Anda di halaman 1dari 5

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH BAWANG MERAH

Baswarsiati BPTP Jatim


http://baswarsiati.wordpress.com/2009/04/24/perbenihan-bawang-merah/
PENDAHULUAN
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan nasional yang sejak lama
diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas ini merupakan sumber pendapatan dan
kesempatan kerja yang memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi
wilayah (Rp 2,7 triliun/tahun) dengan potensi pengembangan areal cukup luas mencapai
90.000 ha .
Benih merupakan masukan utama dalam agribisnis yang proses pengadaannya juga
merupakan kegiatan agribisnis dan sebagai bahan baku industri pertanian. Dalam program
sertifikasi benih, dipilah dalam kelas-kelas yaitu BS (Breeder Seed/Benih Penjenis), FS
(Foundation Seed/Benih Dasar), SS (Stock Seed/Benih Pokok), dan ES (Extension Seed/Benih
Sebar). Pemilahan kelas-kelas benih tersebut didasarkan pada tingkat kemurnian benih secara
genetis dan tingkat/kelas penangkar benih yang berhak memproduksinya.
Benih merupakan salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya hasil bawang
merah. Benih dipilih dari umbi hasil pertanaman untuk konsumsi yaitu umbi-umbi yang
berukuran kecil (4-5 g/umbi) agar kebutuhan benih tidak terlalu banyak Pada umumya benih
yang digunakan oleh petani adalah umbi-umbi yang berasal dari pertanaman konsumsi tanpa
melalui seleksi, tetapi umbi-umbi itu telah disimpan dalam waktu sekitar 3 bulan . Hal ini
dikarenakan kalau membeli benih benih bermutu harganya jauh lebih mahal, sampai 4-5 kali
harga bawang konsumsi. Dengan keadaan terpaksa petani menggunakan benih seadanya yang
sangat bervariasi, dari berat 5 gram sampai 15 gram/umbi, sehingga kebutuhan benih berkisar
antara 0,6-1,4 ton/ha sehingga biaya produksi semakin tinggi.
Varietas unggul bawang merah yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian yang harus
dikembangkan untuk diproduksi menjadi benih bermutu atau bersertifikat yaitu varietas Bauji,
Super Philip , Batu Ijo, Bima Brebes, Maja Cipanas, Tiron, Kuning, Keta Monca, Tinombo,
Kramat 1, Kramat 2.
PERMASALAHAN DALAM PERBENIHAN BAWANG MERAH
Usahatani bawang merah termasuk usahatani yang beresiko tinggi karena dengan biaya
produksi tinggi belum tentu menghasilkan keuntungan tinggi. Walaupun petani mampu
memproduksi tinggi dengan kualitas umbi yang baik namun terkadang masalah harga tidak dapat
diperkirakan sebelumnya . Hal inilah yang selalu menyebabkan harga bawang merah
berfluktuasi. Selain itu faktor pembatas utama dalam usahatani bawang merah adalah tingginya
intensitas serangan hama dan penyakit pada musim-musim tertentu. Serangan yang terjadi dari

hama maupun penyakit tersebut biasanya bersifat serentak sehingga merusak hampir seluruh
pertanaman yang ada pada areal tersebut. Serangan hama dan penyakit tersebut tidak bisa
diprediksikan namun dengan mengatur pola tanam dan penanaman melihat musim.
Adapun permasalahan pada perbenihan bawang merah adalah :

Umur simpan benih sangat pendek , 4-5 bulan


Susut bobot sangat tinggi lebih dari 30 persen
Serangan hama dan penyakit di penyimpanan
Butuh gudang yang cukup luas
Calon benih terkadang tidak diseleksi di lapang oleh produsen benih
Calon benih umur panennya disamakan dengan umbi untuk konsumsi
Gudang penyimpanan kurang memenuhi syarat
Harga benih yang sangat mahal sampai 50 % dari biaya produksi

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH


Walaupun tanaman bawang merah termasuk tanaman menyerbuk silang, namun karena
pembiakannnya secara vegetatif dengan menggunakan umbi maka dalam suatu populasi dengan
kultivar yang sama akan mempunyai genotipe yang sama dengan induknya. Dengan demikian
potensi dari masing-masing individu akan tetap sama dan relatif tidak berubah dalam hal daya
hasil, ketahanan terhadap hama dan penyakit, kualitas umbi dll. Sehingga dari tahun ke tahun ,
sifat-sifat ini akan sama dan peningkatan hasil dapat ditingkatkan dengan perbaikan
budidaya. Perbedaan yang terjadi dalam satu varietas umumnya karena perbedaan lingkungan
tumbuhnya (perbedaan agroekologi) sehingga sedikit berpengaruh pada penampilan morfologis
(penampilan luar).
1. Seleksi Awal Umbi
Memilih varietas sesuai dengan sasaran benih yang akan dihasilkan, misal varietas Super
Philip untuk bumbu masak atau varietas Sumenep untuk bawang goreng

Umbi yang telah tersedia dan telah siap ditanam (telah disimpan 3-4 bulan) diseleksi
ukuran umbinya supaya seragam (sekitar 5 gram/umbi untuk varietas Super Philip dan
Bauji) atau sekitar 10-12 g/umbi untuk varietas Batu Ijo
Seleksi juga dilakukan untuk memilah dan membuang umbi benih yang busuk, cacat,
terserang OPT dan sekaligus membersihkan dari kotoran serta kulit-kulit yang kering.
Menyisihkan (membuang) umbi benih yang menyimpang dari tipe aslinya (campuran
varietas lain/CVL)
Memilih warna umbi yang sesuai dengan preferensi (keinginan) konsumen.

2. Pemilihan Lahan

Untuk produksi benih dapat dilakukan di dataran rendah hingga datarn tinggi (20-900 m
dpl)
Dipilih lahan yang subur dan gembur dengan pengairan cukup
Sebelumnya lahan tidak digunakan untuk pertanaman bawang merah atau tanaman
sefamili dan tidak endemis penyakit fusarium
Isolasi lahan dengan memisahkan areal dari pertanaman bawang merah untuk digunakan
konsumsi
Jika memproduksi benih lebih dari 2 varietas , sebaiknya lahan dibedakan antar varietas
atau terpisah lokasinya sehingga tidak tercampur

3. Pengolahan lahan

Lahan diolah dengan dibajak lebih 4 kali hingga gembur


Di buat bedengan dengan lebar 180-200 cm dan panjang sesuai kondisi lahan
Jarak antar bedengan 40-50 cm, kedalaman parit 40-60 cm
Pupuk kandang sebanyak 10 ton/ha diberikan bersamaan dengan pembuatan
bedengan sekitar 7-10 hari sebelum tanam dan ditambahkan SP 36 sebanyak 200 kg/ha

4. Penanaman

Benih yang akan ditanam dipotong ujung umbinya 1/3 bagian untuk mempercepat
munculnya tunas
Jika benih telah muncul tunasnya tidak perlu dipotong ujung umbinya
Jarak tanam yang digunakan adalah jarak tanam yang rapat (15 x 15 cm) , agar nantinya
diperoleh umbi benih dengan ukuran kecil
Benih dibenamkan 2/3 bagian ke dalam tanah
Setelah tanam maka tanaman segera diairi

5. Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan dilakukan sama dengan cara budidaya bawang merah untuk konsumsi.
Pemupukan susulan menggunakan Urea 200-300 kg ha, KCl 300-400 kg /ha dan ZA
500 kg /ha diberikan masing-masing separo dosis pada 15 dan 30 hari setelah tanam
Pengairan diberikan dengan cara leb atau disirat dan disesuaikan dengan kondisi lahan (
1-2 hari sekali jika musim kemarau)
Pengendalian gulma dilakukan 2-3 kali atau disesuaikan dengan kondisi
gulma. Sebaiknya dilakukan sebelum pemupukan.

6. Pengendalian OPT

Pengendalian OPT dilakukan dengan sistem PHT


Pemantauan dan pengamatan dilakukan apabila populasi dan atau tingkat serangan OPT
tidak menimbulkan kerugian secara ekonomis
Pengendalian dilakukan apabila populasi dan atau tingkat serangan OPT dapat
menimbulkan kerugian secara ekonomis
Untuk mengendalikan ulat bawang (Spodoptera exigua) dapat menggunakan mass
traping (lampu perangkap) dari Lampu TL 10 watt yang dipasang 2 minggu sebelum
tanam dan dinyalakan mulai jam 18.00 hingga jam 24.00. Jumlah titik lampu sebanyak
10 per hektar
Untuk mengendalikan Liriomyza chinensis dapat menggunakan perangkap kuning yang
berperekat
Jika terdapat serangan Fusarium maka tanaman yang terserang langsung dicabut
Sedangkan pengendalian penyakit lainnya dapat dilakukan dengan perlakuan pada benih
menggunakan karbendazim , benomil atau iprodion 2 %

7. Seleksi Pada Pertanaman

Membuang tanaman yang sakit atau terserang OPT


Membuang tanaman yang menyimpang dari tipe aslinya
Memilih tanaman dengan keseragaman umur panen
Seleksi dilakukan seminggu sekali atau sepuluh hari sekali

8. Panen

Umur panen tanaman bawang merah yang digunakan untuk benih lebih panjang
dibandingkan umur panen untuk konsumsi dan tergantung dari varietasnya. Biasanya
umur panen untuk benih diperpanjang lebih dari 2 minggu dibandingkan untuk konsumsi
Umur panen untuk pertanaman di dataran rendah 70-75 HST sedangkan di dataran tinggi
80-85 HST
Panen ditandai dengan 90 % daun menguning dan tanaman rebah serta leher umbi telah
kosong dan umbi tersembul keluar
Panen diusahakan dilakukan saat udara cerah

Cara panen dengan mencabut keseluruhan tanaman dan umbi secara hati-hati

9. Pasca Panen

Hasil panen diikat 1-1,5 kg setiap ikatan


Pelayuan atau curing sebelum bawang merah dikeringkan di lahan dengan menjemur 2-3
hari di bawah terik sinar matahari dengan posis daun di atas
Selanjutnya pengeringan dilakukan 7-14 hari di tempat peneringan hingga mencapai
susut bobot 25-40 % atau sampai kering askip, dengan posisi umbi dan daun di bolakbalik
Untuk mengetahui kesiapan umbi kering askip yaitu menyimpan sedikit contoh dalam
kantong plastik putih selama 24 jam, bila sudah tidak ada titik air dalam kantong, berarti
sudah mencapai kering askip
Sebelum benih disimpan perlu dilakukan sortasi untuk memisahkan umbi yang sehat,
utuh dan menarik dengan umbi yang telah rusak. Sortasi dapat meningkatkan nilai jual
dan mencegah penularan penyakit
Grading juga dilakukan untuk menentukan tingkat mutu produk, sehingga harga dapat
ditentukan sesuai mutunya. Grading dilakukan dalam beberapa kelas yaitu kelas I
diameter > 2,5 cm, kelas II =1,5-2,5 cm , kelas III < 1,5 cm.

10. Penyimpanan

Gudang atau tempat penyimpanan bawang merah pada ruang berventilasi sehingga
mempunyai sirkulasi udara yang baik dan dapat mencegah serangan hama dan penyakit.
Gudang berpembangkit vorteks (mengubah aliran udara jenuh dalam gudang, dengan
menghembus ke atas keluar gudang dan digantikan udara luar yang lebih bersih oleh
adanya vorteks) merupakan tempat penyimpanan yang paling baik
Dalam ruang penyimpanan dibuat para-para dari bambu yang letaknya tersusun dengan
jarak antar para-para 30 cm. Ikatan bawang merah, diletakkan di atas para-para. Setelah
1-1,5 bulan disimpan maka dilakukan sortasi terhadap umbi bawang merah yang keropos,
busuk atau terkena serangan hama dan penyakit. Sortasi dilakukan juga pada bulan
berikutnya
Untuk mencegah serangan hama dan penyakit di gudang dapat menggunakan fungisida
dengan cara menaburkannya pada daun dan umbi bawang merah dengan dosis 100 gram
fungisida/100 kg umbi. Selain itu dapat juga menggunakan cara lainnya seperti
menggunakan bubuk kapur, bubuk semen putih dan lainnya dengan dosis yang sama

Anda mungkin juga menyukai