Anda di halaman 1dari 13

Pengolahan tanah tanaman padi

Pengolahan bertujuan untuk mengubah sifat fisik tanah agar lapisan yang
semula keras menjadi datar dan melumpur. Dengan begitu gulma akan mati
dan membusuk menjadi humus, aerasi tanah menjadi lebih baik, lapisan
bawah tanah menjadi jenuh air sehingga dapat menghemat air. Pada
pengolahan tanah sawah ini, dilakukan juga perbaikan dan pengaturan
pematang sawah serta selokan. Pematang (galengan) sawah diupayakan
agar tetap baik untuk mempermudah pengaturan irigasi sehingga tidak boros
air dan mempermudah perawatan tanaman.

 I. Tahapan pengolahan tanah

Tahapan pengolahan tanah sawah pada prinsipnya mencakup kegiatan–


kegiatan sebagai berikut :

1. Perbaikan Pematang/Galengan dan Saluran

Sebelum penggarapan tanah dimulai, Pematang/Galengan harus dibersihkan


dari rerumputan, diperbaiki, dan dibuat cukup tinggi. Fungsi utama untuk
menahan air selama pengolahan tanah agar tidak mengalir keluar petakan,
sebab dalam penggarapan tanah air tidak boleh mengalir keluar. Fungsi
selanjutnya berkaitan erat dengan pengaturan kebutuhan air selama ada
tanaman padi.

Saluran atau parit diperbaiki dan dibersihkan dari rumput-rumput. Kegiatan ini
bertujuan agar dapat memperlancar arus air serta menekan jumlah biji gulma
yang terbawa masuk ke dalam petakan. Sisa jerami dan sisa tanaman pada
bidang olah dibersihkan sebelum tanah diolah.

2. Pencangkulan

Setelah dilakukan perbaikan Pematang/Galengan dan Saluran, tahap


berikutnya adalah pencangkulan. Sudut–sudut petakan dicangkul untuk
memperlancar pekerjaan bajak atau traktor. Pekerjaan tersebut dilaksanakan
bersamaan dengan saat pengolahan tanah.

3. Pembajakan dan Penggaruan


Pembajakan dan Penggaruan merupakan kegiatan yang berkaitan. Kedua
kegiatan tersebut bertujuan agar tanah sawah melumpur dan siap ditanam
padi.

a. Pembajakan

Airi petakan sawah seminggu sebelum pembajakan, untuk melunakan tanah


dan menghindarkan melekatnya tanah pada mata bajak. Terlebihdahulu
dibuat alur ditepi dan ditengah petakan sawah agar air cepat membasahi
saluran petakan. Kedalaman dalam pembajakan + 15-25 cm. Hingga tanah
benar-benar terbalikan dan hancur.

Adapun manfaat dari pembajakan adalah sebagai berikut :

1) Pemberantasan gulma, sebab dengan pembajakan tumbuhan dan biji


gulma akan terbenam.

2) Menambah unsur organik, karena pupuk hijau yang berasal dari rumput
akan terbenam dan tercampur dengan tanah.

3) Mengurangi pertumbuhan hama penyakit.

Setelah dibajak tanah segera harus digenangi, untuk mempercepat


pembusukan sisa-sisa tanaman dan menghindari hilangnya nitrogen juga
melunakan bongkahan tanah yang disebabkan pembajakan. Penggenangan
dilakukan selama kira-kira seminggu.

b.  Penggaruan

Sebelum penggaruan dimulai, terlebihdahulu air didalam petakan dibuang,


ditinggalkan sedikit untuk membasahi bongkahan bongkahan tanah. Selama
penggaruan, saluran pemasukan dan pembuangan air harus ditutup, untuk
menjaga supaya sisa air jangan sampai habis keluar dari petakan.Dengan
cara menggaru tanah memanjang dan melintang, bongkahan-bongkahan
tanah dapat dihancurkan. Dengan penggaruan yang berulang-ulang :

1) Peresapan air ke bawah dikurangi

2) Tanah menjadi rata

3)  Penanaman bibit menjadi mudah


4)  Rumput-rumput yang ada akan terbenam

Setelah penggaruan pertama, sawah digenangi lagi selama 7-10 hari

c. Perataan

Proses perataan sebenarnya adalah penggaruan yang kedua, yang dilakukan


setelah lahan digenangi 7-10 hari. Pengaruan yang kedua ini dilakukan
dengan maksud :

1. Meratakan tanah sebelum tanam pindah


2. Membenamkan pupuk dasar guna menghindari denitrifikasi
3. Melumpurkan tanah dengan sempurna

Tahapan pengolahan tanah mulai dari perbaikan pematang/galengan sampai


perataan memerlukan waktu ± 25 hari atau ± sama dengan umur bibit di
persemaian.

II. Secara umum pengolahan tanah meliputi 3 fase

1. Penggenangan tanah sawah sampai tanah jenuh air.


2. Membajak sebagai awal pemecahan bongkah dan membalik tanah.
3. Menggaru untuk menghancurkan dan melumpurkan tanah.

Untuk 3 fase pengolahan tanah tersebut menggunakan 1/3 kebutuhan air dari
total kebutuhan air selama pertumbuhan tanaman. Pengolahan tanah dengan
cara basah yaitu tanah sawah dibajak dalam keadaan basah dan digaru
memanjang dan menyilang sampai tanah melumpur dengan baik. Pengolahan
tanah paling lambat 15 hari sebelum pemindahan bibit.

III. Ciri-ciri tanah telah selesai diolah dan siap untuk ditanami 

1. Tanah terolah sampai berlumpur


2. Air tidak lagi banyak merembes ke dalam tanah
3. Permukaan tanah rata
4. Pupuk tercampur rata
5. Bersih dari sisa gulma dan tanaman                                                         
Setelah persiapan lahan beres maka bibit pun siap ditanam. Bibit
dianjurkan untuk ditanam semuda mungkin, biasanya dipindah saat
umur 20 hari. Ciri bibit yang siap dipindah ialah berdaun 5-6 helai, tinggi
22-25 cm, batang bawah besar dan keras, bebas dari hama dan
penyakit sehingga pertumbuhannya seragam. Bibit ditanam dengan
cara dipindah dari bedengan persemaian ke petakan sawah, dengan
cara bibit dicabut dari bedengan persemaian dengan menjaga agar
bagian akarnya terbawa semua dan tidak rusak. Setelah itu bibit
dikumpulkan dalam ikatan-ikatan lalu ditaruh disawah dengan sebagian
akar terbenam ke air.

 Hits: 36764
 Empty

Salah satu kegiatan


kerjasama yang dilakukan BPTP Banten tahun ini adalah pelaksanaan Demfarm Padi
seluas 10 ha di lahan Gapoktan Sukabungah Desa Tambakbaya Kecamatan Cibadak
Kabupaten Lebak yang merupakan kerjasama Bank Indonesia Kantor Perwakilan
Banten dengan BPTP Banten.
Secara rutin, BPTP Banten melakukan pendampingan pada lokasi Demfarm melalui
pertemuan sosialisasi teknologi terkait dan pendampingan langsung di lapangan
dengan para anggota gapoktan.
Pada pertemuan ke-4, salah satu materi yang disampaikan BPTP Banten adalah
tentang Teknologi Pemupukan yang dihantarkan oleh Dr. Andy Saryoko, SP, MP
(Peneliti)
Catatan penting dari materi pemupukan tersebut diantaranya adalah agar pemupukan
efektif dan efisien harus sesuai dosis rekomendasi dan dilakukan pada waktu dan cara
yang tepat.
Dosis rekomendasi pemupukan dapat dilihat pada aplikasi Kalender Tanam (KATAM)
atau dapat ditanyakan pada petugas penyuluh pertanian setempat.
Jika memiliki Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) akan lebih akurat untuk menentukan
dosis pemupukan karena spesifik pada lahan yang digunakan.
Tujuan pemupukan adalah menambahkan sejumlah hara dari yang tersedia di tanah
dengan memberikan pupuk agar kebutuhan nutrisi tanaman terpenuhi.
Pemupukan berimbang diperlukan oleh tanaman agar proses fisiologi dan metabolism
berjalan dengan baik. Keseimbangan atara unsur nitrogen , phospat (P) dan Kalium (K)
sebagai unsur makro mutlak diperlukan.
Kelebihan pemupukan N seperti terkandung pada urea akan berakibat tanaman
menjadi lebih herbaceous (lunak berair), hal ini akan membuat tanaman lebih
peka/rentan terhadap hama dan penyakit. Selain itu, kelebihan N akan memicu
tanaman menyusun senyawa protein yang diperlukan oleh hama dan penyakit.
Selanjutnya, dosis pemupukan yang tepat tidaklah cukup membuat tanaman tumbuh
dengan optimal. Waktu yang tepat untuk pemupukan memiliki peran yang tidak kalah
pentingnya. Jika terjadi keterlambatan dalam pemupukan, maka manfaat dari pupuk
tersebut tidak dapat digunakan dengan baik oleh tanaman.

Waktu pemupukan pada


tanaman padi adalah pemupukan ke-1 umur 7-10 HST terdiri dari 37,5-40% pupuk urea
dan 50% NPK dari rekomendasi pemupukan setempat.
Pemupukan ke-2 dilakukan pada umur 21-25 HST dengan dosis dan komposisi
pemupukan seperti pada pemupukan pertama.
Pemupukan ke-3 dilakukan pada umur 30-35 HST jika diperlukan yaitu jika warna daun
kurang hijau dipupuk dengan sisa urea yaitu 20-25% dari dosis rekomendasi
1 kali

Teknik pemupukan tanaman padi memang sangat relatif, tidak ada ukuran secara pasti
dosis dan waktu yang ditentukan, karena banyak sekali faktor yang harus diperhatikan.
Struktur tanah dengan kondisi unsur hara yang berbeda-beda di tempat satu dengan
yang lainnya, tentu juga memerlukan teknik yang berbeda dalam hal pemupukannya.
Salah satu contoh dosis, jenis pupuk dan waktu pemupukan yang tepat pada tanaman
padi adalah sebagai berikut:

- Pemupukan susulan pertama dilakukan saat padi berumur 7-10 HST. Pupuk yang
digunakan adalah Urea 75 kg/ha, SP-36 100 kg/ha dan KCL 50 kg/ha.
- Pemupukan susulan kedua diberikan saat tanaman padi berumur 21 HST
menggunakan pupuk Urea sebanyak 150 kg/ha.
- Pemupukan susulan ketiga pada saat umur padi 42 HST menggunakan 75 kg/ha Urea
dan 50 kg/ha KCl.

Dari tiga kali pemupukan tersebut, dalam satu musim tanam padi pada luasan 1 hektar
membutuhkan pupuk Urea (Nitogen) 300 kg, SP36/TSP (Phospor) 100 kg, dan KCl
(Kalium) 100 kg. Tanaman padi memerlukan banyak hara N dibanding hara P ataupun K.
Pupuk Urea perlu diberikan sebanyak 3 kali, agar pemberian pupuk N menjadi lebih
efisien terserap oleh tanaman padi. Sedangkan pemberian pupuk KCl dilakukan 2 kali,
agar proses pengisian gabah menjadi lebih baik.

Untuk memantau kecukupan pupuk Urea (Nitrogen) pada tanaman padi bisa
menggunakan Bagan Warna Daun (BWD). Pada alat ini terdapat empat kotak skala
warna, mulai warna hijau muda hingga hijau tua, yang menggambarkan tingkat
kehijauan daun tanaman padi. Sebagai contoh, jika daun tanaman berwarna hijau muda
berarti tanaman kekurangan hara N sehingga perlu dipupuk.
Sebaliknya, jika daun berwarna hijau tua atau tingkat kehijauan daun sama dengan
warna dikotak skala 4 pada BWD berarti tanaman sudah memiliki hara N yang cukup
sehingga tidak perlu lagi dipupuk.

Monitoring pemberian pupuk dengan alat BWD dilakukan sejak 14 HST sampai fase
berbunga (63 HST) setiap 7 hari sekali. Hasil penelitian menunjukkan, pemakaian BWD
dalam kegiatan pemupukan N dapat menghemat penggunaan pupuk urea sebanyak
15-20 % dari takaran yang umum digunakan petani padi tanpa menurunkan hasil.
Sementara itu, hara P dan K tidak perlu diberikan setiap musim. Hara P dapat diberikan
tiap 4 musim sekali sedangkan hara K dapat diberikan setiap 6 musim sekali. Ini
disebabkan karena pupuk P dan K yang telah diaplikasikan hanya ± 20 % dan ± 30 %
nya terserap tanaman sedangkan sisanya terakumulasi dalam tanah.
Selain pupuk kimia di atas, sangat dianjurkan untuk menambahkan pemberian pupuk
organik.

Pupuk organik yang dianjurkan berupa pupuk kandang atau kompos jerami sebanyak 2
ton per hektar setiap musim, Penggunaan pupuk organik ini dapat mengembalikan
sifat-sifat tanah, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kesuburan serta
menggemburkan tanah yang telah padat karena efek penggunaan pupuk anorganik
atau pupuk kimia

Cara Pengendalian Hama Padi yang Tepat dan Aman


Tanaman padi merupakan salah satu tanaman penting karena nantinya dapat menghasilkan beras
sebagai makanan pokok sehari-hari. Dengan begitu, para petani padi sangat berhati-hati dalam
merawat padi karena hal tersebut dapat mempengaruhi proses panen. Salah satu masalah yang sering
dialami oleh para petani dalam merawat tanaman padi yakni ketika hama mulai datang menyerang.

Hama-hama padi sendiri sangat beragam jenisnya dan jika tidak cepat dibasmi maka akan berdampak
sangat buruk pada tanaman padi. Selain itu, dalam menangani hama padi, para petani juga harus
lebih berhati-hati karena hal ini juga dapat mempengaruhi hasil padi nantinya.

Pengendalian Hama Tanaman Padi yang Tepat dan Aman

Dalam menangani hama padi pastikan Anda menggunakan cara yang tepat dan aman agar hama tidak
datang kembali menyerang tanaman dan kualitas tanaman padi juga tetap dapat terjaga sehingga
masih aman untuk dikonsumsi. Berikut beberapa cara tepat dan aman yang dapat Anda lakukan.

1. Memberi Jarak Ketika Menanam Padi

Ketika sedang melakukan proses penanaman padi, biasanya para petani akan memberikan jarak
antarra satu tanaman dan tanaman lainnya agar tidak terlalu berdekatan. Pemberian jarak ini
berfungsi untuk mencegah tanaman padi dari munculnya hama wereng yang lebih mudah timbul jika
padi ditanam dengan jarak yang terlalu dekat.

2. Melepaskan Hewan Pemakan Hama

Selain itu, para petani juga biasanya akan menyiapkan beberapa hewan khusus untuk membasmi
hama secara alami. Beberapa hewan yang dilepas seperti laba-laba untuk memakan wereng dan
walang sangit hingga ular untuk mengusir tikus sawah yang sangat mengganggu.

3. Memasang Orang-Orangan

Tentunya orang-orangan sudah tidak asing lagi ditemukan di beberapa area persawahan. Orang-
orangan sawah ini berfungsi untuk mengusir atau menakuti burung yang suka singgah dan
mengganggu tanaman padi atau jagung para petani.

Baca Juga  Tips Memakai Perangkap Tikus Agar Efektif

4. Pemberian Pupuk dengan Bakteri Anti Hama

Jika cara-cara diatas masih belum bisa menangani masalah hama pada tanaman padi, maka saatnya
bagi Anda untuk mencampur pupuk yang sudah Anda siapkan untuk tanaman padi Anda dengan
bakteri khusus yang tidak hanya dapat memberikan nutrisi tetapi juga menyediakan proteksi lebih
bagi tanaman padi dari serangan hama.

5. Pemberian Pupuk dan Insektisida Kimia yang Berlebihan

Pupuk dan insektisida memang baik untuk pertumbuhan tanaman, namun jika Anda memberikan
terlalu banyak pupuk dan insektisida terhadap tanaman padi maka haasil yang didapat malah
sebaliknya. Jadi, pastikan Anda memberikan pupuk ataupun insektisida sesuai anjuran yang telah
diberikan.

6. Menggunakan Jasa FUMIDA

Selain beberapa cara diatas, Anda juga dapat mempercayakan solusi atas masalah hama pada
tanaman padi Anda melalui jasa pembasmi hama dengan kualitas terbaik yaitu FUMIDA. Berikut
beberapa alasan penting mengapa Anda perlu berkonsultasi dengan FUMIDA:

• FUMIDA merupakan perusahaan pembasmi hama yang berkualitas tinggi dan bergaransi sehingga
memiliki izin resmi dari Dinas Kesehatan.

• FUMIDA telah menangani beragam kasus hama selama lebih dari 10 tahun. Jasa pembasmi hama
FUMIDA juga ditangani dengan petugas yang handal dan berpengalman sehingga hama dapat
dibasmi hingga tuntas.

• Kini FUMIDA sudah buka dibeberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Yogyakarta,
Bandung, dll. Untuk informasi lebih lanjut

Itulah tadi beberapa cara ppengendalian hama padi yang tepat dan aman. Pastikan Anda membasmi
hama padi sampai tuntas sehingga dapat mendapatkan hasil panen yang 

 & LINGKUNGAN 
 AGRI PROFIL 
 FAMILY & STYLE

 HOME

 Non Komoditi

Budidaya Padi Hemat Air dengan


Tanah Macak-macak
24 Jul 2018, 14:21 WIBEditor : Gesha


Pada lahan padi sawah, petani masih cenderung menyukai pertanaman


dengan air tergenang. Padahal dengan kondisi tanah yang macak-
macak, selain menghemat air, petani bisa ikut menyumbang pengurangan
efek pemanasan global yang jadi penyebab perubahan iklim.

Peneliti Balai Penelitian Lingkungan Pertanian (Balingtan), Ali Pramono ketika


ditemui Sinar Tani mengatakan, pertanian setidaknya menyumbang 7,8% emisi
gas rumah kaca dan sebanyak 6,0% di antaranya dari lahan pertanian sawah.
Sebab, sawah merupakan sumber emisi karbondioksida, metana dan dinitrogen
oksida (N2O). Penyebab pemanasan global karena emisi gas rumah kaca
adalah gas metana dan N2O.

“Efek pemanasan global pun sebenarnya sudah dirasakan petani sekarang ini,
mulai dari tidak tepatnya waktu pertanaman dengan iklim, ketersediaan air yang
sudah semakin berkurang dan cuaca panas yang semakin terik,” tuturnya.

Lantas bagaimana cara petani bisa turut serta dalam mengurangi efek
pemanasan global yang sudah terjadi? Ali mengungkapkan, dengan
menggunakan sistem tanah macak-macak untuk pertanaman padi. “Jangan
tergenang, karena padi bukanlah tanaman air. Padi hanya membutuhkan air
untuk hidup tetapi tidak perlu tergenang," tuturnya.

Ali menjelaskan, petani biasanya menggenangi lahan sawah secara terus


menerus hingga ketinggian air mencapai 15 cm. Padahal, tanaman padi hanya
membutuhkan 6,39 mm-10,37 mm/hari/ha, dan kebutuhan air terbanyak hanya
saat penyiapan lahan sampai tanam lalu saat memasuki fase pengisian bulir
padi.

Agar lahan bisa diairi dengan cara macak-macak, sistem pengairan berselang
seharusnya bisa dilakukan petani. Pengairan ini mengatur kondisi lahan kering
dan basah secara bergantian. "Pengairan berselang/intermiten ini bisa
mengurangi emisi hingga 48% dari perlakuan konvensional yang selalu
tergenang," ungkap Ali.

Selain turut mengurangi emisi, pengairan berselang yang menyebabkan kondisi


macak-macak ini terbukti meningkatkan hasil gabah dibandingkan kondisi lahan
tergenang. Seperti demplot di Banyumas, Purbalingga dan Banjarnegara. "Kita
sebut Climate Smart Agriculture, hasil gabahnya bisa meningkat sampai 6
ton/ha. Dibandingkan sistem konvensional yang tergenang. Menariknya, emisi
gas rumah kaca pun terukur bisa ditekan sampai 15%," tuturnya. Gsh/Yul/Ditjen
PSP

Cara Pengairan yang Baik

1. Saluran air untuk petakan sawah sebaiknya menggunakan pipa paralon yang bias dibuka
tutup. Secara umum paralon tersebut selalu terbuka, tetapi diberi kasa sehingga tikus tidak
bisa masuk. Maksudnya agar air tidak tergenang, dan diharapkan hanya macak-macak.
2. Pengairan diatur sejak proses pertanaman bibit baru. Hal tersebut dimaksudkan agar
memudahkan para petani dalam menanam bibit padi.
3. Selanjutnya secara bertahap tanaman digenangi air setinggi 2-5 cm. Kondisi tersebut
dibiarkan sampai 10 hari, karena selama waktu 10 hari tersebut bibit yang telah dicabut
mengalami stress akibat terkena terik matahari. Penggenangan air ini bertujuan mengurangi
stress akibat terik matahari.
4. Setelah lebih dari 10 hari setelah tanam, air dibiarkan sampai kondisi macak-macak kembali
sampai 14 hst. Saat inilah waktu yang pas untuk pemberian pupuk yang pertama.
5. Sekitar 2 hari setelah pemupukan sawah kembali digenangi air setinggi 3-5 cm. Begitu
seterusnya dengan selang waktu yang sama.
6. Setelah memasuki vase generatif, sebaiknya tanaman selalu digenangi air setinggi 3-5 cm.
Tapi, hal ini pun tak mutlak harus dilakukan. Tanaman juga masih bisa dibiarkan dalam
keadaan macak-macak.
7. Pada fase generatif ini tanaman membutuhkan air dalam jumlah yang banyak untuk
pengisian bulir padi.

Memasuki usia 10-14 hari sebelum masa panen, sawah dibiarkan dalam kondisi
macak-macak sampai kering. Karena apabila dalam kondisi tersebut tanaman
digenangi air maka hasil panen padi akan kurang bagus

   Air tidak hanya menentukan produktivitas tanaman, tetapi juga


mempengaruhi intensitas pertanaman (IP) dan luas tanam potensial. Potensi
penurunan hasil merupakan akibat tidak tercukupinya kebutuhan air tanaman
selama masa pertumbuhannya.

   Kebutuhan air dalam satu siklus pertumbuhan tanaman padi, yaitu :


kebutuhan untuk pengolahan tanah, pembibitan, tanam sampai primordial,
primordial sampai pembungaan, Bunga 10% sampai penuh, bunga penuh
sampai pemasakan dan pemasakan sampai panen.

  Kebutuhan air untuk penggenangan tanaman padi sawah, yaitu :

1. Penggenangan 2-5 cm setelah bibit ditanam;


2. Pada fase pembentukan anakan, ketinggian air dipertahankan antar 3-5
cm;
3. Pada masa bunting, ketinggian air 10 cm;
4. Pada masa pembungaan, ketinggian air 5-10 cm;
5. Ketika tampak keluar bunga, sawah perlu dikeringkan selama 4-7 hari;
6. Saat bunga muncul serempak air segera dimasukan kembali;
7. Menjelang bunting sawah dikeringkan selama 4-5 hari.

Teknik Penggunaan Air Tanaman Padi Sawah, Yaitu :

1. Irigasi berselang (Intermittent);


2. Pengairan Tergenang (Kontinyu).

Pengairan Berselang

   Pengairan berselang adalah cara pemberian air pada sawah digenangi dan
dikeringkan secara berselang. Pengairan berselang tergantung jenis tanah
dan pola pengairan. Cara pemberiannya sebagai berikut :

1. Tanam bibit air macak-macak;


2. Secara berangsur tanah diairi 2-5 cm s/d 10 hari;
3. Biarkan sawah mengering 5-6 hari;
4. Setelah terlihat permukaan tanah retak, airi kembali 5 cm;
5. Keringkan tanpa diairi 5-6 hari, lalu air kembali 5 cm;
6. Ulangi hal diatas hingga Fase Stadia Pembungaan;
7. Fase keluar bunga s/d 10 hari sebelum panen airi setinggi 5 cm,
kemudian keringkan.

Pengairan Basah Kering (PBK)

Cara pengairan basah kering :

1. Tekan paralon secara vertical;


2. Gunakan balok/papan serta palu untuk memudahkan;
3. Cek jarak di permukaan tanah 15 cm (tabung 35 cm) atau 20 cm
(tabung 40 cm);
4. Posisi paralon setelah tertanam;
5. Keluarkan tanah dari dalam paralon sampai kedalaman 20 cm;
6. Cek kembali kerataan dengan waterpas

hari, kebutuhan padi terus meningkat karena padi merupakan makanan pokok
masyarakat Indonesia, untuk menyeimbangkan kebutuhan pangan dengan jumlah
produktivitas padi maka perlu memerhatikan dari cara penanaman, hama dan penyakit
yang mengganggu, kondisi lahan dan sebagainya. Hal yang tidak kalah penting adalah
penanganan panen.

Panen adalah memetik hasil tanaman padi disawah atau di ladang sesuai dengan kriteria
tingkat kemasakan. Menurut Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura
(1999) tujuan pemanenan padi adalah untuk mendapatkan gabah dari lapangan pada
tingkat kematangan optimal, mencegah kerusakan dan kehilangan hasil seminimal
mungkin. Pemanenan padi tidak akan menguntungkan dan memuaskan jika prosesnya
dilakukan dengan cara yang kurang benar dan pada umur panen yang tidak tepat. Cara
panen yang tidak baik akan menurunkan kehilangan hasil secara kuantitatif. Sedangkan
saat panen yang tepat akan menentukan kualitas gabah dan beras.  Panen harus
dilakukan bila bulir padi sudah cukup dianggap masak. Panen yang  kurang tepat dapat
menurunkan kualitas dari gabah maupun beras.  Dalam rangka panen perlu diketahui
fase-fase pemasakan bulir padi, penentuan saat panen dan alat untuk panen.Proses
pemasakan bulir padi terdapat 4 stadia masak:.

1. Stadia masak susu


2. Stadia masak kuning
3. Stadia masak penuh
4. Stadia masak mati

Adapun Tanda-tanda padi siap panen adalah:

1. 95 % gabah sudah menguning dan daun bendera telah mengering


2. Umur optimal malai 30 – 35 hari terhitung sejak hari sesudah berbunga (HSB)
3. Kadar air berkisar 21 – 26 %
4. Kerontokan gabah sekitar 16 – 30 % (Cara mengukurnya dengan meremas malai
dengan tangan)

Anda mungkin juga menyukai