Anda di halaman 1dari 11

TEKNIK BUDIDAYA

BAWANG MERAH

OLEH
DESFITA MAYASARI, S.P.
NIP. 19831027 201706 2 001

BALAI PENYULUHAN PERTANIAN


KECAMATAN SUSOH
KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
TAHUN 2022

1
PENDAHULUAN

Budidaya bawang merah telah banyak dibudidayakan para


petani dan telah menyebar di setiap provinsi di Indonesia. Tanaman
bawang merah merupakan tanaman hortikultura yang sudah sejak
lama di dibudidayakan oleh petani secara intensif. Komoditas
unggulan pertanian ini memberikan kontribusi yang cukup tinggi
terhadap perkembangan ekonomi di suatu wilayah.

Meskipun saat ini banyak petani bawang merah, namun


dalam proses budidayanya masih ditemui berbagai kendala
terutama dari segi teknis budidaya. Oleh sebab itu budidaya bawang
merah secara baik dan benar harus menjadi perhatian utama para
petani bawang agar panen melimpah. Jika telah menguasai secara
teknis cara menanam bawang merah, maka musim hujan pun bukan
menjadi hambatan.

Bawang merah (Allium cepa) merupakan salahsatu


komoditas hortikultura yang sangat d ibutuhkan oleh manusia. Agar
sukses budidaya bawang merah kita dihadapkan dengan berbagai
masalah (resiko) di lapangan. Diantaranya cara budidaya, serangan
hama dan penyakit, kekurangan unsur mikro, dll yang menyebabkan
produksi menurun. Salah satunya dengan peningkatan produksi
bawang merah secara kuantitas, kualitas dan kelestarian ( K – 3 ),

2
sehingga petani dapat berkarya dan berkompetisi di era
perdagangan bebas.
SYARAT TUMBUH

Bawang merah dapat tumbuh pada tanah sawah atau tegalan,


tekstur sedang sampai liat. Jenis tanah Alluvial, Glei Humus atau
Latosol, pH 5.6 – 6.5, ketinggian 0-400 mdpl, kelembaban 50-70 %,
suhu 25-320 C

TEKNOLOGI BUDIDAYA
Pengolahan Tanah

Pupuk kandang disebarkan di lahan dengan dosis 0,5-1 ton/


1000 m2, kemudian digaru (biarkan + 1 minggu). Dibuat bedengan
dengan lebar 120 -180 cm Diantara bedengan pertanaman dibuat
saluran air (canal) dengan lebar 40-50 cm dan kedalaman 50 cm.
Apabila pH tanah kurang dari 5,6 diberi Dolomit dosis + 1,5 ton/ha
disebarkan di atas bedengan dan diaduk rata dengan tanah lalu
biarkan 2 minggu. Untuk mencegah serangan penyakit layu taburkan
GLIO 100 gr (1 bungkus GLIO) dicampur 25-50 kg pupuk kandang
matang, diamkan 1 minggu lalu taburkan merata di atas bedengan.

Pupuk Dasar

3
Berikan pupuk : 2-4 kg Urea + 7-15 kg ZA + 15-25 kg SP-36
secara merata diatas bedengan dan diaduk rata dengan tanah. Atau
jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg/
1000 m2 dicampur rata dengan tanah di bedengan.

Pemilihan Bibit

Ukuran umbi bibit yang optimal adalah 3-4 gram/umbi.

- Umbi bibit yang baik yang telah disimpan 2-3 bulan dan umbi
masih dalam ikatan (umbi masih ada daunnya)
- Umbi bibit harus sehat, ditandai dengan bentuk umbi yang
kompak (tidak keropos), kulit umbi tidak luka (tidak
terkelupas atau berkilau)

Jarak Tanam

Pada Musim Kemarau, 15 x 15 cm, varietas Ilocos, Tadayung


atau Bangkok Pada Musim Hujan 20 x 15 cm varietas Tiron

Cara Tanam
Pada saat tanam, seluruh bagian umbi bibit yang telah siap
tanam dibenamkan ke dalam permukaan tanah. Untuk tiap lubang
ditanam satu buah umbi bibit.

4
Perawatan ( 0 – 10 HST )
1. Pengamatan Hama
Waspadai hama Ulat Bawang ( Spodoptera exigua atau S.
litura), telur diletakkan pada pangkal dan ujung daun bawang merah
secara berkelompok, maksimal 80 butir. Telur dilapisi benang-
benang putih seperti kapas. Kelompok telur yang ditemukan pada
rumpun tanaman hendaknya diambil dan dimusnahkan.
Populasi diatas ambang ekonomi kendalikan dengan Pestisida
kimia. Biasanya pada bawang lebih sering terserang ulat grayak jenis
Spodoptera exigua dengan ciri terdapat garis hitam di perut /kalung
hitam di leher, dikendalikan dengan pestisida kimia. Ulat tanah . Ulat
ini berwarna coklat-hitam. Pada bagian pucuk /titik tumbuhnya dan
tangkai kelihatan rebah karena dipotong pangkalnya. Kumpulan ulat
pada senja/malam hari. Jaga kebersihan dari sisa- sisa tanaman atau
rerumputan yang jadi sarangnya. Penyakit yang harus diwaspadai
pada awal pertumbuhan adalah penyakit layu Fusarium.
Gejala :
serangan penyakit ini ditandai dengan menguningnya daun bawang,
selanjutnya tanaman layu dengan cepat. Tanaman yang terserang
dicabut lalu dibuang atau dibakar di tempat yang jauh.

2. Penyiangan dan Pembumbunan


Penyiangan pertama dilakukan umur 7-10 HST dan
dilakukan secara mekanik untuk membuang gulma atau tumbuhan
liar yang kemungkinan dijadikan inang hama ulat bawang. Pada saat

5
penyiangan dilakukan pengambilan telur ulat bawang Dilakukan
pendangiran, yaitu tanah di sekitar tanaman didangir dan dibumbun
agar perakaran bawang merah selalu tertutup tanah. Selain itu
bedengan yang rusak atau longsor perlu dirapikan kembali dengan
cara memperkuat tepi-tepi selokan dengan lumpur dari dasar
saluran.

3. Pemupukan pemeliharaan/susulan
Dosis pemupukan bervariasi tergantung jenis dan kondisi
tanah setempat. Jika kelebihan Urea/ZA dapat mengakibatkan leher
umbi tebal dan umbinya kecil-kecil, tapi jika kurang, pertumbuhan
tanaman terhambat dan daunnya menguning pucat. Kekurangan KCl
juga dapat menyebabkan ujung daun mengering dan umbinya kecil .

Pemupukan dilakukan 2 kali ( dosis per 1000 m2 ) :


- 2 minggu : 5-9 kg Urea+10-20 kg ZA+10-14 kg KCl
- 4 minggu : 3-7 kg Urea+ 7-15 kg ZA+12-17 kg KCl
Campur secara merata ketiga jenis pupuk tersebut dan
aplikasikan di sekitar rumpun atau garitan tanaman. Pada saat
pemberian jangan sampai terkena tanaman supaya daun tidak
terbakar danterganggu pertumbuhannya. Atau jika dipergunakan

6
Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2
diberikan pada umur ± 2 minggu.

4. Pengairan
Pada awal pertumbuhan dilakukan penyiraman dua kali, yaitu
pagi dan sore hari. Penyiraman pagi hari usahakan sepagi
mungkin di saat daun bawang masih kelihatan basah untuk
mengurangi serangan penyakit. Penyiraman sore hari
dihentikan jika persentase tanaman tumbuh telah mencapai
lebih 90 %
Air sanitas tinggi kurang baik bagi pertumbuhan bawang merah
Tinggi permukaan air pada saluran ( canal ) dipertahankan
setinggi 20 cm dari permukaan bedengan pertanaman
Fase Vegetatif ( 11- 35 HST )

1. Pengamatan Hama dan Penyakit


- Hama Ulat bawang, S. litura dan S. exigua Thrips, mulai
menyerang umur 30 HST karena kelembaban di sekitar
tanaman relatif tinggi dengan suhu rata-rata diatas normal.
Daun bawang yang terserang warnanya putih berkilat seperti
perak Serangan berat terjadi pada suhu udara diatas normal
dengan kelembaban diatas 70%. Jika ditemukan serangan,
penyiraman dilakukan pada siang hari, amati predator
kumbang macan. Populasi diatas ambang ekonomi kendalikan
dengan pestisida kimia.

7
- Penyakit Bercak Ungu atau Trotol, disebabkan oleh jamur
Alternaria porii melalui umbi atau percikan air dari tanah.
Gejala serangan ditandai terdapatnya bintik lingkaran
konsentris berwarna ungu atau putih-kelabu di daun dan di
tepi daun kuning serta mongering ujung- ungnya. Serangan
pada umbi sehabis panen mengakibatkan umbi busuk sampai
berair dengan warna kuning hingga merah kecoklatan. Jika ada
hujan rintik-rintik segera dilakukan penyiraman. Preventif
dengan penebaran GLIO.

- Penyakit Antraknose atau Otomotis, disebabkan oleh jamur


Colletotricum gloesporiodes. Gejala serangan adalah ditandai
terbentuknya bercak putih pada daun, selanjutnya terbentuk
lekukan yang akan menyebabkan patahnya daun secara
serentak (istilah Brebes: otomatis). Jika ada gejala, tanaman
terserang segera dicabut dibakar dan dimusnahkan. Untuk
jamur yang ada didalam tanah kendalikan dengan GLIO.

Penyakit oleh virus


Gejalanya pertumbuhan kerdil, daun menguning, melengkung ke
segala arah dan terkulai serta anakannya sedikit. Usahakan
memakai bibit bebas virus dan pergiliran tanaman selain
golonganbawang-bawangan.

Busuk umbi oleh bakteri

8
Umbi yang terserang jadi busuk dan berbau. Biasa
menyerang setelah dipanen. Usahakan tempat yang kering.

Busuk umbi/ leher batang oleh jamur


Bagian yang terserang jadi lunak, melekuk dan berwarna
kelabu. Jaga agar tanah tidak terlalu becek (atur drainase). Untuk
pencegahan hama-penyakit usahakan pergiliran tanaman dengan
jenis tanaman lain (bukan golongan Bawang-bawangan. PESTISIDA
Kimia digunakan sebagai alternatif terakhir untuk mengatasi
serangan hama-penyakit.

Pengelolaan Tanaman
- Penyiangan kedua dilakukan pada umur 30-35 HST dilanjutkan
pendagiran, pembumbunan dan perbaikan bedengan yang
rusak. Pengairan, penyiraman 1x per hari pada pagi hari, jika ada
serangan Thrips dan ada hujan rintikrintik penyiraman dilakukan
siang hari.

Pembentukan Umbi ( 36 – 50HST )


Pada fase pengamatan HPT sama seperti fase Vegetatif, yang perlu
diperhatikan adalah pengairannya. Butuh air yang banyak pada

9
musim kemarau sehingga perlu dilakukan penyiramansehari dua kali
yaitu pagi dan sore hari.

Pematangan Umbi ( 51- 65 Hst )

Pada fase ini tidak begitu banyak air sehingga penyiraman hanya
dilakukan sehari sekali yaitu pada sore hari.

Panen Dan Paca Panen


1. Panen
60-90 % daun telah rebah, dataran rendah pemanenan pada
umur 55-70 hari, dataran tinggi umur 70 – 90 hari .Panen dilakukan
pada pagi hari yang cerah dan tanah tidak becek Pemanenan dengan
pencabutan batang dan daun-daunnya. Selanjutnya 5- 0 rumpun
diikat menjadi satu ikatan

2. Pasca Panen
 Penjemuran dengan alas anyaman bambu Penjemuran
pertama selama 5-7 hari dengan bagian daun menghadap
ke atas, tujuannya mengeringkan daun. Penjemuran kedua
selama2-3 hari dengan umbi menghadap ke atas, tujuannya
untuk mengeringkan bagian umbi dan sekaligus dilakukan
pembersihan umbi dari sisa kotoran atau kulit terkelupas

10
dan tanah yang terbawa dari lapangan. Kadar air 89 85 %
baru disimpan di gudang.
 Penyimpanan, ikatan bawang merah digantungkan pada
rak-rak bambu. Aerasi diatur dengan baik suhu gudang 26-
290C kelembaban 70-80%, sanitasi gudang.

11

Anda mungkin juga menyukai