BUKU AJAR
ISBN 978-979-18361-3-5
Penyusun:
Dr. Ir. M. Rahmad Suhartanto, MSi
Dr. Ir. Sobir, MSi
Heri Harti, SP, MSi
Produksi pisang Indonesia pada tahun 2009 menduduki tempat keenam setelah
India, Cina, Filipina, Ekuador, Brasil, dengan besaran 6.273.060 ton atau 6 persen
dari produksi dunia (FAO, 2011). Dari segi nutrisi, pisang merupakan salah satu
komoditas yang berpeluang sangat tinggi untuk diversifikasi bahan pangan pokok di
Indonesia. Tingkat produktivitas pisang juga sangat tinggi dibandingkan dengan
sumber karbohidrat yang lain, beberapa pisang yang unggul dapat mencapai
produktivitas 30 - 40 ton/ha/tahun. Apabila dikonversi dengan jumlah karbohidrat,
dengan asumsi kandungan pati sebesar 25 persen, maka pisang unggul dapat
memproduksi karbohidrat sebesar 7.5 – 10 ton/ha/tahun. Pisang memiliki daya
adaptasi luas dan secara teknis dapat tumbuh baik pada lahan kering atau daerah
dengan curah hujan rendah.
Pada tahun 2010 produksi pisang Indonesia mengalami penurunan sebesar
618.460 ton (Deptan, 2011). Penurunan produksi pisang tersebut telah
mengakibatkan semakin rendahnya ketersediaan suplai pisang domestik.
Permasalahan utama dalam penurunan produksi pisang di Indonesia adalah
tingginya serangan penyakit serta belum diterapkannya prinsip Teknologi Sehat
Budidaya Pisang. Teknologi yang diterapkan meliputi semua sistem produksi
untuk menghasilkan buah yang bermutu, aman bagi konsumen serta menjaga
kelestarian lingkungan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, perlu dilakukan pengelolaan
kebun pisang secara baik melalui penerapan Teknologi Sehat Budidaya Pisang.
Buku ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan ajar dan acuan dalam budidaya
pisang yang dikelola secara baik dan benar.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih
kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional
yang membiayai penelitian sehingga tersusun buku ajar ini . Terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penulisan
buku ini.
Kami menyadari bahwa buku ini masih belum sempurna, untuk itu saran dan
kritik yang membangun untuk perbaikan buku ini sangat kami harapkan.
Halaman
DAFTAR ISI .......................................................................................... i
DAFTAR TABEL .................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ iv
PENDAHULUAN .................................................................................. 1
PELUANG PASAR PISANG BAGI INDONESIA .............................. 3
PISANG DAN MAMFAATNYA .......................................................... 4
KEADAAN SENTRA PRODUKSI PISANG INDONESIA ................ 6
Pola Pembudidayaan dan Sentra Produksi Pisang di Indonesia ....... 6
Pembudidayaan Pisang Skala Kecil .................................................. 6
Pola Pembudidayaan Pisang Skala Perkebunan ................................. 7
BUDIDAYA PISANG ........................................................................... 9
Syarat Tumbuh ................................................................................... 9
Varietas Pisang Komersial ................................................................. 9
Kegiatan Budidaya Pisang ................................................................. 11
Penyediaan Benih/Bibit .................................................................. 11
Penyiapan Lahan ........................................................................... 13
Penanaman .................................................................................... 14
Irigasi/Pengairan............................................................................. 18
Penjarangan Anakan ...................................................................... 19
Pemupukan dan Pembumbunan .................................................... 21
Sanitasi Lahan ............................................................................... 23
Pembungkusan (Pembrongsongan) dan Pemotongan Jantung ...... 26
Pengendalian Hama dan Penyakit pada Tanaman Pisang ............. 27
Panen ............................................................................................. 40
PASCA PANEN PISANG ..................................................................... 43
Penyisiran ........................................................................................... 43
Sortasi dan pengkelasan ..................................................................... 43
Pengemasan ....................................................................................... 46
Pengangkutan ...................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 52
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Sentra Produksi di Indonesia ...................................................... 7
2. Standar mutu buah beberapa varietas pisang ............................. 45
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Pohon industri pisang ................................................................. 5
2. Beberapa jenis pisang komersial di Indonesia ........................... 9
3. Jenis bibit pisang ........................................................................ 11
4. Jenis anakan pisang .................................................................... 12
5. Beberapa cara pengaturan jarak tanam pisang ........................... 14
6. Lubang tanam yang sudah diberi perlakuan dolomite ............... 15
7. Perlakuan solarisasi pada lubang tanam ..................................... 16
8. Penanaman pisang dengan baris tunggal dan baris ganda ......... 17
9. Pengairan pada tanaman pisang ................................................. 19
10. Tanaman yang akan dilakukan penjarangan ............................. 20
11. Kondisi tanaman yang sudah dilakukan penjarangan ................ 21
12. Jadwal dan dosis pemupukan pisang .......................................... 22
13. Aplikasi pupuk kandang ............................................................. 23
14. Lahan yang belum dilakuan sanitasi dan lahan yang sudah
dilakukan sanitasi ....................................................................... 25
15. Daun pisang yang perlu dibuang dari pertanaman ..................... 25
16. Pembungkusan jantung pisang ................................................... 26
17. Saat pemotongan jantung ........................................................... 27
18. Larva dan Imago (Cosmopolitus sordidus) dan gejala
serangan pada bonggol ............................................................... 28
19. Larva dan gejala serangan pengerek batang pisang
(Odoiparus longicolis) ............................................................... 29
20. Gejala serangan ngengat kudis (Odoiparus longicolis) pada
jantung dan buah pisang ........................................................... 31
21. Larva dan Imago dan gejala serangan ulat penggulung
daun pisang ................................................................................. 32
22. Gejala serangan layu fusarium pada pisang ............................... 35
23. Gejala penyakit layu darah pada tanaman pisang ...................... 36
24. Gejala penyakit Sigatoka pada tanaman pisang ........................ 38
25. Gejala penyakit kerdil atau Bunchy Top pada tanaman pisang . 40
26. Indeks kematangan pisang ......................................................... 42
27. Pengemasan buah pisang dengan keranjang bambu, peti kayu
dan kotak karton ......................................................................... 50
1
PENDAHULUAN
Volume ekspor pisang Indonesia untuk pasar manca negara mulai tahun 1995
sampai dengan 2000 mengalami peningkatan. Peningkatan nilai ekspor ini
selain disebabkan oleh meningkatnya volume pisang yang di minta juga oleh
bertambahnya negara pengimpor pisang dari Indonesia. Akan tetapi terjadi
penurunan nilai ekspor sejak tahun 2001 – 2002 dan kembali meningkat pada
tahun 2003-2006. Pasang surut nilai ekspor pisang Indonesia terutama
disebabkan oleh hancurnya perkebunan pisang di Halmahera dan lampung
akibatnya produksi pisang nasional Indonesia menjadi turun dratis. Adanya
2
Produksi pisang dunia dari sekitar 120 negara di perkirakan di atas 68 juta ton
pertahun. Pisang merupakan jenis buah yang paling penting di kawasan Asia
Tenggara termasuk peringkat pertama dalam produksi buah-buahan di
Filipina, Indonesia dan Thailand, baik mengenai luas lahannya maupun
produksinya. Total produksi pisang Indonesia pada tahun 2007 adalah
5,270,131 ton. Produksi pisang Indonesia 90% diserap oleh pasar dalam
negeri. Peluang pasar dalam negeri masih cukup lebar terutama untuk
konsumsi hotel-hotel berbintang dan pasar swalayan yang membutuhkan
pisang dengan kualitas yang tinggi.
Peluang pasar ke luar negeri sama cerahnya seperti pasar dalam negeri,
walaupun pasar luar negeri sudah dikuasai pengusaha pisang internasional.
Satu cara untuk dapat masuk ke pasar luar negeri adalah dengan
mengembangkan kemitraan dengan pengusaha internasional, seperti yang
telah dirintis oleh PT. Nusantara Tropical Fruits (NTF) dengan Del Monte,
Ekspor pisang Indonesia ke berbagai negara berasal dari produksi perkebunan
besar seperti PT. NTF dan PT.Global Agronusa Indonesia (GAI)
4
Di beberapa Negara Amerika dan Afrika, buah pisang tidak hanya digunakan
sebagai makanan tambahan namun sudah dikonsumsi sebagai buah segar atau
buah olahan sebagai makanan pokok . Nilai nutrisi yang terkandung dalam
buah pisang cukup tinggi . Kadungan gizi per 100 gram daging buah adalah
energi (116-128 kcal), protein (1%), lemak (0.3%), karbohidrat (27%), mineral
(Ca_15 mg, K_ 380 mg, Fe_0.5 mg, Na_1.2 mg), dan vitamin (Vit. A_0.3 mg,
Vit. B1_0.1 mg; B2_0.1 mg, B6_0.7 mg, Vit. C_20 mg). Kandungan Ca pada
buah pisang dapat menetralisir efek menetralisir efek garam dan MSG, K
dapat menjaga keseimbangan air tubuh, kenormalan tekanan darah, fungsi
jantung dan kerja otot dan vitamin B6 dan asam folat dapat berfungsi untuk
perkembangan otak dan mencegah kanker usus.
5
Pisang
Tepun Sari
g buah
Snack Roti
Pada kebun buah milik petani gurem, pisang di tanam sebagai tanaman
monokultur di lahan yang luasnya berkisar antara 1- 20 ha. Pemilihan kultivar
tergantung kepada permintaan konsumen dan kesesuaian dengan keadaan
7
Nusantara dengan luasan 100 ha. Jenis pisang yang di tanam adalah kultivar
Cavendish dengan tujuan pasar dalam negeri. Selain bertanam pisang, PT.
Horti Nusantara memproduksi bibit pisang asal kultur jaringan yang dapat
dijual ke luar perkebunan.
BUDIDAYA PISANG
Syarat Tumbuh
Suhu : Optimum pada kisaran 26-28C.
Altitude : Di bawah 800 m dpl, tapi masih mungkin sampai 1000 m dpl.
Pengairan : Perlu air teratur 20-60 mm/minggu
Tanah : pH 4.5-8.5, kedalaman solum >75 cm, kedalaman air > 120
cm, kemiringan 15%<, peka tanah salin. Terbaik pada tanah
dengan solum dalam, berdrainase baik, dengan kandungan
humus tinggi seperti tanah vulkanik atau tanah aluvial.
Hindari tanah tergenang.
Lokasi : Dekat dengan industri pendukung atau jalur agribisnis
Penanaman
Pengairan
Penjarangan anakan
Pemupukan
Sanitasi lahan
Pembungkusan Buah
Pengendalian HPT
Panen
Pangemasan
Distribusi
11
Penyediaan Benih/Bibit
Sumber bibit harus diperoleh dari induk yang sehat dan diperoleh dari lahan
yang bebas penyakit terutama penyakit layu fusarium dan layu bakteri serta
penyakit bunchy top. Sumber bibit dapat berasal dari anakan, bonggol (cormit
/bits) dan kultur jaringan. Pada umumnya petani menggunakan bibit yang
berasal dari anakan dan belahan bonggol. Bibit yang siap ditanam berukuran
40-50 cm bila dari kultur jaringan, atau anakan berumur 6 bulan.
A B C
selama 24 jam atau boleh juga direndam dengan fungisida Benlate atau
Dithane M-45 dengan konsentrasi 2 g/liter air selama 2 jam
Penyiapan Lahan
Pembersihan lahan. Lahan harus dibersihkan dari dari hal-hal yang
dapat menganggu pertumbuhan tanaman. Lahan dibersihkan mulai
dari membuang batu besar, gulma, tunggul batang dan sebagainya yang
14
Matahari
Terbit 3m 3m
3m 3m
3m 3m 3m 3m
2m 2m
3m 3m 3m
2m 2m
3m
B
Gambar 5. Beberapa cara pengaturan jarak tanam pisang, A. Pola tanam sejajar
dan teratur, jarak tanam 3 x 3 meter; B. Pola tanam berseling,
jarak tanam 3 x 2 m
Penanaman
Pembuatan lubang tanam.
15
Kapur/dolomit
Penanaman
A B
Gambar 8. Penanaman pisang dengan baris tunggal (A) dan baris ganda
(B)
18
Irigasi/Pengairan
Pengairan dilakukan untuk membantu penyediaan air yang cukup untuk
pertumbuhan dan produksi tanaman. Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam penyediaan air adalah air yang digunakan untuk penyiraman tidak
tercemar zat berbahaya dan limbah pabrik serta bibit penyakit. Pengairan
harus disesuaikan dengan musim, umur tanaman dan fase pertumbuhan
tanaman. Pengairan dapat dilakukan dengan penyiraman, irigasi sprinkle,
irigasi tetes dan pembuatan selokan di antara bedengan tanaman. Namun
biasanya teknik pengairan yang banyak dilakukan adalah dengan
penyiraman. Irigasi tetes dan sprinkle banyak digunakan untuk perkebunan
besar.
Pengairan lahan harus dilakukan paling lambat 3 – 4 hari setelah tanam jika
ditanam pada saat tidak turun hujan. Penyiraman dilakukan dengan gembor
atau selang dari atas permukaan tanah sekitar pohon sampai tanah terlihat
basah pada kedalaman minimal 20 cm. Penyiraman dapat dilakukan pada
pagi atau sore hari, sekurang-kurangnya 2 kali seminggu apabila tidak turun
hujan. Tanaman pisang yang kekurangan air dapat menyebabkan
pertumbuhan tanaman terhambat. Kekurangan air pada fase pertumbuhan
vegetative dapat mempengaruhi kecepatan perkembangan daun dan jumlah
bunga menjadi sedikit, sehingga produksi buah menjadi rendah.
Kekurangan air pada fase pembungaan dapat menurunkan jumlah buah dan
kekurangan air pada periode pembentukan buah dapat mempengaruhi
ukuran dan kualitas buah, tandan buah pendek dan ukuran kecil.
19
Penjarangan Anakan
Penjarangan anakan dilakukan dengan tujuan mengurangi persaingan hara
antar tanaman dan meningkatkan pertumbuhan tanaman, produktivitas dan
kualitas hasil. Membiarkan anakan pada tanaman pisang dapat mengurangi
produksi. Saat penjarangan juga berperan penting dalam managemen
produksi. Ada dua tipe anakan yang dihasilkan yaitu anakan muda dengan
daun yang sempit (anakan pedang) dan anakan dengan daun yang lebar
(anakan air). Satu rumpun maksimum dengan 1-2 anakan yang berbeda umur.
Penjarangan dilakukan setiap 3 bulan. Anakan yang dibuang adalah yang
tumbuhnya mengarah pada jalan kebun. Anakan yang dipilih untuk dipelihara
adalah anakan yang berdaun pedang, tingginya 20-40 cm, pertumbuhan
kuncup daun baik. Dengan pembuangan anakan ini pohon induk akan berbuah
20
Pemupukan
20
- Organik kg/lubang
150 150
- Urea g/tanaman g/tanaman 150 g/tanaman 150 g/tanaman
100 100
- TSP g/tanaman g/tanaman 100g/tanaman 100 g/tanaman
200 450
- KCl g/tanaman g/tanaman 450 g/tanaman 450 g/tanaman
23
Sanitasi Lahan
Sanitasi lahan dilakukan bertujuan untuk membersihkan gulma dan
tanaman sakit di sekitar pertanaman agar tanaman dapat tumbuh optimal.
Gulma yang tumbuh di sekitar pertanaman pisang kalau tidak dibersihkan
dapat menimbulkan persaingan hara antara gulma dan tanaman, sehingga
akan mengurangi suplai hara ke tanaman. Sementara tanaman yang sakit
kalau tidak dibersihkan dapat menjadi sumber penyakit bagi tanaman
lainnya.
A B
Gambar 14. Lahan yang belum dilakuan sanitasi (A), lahan yang sudah
dilakukan sanitasi (B dan C)
Daun yang
perlu dibuang
Gambar 17. Saat pemotongan jantung (A), buah pisang yang ibungkus
dengan plastik berwarna biru (B) dan buah pisang yang
dibungkus dengan karung plastik biasa
Pengendalian:
1. Cara kultur teknis: kumbang penggerek dapat bertahan selama 9 bulan
pada batang pisang. Oleh karena itu, lakukan pembersihan tempat
berlindung dan tempat makan serangga dewasa dengan sanitasi kebun
dan membersihkan pelepah, memusnahkan batang pisang yang telah
dipanen atau terserang hama ini . Untuk memerangkap dan menarik
serangga betina meletakkan telur dapat digunakan perangkap umpan
rhizom. Setelah itu umpan dimusnahkan dengan dibakar.
2. Cara mekanis: kumbang yang ada dalam batang/bonggol pisang
dimatikan
3. Cara Biologi: dengan musuh alami yaitu dengan predator larva
Plaesius javanicus Er, Hololepta sp, Chrysophilus ferrugineus dan
Ceromasra sphenopori dan pengendalian dengan parasitoid
Beauveria bassiana dan Metarrhizium sp
4. Cara kimia: dengan insektisida sistemik seperti karbofuran
A B
C
Gambar 18. Larva dan Imago Cosmopolitus sordidus (A dan B) dan gejala
serangan pada bonggol (C)
29
Pengendalian:
berat, daun akan habis dan tinggal pelepah daun yang penuh
dengan gulungan daun sehingga dapat menurunkan produksi
pisang.
B C
Gambar 21. Larva dan Imago (A, B) dan gejala serangan ulat
penggulung daun pisang (Erionata thrax) (D)
Pengendalian:
1. Cara mekanis: Daun pisang yang terserang dipotong, kemudian larva
yang ada di dalamnya dimatikan atau dimusnahkan.
2. Cara biologi: dengan menggunakan parasitoid telur Oencyrtus
erionatae Ferr, parasitoid larva muda Apanteles erionatae Wlk,
parasitoid pupa Xanthopimpia gampsara dan parasitoid lainnya yaitu
Agiommatus spp., Anastatus sp., Brachymeria sp dan Pediobius
erionatae
33
Pengendalian:
1. Budidaya:
a. Hindarkan penanaman pisang pada lahan yang pernah terserang
penyakit layu Fusarium.
b. Pada lubang tanaman ditaburi arang sekam untuk menghambat
penyebaran cendawan.
34
2. Mekanis :
a. Eradikasi tanaman terserang. Untuk tanaman dalam rumpun,
tanaman dimatikan dengan suntikan minyak tanah sebanyak 5 cc
dan area dengan kisaran 1,5 m dari tanaman/rumpun ditaburkan
arang sekam.
b. Untuk isolasi kawasan, lahan baru dipisahkan dari lahan yang
terserang dengan dibuatkan parit sedalam Rhizosphere (perakaran)
pisang lalu arang sekam ditaburkan ¾ tinggi parit dan dibuat
drainase yang tidak mempengaruhi kebun baru.
3. Biologis :
Pemanfaatan musuh alami seperti Pseudomonas florescens,
Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. dengan aplikasi :
Aplikasi 1 : diberikan pada 2 minggu sebelum tanam dengan dosis :
Trichoderma sp dan Gliocladium sp sebanyak 100 g/5 kg kompos
jadi yang setara dengan konsentrasi 108 spora/cell atau 100-200
gr/ 10-20 kg pupuk kandang
Pseudomonas florescens sebanyak 100 cc/5 kg kompos padi jadi
yang setara dengan konsentrasi 108 CFU (Cell Fraction Unit).
Pengendalian:
1. Budidaya:
a. Gunakan bibit yang sehat bebas dari bakteri (kalau memungkinkan
gunakan bahan perbanyakan hasil kultur jaringan). Jika
menggunakan anakan maka dianjurkan untuk mengambil anakan
dari rumpun sehat yang terletak minimal radius 20 m dari rumpun
asal bibit tidak ada pisang sakit
b. Segera potong jantung setelah sisir terakhir terbentuk.
c. Penutupan tandan pisang hingga menutupi bekas potongan jantung
(pembrongsongan)
d. Jangan menanam bonggol, anakan atau bibit dan membawa tanah
dari daerah yang sudah terinfeksi penyakit layu bakteri.
e. Mencuci alat-alat pertanian dengan fungisida.
f. Rotasi tanaman dengan tanaman yang bukan inangnya selama tiga
tahun
g. Menghindari terjadinya luka pada akar
2. Mekanis :
Eradikasi tanaman terserang dengan Untuk tanaman/rumpun,
tanaman dimatikan dengansuntikan minyak tanah sebanyak 5 cc.
3. Biologi
Pemanfaatan agen antagonis seperti Pseudomonas fluorescens dan
Bacillus sustilis dengan atau tanpa kompos. Aplikasi dilakukan pada
saat tanam dan secara periodik selama pertumbuhan tanaman.
4. Kimia
Penyemprotan insektisida sistemik pada waktu keluarnya bunga pada
tandan bunga. Hal ini untuk mencegah penularan penyakit darah
melalui serangga yang mengisap nektar bunga.
38
3. Penyakit Sigatoka
Penyebab: Mycospaerella musicola Mulder
Gejala: Timbul bintik-bintik kuning atau hijau kecoklatan (sejajar
dengan tulang daun) pada daun ke-3 dan ke-4. Bercak ini
kemudian berubah menjadi coklat tua sampai hitam. Pusat bercak
berwarna keabu-abuan, sedangkan tepi bercak berwarna coklat
atau hitam yang dikelilingi oleh halo berwarna kuning. Pada
umumnya penyakit tidak mematikan tanaman, tetapi penyakit
menyebabkan daun pisang lebih cepat menjadi kering, sehingga
jumlah daun kurang dari kebutuhan tanaman pisang agar dapat
berkembang dengan baik.
Pengendalian:
1. Budidaya:
a. Gunakan bibit yang sehat bebas dari cendawan M. musicola.
b. Menanam pisang di lahan yang tidak miskin hara. Kesuburan
tanah harus dipertahankan dengan pemupukan yang tepat
c. Perbaikan drainase dan mengurangi anakan agar iklim mikro
disekitar tanaman tidak terlalu lembab.
d. Mencuci alat-alat pertanian dengan fungisida.
2. Mekanis
Untuk mengurangi sumber infeksi daun-daun mati disekeliling pohon
dipotong dan dibakar
3. Kimia
Penyemprotan fungisida mankozeb (Dithane M-45) atau propineb
(antracol)
39
2. Mekanis
Eradikasi tanaman terserang dengan membongkar dan membakarnya,
untuk tanaman dalam rumpun, tanaman dimatikan dengan suntikan
minyak tanah sebanyak 5 cc.
3 Kimia
Untuk memberantas vektor, gunakan insektisida sistemik terutama
pada tanaman di pembibitan.
Gambar 25. Gejala penyakit kerdil atau Bunchy Top pada tanaman pisang
Panen
Kegiatan panen yang baik dilakukan bertujuan untuk mendapatkan buah
segar dengan kualitas semaksimal mungkin. Sebelum melakukan
pemanenan terbaik dahulu harus diketahui indikator atau petunjuk bahwa
41
Secara umum pada dataran rendah waktu panen pisang berkisar 85 – 100
hari setelah muncul jantung, sedangkan di dataran tinggi dapat mencapai 98
– 115 hari setelah muncul jantung.
Kelas Super
Pisang yang masuk dalam kelas ini haruslah berkualitas super. Buah harus
sesuai dengan karakteristik varietas, memiliki bentuk sempurna, bebas dari
cacat kecuali cacat yang sangat kecil pada permukaan yang tidak tampak serta
tidak mempengaruhi penampilan umum, kualitas, kualitas simpan dan
keberadaan produk dalam kemasan.
Kelas A
Pisang dalam kelas ini haruslah berkualitas baik dan berkarakter sesuai dengan
varietas dan memiliki bentuk sempurna. Kerusakan kecil sebagai berikut yang
masih dapat ditoleransi pada buah.
- Kerusakan pada bentuk dan warna buah, asal tidak mempengaruhi
penampilan umum, kualitas dan penampilan dalam kemasan.
- Kerusakan kulit buah seperti lecet dan goresan tidak lebih dari 2% dari total
permukaan.
- Seluruh cacat dan kerusakan tidak boleh mempengaruhi daging buah.
Kelas B
Pisang yang masuk dalam kelas ini adalah pisang yang tidak masuk Kelas
Super dan Kelas A tapi masih memenuhi kriteria minimum. Kerusakan sebagai
berikut masih diperbolehkan asalkan tidak mempengaruhi penampilan umum,
kualitas, dan penampakan kemasannya.
45
3. Pengemasan
Pengemasan dilakukan untuk menjaga mutu buah, khususnya pada saat
pengangkutan dan penyimpanan. Pengemasan merupakan suatu usaha
untuk melindungi produk dari penurunan mutu dan kerusakan mekanis,
fisik, kimia serta mikrobiologi, sehingga tetap memiliki nilai jual yang
tinggi pada saat diterima oleh konsumen. Adanya wadah atau pembungkus
dapat mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi bahan pangan
yang ada di dalamnya dari bahaya pencemaran dan gangguan fisik
(gesekan, benturan, getaran).
Wadah Kemasan
Wadah yang digunakan dalam industri buah segar dan pengalengan pada
saat itu adalah keranjang-keranjang besar berbentuk silinder atau kotak-
kotak. Ukuran wadah-wadah ini terutama ditentukan oleh bobot yang dapat
diangkat seorang dengan tangan. Kemasan untuk wadah pengiriman harus
dapat melindungi produk dari kerusakan mekanik, memungkinkan
pertukaran panas dan menghilangkan panas dari kebun serta panas
respirasi. Beberapa sifat kemasan distribusi yang baik adalah:
1. Sesuai dengan produk yang dikemas.
2. Cukup kuat untuk melindungi produk dari resiko yang terjadi selama
pengangkutan dan penyimpanan.
3. Memiliki lubang ventilasi yang cukup.
4. Mudah dibongkar tanpa menimbulkan kerusakan.
5. Menyediakan informasi terhadap produk yang dikemas, tempat
produsen dan tujuan pengiriman.
Peti kayu merupakan bahan pengemas tertua yang diketahui oleh manusia.
Kemasan peti kayu tetap memegang peranan penting dalam perdagangan
antar negara berkembang di masa mendatang, meskipun masalah
lingkungan dan pembuangan semakin meningkat sehubungan dengan
penggunaan kemasan kayu dalam pengangkutan ke negara-negara industri.
48
Bahan Pengisi
Bahan pengisi yang sering digunakan oleh petani adalah daun pisang
kering. Pemilihan bahan pengisi tergantung kepada nilai ekonomi dan
ketersediaan bahan. Bahan pengisi yang sering digunakan untuk pisang
tujuan pasar lokal adalah daun pisang, kertas bekas atau karung untuk
melindungi buah dari tepi kemasan yang kasar.
50
Gambar 27. Pengemasan buah pisang dengan keranjang bambu, peti kayu
dan kotak karton
51
4. Pengangkutan
DAFTAR PUSTAKA
Paine, F. A. 1977. The Packing Media. Blackie and Son. LTD, Great Britanian.
Pantastico, Er. B. 1980. Technical consultation on refrigeration and packaging
of fruits and vegetables within the cooperative marketing system in the
Philippines. PHTRC-UPLB Report No. PHI/76/001 FAO/UNDP.
Pantastico, Er. B., H. Subramanyam, M. B. Bhatti, N. Ali dan E. K. Akamine.
1986. Petunjuk-petunjuk untuk pemanenan hasil, hal. 91-119. Dalam
Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan
Buah-Buahan dan Sayur-Sayuran Tropika dan Sub Tropika. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta. 904 hal.
Peleg, K. 1985. Produce Handling Packing and Distribution. The AVI
Publishing Comp. Inc. Westport, Connecticut.
Pusat Kajian Buah-buahan Tropika. 1998. Desain dan Analisis Investasi
Agribisnis Pisang. Bogor.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. 1987. Produksi Pisang di
Indonesia. Jakarta.
Pusat Kajian Buah-buahan Tropika. 2004. Eksplorasi Bakteri dari Tanaman
Famili Graminae dan Potensinya sebagai Pengendali Hayati Penyakit
Layu Fusarium Pisang. Laporan Rusnas Pengembangan Buah Unggulan
Indonesia. Bogor.
Pusat Kajian Buah-buahan Tropika. 2004. Pemanfaatan Trichoderma dan
Gliocladium. Laporan Rusnas Pengembangan Buah Unggulan
Indonesia. Bogor
Pusat Kajian Buah-buahan Tropika. 2004. Kajian Pemanfaatan Bakteri
Rizosfer Pseudomonas Kelompok Fluorescence dan Bacilus sp. Laporan
Rusnas Pengembangan Buah Unggulan Indonesia. Bogor
Pusat Kajian Buah-buahan Tropika. 2004. Uji Antagonisme Jamur Endofit
terhadap F. oxysporum f.sp. cubense in vitro. Laporan Rusnas
Pengembangan Buah Unggulan Indonesia. Bogor
Pusat Kajian Buah-buahn Tropika. 2005. Laporan RUSNAS Pengembangan
Buah-buahan Unggulan Indonesia. Bogor
Pusat Kajian Buah-buahan Tropika. 2005. Pengembangan Agens Biokontrol
Pseudomonas dan Bacillus terhadap Penyakit Darah. Laporan Rusnas
Pengembangan Buah Unggulan Indonesia. Bogor
Pusat Kajian Buah-buahan Tropika. 2006. Produksi Pisang Raja berdasar
Standar Prosedur Operasional (SPO) di Cianjur. Laporan RUSNAS
Pengembangan Buah Unggulan Indonesia. Bogor.
54