AGROTEKNOLOGI A
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas Kasih
dan Kesempatan yang diberikan Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Akhir Teknologi Produksi Tanaman Pangan I dengan
tepat waktu. Adapun tujuan dari Laporan Akhir ini ialah bertujuan untuk
memenuhi syarat untuk mengikuti ujian akhir praktikum, serta merangkum semua
wawasan dan pengetahuan yang telah didapat selama kegiatan praktikum melalui
ilmu yang diberikan oleh Asisten Dosen mata kuliah Teknologi Produksi
Tanaman Pangan I.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................5
DAFTAR TABEL....................................................................................................6
BAB I.......................................................................................................................7
PENDAHULUAN...................................................................................................7
1.1 Latar Belakang..........................................................................................7
1.2 Tujuan........................................................................................................9
BAB II....................................................................................................................10
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................10
2.1 Tanaman Jagung......................................................................................10
2.2 Tanaman Sorgum....................................................................................13
2.3 Tanaman Padi Gogo................................................................................16
BAB III..................................................................................................................20
METODOLOGI.....................................................................................................20
3.1 Tempat dan Waktu..................................................................................20
3.2 Bahan Dan Alat.......................................................................................20
3.3 Pelaksanaan Praktikum............................................................................20
3.4 Pengamatan.............................................................................................23
BAB IV..................................................................................................................25
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................25
4.1 Hasil.........................................................................................................25
4.2 Pembahasan.............................................................................................25
BAB V....................................................................................................................32
KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................32
5.1 Kesimpulan..............................................................................................32
5.2 Saran........................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................34
3
LAMPIRAN...........................................................................................................37
1. Perhitungan.................................................................................................37
2. Dokumentasi...............................................................................................38
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................39
4
DAFTAR GAMBAR
5
DAFTAR TABEL
6
BAB I
PENDAHULUAN
Mata Kuliah Teknologi Produksi Tanaman Pangan I adalah sebuah ilmu yang
mempelajari tentang penanaman dan pemeliharaan tanaman pangan utama,
perencanaan dan pelaksanaan program pemupukan identifikasi tingkat
pertumbuhan, serta perkembangan dan kesehatan tanaman. Melalui praktikum
yang di lapangan pada praktkikum mata kuliah TPTP I (Teknologi Produksi
Tanaman Pangan I) mahasiswa dapat memperoleh pengalaman bagaimana cara
penanaman tanaman pangan, bagaimana cara menggunakan sarana produksi
(benih, pupuk organic/pupuk anorganik, pestisda, furadan), serta bagaimana cara
memelihara tanaman yang di budidayakan.
Tanaman pangan adalah semua model tanaman yang didalamnya ada terdapat
karbohidrat serta protein sebagai sumber daya manusia. Di Negara Indonesia,
pangan sering didentifkan dengan beras karena jenis pangan ini merupakan
makanan pokok utama. Selain beras ada beberapa contoh tanaman pangan dimana
sebagai sumber utama karbohidrat dan protein. Contohnya adalah : Sereallia
(padi, gandum, dan jagung), umbi (ubi jalar dan singkong) dan kacang-kacangan
(kacang tanah, kacang kedelai, dan kacang panjang). Tanaman pangan ini cukup
mudah ditanam oleh petani di lahan pertanian mereka. Beberapa jenis tanaman ini
tidak membutuhkan perawatan yang terlalu rumit misalnya singkong, kedelai,
maupun ubi jalar. Namun, ada beberapa diantaranya perlu intensif dalam
perawatannya seperti kentang, jagung, padi, dan lain sebagainya.
Indonesia, negara dengan kondisi sumberdaya alam yang subur dan melimpah,
terletak di bentangan Khatulistiwa membuat Indonesia menjadi indah menghijau
dari Sabang sampai Merauke. Karena kesuburannya, Indonesia dijuluki sebagai
negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai
petani. Berdasarkan data Departemen Pertanian, luas lahan sawah Indonesia
mencapai 7,6 juta Ha. Lahan yang subur sangat berpotensi untuk ditanami
tanaman pangan, seperti padi dan jagung. Tanaman pangan dibutuhkan sebagai
bahan makanan pokok bagi seluruh penduduk. Ketersediaanya harus diperhatikan
guna memenuhi kebutuhan makanan pokok secara berkelanjutan dan memenuhi
syarat gizi. Di Indonesia sendiri rata-rata penduduknya mengkonsumsi beras
(berasal dari padi) sebagai makanan pokok sehari-hari, padahal di Indonesia dapat
ditanami berbagai macam tanaman pangan seseuai kearifan lokal masingmasing
daerah seperti jagung, ketela dan sagu. Tanaman pangan jagung dapat menjadi
alternatif kedua bahan makanan pokok utama setelah beras.
Jagung berpotensi untuk menjadi bahan makanan pokok utama selain jagung,
produksi jagung yang masih rendah dibandingkan dengan padi dapat menjadi
permasalahan tersendiri. Tidak dapat dipungkiri bahwasanya produksi jagung
lebih rendah daripada padi karena pemerintah memberikan insentif lebih terhadap
padi, dimana secara tidak langsung padi sudah ditamatkan menjadi bahan
makanan pokok Indonesia. Selain faktor tersebut masih rendahnya produksi
jagung daripada padi dikarenakan luas lahan jagung di Indonesia yang masih
sedikit. Luas lahan merupakan komponen penting untuk meningkatkan produksi
8
jagung. Ini disebabkan karena hubungan antara produksi dengan luas lahan
sebagai input produksi (Badmus and Ariyo, 2011).
9
1.2 Tujuan
a. Mahasiswa/Praktikan mampu untuk mengetahui mengenal morfologi,
pertumbuhan dan produksi padi, jagung dan sorgum.
b. Mahasiswa/Praktikan dapat mengaplikasikan budidaya tanaman padi,
jagung dan sorgum di lapangan.
c. Mahasiswa/Praktikan dapat mengetahui dan memahami pengendalian
hama dan penyakit pada tanaman yang ditanam. Serta bagaimana
melakukan pemeliharaan pada tanaman pangan yang di budidayakan
di lahan praktikum
d. Mahasiswa/Praktikan mampu melihat perbedaan perumbuhan dan
perkembangan tanaman pangan yang dibudidayakan secara langsung
dari hari ke hari melalui penambahan pupuk npk.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
12
70% karbohidrat, 2.3% serat. Biji jagung juga merupakan sumber dari vitamin A
dan E. (Fajarany et al., 2016).
Daerah yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung yaitu daerah
beriklim sedang hingga daerah beriklim subtropis/tropis basah dengan curah hujan
yang ideal sekitar 85-200 mm/bulan pada lahan yang tidak beririgasi.
Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari dalam masa
pertumbuhan. Suhu yang dikehendaki tanaman jagung untuk pertumbuhan
terbaiknya antara 27-320C . Jagung termasuk tanaman yang membutuhkan air
yang cukup banyak, terutama pada saat pertumbuhan awal, saat berbunga, dan
saat pengisian biji.
Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase
pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam
awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari,
tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil
biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 230C - 300C (Juandi ,et. al., 2016).
Purwono dan Hartono (2007) mengatakan bahwa jagung termasuk tanaman
yang tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus dalam penanamannya.
Jagung dikenal sebagai tanaman yang dapat tumbuh di lahan kering, sawah, dan
pasang surut, asalkan syarat tumbuh yang diperlukan terpenuhi. Jenis tanah yang
dapat ditanami jagung antara lain Andosol, latosol, dan Grumosol. Namun yang
terbaik untuk pertumbuhan jagung adalah Latosol.
Keasaman tanah antara 5.6-7.5 dengan aerasi dan ketersediaan air yang
cukup serta kemiringan optimum untuk tanaman jagung maksimum 8%. pH tanah
antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8
%. Dan ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-
600 m dpl (Fabians et al., 2016).
Jarak tanam pada tanaman jagung menggunakan 70 cm X 20 cm, 1
tanaman/lubang (Yasin 2013). Menurut Paeru (2017), setelah tanah yang di beri
pupuk dasar siap di tanami, langkah langkah selanjutnya adalah membuat jarak
tanam. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panen. Semakin lama umur
panennya, tanaman akan semakin tinggi dan memerlikan tempat yang libih luas.
Oleh karena itu, jarak tanam nya lebih lebar atau jarak antar tanaman lebih
13
renggang. Jarak tanam jagung berumur panjang dengan waktu panen sekitar 110
hari setelah tanam, yaitu 100 x 25 cm (1 biji/lubang). Jika umur panen sedang
(umur panen 80-100 hari), jarak tanamnya 75 x 25 cm (1 biji/lubang).
14
Eropa Selatan, Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Asia Selatan. Di antara
spesies-spesies sorgum, yang paling banyak dibudidayakan adalah spesies
Sorghum bicolor (L.) Moench. Morfologi tanaman sorgum mencakup akar,
batang, daun, tunas, bunga, dan 5 biji (Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan, Departemen Pertanian 2014).
Tanaman sorgum merupakan tanaman biji berkeping satu, terdiri atas akar-
akar seminal (akar-akar primer) pada dasar buku pertama pangkal batang, akar
skunder dan akar tunjang yang terdiri atas akar koronal (akar pada pangkal batang
yang tumbuh ke arah atas) dan akar udara (akar yang tumbuh di permukaan
tanah). Tanaman sorgum membentuk perakaran sekunder dua kali lebih banyak
dari jagung. Ruang tempat tumbuh akar lateral mencapai kedalaman 1,3 m - 1,8 m
dengan panjang mencapai 10,8 m. Sebagai tanaman yang termasuk kelas
monokotiledone, sorgum mempunyai sistem perakaran serabut.
Batang tanaman sorgum terdiri dari ruas (internodes) dan buku (nodes),
tidak memiliki kambium. Pada bagian tengah batang terdapat seludang pembuluh
yang diselubungi oleh lapisan keras (sel-sel parenchym). Bentuk batang tanaman
sorgum silinder dengan diameter pada bagian pangkal berkisar antara 0,5 cm - 5,0
cm. Tinggi batang bervariasi, berkisar antara 0,5 m - 4,0 m, bergantung pada
varietas. Ruas batang sorgum pada bagian tengah tanaman umumnya panjang dan
seragam di banding ruas pada bagian bawah dan atas tanaman. Ruas paling
panjang terdapat pada 6 ruas terakhir (ujung tanaman), yang berupa tangkai malai.
Permukaan ruas batang sorgum mirip dengan tanaman tebu, yaitu diselimuti oleh
lapisan lilin yang tebal, kecuali pada ujung batang. Lapisan lilin paling banyak
pada bagian atas dari pelepah daun, yang berfungsi mengurangi transpirasi
sehingga sorgum toleran terhadap kekeringan. Buku pada batang sorgum rata
dengan ruasnya, pada bagian ini tumbuh akar tunjang dan tunas.
Sorgum mempunyai daun berbentuk pita, dengan struktur terdiri atas helai
daun dan tangkai daun. Posisi daun terdistribusi secara berlawanan sepanjang
batang dengan pangkal daun menempel pada ruas batang. Panjang daun sorgum
rata-rata 1 m dengan penyimpangan 10 cm - 15 cm dan lebar 5 cm - 13 cm. Pada
pertemuan antara pelepah dan helaian daun terdapat ligula (ligule) dan kerah daun
(dewlaps). Helaian daun muda kaku dan tegak, kemudian menjadi cenderung
15
melengkung pada saat tanaman dewasa. Helaian daun permukaan mengkilap oleh
lapisan lilin.
Tanaman sorgum termasuk tanaman semusim yang mudah dibudidayakan
dan mempunyai kemampuan adaptasi yang luas. Tanaman ini dapat berproduksi
walaupun diusahakan di lahan yang kurang subur, ketersediaan air terbatas, dan
masukan (input) yang rendah. Sorgum memungkinkan ditanam pada daerah
dengan tingkat kesuburan rendah sampai tinggi, asal solum agak dalam (lebih dari
15 cm). Tanaman sorgum beradaptasi dengan baik pada tanah dengan pH 6,0-7,5.
Curah hujan 50 mm - 100 mm per bulan pada 2,0-2,5 bulan sejak tanam, diikuti
dengan periode kering, merupakan curah hujan yang ideal untuk keberhasilan
produksi sorgum. Walaupun demikian, tanaman sorgum dapat tumbuh dan
menghasilkan dengan baik pada daerah yang curah hujannya tinggi selama fase
pertumbuhan hingga panen. Sorgum lebih sesuai 11 ditanam di daerah yang
bersuhu panas, lebih dari 200 C dan udaranya kering. Oleh karena itu, daerah
adaptasi terbaik bagi sorgum adalah dataran rendah, dengan ketinggian antara 1m
dpl - 500 m dpl. Daerah yang selalu berkabut dan intensitas radiasi matahari yang
rendah tidak menguntungkan bagi tanaman sorgum. Pada ketinggian lebih 500 m
dpl, umur panen sorgum menjadi lebih panjang (Tabri dan Zubachtirodin, 2013).
Pada masing-masing bagian biji sorgum memiliki kandungan gizi yang
berbeda-beda. Endosperm merupakan bagian terbesar dari biji sorgum (82%)
memiliki kandungan pati tertinggi. Sedangkan lembaga adalah bagian biji sorgum
yang kaya kandungan gizi berupa protein, lemak, abu, dan serat, tetapi sedikit
mengandung pati. Kandungan Pati Biji Sorgum Kandungan pati pada masing-
masing bagian biji sorgum tersebut seperti tabel di atas. Pati mengandung 2 jenis
zat, yaitu amilosa dan amilopektin. Menurut kandungan amilosanya, biji sorgum
terdiri dari 2 jenis, yaitu : jenis ketan (waxy sorghum) mengandung sekitar 1-2%
amilosa dan jenis beras (non-waxy sorghum) mengandung amilosa sekitar 25%.
Sorgum jenis beras sering digunakan sebagai campuran dalam beras untuk nasi,
sedangkan sorgum jenis ketan biasa digunakan sebagai makanan kecil seperti
lemper, jadah, wajik, rengginan, dan sebagainya (Agroinovasi Badan Libang
Pertanian, 2011).
16
2.3 Tanaman Padi Gogo
Tanaman padi merupakan tanaman semusim, termasuk golongan
rumputrumputan. Tanaman padi dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan
kedalam, Divisio; Spermatophyta; Sub divisio; Angiospermae; Kelas;
Monocotyledoneae; Ordo; Graminales; Famili; Gramineae; Genus; Oryza dan
Spesies; Oryza sativa L. Spesies Oryza sativa L dibagi atas 2 golongan yaitu
utillissima (beras biasa) dan glutinosa (beras ketan). Golongan utillissima dibagi 2
yaitu communis dan minuta. Golongan yang banyak ditanam di Indonesia adalah
golongan communis yang terbagi menjadi 2 sub golongan yaitu indica (padi bulu)
dan sinica (padi cere/japonica). Perbedaan mendasar antara padi bulu dan cere
mudah terlihat dari ada tidaknya ekor pada gabahnya. Padi cere tidak memiliki
ekor sedangkan padi bulu memiliki ekor (Soemartono dan Haryono, 1972 cit.
Effendi, 2008).
17
Batang tanaman padi tersusun dari rangkaian ruas-ruas dan antara ruas yang
satu dengan yang lainnya dipisah oleh suatu buku. Ruas batang padi di dalamnya
berongga dan bentuknya bulat. Dari atas ke bawah, ruas batang itu makin pendek.
Ruas-ruas yang terpendek terdapat di bagian bawah dari batang dan ruas-ruas ini
praktis tidak dapat dibedakan sebagai ruas-ruas yang berdiri sendiri (Herawati,
2012)
Daun padi terdiri dari helai daun yang berbentuk memanjang seperti pita
dan pelepah daun yang menyelubungi batang. Pada perbatasan antara helai daun
dan upih terdapat lidah daun. Panjang dan lebar dari helai daun tergantung kepada
varietas padi yang ditanam dan letaknya pada batang. Daun ketiga dari atas
biasaanya merupakan daun terpanjang. Daun bendera mempunyai panjang daun
terpendek dan dengan lebar daun yang terbesar. Banyak daun dan besar sudut
yang dibentuk antara daun bendera dengan malai, tergantung kepada varietas-
varietas padi yang ditanam. Besar sudut yang dibentuk dapat kurang dari 900 atau
lebih dari 900 (Norsalis, 2011).
Bunga padi adalah bunga telanjang artinya mempunyai perhiasan bunga.
Jumlah benang sari ada 6 buah, tangkai sarinya pendek dan tipis, kepala sari besar
serta mempunyai dua kandung serbuk. Putik mempunyai dua tangkai putik
dengan dua buah kepala putik yang berbentuk malai dengan warna pada umumnya
putih atau ungu. Terbukanya bunga diikuti dengan pecahnya kandung serbuk,
yang kemudian menumpahkan tepung sarinya. Sesudah tepung sari ditumpahkan
dari kandung serbuk maka lemma dan palea menutup kembali. Dengan
berpindahnya tepung sari ke kepala putik maka selesailah sudah proses
penyerbukan. Kemudian terjadilah pembuahan yang menghasilkan lembaga dan
endosperm. Endosperm adalah penting sebagai sumber makanan cadangan bagi
tanaman yang baru tumbuh (Herawati, 2012).
Tanaman padi dapat tumbuh dalam iklim yang beragam, tumbuh di daerah
tropis dan subtropis pada 45o LU dan 45o LS dengan cuaca panas dan
kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan. Rata-rata curah hujan yang baik
adalah 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun. Padi dapat ditanam di musim
kemarau maupun pada musim hujan. Di dataran rendah padi memerlukan
18
ketinggian tempat 0-650 m dpl dengan temperatur 22-27 oC sedangkan di dataran
tinggi 650- 1500 m dpl dengan temperatur 19-23 oC (Norsalis, 2011).
Tanaman padi memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan.
Penyinaran matahari diperlukan untuk berlangsungnya proses fotosintesis dan
terutama pada saat tanaman berbunga sampai proses pemasakan buah. Proses
pembungaan dan pemasakan buah berkaitan erat dengan intensitas penyinaran dan
keadaan awan. Angin mempunyai pengaruh positif dan negatif terhadap tanaman
padi. Pengaruh positifnya, terutama pada proses penyerbukan dan pembuahan.
Pengaruh negatifnya adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau jamur
dapat ditularkan melalui angin dan saat terjadi angin kencang pada saat tanaman
berbunga, buah dapat menjadi hampa dan tanaman roboh (Hasanah, 2007)
Temperatur yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman padi yaitu 20-35 oC.
Temperatur yang rendah dan kelembaban yang tinggi pada waktu pembungaan
akan mengganggu proses pembuahan dan pembentukan biji. Padi gogo dapat
tumbuh pada berbagai jenis tanah, sehingga jenis tanah tidak begitu berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan hasil padi gogo. Faktor tanah yang lebih berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan hasil adalah tingkat kesuburannya. Struktur tanah yang
sesuai untuk tanaman padi gogo ialah struktur tanah yang remah. Kemasaman
(pH) tanah bervariasi dari 5,5-8,0. Pada pH tanah yang lebih rendah pada
umumnya dijumpai gangguan kekahatan unsur P, keracunan Fe dan Al, sedangkan
bila pH lebih besar dari 8,0 dapat mengalami kekahatan Zn (Norsalis, 2011).
Tanaman padi memiliki lebih kurang 25 spesies yang banyak dikenal adalah
O. sativa dengan dua subspecies yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di
Indonesia dan Sinica/japonica (padi cere). Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu
padi kering (gogo) yang ditanam di lahan kering, sistem pengairannya hanya
berasal dari air hujan dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan
penggenangan (Norsalis, 2011).
Menurut BPTP (2012) bahwa varietas pada tanaman padi mempunyai
pengaruh besar terhadap tingkat produktivitas. Varietas padi gogo yang banyak
dikembangkan saat ini antara lain (a) Varietas Situ Patenggang merupakan
komoditas padi gogo yang dilepas pada tahun 2003 mempunyai kisaran hasil ±
3,6-5,6 ton/ha gabah kering giling. Varietas Situ Patenggang ini memiliki umur
19
110-120 hari, tahan terhadap penyakit blas dan sesuai di kembangkan di lahan
kering, tumpangsari, lahan tipe tanah aluvial dan podsolik, sesuai di lahan sawah
pada musim kemarau, respon terhadap pemupukan dan mampu dikembangkan di
sawah; (b) Varietas Situ Bagendit dikembangkan pada tahun 2003. Varietas ini
mempunyai hasil sekitar 3-5 ton/ha pada lahan kering 5 s/d 6 ton/ha pada lahan
sawah, umur varietas ini 110-120 hari, rasa nasi yang pulen dan agak tahan
terhadap penyakit blas, bakteri hawar daun strain III dan IV, varietas ini cocok
ditanam di lahan kering maupun di lahan sawah; (c) Towuti merupakan varietas
yang dilepaskan pada tahun 1999, hasil yang diperoleh mencapai 3,5 ton/ha untuk
hasil di lahan kering dan memiliki umur tanaman selama 115-125 hari.
20
BAB III
METODOLOGI
22
pentingnya mengatur kelembaban tanah yang tepat, maka perlu dirancang sebuah
alat yang dapat memantau kelembaban tanah.
Penyiangan merupakan suatu kegiatan mencabut gulma yang berada di
antara sela-sela tanaman pertanian dan sekaligus menggemburkan tanah. Gulma
adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena
menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi.Tujuan penyiangan
adalah untuk membersihkan gulma dan tanaman yang sakit serta mengurangi
persaingan penyerapan unsur hara dalam tanah dan mengurangi hambatan untuk
produksi anakan dan mengurangi penetrasi sinar matahari. Pada praktikum
Teknologi Produksi Tanaman Pangan 1 proses penyiangan dilakukan semimggu
sekali pada saat kegiatan praktikum mingguan berlangsung.
Penjarangan merupakan tindakan pemeliharaan mengatur ruang tumbuh
dengan cara mengurangi kerapatan tegakan untuk meningkatkan pertumbuhan dan
kualitas pohon (Direktorat Jendral Pengusahaan Hutann, 1990). Menurut
Kosasih dkk. (2002), penjarangan merupakan tindakan pengurangan jumlah
batang per satuan luas untuk mengatur kembali ruang tumbuh pohon dalam
rangka mengurangi persaingan antarpohon dan meningkatkan kesehatan pohon
dalam tegakan.
Pemupukan adalah penambahan satu atau beberapa hara tanaman yang
tersedia atau dapat tersedia ke dalam tanah/tanaman untuk dan atau
mempertahankan kesuburan tanah yang ada yang ditujukan untuk mencapai
hasil/produksi yang tinggi. Terdapat 2 jenis pupuk yaitu pupuk anorganik (pupuk
buatan) dan pupuk organik. Untuk mendapatkan hasil gabah yang tinggi dengan
tetap mempertahankan kesuburan tanah,maka perlu dilakukan kombinasi
pemupukan antara pupuk an organik dengan pupuk organik. Keuntungan dari
aplikasi kombinasi kedua jenis pupuk tersebut adalah kekurangan sifat pupuk
organik dipenuhi oleh pupuk an organik, sebaliknya kekurangan dari pupuk an
organik dipenuhi oleh pupuk organik. Untuk pemupukan yang dilakukan pada
praktikum disesuaikan dengan tanaman yang ditanam perkelompok dengan dosis
anjuran yang disarankan oleh asisten berdasarkan tanaman masing-masing.
Pembumbunan merupakan penutupan akar tanaman yang timbul di atas
permukaan tanah dengan cara menguruk/menimbun dari tanah di sebelah kanan-
23
kirinya. Pembumbunan berfungsi untuk memperkokoh sosok
tanaman. Pembumbunan akan lebih efisien jika dilakukan bersamaan dengan
penyiangan agar tenaga kerja tidak terbuang banyak.
3.4 Pengamatan
Parameter pengamatan yang dilakukan pada tanaman budidaya sorgum
adalah tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang.
a. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang hingga ujung daun yang
terpanjang. Pengukuran tanaman dilakukan setiap satu minggu sekali secara
periodik sampai tanaman memasuki fase generatif yang ditandai dengan muncul
bunga. Alat ukur yang digunakan adalah meteran roll atau meteran.
24
Gambar 5. Perhitungan Jumlah Daun
c. Diameter batang
Diameter adalah sebuah dimensi dasar dari sebuah lingkaran. Diameter
batang didefinisikan sebagai panjang garis antara dua buah titik pada lingkaran di
sekeliling batang yang melalui titik pusat (sumbu) batang. Diameter batang adalah
dimensi pohon yang paling mudah diperoleh/diukur terutama pada pohon bagian
bawah. Tetapi oleh karena bentuk batang yang pada umumnya semakin mengecil
ke ujung atas (taper), maka dari sebuah pohon akan dapat diperoleh tak hingga
banyaknya nilai diameter batang sesuai banyaknya titik dari pangkal batang
hingga ke ujung batang. Oleh karnaa itu, pengukuran diameter batang dilakukan
sesuai anjuran setiap jenis tanaman yang di amati. Pada pengamatan yang kami
lakkukan, bahwa kami mengukur diameter batang 5 cm dari atas permukaan tanah
tanaman sorgum.
25
BAB IV
4.1 Hasil
Berikum ini merupakan tabel hasil pengamatan tanaman sorgum kelompok
7 yaitu :
4.2 Pembahasan
Sorgum (Sorghum bicolor L) adalah tanaman serbaguna yang
dapatdigunakan sebaga sumber pangan, pakan ternak, dan bahan baku industri.
Sebagai bahan pangan, sorgum berada pada urutan ke 5 setelah gandum, jagung,
padi, dan jelai. Sorgum merupakan makanan pokok penting Asia Selatan dan
Afrika.
Sorgum termasuk tanaman yang mudah dibudidayakan karena
membutuhkan biaya perawatan yang termasuk murah dan bisa ditanam secara
tumpangsari dengan padi gogo, kedelai, kacang tanah atau tembakau, ataupun
ditanam secara monokultur. Dalam satu kali tanam, sorgum dapat dipanen lebih
satu kali sehingga sorgum tergolong tanaman yang memiliki produktivitas yang
tinggi. Daerah budidaya sorgum sangat luas, sorgum dapat hidup mulai dari
dataran rendah hingga dataran tinggi dengan iklim tropis-kering sampai iklim
basah.
Sorgum adalah tanaman pangan alternatif penghasil bulir pengganti beras.
Tanaman ini juga bisa dijadikan bahan baku penghasil gula murni. Shorgum
memiliki kemampuan adaptasi yang cukup tinggi terhadap kondisi kering.
Sorgum mengandung serat tidak larut air atau serat kasar dan serat pangan,
masing-masing sebesar 6,5% - 7,9% dan 1,1% - 1,23%. Kandungan protein pun
seimbang dengan jagung sebesar 10,11% sedangkan jagung 11,02%. Begitu pula
dengan kandungan patinya sebesar 80,42% sedangkan kandungan pada jagung
79,95%. Hanya saja, yang membuat tepung sorgum sedikit peminat adalah karena
tidak adanya gluten seperti pada tepung terigu.
Secara umum ada dua jenis pupuk yang bisa digunakan yaitu pupuk
anorganik dan pupuk organik. Pupuk anorganik berupa N,P,K yang
memberikan ketersediaan unsur hara makro N, P dan K yang dibutuhkan oleh
tanaman. Hara N, P dan K merupakan hara esensial bagi tanaman
dan sekaligus menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman
(Fanindi, Yuhaeni dan Wahyu, 2005).
Pupuk kandang merupakan pupuk organik yang memiliki kelebihan, yaitu
memperbaiki struktur dan tekstur tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap
air, menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah dan sebagai sumber zat
makanan bagi tanaman.
Berdasarkan data pengamatan di atas yang di lakukan pada minggu ke x
setelah tanam atau pada hari ke-49 terlihat bahwa pengaruh pupuk urea, TSP, dan
KCL berpengaruh besar terhaadap pertumbuhan tanaman. Pada pengamatan yang
kami lakukan, bahwa kami mengamati tiga macam parameter pengamatan yaitu
tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang. Untuk mencari data tinggi
tanaman dapat dilakukan dengan mengukur dari pangkal batang hingga ujung
daun yang terpanjang yang dimiliki oleh tanaman yang diamati. Dari tabel 1
terlihat bahwa sampel ke – 2 merupakan sampel tertinggi pada pengamatan yang
mana memiliki tinggi 230 cm, seddangkan untuk sampel tanamna yang terrendah
terdaapat pada sampel ke – 4 dengan ketinggian yang di miliki yaitu 215 cm.
27
Berdasarkan hasil penelitian pada parameter tinggi tanaman
menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman sorgum tidak berbeda nyata.
Hal ini menunjukkanperlakuan kombinasi antara pupuk anorganik dengan
organik mampu menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman.
Unsur hara makro (N, P dan K) dan mikro merupakan unsur utama bagi
pertumbuhan tanaman, apabila tanaman kekurangan unsur tersebut maka
pertumbuhan akan terhambat. Menurut Lingga dan Marsono (2003),bahwa
agar mencapai pertumbuhan yang maksimal, pemakaian pupuk organik
hendaknya diikuti dengan pemberian pupuk anorganik sehingga kedua pupuk
dapat saling menyediakan unsur hara bagi tanaman untuk mencapai
pertumbuhan yang maksimal, selain itu keduanya saling menyediakan hara bagi
kebutuhan tanaman dan terciptanya tanah yang lebih subur dan
struktur yang gembur.
unsur hara N sangat dibutuhkan pada fase vegetatif.Selain
dipengaruhi oleh pemberian pupuk juga dipengaruhi oleh tinggi tanaman seiring
dengan bertambahnya umur tanaman maka jumlah daun akan meningkat
sedangkan tinggi tanaman pada tanaman sorgum bukanlah penambahan jumlah
ruas batang, melainkan penambahan panjang ruas-ruas batang sehingga akan
menghasilkan jumlah daun yang sama. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Tjitrosoepomo (2002) bahwa daun pada bagian buku-buku (nodus) batang
tanaman maka batang tanaman yang sama tingginya berkemungkinan akan
memiliki nodus yang sama banyaknya. Hal ini juga sejalan dengan
hasil penelitian Bullard dan York (1985) menunjukan bahwa banyaknya
daun tanaman sorgum berkorelasi dengan panjang periode vegetatif
yang dibuktikan oleh setiap penambahan satu helai daun memerlukan waktu
sekitar 3 -4 hari. Jumlah daun yang ada pada tanaman sorgum umumnya
berkisar antara 7-18 helai daun.
Jumlah daun dihitung pada daun yang sudah membuka sempurna dan masih
hijau. Jumlah daun dihitung untuk mengetahui pertumbuhan vegetative tanaman.
Berdasarkan table pengamatan yang dilakukan , di dapatkan hasil bahwa pada
sampel ke – 4 memiliki jumlah daun yang paling banyak yaitu 15 helai,
28
sedangkan untuk sampel yang memiliki jumlah daun yang sama terdapat dua
sampel yaitu pada sampel ke – 2 dan ke – 3 sebanyak 13 helai.
Diameter batang adalah dimensi pohon yang paling mudah diperoleh/diukur
terutama pada pohon bagian bawah. Tetapi oleh karena bentuk batang yang pada
umumnya semakin mengecil ke ujung atas (taper), maka dari sebuah pohon akan
dapat diperoleh tak hingga banyaknya nilai diameter batang sesuai banyaknya titik
dari pangkal batang hingga ke ujung batang. Oleh karnaa itu, pengukuran
diameter batang dilakukan sesuai anjuran setiap jenis tanaman yang di amati. Pada
pengamatan yang kami lakkukan, bahwa kami mengukur diameter batang 5 cm
dari atas permukaan tanah tanaman sorgum. Pada tabel 1 terlihat bahwa sampel ke
– 1 menunjukkkan diameter batang paling besar di antara empat sampel tersebut
yang mana memiliki besaran 5,09 cm, sedangkan ntuk diameter batang yang
terkecil di tunjukkan pada sampel ke – 3 dengan besaran 4,14 cm, juga terdaapat
dua sampel yanng memiliki diameter yang sama yaitu pada besaran 4,45 cm yang
dimiliki oleh sampel ke – 2 dan ke – 4.
Pupuk N, P, dan K merupakan tiga unsur hara yang esensial yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman (Nurdin, 2008). Tabel 1 menunjukkan
bahwa pemberian kombinasi pupuk N, P, dan K pada tanaman sorgum varietas
Bonanza menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah
daun dan diameter batang. Perubahan yang mencolok terlihat pada tinggi tanamna
sampel 2. Pemerian nitrogen dan kalium ke dalam tanah dapat memacu
pertumbuhan tanaman, memacu pembelahan sel, serta dapat memperkuat batang
sehingga tidak mudah rebah.
Di negara-negara berkembang, sorgum dibudidayakan terutama sebagai
bahan pangan dan minuman beralkohol atau bahan upacara adat. Minuman
beralkohol yang dibuat dari biji sorgum dapat berupa bir berasal dari biji yang
difermentasi setelah dikecambahkan. Di negara-negara maju, batang atau biji
sorgum digunakan sebagai pakan,media jamur merang. Khusus sorgum manis,
batangnya digunakan sebagai bahan untuk gula dan kertas. Tanaman sorgum
dibudidayakan di Eropa Selatan, Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Asia
Selatan. Di antara spesies-spesies sorgum, yang paling banyak dibudidayakan
29
adalah spesies Sorghum bicolor (L.) Moench. Berikut merupakan morfologi
tanaman sorgum yang mencakup akar, batang, daun, tunas, bunga, dan biji.:
1) Akar
Tanaman sorgum merupakan tanaman biji berkeping satu, tidak membentuk
akar tunggang, perakaran hanya terdiri atas akar lateral. Sistem perakaran sorgum
terdiri atas akar-akar seminal (akar-akar primer) pada dasar buku pertama pangkal
batang, akar skunder dan akar tunjang yang terdiri atas akar koronal (akar pada
pangkal batang yang tumbuh ke arah atas) dan akar udara (akar yang tumbuh di
permukaan tanah). Tanaman sorgum membentuk perakaran sekunder dua kali
lebih banyak dari jagung. Ruang tempat tumbuh akar lateral mencapai kedalaman
1,3-1,8 m, dengan panjang mencapai 10,8 m. Sebagai tanaman yang termasuk
kelas monokotiledone, sorgum mempunyai system perakaran serabut.
2) Batang
Batang tanaman sorgum merupakan rangkaian berseri dari ruas (internodes)
dan buku (nodes), tidak memiliki kambium. Pada bagian tengah batang terdapat
seludang pembuluh yang diselubungi oleh lapisan keras (sel-sel parenchym). Tipe
batang bervariasi dari solid dan kering hingga sukulen dan manis. Jenis sorgum
manis memiliki kandungan gula yang tinggi pada batang gabusnya, sehingga
berpotensi dijadikan sebagai bahan baku gula sebagai mana halnya tebu. Bentuk
batang tanaman sorgum silinder dengan diameter pada bagian pangkal berkisar
antara 0,5-5,0 cm. Tinggi batang bervariasi, berkisar antara 0,5-4,0 m, bergantung
pada varietas. Ruas batang sorgum pada bagian tengah tanaman umumnya
panjang dan seragam disbanding ruas pada bagian bawah dan atas tanaman. Ruas
paling panjang terdapat pada ruas terakhir (ujung tanaman), yang berupa tangkai
malai. Permukaan ruas batang sorgum mirip dengan tanaman tebu, yaitu
diselimuti oleh lapisan lilin yang tebal, kecuali pada ujung batang. Lapisan lilin
paling banyak pada bagian atas dari pelepah daun, yang berfungsi mengurangi
transpirasi sehingga sorgum toleran terhadap kekeringan. Buku pada batang
sorgum rata dengan ruasnya, pada bagian ini tumbuh akar tunjang dan tunas.
Bagian dalam batang sorgum seperti spon setelah tua. Pada kondisi kekeringan,
bagian dalam batang sorgum bisa pecah. Tinggi tanaman sorgum bergantung pada
jumlah dan ukuran ruas batang. Sorgum memiliki tinggi rata-rata 2,6-4 m. Pohon
30
dan daun sorgum mirip dengan jagung. Tinggi batang sorgum manis yang
dikembangkan di China dapat mencapai 5 m, dan struktur tanaman yang tinggi
ideal dikembangkan untuk pakan ternak dan penghasil gula. Tinggi tanaman
sorgum berhubungan erat dengan umur dan jumlah daun, pada tanaman berumur
genjah tinggi dan jumlah daun lebih sedikit daripada tanaman berumur dalam.
3) Tunas
Pada beberapa varietas sorgum, batangnya dapat menghasilkan tunas baru
membentuk percabangan atau anakan dan dapat tumbuh menjadi individu baru
selain batang utama. Ruas batang sorgum bersifat gemmiferous, setiap ruas
terdapat satu mata tunas yang bisa tumbuh sebagai anakan atau cabang. Tunas
yang tumbuh pada ruas yang terdapat di permukaan tanah akan tumbuh sebagai
anakan, sedangkan tunas yang tumbuh pada batang bagian atas menjadi cabang.
Pertumbuhan tunas atau anakan bergantung pada varietas dan lingkungan tumbuh
tanaman sorgum. Pada suhu kurang dari 180C memicu munculnya anakan pada
fase pertumbuhan daun ke-4 sampai ke-6. Tanaman sorgum tahunan mampu
menghasilkan anakan 2-3 kali lebih banyak dari sorgum semusim. Kemampuan
menghasilkan anakan dan tunas lebih banyak menjadikan tanaman sorgum bias
dipanen untuk kemudian diratun. Cabang pada tanaman sorgum umumnya
tumbuh bila batang utama rusak. Jumlah cabang dan anakan bergantung pada
varietas, jarak tanam,dan kondisi lingkungan.
4) Daun
Daun merupakan organ penting bagi tanaman, karena fotosintat sebagai
bahan pembentuk biomasa tanaman dihasilkan dari proses fotosintesis yang
terjadi di daun. Sorgum mempunyai daun berbentuk pita, dengan struktur terdiri
atas helai daun dan tangkai daun. Posisi daun terdistribusi secara berlawanan
sepanjang batang dengan pangkal daun menempel pada ruas batang. Panjang daun
sorgum rata-rata 1 m dengan penyimpangan10-15 cm dan lebar 5-13 cm. Jumlah
daun bervariasi antara 7-40 helai, bergantung pada varietas. Daun melekat pada
buku-buku batang dan tumbuh memanjang, yang terdiri atas pelepah dan helaian
daun. Pada pertemuan antara pelepah dan helaian daun terdapat ligula (ligule) dan
kerah daun (dewlaps). Helaian daun muda kaku dan tegak, kemudian menjadi
31
cenderung melengkung pada saat tanaman dewasa. Helaian daun berbentuk
lanselot, lurus mendatar, berwarna hijau muda hingga hijau tua dengan permukaan
mengkilap oleh lapisan lilin. Stomata berada pada permuakaan atas dan bawah
daun. Tulang daun lurus memanjang dengan warna bervariasi dari hijau muda,
kuning hingga putih, bergantung pada varietas.
5) Bunga
Rangkaian bunga sorgum berada pada malai di bagianujung tanaman.
Sorgum merupakan tanaman hari pendek, pembungaan dipicu oleh periode
penyinaran pendek dan suhu tinggi. Bunga sorgum merupakan bunga tipe
panicle/malai (susunan bunga ditangkai). Bunga sorgum secara utuh terdiri atas
tangkai malai (peduncle), malai (panicle),rangkaian bunga (raceme), dan bunga
(spikelet).
6) Biji
Biji sorgum yang merupakan bagian dari tanaman memiliki ciri-ciri fisik
berbentuk bulat (flattenedspherical) dengan berat 25-55 mg. Biji sorgum
berbentuk butiran dengan ukuran 4,0 x 2,5 x 3,5 mm. Berdasarkan bentuk dan
ukurannya, sorgum dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu biji berukuran kecil
(8-10 mg), sedang (12-24mg), dan besar (25-35 mg). Biji sorgum tertutup sekam
dengan warna coklat muda, krem atau putih, bergantung pada varietas. Biji
sorgum terdiri atas tiga bagian utama, yaitu lapisan luar (coat), embrio (germ),
dan endosperm.
Keunggulan proses fisiologi tanaman sorgum lainya adalah memiliki
gen pengendali untuk berada dalam kondisi stay-green sejak fase pengisian
biji.Fenomena stay-green ini berhubungan dengan kandungan nitrogen daun
spesifik(specific leaf nitrogen) yang lebih tinggi sehingga mampu meningatkan
efisiensi penggunaan radiasi dan transpirasi (Borrel et al.,2005).
Fisiologi stay-green pada akhirnya mampu memperlambat proses senescen
pada daun (Mahalakshmi danBidinger, 2002) sehingga tanaman sorgum mampu
mengelola batang dan daunyatetap hijau walaupun pasokan air sangat terbatas
(Borrel et al.,2006).
32
33
BAB V
5.1 Kesimpulan
Dari kegiatan praktikum yang selama ini telah dilaksanakan dapat
disimpulkan bahwa Mata kuliah Teknologi Produksi Tanaman Pangan 1 adalah
mata kuliah yang berisikan prinsip-prinsip dasar pengusahaan tanaman pangan,
pengenalan faktor-faktor produksi dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan
tanaman. Kegiatan praktikum diselenggarakan sebagai sarana untuk melengkapi
dan mendukung pemahaman terhadap teori yang diberikan dalam perkuliahan.
Praktikum lapangan Teknologi Produksi Tanaman Pangan 1 merupakan
serangkaian kegiatan di kebun percobaan yang berisikan materi identifikasi dan
praktik kegiatan budidaya tanaman. Melalui praktikum ini mahasiswa akan
memperoleh pengalaman empiris melakukan kegiatan mulai dari pengenalan
tanaman, penggunaan sarana produksi (benih, pupuk, pestisida), penanaman
benih, pembibitan tanaman, pemeiharaan.
Jagung (zea mays L) dikenal masyarakat Indonesia sebagai sumber
makanan pokok kedua setelah padi. Jagung merupakan tanaman multi guna,
karena hampur seluruh magian tanaman bernilai ekonomis. Batang dan daun
jagung dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan bahan baku industry kertas,
dapat juga dimanfaatkan sebagai kompos dan pupuk hijau. Biji jagung dapat
dijadikan minyak dan tepung yang dikenal dengan tepung jagung mayzena.
Kebutuhan jagung terus meningkat seiring dengan bertambahnya penduduk dan
berkembangnya industry yang menjadikan jagung sebagai bahan baku. Besarnya
kebutuhan jagung untuk pakan ternak mencapai 64% dari produksi, lainnya untuk
bahan makanan dan bahan baku indusrti, mengakibatkan kebutuhan akan jagung
untuk semua kalangan tidak terpenuhi. Untuk memenuhi kebatuhan jagung yang
semakin menignkat, perlu dilakukan peningkatan produksi dengan cara teknologi
budidaya maupun perluasa areal tanam.
Sorgum memiliki nutrisi yang tinggi, batang sorgum meghasilkan nira yang
rasanya manis, karena mengandung kadar glukosa yang cukup tinggi. Kualitas
nira sorgum setara dengan nira tebu. Batang sorgum dapat digunakan sebagai
pakan ternak. Biji sorgum juga dapat digunakan sebagai bahan pangan, pakan
ternak, dan bahan baku industry, dari 100 gr biji sorgum mengandung 73%
karbohidrat, 11% protein, dan 3,3% lemak
Padi (Oryza sativa) merupakan tanaman yang menghasilkan beras dan
sebagai bahan makanan pokok bagi masyarakat Indonesia. Padi mengandung gizi
yang diperlukan oleh tubuh manusia antara lain karbihodrat 84,83 %, protein
9,78%, lemak 2,20 %, serat kasar 1,10%, vitamin 2,09 %, abu 1,22% dan mineral.
Pengamatan yang telah di lakukan pada tanaman sorgum dapat di simpulkan
bahwa pupuk organic dan pupuk anorganik berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan hasil produksi tanaman sorgum yang mana dapat di tunjukkan dengan
perubahan tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang yang dialami
tanaman setiap waktu pengamatan dapat berubah. Serta perawatan tanaman juga
memiliki peran penting untuk keberhasilan produksi yang mana perawatan dapat
di lakukan dengan penyiangan, penyiraman, penggemburan, penyulaman, dan
pembumbunan.
5.2 Saran
Saran yang dapat saya berikan untuk praktikum Teknologi Produksi
Tanaman Pangan 1 selanjutnya yaitu agar dapat lebih sungguh–sungguh lagi
dalam melakukan praktikum sehingga mendapatkan hasil yang diinginkan.
Disaraankan juga untuk para asisten kedepannya lebih disiplin, tegas, dan lebih
ditekankan lagi dalam penyampaian materi agar kegiatan praktikum TPTP 1
selanjutnya semakin biak.
35
DAFTAR PUSTAKA
Aris W., A. P. Sujalu dan H.Syahfari. 2016. Pengaruh jarak tanam dan pupuk
NPK phonska terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis
(Zea mays saccharata Sturt) varietas sweet boy. Jurnal Agrifor, volume 15
(2): 171-178.
Fabians J.D Hitijahubessy dan Adelina Siregar. 2016. Peranan Bahan Organik
dan Pupuk Majemuk Npk Dalam Menentukan Percepatan Pertumbuhan
Tanaman Jagung (Zea mays Saccharata L.). Pada Tanah Inceptisol (Suatu
Kajian Analisis Pertumbuhan Tanaman). J. Budidaya Pertanian Vol. 12(1):
1-9 Th. 2016 ISSN: 1858-4322
Fajarany, Ratih. Wardani., Titiek Islami dan Husni, Thamrin. Sebayang. 2016.
Pengaruh Pemberian Jenis Pupuk dan Waktu Pengendalian Gulma pada
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays Saccharata).
Jurnal Prduksi Tanaman. Vol 4(6).
Juandi T, Selvie T, Marjam MT. 2016. Pertumbuhan dan produksi jagung pulut
lokal (Zea mays ceratina kulesh) pada beberapa dosis pupuk NPK. Manado:
Universitas Sam Ratulangi.
Paeru, R.H., dan T.Q. Dewi. 2017. Panduan Praktis Budidaya Jagung. Penebar
Swadaya. Jakarta. Hal: 20-22.
37
Tabri F., dan Zubachtirodin, 2013. Budidaya Tanaman Sorgum. Maros: Balai
Penelitian Tanaman Serealia
Tacoh E, Rumambi A., Kaunang W., 2017. Respons Pertumbuhan Dan Produksi
Tiga Varietas Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Dengan Perbedaan
Sistem Pengolahan Tanah. Jurnal Zootek Vol. 37 No. 1 : 88-95. Fakultas
Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado.
38
LAMPIRAN
1. Perhitungan
Adapun dosis anjuran pupuk urea,TSP, KCL dalam pemupukan pada tanaman sorgum
yaitu sebagai berikut
Luas bedengan
X Dosis anjuran
Luas lahan 1 ha
Jadi, untuk perhitungan nya:
Pupuk urea : 4 m²
X 150.000 gr = 60 gr = 3 gr/bed
10.000m² 20 bed
Pupuk TSP : 4 m²
X 100.000 gr = 40 gr
= 2 gr/bed
10.000m² 20 bed
Pupuk KCL : 4 m²
X 100.000 gr = 40 gr = 2 gr/bed
10.000m² 20 bed
Adapun perhitungan dosis pestisida tang digunakan dengan takaran: 2 ml/ 1 L air yaitu:
= 3 x 2 ml = 6 ml
39
Jadi dosis pestisida yang di gunakan sebanyak 6 ml untuk 12 bedengan dengan kata lain
untuk satu bedengan mendapatkan pestisida sebanyak ½ ml.
2. Dokumentasi
40
Gambar 11. Pengukuran jarak bedengan Gambar 12. pemasangan pancang
41
Gambar 11. Penanaman benih Sorgum Gambar 14. Pengamatan tinggi batang
Gambar 12. Pemberian pupuk anorganik Gambar 15. Pengamatan diameter batang
42
Gambar 17. Pembubunan Gambar 18. penyiangan
43
Sabtu,11 Juni 2022
LEMBAR PENGESAHAN
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PANGAN I
LAPORAN AKHIR
RISKI MAULANA
2006112612
AGROTEKNOLOGI – B
ASISTEN I ASISTEN II
ASISTEN V ASISTEN VI