Anda di halaman 1dari 43

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN

AGRIBISNIS PISANG
Edisi Kedua

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Departemen Pertanian
2007
MENTERI PERTANIAN
REPUBLIK INDONESIA

SAMBUTAN
MENTERI PERTANIAN

Atas perkenan dan ridho Allah subhanahuwata’ala, seri buku


tentang prospek dan arah kebijakan pengembangan komoditas
pertanian edisi kedua dapat diterbitkan. Buku-buku ini disusun sebagai
tindak lanjut dan merupakan bagian dari upaya mengisi “Revitalisasi
Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan” (RPPK) yang telah dicanangkan
Presiden RI Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 
Juni 200 di Bendungan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Propinsi Jawa
Barat. Penerbitan buku edisi kedua ini sebagai tindak lanjut atas saran,
masukan, dan tanggapan yang positif dari masyarakat/pembaca
terhadap edisi sebelumnya yang diterbitkan pada tahun 200. Untuk itu
kami mengucapkan terima kasih.
Keseluruhan buku yang disusun ada 2 buah, 7 diantaranya
menyajikan prospek dan arah pengembangan komoditas, dan empat
lainnya membahas mengenai bidang masalah yaitu tentang investasi,
lahan, pasca panen, dan mekanisasi pertanian. Sementara 7
komoditas yang disajikan meliputi: tanaman pangan (padi/beras, jagung,
kedelai); hortikultura (pisang, jeruk, bawang merah, anggrek); tanaman
perkebunan (kelapa sawit, karet, tebu/gula, kakao, tanaman obat,
kelapa, dan cengkeh); dan peternakan (unggas, kambing/domba, dan
sapi).
Sesuai dengan rancangan dalam RPPK, pengembangan produk
pertanian dapat dikategorikan dan berfungsi dalam: (a) membangun
ketahanan pangan, yang terkait dengan aspek pasokan produk, aspek
pendapatan dan keterjangkauan, dan aspek kemandirian; (b) sumber
perolehan devisa, terutama terkait dengan keunggulan komparatif dan
keunggulan kompetitif di pasar internasional; (c) penciptaan lapangan
usaha dan pertumbuhan baru, terutama terkait dengan peluang


PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
pengembangan kegiatan usaha baru dan pemanfaatan pasar domestik;
dan (d) pengembangan produk-produk baru, yang terkait dengan
berbagai isu global dan kecenderungan perkembangan masa depan.
Sebagai suatu arahan umum, kami harapkan seri buku tersebut
dapat memberikan informasi mengenai arah dan prospek
pengembangan agribisnis komoditas tersebut bagi instansi terkait
lingkup pemerintah pusat, instansi pemerintah propinsi dan
kabupaten/kota, dan sektor swasta serta masyarakat agribisnis pada
umumnya. Perlu kami ingatkan, buku ini adalah suatu dokumen yang
menyajikan informasi umum, sehingga dalam menelaahnya perlu
disertai dengan ketajaman analisis dan pendalaman lanjutan atas
aspek-aspek bisnis yang sifatnya dinamis.
Semoga buku-buku tersebut bermanfaat bagi upaya kita
mendorong peningkatan investasi pertanian, khususnya dalam
pengembangan agribisnis komoditas pertanian.

Jakarta, Juli 2007


Menteri Pertanian

Dr. Ir. Anton Apriyantono, MS

ii
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR

Pisang merupakan buah unggulan Indonesia. Produksi komoditas


Pisang
ini merata di merupakan buah tanah
seluruh pelosok unggulan
air, Indonesia.
akan tetapiProduksi komoditas
kualitasnya masih
ini merata Oleh
beragam. di seluruh pelosok
karena tanah penanganan
itu perlu air, akan tetapi kualitasnya
yang masih
serius supaya
beragam.
komoditas itu Oleh karena
mampu itu perlu dengan
berkompetisi penanganan yangluar
produk dari serius
negeri.supaya
komoditas itu mampu berkompetisi dengan produk dari luar negeri.
Keragaman varietas pisang yang diproduksi petani kita
Keragaman
disebabkan varietas
oleh berbagai macampisang yang
faktor, diproduksi
di antaranya petani
karena kita
Indonesia
disebabkan oleh berbagai macam faktor, di antaranya
merupakan sentra primer keragaman varietas pisang, dan ditanam di karena Indonesia
merupakan sentra rakyat
lahan pekarangan primer yang
keragaman varietas pisang,
masing-masing kurang dan ditanam di
memperhatikan
lahan pekarangan rakyat yang masing-masing kurang
nilai komersial tanaman itu. Hampir 70% produksi pisang di tanah air memperhatikan
nilai komersial
kita berasal daritanaman itu. Hampir 70% produksi pisang di tanah air
pekarangan.
kita berasal dari pekarangan.
Guna mengembangkan tanaman pisang, perlu dilaksanakan
beberapaGunalangkah
mengembangkan
strategis dengantanaman pisang,
persepsi yangperlu
samadilaksanakan
oleh setiap
beberapa langkah strategis dengan persepsi
pelaku agribisnis komoditas pisang, terutama dalam yang sama menentukan
oleh setiap
pelaku agribisnis komoditas pisang, terutama
varietas pisang yang dikembangkan, prosedur agronomis untuk dalam menentukan
varietas
pertanaman pisang
skala yang dikembangkan,
luas dan sempit, sertaprosedur agronomis untuk
arah pemasarannya. Salah
pertanaman skala luas dan sempit, serta arah
satu langkah untuk menyamakan persepsi agribisnis pisang, adalahpemasarannya. Salah
satu langkah untuk menyamakan persepsi
adanya informasi yang lengkap tentang Prospek dan Arah agribisnis pisang, adalah
adanya
Pengembanganinformasi yangPisang,
Agribisnis lengkap tentang
yang telah disusun Prospek dan buku
dalam bentuk Arah
Pengembangan Agribisnis Pisang, yang telah disusun
pada tahun 2005. Buku tersebut telah mendapat apresiasi yang baik dalam bentuk buku
pada tahun
dari para 2005.
pelaku Buku tersebut telah mendapat apresiasi yang baik
agribisnis.
dari para pelaku agribisnis.
Dengan perkembangan kondisi saat ini dan berdasar masukan
Dengan
dari para perkembangan
pengguna, kondisi saat
maka dipandang perluini untuk
dan berdasar masukan
menyempurnakan
dari para pengguna, maka dipandang perlu untuk
buku tersebut dengan memperkaya data dan informasi terkini pada menyempurnakan
buku tersebut
agribisnis dengan
pisang. Mudahmemperkaya
mudahan data tulisandan iniinformasi terkini pada
dapat memberikan
agribisnis pisang. Mudah mudahan tulisan ini
motivasi bagi pelaku agribisnis untuk mengembangkan tanaman pisangdapat memberikan
motivasi
di tanah bagi
air, pelaku
sehinggaagribisnis
kita mampuuntukbersaing
mengembangkan tanaman
dengan produk pisang
dari luar
di tanah
negeri. air, sehingga kita mampu bersaing dengan produk dari luar
negeri.
Jakarta, Juli 2007
KepalaJakarta, Juli 2007
Badan Litbang Pertanian
Kepala Badan Litbang Pertanian

Dr. Ir. Achmad Suryana


Dr. Ir. Achmad Suryana

iii
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
TIM PENYUSUN

Penanggung Jawab : Dr. Ir. Achmad Suryana


Kepala Badan Litbang Pertanian
Ketua : Dr. Ir. Yusdar Hilman, MS
Kepala Pusat Litbang Hortikultura
Anggota : Ir. Agus Muharam, MS
Ir. Nurhadi, MSc
Ir. Agus Sutanto, MSc.
Ir. Hary Subakti
Dr. Ir. Winarno
Dr. Ir. Bambang Sayaka
Ir. Irwan Muas, MP.
Dr. Setyadjit

Badan Litbang Pertanian


Jl. Ragunan No. 29 Pasar Minggu
Jakarta Selatan
Telp. : (021) 7806202
Faks. : (021) 7800644
Em@il : kabadan@litbang.deptan.go.id

Pusat Litbang Hortikultura


Jl. Ragunan No. 29A Pasar Minggu
Jakarta Selatan 12540
Telp. : (021) 7805768, 7805135
Faks. : (021) 7805135
Em@il : pushor@rad.net.id
Em@il : ipardboo@indo.net.id

iv
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
RINGKASAN EKSEKUTIF

Relatif besarnya volume produksi nasional dan luas panen


dibandingkan dengan komoditas buah lainnya, menjadikan buah pisang
merupakan tanaman unggulan di Indonesia. Namun demikian
pengelolaan pisang masih sebatas tanaman pekarangan atau
perkebunan rakyat yang kurang dikelola secara intensif. Penanaman
pisang berskala besar telah dilakukan di beberapa tempat antara lain di
pulau Halmahera (Maluku Utara), Lampung, Mojokerto (Jawa Timur), dan
beberapa tempat lainnya, sehingga Indonesia pernah mengekspor
pisang dengan volume mencapai lebih dari 100.000 ton pada tahun
1996, tetapi pada tahun-tahun berikutnya volume ekspor tersebut terus
menurun dan mencapai titik terendah pada tahun 2004 yaitu hanya 27
ton. Kenyataan ini menunjukkan bahwa sebetulnya Indonesia
mempunyai peluang yang cukup besar untuk meningkatkan ekspor buah
pisang pada tahun-tahun mendatang. Hal ini ditunjang dengan
ketersediaan lahan yang cukup luas di Kalimantan, Papua, kepulauan
Maluku, Sulawesi dan Sumatera; iklim yang mendukung; keragaman
varietas yang cukup tinggi; sumber daya manusia serta inovasi teknologi
untuk pengelolaan tanaman pisang.
Meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat kesadaran
masyarakat untuk mengkonsumsi buah-buahan diharapkan dapat
meningkatkan konsumsi buah pisang secara nasional, sehingga
kebutuhan buah pisang akan terus meningkat. Untuk itu perlu dilakukan
pengembangan pisang baik secara intensifikasi maupun secara
ekstensifikasi. Pengembangan pisang berskala kebun rakyat dan besar
akan membuka peluang agribisnis hulu, seperti industri perbenihan dan
industri peralatan mekanisasi pertanian, yang tentunya akan membuka
kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Selain sebagai buah yang
dimakan segar, pisang juga dapat diolah baik untuk skala rumah tangga
seperti keripik, getuk dan sale, maupun industri berskala besar seperti
tepung, puree dan jam, yang dapat merangsang tumbuhnya agribisnis
hilir. Agribisnis hilir akan berkembang dengan cara memberdayakan
industri pengolahan skala keluarga (home industry) dan menengah
maupun skala besar (investor dalam dan luar negeri).
Dengan berkembangnya pisang di Indonesia, diharapkan akan
meningkatkan konsumsi dan ekspor buah pisang baik untuk segar


PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
maupun olahan. Agar produk pisang Indonesia dapat bersaing dan
diterima oleh negara-negara pengimpor, maka dalam sistem
pengelolaan pisang mulai dari hulu sampai hilir harus mengacu pada
norma-norma pengelolaan yang baik seperti Good Agriculture Practices
(GAP), Integrated Pest Management (IPM) dan prinsip Hazard Analysis
Critical Point (HACCP). Pengembangan pisang di Indonesia tidak akan
tercapai secara optimal tanpa adanya investor baik dari dalam negeri
maupun luar negeri. Oleh karena itu gambaran tentang investasi disertai
dengan informasi daerah pengembangan ke depan perlu diberikan.
Informasi tersebut tentunya harus didukung dengan kebijakan-kebijakan
pemerintah yang berhubungan dengan kemudahan dan jaminan
keamanan berinvestasi serta perbaikan sarana pendukung seperti
sistem pengairan, transportasi, komunikasi dan sarana pasar.

vi
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
DAFTAR ISI

Halaman
Sambutan Menteri Pertanian ........................................................................ i
Kata Pengantar............................................................................................... iii
Tim Penyusun ................................................................................................. iv
Ringkasan Eksekutif....................................................................................... v
Daftar Isi .................................................................................................... vii
I. PENDAHULUAN.................................................................................... 1
II. KONDISI SAAT INI................................................................................. 2
A. Usaha Pertanian Primer ..................................................................... 2
B. Usaha Agribisnis Hulu ......................................................................... 3
C. Usaha Agribisnis Hilir ........................................................................... 4
D. Pasar dan Harga .................................................................................. 4
E. Infrastruktur ......................................................................................... 6
F. Kebijakan Harga, Perdagangan, dan Investasi ............................... 6
III. PROSPEK, POTENSI, DAN ARAH PENGEMBANGAN ............................ 7
A. Prospek Pasar dan Pesaing .............................................................. 7
B. Potensi Lahan Menurut Propinsi....................................................... 10
C. Arah Pengembangan ......................................................................... 10
IV. TUJUAN DAN SASARAN........................................................................ 15
A. Tujuan.................................................................................................... 15
B. Sasaran ................................................................................................. 15
V. STRATEGI, KEBIJAKAN DAN PROGRAM............................................... 17
A. Strategi dan Kebijakan ...................................................................... 17
B. Program................................................................................................ 18
VI. KEBUTUHAN INVESTASI ...................................................................... 25
VII. DUKUNGAN KEBIJAKAN ...................................................................... 28

vii
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang

I. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu sentra primer keragaman pisang,


baik pisang segar, olahan dan pisang liar. Lebih dari 200 jenis pisang
terdapat di Indonesia. Tingginya keragaman ini, memberikan peluang
pada Indonesia untuk dapat memanfaatkan dan memilih jenis pisang
komersial yang dibutuhkan oleh konsumen.
Pisang adalah salah satu komoditas buah unggulan Indonesia.
Luas panen dan produksi pisang selalu menempati posisi pertama. Pada
tahun 2002 produksinya mencapai 4.384.384 ton (BPS, 2003) dengan
nilai ekonomi sebesar Rp 6,5 triliun. Produksi tersebut sebagian besar
dipanen dari pertanaman kebun rakyat seluas 269.000 ha. Disamping
untuk konsumsi segar beberapa kultivar pisang di Indonesia juga
dimanfaatkan sebagai bahan baku industri olahan pisang misalnya
industri kripik, sale dan tepung pisang. Perkembangan kebun rakyat dan
industri olahan di daerah sentra produksi, dapat memberikan peluang
baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap perluasan
kesempatan berusaha dan kesempatan kerja.
Pisang banyak mengandung vitamin dan mineral esensial yang
sangat bermanfaat bagi kesehatan. Bahkan di beberapa daerah di
Papua pisang merupakan subsitusi makanan pokok, seperti di beberapa
negara di Afrika.


PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang

II. KONDISI SAAT INI

A. Usaha Pertanian Primer


Sentra produksi pisang di Indonesia tersebar di 16 propinsi, 70
kabupaten. Selama periode 1995 sampai 2002 luas panen pisang
berfluktuasi, namun pada tahun 2003-2004 cenderung meningkat
(FAOSTAT, 2005). Produktivitas pisang juga berfluktuasi antara 11,6
ton/ha (1997) sampai 16,3 ton/ha (2002). Sedangkan produksi sejak
tahun 1996 sampai 2003 meningkat. Enam belas daerah sentra
produksi pisang di Indonesia berdasarkan produksi dari tahun 1999
sampai 2003 disajikan pada Tabel 1.
Penanaman umumnya dilakukan menjelang musim hujan. Pada
tahun 1993 usaha tani pisang dilaksanakan oleh sekitar 21.482.000
rumah tangga tani. Budidaya tanaman pada umumnya belum
menerapkan inovasi teknologi secara optimal, karena sebagian besar
pertanaman pisang merupakan usaha pekarangan skala kecil (0,5-5 ha)
dengan inputs produksi dan distribusi minimal. Oleh karena itu mutu dan
produktivitasnya masih rendah. Disamping itu kehilangan hasil pra
panen dan pasca panen masih cukup tinggi.
Tabel 1. Produksi buah pisang di enam belas propinsi di Indonesia
Produksi (ton)
No Propinsi
1999 2000 2001 2002 2003
1. NAD 32.274 28.076 26.491 27.833 88.682
2. Sumatera Utara 55.064 52.132 60.235 93.467 118.808
3. Sumatera Barat 87.437 60.015 64.099 46.389 32244
4. Sumatera Selatan 77.661 69.457 79.108 95.687 95.048
5. Lampung 74.820 142.153 142.470 184.554 319.081
6. Riau 41.136 37.827 37.697 31.243 56.673
7. Jawa Timur 649.842 706.266 700.836 731.230 873.616
8. Jawa Barat 1.333.879 1.435.103 1.431.941 1.473.460 1.068.875
9. Jawa Tengah 440.283 508.801 522.261 503.841 455.031
10. Banten - - 208.854 229.511 179.616
11. Bali 62.903 60.381 90.094 124.253 102.157
12. Kalimantan Barat 28.958 46.055 119.687 55.711 94.155
13. Kalimantan Selatan 18.994 22.706 29.409 42.445 76.059
14. Kalimantan Timur 18.332 24.247 27.945 42.905 58.325
15. Sulawesi Selatan 143.072 145.999 119.884 165.036 98.973
16. Maluku Utara - - 3.119 28.163 125.532
Sumber: Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura


PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang

Rata-rata produksi dan produktivitas pisang selama periode 1999


sampai 2003 masing-masing sekitar 4 juta ton dan 13,98 ton/ha (Tabel
2). Berdasarkan total produksi, pisang menduduki tempat pertama
dibandingkan dengan total produksi mangga (1,5 juta ton), jeruk (1,5
juta ton), durian (741 ribu ton), dan manggis (79 ribu ton). Dari rata-rata
produksi nasional pisang, sekitar 63% berasal dari pulau Jawa,
Sumatera 18%, Kalimantan 6%, Sulawesi 6%, Bali dan Nusa Tenggara
8%.

Tabel 2. Luas panen, produksi dan produktivitas pisang Indonesia


Produktivitas
Tahun Luas Panen (ha) Produksi (ton)
(ton/ha)
1995 280.242 3.805.431 13,58
1996 245.769 3.023.485 12,30
1997 263.686 3.057.080 11,60
1998 258.441 3.176.750 12,29
1999 269.778 3.375.851 12,51
2000 265.000 3.746.962 14,14
2001 277.000 4.300.422 15,53
2002 269.000 4.384.384 16,30
2003 308.500 4.311.959 13,98
2004 300.000 4.400.000 14,67
Sumber: FAOSTAT, 2005

B. Usaha Agribisnis Hulu


Secara umum penggunaan alat-alat/mesin pertanian dalam
usahatani pisang dimulai dari persiapan lahan sampai pengolahan.
Namun demikian, operasional penggunaan alat dan mesin tersebut
untuk usahatani pisang skala rakyat masih sangat mahal dan hanya bisa
dilakukan oleh perusahaan perkebunan besar. Untuk pengolahan tanah
melibatkan mesin traktor untuk menyingkal dan meratakan tanah.
Selanjutnya kegiatan yang melibatkan alat dan mesin adalah
pengolahan hasil untuk produksi tepung, puree atau jam berskala besar.
Sedangkan untuk skala rakyat alat yang digunakan adalah mesin
pemotong buah untuk kripik pisang berkapasitas kecil.


PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang

Sebagian besar kebun rakyat masih menggunakan benih anakan


atau belahan bonggol yang diusahakan sendiri oleh petani. Benih kultur
jaringan umumnya diadakan untuk memenuhi permintaan program
pengembangan perluasan tanam dari pemerintah atau pembukaan
kebun oleh pihak swasta. Pada saat ini produsen benih pisang kultur
jaringan antara lain: Tekno Agro, DAFA, Tamora, Mariwati, Pusat Penelitian
Kakao dan Kopi Jember.

C. Usaha Agribisnis Hilir


Di Indonesia panen pisang tidak mengenal musiman, karena curah
hujan tersebar merata sepanjang tahun. Dengan demikian produksi
pisang dapat diatur secara rinci sepanjang tahun sesuai kebutuhan. Hal
ini sangat menguntungkan dan berdaya saing terutama untuk tujuan
usaha pascapanen buah pisang segar yang melibatkan berbagai
tahapan operasional antara lain: panen (kriteria, waktu dan cara
pemanenan), pengangkutan ke bangsal pengemasan, operasi bangsal
pengemasan (pemotongan sisir, pencucian, perlakuan fungisida,
pengeringan, pengemasan), transportasi kemasan pisang dan pemuatan
ke kontainer berpendingin (cool storage) yang kemudian dimuat ke
kapal, kereta api atau truk. Untuk tujuan ekspor dalam sarana transpor
pada kegiatan distribusi hendaknya menggunakan rantai dingin.

D. Pasar dan Harga


Di pasar domestik harga jual pisang sangat bervariasi tergantung
tempat, varietas dan musim. Sebagai contoh di Pasar Induk Kramajati
harga Pisang Ambon berkisar Rp 4.200-5.800/kg. Sementara itu di
pasar Senduro, Jawa Timur, harga pisang Tanduk pada saat normal
berkisar Rp 8.000–10.000 per tandan yang berisi 1-3 sisir, sedangkan
pada saat lebaran mencapai Rp. 15.000-20.000 per tandan. Di Nusa
Tenggara Barat harga pisang pada hari-hari biasa berkisar antara Rp.
1.500-5.000 per sisir, sedangkan pada saat hari Raya Galungan
mencapai Rp. 2.500-Rp. 7.500 per sisir. Di lain pihak, akibat masih
kurangnya sarana transportasi dari pusat produksi pisang ke pasar,
menyebabkan harga pisang merosot. Hal ini terjadi di Kutai Timur,
Kalimantan Timur, pada saat panen raya harga pisang hanya Rp. 700-
900 per sisir di tingkat petani. Sedangkan untuk dijual ke pasar
Surabaya, Jawa Timur memerlukan biaya transportasi yang cukup mahal,
akibatnya banyak buah pisang dibiarkan membusuk setelah dipanen


PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang

ataupun yang masih di pohon. Permasalahan ini sebetulnya dapat


diatasi dengan mengembangkan industri pengolahan pisang di daerah
sentra produksi pisang. Sebagai contoh industri getuk pisang yang
berkembang pesat di Kediri, Jawa Timur. Harga getuk pisang di tingkat
produsen dijual rata-rata Rp. 1.000 per bungkus, pada tahun 2002.
Sementara itu di Jawa Barat telah berkembang industri pisang sale yang
berasal dari pisang Ambon. Harga pisang sale dari produsen rata-rata
Rp. 6.000 per bungkus (0,5 kg), pada tahun 2004. Dari 100 kg buah
pisang dapat dihasilkan 70 bungkus pisang sale.
Di pasar internasional volume ekspor pisang segar Indonesia pada
periode 1995 sampai 1999 mencapai 70.000 – 100.000 ton per tahun.
Volume ekspor tertinggi dicapai pada tahun 1996 dengan nilai sekitar
US $ 18.166.141. Namun selanjutnya ekspor pisang Indonesia menurun
dan pada tahun 2003 hanya sebesar 27 ton (US $ 8.000) (Tabel 3.).
Volume impor pisang Indonesia tertinggi terjadi pada tahun 1999
yaitu 371 ton dengan nilai US $ 265 ribu, kemudian menurun sampai
dengan tahun 2001 hanya sebesar 7 ton (US $ 15 ribu), dan pada tahun
2003 telah mencapai 464 ton (US $ 215.000). Peningkatan volume
impor ini disebabkan tumbuhnya pasar ritel berupa supermarket,
hypermarket dan toko buah yang menuntut mutu buah yang lebih baik.
Jenis pisang yang diimpor adalah kelompok Cavendish dan ke depan
kemungkinan besar akan masuk juga cultivar ‘Usr kolontol dan Karat’ yang
mengandung -carotene tinggi berasal dari Micronesia.
Tabel 3. Perkembangan ekspor dan impor pisang Indonesia tahun 1996-2003
Ekspor Impor
Tahun
Volume (ton) Nilai (US $) Volume (ton) Nilai (US $)
1996 101.495 18.166.141 46 67.000
1997 71.028 13.224.000 22 40.000
1998 77.473 14.074.000 16 19.000
1999 76.087 11.102.000 371 265.000
2000 2.105 412.805 13 31.000
2001 262 49.839 7 15.000
2002 5.126 979.730 60 48.000
2003 27 8.000 464 215.000
Sumber: FAOSTAT (2004)

Disamping itu Indonesia juga mengekspor produk olahan pisang


meskipun volume dan nilainya masih kecil. Negara tujuan ekspor adalah


PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang

Jepang, Singapura, Malaysia, Saudi Arabia, Afrika Selatan, Australia,


Amerika Serikat dan Belanda. Negara eksportir lainnya adalah negara-
negara Amerika Latin seperti Ekuador, Honduras, Kolumbia, Costa Rica,
Guatemala dan Panama dan negara-negara di Asia seperti Filipina dan
Cina. Varietas pisang di perdagangan dunia adalah kelompok Cavendish.
Kendala ekspor pisang Indonesia adalah mutu dan kontinuitas pasokan.

E. Infrastruktur
Usaha tani kebun pisang di Indonesia kebanyakan di pekarangan
dan tegalan. Fasilitas infrastruktur khususnya pengairan belum ada.
Fasilitas pengemasan, alat transportasi, rumah/gudang untuk
penanganan segar juga belum memenuhi standar yang baik. Demikian
pula fasilitas permodalan juga masih minimal.
Beberapa inovasi teknologi pra-panen dan pasca panen hasil
penelitian telah tersedia meliputi teknologi perbenihan, manajemen zat
hara dan hama penyakit, penanganan segar dan pasca panen.
Diseminasi hasil penelitian dilaksanakan oleh lembaga penelitian
bekerjasama dengan BPTP, swasta dan pemerintah daerah melalui
berbagai kegiatan atau program misalnya PTT dan Primatani.

F. Kebijakan Harga, Perdagangan dan Investasi


Kebijakan harga pisang selama ini diserahkan kepada mekanisme
pasar. Rantai perdagangan pisang dalam usaha skala kecil yang dimulai
dari petani menjual ke pengumpul kemudian ke pedagang, harganya
sangat bervariasi, tergantung pada varietas pisang. Akan tetapi untuk
perkebunan skala besar, pengusaha dari kebun langsung ke pasar ritel,
dan sisanya yang bermutu rendah dilempar ke pasar tradisional.
Pada penanaman skala kecil, terutama yang ditanam di
pekarangan rumah, petani tidak mempermasalahkan modal kerja.
Sedangan pada investasi skala usaha perkebunan, memperhitungkan
sewa lahan, modal kerja dan transportasi.


PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang

III. PROSPEK, POTENSI DAN ARAH PENGEMBANGAN

A. Prospek Pasar dan Pesaing


Jumlah penduduk Indonesia lebih dari 200 juta. Apabila 50% dari
jumlah tersebut mengkonsumsi satu buah pisang segar setiap hari,
maka akan dibutuhkan pisang segar sebanyak 3,5 juta ton per tahun
sehingga diperlukan paling sedikit 175.000 ha lahan pisang yang
dikelola secara intensif. Hal tersebut membuka peluang pengembangan
industri benih. Produk buah pisang yang bermutu memerlukan benih
yang bermutu dan seragam, sehingga diperlukan inovasi teknologi untuk
menghasilkan benih tersebut.
Buah pisang segar yang mengandung -carotene yang tinggi mulai
dipromosikan oleh negara penghasil pisang. Padahal Indonesia juga
mempunyai varietas pisang yang mengandung senyawa tersebut. Salah
satu contohnya adalah pisang Tongkat Langit. Akan tetapi pisang ini
belum dikembangkan oleh petani maupun pengusaha benih di
Indonesia.
Varietas pisang yang akan dikembangkan ditentukan oleh selera
pasar dan jenis produk yang akan ditawarkan meliputi pisang segar,
olahan dan produk-produk lainnya.
1. Pasar dalam negeri
a. Segar: kultivar yang diperdagangkan di pasar-pasar swalayan
sebagian besar adalah kelompok Cavendish, sedang di pasar-
pasar lainnya (toko buah, kios, PKL, tradisional) adalah kultivar
Barangan, Ambon Hijau, Ambon Kuning, Mas, Raja Bulu dan Raja
Sere. Pengembangan kultivar non-Cavendish ini untuk
kebutuhan pasar pisang segar di dalam negeri difokuskan pada
peningkatan mutu produk dan kontinuitas. Dengan asumsi
konsumsi perkapita pada tahun 2010 sebesar ±20
kg/kap/tahun sasaran kebutuhan produksi pisang diperkirakan
sebesar 4.600.000 ton. Sasaran produksi ini dapat dicapai
melalui pengembangan inovasi teknologi di sentra-sentra
produksi yang telah ada yang pada tahun 2004 luasnya
mencapai 300.000 ha meliputi propinsi Jawa Barat, Jawa
tengah, Jawa Timur, Sumatera Barat, Sumatera Selatan,
Lampung, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan, serta


PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang

melalui ekstensifikasi areal seluas ± 6.000 ha dengan


produktivitas sebesar ± 15 ton/ha, sasaran produksi tahun
2010 diperkirakan dapat tercapai.
b. Olahan: kultivar pisang olahan unggulan Indonesia adalah Kepok
dan Tanduk dan Agung Talun (Lumajang). Sasaran kebutuhan
kultivar non-Cavendish (Raja, Nangka dan Kepok) untuk industri
pengolahan pada tahun 2005 diperkirakan sebesar 20.000 ton,
dan pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 40.000 ton. Oleh
karena itu perlu adanya ekstensifikasi areal penanaman pisang
olah seluas 2.500 ha (produktivitas ± 15 ton/ha).
Pengembangan industri olahan diarahkan ke perluasan
diversifkasi produk, meliputi pembuatan keripik, sale, puree dan
pasta pisang. Sasaran produksi kultivar pisang olahan ini juga
dapat dicapai melalui pengembangan inovasi teknologi di sentra
produksi yang telah ada (Sumatera Barat, Lampung, Kalimantan
Timur, Kalimantan Selatan dan Jawa Timur).
c. Diversifikasi produk : Tanaman pisang adalah tanaman yang
multiguna. Selain dimanfaatkan buahnya, daunnya bisa
digunakan sebagai pembungkus, jantungnya bisa dijadikan
sayur, pelepah daunnya bisa digunakan sebagai bahan kerajinan
(tas, topi, tikar, dll.), dari bonggol dan batang pisang yang telah
dipanen bisa diambil patinya (5-10%), kulit dan seresah batang
pisang dapat digunakan sebagai bahan makanan ternak. Daun
pisang telah menjadi salah satu produk ekspor Thailand ke luar
negeri antara lain ke Amerika Serikat.
2. Pasar luar negeri
Berdasarkan jumlah total produksi pisang nasional, pada tahun
2003, Indonesia menempati urutan keenam dunia setelah India, Brazil,
Cina, Ekuador, dan Filipina (Tabel 4), tetapi volume dan nilai ekspor pisang
Indonesia jauh di bawah Thailand dan Vietnam. Hal ini disebabkan
varietas yang ditanam di Indonesia sangat beragam, pasar internasional
menghendaki pisang dari kelompok Cavendish seperti Williams dan
Grand Naine. Pengembangan kultivar kelompok Cavendish ini di
Indonesia menghadapi kendala serangan penyakit layu Fusarium.
Kultivar Raja Sere, Barangan Merah dan Mas mempunyai peluang yang
besar untuk menjadi komoditas ekspor unggulan Indonesia, namun
diperlukan dukungan promosi yang memadai.


PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang

Pengembangan pisang kelompok Cavendish baik untuk kebutuhan


pasar dalam negeri dan internasional dilaksanakan melalui
pengembangan kebun-kebun pisang yang dikelola secara intensif di
beberapa propinsi sentra produksi pisang di Indonesia yang telah ada
(Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Bali, Nusa Tenggara
Barat dan Sulawesi Selatan) dan untuk sentra baru di Maluku (pulau
Seram), Papua dan Riau. Di kedua pulau ini penyakit layu Fusarium
belum endemis. Pengembangan kebun-kebun pisang ini dapat
dilaksanakan oleh pihak swasta dalam dan luar negeri.
Kultivar yang dikembangkan harus mempunyai sifat toleran
terhadap serangan penyakit layu Fusarium. Selama 10 tahun terakhir
volume tertinggi ekspor pisang dicapai pada tahun 1996 sebanyak
100.000 ton. Setelah itu ekspor terus menurun akibat serangan
penyakit layu Fusarium. Impor pisang tertinggi terjadi pada tahun 2004
sebanyak 400 ton. Kebutuhan ekspor dan substitusi impor pisang
Cavendish selama lima tahun ke depan diproyeksikan lebih dari
100.000 ton.
Tabel 4. Posisi Indonesia di antara beberapa negara penghasil pisang dunia,
tahun 2003
Produksi Volume ekspor Nilai ekspor
No Negara
(ton) (ton) (US $)
1 India 16.820.000 10.877 2.517.000
2 Brazil 6.774.980 240.394 91.755.000
3 China 6.126.061 53.019 26.362.000
4 Ecuador 5.882.600 4.664.814 1.084.169.000
5 Philippines 5.500.000 1.828.220 333.000.000
6 Indonesia 4.311.959 27 8.000
7 Caribbean 1.916.556 220.771 30.013.000
8 Thailand 1.800.000 6.338 1.776.000
9 Colombia 1.510.940 1.424.819 389.648.000
10 Vietnam 1.221.300 81.429 3.855.000
11 Malaysia 500.000 24.478 6.512.000
Sumber: FAOSTAT, 2005


PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang

B. Potensi Lahan Menurut Propinsi


Tanaman pisang di Indonesia dapat beradaptasi dan tumbuh baik
pada berbagai tipe iklim, dataran rendah hingga dataran tinggi. Di
Indonesia tersedia lebih dari 3 juta ha lahan dapat ditemukan di
Kalimantan dan Papua, sedangkan lahan dengan potensi yang sama
seluas lebih dari 1 juta ha ditemukan di 5 propinsi di Riau, Sumatera
Utara, Sumatera Selatan, Bangka Belitung dan Sulawesi Selatan serta
beberapa daerah di propinsi lainnya seperti terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Luas lahan di beberapa propinsi yang berpotensi untuk areal
penanaman pisang
Luas lahan Luas lahan
No. Propinsi No. Propinsi
(ha) (ha)
1. Riau 1.584.667 7. Kalimantan Selatan 293.569
2. Sumatera utara 554.670 8. Kalimantan Timur 5.168.321
3. Sumatera Selatan 455.656 9. Sulawesi Selatan 355.035
4. Bangka Belitung 433.520 10. Maluku 1.332.796
5. Kalimantan Barat 1.773.801 11. Maluku Utara 1.644.053
6. Kalimantan Tengah 2.226.188 12. Papua 9.943.353
Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat (2000)

C. Arah Pengembangan
Perluasan areal penanaman pisang ditujukan untuk pemenuhan
domestik dan ekspor. Areal pengembangan pisang didasarkan pada
jenis pisang yang diusahakan, yaitu pisang segar dan olahan. Pisang
untuk konsumsi segar dikembangkan di propinsi Maluku (1.500 ha.),
Papua (3.000 ha.) dan Riau (1.500 ha), sedangkan untuk keperluan
olahan, dikembangkan di Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan
Kalimantan Tengah dengan luas total 2.500 ha. (Tabel 6).
Areal pengembangan pisang untuk pemenuhan kebutuhan pisang
olah dilaksanakan di Kalimantan. Hal ini karena di daerah tersebut telah
tumbuh dan dikenal secara luas varietas yang akan ditanam, sehingga
diharapkan tidak menjumpai kesulitan dalam pelaksanaan di lapang. Di
Kalimantan Timur, pengembangan areal pisang dengan cara
memperluas areal yang telah ada, yaitu di Kabupaten Kutai dan
Kabupaten Pasir. Sedangkan di Kalimantan Selatan lebih diarahkan ke

10
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang

Kabupaten Banjar dan untuk Kalimantan Tengah diarahkan ke


kabupaten Pulang Pisau.
Tabel 6. Arahan pengembangan baru kebun pisang 2005 - 2010

Jenis Perluasan per tahun (ha.)


No. Propinsi Luas (ha.)
pisang 2005 2006 2007 2008 2009 2010
1. Kalimantan Selatan Olahan 100 100 100 150 150 150 750
2. Kalimantan Timur Olahan 100 100 100 150 150 150 750
3. Kalimantan Tengah Olahan 100 100 200 200 200 200 1.000
3. Maluku Segar 100 100 250 250 400 400 1.500
4. Papua Segar 150 150 250 750 850 850 3.000
5. Riau Segar 100 100 250 250 400 400 1.500
Luas (ha.) 650 650 1.150 1.750 2.150 2.150 8.500

Produksi (ton)* 9.750 9.750 17.250 26.250 32.250 32.250 127.500

Keterangan: * Asumsi bahwa produktivitas = 15 ton/ha.


Sarana transportasi darat di Papua masih sangat terbatas karena
kebanyakan topografi daerah berupa pegunungan. Oleh karena itu
pengembangan wilayah penanaman pisang segar lebih diprioritaskan
pada daerah yang sudah mempunyai sarana transportasi darat yang
cukup memadai, yaitu Kabupaten Merauke dan Sorong.
Pengembangan pertanaman pisang di Maluku diarahkan ke Pulau
Seram. Di propinsi Riau yang dulu pernah ditanami pisang untuk ekspor
oleh investor asing, bisa dikembangkan lagi seluas 1.500 ha. Peta
rencana pengembangan pisang tahun 2005-2010 ditampilkan pada
Gambar 1. Untuk pengembangan selanjutnya (2011-2025) selain di
keenam propinsi tersebut juga diperluas lagi ke Sumatera Selatan,
Sumatera Utara, Bangka Belitung, Kalimantan Barat dan Sulawesi
Selatan.
Pengembangan usaha pengolahan pisang ini akan dapat
memberikan berbagai keuntungan, antara lain: (1) meningkatkan nilai
tambah yang lebih tinggi dibandingkan dalam bentuk segar, (2)
meningkatkan pendapatan petani, (3) meningkatkan umur penyimpanan
sehingga mengurangi kerusakan dan kerugian, (4) mengubah dalam
bentuk produk awet, sehingga dapat memiliki stok yang besar dalam
memperkuat posisi tawar menawar, (5) menyelamatkan dan
memanfaatkan hasil panen dalam penganekaragaman jenis pangan,

11
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang

dan (6) memberikan keuntungan yang lebih tinggi untuk bersaing di


pasar dalam negeri dan juga luar negeri.
Untuk memperkuat uraian di atas dan memberikan gambaran bagi
yang berminat investasi di bawah disajikan Tabel 7 tentang produk
olahan, varietas pisang yang digunakan dan besarnya persentase
rendemen serta nilai tambah. Untuk mendapatkan gambaran lebih rinci dari
pemanfaatan bagian-bagian tanaman pisang dengan aneka ragam produk
dan teknologi prosesnya disajikan Pohon Industri pisang pada Gambar 2.
Tabel 7. Perkiraan nilai tambah beberapa bentuk pengolahan pisang
Rendemen
Produk Olahan Varietas yang digunakan Nilai Tambah
(%)
Ambon Hijau & Kuning, Kepok
Kripik + 20 100-150
Kuning & Putih, Cavendish, dll
Ledre Raja Bulu 17-20 200-250
Ambon, Kepok Kuning, Lampung,
Sale 12-17 100-150
Mas, Uli, dll
Getuk Nangka 20-30 50-100
Jus Raja Bulu 50-60 350-500
Tepung Siem, Nangka, Kepok 29-32 350-450
Tepung MPASI Ambon 9-11,5 600-650
Puree Ambon, Cavendish & Raja Bulu 20-30 150-200
Jam Ambon, Cavendish & Raja Bulu 70-75 200-250

12
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang

Gambar 1. Daerah pengembangan pisang tahun 2005 – 2010

13
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang

Gambar 2. Pohon industri pisang

14
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang

IV. TUJUAN DAN SASARAN PENGEMBANGAN PISANG

A. Tujuan
Untuk dapat memenuhi permintaan pasar dalam negeri dan pasar
internasional baik segar maupun olahan disertai peningkatan mutu dan
kontinyuitas pasokan.
B. Sasaran
1. Peningkatan mutu produksi dan konsumsi dalam negeri
Tingkat konsumsi dari tahun 2005 sampai 2010 diperkirakan
akan meningkat dari 14,8-20 kg/kapita/tahun. Berdasarkan proyeksi
peningkatan jumlah penduduk dari 220-230 juta diperkirakan
kebutuhan konsumsi segar dalam negeri akan mencapai 3,3 – 4,6 juta
ton. Kebutuhan konsumsi segar sudah dapat dipenuhi oleh total
produksi pisang nasional tahun 2004. Artinya kebutuhan konsumsi
segar dalam negeri sudah dapat dipenuhi dari luas panen dan produksi
dari sentra-sentra produksi yang telah ada. Masalahnya hanya terletak
pada rendahnya mutu produk. Oleh karena itu program pengembangan
ke depan difokuskan pada peningkatan mutu produksi di daerah sentra
yang telah ada (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Lampung, Sulawesi Selatan). Peningkatan konsumsi
dapat dilakukan dengan promosi tentang pentingnya nilai gizi pisang
sebagai sumber karbohidrat.
2. Peningkatan ekspor
Ekspor pisang yang dimaksud bukan hanya ekspor pisang segar
saja, tetapi juga ekspor olahan pisang, seperti tepung, puree dan jam,
dan tidak menutup kemungkinan ekspor olahan hasil industri keluarga
dan menengah. Untuk kebutuhan ekspor, strandar produk harus
mengacu pada standar mutu dari negara pengimpor dan dalam proses
produksinya diterapkan aturan-aturan GAP maupun SPO baik SPO untuk
sistem skala kecil maupun skala besar. Untuk memenuhi kebutuhan
buah dan produk olahan pisang untuk ekspor pada tahun 2010
diperkirakan memerlukan areal penanaman sekitar 5.000-6.000 ha.

15
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang

3. Peningkatan industri olahan


Pada saat ini industri pengolahan pisang masih terkonsentrasi pada
daerah-daerah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung dan
Kalimantan Selatan dengan produk olahan kripik dan pisang sale, yang
pada umumnya masih berskala menengah. Sasaran kebutuhan bahan
baku untuk keperluan industri pengolahan pisang diperkirakan sebanyak
30.000 ton pada tahun 2010. Jumlah kebutuhan ini dapat dipenuhi dari
areal pertanaman seluas 1.500 ha di sentra produksi yang telah ada
misalnya di propinsi Sumatera Barat, Lampung, Jawa Timur, Kalimantan
Selatan dan Kalimantan Timur.
Industri pengolahan pisang berskala besar lebih diarahkan pada
industri tepung, puree dan jam, karena untuk membuat produk-produk
tersebut diperlukan peralatan khusus yang cukup mahal. Kebutuhan
bahan baku diperkirakan mencapai 60.000 ton per tahun. Dengan
asumsi fokus pengembangan areal tanam varietas pisang olahan di
Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur dan saat
ini luas panennya total 1.000 ha (banyak yang terserang penyakit darah),
maka masih diperlukan pengembangan areal pertanaman baru dan
peremajaan pertanaman lama sekitar 3.500 ha.
4. Perbenihan
Pengembangan kebun seluas 6.000 ha untuk memenuhi
kebutuhan pasar ekspor dan 2.500 ha untuk industri membutuhkan
benih kultivar kelompok Cavendish dan non Cavendish sedikitnya 10
juta tanaman. Kebutuhan benih tersebut diharapkan dapat membuka
peluang investasi usaha agribisnis benih oleh pihak swasta. Benih
sumber kultivar unggul dapat disediakan oleh institusi penelitian.

16
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang

V. STRATEGI, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

A. Strategi dan Kebijakan


Agar program pengembangan pisang dapat berjalan dengan baik,
maka perlu disusun suatu roadmap. Program pengembangan pisang
diawali dengan penentuan varietas pisang yang akan ditanam. Varietas
sangat menentukan kuantitas dan kualitas produksi serta selera
konsumen, oleh karena itu pemilihan varietas yang unggul dan disukai
konsumen adalah hal pertama yang harus dilakukan sebelum memulai
suatu usahatani pisang.
Varietas yang akan ditanam selain itu harus juga disesuaikan
dengan hasil pewilayahan daerah sentra, karena suatu varietas akan
diterima oleh masyarakat apabila varietas tersebut sudah dikenal. Pada
pemilihan varietas ini sudah diterapkan sistem kendali mutu agar varietas
yang ditanam mempunyai tingkat kemurnian yang tinggi. Selanjutnya
varietas yang dipilih diperbanyakan agar didapatkan benih yang cukup
sesuai dengan kebutuhan. Agar kualitas benih yang dihasilkan bagus,
maka perlu lakukan pemantauan dengan menerapkan sistem kendali
mutu benih. Penggunaan benih bermutu perlu didiseminasikan agar
pengguna memahami peranan benih bermutu dan sistem distribusi yang
benar terutama distribusi antar wilayah untuk mencegah penyebaran
penyakit utama pisang. Terdapat sistem pengelolaan yang berbeda antara
kebun pisang yang dikelola berskala rakyat (< 5 ha) dengan kebun yang
dikelola perusahaan besar ataupun kebun pisang yang bertujuan sebagai
kebun konservasi. Oleh karena itu informasi sistem pengelolaan harus
didiseminasikan juga.
Untuk meningkatkan posisi tawar petani pisang dalam memasarkan
hasil, maka perlu dikembangkan sistem kelembagaan di tingkat petani
pisang seperti dibentuknya kelompok tani atau asosiasi petani pisang. Hal
ini selain untuk lebih memperkuat petani pisang, juga dapat
mempermudah koordinasi dalam pengadaan sarana produksi seperti
pupuk, pestisida serta akses ke sumber pendanaan. Dalam pengelolaan
kebun pisang baik yang dikelola masyarakat maupun perusahaan harus
merujuk pada prosedur operasional yang standar untuk menghasilkan
produk yang bermutu. Produk pisang yang bermutu apakah pisang segar
ataupun yang sudah berbentuk olahan harus dipromosikan agar dapat

17
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang

diterima oleh konsumen luar negeri dan juga dapat meningkatkan tingkat
konsumsi domestik. Diagram roadmap pengembangan pisang dapat
dilihat pada Gambar 3.
Ada dua strategi utama untuk pengembangan pisang yaitu :
1. Pengembangan usaha agribisnis skala kecil yang berdaya saing; dan
2. Pengembangan usaha agribisnis skala kebun yang berdaya saing.
Untuk itu perlu diciptakan iklim yang kondusif untuk pengembangan
usaha agribisnis pisang yang berdaya saing tinggi melalui penerapan
inovasi teknologi
B. Program
1. Pengembangan varietas unggul
Penggunaan varietas unggul adalah salah satu kunci keberhasilan
usahatani pisang. Varietas unggul yang dimaksud adalah varietas yang
toleran atau tahan terhadap hama dan penyakit penting pisang, mampu
berproduksi tinggi serta mempunyai kualitas buah yang bagus dan disukai
masyarakat luas. Varietas yang dikembangkan disesuaikan dengan
kebutuhan.
Untuk keperluan ekspor menggunakan varietas yang disukai
oleh negara pengimpor seperti Cavendish. Untuk memenuhi kebutuhan
industri pedesaan sebagai bahan baku kripik digunakan pisang Nangka,
Tanduk dan Sepatu Amora (Kepok). Sepatu Amora sebenarnya adalah
jenis Kepok tetapi umumnya tidak berjantung sehingga mampu terhindar
dari penyebaran penyakit layu bakteri yang umumnya secara alami
menyerang Kepok. Keragaan pisang Sepatu Amora tanpa jantung tampak
pada Gambar 4. Selain itu pada saat ini pisang Kepok menghadapi
masalah serius di beberapa daerah Indonesia yaitu serangan penyakit
darah. Oleh karena itu alternatif varietas lain selain pisang Sepatu Amora
yang dapat digunakan sebagai pengganti pisang Kepok adalah pisang
Ketan. Varietas ini mempunyai tekstur keras seperti layaknya pisang olah
serta toleran terhadap penyakit darah di lapangan. Sedangkan untuk
menunjang keperluan industri obat tradisional, diperlukan varietas
trendsetter yang kaya akan kandungan -karotine seperti pisang Tongkat
Langit (Gambar 5) dan beberapa varietas yang mempunyai warna daging
kuning-oranye. Sementara itu perbaikan varietas terus dilaksanakan untuk
menghasilkan varietas yang lebih toleran atau tahan terhadap penyakit
utama pisang seperti layu Fusarium serta mempunyai kuantitas dan
kualitas produksi yang lebih baik.

18
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang

Gambar 3. Roadmap pengembangan pisang tahun 2005-2010

19
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang

A B
B
Gambar 4. Keragaan tandan pisang Sepatu Amora (A) dan pisang Ketan (B)

Gambar 5. Pisang Tongkat Langit dari Papua dengan daging buah


berwarna oranye

20
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang

2. Pengembangan teknologi perbanyakan benih berkualitas


Benih merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan
suatu usahatani. Benih berkualitas artinya benih yang true-to-type, bebas
hama dan penyakit dan sehat. Teknologi perbanyakan benih pisang dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu: secara in vitro (kultur jaringan) dan
secara konvensional. Perbanyakan benih secara in vitro memerlukan
modal awal yang cukup besar serta ketrampilan khusus sehingga hanya
mampu dilakukan oleh perusahaan besar yang pada umumnya juga
berperan sebagai pekebun pisang skala besar. Untuk menghindari
terjadinya off-type pada tanaman hasil perbanyakan in vitro, maka
diperlukan Prosedur Operasional Standar (POS) sistem perbanyakan ini.
Perbanyakan benih secara konvensional adalah dengan cara
mengembangkan teknologi perbanyakan yang telah ada untuk
menghasilkan benih sehat dalam waktu yang relatif lebih cepat tetapi
mudah dilakukan oleh petani. Sistem perbanyakan konvensional ini
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan benih skala pekarangan dan skala kecil (<
5 ha).

3. Pemberdayaan pertanian rakyat


Kebanyakan petani kita berusahatani pisang dengan sistem
pekarangan dan skala kecil. Sistem ini terbukti sangat menolong
kesejahteraan petani karena tidak tergantung pada satu komoditas saja,
disamping itu ekologi pekarangan dapat terjaga dengan baik dengan
adanya multi-komoditas. Meskipun demikian untuk menunjang
agroindustri pedesaan, perlu diseragamkan penggunaan varietas pisang
yang ditanam, karena pada umumnya sistem pekarangan menggunakan
varietas yang bermacam-macam baik antar petani maupun dalam kebun
petani itu sendiri. Agar hasil produksi pisang sistem pekarangan dapat
berproduksi optimal, maka diperlukan GAP maupun SPO khusus untuk
sistem pekarangan ini, karena sampai sekarang aturan-aturan tersebut
belum ada.

4. Pemberdayaan pertanian skala besar


Produsen buah pisang berskala komersial tidak berani mengambil
resiko untuk menggunakan varietas yang belum tentu disukai oleh
masyarakat apalagi untuk ekspor. Untuk keperluan ekspor varietas yang
diterima pasar adalah Cavendish, sedangkan untuk keperluan industri

21
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang

tepung digunakan Sepatu Amora. Untuk industri obat tradisional dengan


memanfaatkan -karotine digunakan varietas Tongkat Langit.

5. Konservasi lahan kritis


Lahan kritis di Indonesia cukup luas. Luasan lahan kritis akan
semakin bertambah apabila tidak dilakukan usaha konservasi, tanaman
pisang mempunyai potensi untuk reklamasi, terutama karena perakaran
yang rapat, batangnya sukulen dan menahan air. Meskipun lahan kritis
pada awalnya mempunyai daya dukung terhadap pertumbuhan yang
berada di bawah rata-rata, dengan program pemupukan yang baik
produktivitas buah masih menguntungkan bagi masyarakat sekitarnya
apabila dimanfaatkan secara optimal. Varietas yang dipilih adalah yang
daya adaptasinya cukup bagus dan mampu menunjang industri pedesaan,
yaitu Kepok atau Sepatu Amora yang sesuai untuk pisang olah, yaitu kripik
pisang.
Indonesia selain kaya akan keragaman hayati juga kaya akan hasil
tambang. Lahan-lahan bekas penambangan, seperti tambang batu bara,
harus direklamasi (Gambar 6). Untuk memperbaiki agroekosistem
diperlukan tanaman pioneer yang mampu bertahan pada kondisi yang
kurang menguntungkan tersebut. Tanaman pisang adalah salah satu
tanaman yang mempunyai daya adaptasi yang cukup bagus untuk tujuan
tersebut, disamping merupakan komoditi yang mampu mendatangkan
hasil buahnya. Varietas yang dipakai adalah yang mempunyai daya
adaptasi yang cukup luas yaitu Kepok atau Sepatu Amora.

Gambar 6. Lahan bekas tambang batubara yang perlu direklamasi

22
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang

6. Pengembangan sentra produksi dan pewilayahan komoditas pisang


Pengembangan lebih dikonsentrasikan untuk memperbaiki sentra-
sentra yang telah ada seperti Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali,
NTB, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat.
Perbaikan-perbaikan lebih dititik-beratkan pada peningkatan produktivitas,
mutu dan kontinyuitas pasokan serta pemasaran melaui upaya penerapan
teknologi inovatif, penerapan kaidah budidaya yang baik dan benar
(berdasarkan POS yang ada), penguatan kelembagaan di tingkat petani,
penyediaan sarana dan prasarana kebun dan penyaluran hasil,
dukungan pemerintah dalam penyaluran kredit usaha dan perbaikan
sarana penyaluran hasil ke pasar.
Penentuan dan penetapan wilayah pisang bertujuan untuk
mengembangkan secara komersial daerah sentra baru pisang yang
mempunyai potensi yang tinggi tetapi belum sepenuhnya dimanfaatkan
secara optimal. Potensi lahan yang bisa dioptimalkan pemanfaatannya
lebih dari 4 juta hektar yang tersebar di Kalimantan, Sulawesi, Riau,
Maluku dan Papua.

7. Diseminasi inovasi teknologi


Diseminasi hasil pengkajian dan penerapan teknologi pengelolaan
kebun pisang sehat berupa review hasil, temu lapang, lokakarya dan
seminar. Kegiatan ini didukung oleh instansi dan lembaga yang ada di
daerah setempat. Pelaksanaan temu lapang merupakan wahana
komunikasi langsung antara pelaku/pengguna teknologi dalam hal ini
petani dengan penghasil teknologi atau petugas lapang yang dilakukan
secara periodik sesuai dengan tingkat perkembangan pertanaman yang
ada, karena dari sinilah proses komunikasi yang terjadi bukan hanya
antar penyampai dan pengguna teknologi, tetapi juga dengan obyek
teknologi, yaitu tanaman itu sendiri. Selain temu lapang juga
dilaksanakan lokakarya yang diikuti oleh para pelaku agribisnis,
penghasil teknologi dan pengambil kebijakan, yang bertujuan untuk
mengevaluasi keberhasilan dan hambatan proses alih teknologi
sehingga akan bermanfaat bagi pengguna. Dalam proses diseminasi
dikemukakan teknologi-teknologi inovatif baik berupa forum diskusi atau
training tentang agribisnis pisang.

23
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang

8. Penerapan sistem kendali mutu


Dengan memperhatikan syarat-syarat produk hortikultura yang
akan diterima pasar global, maka sistem kendali mutu lebih ditekankan
pada norma-norma budidaya yang baik dan benar (Good Agriculture
Practises – GAP), penerapan pengelolaan hama terpadu (Integrated Pest
Management – IPM) yang ramah lingkungan serta jaminan mutu (quality
assurance system) yang mengacu pada prinsip Hazard Analysis Critical
Control Point (HACCP). Penerapan sistem tersebut tentunya berdasarkan
pada sistem pengusahaan apakah sistem pekarangan atau sistem skala
luas (monokultur) yang memang berbeda.
9. Pengembangan kelembagaan petani
Kelembagaan petani merupakan titik strategis dalam usaha
pengembangan kawasan yang perlu mendapat prioritas untuk
meningkatkan profesionalisme dan posisi tawar petani. Fokus dari
kelembagaan petani adalah pada manajemen produksi, kebutuhan
sarana produksi, permodalan dan industri pengolahan. Bentuk
kelembagaan kelompok tani, paguyuban, asosiasi atau koperasi, dan
lain-lain. Dalam aspek pemasaran kelembagaan petani dapat
melaksanakan secara mandiri atau melalui kerjasama dengan pihak
swasta/pengusaha kebun.
10. Pengembangan sistem distribusi benih
Dengan mewabahnya penyakit utama pisang yaitu layu Fusarium
dan bakteri, maka perlu adanya dukungan pemerintah mengenai
peraturan distribusi benih pisang untuk mencegah meluasnya penyakit
tersebut. Hal ini juga dituntut adanya kerjasama antara pemerintah dan
partisipasi pelaku agribisnis dalam penerapannya di lapang. Tanpa
adanya kerjasama dari pihak-pihak terkait, penyebaran penyakit tersebut
tidak akan terbendung lagi.
11. Promosi
Untuk lebih memasyarakatkan dan meningkatkan konsumsi
pisang perlu dilakukan promosi berupa kampanye makan buah pisang
dengan menonjolkan keunggulan-keunggulan pisang berupa kandungan
karbohidrat, tinggi kalori tetapi rendah lemak sehingga baik untuk
makanan diet, kandungan vitamin dan mineralnya yang baik untuk
kesehatan, kebugaran, kecantikan dan menghambat penuaan jaringan
tubuh. Promosi diselenggarakan baik di dalam maupun di luar negeri.

24
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang

VI. KEBUTUHAN INVESTASI

Berdasarkan luas areal pengembangan (ekstensifikasi) kebun


pisang skala perusahaan baik itu untuk pisang segar maupun pisang
olah akan membuka peluang usaha agribisnis hulu yaitu industri benih.
Produksi benih pisang yang dimaksud adalah benih hasil perbanyakan
kultur jaringan. Kebutuhan investasi produksi benih pisang untuk
ekstensifikasi tahun 2005 sampai 2010 ditampilkan pada Tabel 8.
Berdasarkan luas areal pertanaman pisang yang ada dan yang
direncanakan menjadi areal pengembangan, baik untuk skala rakyat
maupun skala perusahaan, dapat diperkirakan kebutuhan investasi
kebun pisang mulai dari tahun 2005 sampai 2010 seperti ditampilkan
pada Tabel 9 dan Tabel 10.
Tabel 8. Kebutuhan investasi produksi benih secara konvensional dan kultur jaringan
untuk ekstensifikasi kebun pisang tahun 2005-2010
Luas (ha.) Perbanyakan Perbanyakan
No Tahun Jumlah benih konvensional kuljar.
segar olah total (Rp juta) (Rp juta)
1 2005 350 300 650 715.000 198,0 797,80
2 2006 350 300 650 715.000 - -
3 2007 750 400 1.150 1.265.000 99,0 -
4 2008 1.250 500 1.750 2.640.000a) 335,9 111,84
5 2009 1.650 500 2.150 3.080.000b) 64,1 -
6 2010 1.650 500 2.150 3.630.000c) 60,0 58,67
Jumlah 6.000 2.500 8.500 12.045.000 757,0 968,31

Catatan : Jumlah tanaman 1100/ha.


a. Kebutuhan benih untuk 2008 seluas 1750 ha ditambah 650 ha (2005)
yang sudah dibongkar.
b. Kebutuhan benih untuk 2009 seluas 2150 ha ditambah 650 ha (2006)
yang sudah dibongkar.
c. Kebutuhan benih untuk 2010 seluas 2150 ha ditambah 1150 ha (2007)
yang sudah dibongkar.

Intensifikasi dilakukan pada daerah yang telah menjadi sentra


produksi pisang bertujuan untuk menjaga mutu dan kontinyuitas produk,

25
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang

yaitu seluas 1.500 ha. Sedangkan ekstensifikasi seluas 6.000 ha


bertujuan untuk memasok kebutuhan ekspor.
Untuk keperluan industri pengolahan pisang, diperlukan areal
penanaman seluas 6.000 ha pada tahun 2010, dimana 2.500 ha masih
terhindar dari penyakit darah dan masih belum dikelola secara intensif.
Sedangkan 3.500 ha dilakukan pembukaan lahan baru dan rehabilitasi
pertanaman lama di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan
Kalimantan Timur.

Tabel 9. Kebutuhan investasi intensifikasi dan ekstensifikasi kebun pisang segar


tahun 2005-2010
Intensifikasi (Rakyat) Ekstensifikasi (Swasta) Total
Tahun
Ha Rp miliar ha Rp miliar Rp miliar
2005 250 0,688 350 9,31 9,998
2006 250 0,688 350 9,31 9,998
2007 250 0,688 750 19,92 20,608
2008 250 0,688 1.000 26,56 27,248
2009 250 0,688 1.250 33,20 33,888
2010 250 0,688 1.250 33,20 33,888
TOTAL 1.500 4,128 6.000 131,5 135,628

Tabel 10. Kebutuhan investasi industri pengolahan pisang,


tahun 2005 - 2010
Bahan Baku (Buah) Produk Olahan*)
Tahun Investasi
Luas (ha) Volume (ton) Volume (ton)
(Rp miliar)
2005 500 10.000 1.800 1,50
2006 500 10.000 1.800 1,50
2007 750 15.000 2.700 2,25
2008 750 15.000 2.700 2,25
2009 1.000 20.000 3.600 3,00
2010 1.000 20.000 3.600 3,00
TOTAL 6.000 90.000 16.200 13,50
Catatan: *) Keripik

26
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang

Tabel 11 Perkiraan kebutuhan investasi pisang segar dan produk olahan (2005-
2010)
Rumah tangga/ Total
Bidang Perusahaan Pemerintah
Komunitas (Rp miliar)

1. Usaha pertanian
primer
a. Lahan 0,5-5 Ha > 1000 Ha Perijinan
b. Alsintan Tradisional Penggunaan
alat/mesin
pengolahan tanah
c. Bangunan Kantor, gudang Perijinan
saprodi, alsintan
d. Modal kerja Modal Kredit bank Persyaratan
sendiri/kredit kredit
bank
Total Rp. 4,128 miliar Rp. 119,52 miliar 123,648
1. Usaha jasa
alsintan
 Pompa Pesticide
application
 Pengolahan Tradisional Alat mekanisasi
lahan berat
2. Usaha perbenihan Anakan Kultur jaringan
tradisional
3. Usaha pasca Pencucian,
panen grading, packing
4. Usaha pengolahan Industri skala Mesin olah
kel/kol. tani kapasitas besar
5. Usaha pemasaran
/ distribusi
a. Gudang Gudang Penampungan
pemasakan sementara
b. Transportasi Mobil angkutan Pengembangan
jalan
c. Peralatan
d. Modal kerja Modal Kredit bank Persyaratan
sendiri/kredit kredit
bank
Total Rp 13,5 miliar 13,5

27
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang

VII. DUKUNGAN KEBIJAKAN

Untuk pengembangan agribisnis pisang di Indonesia diperlukan


iklim yang kondusif, sehingga diperlukan dukungan kebijakan
pemerintah yang melibatkan integrasi antara pemerintah daerah dengan
departemen terkait, seperti departemen pertanian, perindustrian dan
perdagangan, perhubungan, dan lainnya. Kebijakan-kebijakan
tersebut antara lain:
1. Kebijakan pembatasan impor buah pisang melalui persyaratan yang
cukup ketat, sehingga akan mengurangi persaingan harga dengan
produk luar negeri dan meningkatkan motivasi investor lokal untuk
beragribisnis pisang.
2. Kebijakan yang mengharuskan pasar-pasar swalayan untuk
menampilkan buah pisang lokal yang bermutu mendampingi pisang
impor.
3. Kebijakan memberikan kemudahan bagi investor dalam pengurusan
perijinan dengan meniadakan biaya (pungutan) yang tidak resmi
sampai tahapan pengelolaan kebun dan transportasi ke pasar.
4. Kebijakan di bidang permodalan dengan cara memudahkan investor
dalam mengakses sumber dana dengan persyaratan bunga yang
lunak.
5. Kebijakan di bidang transportasi, khususnya tarif angkutan udara
yang masih sangat mahal terutama untuk mendukung ekspor buah
pisang ke luar negeri.
6. Kebijakan yang mendukung jaminan keamanan berinvestasi di lokasi
usaha.

28
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang

Tabel 12. Biaya dan pendapatan produksi pisang segar (10 ha)
Harga/sat. Nilai (Rp)
Uraian Vol. Satuan
(Rp) Panen I Panen II Panen III
Sarana Produksi
Benih kultur jaringan 11.000 tan. 3.000 33.000.000 0 0
Pupuk urea 4.000 kg 1.500 6.000.000 6.000.000 6.000.000
Pupuk P 2.000 kg 3.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
Pupuk K 7.000 kg 3.000 21.000.000 21.000.000 21.000.000
Pupuk kandang/kompos 200 m3 60.000 12.000.000 0 0
Kaptan (dolomite) 11.000 kg 500 5.500.000 0 0
Herbisida 20 liter 70.000 1.400.000 1.400.000 1.400.000
Pestisida 1 paket 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000
Plastik 11.000 lembar 800 8.800.000 8.800.000 8.800.000
Bbm 10.000 liter 5.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000
Sub total 145.700.000 95.200.000 95.200.000
Peralatan
Sprayer 2 buah 150.000 300.000 0 0
Blower (sprayer) 1 buah 1.600.000 1.600.000 0 0
Mesin potong rumput 2 buah 1.500.000 3.000.000 0 0
Bambu penopang buah 10.000 unit 10.000 100.000.000 0 0
Cangkul 20 buah 20.000 400.000 0 0
Sabit 20 buah 20.000 400.000 0 0
Parang 20 buah 20.000 400.000 0 0
Dodos 10 buah 30.000 300.000 0 0
Alat pembungkus buah 5 unit 100.000 500.000 0 0
Pompa air 2 buah 2.000.000 4.000.000 0 0
Slang distribusi 4 rol 500.000 2.000.000 0 0
Slang penghisap 2 rol 500.000 1.000.000 0 0
Gerobak dorong 4 buah 300.000 1.200.000 0 0
Angkutan kebun (mobil) 1 buah 70.000.000 70.000.000 0 0
Sub total 185.100.000 0 0
Tenaga Kerja
Lanscaping 1 paket 1.500.000 1.500.000 0 0
Pembersihan lahan 50 hok 25.000 1.250.000 0 0
Ploting 4 hok 25.000 100.000 0 0
Pembuatan lubang tanam 735 hok 25.000 18.375.000 0 0
Penataan kebun 10 paket 250.000 2.500.000 0 0
Pengabilan sample 4 hok 25.000 100.000 0 0
Analisis hara 2 paket 500.000 1.000.000 0 0
Pupuk dasar, pukan, tutup lubang 540 hok 25.000 13.500.000 0 0
Penanaman & pengangkutan bibit 220 hok 25.000 5.500.000 0 0
Pupuk 1 50 hok 25.000 1.250.000 1.250.000 1.250.000
Pupuk 2 60 hok 25.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000
Pupuk 3 70 hok 25.000 1.750.000 1.750.000 1.750.000
Pupuk 4 75 hok 25.000 1.875.000 1.875.000 1.875.000
Pupuk 5 70 hok 25.000 1.750.000 1.750.000 1.750.000
Pengairan 15 kali per siklus 750 hok 25.000 18.750.000 18.750.000 18.750.000
Monitoring 8 kali per siklus 40 hok 50.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000
Tindakan 50 hok 25.000 1.250.000 1.250.000 1.250.000
Penyiangan 8 kali per siklus 240 hok 25.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
Penyemprotan 3 kali per siklus 100 hok 25.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000

29
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang

Tabel 12. (Lanjutan)


Harga/sat. Nilai (Rp)
Uraian Vol. Satuan
(Rp) Panen I Panen II Panen III
Penjarangan anakan 8 kali 50 hok 25.000 1.250.000 1.250.000 1.250.000
Pekerja tetap (upah/bln) 90 500.000 45.000.000 22.500.000 22.500.000
Panen tandan 11.000 tan 500 5.500.000 5.500.000 5.500.000
Pengangkutan ke tempat
60 hok 25.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000
prosesing
Penyisiran 11.000 tandan 200 2.200.000 2.200.000 2.200.000
Pencucian 11.000 tandan 300 3.300.000 3.300.000 3.300.000
Grading & Pengemasan 150 hok 25.000 3.750.000 3.750.000 3.750.000
Sub Total 144.950.000 78.625.000 78.625.000
Sewa Lahan 10.000.000 10.000.000 10.000.000
Sub Total 10.000.000 10.000.000 10.000.000
TOTAL BIAYA 460.750.000 158.825.000 158.825.000
Produksi panen I 300.000 kg 1.500 450.000.000
Produksi panen II 250.000 kg 1.500 375.000.000
Produksi panen III 200.000 kg 1.500 300.000.000
Keuntungan -35.750.000 191.175.000 116.175.000

Catatan:
1) Perencanaan kebun (10 ha) dengan populasi tanaman 1100 tan/ha
2) Produksi panen 1 = 300 ton, panen 2 = 250 ton, panen 3 = 200 ton (luasan 10
ha)

30

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com


Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang

Tabel 13. Biaya dan Pendapatan Produksi Pisang Olah (10 ha)
Harga/sat. Nilai (Rp)
Uraian Vol. Sat.
(Rp) panen I panen II panen III

Sarana Produksi
Bibit kuljar 11000 tan 3.000 33.000.000 0 0
Pupuk urea 4.000 kg 1.500 6.000.000 6.000.000 6.000.000
Pupuk P 2.000 kg 3.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
Pupuk K 7.000 kg 3.000 21.000.000 21.000.000 21.000.000
Pupuk kandang/kompos 200 m3 60.000 12.000.000 0 0
Kaptan (dolomite) 11.000 kg 500 5.500.000 0 0
Herbisida 20 liter 70.000 1.400.000 1.400.000 1.400.000
Pestisida 1 paket 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000
Plastik 11.000 lembar 800 8.800.000 8.800.000 8.800.000
Bbm 10.000 liter 5.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000
Sub total 145.700.000 95.200.000 95.200.000

Peralatan Pendukung
Sprayer 2 buah 150.000 300.000 0 0
Blower (sprayer) 1 buah 1.600.000 1.600.000 0 0
Mesin potong rumput 2 buah 1.500.000 3.000.000 0 0
Bambu penopang buah 10.000 unit 10.000 100.000.000 0 0
Cangkul 20 buah 20.000 400.000 0 0
Sabit 20 buah 20.000 400.000 0 0
Parang 20 buah 20.000 400.000 0 0
Dodos 10 buah 30.000 300.000 0 0
Alat pembungkus buah 5 unit 100.000 500.000 0 0
Pompa air 2 buah 2.000.000 4.000.000 0 0
Slang distribusi 4 rol 500.000 2.000.000 0 0
Slang penghisap 2 rol 500.000 1.000.000 0 0
Gerobak dorong 4 buah 300.000 1.200.000 0 0
Angkutan kebun (mobil) 1 buah 70.000.000 70.000.000 0 0
Sub total 185.100.000 0 0

Tenaga Kerja
Lanscaping 1 paket 1.500.000 1.500.000 0 0
Pembersihan lahan 50 hok 25.000 1.250.000 0 0
Ploting 4 hok 25.000 100.000 0 0
Pembuatan lubang tanam 735 hok 25.000 18.375.000 0 0
Penataan kebun 10 paket 250.000 2.500.000 0 0
Pengabilan sample 4 hok 25.000 100.000 0 0
Analisis hara 2 paket 500.000 1.000.000 0 0
Pupuk dasar, pukan, tutup
540 hok 25.000 13.500.000 0 0
lubang
Penanaman &
220 hok 25.000 5.500.000 0 0
pengangkutan bibit
Pupuk 1 50 hok 25.000 1.250.000 1.250.000 1.250.000
Pupuk 2 60 hok 25.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000

31
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang

Tabel 13. (Lanjutan)


Harga/sat. Nilai (Rp)
Uraian Vol. Sat.
(Rp) panen I panen II panen III
Pupuk 3 70 hok 25.000 1.750.000 1.750.000 1.750.000
Pupuk 4 75 hok 25.000 1.875.000 1.875.000 1.875.000
Pupuk 5 70 hok 25.000 1.750.000 1.750.000 1.750.000
Pengairan 15 kali per siklus 750 hok 25.000 18.750.000 18.750.000 18.750.000
Monitoring 8 kali per siklus 40 hok 50.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000
Tindakan 50 hok 25.000 1.250.000 1.250.000 1.250.000
Penyiangan 8 kali per siklus 240 hok 25.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
Penyemprotan 3 kali per
100 hok 25.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000
siklus
Penjarangan anakan 8 kali 50 hok 25.000 1.250.000 1.250.000 1.250.000
Pekerja tetap (upah/bln) 90 500.000 45.000.000 22.500.000 22.500.000
Panen tandan 11.000 tan 500.000 5.500.000 5.500.000 5.500.000
Pengangkutan ke prosesing 60 hok 25.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000
Sub total 155.700.000 94.375.000 94.375.000

Sewa Lahan 10.000.000 10.000.000 10.000.000


Sub total 10.000.000 10.000.000 10.000.000
Total 476.500.000 174.575.000 174.575.000
Produksi panen I 300.000 kg 1.500 450.000.000
Produksi panen II 250.000 kg 1.500 375.000.000
Produksi panen III 200.000 kg 1.500 300.000.000
Keuntungan -26.500.000 200.425.000 125.425.000
Catatan:
1) Perencanaan kebun (10 ha) dengan populasi tanaman 1100 tan/ha
2) Produksi panen 1 = 300 ton. panen 2 = 250 ton. panen 3 = 200 ton (luasan
10 ha)

32

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com


Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang

Tabel 14. Kebutuhan biaya intensifikasi kebun pisang rakyat (10 ha)
Uraian Volume Satuan Harga/sat (Rp) Nilai (Rp)
Bibit 11.000 tanaman 2.000 22.000.000
Kaptan (dolomite) 11.000 kg 500 5.500.000
Pestisida 1 paket 2.000.000 2.000.000
Pupuk urea 2.000 kg 1.500 3.000.000
Pupuk P 1.000 kg 3.000 3.000.000
Pupuk K 3.500 kg 3.000 10.500.000
Total 46.000.000

Tabel 15. Pendapatan dan biaya produksi keripik pisang kepok


Uraian Volume Satuan Harga/sat (Rp) Nilai (Rp)
Bahan baku*) 255 sisir 3.000 675.000
Bahan tambahan
Minyak goreng 20 kg 7.000 140.000
Garam 1 kg 2.000 2.000
Plastik 1.5 pak 13.000 19.500
Lilin 1 pak 2.500 2.500
Minyak Tanah 15 lt 3.000 75.000
Penyusutan alat 10.000
Tenaga kerja 6 HOK 25.000 150.000

Total Biaya 1.074.000


Biaya per kg keripik 11.933

Pendapatan 90 kg 20.000 1.800.000


Keuntungan 726.000
Kuntungan per kg
8.067
keripik
Catatan:
*) Setara dengan 30 tandan atau 500 kg buah segar

33
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Anda mungkin juga menyukai