BANK INDONESIA
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM
Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id
DAFTAR ISI
1. Pendahuluan................................................................ 2
a. Latar Belakang ...................................................................................................... 2
b. Tujuan ..................................................................................................................... 7
2. Kemitraan Terpadu ........................................................ 9
a. Organisasi .............................................................................................................. 9
b. Pola Kerjasama ................................................................................................... 11
c. Penyiapan Proyek .............................................................................................. 12
d. Mekanisme Proyek ............................................................................................. 13
3. Aspek Pemasaran ......................................................... 16
a. Peluang Pasar ...................................................................................................... 16
b. Analisa Pasar ....................................................................................................... 16
c. Bentuk Pasar........................................................................................................ 16
d. Mekanisme Harga............................................................................................... 17
e. Kesinambungan Pasar ....................................................................................... 18
f. Daerah Pemasaran .............................................................................................. 19
4. Aspek Produksi............................................................ 20
a. Kesesuaian Lahan............................................................................................... 20
b. Pengadaan Bibit .................................................................................................. 21
c. Pembukaan Lahan .............................................................................................. 21
d. Penanaman .......................................................................................................... 22
e. Pemeliharaan ....................................................................................................... 23
f. Hama dan Penyakit ............................................................................................. 25
g. Rencana Produksi ............................................................................................... 27
h. Panen & Pasca Panen ........................................................................................ 27
5. Aspek Keuangan .......................................................... 31
a. Modal Kerja .......................................................................................................... 31
b. Struktur Permodalan ......................................................................................... 32
c. Penjaminan Kredit .............................................................................................. 32
d. Analisa Keuangan ............................................................................................... 33
e. Pendapatan Tambahan ..................................................................................... 34
f. Hasil Analisis Finansial ....................................................................................... 35
6. Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan..................... 37
a. Aspek Sosial Ekonomi ....................................................................................... 37
b. Dampak Lingkungan .......................................................................................... 39
7. Kesimpulan ................................................................ 40
LAMPIRAN .................................................................... 42
a. Latar Belakang
Alternatif kedua apabila produk di ekspor dalam bentuk setengah jadi, maka
pada pengembangannya dapat dikembangkan secara semi modern, dimana
Perusahaan Inti berfungsi sebagai penampung hasil produksi petani, yang
telah mengolah pelepah pisang abaca menjadi serat yang diproses secara
semi-modern (nilai tambah sebagian terbagi pada pihak plasma).
Dalam ketetapan MPR Nomor XVI Tahun 1988 tentang Politik Ekonomi Dalam
Rangka Demokrasi Ekonomi menyatakan bahwa ekonomi nasional di arahkan
untuk menciptakan struktur ekonomi nasional dengan mewujudkan
pengusaha menengah dan kecil yang kuat (jumlah besar) serta terbentuknya
kemitraan yang saling menguntungkan antara pelaku ekonomi dan saling
memperkuat untuk mewujudkan ekonomi dan efisiensi nasional yang
berdaya saing tinggi.
Berkenaan dengan hal ini, koperasi usaha kecil dan menengah sebagai pilar
utama ekonomi nasional harus memperoleh kesempatan utama, dukungan,
perlindungan dan pengembangan seluas-luasnya sebagai wujud nyata
Kasus tersebut merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua
bahwa dengan pengelolaan ekonomi yang kurang trasparan dan kurang
menciptakan tumbuhnya partisipasi rakyat banyak, hanya akan melahirkan
ketimpangan-ketimpangan dalam penguasaan aset nasional oleh grup-grup
bisnis berskala besar, yang telah terbukti sangat rentan terhadap gangguan
lingkungan dunia bisnis yang makin terbukti dan liberal.
Dengan kata lain, rakyat banyak menjadi pemilik, pengelola dan pengguna
utama kekayaan dan aset ekonomi nasional (Tap MPR XVI / 1998, Pasal 5).
Sesuai arahan GBHN dan PERTANIAN dalam arti luas perlu teruas di
kembangkan agar semakin maju dan efisien, dan diarahkan untuk
meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi serta keanekaragaman hasil
pertanian melalui usaha diversifikasi, intensifikasi dan rehabilitasi pertanian
dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memenuhi
kebutuhan pangan dan gizi serta kebutuhan bahan baku industri. Industri
pertanian harus di dorong perkembangannya sehingga mampu
memanfaatkan peluang pasar dalam dan luar negeri, memperluas
kesempatan usaha dan lapangan kerja.
1. Permasalahan
Sekalipun pisang abaca ini mempunyai prospek permintaan yang baik, tetapi
sektor budidaya dalam skala usaha kecil masih menghadapi berbagai
masalah atau kendala. Permasalahan/kendala utama yang dapatt
menyebabkan bisnis usaha kecil budidaya pisang abaca masih sering
menghadapi resiko kegagalan, adalah sebagai berikut :
Faktor lain yang dapat menambah bobot permasalahan yang dihadapi oleh
usaha kecil/petani kecil budidaya pisang abaca yaitu bahwa pada umumnya
mereka tidak mampu memenuhi persyaratan teknis bank, sehingga mereka
selalu menghadapi kesulitan untuk mendapatkan dukungan kredit guna
pengembangan usahanya.
2. Upaya Pemacahan
Upaya yang ditempuh untuk membantu Usaha Kecil (UK) dalam bidang
budidaya pisang abaca agar mampu memanfaatkan peluang dan sekaligus
untuk memecahkan masalah yang dihadapi (kelemahan dalam system)
b. Tujuan
2. Tujuan Khusus :
a. Organisasi
1.Petani Plasma
Sesuai keperluan, petani yang dapat ikut dalam proyek ini bisa terdiri atas
(a) Petani yang akan menggunakan lahan usaha pertaniannya untuk
penanaman dan perkebunan atau usaha kecil lain, (b) Petani /usaha kecil
yang telah memiliki usaha tetapi dalam keadaan yang perlu ditingkatkan
dalam untuk itu memerlukan bantuan modal.
Untuk kelompok (a), kegiatan proyek dimulai dari penyiapan lahan dan
penanaman atau penyiapan usaha, sedangkan untuk kelompok (b), kegiatan
dimulai dari telah adanya kebun atau usaha yang berjalan, dalam batas
masih bisa ditingkatkan produktivitasnya dengan perbaikan pada aspek
usaha.
2. Koperasi
Dalam hal perusahaan inti tidak bisa melakukan pembinaan teknis, kegiatan
pembibingan harus dapat diadakan oleh Koperasi dengan memanfaatkan
bantuan tenaga pihak Dinas Perkebunan atau lainnya yang dikoordinasikan
oleh Koperasi. Apabila koperasi menggunakan tenaga Penyuluh Pertanian
Lapangan (PPL), perlu mendapatkan persetujuan Dinas Perkebunan setempat
dan koperasi memberikan bantuan biaya yang diperlukan.
4. Bank
Dalam pelaksanaanya, Bank harus dapat mengatur cara petani plasma akan
mencairkan kredit dan mempergunakannya untuk keperluan operasional
lapangan, dan bagaimana petani akan membayar angsuran pengembalian
pokok pinjaman beserta bunganya. Untuk ini, bank agar membuat perjanjian
kerjasama dengan pihak perusahaan inti, berdasarkan kesepakatan pihak
petani/kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan memotong uang hasil
penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang disepakati bersama
untuk dibayarkan langsung kepada bank. Besarnya potongan disesuaikan
dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada waktu perjanjian kredit
dibuat oleh pihak petani/Kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan
memotong uang hasil penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang
disepakati bersama untuk dibayarkan langsung kepada Bank. Besarnya
potongan disesuaikan dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada
waktu perjanjian kredit dibuat oleh pihak petani plasma dengan bank.
b. Pola Kerjasama
Dalam bentuk kerjasama seperti ini, pemberian KKPA kepada petani plasma
dilakukan dengan kedudukan koperasi sebagai Executing Agent. Masalah
pembinaan teknis budidaya tanaman/pengelolaan usaha, apabila tidak dapat
dilaksanakan oleh pihak Perusahaan Mitra, akan menjadi tanggung jawab
koperasi.
c. Penyiapan Proyek
Untuk melihat bahwa PKT ini dikembangkan dengan sebaiknya dan dalam
proses kegiatannya nanti memperoleh kelancaran dan keberhasilan, minimal
dapat dilihat dari bagaimana PKT ini disiapkan. Kalau PKT ini akan
mempergunakan KKPA untuk modal usaha plasma, perintisannya dimulai
dari :
d. Mekanisme Proyek
Mekanisme Proyek Kemitraan Terpadu dapat dilihat pada skema berikut ini :
e. Perjanjian Kerjasama
Untuk meresmikan kerja sama kemitraan ini, perlu dikukuhkan dalam suatu
surat perjanjian kerjasama yang dibuat dan ditandatangani oleh pihak-pihak
yang bekerjasama berdasarkan kesepakatan mereka. Dalam perjanjian
kerjasama itu dicantumkan kesepakatan apa yang akan menjadi kewajiban
dan hak dari masing-masing pihak yang menjalin kerja sama kemitraan itu.
Menghadapi situasi dewasa ini, dan untuk menyisiati agar usaha agrobisnis
dapat berkembang, maka langkah yang terbaik adalah melakukan usaha
dengan pola kemitraan Inti-Plasma, karena dengan bergabung dalam
kerjasama kelompok perolehan sarana dan prasarana langsung dari Inti
dapat lebih efisien dan pada gilirannya anggota koperasi memiliki posisi
tawar yang lebih baik.
b. Analisa Pasar
Pasar ekspor dan pasar dalam negeri untuk serat abaca pada saat ini masih
perlu dicermati, karena baik permintaan pasar luar negeri maupun pasar
domestik masih belum jelas, baik statistik harga, maupun kuantitasnya.
c. Bentuk Pasar
1. Captive Market
Bentuk pasar bagi model PKT dimana UK ditempatkan di dalam satu kawasan
proyek, maka bentuk pasarnya adalah pasar yang monopoli (Captive Market
), dimana UB merupakan pembeli tunggal bagi hasil produksi yang dihasilkan
oleh para UK.
2. Kesinambungan Pasar
Bilamana situasi harga pasar enceran ternyata lebih rendah dari pada harga
per unit produksi ditingkat petani terjadi secara berkepanjangan, dan
merupakan faktor penyebab kegagalan proyek, maka menjadi kewajiban UB
untuk kemudian mengambil alih seluruh proyek yang gagal tersebut (buy
back system)
Dengan operasi pasar dan posisi UB sebagai pembeli tunggal seperti tersebut
diatas, dan adanya tanggung jawab Usaha Besar untuk menangani proyek
sampai dengan kondisi yang paling berat sekalipun, akan merupakan
jaminan kesinambungan pasar yang di hasilkan UK, maupun kesinambungan
pengamanan proyeknya.
d. Mekanisme Harga
1. Harga Penjualan
Harga serat pisang abaca yang dijual UK kepada UB, dalam rangka
pelaksanaan PKT merupakan salah satu produk kesepakatan yang paling
penting antara UK dan UB karena harga penjualan di tingkat UK ini yang
akan dipergunakan sebagai harga kesepakatan dan untuk sementara
sebagai harga acuan adalah 2.500.000 per kg (tentalife)
1. Penentuan Harga
Semua hasil produksi petani pisang abaca (anggota Koperasi Primer atau
Kelompok Tani) yang telah berupa serat pisang abaca seluruhnya di jual
mitra usahanya yaitu Perusahaan Inti, dengan standar harga ditentukan
sesuai dengan harga pasar international.
1. Tanah
2. Ketinggian
3. Iklim
Tanaman pisang abaca dapat hidup di daerah tropis sampai sub tropis.
Suhu yang dikehendaki untuk tumbuh dengan normal antara 17oC -
30oC.
4. Curah hujan.
5. Kelerangan
b. Pengadaan Bibit
Bahan tanaman dapat berupa anakan, bonggol utuh atau bonggol yang
dipotong-potong. Sedangkan varietas yang digunakan antara lain varietas
bontolanon, manguindanao, dan tangengong. Ketiga varietas ini berasal dari
Filipina, tetapi telah masuk dan di budidayakan sejak zaman kolonial, dengan
ciri-ciri sebagai mana di uraikan dalam Tabel 1 berikut :
Tabel 1.
Ciri-ciri Varietas Pisang Abaca
Varietas
Ciri-Ciri/Sifat
Bontolan Manguindanao Tangengon
1. Ukuran Batang Pendek - sdg Besar Besar
Dalam MK-PKT ini, pengadaan bibit di lakukan dengan cara modern, yaitu
dengan teknologi kultur jaringan, sehingga tanaman yang dihasilkan dapat
seragam, sehat, bebas dari serangan hama dan penyakit. Bibit ini akan
diambil dari perusahaan pembibitan di Jawa Timur,atau di tempat lain yang
sesuai.
c. Pembukaan Lahan
1. Pembajakan
2. Penggaruan (Harrowing)
d. Penanaman
3. Sistem Tanam
e. Pemeliharaan
Agar tanaman pisang abaca yang telah di tanam dapat tumbuh baik sehingga
produksinya maksimal, maka perlu dipelihara dengan baik. Kegiatan yang
perlu di lakukan adalah pemupukan, pengairan dan drainase, penjarahan
rumpun, pembubunan, pengendalian gulma/penyiangan juga sanitasi kebun,
dengan uraian sebagai berikut :
1. Pemupukan.
a. Pengairan.
o Pertumbuhan pisang abaca membutuhkan air yang cukup.
o Pada kondisi penguapan air yang tinggi dan kemampuan tanah
menahan air rendah maka interval pengairan dapat dilakukan
15 hari sekali. Kandungan air pada batang yang akan di panen
mencapai 90%
b. Air yang diberikan kepada tanaman pisang abaca adalah :
o Air sumur bor yang di bersih dan tidak mengandung lumpur
serta bibit penyakit.
c. Drainase
3. Penjarangan Rumpun.
4. Pembumbunan
5. Pengendalian Gulma/Penyiangan.
Secara umum tanaman pisang abaca relatif tidak pernah terserang hama dan
penyaki. Bahaya yang paling besar terhadap tanaman ini adalah Rawan
kebakaran, sehingga pembersihan pelepah kering dan daun-daun kering
harus secara rutin di lakukan untuk menghindari penyebaran areal
g. Rencana Produksi
Dalam MK-PKT ini, tanaman pisang di rancang dalam 1 Ha, dimana dengan
luasan lahan tersebut jumlah pohon pada tahun pertama adalah sebanyak
660 pohon, tetapi karena pertumbuhan anakan, pada tahun ke-2 dan
seterusnya terjadi peningkatan. Produksi mulai pada tahun kedua setelah
tanam dengan jumlah batang di tebang sebanyak 2241 dan diperhitungkan
naik setiap 2 tahun. Produksi serat setiap batang 1,8 kg dengan harga jual
sekitar Rp.2.500/kg
Tabel 2.
Rincian Mutu Pelepah
Rincian Mutu
Bagian Tengah Jumlah
Warna Jml Serat Kekuatan
Helai
1. Pelepah Bagian Luar 1-3 Hijau - ungu Banyak Kuat
2. Penyeratan
Sedang pengambilan serat dapat di lakukan oleh petani plasma atau oleh
perusahaan inti. Pengambilan serat pisang abaca yang dilakukan oleh petani
plasma dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu secara manual dan
menggunakan dekortikator semi otomatis. Untuk pengambilan serat oleh
perusahaan inti, dilakukan secara lebih modern dalam bentuk suatu pabrik.
Adapun perkerjaan pengambilan serat oleh petani plasma di uraikan sebagai
berikut :
Mesin dikorikator terdiri dari 2 buah drum dengan mata pisau penyerat dari
besi tahan karat. Drum tersebut berputar dengan menggunakan tenaga dari
motor berkekuatan sekitar 100 PK. Kapasitas penyeratan dari suatu mesin ini
adalah sekitar 180 kg serat per jam atau sekitar 6 ton bahan tanaman
segar.>
3. Pasca panen
a. Daun
o Bahan kertas tissue
o Daun pisang abaca di buat pupuk kompos.
b. Batang (pelepah)
o Kertas mata uang (misal Yen, Dollar AS, dll)
o Bahan tekstil
o Gordyn, kain jok
o Tali kapal
o Pembungkus kabel
o Popok bayi
o Pembalut wanita
o Bahan pembungkus (kantung) tea cup
o Disposable napkin(tissue pada toilet)
c. Pelepah dalam
o Pelepah dalam pisang abaca di buat pupuk kompos
a. Modal Kerja
Kebutuhan modal kerja untuk kegiatan penanaman pisang abaca per hektar
adalah dari tahun ke-1 s/d ke- 6 terus meningkat, dengan gambaran untuk
tahun 1 sebagai berikut :
1 Saprodi :
JUMLAH Rp 4.995.000
c. Penjaminan Kredit
Dapat berupa beberapa unsur kelayakan PKT yang di biayai kredit, yakni
proyek pisang abaca yang dibiayai bank.
2 .Jaminan tambahan
UB Sebagai Avalis
Cara ini dapat dilaksanakan seandainya tidak ada sama sekali kemungkinan
kegagalan UK tersebut dapat diganti oleh UK yang lain mungkin memiliki
kemampuan lebih besar dan mampu menjadi UK dalam PKT yang sesuai
dengan yang diinginkan bank.
d. Analisa Keuangan
URAIAN NILAI
NPV 6.603.493
IRR (%) 25,01
Pay Back Period (Bulan) 31
BEP Volume (Kg) 4.743
BEP Harga (Rp/Kg) 11.856.847
e. Pendapatan Tambahan
Pada proyek ini tanaman pisang abaca dapat ditumpang sari dengan kedele.
Sebagai gambaran tanaman kedele dapat memberikan pendapatan
sampingan seperti uraian pada Tabel 5.3.
Harga
Jumlah
Uraian Volume Satuan Satuan
(Rp)
(Rp)
A. Biaya
1.Sarana Produksi 100 Kg 1.200,00 120.000,00
a. Urea 125 Kg 1.600.,00 200.000,00
b. SP-36 100 Kg 2.000.,00 200.000,00
c.KCl - - - 70.000,00
d. Obat-obatan 45 Kg 8.000,00 360.000,00
e. Benih 90 HOK 7.500,00 675.000,00
2. Tenaga Kerja 40 HOK 7.500,00 300.000,00
a. Dalam Keluarga
b. Luar Keluarga
3. Peralatan 1 Gulung 1.500,00 1.500,00
a. Rafia - 75.000,00
b. Penyusutan alat
Analisis ini diharapkan akan dapat menjawab apakah para petani plasma
akan mendapatkan nilaitambah dari proyek dan mampu mengembalikan
kredit yang di berikan oleh bank dalam jangka waktu yang benar.
Perhitungan ini didasarkan pada kelayakan usaha setiap petani yang akan
mengembangkan (ekstensifikasi) kebun pisang abaca seluas 1 ha. Dengan
Skim kredit yang digunakan adalah KKPA dengan bunga 16% per tahun dan
pembayaran angsuran di lakukan pada waktu tanaman petani sudah
menghasilkan, yaitu pada tahun ke 2. Selama tanaman belum
menghasilkan, petani diberikan grace period dan bunga pinjaman adalah
14% per tahun. Parameter teknis untuk perhitungan ini dapat dilihat pada
Lampiran 7. Tabel Perhitungan NPV dan IRR.
a. Proyeksi Laba/Rugi
Asumsi dasar yang digunakan untuk perhitungan laba atau rugi ini adalah
menyangkut dualitas serat pisang abaca yang dijual petani. Kualitas serat
pisang abaca yang dijual petani adalah serat kering dengan kadar air 7 - 8 %
dengan harga jual Rp.2.500/Kg. Produktivitas lahan di asumsikan mengikuti
pola Lampiran 1. Tabel Asumsi. Berdasarkan asumsi tersebut, sejak tanaman
mulai menghasilkan, yaitu tahun pertama sampai analisa tahun ke - 6 pada
tahun ke - 2, petani pisang abaca mendapatkan keuntungan yang cukup
memadai. Jika pada tahun pertama keuntungan tersebut masih negatif,
maka pada tahun berikutnya sudah positif, seiring dengan meningkatnya
produktivitas tanaman (Lampiran 5. Tabel Proyeksi Rugi Laba).
Dengan mengatur seluruh dana pembiayaan dari bank dan adanya grace
period selama 1 tahun, maka masa proyek tidak terjadi defisit. Petani dapat
mengembalikan bungan pinjaman dalam waktu yang ditentukan, yaitu
selama 5 tahun dan mendapatkan keuntungan yang wajar (Lampiran 6.
Tabel Proyeksi Arus Kas) .
Untuk menilai kelayakan proyek ini digunakan kriteria NPV, IRR, B/C, BEP
dan Pay Back period lihat Lampiran 7. Tabel Perhitungan NPV dan IRR. Dari
lampiran tersebut terlihat bahwa IRR proyek adalah sebesar 25,01%, jauh
lebih tinggi dari bunga KKPA sebesar 16%. Dari nilai pay back ratio, proyek
ini akan dapat mengerti secara finansial sangat layak untuk dikembangkan.
Umum
Lokasi yang dipilih untuk penanaman pisang abaca pemilikannya harus jelas
sehingga tidak berbenturan dengan kepentingan instansi lain, atau lembaga
lain dikemudian hari. Peruntukkan lokasi harus jelas dan pasti, sesuai dengan
rencana induk pembangunan daerah setempat. Peruntukkan lahan yang jelas
ini sangat penting untuk menghindari terjadi kerugian yang tidak terduga
sewaktu-waktu.
Transportasi
Lokasi yang dipilih harus dapat dijangkau, agar pengadaan bibit tanaman,
peralatan dan pemasaran hasil produksi dapat berjalan lancar. Sarana
transportasi harus memadai, hal ini penting untuk menekan pengeluaran
biaya yang sangat serta waktu pengangkutan bibit tanaman dan hasil
produksi (serat pisang) dari dan ke lokasi harus se-efisien mungkin.
Tenaga Kerja
Tenaga kerja dalam penanaman pisang abaca ini merupakan faktor yang
sangat penting sejajar dengan faktor-faktor penting lainnya. Bahkan tenaga
kerjalah yang paling menentukan, terutama dalam skala usaha yang besar.
Sedangkan untuk usaha skala kecil, biasanya semua pekerjaan di kerjakan
secara kelompok. Dalam usaha skala besar, diperlukan dua bentuk tenaga
kerja, yaitu tenaga kerja untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan biasa yang
tidak membutuhkan keahlian. Sedangkan tenaga kerja khusus atau ahli
untuk pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan keahlian, seperti survey
lokasi, tata cara penanaman dan lain-lain yang menyangkut dalam hal teknik
budidaya. Tenaga kerja biasa hendaknya direkrut atau didahulukan tenaga
kerja lokal selain mereka tidak membutuhkan biaya transportasi menuju
Keamanan Usaha
Dukungan Pemerintah
a. Aspek Sosial
b. Aspek Pendidikan
b. Dampak Lingkungan