Anda di halaman 1dari 15

PENDAHULUAN

Tanpa disadari konsumen, produk pertanian yang


ditawarkan pada masyarakat mengandung berbagai bahan
berbahaya (misalnya residu pestisida sintetik) yang terikutkan
dalam produk pertanian yang dapat mengancam kesehatan
masyarakat apabila dikonsumsi dalam jangka panjang.
Untuk itu, penting kesadaran stakeholder (pengambil
kebijakan) mengantisipasi teknologi produksi dengan muatan lokal
yang lebih akrab lingkungan dan menjamin kesehatan jangka
panjang bagi masyarakat.
Konsep pertanian ramah lingkungan adalah konsep
pertanian yang mengedepankan keamanan seluruh komponen
yang ada pada lingkungan ekosistem dimana pertanian ramah
lingkungan mengutamakan tanaman maupun lingkungan serta
dapat dilaksanakan dengan menggunakan bahan yang relatif
murah dan peralatan yang relatif sederhana tanpa meninggalkan
dampak yang negatif bagi lingkungan.
Salah satunya adalah teknologi Pengendalian Hama dan
Penyakit Tumbuhan dengan menggunakan Pestisida Nabati.
Secara umum pestisida nabati (PESNAB) dapat diartikan sebagai
suatu pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tanaman atau
tumbuhan dan bahan organik lainya yang berkhasiat
mengendalikan serangan hama dan penyakit tanaman.

1
Pestisida nabati digolongkan menjadi pestisida alami yang
bahan bakunya mudah diperoleh di sekitar kita.
Secara global terdapat lebih dari 1500 jenis tumbuhan dan telah
dilaporkan dapat digunakan sebagai sumber bahan baku pestisida
nabati.
Sedangkan di Indonesia, sebenarnya sangat banyak jenis
tumbuhan penghasil pestisida nabati, dan diperkirakan ada sekitar
2400 jenis tanaman yang termasuk ke dalam 235 famili.
Tanaman yang berpotensi sebagai bahan pestisida memiliki ciri
beraroma kuat, rasa yang pahit, tidak disukai serangga hama, dan
dapat digunakan sebagai tanaman obat.

Manfaat dan Keunggulan Pestisida Nabati


Beberapa manfaat dan keunggulan pestisida alami, antara
lain:
1. Bahan bakunya tersedia di alam sehingga harganya
murah. Hal ini dapat mengatasi kesulitan ketersediaan dan
mahalnya harga pestisida sintetis/kimiawi
2. Mudah terurai (biodegradable) di alam, sehingga tidak
mencemarkan lingkungan (ramah lingkungan).
3. Pembuatan pestisida nabati menggunakan peralatan yang
sederhana sehingga petani dapat membuatnya secara
mandiri

2
4. Dosis yang digunakan pun tidak terlalu mengikat dan
beresiko dibandingkan dengan penggunaan pestisida
sintesis sehingga resiko overdosis dapat dihindari
5. Relatif aman bagi manusia dan ternak karena residunya
mudah hilang.
6. Tidak menimbulkan kekebalan pada serangga karena
pestisida ini cepat terurai.

Sifat Dan Fungsi Pestisida Nabati


Pestisida nabati atau disingkat dengan mempunyai sifat
dan fungsi sebagai berikut:
1. Sebagai penghambat nafsu makan (anti feedant) bagi
OPT
2. Sebagai penolak (repellent)
3. Sebagai penarik (atractant)
4. Sebagai penghambat perkembangan
5. Pengaruh langsung sebagai racun
6. Mencegah OPT untuk meletakan telur.

3
Beberapa jenis tanaman yang bisa dimanfaatkan sebagai
pestisida nabati di sekitar kita yaitu :

a. Bawang Putih

Ekstrak bawang putih


Bahan dan Alat :
- 85 gram bawang putih
- 50 ml minyak sayur
- 10 ml deterjen/sabun
- 950 ml air
- Alat penyaring
- Botol
 
Cara Pembuatan :
Campurkan bawang putih dengan minyak sayur. Biarkan selama
24 jam. Tambahkan air dan sabun. Aduk hingga rata. Simpan
dalam botol paling lama 3 hari.

Cara Penggunaan :
Campurkan larutan dengan air dengan perbandingan 1 : 19 atau
50 ml larutan dengan 950 ml air. Kocok sebelum digunakan.
Semprotkan ke seluruh bagian tanaman yang terserang OPT
pada pagi hari

4
OPT Sasaran :
Ulat, hama pengisap, nematoda, bakteri, antraknos, embun
tepung
 
- Ekstrak bawang putih
Bahan dan Alat :
- 2 siung bawang putih
- Deterjen/sabun
- 4 cangkir air
- Alat penumbuk/blender
- Alat penyaring
- Botol
 
Cara Pembuatan :

Hancurkan bawang putih, rendam dalam air selama 24 jam.


Tambahkan air dan sabun. Saring. Masukkan dalam botol

Cara Penggunaan :
Tambahkan larutan dengan air dengan perbandingan 1 : 9 air.
Kocok sebelum digunakan. Semprotkan ke seluruh bagian
tanaman yang terserang ada pagi hari
OPT Sasaran : Cendawan
 

5
- Ekstrak minyak bawang putih
 Bahan dan Alat :
 100 gram bawang putih
 2 sendok makan minyak sayur
 10.5 liter air
 10 ml deterjen/sabun
 Deterjen

Cara Pembuatan :
- Hancurkan bawang putih. Rendam dalam minyak sayur
selama 24 jam. Tambahkan ½ liter air dan deterjen. Aduk
hingga rata. Saring.

Cara Penggunaan :
- Tambahkan 10 liter air kedalam larutan. Aduk hingga merata.
Semprotkan ke seluruh bagian tanaman yang terserang OPT
pada pagi hari

OPT Sasaran :
Hama kubis, belalang dan kutudaun

6
b. Daun Mimba
  Pemanfaatan daun mimba dikombinasikan    dengan
beberapa jenis tanaman lain. Daun  mimba dapat mengendalikan
berbagai  hama/penyakit tanaman yang umumya menyerang
tamana produksi.

Bahan yang digunakan:


- Daun mimba (400 gr)
- lengkuas (300 gr)
- serai (300 gr) dihaluskan, kemudian diaduk merata dalam 1 lt
air dan direndam semalam (24 jam)

Cara membuat:
- Hasil rendaman kemudian disaring dengan kain halus,  larutan
hasil penyaringan  ditambah dg 2 ml minyak tanah dan 2 ml
minyak  goreng lalu diencerkan lagi dengan 3 lt air.
- Larutan siap digunakan untuk lahan seluas  500 m2

7
Selain daun mimba, biji mimba juga dapat dibuat pestisida
nabati dengan formulasi sebagai berikut :
- Biji mimba sebanyak 50 gram ditumbuk halus dan diaduk
dengan 10 cc alkohol lalu diencerkan dengan 1 lt air
- Larutan kemudian diendapkan semalam, lalu disaring dengan
kain halus kmdn ditambah dengan 1 ml minyak tanah dan 1 ml
minyak goreng dan diaduk merata
- Larutan  siap disemprotkan pada tanaman terserang atau ke
hamanya langsung
Ramuan ini untuk mengendalikan wereng coklat, penggerek
batang, nematode.

Ramuan  untuk mengendalikan jamur, bakteri, nematode :


- Biji mimba (20 gr) atau daun mimba (50 gr) dihaluskan
/diblender
- Bahan tsb lalu diberi air 1  dan ditambah  detergen  cair 1 cc
atau sabun colek

8
- Larutan kemudain diendapkan semalam lalu disaring dengan
kain halus kmdn ditambah 1 ml minyak tanah dan 1 ml minyak
goreng dan diaduk merata
- Larutan siap digunakan dengan menyemprotkan ke tanaman
yang terserang penyakit

c. Daun Sirsak

Ramuan untuk mengendalikan belalang dan ulat :


- Daun sirsak (50 lembar) dan daun tembakau (1 genggam)  di
haluskan
- Bahan kemudian diberi air 20 lt dan diaduk merata lalu
diendapkan semalam
- Larutan  kemudian disaring dengan kain halus
- Larutan hasil saringan  ditambah dg 1-2 ml minyak tanah dan
1-2 ml minyak goreng lalu diencerkan  dengan air sebanyak
50-60 lt
- Larutan siap digunakan
- Ramuan untuk mengendalikan hama trips pada cabai :

9
- Daun sirsak (50-100 lembar) di haluskan dan dicampur
dengan 5 lt air  dan diendapkan srmalam
- Larutan kemudian disaring dengan kain halus
- Setiap 1 lt larutan hasil saringan diencerkan dengan 10-15 lt
air
- Laarutan siap disemprotkan ke seluruh bagian tanaman cabai
yang terserang

d. Daun Tembakau

10
Ramuan untuk mengendalikan hama penghisap

- Rajang 250 gr tembakau (sekitar 4 daun) dan rendam dalam 8


liter air selama semalam.
- Tambahkan 2 sendok detergen, aduk merata kemudian
disaring.
- Saringan siap disemprotkan ke tanaman.
- Daun tembakau mengandung nikotin yang efektif
mengendalikan hama pengisap.
- Aplikasi ekstrak daun tembakau yang paling baik adalah
digunakan dengan konsentrasi tinggi yaitu 300 ml/l.

e. Daun Pepaya

11
Ramuan untuk mengendalikan hama ulat dan hama
penghisap :
- Daun pepaya segar (1kg) di rajang
- Hasil rajangan di rendam dalam 10 liter air,  2 sendok makan
minyak      tanah,  30 gr detergen, diamkan semalam.
- Larutan hasil perendaman disaring dengan kain halus lalu
ditambah 50 ml minyak tanah dan diaduk
- Larutan siap disemprotkan ke tanaman terserang.

f. Bunga Kenikir

12
Ramuan untuk mengendalikan nematode :
- Bunga kenikir atau bunga tahi kotok direndam dengan air
panas mendidih, dibiarkan semalam lalu disaring dengan
kain kasa
- Hasil saringan disiramkan pada media tanam

Aplikasi :
- Aplikasi dilakukan dengan cara penyemprotan
- Aplikasi dapat diulangi setiap minggu atau dua minggu sekali. 
- Kombinasi bahan pesnab sebaiknya berganti-ganti/ bervariasi.
- Untuk pengendalian wereng coklat, penyemprotan harus
mengenai pangkal batang padi agar mengenai koloni wereng.

Untuk pengendalian walang sangit, penyemprotan perlu


dilakukan saat walang sangit masih fase nimfa (pradewasa). 
Nimfa walang sangit belum aktif terbang dan kutikulanya masih
tipis. Aplikasi dapat dilakukan seminggu sekali setelah
membentuk malai.
Untuk mengendalikan kutu tanaman, cairan pestisida
nabati perlu ditambahkan deterjen cair agar lilin yang ada pada
tubuh kutu dapat terlarut.

13
PENGGUNAAN / APLIKASI UNTUK PENYAKIT TUMBUHAN
Pestisida nabati dapat digunakan untuk mengendalian
berbagai jenis penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur dan
bakteri, beberapa diantaranya adalah penyakit busuk buah kakao,
penyakit bercak daun, dan penyakit bulai jagung. Penyemprotan
dilakukan secara merata pada permukaan tanaman dengan dosis
250 mL dilarutkan ke dalam 1 tangki (10 L air).
Pengendalian penyakit tanaman yang ada di pangkal
batang atau dalam tanah dilakukan dengan menyiramkan aau
menyemprotkan larutan pestisida nabati pada bagian pangkal
batang tanaman. Beberapa penyakit yang ada di dalam tanah
yang bisa dikendalikan antara lain penyakit layu pada tanaman
tomat, cabai, terong dan penyakit busuk pangkal batang lada.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam aplikasi


pestisida nabati adalah
1. Pestisida nabati mempunyai kemampuan yang lebih rendah
daripada pestisida anorganik, sehingga hasilnya tidak bisa
dilihat dengan cepat seperti aplikasi pestisida anorganik.
Aplikasinya harus dilakukan secara berkala dengan intensitas
yang lebih sering daripada pestisida anorganik (misal:
seminggu 2 kali) untuk memberikan hasil yang omtimal.

14
2. Bahan racun yang terkandung dalam pestisida nabati mudah
rusak oleh faktor lingkungan, terutama suhu. Oleh karena itu,
aplikasi sebaiknya dilakukan pada waktu sore hari.
3. Dengan hanya menggunakan pestisida nabati tidak bisa
menjamin permasalahan hama dan penyakit tumbuhan pasti
dapat diatasi 100%, oleh karena itu penggunaan metode
pengendalian yang lain seperti penggunaan varietas tahan,
pemupukan berimbang, sanitasi, rotasi, penggunaan agensia
hayati atau bahkan penggunaan pestisida anorganik
(kalau memang sangat sangat diperlukan) perlu dilakukan.
4. Pemantauan terhadap serangan hama dan penyakit tumbuhan
merupakan hal yang paling penting untuk dilakukan
5. Mencegah lebih baik daripada mengobati.

15

Anda mungkin juga menyukai