KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Negara-negara Importir Utama Dan Eksportir Utama Pisang Dunia ......... 6
Tabel 2. Negara Importir Utama Buah Pisang Dunia Tahun 2011 ............................. 7
Tabel 13. Biaya Investasi per Hektar Usaha Budidaya Pisang Berdasarkan Sistem
penanaman di Kalimantan Timur .................................................................. 35
Tabel 14. Biaya Operasional per Hektar Usaha Budidaya Pisang Berdasarkan
Sistem Penanaman di Kalimantan Timur....................................................... 37
Tabel 17. Hasil Kriteria Investasi dengan Nilai Pengganti Akibat Penurunan
Penerimaan pada Usaha Budidaya Pisang di Kalimantan Timur.................. 40
iii
Tabel 18. Hasil Kriteria investasi dengan nilai pengganti akibat kenaikan biaya
produksi pada Usaha Budidaya Pisang di Kalimantan Timur..................... 41
Tabel 20. Hasil Kriteria investasi dengan nilai pengganti akibat kenaikan biaya
produksi pada Usaha Budidaya Pisang di Kalimantan Timur..................... 43
iv
DAFTAR GAMBAR
v
Potensi dan Peluang Investasi Serta Permasalahan Komoditi Pisang di Kalimantan Timur
I. PENDAHULUAN
3) Kajian ini diharapkan dapat menjelaskan model dan arah pengembangan serta
pemanfaatan pisang dalam usaha meningkatkan daya saing.
4) Kajian ini diharapkan dapat memberikan usulan kebijakan yang dapat mendukung
pengembangan investasi agribisnis pisang.
5) Disamping itu, kajian ini diharapkan juga dapat memberikan gambaran
peluang dan nilai investasi dalam pengembangan/pemanfaatan pisang, serta
permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan komoditi pisang.
1.3. Kegunaan
Melalui penerbitan buku tentang Kajian Potensi dan Peluang Investasi
Komoditi Pisang di Kalimantan Timur serta Permasalahannya, diharapkan dapat
berguna sebagai:
1) Bahan promosi bagi Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, khususnya Badan
Perijinan dan Penanaman Modal Daerah dalam memberikan informasi peluang
investasi kepada calon investor.
2) Bahan informasi secara jelas dan benar bagi investor mengenai peluang investasi
dan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi di Provinsi
Kalimantan Timur.
Afrika
4% Timur Jauh
15%
Amerika Latin
& Karibia
81%
Uni Eropa
17%
Lainnya
19%
Secara rinci negara-negara importir utama dan eksportir utama buah pisang
dunia tertera pada Tabel 1 sebagai berikut. Kecuali Filipina, seluruh negara
ekspotir utama pisang berada di kawasan Amerika Latin, dan negara importir
utama pada umumnya adalah negara-negara maju yang sudah memahami
manfaatkan kesehatan dari mengkonsumsi buah-buahan dan juga memiliki
kemampuan ekonomi yang tinggi.
Tabel 1.
Negara-negara Importir Utama Dan Eksportir Utama Pisang Dunia.
Tabel 2.
Negara Importir Utama Buah Pisang Dunia Tahun 2011
Produksi Harga Unit Harga
Ranking Area (US $/ton)
(ton) (US $ 1000)
1 Amerika Serikat 4.114.891 1.974.545 480
2 Belgia 1.351.242 1.532.190 1134
3 Jerman 1.233.712 873.434 708
4 Jepang 1.109.068 842.900 760
5 Inggris Raya 979.397 732.720 748
6 Federasi Rusia 1.068.179 703.536 659
7 Itali 658.391 494.719 751
8 Francis 549.809 414.634 754
9 Iran 661.390 392.402 593
10 Kanada 495.939 353.877 714
11 Cina 665.230 246.819 371
12 Republik Korea 337.910 210.269 622
13 Polandia 245.476 198.150 807
14 Swedia 183.496 178.738 974
15 Saudi Arabia 307.420 176.394 574
16 Belanda 222.327 161.689 727
17 Austria 126.151 127.936 1014
18 Ukraina 151.899 116.162 765
19 Argentina 351.094 114.365 326
20 Republik Cheko 161.505 106.319 658
Jumlah 14.974.526 9.951.798 706,95*
Sumber: Statistik FOA (2013), * = nilai rata-rata
Berdasarkan data produksi (Tabel 3) dan impor (Tabel 2), kondisinya tidak
menggambarkan keadaan yang sesungguhnya tentang permintaan dan penawaran
dalam pemasaran buah pisang di pasar dunia. Karena pemenuhan permintaan
buah pisang untuk negara importir tersebut relatif sulit dilakukan oleh negara
produsen, terutama bilamana dikaitkan dengan tuntutan kualitas produk.
Negara-negara importir menginginkan produk dengan kualitas yang tinggi dan
suplai yang kontinyu. Tuntutan kualitas demikian tidak mungkin dipenuhi oleh
buah pisang hasil budidaya tradisional. Seperti kegiatan budidaya tanaman
pisang di Kaltim yang masih bersifat tradisional, dan menghadapi kendala yang
relatif berat untuk menghasilkan produk buah pisang yang berkualitas tinggi,
terutama yang berkaitan dengan kondisi cuaca dan gangguan hama atau penyakit
tanaman. Suplai untuk kebutuhan buah pisang ke negara-negara importir pada
umumnya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan komersial, yang melakukan
sistem budidaya tanaman pisang secara intensif.
Tabel 3.
Negara Produsen Buah Pisang Dunia Tahun 2011
Harga Produksi Unit Harga
Ranking Area Produksi (Ton)
(US $ 1000) (%) ($/ton)
1 India 29.667.000 8.355.146 30,9 282
2 Cina 10.705.740 3.015.068 11,2 282
3 Filipina 9.165.040 2.323.043 9,5 253
4 Ekuador 7.427.780 2.091.893 7,7 282
5 Brazil 7.329.470 2.064.205 7,6 282
6 Indonesia 6.132.700 1.727.158 6,4 282
7 Tanzania 3.143.840 885.402 3,3 282
8 Angola 2.646.070 745.215 2,8 282
9 Guatemala 2.680.390 726.717 2,8 271
10 Meksiko 2.138.690 602.321 2,2 282
11 Thailan 2.036.430 573.521 2,1 282
12 Kolombia 2.136.110 541.308 2,2 253
13 Kosta Rica 1.937.120 531.471 2,0 274
14 Burundi 1.848.730 520.659 1,9 282
15 Vietnam 1.523.430 429.045 1,6 282
16 Kamerun 1.376.000 387.524 1,4 282
17 Kenya 1.197.990 337.391 1,2 282
18 Mesir 1.054.240 296.906 1,1 282
19 Papua Nugini 1.000.000 253.467 1,0 253
20 Rev. Dominika 829.827 233.705 0,9 282
Jumlah 106.541.709 95.976.597
Sumber: Statistik FOA, 2013
terbatas, hanya sekitar 15% dari jumlah produk buah pisang yang dihasilkan oleh
Rp.100 triliun (Tabel 2 dan 3). Negara importir utama memerlukan yang suplai
lebih dari 100 ribu ton buah pisang per tahun (Tabel 2), dan yang menduduki
ranking pertama adalah Amerika Serikat dengan volume impor mencapai > 4 juta
ton per tahun. Harga jual buah pisang atau nilai pembelian oleh importir sangat
bervariasi, berkisar antara US $ 236 per ton (di Argentina) hingga US $ 1.134 per
ton (di Belgia) dengan rata-rata mencapai US $ 706,95 per ton. Sehingga, ekspor
buah pisang bagi Indonesia atau Kaltim akan memberikan devisa yang cukup
Namun, Indonesia yang tercatat sebagai negara produsen ranking keenanm dunia
Tabel 3), belum tercatat sebagai eksportir buah pisang (Tabel 4). Sedangkan
beberapa negara importir justru tercatat juga sebagai negara eksportir, contohnya
yang menonjol dari negara-negara importir buah pisang yang juga menjadi
eksportir adalah Belgia, Amerika Serikat, Jerman, dan Francis (Tabel 4).
berjumlah 20 negara, urutan pertama diduduki oleh Amerika Serikat dan diikuti
oleh Belgia, Jerman, Jepang, Federasi Rusia, Inggris, Iran, Itali, Francis dan
Kanada, kemudian diikuti oleh sepuluh negara importir lainnya seperti tertera
dalam Tabel 2 di atas. Harga pembelian buah pisang oleh masing-masing negara
importir tidak standar, berkisar antara US$ 326 per ton (Argentina) hingga US$
1.134 per ton di Belgia. Negara importir yang membeli dengan harga murah
(antara US $ 300 400) adalah Argentina dan Cina, karena kedua negara ini pada
hanya sebagai tambahan saja. Sedangkan negara importir terbesar, yaitu Amerika
lebih tinggi, dan rekor tertinggi harga pembelian dilakukan oleh Belgia (Tabel 2).
Belgia, Amerika Serikat, Jerman, dan Francis. Berdasarkan volume produk buah
rangking reekspor pisang dengan urutan sebagai berikut: Belgia (90%), Francis
(59%), Jerman (31%), dan Amerika Serikat (12%). Fakta yang sangat menarik
dalam perdagangan internasional buah pisang adalah yang dilakukan oleh Belgia,
karena negara ini melakukan impor buah pisang dengan harga yang sangat tinggi
dan jauh di atas harga rata-rata. Sedangankan, kegiatan reekspor oleh Amerika
Serikat merupakan kondisi yang wajar, karena negara ini melakukan impor
Negara produsen utama tidak berarti sebagai negara eksportir, dan jumlah
ekspor buah pisang untuk 20 negara produsen yang tertera dalam Tabel 2 tidak
dapat diketahui dengan pasti. India merupakan negara penghasil pisang ranking
pertama, tetapi ekspornya tidak terlalu besar. Produksinya pada tahun 2011
mencapai 30% dari produksi dunia, kemudian secara beturut-turut diikuti oleh
Cina, Filipina, Ekuador, Brazil, dan Indonesia yang berada pada posisi keenam
(Tabel 2). Filipina merupakan negara utama pengekspor buah pisang untuk
Tabel 4.
Negara-negara Eksportir Buah Pisang Dunia Tahun 2011
Volume Ekspor Harga Unit Harga
Ranking Area
(Ton) (US $ 1000) ($/ton)
1 Ekuador 5.156.477 2.033.794 394
Tabel 5.
Posisi Indonesia di antara beberapa negara penghasil pisang dunia, tahun 2003
Produksi Volume Ratio Nilai Ekspor
No Negara
(ton) Ekspor (ton) Ekspor/Produksi (US $)
1 India 29.667.000* 10.877 0,000647 2.517.000
2 Brazil 7.329.470* 139.540* 0,019038* 45.269.000*
3 Cina 10.705.740* 53.019 0,008655 26.362.000
4 Ekuador 7.427.780* 5.156.477* 0,694215* 2.033.794.000*
5 Filipina 9.165.040* 1.590.066* 0,173492* 319.296.000*
6 Indonesia 6.132.700* 27 6,26e-06 8.000
7 Karibia 1.916.556 220.771 0,115192 30.013.000
8 Thailan 2.036.430* 6.338 0,003521 1.776.000
9 Kolombia 2.136.110* 1.691.788* 0,791994* 699.891.000*
10 Vietnam 1.523.430* 81.429 0,066674 3.855.000
11 Malaysia 500.000 24.478 0,048956 6.512.000
Sumber: FAOSTAT, 2005, dan * Data tahun 2011.
Tingkat produksi buah pisang Indonesia di level dunia untuk tahun 2011
berada pada posisi keenam, dengan jumlah produksi mencapai 6.132.700 ton
(Tabel 3 dan 6). Selama sepuluh tahun terakhir, produksi buah pisang Indonesia
cenderung mengalami peningkatan walaupun fluktuatif. Namun secara persentase
berdasarkan produksi pisang dunia, tingkat produksi tersebut hanya berfluktuasi
antara 5,5% hingga 6,5% dan pada kondisi tahun 2011 mencapai 5,8% (Tabel 6).
Berdasarkan sumberdaya yang dimiliki oleh Indonesia, sesungguhnya
produksi pisang Indonesia berpotensi untuk ditingkatkan. Sumberdaya lahan
tersedia cukup luas di beberapa daerah, khususnya di luar Pulau Jawa. Demikian
pula sumberdaya manusia, tersedia cukup banyak dan memiliki keterampilan
yang cukup memadai untuk menjadi petani pisang. Kunci keberhasilan untuk
Tabel 6.
Perkembangan Produksi (ton) Buah Pisang di Indonesia dan
Dibandingkan dengan Produksi Dunia (%)
Tabel 7.
Produksi (ton) Buah Pisang oleh Masing-masing Provinsi di Indonesia
Produksi buah pisang Kaltim pernah dikirim ke Pulau Jawa dan Bali mulai
akhir tahun 1990-an hingga awal tahun 2000-an. Jumlah pengiriman terbesar ke
Pulau Jawa dan Bali yang tercatat melalui pelabuhan Balikpapan terjadi pada
tahun 2004 yang mencapai 4.121, 5 ton (Tabel 8). Pada era pengiriman buah pisang
secara besar-besaran ke Pulau Jawa dan Bali tersebut harga buah pisang relatif
murah, rata-rata per sisir hanya kurang dari Rp.1000,- Namun akhirnya
pengiriman buah pisang dari Kaltim tersebut terhenti pada pertengahan tahun
2000-an, akibat terjadinya ledakan serangan penyakit layu bakteri.
Tabel 8.
Perkembangan Volume (ton) Pengiriman Buah Pisang dari Kalimantan Timur,
Melalui Pelabuhan Semayang Balikpapan.
Rata-rata Pengiriman buah pisang Pertumbuhan rata-
No Tahun
(ton) per bulan rata per tahun (%)
1 2000 1.226,0/9 = 136,22 0,00
Hikmah yang terjadi dibalik serangan penyakit layu bakteri adalah terjadinya
peningkatan harga buah pisang di Kaltim. Sehingga, harga buah pisang kepok per
sisir pada lima tahun terakhir ini mencapai Rp.3.500,- hingga Rp.5.000,- di tingkat
petani. Kenyataan ini yang mendorong petani bersemangat melakukan budidaya
tanaman pisang kepok, karena petani yang berhasil memelihara kebunnya dengan
baik mereka akan memperoleh pendapatan minimal Rp.3.500.000,- per bulan
untuk setiap hektar kebun pisang.
Tabel 9.
Jumlah Rumpun, Produktivitas dan Produksi Pisang menurut
Kabupaten/Kota di Kalimantan Timur Tahun 2011.
Jumlah Produktivitas Produksi
No Kabupaten/Kota
Rumpun (Kg/Rumpun) (ton)
1 Paser 739.405 28,61 21.156
2 Kutai Barat 29.268 9,09 266
3 Kutai Kartanegara 407.342 39,20 15.968
4 Kutai Timur 290.911 69,72 20.282
5 Berau 91.857 82,42 7.571
6 Malinau 5.258 18,30 96
7 Bulungan 70.034 131,75 9.227
8 Nunukan 245.364 108,80 26.696
9 Penajam Paser Utara 31.713 36,79 1.167
10 Tana Tidung 6.499 61,09 397
11 Balikpapan 357.573 25,09 8.972
12 Samarinda 162.267 40,63 6.593
13 Tarakan 58.740 65,01 3.819
14 Bontang 4.830 68,61 331
2011 2.183.667 56,12 122.541
2010 2.032.929 55,64 113.113
2009 1.855.893 55,55 103.099
Kalimantan Timur
2008 1.729.237 44,58 77.081
2007 1.227.574 60,43 74.179
2006 2.237.771 32,68 73.133
Sumber: BPS Prov. Kaltim (2011).
140.000 122.541
113.113
120.000 103.099
100.000
73.133 74.179 77.081
80.000
60.000
40.000
20.000
0
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Harga pisang dari sentra-sentra produksi pisang di Kaltim sampai pada awal
tahun 2000-an hanya kurang dari Rp 1.000 per sisir. Pada saat itu produksi pisang
kepok di Kaltim sangat melimpah, hingga dikirim ke Pulau Jawa dan Bali,
puncaknya terjadi pada tahun 2002, namun kemudian terus menurun dan
akhirnya berhenti akibat adanya ledakan serangan penyakit layu bakteri.
Semua kegiatan agribisnis sektor hulu seperti diuraikan di atas tidak berlaku
untuk sistem budidaya komersial yang dilakukan oleh perusahaan besar swasta.
Seluruh agribisnis sektor hulu diperlukan untuk sistem budidaya tanaman pisang
secara komersial, mulai industri bibit unggul kultur jaringan, alat dan mesin
pertanian mulai dari persiapan dan pengolahan lahan, pemeliharaan tanaman,
penanganan panen dan pasca panen, hingga packing dan distribusi buah pisang
hingga ke pasar.
Tabel 10.
Perkiraan Nilai Tambah Beberapa Bentuk Pengolahan Pisang
(Usaha Agribisnis Sektor Hilir)
Rendemen Nilai
Produk Olahan Varietas yang digunakan
(%) Tambah
Ambon Hijau & Kuning, Kepok
Kripik + 20 100-150
Kuning & Putih, Cavendish, dll
Ledre Raja Bulu 17-20 200-250
Ambon, Kepok Kuning,
Sale 12-17 100-150
Lampung, Mas, Mauli, dll
Getuk Nangka 20-30 50-100
Jus Raja Bulu 50-60 350-500
Tepung Siem, Nangka, Kepok 29-32 350-450
Tepung MPASI Ambon 9-11,5 600-650
Puree Ambon, Cavendish & Raja Bulu 20-30 150-200
Jam Ambon, Cavendish & Raja Bulu 70-75 200-250
Sumber : Anonim, 2008.
Tabel 11.
Estimasi Luas Lahan Budidaya Tanaman Pisang di Kaltim
Berdasarkan Data Jumlah Rumpun pada Tabel 8.
Jumlah Konversi Estimasi Luas
No Kabupaten/Kota
Rumpun (Rumpun/Ha) Kebun Pisang (Ha)
1 Paser 739.405 400 500 1848,51 1478,81
2 Kutai Barat 29.268 400 500 73,17 58,54
3 Kutai Kartanegara 407.342 400 500 1018,36 814,68
4 Kutai Timur 290.911 400 500 727,28 581,82
5 Berau 91.857 400 500 229,64 183,71
6 Malinau 5.258 400 500 13,15 10,52
7 Bulungan 70.034 400 500 175,09 140,07
8 Nunukan 245.364 400 500 613,41 490,73
9 Penajam Paser Utara 31.713 400 500 79,28 63,43
10 Tana Tidung 6.499 400 500 16,25 12,99
11 Balikpapan 357.573 400 500 893,93 715,15
12 Samarinda 162.267 400 500 405,67 324,53
13 Tarakan 58.740 400 500 146,85 117,48
14 Bontang 4.830 400 500 12,07 9,66
Total 6252,65 5002,12
Sumber: Data Tabel 8 diolah
investor yang masuk ke Kaltim dapat meningkatkan atau membuka peluang pasar
yang lebih baik bagi agribisnis pisang bagi daerah ini. Sehingga, pendapatan
petani yang banyak bergerak di sektor hulu dalam agribisnis komoditi pisang
dapat dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. Keberhasilan investasi dan
pengembangan komoditi ini pada akhirnya akan memberikan sumbangan pada
PAD dan kegiatan pembangunan di Kaltim.
Dukungan kebijakan dan ketersediaan infrastruktur sangat dibutuhkan untuk
mewujudkan arah pengembangan seperti diuraikan di atas. Infrastruktur yang
baik akan menekan biaya produksi kegiatan agribisnis komoditi pisang dan
pertanian pada umumnya. Kebijakan yang terpenting adalah menjamin pemasaran
produk komoditi pisang dapat berjalan lancar, agar petani dan para pelaku
agribisnis pisang benar-benar mendapat insentif berupa peningkatan pendapatan.
Kepastian harga dan peluang pasar dapat dibangun dari jaminan kualitas
produk dan kontinyuitas suplai. Dukungan kebijakan yang dibutuhkan untuk
mewujudkan kualitas produk yang prima dan kontinyuitas produksi adalah
implementasi GAP, melalui kegiatan pendampingan dan penyuluhan yang
intensif dan terus berkembang sesuai dengan tuntutan pasar atau kemajuan iptek.
Pengembangan dukungan infrastruktur perhubungan dan kelembagaan
petani merupakan dukungan yang tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan
implementasi GAP. Oleh karena, produk yang berupa buah pisang segar harus
sampai ke pasar/konsumen tepat pada waktunya, keterlambatan transportasi
berarti kerugian besar karena produk buah segar pisang bersifat cepat rusak.
Berdasarkan kriteria iklim dan jenis tanah, tanaman pisang dapat dibudidayakan
hampir di seluruh wilayah Kaltim. Faktor pembatas untuk kegiatan budidaya
tanaman pisang di daerah ini adalah kesuburan tanah, gangguan hama atau
penyakit tumbuhan, dan kondisi topografi lahan. Sehingga, sentra-sentra budidaya
tanaman pisang secara alamiah/tradisional, khususnya untuk pisang kepok, di
daerah ini berada pada daerah aliran sungai (DAS). Oleh karena, lahan datar
dalam skala luas relatif sulit diperoleh di daerah ini.
tinggi. Baik ditinjau dari wujud morfologi maupun kandungan atau cemaran
bahan berbahaya, terutama residu pestisida. Faktor utama yang menjadi perhatian
dalam penerapan teknologi budidaya tanaman pisang adalah mempertahankan
kesuburan tanah dan pengendalian hama atau penyakit tumbuhan.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, kualitas buah pisang dipengaruhi oleh
kegiatan pemupukan sebagai upaya untuk mempertahan kesuburan tanah dan
produktivitas kebun. Penggunaan pupuk organik sangat mendukung dalam
menghasilkan produk buah pisang yang berkualitas tinggi, sebaliknya penggunaan
pupuk anorganik justru dapat menurunkan kualitas produk buah pisang. Oleh
karena itu, dalam budidaya tanaman pisang sebaiknya dilakukan secara terpadu
dengan budidaya ternak limbah kebun pisang untuk pakan ternak dan kotoran
ternak untuk pupuk organik tanaman pisang.
Berkaitan dengan perlindungan tanaman terhadap gangguan penyakit atau
hama, penyakit layu tanaman pisang merupakan faktor pembatas utama untuk
keberhasilan budidaya tanaman pisang di Kaltim. Penyakit layu tanaman pisang
di Kaltim disebabkan oleh dua jenis patogen, yaitu penyakit layu bakteri (PLB)
yang disebabkan oleh bakteri, dan panyakit layu fusarium (PLF) yang disebabkan
oleh jamur fusarium. Kedua jenis penyakit tersebut memerlukan teknologi
pengendalian yang berbeda, PLB umumnya menyerang tanaman pisang kepok
dan baru berkembang di Kaltim mulai awal tahun 2000-an, sedangkan PLF adalah
penyakit pisang endemik Kaltim dan selalu menimbulkan kerusakan parah pada
jenis pisang buah (antara lain pisang susu, ambon, raja, barangan). Sehingga
teknik budidaya tanaman pisang harus dikembangkan secara khusus untuk
mengendalikan kedua jenis penyakit layu tersebut.
2) Penanaman
Mengacu kepada GAP penanaman pisang dapat dilakukan dengan berbagai
cara, tetapi prasyaratnya harus menggunakan bibit unggul dan yang sehat.
Kemudian, pertimbangan yang harus menjadi perhatian adalah jarak tanam, karena
akan mempengaruhi jumlah bibit yang dibutuhkan. Penanaman konvensional
dengan jarak tanam 4 x 5 meter atau 5 x 5 meter, umumnya dilakukan untuk
pisang kepok, sehingga dibutuhkan 400 sampai 500 bibit per hektar (Gambar 6).
Sedangkan penananman intensif dapat dilakukan hingga populasi maksimum
2.500 bibit per hektar atau dengan jarak tanam 2 x 2 meter, umumnya untuk jenis
pisang kavendis (Gambar 7).
V. ANALISIS USAHA
Tabel 12.
Asumsi dan Parameter Teknis Perhitungan Finansial Usaha
Budidaya Pisang di Kalimantan Timur
Penanaman Konvensional Penanaman intensif
No Uraian
Jumlah Satuan Jumlah Satuan
1 Luas Lahan diusahakan 1 Ha 1 Ha
2 Jarak Tanam 4x5 M 2x2 M
3 Populasi tanaman per Ha 500 bibit/Ha 2.500 bibit/Ha
Mortalitas bibit 10 % 10 %
Kebutuhan bibit per Ha 550 2.750
4 Harga Pisang
Tingkat Petani 3.500 Rp/Sisir 3.500 Rp/Sisir
Tingkat Pengecer 5.000 Rp/Sisir 5.000 Rp/Sisir
5 Produksi
Rata-rata produksi/pohon 11 Kg 11 Kg
Produksi/pohon 10 Sisir 10 Sisir
Produksi per Ha tahun
500 Tandan 2.500 Tandan
pertama
1. Anakan 1. Anakan
6 Jenis bibit
2. Kultur Jaringan 2. Kultur Jaringan
7 Umur Proyek 5 Tahun 5 Tahun
8 Discount Factor (DF) 14 % 14 %
9 Kebutuhan pupuk
-Pupuk kandang 10 kg/tanaman 10 kg/tanaman
-Pupuk Urea 350 kg/Ha/thn 350 kg/Ha/thn
-Pupuk SP 36 150 kg/Ha/thn 150 kg/Ha/thn
-Pupuk KCl 150 kg/Ha/thn 150 kg/Ha/thn
Agensia Hayati
10 50 gram/rumpun 50 gram/rumpun
(Trichoderma sp.)
Harga Bibit:
11 - Anakan 5.000 Rp/bibit 5.000 Rp/bibit
- Kultur jaringan 11.000 Rp/bibit 11.000 Rp/bibit
Keterangan:
- Penentuan beberapa asumsi dan parameter didasarkan pada aspek teknis budidaya pisang yang diterbitkan
oleh Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian tahun 2008.
- Penentuan harga mengikuti harga yang berlaku dan standarisasi harga tahun 2012 Pemerintah Provinsi
Kalimantan Timur.
- Penentuan Discount factor berdasarkan suku bunga perbankan yang berlaku antara 12%-16%
Tabel 13.
Biaya Investasi per Hektar Usaha Budidaya Pisang
Berdasarkan Sistem penanaman di Kalimantan Timur
Rincian biaya investasi Jumlah
Uraian
Item Biaya Nilai (Rp) (Rp/Ha)
1. Penanaman
Konvensional
- Beli lahan 50.000.000
a. Bibit anakan - Peralatan 4.170.000 56.920.000
- Beli bibit anakan 2.750.000
- Beli lahan 50.000.000
b. Bibit Kultur Jaringan - Peralatan 4.170.000 60.220.000
- Beli bibit kultur jaringan 6.050.000
2. Penanaman Intensif
- Beli lahan 50.000.000 54.170.000
a. Bibit Anakan
- Peralatan 4.170.000
- Beli lahan 50.000.000 54.170.000
b. Bibit Kultur Jaringan
- Peralatan 4.170.000
3) Biaya Operasional
Biaya operasional terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yang
diperhitungkan terdiri atas biaya penyusutan, biaya gaji pekerja tetap. Biaya
variabel terdiri atas biaya bibit pada penanaman intensif , tenaga kerja luar
keluarga, pupuk, desinfektan, insektisida, herbisida, trichoderma, BBM dan
plastik pembungkus.
Trichoderma merupakan agen hayati yang berfungsi untuk mencegah penyakit
tular tanah seperti fusarium. Penggunaan Trichoderma adalah sebesar 50 g per
rumpun. Brongsong adalah plastik pembungkus buah pisang yang terbuat dari
plastik polyethilen berwarna biru, plastik ini berfungsi untuk meningkatkan
kualitas buah dengan cara membuat buah berukuran menjadi lebih optimal dan
kulitnya bersih dari serangan hama kudis buah. Pembungkusan atau
pembrongsongan dilakukan pada saat seludang pisang pertama belum terbuka
dan jantung pisang sudah mulai merunduk. Disinfektan berfungsi untuk
mensterilkan alat-alat yang digunakan untuk budidaya pisang. Pensterilan alat
dilakukan sebelum dan sesudah alat tersebut digunakan. Disinfektan yang sering
digunakan adalah bahan pemutih pakaian seperti bayclin. Pensterilan dilakukan
dengan mencampurkan disinfektan secukupnya kedalam air kemudian alat-alat
yang akan dan setelah digunakan dicuci menggunakan air yang telah dicampur
dengan disinfektan. Rekapitulasi biaya operasional usaha budidaya pisang
disajikan pada Tabel 14.
Komponen biaya bibit pada penanaman konvensional masuk dalam biaya
investasi sedangkan komponen bibit pada penanaman intensif masuk dalam biaya
operasional. Biaya operasional pada sistem penanaman intensif lebih tinggi jika
dibandingkan dengan penanaman konvensional. Hal ini disebabkan populasi
tanaman per Ha dan sistem tanam intensif dimana sekali panen kemudian
dilakukan penanaman kembali serta perbedaan harga per bibit tanaman dari
anakan dan kultur jaringan.
Tabel 14.
Biaya Operasional per Hektar Usaha Budidaya Pisang Berdasarkan
Sistem Penanaman di Kalimantan Timur
Jumlah (Rp/Ha)
Uraian Total
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5
Penanaman Konvensional
b. Bibit Kultur
14.209.000 13.609.000 17.109.000 17.109.000 16.809.000 78.845.000
Jaringan
Penanaman Intensif
b. Bibit Kultur
66.459.000 66.259.000 66.259.000 66.259.000 66.259.000 331.495.000
Jaringan
Bibit dari anakan lebih disarankan untuk digunakan dalam usaha budidaya
pisang karena relatif lebih murah biayanya, terutama untuk budidaya
konvensional. Tetapi untuk budidaya secara intensif, penggunaan anakan relatif
sulit untuk memperoleh bibit dalam jumlah besar dalam waktu yang terbatas.
Tabel 15.
Produksi, Harga, dan Penerimaan Usaha Budidaya Pisang pada Penanaman
Konvensional di Kalimantan Timur
No. Uraian 1 2 3 4 5
Tabel 16.
Produksi, Harga, dan Penerimaan Usaha Budidaya Pisang pada Penanaman
Intensif di Kalimantan Timur
No. Uraian 1 2 3 4 5
Produksi
1 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500
(tandan/thn)
1) Cashflow
Aliran kas (cash flow) dalam perhitungan ini dibagi dalam dua aliran, yaitu
aliran masuk (cash inflow) dan aliran keluar (cash outflow). Kas masuk diperoleh
dari penjualan produk usaha budidaya pisang selama satu tahun. Kapasitas
terpakai usaha ini berpengaruh pada besarnya nilai produksi yang juga akan
mempengaruhi nilai penjualan, sehingga kas masuk menjadi optimal. Kas keluar
terdiri atas biaya-biaya yang dikeluarkan selama periode produksi. Rincian aliran
kas dari masing-masing sistem penanaman disajikan pada Lampiran 2, 3, 4, dan 5.
2) Kriteria Investasi
Kriteria investasi yang dipergunakan untuk menilai kelayakan usaha
pengembangan budidaya pisang ini terdiri atas: Net Present Value (NPV), Benefit
Cost Ratio (B/C ratio), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP).
NPV dari suatu proyek merupakan nilai sekarang dari selisih benefit dengan
cost pada discount factor (DF) tertentu. NPV menunjukkan kelebihan manfaat
dibandingkan dengan biaya. Apabila NPV lebih besar dari 0 berarti proyek
tersebut menguntungkan dan layak untuk diusahakan.
Analisis B/C ratio adalah perbandingan antara total cash inflow terhadap total
cash outflow. Net B/C rasio ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat benefit
akan diperoleh dari biaya yang dikeluarkan setelah dikalikan dengan Discount
Factor.
IRR adalah suatu kriteria investasi untuk mengatakan persentase keuntungan
dari suatu proyek tiap-tiap tahun dan juga merupakan alat ukur kemampuan
proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman. IRR pada dasarnya menunjukkan
Discount Factor (DF) dimana NPV = 0. Berdasarkan hasil analisis perhitungan IRR,
apabila diasumsikan bunga bank yang berlaku adalah 14% maka usaha budidaya
pisang tersebut menguntungkan dan layak untuk diusahakan, karena nilai IRR
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan suku bunga pasar.
Payback period diartikan sebagai jangka waktu kembalinya investasi yang telah
dikeluarkan melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek. Hasil
perhitungan analisis kelayakan usaha diperoleh nilai payback period masih dalam
umur ekonomis usaha.
Tabel 17.
Hasil Perhitungan kriteria investasi Usaha Budidaya Pisang di Kalimantan Timur
Penanaman Konvensional Penanaman Intensif
Kriteria Bibit Justifikasi
Bibit Kultur
Investasi Bibit anakan Bibit anakan Kultur Kelayakan
Jaringan
Jaringan
NPV 101.795.937 98.495.937 74.192.546 18.576.634 NPV>0; layak
Net B/C > 1;
B/C Ratio 2,8 2,6 2,4 1,3
layak
IRR > 14%
IRR 55% 53% 63% 27% (suku bunga
kredit); layak
Payback Period
2 tahun 6 2 tahun 6 1 tahun 11 3 tahun 4
PP <umur usaha;
bulan bulan bulan bulan
layak
Usaha sangat sensitif/peka terhadap perubahan akibat beberapa hal, yaitu: (1)
Harga, perubahan harga (terutama harga output) dapat disebabkan karena
adanya penawaran (supply) yang bertambah atau adanya beberapa bisnis baru
dengan umur ekonomi yang panjang (2) Keterlambatan, (3) Kenaikan biaya ("cast
over run"), (4) Ketidaktepatan dan perkiraan hasil (produksi).
Gittinger (1986) menyatakan bahwa suatu variasi pada analisis sensitivitas
adalah nilai pengganti (switching value). Switching value ini merupakan perhitungan
untuk mengukur perubahan maximum dari perubahan suatu komponen inflow
(penurunan harga output, penurunan produksi) atau perubahan komponen
outflow (peningkatan harga input/peningkatan biaya produksi) yang masih
dapat ditoleransi/diperbolehkan agar bisnis masih tetap layak. Perhitungan ini
mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi sampai dengan NPV sama
dengan nol (NPV=0). Perhitungan switching value justru perubahan tersebut dicari
misal berapa perubahan maksimum dari penurunan harga output yang masih
dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Hal ini menunjukkan bahwa harga
output tidak boleh turun melebihi nilai pengganti tersebut. Bila melebihi nilai
pengganti (switching value) tersebut, maka bisnis tidak layak atau NPV<0.
Tabel 18.
Switching Value Usaha Budidaya pisang di Kalimantan Timur
Penanaman konvensional Penanaman Intensif
Bibit
Kriteria Sensitivitas Bibit Kultur
Bibit Anakan Bibit Anakan Kultur
Jaringan
Jaringan
Penurunan
48% 46% 24,5% 6%
Penerimaan
Kenaikan Biaya
92% 80% 32,5% 6,5%
Produksi
Tabel 19.
Hasil Kriteria Investasi dengan Nilai Pengganti Akibat Penurunan Penerimaan
pada Usaha Budidaya Pisang di Kalimantan Timur.
Penanaman konvensional Penanaman Intensif
Kriteria Justifikasi
Bibit Bibit Kultur Bibit Bibit Kultur
Investasi Kelayakan
Anakan Jaringan Anakan Jaringan
NPV 7.275 948.469 595.873 552.959 NPV>0; layak
B/C Net B/C>1;
1,00 1,02 1,01 1,01
Ratio layak
IRR>14%
IRR 14% 14,47% 14% 14% (suku bunga
kredit); layak
Payback Period
4 tahun 9 4 tahun 9 4 tahun 9 4 tahun 11
PP < umur usaha;
bulan bulan bulan bulan
layak
Tabel 20.
Hasil Kriteria investasi dengan nilai pengganti akibat kenaikan biaya produksi
pada Usaha Budidaya Pisang di Kalimantan Timur
Penanaman konvensional Penanaman Intensif
Kriteria Justifikasi
Investasi
Bibit Bibit Kultur Bibit Bibit Kultur Kelayakan
Anakan Jaringan Anakan Jaringan
NPV 353.263 7.644.916 676.883 258.467 NPV> 0; layak
Net B/C>1;
B/C Ratio 1,00 1,00 1,01 1,00
layak
IRR>14%
IRR 14% 16% 14% 14% (suku bunga
kredit); layak
Payback Period
4 tahun 11 4 tahun 8 4 tahun 11 4 tahun 10
PP < umur usaha;
bulan bulan bulan bulan layak
KELOMPOK
PERUSAHAAN MITRA
MITRA
LAHAN BIAYA
SARANA MODAL
TENAGA TEKNOLOGI
3) Biaya Produksi
Komponen biaya yang dikeluarkan petani pada kegiatan budidaya usahatani
pisang terbagi atas biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel untuk petani
mitra semua ditanggung oleh perusahaan inti, yang termasuk dalam biaya
variabel antara lain bibit, pupuk, insektisida, herbisida, desinfektan, trichoderma,
BBM, dan tenaga kerja tambahan. Pada sistem bagi hasil tenaga kerja tambahan
tidak masuk dalam biaya variabel yang ditanggung oleh perusahaan inti tetapi
dibebankan pada petani, sedangkan pada sistem kontrak, biaya tenaga kerja
tambahan dibebankan pada perusahaan inti. Biaya tetap yang ditanggung petani
mitra terdiri atas penyusutan, tenaga kerja dalam keluarga dan biaya sewa.
Berikut gambaran kemitraan usaha budidaya pisang dengan sistem bagi hasil dan
sistem kontrak (Tabel 21).
Tabel 21.
Biaya, Penerimaan, Pendapatan, dan R/C ratio Usaha Budidaya Pisang Kemitraan
Sistem Bagi Hasil Sistem Kontrak
Uraian
(Rp) (Rp)
I. Biaya Variabel
Bibit 2.750.000 2.750.000
Pupuk 4.545.000 4.545.000
Desinfektan 10.000 10.000
Herbisida 150.000 150.000
Insektisida 200.000 200.000
Trichoderma 250.000 250.000
BBM 2.160.000 2.160.000
Plastik pembungkus 1.000.000 1.000.000
TKLK 0 3.250.000
Sub total biaya Variabel 11.065.000 14.315.000
II. Biaya Tetap
Penyusutan peralatan 964.000 964.000
TKLK 3.250.000 0
TKDK 1.500.000 1.500.000
Sewa Lahan 1.500.000 0
Sub total biaya tetap 7.214.000 2.464.000
Total Biaya 18.279.000 16.779.000
Penerimaan 25.000.000 25.000.000
Pendapatan 6.721.000 8.221.000
R/C ratio 1,37 1,49
PETANI/PRODUSEN
PEDAGANG PENGUMPUL
KONSUMEN LOKAL
PETANI/PRODUSEN
SUB TERMINAL
AGRIBISNIS
KALIORANG
PEDAGANG PENGUMPUL
pemasaran, pengolahan, dan pusat informasi pasar bagi petani dan pedagang
pisang. STA Kaliorang menjadi pusat untuk melakukan sortasi dan grading
produk pisang serta melakukan pengemasan terhadap produk pisang yang akan
dipasarkan.
produksi kabupaten/kota.
tenaga kerja. Dalam skala kecil, usaha pengembangan pisang akan membutuhkan
tenaga kerja sekitar 20 orang per hektar per tahun sehingga untuk skala 20 ha
dapat menyerap sekitar 400 orang tenaga kerja per tahun. Tenaga kerja ini
Dengan adanya kegiatan dan pengembangan pisang disuatu sentra juga dapat
pisang akan menjadi salah satu pusat kegiatan perekonomian yang memberikan
diperoleh dari usaha setiap tahunnya merupakan konstribusi yang cukup besar
VI. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
INIBAP, 2006. INIBAP Annual Report 2005. International Network for the
Inprovement of Banana and Plantain. Montpellier, France.
Suyadi, 2007. Studi kejadian Penyakit Layu Bakteri pada Tanaman Pisang di
Kalimantan Timur, Tanitrop 22 (1) : 15 18.
RENCANA PERUBAHAN
- PerubaHan bidang usaHa atau produksi
- PerubaHan investasi
- PerubaHan/pertambaHan TKA
- PerubaHan kepemilikan saHam
- Preusan PMA atau PMDN atau non PMA/PMDN
- Perpanjangan WPP
- PerubaHan status
- Pembelian saHam preusan PMDN dan non PMA/PMDN oleh asing atau
sebaliknya
Lampiran 7. Cashflow UsaHa Budidaya Pisang Penanaman Intensif dari Bibit Kultur
Jaringan Skala 1 Ha
Tahun
No Uraian
0 1 2 3 4 5
A. INFLOW
1 Produksi 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500
(tandan /tahun)
2 Harga 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000
3 Penerimaan 87.500.000 87.500.000 87.500.000 87.500.000 87.500.000
Total INFLOW 0 87.500.000 87.500.000 87.500.000 87.500.000 87.500.000
B. OUTFLOW
1 Biaya Investasi 54.170.000
2 Biaya 66.459.000 66.259.000 66.259.000 66.259.000 66.259.000
operasional
Total Arus Kas 54.170.000 66.459.000 66.259.000 66.259.000 66.259.000 66.259.000
Keluar
Arus Kas Bersih (54.170.000) 21.041.000 21.241.000 21.241.000 21.241.000 21.241.000
DF 1,0000 0,8772 0,7695 0,6750 0,5921 0,5194
Present Value (54.170.000) 18.457.018 16.344.260 14.337.070 12.576.377 11.031.910
Cumulative (54.170.000) (35.712.982) (19.368.723) (5.031.653) 7.544.724 18.576.634
Present Value