Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PANGAN 1

EVAN ALBERT HUBERTUS SAMOSIR


2006112565

AGROTEKNOLOGI A

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas Kasih
dan Kesempatan yang diberikan Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Akhir Teknologi Produksi Tanaman Pangan I dengan
tepat waktu. Adapun tujuan dari Laporan Akhir ini ialah bertujuan untuk
memenuhi syarat untuk mengikuti ujian akhir praktikum, serta merangkum semua
wawasan dan pengetahuan yang telah didapat selama kegiatan praktikum melalui
ilmu yang diberikan oleh Asisten Dosen mata kuliah Teknologi Produksi
Tanaman Pangan I.

Penulis juga tidak lupa untuk mengucapkan terimakasih kepada abang-


abang Asisten Dosen yang telah membimbing dan memberikan ilmunya selama
praktikum Teknologi Produksi Tanaman Pangan I. dan Juga kepada semua pihak
yang telah membantu penulis dalam hal penyusunan laporan ini hingga laporan
akhir ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.

Disamping itu, Penulis juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan


dalam pembuatan laporan akhir praktikum ini. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk
menyempurnakan laporan ini. Terutama dari Asisten Dosen yang penulis hormati.
Penulis berharap agar Laporan Akhir Praktikum ini dapat memberikan manfaat
kepada pembaca dalam hal menambah wawasan. Diakhir kata penulis
mengucapkan terima kasih.

Pekanbaru, 11 Juni 2022

Evan Albert Hubertus Samosir

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................5
DAFTAR TABEL....................................................................................................6
BAB I.......................................................................................................................7
PENDAHULUAN...................................................................................................7
1.1 Latar Belakang..........................................................................................7
1.2 Tujuan........................................................................................................9
BAB II....................................................................................................................10
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................10
2.1 Tanaman Jagung......................................................................................10
2.2 Tanaman Sorgum....................................................................................13
2.3 Tanaman Padi Gogo................................................................................16
BAB III..................................................................................................................20
METODOLOGI.....................................................................................................20
3.1 Tempat dan Waktu..................................................................................20
3.2 Bahan Dan Alat.......................................................................................20
3.3 Pelaksanaan Praktikum............................................................................20
3.4 Pengamatan.............................................................................................23
BAB IV..................................................................................................................25
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................25
4.1 Hasil.........................................................................................................25
4.2 Pembahasan.............................................................................................25
BAB V....................................................................................................................32
KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................32
5.1 Kesimpulan..............................................................................................32
5.2 Saran........................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................34

3
LAMPIRAN...........................................................................................................37
1. Perhitungan.................................................................................................37
2. Dokumentasi...............................................................................................38
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................39

4
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tanaman Jagung.................................................................................10


Gambar 2. Tanaman Sorgum.................................................................................13
Gambar 3. Tanaman Padi Gogo............................................................................16
Gambar 4. Pengukuran Tinggi Tanaman..............................................................23
Gambar 5. Perhitungan Jumlah Daun...................................................................24
Gambar 6. Pengukuran Jumlah Daun...................................................................24

5
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data pengamatan tanaman sorgum minggu ke-10..................................25

6
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mata Kuliah Teknologi Produksi Tanaman Pangan I adalah sebuah ilmu yang
mempelajari tentang penanaman dan pemeliharaan tanaman pangan utama,
perencanaan dan pelaksanaan program pemupukan identifikasi tingkat
pertumbuhan, serta perkembangan dan kesehatan tanaman. Melalui praktikum
yang di lapangan pada praktkikum mata kuliah TPTP I (Teknologi Produksi
Tanaman Pangan I) mahasiswa dapat memperoleh pengalaman bagaimana cara
penanaman tanaman pangan, bagaimana cara menggunakan sarana produksi
(benih, pupuk organic/pupuk anorganik, pestisda, furadan), serta bagaimana cara
memelihara tanaman yang di budidayakan.

Tanaman pangan adalah semua model tanaman yang didalamnya ada terdapat
karbohidrat serta protein sebagai sumber daya manusia. Di Negara Indonesia,
pangan sering didentifkan dengan beras karena jenis pangan ini merupakan
makanan pokok utama. Selain beras ada beberapa contoh tanaman pangan dimana
sebagai sumber utama karbohidrat dan protein. Contohnya adalah : Sereallia
(padi, gandum, dan jagung), umbi (ubi jalar dan singkong) dan kacang-kacangan
(kacang tanah, kacang kedelai, dan kacang panjang). Tanaman pangan ini cukup
mudah ditanam oleh petani di lahan pertanian mereka. Beberapa jenis tanaman ini
tidak membutuhkan perawatan yang terlalu rumit misalnya singkong, kedelai,
maupun ubi jalar. Namun, ada beberapa diantaranya perlu intensif dalam
perawatannya seperti kentang, jagung, padi, dan lain sebagainya.

Indonesia, negara dengan kondisi sumberdaya alam yang subur dan melimpah,
terletak di bentangan Khatulistiwa membuat Indonesia menjadi indah menghijau
dari Sabang sampai Merauke. Karena kesuburannya, Indonesia dijuluki sebagai
negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai
petani. Berdasarkan data Departemen Pertanian, luas lahan sawah Indonesia
mencapai 7,6 juta Ha. Lahan yang subur sangat berpotensi untuk ditanami
tanaman pangan, seperti padi dan jagung. Tanaman pangan dibutuhkan sebagai
bahan makanan pokok bagi seluruh penduduk. Ketersediaanya harus diperhatikan
guna memenuhi kebutuhan makanan pokok secara berkelanjutan dan memenuhi
syarat gizi. Di Indonesia sendiri rata-rata penduduknya mengkonsumsi beras
(berasal dari padi) sebagai makanan pokok sehari-hari, padahal di Indonesia dapat
ditanami berbagai macam tanaman pangan seseuai kearifan lokal masingmasing
daerah seperti jagung, ketela dan sagu. Tanaman pangan jagung dapat menjadi
alternatif kedua bahan makanan pokok utama setelah beras.

Dalam melaksanakan kegiatan praktikum TPTP I (Teknologi Produksi


Tanaman Pangan I) kali ini, terdapat 3 komoditi tanaman pangan yang di tanam di
area lahan tanam praktikan. 3 Tanaman tersebut antara lain adalah : tanaman
jagung (zea mays), tanaman sorgum (sorghum bicollor), dan tananaman padi
(Oryza Sativa).

Tanaman jagung (zea mays) adalah salah satu tanaman serealia penting di


Indonesia, selain sebagai tanaman bahan pangan pokok pengganti beras dalam
upaya diversifikasi pangan, tanaman jagung juga merupakan bahan pakan ternak.
Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga merupakan sumber protein yang
penting dalam menu masyarakat di Indonesia. Jagung kaya akan komponen
pangan fungsional, termasuk serat pangan yang dibutuhkan tubuh, asam lemak
esensial, isoflavon, mineral (Ca, Mg, K, Na, P, Ca dan Fe), antosianin,
betakaroten (provitamin A), komposisi asam amino esensial, dan lainnya.

Jagung berpotensi untuk menjadi bahan makanan pokok utama selain jagung,
produksi jagung yang masih rendah dibandingkan dengan padi dapat menjadi
permasalahan tersendiri. Tidak dapat dipungkiri bahwasanya produksi jagung
lebih rendah daripada padi karena pemerintah memberikan insentif lebih terhadap
padi, dimana secara tidak langsung padi sudah ditamatkan menjadi bahan
makanan pokok Indonesia. Selain faktor tersebut masih rendahnya produksi
jagung daripada padi dikarenakan luas lahan jagung di Indonesia yang masih
sedikit. Luas lahan merupakan komponen penting untuk meningkatkan produksi

8
jagung. Ini disebabkan karena hubungan antara produksi dengan luas lahan
sebagai input produksi (Badmus and Ariyo, 2011).

Tanaman sorgum (sorgum bicolor) addalah tanaman serbaguna yang dapat


digunakan sebagai sumber pangan, pakan ternak dan bahan baku industri. Sebagai
bahan pangan, sorgum berada pada urutan ke-5 setelah gandum, jagung, padi, dan
jelai. Sorgum merupakan makanan pokok penting di Asia Selatan dan Afrika sub-
sahara. Sorgum merupakan tanaman serealia yang dapat tumbuh pada berbagai
keadaan lingkungan sehingga potensial dikembangkan, khususnya pada lahan
marginal beriklim kering di Indonesia.

Sebagai komoditas tanaman pangan, pengembangan sorgum di Indonesia


masih menghadapi sejumlah kendala baik teknis maupun sosial ekonomi. Selain
itu, pemerintah juga belum menempatkan sorgum sebagai prioritas dalam program
perluasan areal tanam dengan alasan sorgum bukan kebutuhan pokok, sehingga
perluasan sorgum tidak masuk dalam rencana strategis dan belum ada anggaran
khusus (Direktorat Serealia 2013). Di Amerika Serikat, sorgum justru menjadi
sumber pemenuhan pangan nomor tiga, sementara di tingkat global menjadi
tanaman penting kelima setelah gandum, padi, jagung dan barley.

Tanaman padi (Oryza Sativa) adalah tanaman yang dibudidaya, meski ada


juga yang merupakan padi liar. Padi sendiri diduga dimulai dari India atau
Indocina, namun dibudidayakan di Indonesia sekitar 1500 SM. Di negara agraris
seperti Cina, India,Bangladesh, dan Indonesia, padi merupakan tanaman utama.

Menurut Badan Pusat Statistik (2018) jumlah penduduk Indonesia usia 15


tahun keatas yang bekerja pada sektor pertanian pada tahun 2017 yaitu 35.923.886
jiwa atau setara dengan 29,68% dari total penduduk Indonesia. Hal ini
mengindikasikan bahwa pertanian merupakan sumber mata pencaharian tertinggi
di Indonesia. Sektor pertanian sendiri memiliki cakupan yang luas, salah satu
diantaranya adalah budidaya padi.

9
1.2 Tujuan
a. Mahasiswa/Praktikan mampu untuk mengetahui mengenal morfologi,
pertumbuhan dan produksi padi, jagung dan sorgum.
b. Mahasiswa/Praktikan dapat mengaplikasikan budidaya tanaman padi,
jagung dan sorgum di lapangan.
c. Mahasiswa/Praktikan dapat mengetahui dan memahami pengendalian
hama dan penyakit pada tanaman yang ditanam. Serta bagaimana
melakukan pemeliharaan pada tanaman pangan yang di budidayakan
di lahan praktikum
d. Mahasiswa/Praktikan mampu melihat perbedaan perumbuhan dan
perkembangan tanaman pangan yang dibudidayakan secara langsung
dari hari ke hari melalui penambahan pupuk npk.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Jagung


Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman pangan biji-bijian yang
berasal dari Amerika. Jagung tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis
orang-orang Eropa ke Amerika. Di Indonesia, Jagung manis (Zea mays
Saccharata), merupakan komoditi yang dapat diusahakan secara intensif karena
banyak digemari sehingga terbuka peluang pasar yang baik. Jagung manis selain
dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan juga digunakan untuk bahan baku
industri gula jagung (Bakhri, 2007).

Gambar 1. Tanaman Jagung


Secara umum tanaman jagung dalam tata nama atau sistematika
(Taksonomi) tumbuh-tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Subclass : Commelinidae
Order : Cyperales
Family : Poaceae
Genus : Zea Spesies : Zea mays L. (USDA, 2014)
Tanaman jagung terbagi menjadi beberapa bagian utama, yaitu akar,
batang, daun, bunga dan buah (tongkol). Jagung mempunyai tiga macam akar 6
serabut, yaitu (a) akar seminal, (b) akar adventif, dan (c) akar kait atau penyangga.
Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Akar
adventif adalah akar yang berkembang dari buku di ujung mesokotil. Akar kait
atau penyangga adalah akar adventif yang muncul pada dua atau lebih buku di
atas permukaan tanah (Subekti et al., 2013).
Jagung termasuk tanaman berakar serabut yang terdiri dari tiga type akar,
yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar udara. Akar seminal tumbuh radikula
dan embrio. Akar adventif disebut juga akar tunjang, akar ini tumbuh dari buku
paling bawah, yaitu sekitar 4 cm dari permukaan tanah. Sementara akar udara
adalah akar yang keluar dari dua atau lebih buku terbawah dekat permukaan
tanah. (Nurdin et al., 2011)
Sistem perakaran tanaman jagung terdiri atas akar-akar seminal, koronal,
dan akar udara. Akar utama muncul dan berkembang kedalam tanah saat benih
ditanam. Pertumbuhan akar melambat ketika batang mulai muncul keluar tanah
dan kemudian berhenti ketika tanaman jagung telah memiliki 3 daun.
Batang jagung tegak, tidak bercabang, terdiri atas beberapa ruas dan buku
ruas. Pada buku ruas muncul tunas yang berkembang menjadi tongkol. Tinggi
tanaman jagung pada umumnya berkisar antara 60 – 300 cm, tergantung dari
varietas.
Daun jagung memanjang, mempunyai ciri bangun pita (ligulatus), ujung
daun runcing (acutus), tepi daun rata (integer). Diantara pelepah dan helai daun
terdapat ligula (Subekti et al., 2013). Menurut Purwono dan Hartono (2007),
fungsi ligula adalah mencegah air masuk ke dalam kelopak daun dan batang.
Bunga jantan dan bunga betina pada jagung terpisah dalam satu tanaman
(monoecious). Bunga jantan tumbuh di bagian pucuk tanaman, berupa karangan
bunga (inflorescence). Tongkol sebagai bunga betina, tumbuh dari buku diantara
batang dan pelepah daun (Aris et al., 2016).
Biji tanaman jagung dikenal sebagai kernel terdiri dari 3 bagian utama, yaitu
dinding sel, endosperma, dan embrio. Bagian biji ini merupakan bagian yang
terpenting dari hasil pemaneman. Bagian biji rata-rata terdiri dari 10% protein,

12
70% karbohidrat, 2.3% serat. Biji jagung juga merupakan sumber dari vitamin A
dan E. (Fajarany et al., 2016).
Daerah yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung yaitu daerah
beriklim sedang hingga daerah beriklim subtropis/tropis basah dengan curah hujan
yang ideal sekitar 85-200 mm/bulan pada lahan yang tidak beririgasi.
Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari dalam masa
pertumbuhan. Suhu yang dikehendaki tanaman jagung untuk pertumbuhan
terbaiknya antara 27-320C . Jagung termasuk tanaman yang membutuhkan air
yang cukup banyak, terutama pada saat pertumbuhan awal, saat berbunga, dan
saat pengisian biji.
Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase
pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam
awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari,
tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil
biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 230C - 300C (Juandi ,et. al., 2016).
Purwono dan Hartono (2007) mengatakan bahwa jagung termasuk tanaman
yang tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus dalam penanamannya.
Jagung dikenal sebagai tanaman yang dapat tumbuh di lahan kering, sawah, dan
pasang surut, asalkan syarat tumbuh yang diperlukan terpenuhi. Jenis tanah yang
dapat ditanami jagung antara lain Andosol, latosol, dan Grumosol. Namun yang
terbaik untuk pertumbuhan jagung adalah Latosol.
Keasaman tanah antara 5.6-7.5 dengan aerasi dan ketersediaan air yang
cukup serta kemiringan optimum untuk tanaman jagung maksimum 8%. pH tanah
antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8
%. Dan ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-
600 m dpl (Fabians et al., 2016).
Jarak tanam pada tanaman jagung menggunakan 70 cm X 20 cm, 1
tanaman/lubang (Yasin 2013). Menurut Paeru (2017), setelah tanah yang di beri
pupuk dasar siap di tanami, langkah langkah selanjutnya adalah membuat jarak
tanam. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panen. Semakin lama umur
panennya, tanaman akan semakin tinggi dan memerlikan tempat yang libih luas.
Oleh karena itu, jarak tanam nya lebih lebar atau jarak antar tanaman lebih

13
renggang. Jarak tanam jagung berumur panjang dengan waktu panen sekitar 110
hari setelah tanam, yaitu 100 x 25 cm (1 biji/lubang). Jika umur panen sedang
(umur panen 80-100 hari), jarak tanamnya 75 x 25 cm (1 biji/lubang).

2.2 Tanaman Sorgum


Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench), merupakan salah satu tanaman
serealia yang sangat baik digunakan sebagai sumber bahan pangan dan pakan
alternatif yang patut dikembangkan di Indonesia. Sorgum memiliki beberapa
keunggulan seperti dapat tumbuh di lahan kering, resiko kegagalan relatif kecil,
kandungan nutrisi cukup tinggi, relatif lebih tahan hama penyakit serta
pembiayaan usahatani relatif murah. Tanaman sorgum memiliki manfaat yang
cukup banyak, antara lain seperti batang , daun, dan biji dapat dimanfaatkan baik
untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pakan ternak (Tacoh et al., 2016)

Gambar 2. Tanaman Sorgum


Secara umum tanaman sorgum tata nama atau sistematika (Taksonomi)
tumbuh-tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Sub family : Panicoideae
Genus : Sorghum Species : bicolor (Iriani dan Mangkulawu, 2013)
Genus sorghum terdiri atas 20 atau 32 spesies, berasal dari Afrika Timur,
satu spesies di antaranya berasal dari Meksiko. Tanaman ini dibudidayakan di

14
Eropa Selatan, Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Asia Selatan. Di antara
spesies-spesies sorgum, yang paling banyak dibudidayakan adalah spesies
Sorghum bicolor (L.) Moench. Morfologi tanaman sorgum mencakup akar,
batang, daun, tunas, bunga, dan 5 biji (Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan, Departemen Pertanian 2014).
Tanaman sorgum merupakan tanaman biji berkeping satu, terdiri atas akar-
akar seminal (akar-akar primer) pada dasar buku pertama pangkal batang, akar
skunder dan akar tunjang yang terdiri atas akar koronal (akar pada pangkal batang
yang tumbuh ke arah atas) dan akar udara (akar yang tumbuh di permukaan
tanah). Tanaman sorgum membentuk perakaran sekunder dua kali lebih banyak
dari jagung. Ruang tempat tumbuh akar lateral mencapai kedalaman 1,3 m - 1,8 m
dengan panjang mencapai 10,8 m. Sebagai tanaman yang termasuk kelas
monokotiledone, sorgum mempunyai sistem perakaran serabut.
Batang tanaman sorgum terdiri dari ruas (internodes) dan buku (nodes),
tidak memiliki kambium. Pada bagian tengah batang terdapat seludang pembuluh
yang diselubungi oleh lapisan keras (sel-sel parenchym). Bentuk batang tanaman
sorgum silinder dengan diameter pada bagian pangkal berkisar antara 0,5 cm - 5,0
cm. Tinggi batang bervariasi, berkisar antara 0,5 m - 4,0 m, bergantung pada
varietas. Ruas batang sorgum pada bagian tengah tanaman umumnya panjang dan
seragam di banding ruas pada bagian bawah dan atas tanaman. Ruas paling
panjang terdapat pada 6 ruas terakhir (ujung tanaman), yang berupa tangkai malai.
Permukaan ruas batang sorgum mirip dengan tanaman tebu, yaitu diselimuti oleh
lapisan lilin yang tebal, kecuali pada ujung batang. Lapisan lilin paling banyak
pada bagian atas dari pelepah daun, yang berfungsi mengurangi transpirasi
sehingga sorgum toleran terhadap kekeringan. Buku pada batang sorgum rata
dengan ruasnya, pada bagian ini tumbuh akar tunjang dan tunas.
Sorgum mempunyai daun berbentuk pita, dengan struktur terdiri atas helai
daun dan tangkai daun. Posisi daun terdistribusi secara berlawanan sepanjang
batang dengan pangkal daun menempel pada ruas batang. Panjang daun sorgum
rata-rata 1 m dengan penyimpangan 10 cm - 15 cm dan lebar 5 cm - 13 cm. Pada
pertemuan antara pelepah dan helaian daun terdapat ligula (ligule) dan kerah daun
(dewlaps). Helaian daun muda kaku dan tegak, kemudian menjadi cenderung

15
melengkung pada saat tanaman dewasa. Helaian daun permukaan mengkilap oleh
lapisan lilin.
Tanaman sorgum termasuk tanaman semusim yang mudah dibudidayakan
dan mempunyai kemampuan adaptasi yang luas. Tanaman ini dapat berproduksi
walaupun diusahakan di lahan yang kurang subur, ketersediaan air terbatas, dan
masukan (input) yang rendah. Sorgum memungkinkan ditanam pada daerah
dengan tingkat kesuburan rendah sampai tinggi, asal solum agak dalam (lebih dari
15 cm). Tanaman sorgum beradaptasi dengan baik pada tanah dengan pH 6,0-7,5.
Curah hujan 50 mm - 100 mm per bulan pada 2,0-2,5 bulan sejak tanam, diikuti
dengan periode kering, merupakan curah hujan yang ideal untuk keberhasilan
produksi sorgum. Walaupun demikian, tanaman sorgum dapat tumbuh dan
menghasilkan dengan baik pada daerah yang curah hujannya tinggi selama fase
pertumbuhan hingga panen. Sorgum lebih sesuai 11 ditanam di daerah yang
bersuhu panas, lebih dari 200 C dan udaranya kering. Oleh karena itu, daerah
adaptasi terbaik bagi sorgum adalah dataran rendah, dengan ketinggian antara 1m
dpl - 500 m dpl. Daerah yang selalu berkabut dan intensitas radiasi matahari yang
rendah tidak menguntungkan bagi tanaman sorgum. Pada ketinggian lebih 500 m
dpl, umur panen sorgum menjadi lebih panjang (Tabri dan Zubachtirodin, 2013).
Pada masing-masing bagian biji sorgum memiliki kandungan gizi yang
berbeda-beda. Endosperm merupakan bagian terbesar dari biji sorgum (82%)
memiliki kandungan pati tertinggi. Sedangkan lembaga adalah bagian biji sorgum
yang kaya kandungan gizi berupa protein, lemak, abu, dan serat, tetapi sedikit
mengandung pati. Kandungan Pati Biji Sorgum Kandungan pati pada masing-
masing bagian biji sorgum tersebut seperti tabel di atas. Pati mengandung 2 jenis
zat, yaitu amilosa dan amilopektin. Menurut kandungan amilosanya, biji sorgum
terdiri dari 2 jenis, yaitu : jenis ketan (waxy sorghum) mengandung sekitar 1-2%
amilosa dan jenis beras (non-waxy sorghum) mengandung amilosa sekitar 25%.
Sorgum jenis beras sering digunakan sebagai campuran dalam beras untuk nasi,
sedangkan sorgum jenis ketan biasa digunakan sebagai makanan kecil seperti
lemper, jadah, wajik, rengginan, dan sebagainya (Agroinovasi Badan Libang
Pertanian, 2011).

16
2.3 Tanaman Padi Gogo
Tanaman padi merupakan tanaman semusim, termasuk golongan
rumputrumputan. Tanaman padi dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan
kedalam, Divisio; Spermatophyta; Sub divisio; Angiospermae; Kelas;
Monocotyledoneae; Ordo; Graminales; Famili; Gramineae; Genus; Oryza dan
Spesies; Oryza sativa L. Spesies Oryza sativa L dibagi atas 2 golongan yaitu
utillissima (beras biasa) dan glutinosa (beras ketan). Golongan utillissima dibagi 2
yaitu communis dan minuta. Golongan yang banyak ditanam di Indonesia adalah
golongan communis yang terbagi menjadi 2 sub golongan yaitu indica (padi bulu)
dan sinica (padi cere/japonica). Perbedaan mendasar antara padi bulu dan cere
mudah terlihat dari ada tidaknya ekor pada gabahnya. Padi cere tidak memiliki
ekor sedangkan padi bulu memiliki ekor (Soemartono dan Haryono, 1972 cit.
Effendi, 2008).

Gambar 3. Tanaman Padi Gogo


Tanaman padi mempunyai perkembangan akar padi kira-kira 5-6 hari
setelah berkecambah. Akar keluar dari batang yang masih pendek yaitu berupa
akar serabut yang pertama dan sejak ini perkembangan akar-akar serabut tumbuh
teratur. Pada saat permulaan batang mulai bertunas (kira-kira umur 15 hari), akar
serabut berkembang dengan pesat. Letak susunan akar tidak dalam, kira-kira pada
kedalaman 20-30 cm. Oleh karena itu akar banyak mengambil zat-zat makanan
dari bagian tanah yang di atas. Akar tunggang dan akar serabut mempunyai bagian
akar lagi yang disebut akar rambut yang bentuk dan panjangnya sama dengan akar
serabut (Norsalis, 2011).

17
Batang tanaman padi tersusun dari rangkaian ruas-ruas dan antara ruas yang
satu dengan yang lainnya dipisah oleh suatu buku. Ruas batang padi di dalamnya
berongga dan bentuknya bulat. Dari atas ke bawah, ruas batang itu makin pendek.
Ruas-ruas yang terpendek terdapat di bagian bawah dari batang dan ruas-ruas ini
praktis tidak dapat dibedakan sebagai ruas-ruas yang berdiri sendiri (Herawati,
2012)
Daun padi terdiri dari helai daun yang berbentuk memanjang seperti pita
dan pelepah daun yang menyelubungi batang. Pada perbatasan antara helai daun
dan upih terdapat lidah daun. Panjang dan lebar dari helai daun tergantung kepada
varietas padi yang ditanam dan letaknya pada batang. Daun ketiga dari atas
biasaanya merupakan daun terpanjang. Daun bendera mempunyai panjang daun
terpendek dan dengan lebar daun yang terbesar. Banyak daun dan besar sudut
yang dibentuk antara daun bendera dengan malai, tergantung kepada varietas-
varietas padi yang ditanam. Besar sudut yang dibentuk dapat kurang dari 900 atau
lebih dari 900 (Norsalis, 2011).
Bunga padi adalah bunga telanjang artinya mempunyai perhiasan bunga.
Jumlah benang sari ada 6 buah, tangkai sarinya pendek dan tipis, kepala sari besar
serta mempunyai dua kandung serbuk. Putik mempunyai dua tangkai putik
dengan dua buah kepala putik yang berbentuk malai dengan warna pada umumnya
putih atau ungu. Terbukanya bunga diikuti dengan pecahnya kandung serbuk,
yang kemudian menumpahkan tepung sarinya. Sesudah tepung sari ditumpahkan
dari kandung serbuk maka lemma dan palea menutup kembali. Dengan
berpindahnya tepung sari ke kepala putik maka selesailah sudah proses
penyerbukan. Kemudian terjadilah pembuahan yang menghasilkan lembaga dan
endosperm. Endosperm adalah penting sebagai sumber makanan cadangan bagi
tanaman yang baru tumbuh (Herawati, 2012).
Tanaman padi dapat tumbuh dalam iklim yang beragam, tumbuh di daerah
tropis dan subtropis pada 45o LU dan 45o LS dengan cuaca panas dan
kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan. Rata-rata curah hujan yang baik
adalah 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun. Padi dapat ditanam di musim
kemarau maupun pada musim hujan. Di dataran rendah padi memerlukan

18
ketinggian tempat 0-650 m dpl dengan temperatur 22-27 oC sedangkan di dataran
tinggi 650- 1500 m dpl dengan temperatur 19-23 oC (Norsalis, 2011).
Tanaman padi memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan.
Penyinaran matahari diperlukan untuk berlangsungnya proses fotosintesis dan
terutama pada saat tanaman berbunga sampai proses pemasakan buah. Proses
pembungaan dan pemasakan buah berkaitan erat dengan intensitas penyinaran dan
keadaan awan. Angin mempunyai pengaruh positif dan negatif terhadap tanaman
padi. Pengaruh positifnya, terutama pada proses penyerbukan dan pembuahan.
Pengaruh negatifnya adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau jamur
dapat ditularkan melalui angin dan saat terjadi angin kencang pada saat tanaman
berbunga, buah dapat menjadi hampa dan tanaman roboh (Hasanah, 2007)
Temperatur yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman padi yaitu 20-35 oC.
Temperatur yang rendah dan kelembaban yang tinggi pada waktu pembungaan
akan mengganggu proses pembuahan dan pembentukan biji. Padi gogo dapat
tumbuh pada berbagai jenis tanah, sehingga jenis tanah tidak begitu berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan hasil padi gogo. Faktor tanah yang lebih berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan hasil adalah tingkat kesuburannya. Struktur tanah yang
sesuai untuk tanaman padi gogo ialah struktur tanah yang remah. Kemasaman
(pH) tanah bervariasi dari 5,5-8,0. Pada pH tanah yang lebih rendah pada
umumnya dijumpai gangguan kekahatan unsur P, keracunan Fe dan Al, sedangkan
bila pH lebih besar dari 8,0 dapat mengalami kekahatan Zn (Norsalis, 2011).
Tanaman padi memiliki lebih kurang 25 spesies yang banyak dikenal adalah
O. sativa dengan dua subspecies yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di
Indonesia dan Sinica/japonica (padi cere). Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu
padi kering (gogo) yang ditanam di lahan kering, sistem pengairannya hanya
berasal dari air hujan dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan
penggenangan (Norsalis, 2011).
Menurut BPTP (2012) bahwa varietas pada tanaman padi mempunyai
pengaruh besar terhadap tingkat produktivitas. Varietas padi gogo yang banyak
dikembangkan saat ini antara lain (a) Varietas Situ Patenggang merupakan
komoditas padi gogo yang dilepas pada tahun 2003 mempunyai kisaran hasil ±
3,6-5,6 ton/ha gabah kering giling. Varietas Situ Patenggang ini memiliki umur

19
110-120 hari, tahan terhadap penyakit blas dan sesuai di kembangkan di lahan
kering, tumpangsari, lahan tipe tanah aluvial dan podsolik, sesuai di lahan sawah
pada musim kemarau, respon terhadap pemupukan dan mampu dikembangkan di
sawah; (b) Varietas Situ Bagendit dikembangkan pada tahun 2003. Varietas ini
mempunyai hasil sekitar 3-5 ton/ha pada lahan kering 5 s/d 6 ton/ha pada lahan
sawah, umur varietas ini 110-120 hari, rasa nasi yang pulen dan agak tahan
terhadap penyakit blas, bakteri hawar daun strain III dan IV, varietas ini cocok
ditanam di lahan kering maupun di lahan sawah; (c) Towuti merupakan varietas
yang dilepaskan pada tahun 1999, hasil yang diperoleh mencapai 3,5 ton/ha untuk
hasil di lahan kering dan memiliki umur tanaman selama 115-125 hari.

20
BAB III

METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu


Kegiatan praktikum Teknologi Produksi Tanaman Pangan 1 ini dilakukan di
UPT Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau.
Kegiatan praktikum Teknilogi Produksi Tanaman Pangan1 ini dilaksanakan
pada tanggal 9 Maret 2022 – 24 Mei 2022, Setiap hari selasa dan dilaksanakan
pada pukul 15.00 WIB sampai dengan selesai.

3.2 Bahan Dan Alat


Adapun bahan yang diperlukan dalam praktikum Teknologi Produksi
Tanaman Pangan1 ini adalah : air, pupuk kandang, pupuk N (urea), pupupk
P(TSP), pupuk K(KCl), benih jagung, benih sorgum, benih padi gogo, furadan,
dan pestisida decis.
Adapun alat yang digunakan dalam Praktikum Teknologi Produksi
Tanaman Pangan 1 ini adalah : meteran, tali, pancang, sepatu boots, cangkul,
parang, gembor, alat tulis, dan handphone/kamera.

3.3 Pelaksanaan Praktikum


Pelaksaan praktikum yang dilakukan pada praktikum Teknologi Produksi
Tanaman Pangan 1 ini diawali dengan melakukan pembukaan lahan, pembuatan
bedengan, pemupukan dasar dan menggunakan kotoran ayam, penanaman, dan
pemeliharaan tanaman pangan yang dibudidayakan oleh masing-masing
kelompok.
Pembukaan lahan (Landclearing) adalah salah satu langkah awal untuk
bercocok tanam, pada suatu areal atau lahan hutan yang sebelumnya banyak
ditumbuhi oleh pepohonan, gulma dan keanekaragaman hayati di dalamnya,
pembukaan lahan di lakukan untuk keperluan seperti lahan perkebunan, pertanian,
transmigrasi, dan keperluan lainnya. Pada praktikum Teknologi Produksi
Tanaman Pangan 1 lahan yang harus dibuka memiliki luas Lahan sebesar 10 m
×15 m
Pembuatan bedengan adalah menyiapkan lahan pertanaman dengan cara
mengolah tanah hingga gembur; dengan bentuk yang searah membujur serta
menambah unsur hara organik di dalam tanah untuk memperbaiki kesuburan
tanah. Tujuannya adalah diperoleh lahan pertanaman yang sesuai bagi
pertumbuhan tanaman. Bedengan yang dibuat untuk praktikum ini berukuran 100
cm × 400 cm dengan ketinggian 30 cm, masing-masing kelompok mendapat jatah
2 bedengan. Dalam pembuatan bedengan tidak lupa langsung melakukan
pemupukan dasar. Pemupukan dasar merupakan pupuk yang diberikan pada awal
tanam, baik pupuk organik maupun anorganik, yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan pupuk makro maupun mikro pada tanaman dengan dosis yang telah
ditentukan. Pada praktikum ini pupuk yang diberikan sebagai pupuk dasar adalah
pupuk kandang sebanyak 4 karung yang mana satu karung untuk 3 bedengan.
Cara pengaplikasiannya yaitu pupuk ditaburkan diatas bedengan lalu diratakan
sampai tercampur rata bagaian bawah bedengan yang diberikan pada saat
persiapan lahan atau lebih tepatnya pada fase pengolahan tanah.
Setelah pembuatan bedengan dan pemupukan dasar selesai kemudian satu
minggu berikutnya yaitu melakukan penanaman. Penanaman merupakan kegiatan
memindahkan bibit atau benih dari tempat penyemaian ke lahan pertanaman untuk
didapatkan hasil produksi dari tanaman yang dibudidayakan. Benih yang ditanam
pada lahan Teknologi Produksi Tanaman Pangan 1 adalah benih jagung, sorgum
dan padi gogo. Pada tanaman jagung dan sorgum benih yang ditanaman sebanyak
2 benih per lubang sedangkan pada tanaman padi gogo harus disemai terlebih
dahulu selama 2 minggu dan setelah itu ditanam sebanyak 1 bibit per lubang.
Penyiraman tanaman merupakan suatu kegiatan yang perlu diperhatikan
dalam melakukan pemeliharaan tanaman, dikarenakan tanaman memerlukan
asupan air yang cukup untuk melakukan fotosintesis dalam memperoleh
kebutuhannya untuk tumbuh dan berkembang. Selain itu pemberian air yang
cukup merupakan faktor penting bagi pertumbuhan tanaman, karena air
berpengaruh terhadap kelembaban tanah. Tanpa air yang cukup produktivitas
suatu tanaman tidak akan maksimal. Berdasarkan uraian di atas tentang

22
pentingnya mengatur kelembaban tanah yang tepat, maka perlu dirancang sebuah
alat yang dapat memantau kelembaban tanah.
Penyiangan merupakan suatu kegiatan mencabut gulma yang berada di
antara sela-sela tanaman pertanian dan sekaligus menggemburkan tanah. Gulma
adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena
menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi.Tujuan penyiangan
adalah untuk membersihkan gulma dan tanaman yang sakit serta mengurangi
persaingan penyerapan unsur hara dalam tanah dan mengurangi hambatan untuk
produksi anakan dan mengurangi penetrasi sinar matahari. Pada praktikum
Teknologi Produksi Tanaman Pangan 1 proses penyiangan dilakukan semimggu
sekali pada saat kegiatan praktikum mingguan berlangsung.
Penjarangan merupakan tindakan pemeliharaan mengatur ruang tumbuh 
dengan cara mengurangi kerapatan tegakan untuk meningkatkan pertumbuhan dan
kualitas pohon (Direktorat Jendral Pengusahaan Hutann, 1990). Menurut
Kosasih dkk. (2002), penjarangan merupakan tindakan pengurangan jumlah
batang per satuan luas untuk mengatur kembali ruang tumbuh pohon dalam
rangka mengurangi persaingan antarpohon dan meningkatkan kesehatan pohon
dalam tegakan.
Pemupukan adalah penambahan satu atau beberapa hara tanaman yang
tersedia atau dapat tersedia ke dalam tanah/tanaman untuk dan atau
mempertahankan kesuburan tanah yang ada yang ditujukan untuk mencapai
hasil/produksi yang tinggi. Terdapat 2 jenis pupuk yaitu pupuk anorganik (pupuk
buatan) dan pupuk organik. Untuk mendapatkan hasil gabah yang tinggi dengan
tetap mempertahankan kesuburan tanah,maka perlu dilakukan kombinasi
pemupukan antara pupuk an organik dengan pupuk organik. Keuntungan dari
aplikasi kombinasi kedua jenis pupuk tersebut adalah kekurangan sifat pupuk
organik dipenuhi oleh pupuk an organik, sebaliknya kekurangan dari pupuk an
organik dipenuhi oleh pupuk organik. Untuk pemupukan yang dilakukan pada
praktikum disesuaikan dengan tanaman yang ditanam perkelompok dengan dosis
anjuran yang disarankan oleh asisten berdasarkan tanaman masing-masing.
Pembumbunan merupakan penutupan akar tanaman yang timbul di atas
permukaan tanah dengan cara menguruk/menimbun dari tanah di sebelah kanan-

23
kirinya. Pembumbunan berfungsi untuk memperkokoh sosok
tanaman. Pembumbunan akan lebih efisien jika dilakukan bersamaan dengan
penyiangan agar tenaga kerja tidak terbuang banyak.

3.4 Pengamatan
Parameter pengamatan yang dilakukan pada tanaman budidaya sorgum
adalah tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang.
a. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang hingga ujung daun yang
terpanjang. Pengukuran tanaman dilakukan setiap satu minggu sekali secara
periodik sampai tanaman memasuki fase generatif yang ditandai dengan muncul
bunga. Alat ukur yang digunakan adalah meteran roll atau meteran.

Gambar 4. Pengukuran Tinggi Tanaman


b. Jumlah daun
Jumlah daun dihitung pada daun yang sudah membuka sempurna dan masih
hijau. Jumlah daun dihitung untuk mengetahui pertumbuhan vegetative tanaman.
Daun adalah organ tumbuhan yang digunakan untuk mensintesis makanan. Daunn
memiliki klorofil yang berfungsi untuk fotosintesis. Semakin banyak daun maka
semakin banyak tempat unntuk sintesis makanan dan hasilnya juga akan ssemakin
banyak, sehingga akan mempengaruhi perrtumbuhan tanaman. Jumlah daun di
pengaruhi oleh pemberian berbagia dosis pupuk N dan zeolite.

24
Gambar 5. Perhitungan Jumlah Daun
c. Diameter batang
Diameter adalah sebuah dimensi dasar dari sebuah lingkaran. Diameter
batang didefinisikan sebagai panjang garis antara dua buah titik pada lingkaran di
sekeliling batang yang melalui titik pusat (sumbu) batang. Diameter batang adalah
dimensi pohon yang paling mudah diperoleh/diukur terutama pada pohon bagian
bawah. Tetapi oleh karena bentuk batang yang pada umumnya semakin mengecil
ke ujung atas (taper), maka dari sebuah pohon akan dapat diperoleh tak hingga
banyaknya nilai diameter batang sesuai banyaknya titik dari pangkal batang
hingga ke ujung batang. Oleh karnaa itu, pengukuran diameter batang dilakukan
sesuai anjuran setiap jenis tanaman yang di amati. Pada pengamatan yang kami
lakkukan, bahwa kami mengukur diameter batang 5 cm dari atas permukaan tanah
tanaman sorgum.

Gambar 6. Pengukuran Diameter Batang

25
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berikum ini merupakan tabel hasil pengamatan tanaman sorgum kelompok
7 yaitu :

Tabel 1. Data pengamatan tanaman sorgum minggu ke-10

Tanaman saampel Parameter


pengamatan

Tinggi tanaman Jumlah daun Diameter batang

Sampel 1 190 cm 10 helai 2,5 cm

Sampel 2 189 cm 9 helai 2,1 cm

Sampel 3 180 cm 9 helai 2,03 cm

Sampel 4 215 cm 6 helai 1,75 cm

4.2 Pembahasan
Sorgum (Sorghum bicolor L) adalah tanaman serbaguna yang
dapatdigunakan sebaga sumber pangan, pakan ternak, dan bahan baku industri.
Sebagai bahan pangan, sorgum berada pada urutan ke 5 setelah gandum, jagung,
padi, dan jelai. Sorgum merupakan makanan pokok penting Asia Selatan dan
Afrika.
Sorgum termasuk tanaman yang mudah dibudidayakan karena
membutuhkan biaya perawatan yang termasuk murah dan bisa ditanam secara
tumpangsari dengan padi gogo, kedelai, kacang tanah atau tembakau, ataupun
ditanam secara monokultur. Dalam satu kali tanam, sorgum dapat dipanen lebih
satu kali sehingga sorgum tergolong tanaman yang memiliki produktivitas yang
tinggi. Daerah budidaya sorgum sangat luas, sorgum dapat hidup mulai dari
dataran rendah hingga dataran tinggi dengan iklim tropis-kering sampai iklim
basah.
Sorgum adalah tanaman pangan alternatif penghasil bulir pengganti beras.
Tanaman ini juga bisa dijadikan bahan baku penghasil gula murni. Shorgum
memiliki kemampuan adaptasi yang cukup tinggi terhadap kondisi kering.
Sorgum mengandung serat tidak larut air atau serat kasar dan serat pangan,
masing-masing sebesar 6,5% - 7,9% dan 1,1% - 1,23%. Kandungan protein pun
seimbang dengan jagung sebesar 10,11% sedangkan jagung 11,02%. Begitu pula
dengan kandungan patinya sebesar 80,42% sedangkan kandungan pada jagung
79,95%. Hanya saja, yang membuat tepung sorgum sedikit peminat adalah karena
tidak adanya gluten seperti pada tepung terigu.
Secara umum ada dua jenis pupuk yang bisa digunakan yaitu pupuk
anorganik dan pupuk organik. Pupuk anorganik berupa N,P,K yang
memberikan ketersediaan unsur hara makro N, P dan K yang dibutuhkan oleh
tanaman. Hara N, P dan K merupakan hara esensial bagi tanaman
dan sekaligus menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman
(Fanindi, Yuhaeni dan Wahyu, 2005).
Pupuk kandang merupakan pupuk organik yang memiliki kelebihan, yaitu
memperbaiki struktur dan tekstur tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap
air, menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah dan sebagai sumber zat
makanan bagi tanaman.
Berdasarkan data pengamatan di atas yang di lakukan pada minggu ke x
setelah tanam atau pada hari ke-49 terlihat bahwa pengaruh pupuk urea, TSP, dan
KCL berpengaruh besar terhaadap pertumbuhan tanaman. Pada pengamatan yang
kami lakukan, bahwa kami mengamati tiga macam parameter pengamatan yaitu
tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang. Untuk mencari data tinggi
tanaman dapat dilakukan dengan mengukur dari pangkal batang hingga ujung
daun yang terpanjang yang dimiliki oleh tanaman yang diamati. Dari tabel 1
terlihat bahwa sampel ke – 2 merupakan sampel tertinggi pada pengamatan yang
mana memiliki tinggi 230 cm, seddangkan untuk sampel tanamna yang terrendah
terdaapat pada sampel ke – 4 dengan ketinggian yang di miliki yaitu 215 cm.

27
Berdasarkan hasil penelitian pada parameter tinggi tanaman
menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman sorgum tidak berbeda nyata.
Hal ini menunjukkanperlakuan kombinasi antara pupuk anorganik dengan
organik mampu menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman.
Unsur hara makro (N, P dan K) dan mikro merupakan unsur utama bagi
pertumbuhan tanaman, apabila tanaman kekurangan unsur tersebut maka
pertumbuhan akan terhambat. Menurut Lingga dan Marsono (2003),bahwa
agar mencapai pertumbuhan yang maksimal, pemakaian pupuk organik
hendaknya diikuti dengan pemberian pupuk anorganik sehingga kedua pupuk
dapat saling menyediakan unsur hara bagi tanaman untuk mencapai
pertumbuhan yang maksimal, selain itu keduanya saling menyediakan hara bagi
kebutuhan tanaman dan terciptanya tanah yang lebih subur dan
struktur yang gembur.
unsur hara N sangat dibutuhkan pada fase vegetatif.Selain
dipengaruhi oleh pemberian pupuk juga dipengaruhi oleh tinggi tanaman seiring
dengan bertambahnya umur tanaman maka jumlah daun akan meningkat
sedangkan tinggi tanaman pada tanaman sorgum bukanlah penambahan jumlah
ruas batang, melainkan penambahan panjang ruas-ruas batang sehingga akan
menghasilkan jumlah daun yang sama. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Tjitrosoepomo (2002) bahwa daun pada bagian buku-buku (nodus) batang
tanaman maka batang tanaman yang sama tingginya berkemungkinan akan
memiliki nodus yang sama banyaknya. Hal ini juga sejalan dengan
hasil penelitian Bullard dan York (1985) menunjukan bahwa banyaknya
daun tanaman sorgum berkorelasi dengan panjang periode vegetatif
yang dibuktikan oleh setiap penambahan satu helai daun memerlukan waktu
sekitar 3 -4 hari. Jumlah daun yang ada pada tanaman sorgum umumnya
berkisar antara 7-18 helai daun.
Jumlah daun dihitung pada daun yang sudah membuka sempurna dan masih
hijau. Jumlah daun dihitung untuk mengetahui pertumbuhan vegetative tanaman.
Berdasarkan table pengamatan yang dilakukan , di dapatkan hasil bahwa pada
sampel ke – 4 memiliki jumlah daun yang paling banyak yaitu 15 helai,

28
sedangkan untuk sampel yang memiliki jumlah daun yang sama terdapat dua
sampel yaitu pada sampel ke – 2 dan ke – 3 sebanyak 13 helai.
Diameter batang adalah dimensi pohon yang paling mudah diperoleh/diukur
terutama pada pohon bagian bawah. Tetapi oleh karena bentuk batang yang pada
umumnya semakin mengecil ke ujung atas (taper), maka dari sebuah pohon akan
dapat diperoleh tak hingga banyaknya nilai diameter batang sesuai banyaknya titik
dari pangkal batang hingga ke ujung batang. Oleh karnaa itu, pengukuran
diameter batang dilakukan sesuai anjuran setiap jenis tanaman yang di amati. Pada
pengamatan yang kami lakkukan, bahwa kami mengukur diameter batang 5 cm
dari atas permukaan tanah tanaman sorgum. Pada tabel 1 terlihat bahwa sampel ke
– 1 menunjukkkan diameter batang paling besar di antara empat sampel tersebut
yang mana memiliki besaran 5,09 cm, sedangkan ntuk diameter batang yang
terkecil di tunjukkan pada sampel ke – 3 dengan besaran 4,14 cm, juga terdaapat
dua sampel yanng memiliki diameter yang sama yaitu pada besaran 4,45 cm yang
dimiliki oleh sampel ke – 2 dan ke – 4.
Pupuk N, P, dan K merupakan tiga unsur hara yang esensial yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman (Nurdin, 2008). Tabel 1 menunjukkan
bahwa pemberian kombinasi pupuk N, P, dan K pada tanaman sorgum varietas
Bonanza menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah
daun dan diameter batang. Perubahan yang mencolok terlihat pada tinggi tanamna
sampel 2. Pemerian nitrogen dan kalium ke dalam tanah dapat memacu
pertumbuhan tanaman, memacu pembelahan sel, serta dapat memperkuat batang
sehingga tidak mudah rebah.
Di negara-negara berkembang, sorgum dibudidayakan terutama sebagai
bahan pangan dan minuman beralkohol atau bahan upacara adat. Minuman
beralkohol yang dibuat dari biji sorgum dapat berupa bir berasal dari biji yang
difermentasi setelah dikecambahkan. Di negara-negara maju, batang atau biji
sorgum digunakan sebagai pakan,media jamur merang. Khusus sorgum manis,
batangnya digunakan sebagai bahan untuk gula dan kertas. Tanaman sorgum
dibudidayakan di Eropa Selatan, Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Asia
Selatan. Di antara spesies-spesies sorgum, yang paling banyak dibudidayakan

29
adalah spesies Sorghum bicolor (L.) Moench. Berikut merupakan morfologi
tanaman sorgum yang mencakup akar, batang, daun, tunas, bunga, dan biji.:

1) Akar
Tanaman sorgum merupakan tanaman biji berkeping satu, tidak membentuk
akar tunggang, perakaran hanya terdiri atas akar lateral. Sistem perakaran sorgum
terdiri atas akar-akar seminal (akar-akar primer) pada dasar buku pertama pangkal
batang, akar skunder dan akar tunjang yang terdiri atas akar koronal (akar pada
pangkal batang yang tumbuh ke arah atas) dan akar udara (akar yang tumbuh di
permukaan tanah). Tanaman sorgum membentuk perakaran sekunder dua kali
lebih banyak dari jagung. Ruang tempat tumbuh akar lateral mencapai kedalaman
1,3-1,8 m, dengan panjang mencapai 10,8 m. Sebagai tanaman yang termasuk
kelas monokotiledone, sorgum mempunyai system perakaran serabut.
2) Batang
Batang tanaman sorgum merupakan rangkaian berseri dari ruas (internodes)
dan buku (nodes), tidak memiliki kambium. Pada bagian tengah batang terdapat
seludang pembuluh yang diselubungi oleh lapisan keras (sel-sel parenchym). Tipe
batang bervariasi dari solid dan kering hingga sukulen dan manis. Jenis sorgum
manis memiliki kandungan gula yang tinggi pada batang gabusnya, sehingga
berpotensi dijadikan sebagai bahan baku gula sebagai mana halnya tebu. Bentuk
batang tanaman sorgum silinder dengan diameter pada bagian pangkal berkisar
antara 0,5-5,0 cm. Tinggi batang bervariasi, berkisar antara 0,5-4,0 m, bergantung
pada varietas. Ruas batang sorgum pada bagian tengah tanaman umumnya
panjang dan seragam disbanding ruas pada bagian bawah dan atas tanaman. Ruas
paling panjang terdapat pada ruas terakhir (ujung tanaman), yang berupa tangkai
malai. Permukaan ruas batang sorgum mirip dengan tanaman tebu, yaitu
diselimuti oleh lapisan lilin yang tebal, kecuali pada ujung batang. Lapisan lilin
paling banyak pada bagian atas dari pelepah daun, yang berfungsi mengurangi
transpirasi sehingga sorgum toleran terhadap kekeringan. Buku pada batang
sorgum rata dengan ruasnya, pada bagian ini tumbuh akar tunjang dan tunas.
Bagian dalam batang sorgum seperti spon setelah tua. Pada kondisi kekeringan,
bagian dalam batang sorgum bisa pecah. Tinggi tanaman sorgum bergantung pada
jumlah dan ukuran ruas batang. Sorgum memiliki tinggi rata-rata 2,6-4 m. Pohon

30
dan daun sorgum mirip dengan jagung. Tinggi batang sorgum manis yang
dikembangkan di China dapat mencapai 5 m, dan struktur tanaman yang tinggi
ideal dikembangkan untuk pakan ternak dan penghasil gula. Tinggi tanaman
sorgum berhubungan erat dengan umur dan jumlah daun, pada tanaman berumur
genjah tinggi dan jumlah daun lebih sedikit daripada tanaman berumur dalam.

3) Tunas
Pada beberapa varietas sorgum, batangnya dapat menghasilkan tunas baru
membentuk percabangan atau anakan dan dapat tumbuh menjadi individu baru
selain batang utama. Ruas batang sorgum bersifat gemmiferous, setiap ruas
terdapat satu mata tunas yang bisa tumbuh sebagai anakan atau cabang. Tunas
yang tumbuh pada ruas yang terdapat di permukaan tanah akan tumbuh sebagai
anakan, sedangkan tunas yang tumbuh pada batang bagian atas menjadi cabang.
Pertumbuhan tunas atau anakan bergantung pada varietas dan lingkungan tumbuh
tanaman sorgum. Pada suhu kurang dari 180C memicu munculnya anakan pada
fase pertumbuhan daun ke-4 sampai ke-6. Tanaman sorgum tahunan mampu
menghasilkan anakan 2-3 kali lebih banyak dari sorgum semusim. Kemampuan
menghasilkan anakan dan tunas lebih banyak menjadikan tanaman sorgum bias
dipanen untuk kemudian diratun. Cabang pada tanaman sorgum umumnya
tumbuh bila batang utama rusak. Jumlah cabang dan anakan bergantung pada
varietas, jarak tanam,dan kondisi lingkungan.
4) Daun
Daun merupakan organ penting bagi tanaman, karena fotosintat sebagai
bahan pembentuk biomasa tanaman dihasilkan dari proses fotosintesis yang
terjadi di daun. Sorgum mempunyai daun berbentuk pita, dengan struktur terdiri
atas helai daun dan tangkai daun. Posisi daun terdistribusi secara berlawanan
sepanjang batang dengan pangkal daun menempel pada ruas batang. Panjang daun
sorgum rata-rata 1 m dengan penyimpangan10-15 cm dan lebar 5-13 cm. Jumlah
daun bervariasi antara 7-40 helai, bergantung pada varietas. Daun melekat pada
buku-buku batang dan tumbuh memanjang, yang terdiri atas pelepah dan helaian
daun. Pada pertemuan antara pelepah dan helaian daun terdapat ligula (ligule) dan
kerah daun (dewlaps). Helaian daun muda kaku dan tegak, kemudian menjadi

31
cenderung melengkung pada saat tanaman dewasa. Helaian daun berbentuk
lanselot, lurus mendatar, berwarna hijau muda hingga hijau tua dengan permukaan
mengkilap oleh lapisan lilin. Stomata berada pada permuakaan atas dan bawah
daun. Tulang daun lurus memanjang dengan warna bervariasi dari hijau muda,
kuning hingga putih, bergantung pada varietas.

5) Bunga
Rangkaian bunga sorgum berada pada malai di bagianujung tanaman.
Sorgum merupakan tanaman hari pendek, pembungaan dipicu oleh periode
penyinaran pendek dan suhu tinggi. Bunga sorgum merupakan bunga tipe
panicle/malai (susunan bunga ditangkai). Bunga sorgum secara utuh terdiri atas
tangkai malai (peduncle), malai (panicle),rangkaian bunga (raceme), dan bunga
(spikelet).
6) Biji
Biji sorgum yang merupakan bagian dari tanaman memiliki ciri-ciri fisik
berbentuk bulat (flattenedspherical) dengan berat 25-55 mg. Biji sorgum
berbentuk butiran dengan ukuran 4,0 x 2,5 x 3,5 mm. Berdasarkan bentuk dan
ukurannya, sorgum dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu biji berukuran kecil
(8-10 mg), sedang (12-24mg), dan besar (25-35 mg). Biji sorgum tertutup sekam
dengan warna coklat muda, krem atau putih, bergantung pada varietas. Biji
sorgum terdiri atas tiga bagian utama, yaitu lapisan luar (coat), embrio (germ),
dan endosperm.
Keunggulan proses fisiologi tanaman sorgum lainya adalah memiliki
gen pengendali untuk berada dalam kondisi stay-green sejak fase pengisian
biji.Fenomena stay-green ini berhubungan dengan kandungan nitrogen daun
spesifik(specific leaf nitrogen) yang lebih tinggi sehingga mampu meningatkan
efisiensi penggunaan radiasi dan transpirasi (Borrel et al.,2005).
Fisiologi stay-green pada akhirnya mampu memperlambat proses senescen
pada daun (Mahalakshmi danBidinger, 2002) sehingga tanaman sorgum mampu
mengelola batang dan daunyatetap hijau walaupun pasokan air sangat terbatas
(Borrel et al.,2006).

32
33
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari kegiatan praktikum yang selama ini telah dilaksanakan dapat
disimpulkan bahwa Mata kuliah Teknologi Produksi Tanaman Pangan 1 adalah
mata kuliah yang berisikan prinsip-prinsip dasar pengusahaan tanaman pangan,
pengenalan faktor-faktor produksi dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan
tanaman. Kegiatan praktikum diselenggarakan sebagai sarana untuk melengkapi
dan mendukung pemahaman terhadap teori yang diberikan dalam perkuliahan.
Praktikum lapangan Teknologi Produksi Tanaman Pangan 1 merupakan
serangkaian kegiatan di kebun percobaan yang berisikan materi identifikasi dan
praktik kegiatan budidaya tanaman. Melalui praktikum ini mahasiswa akan
memperoleh pengalaman empiris melakukan kegiatan mulai dari pengenalan
tanaman, penggunaan sarana produksi (benih, pupuk, pestisida), penanaman
benih, pembibitan tanaman, pemeiharaan.
Jagung (zea mays L) dikenal masyarakat Indonesia sebagai sumber
makanan pokok kedua setelah padi. Jagung merupakan tanaman multi guna,
karena hampur seluruh magian tanaman bernilai ekonomis. Batang dan daun
jagung dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan bahan baku industry kertas,
dapat juga dimanfaatkan sebagai kompos dan pupuk hijau. Biji jagung dapat
dijadikan minyak dan tepung yang dikenal dengan tepung jagung mayzena.
Kebutuhan jagung terus meningkat seiring dengan bertambahnya penduduk dan
berkembangnya industry yang menjadikan jagung sebagai bahan baku. Besarnya
kebutuhan jagung untuk pakan ternak mencapai 64% dari produksi, lainnya untuk
bahan makanan dan bahan baku indusrti, mengakibatkan kebutuhan akan jagung
untuk semua kalangan tidak terpenuhi. Untuk memenuhi kebatuhan jagung yang
semakin menignkat, perlu dilakukan peningkatan produksi dengan cara teknologi
budidaya maupun perluasa areal tanam.
Sorgum memiliki nutrisi yang tinggi, batang sorgum meghasilkan nira yang
rasanya manis, karena mengandung kadar glukosa yang cukup tinggi. Kualitas
nira sorgum setara dengan nira tebu. Batang sorgum dapat digunakan sebagai
pakan ternak. Biji sorgum juga dapat digunakan sebagai bahan pangan, pakan
ternak, dan bahan baku industry, dari 100 gr biji sorgum mengandung 73%
karbohidrat, 11% protein, dan 3,3% lemak
Padi (Oryza sativa) merupakan tanaman yang menghasilkan beras dan
sebagai bahan makanan pokok bagi masyarakat Indonesia. Padi mengandung gizi
yang diperlukan oleh tubuh manusia antara lain karbihodrat 84,83 %, protein
9,78%, lemak 2,20 %, serat kasar 1,10%, vitamin 2,09 %, abu 1,22% dan mineral.
Pengamatan yang telah di lakukan pada tanaman sorgum dapat di simpulkan
bahwa pupuk organic dan pupuk anorganik berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan hasil produksi tanaman sorgum yang mana dapat di tunjukkan dengan
perubahan tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang yang dialami
tanaman setiap waktu pengamatan dapat berubah. Serta perawatan tanaman juga
memiliki peran penting untuk keberhasilan produksi yang mana perawatan dapat
di lakukan dengan penyiangan, penyiraman, penggemburan, penyulaman, dan
pembumbunan.

5.2 Saran
Saran yang dapat saya berikan untuk praktikum Teknologi Produksi
Tanaman Pangan 1 selanjutnya yaitu agar dapat lebih sungguh–sungguh lagi
dalam melakukan praktikum sehingga mendapatkan hasil yang diinginkan.
Disaraankan juga untuk para asisten kedepannya lebih disiplin, tegas, dan lebih
ditekankan lagi dalam penyampaian materi agar kegiatan praktikum TPTP 1
selanjutnya semakin biak.

35
DAFTAR PUSTAKA

Aris W., A. P. Sujalu dan H.Syahfari. 2016. Pengaruh jarak tanam dan pupuk
NPK phonska terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis
(Zea mays saccharata Sturt) varietas sweet boy. Jurnal Agrifor, volume 15
(2): 171-178.

Bakhri, S.2007. Budidaya Jagung Dengan Konsep Pengelolaan Tanaman


Terpadu (PTT). Sulawesi tengah: Balai pengkajian teknologi pertanian
(BPTP).

Borrell, A. K. and Hammer, G. 2005. The Physiology of “Stay-Green” in


Sorghum. Hermitage Research Station, University of Quensland, Brisbande

Fabians J.D Hitijahubessy dan Adelina Siregar. 2016. Peranan Bahan Organik
dan Pupuk Majemuk Npk Dalam Menentukan Percepatan Pertumbuhan
Tanaman Jagung (Zea mays Saccharata L.). Pada Tanah Inceptisol (Suatu
Kajian Analisis Pertumbuhan Tanaman). J. Budidaya Pertanian Vol. 12(1):
1-9 Th. 2016 ISSN: 1858-4322

Fajarany, Ratih. Wardani., Titiek Islami dan Husni, Thamrin. Sebayang. 2016.
Pengaruh Pemberian Jenis Pupuk dan Waktu Pengendalian Gulma pada
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays Saccharata).
Jurnal Prduksi Tanaman. Vol 4(6).

Fanindi, A., S. Yuhaeni dan Wahyu,H. 2005. Pertumbuhan


danProduktivitas Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor(L) Moench dan
Sorghum sudanense(Piper) Stafp) yang Mendapatkan Kombinasi
Pemupukan N, P, K dan Ca. Seminar Nasional TeknologiPeternakan
dan Veteriner. Balai Penelitian Ternak. Bogor.

Hartono. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-


Pengalaman. Edisi 2007. BPFE. Yogyakarta.
Hasanah, I. 2007. Bercocok Tanam Padi. Azka Mulia Media. Jakarta. 68 hal.

Herawati, W.D. 2012. Budidaya Padi. Yogyakarta: Javalitera.

Iriany R, Makkulawu 2014. Asal Usul dan Taksonomi Tanaman Sorgum.


Sulawesi Selatan : Bahai Penelitian Tanaman Serealia.

Juandi T, Selvie T, Marjam MT. 2016. Pertumbuhan dan produksi jagung pulut
lokal (Zea mays ceratina kulesh) pada beberapa dosis pupuk NPK. Manado:
Universitas Sam Ratulangi.

Lingga, P. dan Marsono. 2003. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penerbit


Swadaya. Jakarta. 150 hal

Norsalis, E. 2011. Padi Gogo dan Sawah. Jurnal Online Agroekoteknologi


1(2):14

Nurdin, P. Maspeke, Z. Ilahude, dan F. Zakari. 2008. Pertumbuhan dan hasil


jagung yang dipupuk N, P, dan K pada tanah vertisol Isimu utara Kabupaten
Gorontalo. Jurnal Tanah Trop. Vol 14(1):49-56.

Paeru, R.H., dan T.Q. Dewi. 2017. Panduan Praktis Budidaya Jagung. Penebar
Swadaya. Jakarta. Hal: 20-22.

Purwono dan Purnamawati H. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Purwono, M. dan Hartono, R. 2007. Bertanam Jagung Manis. Penebar Swadaya.


Bogor. 68 hal

Soemartono, B. Haryono. 1972. Bertjotjok Tanam Padi. Kanisius. Yogyakarta.


172 hal

Subekti, N. A., Syafruddin, R, Efendi dan S. Sunarti. 2012. Morfologi Tanaman


dan Fase Pertumbuhan Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Marros.
Hal 185-204

37
Tabri F., dan Zubachtirodin, 2013. Budidaya Tanaman Sorgum. Maros: Balai
Penelitian Tanaman Serealia

Tacoh E, Rumambi A., Kaunang W., 2017. Respons Pertumbuhan Dan Produksi
Tiga Varietas Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Dengan Perbedaan
Sistem Pengolahan Tanah. Jurnal Zootek Vol. 37 No. 1 : 88-95. Fakultas
Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado.

Tjitrosoepomo, G. 2002. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Cetakan


VII. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

38
LAMPIRAN

1. Perhitungan
Adapun dosis anjuran pupuk urea,TSP, KCL dalam pemupukan pada tanaman sorgum
yaitu sebagai berikut

 Pupuk urea = 150 kg/ha


 Pupuk TSP = 100 kg /ha
 Pupuk KCL = 100 kg /ha
Jadi, untuk pemupukan yang akan dilakukan pada bedengan dapat di cari dengan rumus sebagai
berikut :

Luas bedengan
X Dosis anjuran
Luas lahan 1 ha
Jadi, untuk perhitungan nya:
Pupuk urea : 4 m²
X 150.000 gr = 60 gr = 3 gr/bed
10.000m² 20 bed

Pupuk TSP : 4 m²
X 100.000 gr = 40 gr
= 2 gr/bed
10.000m² 20 bed

Pupuk KCL : 4 m²
X 100.000 gr = 40 gr = 2 gr/bed
10.000m² 20 bed

Perhitungan dosis pestisida

Adapun perhitungan dosis pestisida tang digunakan dengan takaran: 2 ml/ 1 L air yaitu:

= 3 x 2 ml = 6 ml

39
Jadi dosis pestisida yang di gunakan sebanyak 6 ml untuk 12 bedengan dengan kata lain
untuk satu bedengan mendapatkan pestisida sebanyak ½ ml.

2. Dokumentasi

Gambar 7. pembuatan pancang Gambar 8. meruncingkan pancang

Gambar 9. Pembersihan lahan Gambar 10 Pengangkutan sampah

40
Gambar 11. Pengukuran jarak bedengan Gambar 12. pemasangan pancang

Gambar 13. pembuatan bedengan Gambar 14 bedengan

Gambar 9. Pemupukan dasar Gambar 10. pemasangan nametag kelompok

41
Gambar 11. Penanaman benih Sorgum Gambar 14. Pengamatan tinggi batang

Gambar 12. Pemberian pupuk anorganik Gambar 15. Pengamatan diameter batang

Gambar 13. penyiraman Gambar 16. Pengamatan jumblah daun

42
Gambar 17. Pembubunan Gambar 18. penyiangan

43
Sabtu,11 Juni 2022

LEMBAR PENGESAHAN
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PANGAN I
LAPORAN AKHIR

RISKI MAULANA
2006112612
AGROTEKNOLOGI – B

ASISTEN I ASISTEN II

Agus Nurokhim Raja Inal Silalahi

ASISTEN III ASISTEN IV

Mhd. Roqi Muntazar Ferza Altsazani

ASISTEN V ASISTEN VI

Riko Irawan Fridho Julia

Anda mungkin juga menyukai