Anda di halaman 1dari 68

Budidaya Tanaman Cabe

Secara PHT

Oleh
A.Aziz, SP
Staf Teknis BPTPH Sumbar
Disampaikan Pada Diklat Teknis Agribisnis Cabe
Tgl 27 April 2017 di Aula UPTD Balai Diklat Pertanian TPH Sumbar
Pendahuluan
Tanaman cabe merah (Capsicum annum L) merupakan
salah satu jenis sayuran yang sangat penting di Sumbar.

Tanaman cabe dapat ditanam di dataran rendah sampai


dataran tinggi, pada lahan sawah maupun tegalan.

Selain memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi, cabe


telah menjadi bumbu utama dalam masakan orang
Minang dan Indonesia secara umum, sehingga sangat
potensial secara ekonomis.
Pemanfaatan cabe sebagai bumbu masak, bahan baku
berbagai industri makanan, minuman dan obat-obatan, serta
pemasarannya dalam bentuk segar dan olahan menambah
pentingnya komoditas tersebut untuk diusahakan

Karena permintaan akan cabe sangat tinggi dan harga yang


menjanjikan semua petani sangat antusias dan berlomba-
lomba dalam melaksanakan budidaya tanaman cabe.

Disamping itu tanaman cabe adalah salah satu jenis


tanaman sayuran yang sangat komplek hama dan penyakitnya,
mulai dari persemaian sampai tanaman dewasa
Karena mengejar produksi yang tinggi,dan melindungi
tanaman cabe dari serangan hama dan penyakit,
kadang-kadang petani tidak lagi memperhatikan aspek
kesehatan, baik itu aspek kesehatan terhadap petani itu
sendiri, konsumen, maupun kesehatan lingkungan
Akibatnya pemakaian bahan kimia sintetis (pupuk
kimia, Zat perangsang tumbuh, dan pestisida) sangat
tinggi dalam budidaya tanaman cabe.
Untuk itu sangat perlu panduan budidaya tanaman
cabe yang ramah lingkungan yang menghasilkan buah
cabe yang sehat dan tidak merusak lingkungan yaitu
dengan Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
Syarat tumbuh

• Cabe mempunyai daya adaptasi yang


cukup luas. mulai dataran rendah s/d
dataran tinggi sampai ketinggian 1400
mdpl.
• Suhu 25° – 27°C pada siang hari dan 18° –
20°C pada malam hari, Curah hujan
sekitar 600 – 1200 mm per tahun.
• Dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah
asal drainase, aerasi tanah cukup baik
dan air tersedia, Tingkat kemasaman
(pH) tanah yg sesuai adalah 6
Benih bermutu baik
Terjaminnya benih yang digunakan tersebut murni secara
genetik, sehat, seragam, daya tumbuhnya baik dan
mempunyai daya adaptasi yang baik di wilayah yang akan
ditanami serta berproduksi tinggi.

Benih/biji berasal dari tanaman induk yang sehat dan buah


lebat, bentuk buah normal, bewarna merah sempurna dan
diambil dari panen ke 4 – 8. Selanjunya dari buah tersebut
yang diambil biji untuk benih adalah bagian tengah (1/4
bagian dari tampuk buah dan 1/3 dari bagian bawah tidak
dipakai).
PHT Pada Tanaman Cabe
Fase sebelum Semai
Fase Persemaian
Fase tanaman dilapangan
Fase Sebelum Semai
1. Pengaturan pola tanam.
Lahan yang digunakan untuk tanaman cabe tidak
berasal dari bekas tanaman solanase lainnya seperti
tanaman tomat, kentang, kacang tanah, tembakau,
dll, apalagi tanaman cabe.
Tujuannya adalah agar OPT yang ada pada
pertanaman sebelumnya tidak pindah pada tanaman
cabe.
2. Sanitasi lahan.

Semua tanaman gulma babadotan (Ageratum


conyzoides) yang menjadi inang penyakit virus kuning
yang ada dilahan dan disekitar lahan dicabut dan
dibenamkan kedalam tanah atau dibakar.

 Sanitasi dilakukan bukan sekali saja, tetapi setiap


kali ditemukan gulma babadotan segera dicabut dan
dimusnahkan.
Gulma babadotan (Ageratum conyzoides)
3. Persemaian
a. Media tanam : campuran 3 karung tanah, 2 karung pupuk
kandang dan 1 kg Trichoderma, aduk rata lalu masukan
kedalam polibek, biarkan 1 minggu

Di semai di polibek(plastik hitam, bunbunan daun


pisang, botol aqua gelas, plastik es), tanam 2 biji

b.Semai pada bedengan yang lebar 1-1,2 meter, panjang 4


meter diberi pupuk kandang 2 karung + 1 kg trichoderma
atau trichokompos 1 karung, aduk rata dan biarkan 1
minggu. Lakukan penyemaian berbentuk barisan, lalu
ditutup dengan lapisan tanah halus.
c.Sebelum biji disemai, baik untuk dipolibek maupun
bedengan direndam dulu dalam air hangat suam-suam
kuku ( 50oC ) selama 1 jam, jika ada biji yang terapung,
buanglah!
d.Biji yang bernas ditiriskan dengan kain kasa dan biarkan
lagi selama 1 malam, lalu segera rendam dengan PGPR/Pf
(Plant Growth Promoting Rhizobacteria) yaitu bakteri
pemacu pertumbuhan selama lebih kurang 15 menit.
e.Untuk mencegah bibit tertular virus kuning maka
bedengan persemaian atau polibek/bak persemaian
diberi naungan/kurungan dg kain sifon.
f. Lakukan penyiraman, penyiangan serta pengendalian
OPT
Persemaian terisolasi (jauh dari lahan yang terserang OPT).

Tujuannya adalah untuk menghindari kontaminasi


dengan kutu kebul., dan OPT lainnya.
4. Persiapan lahan
 Pembersihan lahan dari sisa tanaman dan sampah, gemburkan
lahan dengan cara mencangkul sampai kedalaman 30 – 40 cm,
kemudian lahan dibiarkan terkena sinar matahari selama 2 (dua)
minggu.
 lahan kering/tegalan, pembuatan bedengan dengan lebar 1 – 1,2 m,
tinggi 30 cm dengan jarak antar bedengan 80 cm dan panjang
sesuai kondisi.
 Lubang tanam dengan jarak 50 cm x 60 cm, pada tiap bedengan
terdapat 2 baris tanam.
 lahan sawah, pembuatan bedengan dengan lebar 1,5 m dan antar
bedengan dibuat parit sedalam 60 cm dan lebar 50 cm, tanah diatas
bedengan dicangkul sampai gembur.
 Lubang tanam dengan jarak 50 cm x 60 cm, pada tiap bedengan
terdapat 2 baris tanam.
 Pengapuran, apabila kondisi pH tanah kurang dari 6,0 dengan
kaptan/dolomit sebanyak 1,5 ton/ha yang diberikan bersamaan
dengan pengolahan tanah (1 bulan sebelum tanaman).
 Disekeliling lahan dibuat bedengan dengan lebar 1 m untuk
ditanam barrier jagung secara zigzag, sebanyak 3 baris tahap I
yang ditanam bersamaan saat semai benih cabe dan setelah 3
minggu ditanam lagi 3 baris bagian dalam dari tahap I Fungsi
tanaman jagung ini sebagai barrier atau pagar. Tanaman ini juga
dapat diganti dengan tanaman terong bagi daerah yang
bermasalah dengan hama tanaman jagung.

 Pemupukan dasar, diberikan dalam bentuk pupuk kandang sapi 20


ton/ha ditambah 250 kg Trichoderma/ha atau Trichokompos 5
ton/ha yang sudah matang sekitar 2 minggu sebelum tanam.
Pupuk anorganik N, P, K diberikan 5 hari atau 1 minggu sebelum
tanam dengan cara ditebar, disiram lalu ditutup mulsa.

 Pemasangan mulsa plastik hitam perak dengan lebar 90 – 120 cm


Pembuatan lubang tanam pada mulsa berdiameter 10 cm
Menanam tanaman border/barrier.
Disekeliling lahan tanaman cabe ditanam tanaman jagung
minimal sebanyak 4 -6 baris dengan jarak tanam (20 cm x
20 cm) yang ditanam secara zigzag.
Tanaman jagung telah ditanam dilahan 3 minggu sebelum
tanaman cabe ditanam dilahan. Kalau bisa jenis jagung
yang ditanam adalah jagung hibrida.
Tanaman jagung adalah salah satu jenis tanaman yang
tidak disukai oleh kutu kebul.
Disamping itu tanaman jagung adalah salah satu jenis
anaman yang disukai oleh kumbang coccinelid dari spesies
Menochillus sexmaculatus yang merupakan predator dari
kutu kebul.
Pengolahan tanah dan pembuatan gulutan untuk border
Tanaman jagung tahap
kedua juga dibuat 3 lapis
JAGUNG DITANAM SECARA ZIGZAG
23
BORDER JAGUNG
Jagung sebagai
border
masih dapat dipanen/
menghasilkan
4.3.2. Penanaman tanaman perangkap dan perangkap kuning

 Bersamaan dengan penanaman tanaman penghambat, didalam lahan


ditanam tanaman perangkap yaitu tanaman yang disukai oleh kutu
kebul tetapi tidak menjadi inang penyakit virus kuning seperti
tanaman bunga tahi ayam (Tagetes sp), diharapkan sewaktu tanaman
cabe telah pindah kelapangan , bunga Tagetes sp telah mengeluarkan
bunga warna kuning.
 Bunga Tagetes sp selain berfungsi memerangkap kutu kebul juga
sekaligus dapat membubuh kutu kebul yang terperangkap.Bunga
Tagetes sp dapat ditanam disekeliling lahan setelah tanaman jagung,
juga dapat ditanam pada tiap-tiap ujung bedengan dan ditengah
bedengan. Untuk menambah keefektifan penangkapan kutu kebul,
dapat ditambah dengan beberapa perangkap kuning (yellow trap).
Penanaman tan. perangkap (Tagetes sp)
Penggunaan Perangkap Kuning

–Perangkap kuning diletakkan 30 cm


di atas permukaan kanopi
Tumpangsari
Dari pengamatan lapangan, ternyata tanaman cabe yang
ditanam secara tumpangsari lebih rendah intensitas
penyakit virus kuningnya bila dibandingkan dengan
tanaman cabe yang ditanam secara monokultur.
Banyak jenis tanaman yang bisa digunakan untuk
tumpangsari seperti tanaman kubis,bawang merah,
bawang putih, bawang daun kacang tanah dan lain-lain.
Tumpangsari tanman cabe dengan kubis, dapat
menurunkan populasi kutu kebul sampai 60,70 %
dibandingkan kontrol. Yang penting yang harus diingat
adalah tanaman pencampur/tanaman tumpangan tidak
menjadi inang penyakit virus kuning.
Tumpang Sari cabe denan kubis
Tumpang Sari cabe bawang daun dan sawi
Tumpangsari dengan terung (6:1)
Akibat Tanaman Cabe Monokultur dan
tanpa barrier
5. Pemupukan
Pupuk buatan/anorganik (N, P, K) Za 200 s/d
300 kg/ha, TSP atau SP-36 100 s/d 150 kg/ha, ZK
atau KCl 150 s/d 200 kg/ha sebagai pupuk dasar

Pupuk Za 100 s/d 150 kg/ha dan NPK 30 kg/ha


sebagai pupuk susulan dan dicairkan 1,5 kg
dalam 25 liter air untuk 1.000 batang umur 3,6
dan 9 minggu setelah tanam. Untuk menambah
hara Ca dan Mg dengan pemberian kapur
dolomit dan unsur hara mikro dari pupuk daun.
6. Penanaman
 Benih dipindahkan setelah berumur 3–4 minggu sejak semai atau sudah
mempunyai 4–6 helai daun dengan tinggi 5 –10 cm.
 Benih cabe sebelum tanam celup akar dengan larutan PGPR/Pf (Plant
Growth Promoting Rhizobacteria) yaitu bakteri pemacu pertumbuhan
selama lebih kurang 15 menit, tanam sore hari
 Tanam benih sebatas leher akar atau pada pangkal batang tanpa
mengikut sertakan batangnya dan daun pertama tidak dibuang, lalu
siram.
7. Pemasangan Ajir
 Dilakukan 7 hst, dengan jarak 10 cm dari tanaman, ikat dg rafia 30 –
40 hst
8. Perempelan
 Perempelan tunas air di ketiak daun dimulai 10-12 hst dataran rendah
dan 15-20 hst di dataran tinggi
9. Pengarian
 Menjamin ketersediaan air sesuai kebutuhan
10. Pengandilian OPT
Tujuan : untuk menghindari kerugian ekonomi berupa
kehilangan hasil, mutu, kesehatan tanaman, kelestarian
lingkungan hidup dan keamanan produksi.
Bahan :agens hayati, ramuan nabati atau pestisida (insektisida,
fungisida, herbisida) yang terdaftar dan diizinkan

Prosedur : pengamatan secara berkala ( 2 kali seminggu),


dimana 0,1 Ha diambil tanaman sampel 10 tanaman secara
acak mewakili.
Identifikasi gejala serangan, jenis OPT dan Musuh
Alami, perkirakan OPT yang harus diwaspadai.

:
Permasalahan OPT Cabe

1. Pengisap : Kutu daun, trips, tungau dan kutu kebul (vector penyakit
virus kuning)
Berada dipermukaan bawah daun, daun muda dan tunas.
Menyebabkan daun tidak normal, keriting atau keriput dan
akhirnya mati.
Pengendalian :

 Secara kultur teknis (menggunakan mulsa plastik, memasang likat


kuning, membakar gulma terserang)
 Biopestisida : Agens hayati (Beauveria), pestisida nabati (ramuan
daun-daunan seperti daun surian), Roma (Ramuan organik Hama),
dll
 Kimia : insektisida (sistemik atau kontak, apabila hasil pengamatan
intensitas 15 % ) bila diserang kutu daun atau thrips
 Akarisida untuk tanaman terserang tungau
2. Layu : Disebabkan Bakteri dg gejala layu dimulai dari pucuk
daun,menjalar keseluruh bagian tanaman.
1. Disebabkan cendawan dengan gejala layu dimulai dari bagian bawah
dan anak tulang daun menjadi menguning, jaringan akar dan batang
menjadi coklat.
Pengendalian :
Eradikasi tanaman terserang, cabut dan manfaatkan
mikroba antagonis dan untuk layu oleh cendawankan dilakukan juga
perbaikan pengairan.

3. Menyerang buah
Busuk kering buah oleh Antraknose (Colletotrichum capsici)
Busuk basah buah oleh lalat buah (Bactocera sp)
Pengendalian : Buah terserang musnahkan dan kendalikan dengan
fungisida dan untuk lalat buah maka pasang perangkap methyl
eugenol.
Gejala Rebah Kecambah oleh cendawan tanah
Gejala Rebah Kecambah
Busuk Pangkal Batang Sclerotium
Cendawan Sclerotium Pada Pangkal Batang
Gejala mati ranting oleh Colletotrichum
Antraknosa (Busuk kering)
Gejala penyakit sentik pada cabang/ranting
Cendawan penyebab sentik Choanephora
cucurbitarum
Gejala layu Fusarium di lapang (terlihat penguningan tajuk)
Gejala layu bakteri/mati gadis
(Pseudomonas solanacearum)
Warna coklat pada pembuluh akibat serangan Fusarium
Kerusakan oleh kutu daun
Gejala serangan tungau
Cabe terserang hama tungau
Kutu daun
Gejala serangan tungau pada permukaan bawah daun
Hama tungau
Serangan Tungau Pada Buah
Gejala serangan Thrips pada bunga dan
daun
Bercak daun Cercospora
Gejala buah cabe terserang hama lalat buah (Busuk
basah)
Virus kuning
GEJALA
SERANGAN
VIRUS KUNING

KUTU KEBUL
SEBAGAI
VEKTOR
Aplikasi agens hayati.

Aplikasi agens hayati ditujukan untuk mengendalikan


vektor kutu kebul.
Agens hayati yang diaplikasikan adalah dari jenis
entopatogen yaitu Beauveria bassiana.
Aplikasi dilakukan sebaiknya sebelum serangga aktif
terbang yaitu dibawah jam 8 pagi.
Pembuatan Insektisida Nabati Untuk Bemisia sp
Bahan : Daun Mimba 8 kg
Lengkuas 6 kg
Serai wangi 6 kg
Diterjen 20 gr
Air 20 l
Cara Membuat :
Daun mimba, lengkuas dan serai wangi di tumbuk
atau dihaluskan. Seluruh bahan diaduk merata
dalam 20 l air lalu direndam sehari semalam (24
jam). Keesokan harinya larutan disaring dengan kain
halus. Larutan hasil penyaringan diencerkan, setiap
1 l rendaman dengan 30 l air. Didapatkan Larutan
sebanyak 600 l untuk lahan seluas 1 ha.
Ramuan untuk mengendalikan Bemisia sp
pada tanaman cabai
Bahan :
Daun Tembakau 50 – 100 lembar
Diterjen atau sabun colek 15 gr.
Air 5 l

Cara Membuat
Daun Tembakau ditumbuk halus dicampur dengan 5 l
air dan diendapkan semalam. Keesokan harinya larutan
disring dengan kain halus. Setiap 1l larutan hasil
saringan diencerkan dengan 10 – 15 l air.
Ramuan untuk mengendalikan Bemisia sp
pada tanaman cabai
Bahan :
Daun Sirsak 50 – 100 lembar
Diterjen atau sabun colek 15 gr.
Air 5 l

Cara Membuat
Daun sirsak ditumbuk halus dicampur dengan 5 l air
dan diendapkan semalam. Keesokan harinya larutan
disring dengan kain halus. Setiap 1l larutan hasil
saringan diencerkan dengan 10 – 15 l air.
Aplikasi Pestisida
Langkah terakhir.
Tepat Sasaran
Tepat jenis
Tepat dosis
Tepat cara
Tepat waktu.
Tepat Mutu
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai