PENDAHULUAN
1.2.1 Alat
Alat yang digunakan saat praktikum adalah :
1.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan untuk praktikum antara lain :
2. Pola Tanam
Di beberapa daerah tanaman buncis ditumpangsarikan dengan jagung dan
okra dengan memanfaatkan batang tanaman tersebut sebagai lanjaran.
3. Penyiapan Lahan
Pengolahan tanah dilakukan kurang lebih satu minggu sebelum tanam dan
dibuat bedengan dengan ukuran lebar 120-150 cm dan panjang disuaikan dengan
kondisi lahan, ketinggian bedengan 30 cm dan antara bedengan dibuat parit
selebar 50 cm.
4. Penanaman
a. Waktu tanam
Produksi dapat berkurang jika pada saat pembungaan terjadi hujan,
karena bunga akan berguguran, sehingga sebaiknya waktu tanam ditentukan
dengan mempertimbangkan hal tersebut, selain juga pemilihan varietas yang
tepat.
b. Jarak tanam dan populasi tanaman
Jarak tanam hendaknya mempertimbangkan produksi yang akan
dicapai, kemudahan pemeliharaan dan kemudahan saat panen. Jarak tanam
untuk buncis tegak 30x40 cm, sedangkan untuk buncis rambat 70 x 40 cm.
c. Cara penanaman
Kedalaman tanam berkisar 3-8 cm, dengan cara ditugal dan setiap
lubang tanam diisi dua biji.
5. Pemupukan
Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang kuda atau ayam 15 ton/ha,
TSP 250 kg /ha dan KCl 250 kg /ha sebagai pupuk dasar. Pemberian pupuk
kandang dilakukan dengan cara disebar dan diratakan bersamaan dengan
pengolahan tanah. Pupuk N berupa Urea dan ZA dengan perbandingan 1:2
sebanyak 300 kg/ha diberikan pada umur 1 dan 3 minggu setelah tanam masing-
masing setengah dosis. Pemberian pupuk susulan dilakukan dengan cara
meletakkan pupuk dalam tanah yang telah ditugal sedalam 10 cm dan sekitar 10
cm dari tanaman. Setelah pupuk dimasukkan, lubang ditutup kembali dengan
tanah.
6. Pemeliharaan
a. Penyulaman
Penyulaman dilakukan jika ada benih yang rusak atau tidak tumbuh, dan
dilakukan sampai sekitar 7-10 hari setelah tanam. Penyulaman dilakukan
agar jumlah tanaman per satuan luas tetap optimum sehingga target produksi
dapat tercapai.
b. Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma dengan tangan atau
menggunakan alat.
c. Pembumbunan
Pembumbunan bertujuan untuk menutup akar yang terbuka dan membuat
pertumbuhan tanaman menjadi tegak serta kokoh. Pembumbunan dilakukan
dengan cara menaikkan atau menimbunkan tanah pada pokok tanaman.
Kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan penyiangan pertama.
d. Pengairan
Pengairan pada tahap awal dilakukan penyiraman setiap sore sampai benih
tumbuh, sedangkan penyiraman selanjutnya disesuaikan dengan kondisi
lahan pertanaman dan kondisi tanaman.
e. Pengguludan
Pengguludan adalah membuat tanah disekitar tanaman sedikit ditinggikan
dari tanah dasarnya. Peninggian guludan dapat dilakukan pada saat tanaman
berumur kurang lebih 20 dan 40 hari yang sebaiknya dilakukan pada saat
musim hujan. Tujuan dari pengguludan adalah utnuk memperbanyak akar,
menguatkan tumbuhnya, dan memelihara struktur tanah.
f. Pemasangan Ajir
Pelaksanaan pemasangan turus dapat dilakukan bersamaan dengan
peninggian guludan yang pertama. Untuk tanaman buncis yang merupakan
tipe tanaman merambat maka perlu diberikan turus atau rambatan supaya
pertumbuhan lebih baik. Biasanya turus atau lanjaran dibuat dari bambu
dengan ukuran panjang 2 m dan lebar 4 cm. Turus tersebut ditancapkan di
dekat tanaman. Setiap dua batang turus yang berhadapan diikat menjadi satu
pada bagian ujungnya, sehingga akan tampak lebih kokoh.
g. Pemangkasan atau Perempelan
Pemangkasan dimaksudkan untuk memperbanyak ranting sehingga akan
diperoleh buah yang banyak. Pemangkasan dilakukan bila tanaman berumur
2 minggu dan 5 minggu. Pemangkasan juga dimaksudkan untuk mengurangi
kelembaban di dalam tanaman sehingga dapat menghambat perkembangan
hama penyakit. Dan pucuk-pucuk tanaman yang baru dipangkas juga dapat
digunakan sebagai sayuran
7. Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
Untuk mencegah serangan hama dan penyakit perlu diperhatikan sanitasi
lahan dan drainase yang baik dan kalau menggunakan pestisida, sebaiknya
menggunakan jenis pestisda yang aman dan mudah terurai seperti insektisida
biologi dan pestisida nabati. Dalam penggunaan pstisida harus tepat pemilihan
jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval maupun waktu aplikasinya.
Berikut hama dan penyakit pada tanaman buncis:
a. Hama
Lalat kacang (Ophiomya phaseoli Tryon)
Gejala serangan yang disebabkan lalat kacang yaitu terdapat bintik-
bintik putih sekitar tulang daun, pertumbuhan tanaman yang terserang
terhambat dan daun berwarna kekuningan, pangkal batang terjadi
perakaran sekunder dan membengkak. Pengendalian dilakukan dengan
cara pergiliran tanaman yang bukan dari famili kacang-kacangan dan
penyemprotan pestisida.
Kutu daun (Aphis cracivora Koch)
Gejala serangan yang disebabkan kutu daun pertumbuhan terlambat
karena hama mengisap cairan sel tanaman dan penurunan hasil panen.
Kutu bergerombol di pucuk tanaman dan berperan sebagai vektor virus.
Pengendalian dilakukan dengan rotasi tanaman dengan tanaman bukan
famili kacang-kacangan dan penyemprotan pestisida.
Ulat grayak (Spodoptera litura F.)
Gejala serangan ulat grayak yaitu daun berlubang dengan ukuran tidak
pasti, serangan berat di musim kemarau, juga menyerang polong.
Pengendalian dilakukan dengan kultur teknis, rotasi tanaman, penanaman
serempak dan aplikasi pestisida.
Penggerek biji (Callosobruchus maculatus L)
Gejala: biji dirusak berlubang-lubang, hancur sampai 90%. Pengendalian
dilakukan dengan membersihkan dan memusnahkan sisa-sisa tanaman
tempat persembunyian hama. Benih kacang panjang diberi perlakuan
minyak jagung 10 cc/kg biji.
Ulat bunga (Maruca testualis)
Gejala serangan ulat bunga yaitu larva menyerang bunga yang sedang
membuka, kemudian memakan polong. Pengendalian dilakukan dengan
rotasi tanaman dan menjaga kebersihan kebun dari sisa-sisa tanaman dan
aplikasi peatisida.
b. Penyakit
Penyakit mozaik (virus Cowpea Aphid Borne Virus/CAMV).
Gejala yang ditimbulkan penyakit ini yaitu pada daun-daun muda terdapat
gambaran mosaik yang warnanya tidak beraturan. Penyakit ditularkan oleh
vektor kutu daun. Pengendalian: gunakan benih sehat dan bebas virus,
semprot vector kutu daun dan tanaman yang terserang dicabut dan dibakar.
Penyakit sapu (virus Cowpea Witches-broom Virus/Cowpea Stunt
Virus)
Gejala yang disebabkan penyakit sapu adalah pertumbuhan tanaman
terhambat, ruas-ruas (buku-buku) batang sangat pendek, tunas ketiak
memendek dan membentuk "sapu". Penyakit ditularkan melalui vektor
kutu daun. Pengendalian dilakukan dengan sama dengan pengendalian
penyakit mosaic.
Layu bakteri (Pseudomonas solanacearum)
Gejala penyakit layu bakteri adalah tanaman mendadak layu dan serangan
berat menyeabkan tanaman mati. Pengendalian dilakukan dengan rotasi
tanaman, perbaikan drainase dan mencabut tanaman yang mati.
Penyakit antraknosa
Penyakit antraknosa disebabkan oleh cendawan Colletotrichum
lindemuthianum, termasuk dalam famili Melanconiaccae. Gejala yang
ditimbulkan yaitu terdapat bercak-bercak kecil berwarna coklat karat pada
polong buncis muda, bercak hitam atau coklat tua di bagian batang
tanaman tua. Pengendalian dilakukan dengan penggunaan benih yang
bebas penyakit, pergiliran tanaman yang bertujuan untuk memotong siklus
hidup dan penyemprotan pestisida organik.
Penyakit embun tepung
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Erysiphe polygoni, yang termasuk
dalam famili Erysiphaceae. Gejala yang tampak yaitu daun, batang, bunga
dan buah berwarna putih keabuan (seperti beludru). Pengendalian
dilakukan dengan memotong atau membakar bagian atau tanaman yang
terserang, dapat juga disemprot dengan pestisida organik dan
penghembusan dengan tepung belerang (Anonimous, 2011).
Penyimpanan pada suhu 5-100C dan RH 95% dapat menjaga umur simpan
polong pada kualitas layak jual selama 2-3 minggu.
2.2 Pembahasan
3. Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa perlakuan tanpa ZPT
memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan buncis dibandingkan
dengan perlakuan aplikasi ZPT yang ditunjukkan oleh perlakuan 2, perlakuan
4 dan perlakuan 6 yang tidak mengalami pertumbuhan. Berdasarkan
pengamatan pada paremeter tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah bunga dan
jumlah buah perlakuan terbaik terdapat pada P7 dengan perlakuan jarak
tanam 40 x 25 cm tanpa ZPT.
DAFTAR PUSTAKA
Lingga, P dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisi Revisi. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Pranata, A.S. 2004. Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Rihana, S. 2013. Pertumbuhan dan hasil tanaman buncis pada berbagai dosis
pupuk kotoran kambing dan konsentrasi zat pengatur tumbuh dekamon.
Jurnal Produksi Tanaman 1(4).
Salisbury, F.B & C.W Ross. 1995. Fisiologi tumbuhan. Jilid 3. Trans.
Sumiati, E. 1989. Pengaruh Zat pengatur Tumbuh terhadap Hasil Curd Brokol
(Brassica clerase var. Italica L).Kultivar Green Comet. Bull. Penel. Hort.
18 (1): 44-49. Sutopo, L. 1985. Teknologi benih. Jakarta: CV. Rajawali.