Disusun oleh :
Nuring Sangkelat (134160169)
Rachma Tyas Pratiwi (134160169)
A. Latar Belakang
Cabai merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai nilai
ekonomis cukup penting. Cabai merah banyak ditanam oleh petani di Indonesia
dari dataran rendah sampai dataran tinggi (0 – 1.200 m d.p.l). Luas pertanaman
komoditas tersebut berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 1998 luas areal
pertanamannya, mencapai 161,603 ha, dan rata – rata produksi nasional 7,8 t/ ha
(Dit Bina Tanaman Pangan dan Hortikultura, 1999). Menurut Siswanto (1995)
tanaman cabai merah dapat ditanam di berbagai tipe lahan, yaitu lahan sawah
(basah), tegalan (kering), dan pinggir laut (pantai).
Pemanfaatan komoditas cabai sebagian besar adalah untuk keperluan rumah
tangga, yaitu dikonsumsi dalam bentuk segar, kering, atau olahan. Kegunaan
lainnya adalah sebagai bahan baku industri untuk obat – obatan dan peternakan.
Kandungan vitamin C pada buah cabai cukup tinggi.
Dalam beberapa tahun terakhir luas areal pertanaman cabai merah menempati
urutan pertama di antara komoditas sayuran lainnya. Hal ini merupakan indikator
bahwa cabai merah dapat dikategorikan sebagai komoditas komersial dan potensial
untuk dikembangkan. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha tani
cabai merah adalah ketersediaan benih bermutu tinggi. Untuk mendapatkan benih
tersebut, selain diperlukan benih sumber dengan mutu genetik tinggi, perlu
diperhatikan juga cara budidaya tanaman yang optimal, pemeliharaan, panen, pasca
panen, dan penyimpanan benih yang baik.
B. Tujuan
1. Mengetahui cara produksi benih cabai
2. Mengetahui cara prosesing benih cabai
BAB II
PEMBAHASAN
C. Isolasi
Beberapa bentuk isolasi untuk pertanaman benih cabai adalah isolasi jarak,
waktu tanam, tempat, dan perantara.
a. Isolasi jarak
Lahan pertanaman cabai untuk benih penjenis harus mempunyai jarak antar
varietas + 500 m (Howthorn dan Pollard 1954). Untuk kelas benih di bawah
benih penjenis, jarak penanaman antar varietas dapat lebih pendek yaitu + 200
meter.
b. Isolasi waktu tanam
Jika dua atau lebih varietas yang berbeda ditanam dalam petak yang
berdampingan, maka waktu tanam diatur sedemikian rupa sehingga saat
berbunga tidak bersamaan, minimal dengan selisih 75 hari. Dengan demikian
diharapkan tidak terjadi persilangan bebas di lapangan.
c. Isolasi tempat
Setiap varietas ditanam tersendiri di dalam ruangan – ruangan khusus.
d. Perantara
Tanaman seperti jagung, sorgum, rumput tinggi atau tebu juga efektif untuk
mengisolasi pertanaman cabai yang ditujukan untuk produksi benih (Poulos
1993).
D. Benih Sumber
Benih sumber untuk menumbuhkan tanaman penghasil benih harus
berdasarkan persetujuan. Empat kelas benih yaitu benih penjenis (BS), benih dasar
(FS), benih pokok (SS), dan benih sebar (ES) umumnya dikenal dalam sertifikasi
benih di Indonesia. Benih bersertifikat yang diproduksi harus berasal dari benih
bersertifikat dengan kelas-kelas yang lebih tinggi. Tetapi dalam produksi benih
berlabel merah jambu dapat menggunakan benih bersertifikat atau benih berlabel
sebagai sumber benih. Sumber benih yang digunakan harus memenuhi persyaratan
berikut : (1) diketahui asal-usulnya dan murni varietasnya, apakah benih
bersertifikat atau tidak, dan (2) harus bebas dari benih varietas lain, biji gulma dan
penyakit terbawa benih.
E. Pola Tanam
Produksi benih cabai dilakukan dengan pola tanam monokultur. Pola tanam
monokultur bertujuan agar produksi benih yang dihasilkan lebih maksimal dan
memudahkan dalam perawatan. Selain itu menghindari terjadinya penyerbukan
silang dan tercampurnya benih dari biji tanaman lainnya.
F. Penyemaian dan Pemindahan Tanam
Benih dari sumber yang benar disemai di persemaian yang telah
dipersiapkan. Tempat persemaian menggunakan atap plastik dan menghadap ke
Timur. Adapun lokasi persemaian harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Tempat harus bersih dan aman dari hama, penyakit dan gulma pengganggu.
Harus tersedia/dekat dengan sumber air.
Mudah dalam pengawasan.
Ada beberapa tehnik persemaian yang umum dilakukan oleh petani. Salah
satu contoh tehnik persemaian cabai adalah system Steril Pro/Pengecambahan :
1. Langkah pertama adalah siapkan benih cabe. Pilih benih unggul yang tahan
penyakit dengan daya kecambah minimal 90%, biasanya sudah tertera dalam
kemasan (sachet) dari pabrikan produsen benih. 1 bungkus/sachet berisi ± 1400
biji.
2. Rendam benih. Benih pabrikan dalam sachet biasanya sudah mengalami seed
treatment atau diberi fungisida. Apabila ingin bertanam organik maka fungisida
ini juga harus dibersihkan dahulu dan rendam dalam air hangat ± 50°C selama
2 jam, kemudian rendam dalam larutan POC GDM 10% selama 1 jam untuk
merangsang pertumbuhan dan mencegah penyakit tular benih.
3. Tiriskan benih 3 – 5 menit.
4. Pemeraman benih. Letakkan/sebar merata bibit yang telah ditiriskan pada kain
bersih yang telah dicelupkan dalam larutan POC GDM 10%. Lipat kain secara
perlahan dan simpan dalam wadah khusus (nampan/baskom) selama 3 – 4 hari.
5. Pindahkan ke polybag pembibitan. Pada hari ke 4 biasanya benih sudah mulai
berkecambah. Siapkan polybag kecil atau tray pembibitan yang berisi
campuran tanah : pupuk kandang (2:1). Buat lubang tanam pembibitan sedalam
0,5 cm. 1 pot 1 lubang tanam untuk 1 kecambah. Tanam kecambah cabe 1
lubang untuk 1 tanaman/kecambah, tutup lubang tadi dengan tanah halus atau
abu sekam.
6. Penyiraman di pembibitan. Lakukan penyiraman 2 kali sehari atau sesuai
kebutuhan.
7. Benih dipindahkan ke lapangan setelah berumur 7 – 8 minggu setelah semai
atau setelah bibit mempunyai 4 – 5 helai daun.
G. Pemupukan
Untuk penanaman cabai secara monokultur di lahan kering, pupuk dasar yang
terdiri atas pupuk kandang (20 – 30 ton/ ha) dan TSP (100 – 150 kg / ha) diberikan
seminggu sebelum tanam. Pupuk susulan terdiri atas Urea (100 – 150 kg / ha), ZA
(300 – 400 kg/ha), dan KCl (150 – 200 kg / ha) diberikan pada umur 3,6 dan 9
minggu setelah tanam, masing – masing sepertiga dosis (Hilman dan Suwandi,1992
; Nurtika dan Hilman, 1991).
H. Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk menghilangkan tumbuhan pengganggu (gulma)
yang dijadikan inang bagi OPT. Pertanaman cabai harus bebas gulma babadotan/
wedusan (Ageratum conyzoides) karena merupakan inang penyakit virus kuning.
Penyiangan dilakukan sesuai dengan kebutuhan di lapangan (minimal setiap 4
minggu sekali).
I. Pengairan
Di lahan tegalan, ketersediaan air tergantung pada hujan. Oleh karena itu
waktu tanam perlu diperhatikan agar tanaman memperoleh cukup air selama masa
pertumbuhannya. Penerapan sistem irigasi tetes pada lahan kering tampaknya akan
lebih efisien, ditinjau dari segi penggunaan air maupun tanggap tanaman terhadap
pemberian air pengairan (Sumarni 1996).
Kelembaban tanah yang merata selama masa pertumbuhan sangat penting
untuk tanaman cabai merah. Kelembaban tanah harus dipertahankan 60 – 80%
kapasitas lapang (Kusandriani dkk. 1996). Masa kritis tanaman tanaman cabai
adalah pada saat pertumbuhan vegetatif yang cepat, pembentukan bunga, dan
pembentukan buah (Welles 1990).
J. Pengendalian Hama dan Penyakit
Untuk menjaga kualitas tanaman dan untuk memperoleh hasil yang maksimal,
diusahakan tanaman bebas dari serangan hama dan penyakit. Namun, jika hama
dan penyakit terlanjur menyerang tanaman maka perlu pengendalian secara kuratif
menggunakan pestisida.
Jenis-jenis Hama Tanaman Cabai dan Cara Pengendaliannya
1. Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Berwarna hijau, berukuran kecil dan sangat banyak, menyerang daun dan tunas
serta batang muda, menyebabkan daun berlubang dan merusak tunas muda. Pada
serangan hebat tanaman menjadi gundul dan hanya menyisakan tulang-tulang
daun sehingga pertumbuhan terhambat.
Pengendalian : Semprot dengan Curacron, Regent, Prevathon atau Matador.
2. Thrips
Ditandai dengan gejala daun keriting dan menggulung kearah atas, hama
ini sangat kecil merusak tanaman dengan cara menghisap cairan pada daun.
Serangan awal terjadi pada pucuk daun/daun muda. Serangan parah biasanya
terjadi pada musim kemarau. Hama ini merupakan vektor pembawa virus yang
mudah menyebar dengan cepat.
Pengendalian :
Penyemprotan rutin dengan insektisida Agrimec, Demolish, Pegasus, Bamex,
Omite, Mitac atau Samite
3. Tungau (Polyphagotarsonemus latus, Tetranycus sp.)
Tungau yang menyerang tanaman cabe biasanya adalah tungau
kuning (polyphagotarsonemus latus) dan tungau merah (tetranycus sp.). Hama
ini menyebabkan daun keriting dan menggulung kearah bawah,
bagian bawah daun yang terserang berwarna kecoklatan. Pada serangan hebat
menyebabkan daun rontok.
Pengendalian :
Penyemprotan rutin dengan racun tungau (Akarisida) misalnya Agrimec,
Demolish, Pegasus, Bamex, Omite, Mitac atau Samite
4. Kutu Daun (Myzuspersicae)
Menyebabkan daun kriting dan pertumbuhan terhambat, kutu daun
menyerang batang muda, daun dan tunas muda. Kutu daun menyerang dengan
cara menghisap cairan pada daun yang menyebabkan daun menjadi
kering dan permukaan daun keriting. Deteksi awal dengan cara memperhatikan
setiap tanaman secara rutin. Jika terdapat banyak semut pada tanaman sudah
dapat dipastikan kutu daun ada disana. Kenapa demikian? kutu daun
mengeluarkan semacam zat gula sehingga membuat para semut tertarik.
Kutu daun adalah vektor pembawa dan penyebar virus kuning atau keriting
bule.
Pengendalian :
Pengendalian dengan disemprot insektisida berbahan aktif abamektin,fipronil
atau diafenthiuron
5. Lalat Buah (Bactrocera dorsalis)
Lalat buah menyerang buah cabe dengan cara menyuntikkan telor mereka, telor
menetas dan menjadi larva. Larva-larva inilah yang menggerogoti buah cabe
dari dalam dan menyebabkan kerontokan buah dan busuk buah (busuk basah)
gejala tangkai buah menguning atau bagian ujung buah menguning, jika delah
dibagian dalam buah terdapat larva lalat.
Pengendalian : Pengendalian dengan membuat perangkap lalat buah atau
disemprot insektisida Curacron, Regent, Santoat, atau Matador
6. Puru Akar
Gejala tanaman layu dan roboh. Puru akar menyerang akar dan batang
bagian bawah
Pengendalian dengan cara menaburkan Nematisida (Curater, Furadan,
Pentakur atau Petrofur)
7. Ulat Tanah (Helicoverpa sp. dan Spodoptera exigua)
Ulat berwarna coklat atau hijau, berukuran besar (sebesar pensil).
Menyerang seluruh bagian tanaman, buah, batang dan daun. Namun lebih
menyukai buah cabe. Ulat ini aktif pada malam hari dan pada siang hari
bersembunyi didalam tanah atau dibawah mulsa. Pada serangan hebat, ulat
jenis ini dapat merusak berhektar-hektar tanaman cabe hanya dalam waktu 1
malam.
Pengendalian :
Jaga kebersihan sekitar area lahan, semprot dengan Curacron, santoat,
Matador atau Prevaton. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada malam hari.
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Hilman, Y. dan Suwandi. 1992. Pengaruh pupuk nitrogen dan triple super phosphate
pada tanaman cabai. Bull Penel. Hort 23 (1) ; 107 – 116.
Nurtika, N. dan Y. Hilman. 1991. Pengaruh nitrogen dan pupuk daun terhadap
pertumbuhan dan hasil cabai yang ditumpangsarikan dengan bawang
merah. Bull Penel Hort Ek. 20 (1) ; 135 – 139.
Sumarni, N. 1996. Budidaya tanaman cabai merah. hal. 36-47. Dalam Teknologi
produksi cabai merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Puslitbanghort, Badan Litbang Pertanian.
Tao, K.L. 1985. Standard for gene banks. FAO / IBPGR plant genetic resources news
letters 62 : 36 – 41.