Pengolahan bertujuan untuk mengubah sifat fisik tanah agar lapisan yang
semula keras menjadi datar dan melumpur. Dengan begitu gulma akan mati
dan membusuk menjadi humus, aerasi tanah menjadi lebih baik, lapisan
bawah tanah menjadi jenuh air sehingga dapat menghemat air. Pada
pengolahan tanah sawah ini, dilakukan juga perbaikan dan pengaturan
pematang sawah serta selokan. Pematang (galengan) sawah diupayakan
agar tetap baik untuk mempermudah pengaturan irigasi sehingga tidak boros
air dan mempermudah perawatan tanaman.
Saluran atau parit diperbaiki dan dibersihkan dari rumput-rumput. Kegiatan ini
bertujuan agar dapat memperlancar arus air serta menekan jumlah biji gulma
yang terbawa masuk ke dalam petakan. Sisa jerami dan sisa tanaman pada
bidang olah dibersihkan sebelum tanah diolah.
2. Pencangkulan
a. Pembajakan
2) Menambah unsur organik, karena pupuk hijau yang berasal dari rumput
akan terbenam dan tercampur dengan tanah.
b. Penggaruan
c. Perataan
Untuk 3 fase pengolahan tanah tersebut menggunakan 1/3 kebutuhan air dari
total kebutuhan air selama pertumbuhan tanaman. Pengolahan tanah dengan
cara basah yaitu tanah sawah dibajak dalam keadaan basah dan digaru
memanjang dan menyilang sampai tanah melumpur dengan baik. Pengolahan
tanah paling lambat 15 hari sebelum pemindahan bibit.
Hits: 36764
Empty
Teknik pemupukan tanaman padi memang sangat relatif, tidak ada ukuran secara pasti
dosis dan waktu yang ditentukan, karena banyak sekali faktor yang harus diperhatikan.
Struktur tanah dengan kondisi unsur hara yang berbeda-beda di tempat satu dengan
yang lainnya, tentu juga memerlukan teknik yang berbeda dalam hal pemupukannya.
Salah satu contoh dosis, jenis pupuk dan waktu pemupukan yang tepat pada tanaman
padi adalah sebagai berikut:
- Pemupukan susulan pertama dilakukan saat padi berumur 7-10 HST. Pupuk yang
digunakan adalah Urea 75 kg/ha, SP-36 100 kg/ha dan KCL 50 kg/ha.
- Pemupukan susulan kedua diberikan saat tanaman padi berumur 21 HST
menggunakan pupuk Urea sebanyak 150 kg/ha.
- Pemupukan susulan ketiga pada saat umur padi 42 HST menggunakan 75 kg/ha Urea
dan 50 kg/ha KCl.
Dari tiga kali pemupukan tersebut, dalam satu musim tanam padi pada luasan 1 hektar
membutuhkan pupuk Urea (Nitogen) 300 kg, SP36/TSP (Phospor) 100 kg, dan KCl
(Kalium) 100 kg. Tanaman padi memerlukan banyak hara N dibanding hara P ataupun K.
Pupuk Urea perlu diberikan sebanyak 3 kali, agar pemberian pupuk N menjadi lebih
efisien terserap oleh tanaman padi. Sedangkan pemberian pupuk KCl dilakukan 2 kali,
agar proses pengisian gabah menjadi lebih baik.
Untuk memantau kecukupan pupuk Urea (Nitrogen) pada tanaman padi bisa
menggunakan Bagan Warna Daun (BWD). Pada alat ini terdapat empat kotak skala
warna, mulai warna hijau muda hingga hijau tua, yang menggambarkan tingkat
kehijauan daun tanaman padi. Sebagai contoh, jika daun tanaman berwarna hijau muda
berarti tanaman kekurangan hara N sehingga perlu dipupuk.
Sebaliknya, jika daun berwarna hijau tua atau tingkat kehijauan daun sama dengan
warna dikotak skala 4 pada BWD berarti tanaman sudah memiliki hara N yang cukup
sehingga tidak perlu lagi dipupuk.
Monitoring pemberian pupuk dengan alat BWD dilakukan sejak 14 HST sampai fase
berbunga (63 HST) setiap 7 hari sekali. Hasil penelitian menunjukkan, pemakaian BWD
dalam kegiatan pemupukan N dapat menghemat penggunaan pupuk urea sebanyak
15-20 % dari takaran yang umum digunakan petani padi tanpa menurunkan hasil.
Sementara itu, hara P dan K tidak perlu diberikan setiap musim. Hara P dapat diberikan
tiap 4 musim sekali sedangkan hara K dapat diberikan setiap 6 musim sekali. Ini
disebabkan karena pupuk P dan K yang telah diaplikasikan hanya ± 20 % dan ± 30 %
nya terserap tanaman sedangkan sisanya terakumulasi dalam tanah.
Selain pupuk kimia di atas, sangat dianjurkan untuk menambahkan pemberian pupuk
organik.
Pupuk organik yang dianjurkan berupa pupuk kandang atau kompos jerami sebanyak 2
ton per hektar setiap musim, Penggunaan pupuk organik ini dapat mengembalikan
sifat-sifat tanah, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kesuburan serta
menggemburkan tanah yang telah padat karena efek penggunaan pupuk anorganik
atau pupuk kimia
Hama-hama padi sendiri sangat beragam jenisnya dan jika tidak cepat dibasmi maka akan berdampak
sangat buruk pada tanaman padi. Selain itu, dalam menangani hama padi, para petani juga harus
lebih berhati-hati karena hal ini juga dapat mempengaruhi hasil padi nantinya.
Dalam menangani hama padi pastikan Anda menggunakan cara yang tepat dan aman agar hama tidak
datang kembali menyerang tanaman dan kualitas tanaman padi juga tetap dapat terjaga sehingga
masih aman untuk dikonsumsi. Berikut beberapa cara tepat dan aman yang dapat Anda lakukan.
Ketika sedang melakukan proses penanaman padi, biasanya para petani akan memberikan jarak
antarra satu tanaman dan tanaman lainnya agar tidak terlalu berdekatan. Pemberian jarak ini
berfungsi untuk mencegah tanaman padi dari munculnya hama wereng yang lebih mudah timbul jika
padi ditanam dengan jarak yang terlalu dekat.
Selain itu, para petani juga biasanya akan menyiapkan beberapa hewan khusus untuk membasmi
hama secara alami. Beberapa hewan yang dilepas seperti laba-laba untuk memakan wereng dan
walang sangit hingga ular untuk mengusir tikus sawah yang sangat mengganggu.
3. Memasang Orang-Orangan
Tentunya orang-orangan sudah tidak asing lagi ditemukan di beberapa area persawahan. Orang-
orangan sawah ini berfungsi untuk mengusir atau menakuti burung yang suka singgah dan
mengganggu tanaman padi atau jagung para petani.
Jika cara-cara diatas masih belum bisa menangani masalah hama pada tanaman padi, maka saatnya
bagi Anda untuk mencampur pupuk yang sudah Anda siapkan untuk tanaman padi Anda dengan
bakteri khusus yang tidak hanya dapat memberikan nutrisi tetapi juga menyediakan proteksi lebih
bagi tanaman padi dari serangan hama.
Pupuk dan insektisida memang baik untuk pertumbuhan tanaman, namun jika Anda memberikan
terlalu banyak pupuk dan insektisida terhadap tanaman padi maka haasil yang didapat malah
sebaliknya. Jadi, pastikan Anda memberikan pupuk ataupun insektisida sesuai anjuran yang telah
diberikan.
Selain beberapa cara diatas, Anda juga dapat mempercayakan solusi atas masalah hama pada
tanaman padi Anda melalui jasa pembasmi hama dengan kualitas terbaik yaitu FUMIDA. Berikut
beberapa alasan penting mengapa Anda perlu berkonsultasi dengan FUMIDA:
• FUMIDA merupakan perusahaan pembasmi hama yang berkualitas tinggi dan bergaransi sehingga
memiliki izin resmi dari Dinas Kesehatan.
• FUMIDA telah menangani beragam kasus hama selama lebih dari 10 tahun. Jasa pembasmi hama
FUMIDA juga ditangani dengan petugas yang handal dan berpengalman sehingga hama dapat
dibasmi hingga tuntas.
• Kini FUMIDA sudah buka dibeberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Yogyakarta,
Bandung, dll. Untuk informasi lebih lanjut
Itulah tadi beberapa cara ppengendalian hama padi yang tepat dan aman. Pastikan Anda membasmi
hama padi sampai tuntas sehingga dapat mendapatkan hasil panen yang
& LINGKUNGAN
AGRI PROFIL
FAMILY & STYLE
HOME
Non Komoditi
“Efek pemanasan global pun sebenarnya sudah dirasakan petani sekarang ini,
mulai dari tidak tepatnya waktu pertanaman dengan iklim, ketersediaan air yang
sudah semakin berkurang dan cuaca panas yang semakin terik,” tuturnya.
Lantas bagaimana cara petani bisa turut serta dalam mengurangi efek
pemanasan global yang sudah terjadi? Ali mengungkapkan, dengan
menggunakan sistem tanah macak-macak untuk pertanaman padi. “Jangan
tergenang, karena padi bukanlah tanaman air. Padi hanya membutuhkan air
untuk hidup tetapi tidak perlu tergenang," tuturnya.
Agar lahan bisa diairi dengan cara macak-macak, sistem pengairan berselang
seharusnya bisa dilakukan petani. Pengairan ini mengatur kondisi lahan kering
dan basah secara bergantian. "Pengairan berselang/intermiten ini bisa
mengurangi emisi hingga 48% dari perlakuan konvensional yang selalu
tergenang," ungkap Ali.
1. Saluran air untuk petakan sawah sebaiknya menggunakan pipa paralon yang bias dibuka
tutup. Secara umum paralon tersebut selalu terbuka, tetapi diberi kasa sehingga tikus tidak
bisa masuk. Maksudnya agar air tidak tergenang, dan diharapkan hanya macak-macak.
2. Pengairan diatur sejak proses pertanaman bibit baru. Hal tersebut dimaksudkan agar
memudahkan para petani dalam menanam bibit padi.
3. Selanjutnya secara bertahap tanaman digenangi air setinggi 2-5 cm. Kondisi tersebut
dibiarkan sampai 10 hari, karena selama waktu 10 hari tersebut bibit yang telah dicabut
mengalami stress akibat terkena terik matahari. Penggenangan air ini bertujuan mengurangi
stress akibat terik matahari.
4. Setelah lebih dari 10 hari setelah tanam, air dibiarkan sampai kondisi macak-macak kembali
sampai 14 hst. Saat inilah waktu yang pas untuk pemberian pupuk yang pertama.
5. Sekitar 2 hari setelah pemupukan sawah kembali digenangi air setinggi 3-5 cm. Begitu
seterusnya dengan selang waktu yang sama.
6. Setelah memasuki vase generatif, sebaiknya tanaman selalu digenangi air setinggi 3-5 cm.
Tapi, hal ini pun tak mutlak harus dilakukan. Tanaman juga masih bisa dibiarkan dalam
keadaan macak-macak.
7. Pada fase generatif ini tanaman membutuhkan air dalam jumlah yang banyak untuk
pengisian bulir padi.
Memasuki usia 10-14 hari sebelum masa panen, sawah dibiarkan dalam kondisi
macak-macak sampai kering. Karena apabila dalam kondisi tersebut tanaman
digenangi air maka hasil panen padi akan kurang bagus
Pengairan Berselang
Pengairan berselang adalah cara pemberian air pada sawah digenangi dan
dikeringkan secara berselang. Pengairan berselang tergantung jenis tanah
dan pola pengairan. Cara pemberiannya sebagai berikut :
hari, kebutuhan padi terus meningkat karena padi merupakan makanan pokok
masyarakat Indonesia, untuk menyeimbangkan kebutuhan pangan dengan jumlah
produktivitas padi maka perlu memerhatikan dari cara penanaman, hama dan penyakit
yang mengganggu, kondisi lahan dan sebagainya. Hal yang tidak kalah penting adalah
penanganan panen.
Panen adalah memetik hasil tanaman padi disawah atau di ladang sesuai dengan kriteria
tingkat kemasakan. Menurut Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura
(1999) tujuan pemanenan padi adalah untuk mendapatkan gabah dari lapangan pada
tingkat kematangan optimal, mencegah kerusakan dan kehilangan hasil seminimal
mungkin. Pemanenan padi tidak akan menguntungkan dan memuaskan jika prosesnya
dilakukan dengan cara yang kurang benar dan pada umur panen yang tidak tepat. Cara
panen yang tidak baik akan menurunkan kehilangan hasil secara kuantitatif. Sedangkan
saat panen yang tepat akan menentukan kualitas gabah dan beras. Panen harus
dilakukan bila bulir padi sudah cukup dianggap masak. Panen yang kurang tepat dapat
menurunkan kualitas dari gabah maupun beras. Dalam rangka panen perlu diketahui
fase-fase pemasakan bulir padi, penentuan saat panen dan alat untuk panen.Proses
pemasakan bulir padi terdapat 4 stadia masak:.