Anda di halaman 1dari 63

Kecambah Kelapa Sawit 9.500/butir.

Bibit Pre Nursery Kelapa Sawit


14.000/pokok
No. Tanaman Harga Benih (Rp.) No. Tanaman Harga Benih (Rp.)
1. Cabai keriting 110.000/10 g 10. Padi 6-7 ribu/kg
2. Broccoli chief 85.000/10 g 11. Jagung F1 35-55 ribu/kg
3. Lettuce H G 25.000/5 g 12. Kedelai 10-15 ribu/kg
4. Mentimun (big) 17.000/25 biji 13. Kac. tanah 35 ribu/kg
5. Tomat cherry 38.000/20 biji 14. akasia krasikarpa 1 juta/kg
6. Semangka 60.000/20 g 15. mahoni 45 ribu/kg
7. B. Matahari ES 17.000/50 biji 16. jati 80 ribu/kg
8. B. Matahari F1 38.000/25 biji 17 Akasia mang 120 ribu/kg
9. Tomat K F1 95.000/5 g 18. Terung F1 33 ribu/kg
Produksi Benih mencakup semua kegiatan sejak penyiapan
lapang produksi terpilih sampai benih bermutu yang
diproduksi siap disalurkan kepada pemakainya
Produksi benih ------------- campur tangan manusia dalam meneruskan
keberlanjutan (sustainability) suatu spesies tanaman yang mempunyai
keunggulan tertentu dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan
pengguna/konsumen dengan prinsip enam tepat.
Prinsip-prinsip tersebut adalah: tepat varietas, tepat jumlah, tepat
harga, tepat waktu, tepat tempat, dan tepat mutu.

AEP 327
Benih adalah hasil hari ini dan janji hari esok.
Produksi benih, dengan demikian bukan hanya
bertujuan untuk mendapatkan hasil maksimal
saja, namun harus diupayakan benih yang
dihasilkan tersebut apabila ditanam akan
menghasilkan produksi yang maksimal pula.
Keberhasilan suatu program perbenihan sangat
ditentukan oleh keunggulan benih yang disediakan
untuk konsumen (petani). Benih unggul tersebut harus
secara konsisten lebih berkualitas dari benih yang
diproduksi sendiri oleh petani.

AEP 327
Tujuan Produksi Benih

Menyebarkan varietas unggul hasil


pemuliaan untuk produksi komersial

Mempertahankan identitas genetik


(kebenaran,kemurnian,kemantapan)
varietas unggul tersebut

Menjaga & memelihara produktivitas


varietas unggul
AEP 327
Jika dilihat data kebutuhan benih: Subsektor
tanaman pangan membutuhkan benih padi
sebanyak 349 ribu ton, jagung (92 ribu ton), dan
kedelai (73 ribu ton). “Benih yang tersedia baru
separuh dari masing-masing komoditi,” kata Menteri
Pertanian Suswono kepada Republika di
Padepokan Silat TMII Jakarta, Selasa (11/10),
seharusnya berbisnis di bidang perbenihan
menjadi pilihan yang menarik.

AEP 327
Pemenuhan Kebutuhan Benih Cabai,
Tomat, Kubis dan Mentimun th 2000-2002

80000
70000
60000
50000
Kg 40000
30000
20000
10000
0
cabai Tomat Kubis Mentimun

2000 Keb. Benih (ton) 2000 Komersial DN 2000 Komersial LN (impor)


2001 Keb. Benih (kg) 2001 Komersial DN 2001 Komersial LN (impor)
2002 Keb. Benih (kg) 2002 Komersial DN 2002 Komersial LN (impor)
(2)

60-65% peningkatan produktivitas suatu usaha tani


ditentukan oleh faktor penggunaan BENIH VARIETAS
UNGGUL BERMUTU (faktor genetik “dalam” yg
menyusun benih var tsb, dan faktor teknologi benih”luar”
yg diterapkan kepada benih var unggul tsb shg menjadi
bermutu)…….
SUMBER DAYA PEMULIAAN
NABATI TANAMAN

GALUR

PELEPASAN VARIETAS PERLINDUNGAN


VARIETAS

VARIETAS UNGGUL

TIDAK DUS-test LULUS

Daftar Varietas
Truth in labelling
SERTIFIKASI BENIH Permintaan Tinggi

Tanpa Penerapan SSN


Pengawasan Berlabel
non_SNI
Benih Berlabel SNI

PETANI TRADISIONAL BENIH


PETANI KOMERSIAL
Program Darurat BERSERTIFIKAT
Benih var unggul bermutu
Bagan Alir Produksi & Distribusi Benih

LITBANG Breeder Seed (BS)

BBI Foundation Seed (FS)

BBI/BBU Stock Seed (SS)

PENANGKAR Extension Seed (ES)

PETANI
AEP 327
Infrastruktur dasar pengembangan
perbenihan
Teknologi

LITBANG Kriteria
Pemuliaan

Pengadaan BENIH
BERMUTU

Pengawasan lap.

PENGAWASAN Legislasi

Analisis lab.
AEP 327
MODEL DAN SISTEM AGRIBISNIS PERBENIHAN

LITBANG Breeder Seed (BS)


PBS
Foundation Seed (FS)
Internal Quality Control
Marketing Stock Seed (SS)

Distributor
Extension Seed (ES)

Pengecer PENANGKAR sistem KONTRAK

PBS= Perusahaan Benih Swasta


PETANI
MODEL DAN SISTEM AGRIBISNIS PERBENIHAN

LITBANG Breeder Seed (BS)

BBI Foundation Seed (FS) Perusahaan swasta

BBI/BBU Stock Seed (SS)


Extension Seed (ES)
PENANGKAR sistem KONTRAK

PETANI
AEP 327
(3)

”Siapa menguasai benih, maka dia


menguasai pangan, dan siapa menguasai
pangan maka dia menguasai dunia”
Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen
(subsistem) yang berinteraksi untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.
ANATOMI SISTEM
PERBENIHAN
SUB-SISTEM PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN (R & D)

SUB-SISTEM PENGADAAN
SUB-SISTEM PENGAWASAN &
SERTIFIKASI

SUB-SISTEM DIKLAT
SUB-SISTEM
PENYULUHAN

SUB-SISTEM PENGGUNA

AEP 327
SUB-SISTEM PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN (R & D)
BALITPA/BB P BALITJAS BALITKABI
Sukamandi Maros Malang

Perguruan Tinggi/Swasta

Padi, jagung, kedelai, ubi-ubian


dll

BENIH BERMUTU DARI VARIETAS UNGGUL


AEP 327
SUB-SISTEM PENGADAAN

PT. SHS PIONEER PP.KERJA,


PT PERTANI BISI KUD…

BBI, BBU, PETANI PENANGKAR

Padi, jagung, kedelai, ubi-ubian


dll

SAMPAI DI PETANI DG 6 TEPAT


AEP 327
SUB-SISTEM PENGAWASAN &
SERTIFIKASI
BSN, BPSB TPH BPMB TPH
LSSM
Pengembangan metode pengujian
Sertifikasi dan pembinaan penangkar/
pengawas benih
Akreditasi lab uji
Manajemen mutu
Padi, jagung, kedelai, ubi-ubian
dll

BENIH BERSERTIFIKAT
SUB-SISTEM PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN
PERGURUAN
LITBANG TINGGI
BLPP,
Pendidikan sarjana pemuliaan tanaman & perbenihan
Pendidikan tenaga menengah utk perbenihan
Pelatihan perbenihan

Sumber daya manusia

SDM handal utk mengelola perbenihan


SUB-SISTEM PENYULUHAN

BPP PPS, BLPP,


PPL
Penyuluhan pentingnya benih bagi petani
Penyuluhan tentang mutu benih
Pelatihan petani penangkar benih

Penangkar, petani

Peningkatan penggunaan benih bermutu


SUB-SISTEM PENGGUNA

PENANGKAR
BBI, BBU
PETANI

Produksi benih sesuai kelas benih


Menerapkan teknik budidaya yang tepat
Penanaman off-season

Padi, jagung, kedelai, ubi-ubian


dll

Peningkatan produksi
AEP 327
(4)
(1) Tahap Tradisional

(2) Tahap Dini

(3) Tahap Berkembang

(4) Tahap Sudah Berkembang


• Benih yg beredar di petani var lokal,
pengadaan sendiri, tradisional
Tahap 1 • R&D baru dimulai

• Benih diperbanyak lembaga pemuliaan


tanaman, salurkan ke penangkar
tertentu
Tahap 2
• Ketersediaan benih di pasar masih
jauh dari cukup
• Arah R&D telah lebih jelas
• Negara sdh memiliki kebijakan sistem
perbenihan (infrastruktur perbenihan
telah ada & sistem mulai berjalan)
Tahap 3 • R&D telah berkembang & produktif
• Swasta mulai berperan, var unggul
mulai menggantikan var lokal

• Sektor pertanian telah berkembang


baik, perhatian utk mengembangkan &
memproduksi benih komersial
Tahap 4
• Undang-undang/peraturan perbenihan
diberlakukan
• Peran swasta semakin kuat
TAHAPAN TIPIKAL PENGEMBANGAN
PROGRAM PERBENIHAN

!Pceirlkcemlba1n1gJa1n1 slstem
[P)ceirlbce1n1alhla1n1
lnl<egJaiirai suatu melarn
tentu sec <dlaftegJa a
!be~ lUI mtersebut dan
tahapan ara is pau
lbceirsamaa1n1 antar
komod
C (Q) 1n1ftitas
(Q) tanarnan
: [P)a <di a, [P)<e irlkem
II

lhl 1n1ya
[P)ceirlbce1n1 lbaa1n1gJa
lhla 1n11n11n1ya ft
I

lb (9 r~ a 1n1 SJ
183ce~alkal aslnllUI
a 1n1 gJ [P)(es
j lUlgJa1 a
lbcelnl
I

nlgJa11nl a lhl Sa1}/lUI ran


1. Pemuliaan tanaman & pengujian galur-galur
harapan
2. Persetujuan & pelepasan varietas-varietas
unggul baru
3. Perbanyakan & pengolahan benih hingga
siap salur
4. Pemasaran atau penyaluran benih
5. Pengawasan mutu pada saat perbanyakan,
pengolahan dan pemasaran/ penyaluran
benih
(5)

ekstensifikasi intensifikasi

Peningkatan
produksi tanaman

diversifikasi rehabilitasi

Semua langkah tersebut,


akan meningkatkan
kebutuhan benih varietas
unggul bermutu
(5)

Mengembangkan & meningkatkan kemampuan lembaga


perbenihan dari hulu sampai hilir

Mengalihkan scr bertahap usaha pengadaan &


penyaluran benih komersial dari lembaga pemerintah ke
swasta

Membimbing, membina & mengawasi pengadaan benih


bermutu, sertifikasi benih tetap ditangani pemerintah

Mengusahakan agar pengadaan & penyaluran benih


bermutu dipenuhi oleh masing-masing daerah (provinsi)
Swasembada
beras (1984)
Proyek Benih I
(1971-1978)
SEED YEAR
CAMPAIGN
(1969)
TUGAS:
Buatlah sebuah makalah dengan topik : Kontribusi
Pengembangan Sistem Perbenihan Tanaman
Pangan terhadap terwujudnya swasembada beras
di Indonesia (kasus 1969-1984)

Dikumpul sebelum Ujian Mid semester


(6)
Perkembangan Industri Benih Dunia

Tugas Kelompok dan diskusi:


Masing-masing kelompok menampilkan
perkembangan industri di beberapa negara.
Setelah itu baru dibicarakan perkembangan
industri benih di Indonesia.

AEP 327
Perkembangan Industri Benih
Indonesia

Secara nasional, industri perbenihan Indonesia


sebenarnya sudah mulai menggeliat. Dengan
dibukanya pintu investasi di bidang perbenihan
pada awal tahun 90-an beberapa perusahaan
benih besar mulai beroperasi. Seiring dengan
mulai berproduksinya perusahaan-perusahaan
tersebut, perlahan-lahan impor benih beberapa
komoditas mulai menurun.

AEP 327
Perkembangan Industri Benih
Indonesia
Kondisi yang berbeda ditemukan pada tanaman pangan
khususnya padi yang masih didominasi oleh benih padi varietas
unggul produksi perusahaan benih pemerintah. Pada awal
tahun 2000 persentase pemenuhan kebutuhan benihnya masih
sekitar 40 % dengan kebutuhan benih potensial sekitar 286
ribu ton, sementara jagung adalah 13% dengan kebutuhan
benih potensial sekitar 105 ribu ton, dan kedelai sekitar 8 %
dengan kebutuhan benih potensial sekitar 51 ribu ton. Khusus
untuk jagung sebagian besar benih yang beredar adalah
produksi perusahaan benih swasta berskala internasional.
Sementara bisnis benih kedelai tampaknya tidak mengundang
minat para investor, padahal di belahan dunia lain bisnis ini
cukup menggiurkan.

AEP 327
Perkembangan Industri Benih
Indonesia
Beberapa Industri Benih :
 Perum Sang Hyang Seri
 PT. Pertani
 East West Seed Indonesia (Cap Panah Merah)
 Tanindo (Cap Kapal Terbang)
 PP Kerja
 Zeneca
 Pioneer
 Tekno kultura

AEP 327
(7)
Hambatan Pengembangan
Perbenihan di Indonesia
 Masih terbatasnya sumberdaya pemuliaan tanaman
professional sehingga hasil pemuliaan tanaman masih rendah
 Varietas yang telah dilepas tidak dapat berkembang karena
kurang memenuhi selera masyarakat
 Sertifikasi benih dan pengawasan mutu masih belum
memadai baik sumber daya manusia maupun teknologi
 Institusi perbenihan belum dimanfaatkan secara optimal dan
sumber daya manusia di bidang perbenihan masih terbatas
baik jumlah maupun kualitasnya.
 Kebijakan pemerintah kadangkala tidak konsisten dan
terkesan berlebihan
 Penerapan peraturan perundangan terkesan lamban dan
belum memenuhi harapan, serta adanya kerancuan persepsi
mengenai sertifikasi benih, OECD Scheme, ISTA Rules

AEP 327
Hambatan Pengembangan
Perbenihan Indonesia
 Belum ada kebijakan yang jelas mengenai pemilahan
peranan antara sektor swasta dengan pemerintah dalam
perbenihan, terutama dalam hal produksi. Sering terjadi
kompetisi tidak sehat antar keduanya
 Efisiensi produksi benih bersertifikat masih rendah
 Skala usahatani dan modal usaha kecil, sehingga
kebutuhan jumlah benih sedikit, atau cenderung memilih
benih harga murah
 Harga jual produk dan keuntungan petani rendah,
akibatnya petani memilih menggunakan benih yang harganya
murah
 Usaha pertanian lokasinya tersebar, beberapa di antaranya
sarana transportasi sulit, sehingga petani cenderung
menggunakan benih asalan

AEP 327
Hambatan Pengembangan
Perbenihan Indonesia
 Usaha pertanian lokasinya tersebar, beberapa di
antaranya sarana transportasi sulit, sehingga petani
cenderung menggunakan benih asalan
 Harga benih bermutu produksi perusahaan benih
formal masih dirasakan terlalu mahal oleh petani,
sehingga petani cenderung menggunakan benih dari
hasil seleksi pertanamannya sendiri, yang tidak jelas lagi
generasinya
 Belum berkembangnya agroindustri yang
membutuhkan pasokan produksi tanaman yang
dihasilkan dari benih bermutu.
Hambatan Pengembangan
Perbenihan Indonesia
Selain hambatan di dalam negeri, tantangan yang datang
dari luar tidak kalah beratnya. Perusahaan multinasional
yang sudah mapan dan menguasai pasar dunia bisa
mengancam industri benih dalam negeri. Sementara itu,
dengan telah diratifikasinya kesepakatan internasional
seperti General Agreement on Trade and Tariff
(GATT)
berarti kita harus siap berkompetisi dalam pasar global.
Sehubungan dengan ini, issu sertifikat kesehatan
(Phytosanitary Certificate/PC) dapat saja digunakan negara
tertentu sebagai pengganti batasan tarif (tariffs as
barriers
to trade) atau untuk melindungi komoditas pertaniannya.

AEP 327
Hambatan Pengembangan
Perbenihan Indonesia
Maddox (1997) menyatakan bahwa persyaratan PC di beberapa
negara kadangkala tidak didasarkan pertimbangan ilmiah dan
seringkali tidak adil. Dia mencontohkan, di Mexico sebelum tahun
1991 tidak ada persyaratan PC bagi benih sayuran yang berasal
dari USA, namun pada tahun 1994 peraturan baru diterapkan yang
menyangkut sekitar 60 patogen. Setelah dipelajari di USA,
ternyata sepuluh patogen tidak menyebar melalui benih, delapan
sudah ada di Mexico, dua patogen tidak ada di USA dan delapan
lainnya dikenal tidak mempunyai nilai ekonomis samasekali di seluruh
dunia. Pengalaman ini seharusnya menjadi perhatian dalam
membangun sistem perbenihan Indonesia yang tidak saja dapat
menjamin ketersediaan benih bermutu di dalam negeri, namun
diharapkan juga mampu menembus pasar internasional.

AEP 327
(8)

Varietas baru yang dihasilkan dari suatu program


pemuliaan yang memakan waktu, tenaga, dan biaya
yang besar, haruslah terbukti lebih baik dari varietas
yang sudah umum digunakan petani
Praktek budidaya tanaman untuk menghasilkan benih pada
dasarnya sama dengan produksi biji untuk konsumsi. Tetapi,
produksi benih murni memerlukan perhatian khusus berupa
prinsip-prinsip genetis di samping prinsip-prinsip
agronomisnya.

AEP 327
(9)

Prinsip Genetis
Pada prinsipnya, memproduksi benih adalah
mengantarkan keunggulan suatu varietas yang
sudah dirakit sedemikian rupa oleh pemulia,
kepada petani yang sangat mengharapkan
keunggulan tersebut untuk peningkatan
pendapatannya.

Hindari terjadinya KEMUNDURAN VARIETAS

AEP 327
Prinsip Genetis
Hindari terjadinya KEMUNDURAN VARIETAS
FAKTOR-FAKTOR YG DAPAT MENYEBABKAN
TERJADINYA KEMUNDURAN VARIETAS :
VARIASI DALAM PERKEMBANGAN
PENCAMPURAN SECARA MEKANIK
MUTASI
PERSILANGAN ALAMI
VARIASI-VARIASI GENETIS YANG MINOR
PENGARUH SELEKTIF HPT
TEKNIK YANG DIGUNAKAN DLM
PEMULIAAN

AEP 327
Prinsip Genetis
JAGA KEMURNIAN VARIETAS, melalui :

ISOLASI jarak

waktu
ROGUING

SERTIFIKASI

AEP 327
(10)
Prinsip Agronomis
PRINSIP AGRONOMIS

PEMILIHAN LOKASI PRODUKSI BENIH


 ADAPTASI VARIETAS TERHADAP
LINGKUNGAN PRODUKSI
 SEJARAH PERTANAMAN
SEBELUMNYA
 ROTASI TANAMAN
 AKSESIBELITAS LOKASI
PRINSIP AGRONOMIS

Kedalaman penanaman
Penyerbukan
Pengendalian gulma
Pengendalian H&P
Pemupukan
Irigasi
Pemanenan
Pengeringan benih
Penyimpanan
(11)
PERENCANAAN & PERAMALAN
PRODUKSI BENIH
PERENCANAAN = suatu proses yg berkesinambungan yg
melibatkan keputusan2 atau pilihan2 mengenai cara2 mengelola
sumberdaya yg tersedia dg tujuan utk mencapai sasaran yg
ditargetkan pd suatu saat dimasa yg akan datang

PRODUKSI

INPUT PROSES OUTPUT


Bagan alir proses perencanaan
produksi benih
Tujuan produksi benih

Analisis faktor internal Analisis Faktor eksternal


Strategi
Kekuatan & kelemahan (analisis SWOT) Kesempatan & Ancaman

Target

Rencana

Anggaran
• Peramalan Produksi Benih

Sumber Utk Peramalan:


Petani
Penyalur/pedagang benih
Pemerintah
Dokumentasi perusahaan

PROSES PRODUKSI BENIH


(12)

PROSES PRODUKSI BENIH


(13)
PEMELIHARAAN BENIH
PENJENIS, POKOK & STOK
(14)

PRODUKSI BENIH TANAMAN PANGAN

(PRESENTASI TUGAS KELOMPOK MAHASISWA)


WAKTU YG DIBUTUHKAN UTK MEMPRODUKSI
BENIH PADI IR-64
NO JENIS KEGIATAN WAKTU (HARI)
1 Pengolahan tanah 10
2 Semai s/d panen 115
3 Panen 5
4 Prosesing 23
5 Pengujian mutu benih 18
6 Pencetakan label 3
7 Pelabelan & pengemasan 5
Jumlah 179

Sebagai perbandingan, utk var IR – 74 = 195 hari


(15)

PRODUKSI BENIH TANAMAN


HORTIKULTURA

(PRESENTASI TUGAS KELOMPOK MAHASISWA)


(16)

PRODUKSI BENIH TANAMAN


PERKEBUNAN/KEHUTANAN

(PRESENTASI TUGAS KELOMPOK MAHASISWA)

Anda mungkin juga menyukai