbijtkoek yang biasanya
menggunakan tepung terigu berubah menjadi makanan yang berbahan pangan
lokal.
Penambahan rasa pisang pada bolu ontbijtkoek menjadi pilihan yang tepat
untuk membuat produk olahan baru dari bolu ontbijtkoek. Buah pisang merupakan
buah yang sangat digemari masyarakat. Bukan hanya petani yang gemar menanam
tanaman ini tetapi juga kalangan masyarakat. Hal ini disebabkan karena pisang
merupakan tanaman yang mudah ditanam, cepat tumbuh, mudah dibudidayakan
dan hanya membutuhkan waktu sekitar 10 hingga 12 bulan untuk berproduksi
(Norbertus Kaleka, 2013: 15). Pisang digemari, bukan saja karena rasanya yang
enak, namun juga kandungan gizi serta manfaatnya. Selain memberikan
kontribusi gizi lebih tinggi, pisang juga dapat menyediakan cadangan energi
dengan cepat bila dibutuhkan.
8
Dalam penelitian ini ontbijtkoek dibuat dengan formula penggunaan
tepung pati sagu yang berbeda presentase yaitu 100%, 90%, 80%, untuk
mengetahui tekstur,warna, rasa, dan aroma didapatkan dari ketiga ontbitjkoek
hasil eksperimen. Dengan menggunakan tepung pati sagu diharapkan dapat
menghasilkan produk dengan harga yang relativ murah dan mempunyai nilai gizi
lebih. Untuk presentasi rasa pisang dibuat dengan formula 0%, 10 % dan 20 %
untuk melihat tingkat kesukaan panelis terhadap rasa dan aroma pada bolu
ontbijtkoek.
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui perbedaan kualitas ontbijtkoek dengan bahan dasar
tepung pati sagu dengan presentase perbedaan tepung pati sagu 100%,
90%, dan 80% ditinjau dari rasa, warna, aroma dan tekstur.
2. Untuk mengetahui tingkat kesukaan masyarakat terhadap ontbijtkoek
dengan bahan dasar tepung pati sagu dengan presentase tepung pati sagu
100%, 90% dan 80% ditinjau dari aspek rasa, warna, aroma dan tekstur.
3. Untuk mengetahui tingkat kesukaan pada presentasi pemberian pisang 0
%, 10 % dan 20 % ditinjau dari aspek rasa dan aroma bolu ontbijtkoek
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tepung Sagu
10
mewujudkan ketahanan pangan. Sagu merupakan sumber makan pokok khas bagi
beberapa masyarakat di Indonesia (Hariyanto, 2011). Kandungan karbohidrat
pada sagu hampir setara dengan beras, sedangkan dari segi harga sagu jauh lebih
murah dibandingkan dengan beras (Sakiynah, et al., 2013)
2.2 Ontbijtkoek
2.2.1 Pengertian dan Kriteria Ontbijtkoek
11
dikonsumsi sebagai bagian dari diet tiap hari dan memiliki fungsi tertentu
dalam metabolisme tubuh (Papilaya, 2008; Putri, 2012).
Dibandingkan dengan tepung jagung dan tepung beras, kandungan
karbohidrat tepung sagu relatif lebih tinggi yaitu sebesar 381 per 100
gram. Namun demikian, sagu termasuk bahan pangan yang sangat miskin
akan protein. Kandungan protein tepung sagu, jauh lebih rendah dari
tepung beras, jagung, dan beras. Ditinjau dari kadar vitamin dan mineral,
sagu juga memiliki kadar yang lebih rendah dibandingkan dengan bahan
makanan pokok lainnya. Menyadari potensi gizi sagu yang tidak selengkap
dan sebaik bahan makanan pokok lain, sagu harus dikonsumsi bersama-
sama dengan bahan lain yang lebih baik kadar gizinya.(Ernawati, Lakare,
& Diansari, 2018)
2. Pisang Raja
Pisang merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara
danmenyebar ke Afrika, Amerika Selatan dan Tengah. Penyebaran
tanamanpisang di seluruh dunia hampir merata, yaitu meliputi daerah
tropik dansubtropik (Lestari, 2006). Di negara Indonesia, pisang
merupakan tanamanyang memiliki jumlah produksi cukup tinggi, karena
50% produksi pisang diwilayah Asia berasal dari Indonesia (Kementrian
Pertanian, 2014)
Pisang raja memiliki bentuk buah yang besar dan
umumnyamelengkung dengan ukuran 12-18 cm (Lestari, 2006). Kulit
pisang raja cukuptebal, sehingga hanya 70–75 % bagian yang dapat
dimakan dari pisang raja.Buah pisang raja yang telah matang berwarna
kuning berbintik hitam danmemiliki aroma yang harum. Dalam satu
tandan terdapat 6 – 7 sisir dan di tiapsisir terdapat 10 – 16 buah. Berat
setiap tandan berkisar antara 4 – 22 kgdengan berat per buah pisang yaitu
92 g (Ongelina, 2013).
Buah pisang sering dikonsumsi sebagai buah segar serta dapat
dimanfaatkanmenjadi produk olahan. Pengolahan buah pisang mentah
antara lain untukdijadikan pati, sirup glukosa, gaplek, tepung dan keripik,
sedangkan buahpisang matang dapat diolah menjadi dodol, sale pisang,
12
sari buah, selai, kolak,pisang goreng, getuk, ledre, pisang panggang, dan
lain-lain. Biji buah pisang dapat digunakan untuk menyembuhkan radang
selaput lendir usus, ambein dan sariawan. (Ongelina, 2013).
3. Tepung Terigu
Tepung terigu adalah tepung yang berasal dari biji gandum yang
dapat dipakai untuk pembuatan roti, cake dan bolu karena tepung terigu
mengandung gluten sebagai kerangka roti. Menurut jenisnya tepung terigu
dibedakan menjadi 3 macam yaitu(1) tepung terigu lunak yang biasa
digunakan untuk cake, biskuit, dan kue kering, mengandung protein 7 –
9%, (2) Tepung medium yaitu campuran antara tepung lunak dan tepung
keras, biasa digunakan untuk cake, gorengan dan kue kering, mengandung
protein 10 – 11%, (3) Tepung keras biasa digunakan untuk membuat roti
dan mie, mengandung protein 11 – 13 % (Suhardjito, 2005: 119). Tepung
terigu yang digunakan dalam pembuatan ontbijtkoek adalah tepung terigu
lunak yang mengandung protein 7 – 8 % dengan butiran yang halus,
bersih, tidak berbau apek dan kering. Dalam pembuatan ontbijtkoek
tepung terigu mempunyai fungsi membentuk kerangka ontbijtkoek dan
menahan bahan-bahan lain.Tepung terigu mengandung protein diantaranya
gluten, gliadin, albumin, globulin dan protease yang akan membentuk
massa lengket dan elastis apabila dicampurkan dengan cairan (Faridah,
2008).
4. Telur
Telur adalah bahan yang sangat penting dalam pembuatan
ontbijtkoek karena telur berfungsi sebagai pengembang, pembentuk
warna, perbaikan rasa, dan penambah nilai gizi. Pada pembuatan
onntbijtkoek ini telur yang digunakan adalah telur ayam ras. Bagian telur
yang digunakan adalah bagian putih dan kuning telur. Dalam
penggunaannya jumlah telur harus disesuaikan dengan jumlah bahan-
bahan yang lain sehingga adonan yang dihasilkan tidak telalu encer atau
terlalu kental. Menurut Ambarini jumlah telur yang digunakan dalam
pembuatan ontbijtkek adalah 4 butir telur atau 250g dengan ukuran tepung
13
120 g.Telur ayam ras mengandung air sekitar 74%, protein 13%, lemak
12%, karbohidrat 1,0%, dan mineral 0,8% (Nova, 2014).
5. Bumbu spekoek
Bubuk spekoek adalah bubuk yang terbuat dari kapulaga, cengkih
dan kayu manis yang di haluskan. Bubuk spekoek berfungsi sebagai
pemberi rasa, warna dan aroma pada pembuatan ontbijtkoek. Penggunaan
bubuk spekoek ½ sendok makan atau 15g untuk 120g tepung terigu, bubuk
spekoek ditambahkan bersaamaan dengan penambahan tepung terigu saat
membuat ontbijtkoek, (Ambarini:2009)
6. Emulsifier
Emulsifier adalah zat pengemulsi yang mengstabilkan minyak dan
air. Pada umumnya emulsifier terdapat emulsifier alami dan emulsifier
buatan. Emulsifier alami terbuat dari bahan yang berasal dari alamseperti
kacang kedelai, telur, dan kacang-kacangan lainnya. Sedangkan emulsifer
buatan berasal dari rekayasa manusia yang terbuat dari lemak atau minyak
yang diolah sedemikian rupa agar bisa mencampurkan air dan minyak
(PIPIMM,2007,para 5).
2.2.3 Prinsip Dasar Pembuatan Ontbijtkoek
Prinsip dasar pembuatan ontbijtkoek adalah gula pasir, gula palem, telur
dan bahan pengembang dikocok hingga putih dan kaku, kemudian masukkan
tepung terigu dan bubuk spekoek. Tuang adonan pada loyang ukuran 25x25cm
yang sudah dioles margarin dan dialas kertas roti, taburi bagian atas dengan
kacang kenari. kemudian panggang dengan suhu 180°C selama 30 menit.
(Ambarini, 2003:7).
Menurut Ambarini (2003) kriteria ontbijtkoek yang baik dapat ditinjau dari
empat aspek yaitu warna, aroma, tekstur dan rasa.
a. Warna
Warna ontbijtkoek dapat dilihat dari warna remahan dan warna kerak.
Warna yang banyak disukai adalah coklat muda .
14
b. Aroma
Aroma ontbijtkoek yang baik adalah harum khas dari bubuk spekoek yang
ditambahkan.
c. Tekstur
Tekstur ontbijtkoek dapat dilihat dari volume ontbijtkoek, butiran
remahan, dan susunannya. Volume yang baik adalah tidak terlalu besar
dan tidak terlalu kecil, memiliki permukaan yang rata, tidak
menggembung atau cekung di bagian tengah. Untuk butiran dan remahan
lebih kasar dibanding dengan cake, hal ini disebabkan ontbijtkoek
termasuk dalam golongan bolu yang tidak menggunakan margarin atau
minnyak sehingga memberikan tekstur yang ”seret” (bahasa jawa) saat
dimakan. dan permukaannya rata./simetris.
d. Rasa
Untuk rasa ontbijtkoek memiliki rasa yang khas dibanding cake atau bolu
yang lain, rasa khas ontbijtkoek berasal dari penggunaan bubuk spekoek
dan gula palem atau gula coklat.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
15
1. Alat
Timbangan
Mangkok stainless
Mixer
Wisking
Spatula
Loyang loaf
Oven
Kompol gas
Sendok teh
Senndok makan
2. Bahan
Tepung sagu
Pisang raja
Tepung terigu
Gula pasir
Telur
Susu bubuk
Bumbu spekoek
Garam
Emulsifiier (ovalet)
16
3.3 Prosedur Pembuatan
Mixer gula, telur dan ovalet ±10 menit sampai kaku, kemudian tepung mocaf, terigu, susu bubuk,
Perlakuan
NO. Bahan
P1 P2 P3
1 Tepung sagu 100% 90% 80%
2. Pisang Raja 0% 10% 20%
3. Tepung terigu 45 gr 45 gr 45 gr
4. Gula pasir 75 gr 75 gr 75 gr
5. Telur 220 gr 220 gr 220 gr
6. Susu bubuk 20 gr 20 gr 20 gr
17
7. Bumbu spekoek 2,5 gr 2,5 gr 2,5 gr
Keterangan :
a) Sangat suka : 5
b) Suka : 4
c) Netral : 3
d) Tidak suka : 2
e) Sangat tidak suka : 1
18
BAB IV
19
Warna
Tabel 3. Warna
a,b
Duncan
Subset
Sampel N 1 2
518(P1) 80 3.57
548 (P2) 80 3.59
803 (P3) 80 4.04
Sig. .934 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .913.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 80.000.
b. Alpha = ,05.
20
4.2 Uji Kesukaan Tekstur
Tekstur merupakan suatu komponen yang turut menentukan
kualitas dari suatu makanan dan dapat dirasakan melalui sentuhan kulit
atau pencicipan. Tekstur memiliki pengaruh penting dalam suatu makanan
misalnya tingkat kelembutan dan kerenyahan.
Tabel 4. Uji Kesukaan Tekstur
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Tekstur
Type III Sum of
Source Squares Df Mean Square F Sig.
Corrected Model 111.438a 81 1.376 1.597 .006
Intercept 2633.438 1 2633.438 3056.625 .000
Sampel 11.875 2 5.937 6.892 .001
Penelis 99.562 79 1.260 1.463 .022
Error 136.125 158 .862
Total 2881.000 240
Corrected Total 247.563 239
a. R Squared = .450 (Adjusted R Squared = .168)
Tabel 5. Tekstur
Duncana,b
Subset
Sampel N 1 2
548 (P2) 80 3.12
518(P1) 80 3.19
803 (P3) 80 3.62
Sig. .671 1.000
21
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .862.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 80.000.
b. Alpha = 0,05.
22
Type III Sum of
Source Squares Df Mean Square F Sig.
Corrected Model 197.358a 81 2.437 1.954 .000
Intercept 2801.667 1 2801.667 2247.307 .000
Sampel 34.358 2 17.179 13.780 .000
Penelis 163.000 79 2.063 1.655 .004
Error 196.975 158 1.247
Total 3196.000 240
Corrected Total 394.333 239
a. R Squared = .500 (Adjusted R Squared = .244)
.
Pada uji kesukaan rasa ini dilakukan dengan 3 perlakuan yaitu
formulasi 100% sagu : 0% pisang dengan kode 518 (P1), 90% sagu : 10%
pisang dengan kode 548 (P2), 80% sagu : 20% pisang dengan kode 803
(P3) terhadap 80 orang panelis. Dari hasil uji ANOVA didapatkan nilai
signifikan sampel yaitu 0,00 < 0,05 yang artinya ada perbedaan yang
nyata antara kedua produk terhadap aspek rasa.
Rasa
Tabel 7. Rasa
a,b
Duncan
Subset
Sampel N 1 2
518(P1) 80 3.11
548 (P2) 80 3.19
803 (P3) 80 3.95
Sig. .672 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 1.247.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 80.000.
b. Alpha = 0,05.
23
Kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan post hoc test dan
didapatkan hasil bahwa panelis nyata lebih suka rasa kode sampel 803
dengan hasil skor 3,95 yang artinya panelis netral suka rasa pengaruh
penambahan substitusi pisang terhadap ontbijtkoek dengan bahan dasar
sagu tersebut dibandingkan dengan kode sampel 518 dan 548 dengan hasil
skor masing masing 3,11 dan 3,19.
Pada penelitian ini bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan
ontbijtkoek adalah tepung pati sagu. Rasa ontbijtkoek yang baik adalah
manis gurih, hal ini ditimbulkan dari perpaduan gula, telur, susu dan sesuai
dengan bahan bahan yang digunakan. Di dalam penelitian ini juga
menambahkan pisang sebagai substitusi pembuatan ontbijtkoek, sehinggga
rasa yang dihasilkan pada sampel 803 memiliki rasa manis dari pisang
tersebut. Menurut Basuki & Akhiriningsih (2016), penyebab peningkatan
kesukaan terhadap rasa ini karena kaitannya dengan pisang mempunyai
rasa yang enak setelah diolah.
Sedangkan, perbedaan jumlah tepung pati sagu dan tepung terigu
menyebabkan perbedaan kandungan karbohidrat pada masing-masing
sampel. Didalam karbohidrat terdapat glukosa, sukrosa dan pati yang
dapat meningkatkan cita rasa pada bahan makanan (Winarno, 2002).
Misalnya sukrosa menimbulkan rasa manis, sementara itu pati
menimbulkan rasa yang khas pada makanan. Dengan demikian adanya
kandungan karbohidrat yang tinggi pada tepung pati sagu dibanding
dengan tepung terigu akan berpengaruh terhadap rasa yang dihasilkan.
Semakin banyak prosentase tepung pati sagu yang digunakan rasa yang
dihasilkan semakin manis. Tetapi jika dilihat dari hasil penilaian panelis
tidak terlatih lebih menyukai sampel 803 dengan jumlah tepung pati sagu
rendah (80%) karena rasa manis yang dihasilkan lebih seimbang
dibandingkan dengan sampel (518) dan sampel (548).
24
makan seseorang.Didalam pengujian suatu produk makanan aroma
dianggap penting karena akan cepat memberikan hasil penilaian diterima
atau tidak suatu produk makanan tersebut.
Tabel 9. Aroma
a,b
Duncan
Subset
Sampel N 1 2
548 (P2) 80 2.93
518(P1) 80 3.24
803 (P3) 80 3.85
Sig. .062 1.000
25
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 1.109.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 80.000.
b. Alpha = 0,05.
26
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil dan pembahasan dapat diambil simpulan
sebagai berikut :
1. Ada perbedaan kualitas ontbijtkoek berbahan dasar tepung pati sagu
hasil eksperimen antar sampel ditinjau dari aspek warna, aroma, rasa
dan tekstur. Sampel P3 (803) dengan komposisi 80% tepung sagu dan
20% pisang adalah sampel terbaik.
2. Secara umum masyarakat menyukai sampel 3 (803) dengan bahan
dasar 80% tepung sagu dan 20% pisang.
3. Untuk tingkat kesukaan pada presentasi pemberian pisang ditinjau dari
aspek rasa dan aroma bolu ontbijtkoek hasil eksperimen oleh sampel
P3 (803) dengan 20% pisang.
5.2. Saran
Diharapkan ada tindak lanjut dari pemerhati, peneliti yang berminat
memanfaatkan tepung pati sagu sebagai bahan pangan lokal untuk
dikembangkan menjadi berbagai hidangan yang akhirnya mampu membangun
sistem ketahanan pangan nasional sekaligus memperbaiki pendapatan
kesejahteraan keluarga petani sagu.
27
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, E. K., & Akhiriningsih, P. (2016). Kajian Kuliats Cake Pisang dengan
Variasi Penggunaan Tepung Terigu dan Telur. Jurnal Rekapangan, 10(1),
50–60. http://www.ejournal.upnjatim.ac.id/index.php/teknologi-
pangan/article/view/698.
Ernawati, E., Lakare, H., & Diansari, P. (2018). Peranan Makanan Tradisional
Berbahan Sagu Sebagai Alternatif Dalam Pemenuhan Gizi Masyarakat.
Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, 14(1), 31.
https://doi.org/10.20956/jsep.v14i1.3621
Sakiynah, N., Tigor, A. R. & Setyawan, H., 2013. Desain pabrik pengolahan
tepung sagu. Jurnal Teknik Pomits, 2(1), pp. 1-3.
Sari, W. S. (2015). Substitusi Pisang Masak Sehari Terhadap Kualitas Bolu Kukus.
September, 1–19. http://weekly.cnbnews.com/news/article.html?no=124000
28
Wahab, D., & Baco, A. R. (2016). Pemanfaatan Tepung Sagu ( Metroxylon Sp .)
sebagai Bahan Pengisi Sosis Tempe: Kajian Organoleptik dan Nilai Gizi.
Jurnal Teknologi Dan Industri Pertanian, 10(1), 1–8.
29
LAMPIRAN
Kode Sampel
Warna Tekstur Rasa Aroma Warna Tekstur Rasa Aroma Warna Tekstur Rasa Aroma
1 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
2 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4
3 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5
4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 5
5 5 3 4 3 5 4 4 4 4 3 4 4
6 3 4 4 4 4 4 5 4 3 4 5 3
7 4 4 4 4 4 3 4 4 4 5 3 3
8 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 5 5
9 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5
10 5 4 5 5 5 4 4 5 5 4 4 4
30
11 4 3 3 3 5 4 4 4 4 3 4 4
12 3 3 1 3 2 2 1 2 2 2 2 2
13 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5
14 2 2 2 3 4 3 4 4 4 4 4 4
15 3 3 3 2 3 2 1 1 3 2 2 3
16 5 5 5 4 3 3 4 4 5 3 5 4
17 3 2 2 2 3 2 2 2 4 3 3 3
18 3 3 3 3 5 3 4 4 2 2 2 2
19 5 4 4 4 2 2 1 1 4 3 4 4
20 2 1 1 1 3 3 3 3 4 4 4 3
21 3 3 2 2 4 4 5 5 4 4 4 4
22 5 4 4 4 3 2 2 2 5 3 5 4
23 5 5 5 5 3 2 3 4 5 4 5 5
24 4 3 3 4 5 4 4 4 2 2 1 3
25 3 4 3 3 2 2 1 2 3 3 3 3
26 2 1 2 1 3 2 2 2 5 4 5 4
31
27 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 3 3
28 2 1 1 1 5 5 5 4 5 5 5 5
29 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4
30 3 3 2 2 3 3 4 4 3 4 4 4
31 5 4 5 4 4 4 4 4 5 3 5 4
32 5 5 5 5 3 2 1 1 3 3 3 3
33 4 3 2 2 3 3 2 2 3 3 4 3
34 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 4 4
35 2 3 2 2 3 2 2 1 5 5 5 5
36 1 2 1 2 4 4 4 3 5 3 5 5
37 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 5
38 4 4 4 4 1 1 1 1 4 3 3 4
39 4 4 5 5 3 3 3 2 5 5 5 5
40 3 1 2 2 3 3 3 3 5 4 5 5
41 4 3 3 3 2 2 1 1 4 5 5 5
42 3 2 2 2 5 4 5 5 5 5 5 5
32
43 2 2 3 3 4 3 3 3 3 3 1 2
44 3 3 2 2 4 4 4 4 3 3 3 3
45 2 2 1 1 4 4 3 3 3 2 2 2
46 4 3 3 3 5 4 4 4 4 3 4 4
47 3 2 2 2 4 4 5 4 4 4 4 4
48 5 4 4 4 4 3 4 4 5 4 4 3
49 4 4 5 5 4 4 4 3 5 5 4 4
50 3 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5
51 5 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 5
52 2 1 1 1 5 4 4 4 4 3 4 4
53 3 3 2 2 2 2 1 2 3 4 5 3
54 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 3
55 5 5 5 5 4 3 4 4 3 4 5 5
56 4 3 3 4 3 2 1 1 5 5 5 5
57 3 4 3 3 3 3 4 4 5 4 4 4
58 2 1 2 1 3 2 2 2 4 3 4 4
33
59 2 2 2 2 5 3 4 4 2 2 2 2
60 2 1 1 1 2 2 1 1 5 4 5 5
61 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4
62 3 3 2 2 3 2 3 4 3 2 2 3
63 3 3 1 3 5 4 4 4 5 3 5 4
64 4 4 4 4 2 2 1 2 4 3 3 3
65 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2
66 3 3 3 2 4 4 4 4 4 3 4 4
67 5 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4 3
68 3 2 2 2 4 3 3 3 4 4 4 4
69 3 3 3 3 3 3 4 4 5 3 5 4
70 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3
71 2 1 1 1 3 2 1 1 5 4 5 4
72 3 3 2 2 3 3 2 2 4 4 3 3
73 5 4 4 4 3 3 3 3 5 5 5 5
74 5 5 5 5 3 2 2 1 4 3 4 4
34
75 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4
76 3 4 3 3 4 3 3 3 5 3 5 4
77 3 3 2 2 1 1 1 1 3 3 3 3
78 5 4 5 4 3 3 3 2 3 3 4 3
79 5 5 5 5 3 3 3 3 4 3 4 4
80 4 3 2 2 2 2 1 1 5 5 5 5
35
Keterangan :
5 : Sangat suka
4 : Suka
3 : Netral
2 : Tidak suka
1 : Sangat tidak suka
Tabel 1: Perlakuan 1
No Gambar Keterangan
36
4. Tuang adonan kedalam Loyang yang telah di
oles mentega, oven dengan suhu 18000c selama
30 menit
5. Hasil akhir
Tabel 2 : perlakuan 2
No Gambar Keterangan
37
3. Kemudian aduk hingga tercampur merata dan siapkan
loyang
5. Hasil akhir
Tabel 3 : perlakuan 3
No Gambar Keterangan
38
2. Mixer gula, telur dan ovalet kurang lebih 10 menit
sampai kaku, kemudian tepung mocaf 80%, terigu, susu
bubuk, pisang 20% dan bubuk spekoek dimasukkan
5. Hasil akhir
39