Anda di halaman 1dari 15

KOMANDO STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN (KOSTRATANI)

MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS KEPULAUAN


DI PROVINSI MALUKU UTARA

A. Latar Belakang

Pembangunan pertanian secara umum telah dan akan terus


memberikan sumbangan bagi pembangunan daerah, baik secara
langsung dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),
penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat,
maupun sumbangan tidak langsung melalui penciptaan kondisi yang
kondusif bagi pelaksanaan pembangunan dan hubungan sinergis dengan
sektor lain.
Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan daerah periode
2019-2024 yang saat ini telah masuki Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) tahap ke-4 merupakan sektor strategis dan
tetap memegang peranan dalam pengembangan perekonomian daerah
Maluku Utara. Peran strategis sektor pertanian selain berfungsi sebagai
penyediaan pangan bagi seluruh penduduk, juga merupakan andalan
penyumbang devisa non migas. Besarnya kesempatan kerja yang dapat
diserap dan tingginya jumlah penduduk yang bergerak pada sektor ini
menunjukkan bahwa peran sektor pertanian bukan hanya menjalankan
fungsi ekonomi, tapi juga dalam rangka menjalankan fungsi sosial dan
stabilitas politik keamanan.

Visi pembangunan Provinsi Maluku Utara pasangan Gubernur dan


Wakil Gubernur Maluku Utara masa bhakti 2019 – 2024 sebagaimana
dituangkan dalam RPJPD Provinsi Maluku Utara , 2019 – 2024 adalah: “Maluku
Utara Sejahtera 2024”. Elemen visi pembangunan tersebut pada intinya
adalah pemerintah Provinsi Maluku Utara melaksanakan pembangunan
daerah dengan tetap berpegang pada moral dan akhlak dalam menjalani
kehidupan sehari-hari. Diharapkan, akhir dari pelaksanaan pembangunan

1
akan terbentuk suatu tatanan perikehidupan yang religius, toleransi, dan
harmonis dalam lingkungan Provinsi Maluku Utara yang bermartabat dan
berdaya saing.
Berdasarkan visi dan misi tersebut di atas, dalam arahan tujuan
pembangunan Provinsi Maluku Utara selama periode pembangunan Tahun
2019- 2024 yang berhubungan dengan kebijakan sektor pertanian adalah tujuan:
“Meningkatnya perekonomian daerah yang inklusif dan berkualitas
dengan orientasi pada nilai tambah dengan pengelolaan SDA yang
berkelanjutan”.
Menurut pandangan penulis, untuk mewujudkan tujuan ke 4
pembangunan daerah Provinsi Maluku Utara tersebut, dukungan sektor
pertanian melalui pengembangan agribisnis produk unggulan pertanian
kabupaten/kota yang menjadi basis peningkatan perekonomian masyarakat
utamanya petani. Untuk itu maka, menurut penulis bahwa fokus sasaran
pembangunan sektor pertanian yang harus dicapai adalah: 1.
Meningkatnya SDM pertanian yang berkualitas dan berdaya saing;
dan 2. Meningkatnya produktivitas komoditas pertanian. Karena
peningkatan kualitas SDM sektor pertanian (petani dan aparatur) dan
peningkatan produktivitas pertanian mempunyai keterkaitan satu sama
lainnya dan saling mempengaruhi.
Pengembangan agribisnis produk unggulan pertanian kabupaten/kota yang
berbasis kepulauan dan menjadi ciri/karakteristik daerah Provinsi Maluku
Utara sebagai daerah kepulauan, menurut pendapat penulis perlu didukung
dengan kebijakan dari pemerintah dan pemerintah daerah. Disisi lain Politik pertanian
di tingkat nasional selama ini dibangun di atas pilar yang menurut penulis
sangat rapuh dan dampaknya pasti dirasakan di tingkat regional (Provinsi
Maluku Utara), diversifkasi pangan tidak berjalan sebagaimana
diharapkan. Komoditas padi lahan basah mendapat penguatan dari
pemerintah untuk dikembangkan sebagai satu-satunya sumber pangan
utama. Sedangkan potensi unggul lokal seperti padi ladang, sagu, jagung,

2
hotong, umbian dan rempah-rempah, seolah-olah tidak dikembangkan.
Konsekuensi dari kebijakan pemerintah tersebut, padi lahan basah
berubah fungsi sebagai komoditas politik, buktinya sebagian besar lahan
dikonversi untuk sawah. Disatu sisi politik pertanian padi menjadi monopoli
pemerintah dan pengusaha yang memproduksi input produksi komoditas
dimaksud. Semua energi terkuras ke sana tanpa memperhatikan peta
perwilayahan pengembangan potensi komoditas regional. Kemudian,
bagaimana kita memaknai persoalan di atas dalam konteks pembangunan
pertanian yang berbasis kepulauan di Provinsi Maluku Utara?.
Dalam rangka mengoptimalkan tugas, fungsi dan peran Balai
Penyuluhan Pertanian di kecamatan sebagai basis peningkatan SDM
pertanian, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 49 Tahun 2019 tentang Komando Strategi Pembangunan
Pertanian (KOSTRATANI) yang merupakan program strategis yaitu
dengan membangun satu data pertanian dalam satu sistem Big Data serta
penguatan penyuluhan pertanian dan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP)
di kecamatan. Data merupakan kekuatan utama dalam membangun
ketahanan pangan kedepan, sehingga kebijakan, program dan kegiatan
pembangunan di sektor pertanian harus didasarkan pada data dan
informasi lapangan yang akurat.
Sesuai kebijakan Menteri Pertanian, operasonalisasi pembangunan
pertanian berada pada tingkat lapangan, dimana unit kerja non struktural
pertanian terendah adalah BPP dimana keberadaannya sampai pada
tahun 2019 di Maluku Utara berjumlah 88 unit dan Penyuluh Pertanian
sebagai ujung tombak dan garda terdepan ketahanan pangan yang terdiri
atas 395 orang Penyuluh Pertanian ASN, 93 orang THL- TBPP dan
Penyuluh Swadaya sebanyak 133 orang.
Harapan untuk menjadikan Indonesia maju dan mampu
mencukupi kebutuhan pangan bagi seluruh masyarakat dapat terwujud,
salah satunya dengan menggerakkan penyuluh pertanian yang didukung
oleh petugas pertanian lainnya di tingkat kecamatan dan desa. BPP

3
sebagai pusat gerakan dan layanan pembangunan pertanian di
kecamatan, perlu dilakukan optimalisasi tugas, fungsi dan perannya,
melalui penguatan data dan informasi dengan sistem berbasis IT
sehingga dapat dikendalikan dengan baik oleh Kementerian Pertanian.
Komando Strategis Pembangunan Pertanian (KOSTRATANI) di BPP
merupakan pusat gerakan yang sangat menentukan keberhasilan
pembangunan pertanian melalui koordinasi, sinergi dan penyelarasan
kegiatan pembangunan pertanian di kecamatan.

B. Maksud dan Tujuan

Penyusunan makalah ini dimaksudkan sebagai pemenuhan


persyaratan dalam mengikuti seleksi Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama di
lingkungan Pemerintah Provinsi Maluku Utara (Jabatan Kepala Dinas
Pertanian) dan untuk memberikan masukan tentang Akselerasi Program
Komando Strategi Pembangunan Pertanian (KOSTRATANI) mendukung
pembangunan pertanian berbasis kepulauan di Provinsi Maluku Utara.
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi karakteristik, permasalahan sistem pertanian


berbasis kepulauan dan implementasinya di Provinsi Maluku Utara.
2. Mengakselerasi program Komando Strategi Pembangunan
Pertanian (KOSTRATANI) mendukung pembangunan pertanian
berbasis kepulauan di Provinsi Maluku Utara.

C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini adalah :
1. Bagaimana karakteristik, permasalahan pertanian berbasis
kepulauan dan implementasinya dalam pembangunan pertanian di
Provinsi Maluku Utara.

4
2. Bagaimana akselerasi program Komando Strategi Pembangunan
Pertanian (KOSTRATANI) mendukung pembangunan pertanian
berbasis kepulauan di Provinsi Maluku Utara.

D. Makna, Tujuan dan Materi Penyuluh Pertanian

Makna. Komando strategis petani yang selanjutnya disebut


Kostratani adalah gerakan pembaharuan pembangunan pertanian
kecamatan, melalui optimalisasi tugas, fungsi dan peran Balai Penyuluhan
Pertanian dalam mewujudkan keberhasilan pembangunan pertanian.
Kostratani merupakan pusat kegiatan pembangunan pertanian tingkat
kecamatan, yang merupakan optimalisasi tugas, fungsi dan peran Balai
Penyuluhan Pertanian (BPP) dalam mewujudkan kedaulatan pangan
nasional.
.Tujuan. Tujuan jangka panjang Kostratani adalah mengoptimalkan
Tugas, Fungsi dan Peran BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) sebagai
Pusat pembangunan Pertanian tingkat Kecamatan dalam Mewujudkan
Kedaulatan Pangan Nasional. Selanjutnya tujuan jangka pendek
kostratani adalah pemenuhan sarana, prasarana, kelembagaan, kapasitas
SDM Pertanian dan penyelenggaraan pembangunan pertanian di
Kecamatan berbasis teknologi informasi.

Materi Penyuluhan Pertanian. Materi disusun berdasarkan


kebutuhan dan kepentingan Pelaku Utama dan Pelaku Usaha dengan
memperhatikan kemanfaatan, kelestarian sumber daya pertanian, dan
pengembangan kawasan Pertanian.

Materi Penyuluhan Pertanian memuat unsur:

a. pengembangan sumber daya manusia;


b. peningkatan ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, ekonomi,
manajemen, hukum, dan kelestarian lingkungan; dan
c. penguatan Kelembagaan Petani.

5
Materi Penyuluhan Pertanian diarahkan untuk mengembangkan
kapasitas Pelaku Utama dan Pelaku Usaha dalam mengelola usaha tani
yang menguntungkan dan ramah lingkungan untuk meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan.

Materi Penyuluhan Pertanian yang memuat teknologi dapat


mencakup inovasi teknologi yang bersumber dari pengetahuan tradisional.
Pengembangan kapasitas Pelaku Utama untuk meningkatkan
profesionalisme dan daya saing Pelaku Utama dalam globalisasi
perdagangan regional dan internasional. Dapat dilaksanakan melalui
pendidikan dan pelatihan serta sertifikasi kompetensi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Materi Penyuluhan Pertanian disusun masing-masing oleh tim


penyusun materi Penyuluhan Pertanian Pusat, provinsi, dan
kabupaten/kota.Tim sebagaimana dimaksud beranggotakan paling kurang
pejabat struktural yang menyelenggarakan fungsi di bidang penyuluhan
dan Penyuluh Pertanian.

Materi Penyuluhan Pertanian dikemas dalam bentuk media sesuai


dengan standar teknis media Penyuluhan Pertanian. Media Penyuluhan
Pertanian digunakan secara komunikatif dan efektif sesuai dengan
karakteristik sasaran Penyuluh Pertanian. Ketentuan lebih lanjut mengenai
Materi Penyuluhan Pertanian diatur dengan Keputusan Kepala Badan
PPSDMP atas nama Menteri Pertanian.

E. Pemecahan Masalah
1. Karakteristik, Permasalahan Pertanian berbasis Kepulauan,
dan Implementasinya dalam Pembangunan Pertanian Maluku
Utara.
a. Pendidikan dan ketrampilan penduduk yang terbatas

6
Petani di pulau-pulau kecil di daerah Provinsi Maluku Utara pada
umumnya memiliki pendidikan dan ketrampilan yang terbatas,
mereka kurang dapat mengakses informasi dan teknologi hal ini
menyebabkan praktek usaha taninya masih berskala rumah
tangga dan bersifat bivalen sehingga sering kita temui rumah
tangga tani sekaligus nelayan.
Salah satu bentuk dari usaha di atas adalah pengawalan dan
pendampingan oleh penyuluh yang intensif dan berkelanjutan.
Dalam hal penguasan teknologi uasaha tani yang masih rendah,
maka perlu diperbanyak kegiatan-kegiatan pelatihan baik pada
usaha on farm maupun off farm.
b. Sumber Daya Alam (Lahan) yang terbatas
Pertanian kepulauan di dominasi oleh lahan kering di mana lahan
kering selalu dikaitkan dengan pengertian bentuk-bentuk
usahatani bukan sawah yang dilakukan oleh masyarakat di bagian
hulu suatu daerah aliran sungai (DAS) sebagai lahan atas
(upland) atau lahan yang terdapat di wilayah kering (kekurangan
air) yang tergantung pada air hujan sebagai sumber air.
Selain mempunyai tingkat kesuburan rendah, umumnya lahan
pertanian di daerah kepulauan memiliki kelerengan curam, dan
kedalaman/solum dangkal yang sebagian besar terdapat di
wilayah bergunung, Lahan berlereng curam sangat peka terhadap
erosi, terutama apabila diusahakan untuk tanaman pangan
semusim. Usaha konservasi pada lahan berlereng, dianjurkan
dengan pembuatan teras individu. Teras individu adalah teras
yang digunakan untuk satu pohon (tanaman tahunan saja). Teras
ini berfungsi untuk mengurangi erosi dan meningkatkan
ketersediaan air tanah bagi tanaman tahunan. Jajaran teras
individu tidak perlu searah garis kontur, tetapi menurut arah yang
paling cocok untuk penanaman tanaman.

7
c. Sumber Air yang Terbatas
Rendahnya curah hujan yang menjadi ciri-ciri khas daerah peisir
kepulauan mengakibatkan ketersediaan air untuk irigasi sangat
terbatas. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan soil amendment
untuk meningkatkan kapasitas tanah dalam menahan air (water
holding capacity), mulsa untuk mengurangi evapotranspirasi dan
penggunaan sistem irigasi yang tepat guna seperti irigasi tetes
ataupun sprinkler tergantung dengan topografi lahan. Bila lahan
datar, maka dapat digunakan irigasi tetes, dan apabila lahan
bergelombang, maka penggunaan sistem irigasi sprinkler lebih
tepat. Kolaborasi penggunaan soil amendment, mulsa dan sistem
irigasi tepat guna tersebut bertujuan untuk menghemat
penggunaan air dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi
pendistribusian nutrisi tanaman. Pembuatan bangunan panen air
sangat dibutuhkan dalam sistem pertanian tanaman pangan.
Bangunan pemanenan air dapat dibuat dalam kontruksi beton
atau menggunakan bahan berupa plastik/tarpal yang diletakkan di
dalam lahan budidaya pertanian.
d. Infrastruktur Buruk dan Terbatas
Kondisi infrastruktur untuk mendukung Sistem Pertanian
Kepulauan sangat terbatas khususnya yang berhubungan dengan
infrastruktur air seperti waduk, dam dan embung. Dalam
penerapan Sistem Pertanian Kepulauan yang perlu di
kembangkan adalah sarana tangkapan air hujan seperti embung
sehingga air selalu tersedia yang cukup untuk kebutuhan usaha
pertanian. Permasalahan lain di dalam Sistem Pertanian
Kepulauan adalah masalah distribusi hasil-hasil pertanian dari
daerah sentra produksi ke konsumen di suatu wilayah. Distribusi
adalah suatu proses pengangkutan hasil pertanian dari suatu
tempat ke tempat lain, biasanya dari produsen ke konsumen.

8
Berikut ini ada empat akar permasalahan pada distribusi hasil
pertanian, yang dihadapi. Pertama, dukungan infrastruktur, yaitu
kurangnya dukungan akses terhadap pembangunan sarana jalan,
jembatan, dan lainnya. Kedua, sarana transportasi, yakni
kurangnya perhatian pemerintah dan masyarakat di dalam
pemeliharaan sarana transportasi kita. Ketiga, sistem transportasi,
yakni sistem transportasi kita yang masih kurang efektif dan
efisien. Selain itu juga kurangnya koordinasi antara setiap moda
transportasi mengakibatkan hasil pertanian yang diangkut sering
terlambat sampai ke tempat tujuan.

e. Kondisii Politik dan Birokrasi Buruk


Politik pertanian di tingkat nasional selama ini dibangun di atas
pilar yang rapuh dan dampaknya dirasakan di tingkat regional,
akibat dari kungkungan berpikir yang dengan tegas membagi
penduduk Indonesia atas dua pola usaha pertanian yaitu Inner
Indonesia dan Outer Indonesia. Kawasan Barat Indonesia
dikelompokkan dalam Inner Indonesia cirinya pertanian menetap
dengan komoditas padi lahan basah. Sedangkan Outer Indonesia
untuk Kawasan Timur dengan pola usaha ladang berpindah dan
berburu. Yang lebih parah adalah kawasan barat menyatakan diri
sebagai wilayah kontinental dan dari sana keputusan politik
semua sektor dirancangkan, sehingga tidak heran kalau hasil
keputusan akan mengabaikan ciri khas wilayah di luar kawasan
barat, seperti misalnya keunikan wilayah kepulauan Maluku Utara.
Dari keadaan fisik alam kepulauan rempah-rempah ini, kita dapat
melihat bahwa pulau-pulau bertebaran dan laut yang
menghubungkan satu pulau dengan yang lain. sehingga konsep
yang dikembangkan adalah konsep laut-pulau. Artinya keduanya
tidak dapat dipisahkan. Ciri khas pulau yang ada di Maluku Utara
yaitu memiliki garis pantai yang panjang dengan luas dataran

9
yang sempit. Aktivitas orang pulau di darat selalu dilakukan
mengikuti fenomena alam dan kearifan ini adalah untuk
memuliakan ruang pesisir dan laut. Berdasarkan kondisi nyata
geografis wilayah Maluku Utara tersebut, seyogyanya menjadi
pertimbangan kuat dalam menetapkan pembangunan politik
pertanian di wilayah kepulauan Maluku Utara.
2. Akselerasi program Komando Strategi Pembangunan Pertanian
(KOSTRATANI) mendukung Pembangunan Pertanian Berbasis
Kepulauan di Provinsi Maluku Utara.
Dalam rangka meningkatkan SDM pertanian yang berkualitas dan
berdaya saing sebagai fokus sasaran pembangunan pertanian
Maluku Utara, terkait dengan hal tersebut, secara teknis penyuluh
pertanian di BPP akan diperkuat dengan kemampuan dalam
mengidentifikasi potensi, menggali, menganalisis dan menyajikan
data dan informasi pertanian. Data dan informasi disajikan melalui
media digital yang mampu menggambarkan kondisi lapangan seperti
memprediksi kapan waktu panen, serangan hama penyakit dan cara
pengendaliannya, teknologi budidaya, peluang dan informasi
dinamika pasar dalam dan luar negeri, sampai dengan informasi
pergerakan Alat Mesin Pertanian (Alsintan) dan lain-lain.
Untuk itu, BPP sebagai KOSTRATANI harus didukung dengan
kelembagaan yang solid, ketenagaan yang professional dan
penyelenggaraan fungsi penyuluhan yang berbasis IT dalam rangka
meningkatkan efisiensi dan efektivitas berusahatani sehingga
produksi usaha pertanian mampu meningkatkan produktivitas,
produksi, pendapatan dan kesejahteraan petani.
a. Gerakan Operasional KOSTRATANI
Gerakan operasional KOSTRATANI melputi tahapan prakondisi,
proses perencanaan, dan penetapan rencana gerakan.
Prakondisi

10
Balai Penyuluhan Pertanian di tingkat kecamatan secara
umum belum mampu melaksanakan tugas, fungsi dan perannya
secara optimal dalam melayani petani dikarenakan minimnya
dukungan sarana prasarana, rendahnya kapasitas ketenagaan
dan dukungan biaya operasional dari Pemerintah dan Pemerintah
Daerah. Selain itu, rendahnya koordinasi dan jejaring antar
instansi di daerah dalam memanfaatkan BPP sebagai pusat
gerakan pembangunan pertanian di Kecamatan perlu disusun pola
baru tentang koordinasi tersebut dalam program KOSTRATANI.
Program KOSTRATANI dilaksanakan untuk lebih memperkuat
BPP sebagai tempat konsolidasi penyuluh, karena peran penyuluh
sangat strategis dalam pembangunan pertanian. Petani dapat
berkonsultasi persoalan-persoalan yang dihadapi secara langsung
dan diberikan jalan keluar terbaik. Program KOSTRATANI
diharapkan bukan hanya meningkatkan produksi, namun juga
kesejahteraan petani dan rakyat Indonesia.
Prasayarat terbentuknya KOSTRATANI antara lain :
(1) Pengadaan sarana prasarana IT meliputi personal computer
/ PC, jaringan internet, TV, webcam, kabel HDMI, dan drone
untuk pemetaan
(2) Penetapan Komandan KOSTRATANI
(3) Simplifikasi peraturan perundang-undangan
(4) Identifikasi, verifikasi dan penetapan lokasi KOSTRATANI
(5) Penetapan SK Tim Struktur dan Pengelola KOSTRATANI

Proses perencanaan
Perencanaan dan perancangan pembentukan kelembagaan
KOSTRATANI tingkat kecamatan diawali dengan tahapan
persiapan meliputi :
(1) Perencanaan pengadaan sarana prasarana IT

11
(2) Penyusunan kurikulum dan pelaksanaan Bimtek
peningkatan kapasitas SDM KOSTRATANI

Penetapan rencana gerakan


Strategi pelaksanaan Komando Strategis Pembangunan
Pertanian :
(1) Meningkatkan peran Pimpinan Daerah (Kepala Desa,
Camat, Bupati dan Gubernur) untuk menggerakkan
penyuluh pertanian, petugas lapangan lainnya, petani dan
pelaku usaha dalam pembangunan pertanian
(2) Meningkatkan sinergitas pelaku dan program pertanian
dengan K/L lainnya
(3) Meningkatkan jejaring kerja KOSTRATANI dengan instansi
pemerintah lainnya dan swasta di daerah
(4) Meningkatkan peran pemimpin non formal kemasyarakatan
(KTNA, Kelembagaan Petani, Tokoh Masyarakat, Tokoh
Agama, Asosiasi, Organisasi Profesi, dll) dalam
pembangunan pertanian

b. Tugas dan Tanggungjawab Pelaksana KOSTRATANI


UPTD yang membidangi pertanian mempunyai tugas dan
tanggung jawab sebagai berikut :
(1) Menetapkan sasaran areal luas tanam komoditas utama
tanaman pangan (padi, jagung, kedelai), aneka cabai,
bawang merah, jumlah populasi ternak sapi pada lokasi
program pembangunan pertanian.
(2) Mengkompilasi usulan RDK dan RDKK dari kelompok tani
dan gabungan kelompok tani
(3) Mengkoordinasikan pengawasan peredaran benih, pupuk,
pestisida, dan alsintan di kecamatan

12
(4) Menggerakkan kegiatan penanaman padi, jagung kedelai,
aneka cabai, bawang merah pada lokasi pembangunan
pertanian strategis di kecamatan
(5) Menghitung luas areal tanam, panen, produktivitas
komoditas utama tanaman pangan (padi, jagung, kedelai),
aneka cabai, bawang merah
BPP mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut :
(1) Melaksanakan pendampingan penerapan teknologi spesifik
lokasi dan penerapan kalender tanam terpadu
(2) Menyusun programa penyuluhan kecamatan untuk
mendukung pencapaian target produksi pangan strategis
nasional
(3) Menyusun dan menyebarluaskan informasi teknologi
spesifik lokasi yang direkomendasikan oleh BPTP kepada
petani pada sentra produksi pangan strategis nasional
(4) Melaksanakan sistem kerja latihan dan kunjungan (LAKU)
dalam rangka peningkatan kapasitas penyuluh dan petani
(5) Melakukan supervisi kegiatan penyuluh pendamping di
Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP)
(6) Memfasilitasi pelaksanaan demplot, demfarm dan metode
penyuluhan lainnya sebagai unit pembelajaran petani dalam
rangka program pembangunan pertanian
(7) Melaksanakan forum penyuluhan tingkat desa (rembug
tani), temu lapang antara petani, penyuluh dan peneliti di
kecamatan, dan sarasehan antara pemerintah daerah
dengan petani
(8) Memfasilitasi kemitraan antara kelompok tani dan pelaku
usaha mulai dari hulu sampai hilir

13
Penyuluh pertanian di tingkat desa, mampunyai tugas dan
tanggung jawab sebagai berikut :
(1) Menyusun programa penyuluhan pertanian di desa dan
rencana kerja tahunan penyuluh
(2) Mendampingi petani dalam penyusunan RDK dan RDKK
(3) Memfasilitasi petani dalam mengakses informasi teknologi,
sarana produksi, permodalan dan informasi pasar
(4) Membimbing penerapan teknologi spesifik lokasi sesuai
dengan kalender tanam terpadu, pola tanam dan pola
usahatani
(5) Memberi umpan balik penerapan teknologi spesifik lokasi
yang dibutuhkan petani untuk disalurkan kepada BPTP
(6) Melaksanakan rembug desa di posluhdes pada lokasi
program pembangunan pertanian
(7) Memfaslitasi para petani untuk menumbuhkembangkan
kelembagaan petani dan kelembagaan ekonomi petani.

Rekomendasi

1. Mengaktifkan stategis kerja, menghidupkan penyuluh pertanian,


dimana pembangunan pertanian wajib melibatkan peran penyuluh
sampai di tingkat Kecamatan di bawah kendali Balai Besar
Pelatihan Pertanian (BBPP).
2. Penyuluh pertanian adalah inti dari “agen of change” pembangunan
pertanian, maka harus mampu mengelola tata kelola pertanian
yang ada di masyarakat. Penyuluh pertanian bisa memanfaatkan
dan mengadaptasikan teknologi hasil-hasil penelitian dengan
membangun kerjasama Perguruan Tinggi.
3. Tugas sebagai pengendalian dan pelaksana, penyuluhan terpadu,
“show window” inovasi, pemanfaatan citra satelit. Dengan kata lain

14
penyuluh pertanian saatnya mendayagunakan kekuatan dan
sumberdaya pertanian yang dialokasikn dengan memanfaatkn
Artificial Intelegence (AI) data.
4. Penyuluh Pertanian idealnya memiliki akses hasil Riset di
Kementrian Pertanian dengan menempatkan SDM yang memiliki
kompetensi yang memadai untuk menghasilkan dan
mengembangkan berbagai inovasi teknologi.
5. Merumuskan model baku Kostratani sesuai dengan karakteristik
daerah kepulauan di Maluku Utara.
6. Membangun jejaring dan teamwork terpadu di level Provinsi,
Kabupaten/Kota dan Kecamatan berdasarkan karakteristik wilayah.

Referensi

1. Kostratani (Komando Strategis Pembangunan Pertanian di


Kecamatan, Kementrian Pertanian, 2019
2. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor : 49
Tahun 2019 Tentang Komando Statregis Pembangunan
Pertanian.
3. Pedoman Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian, Permentan
No 03/Permentan/SM.200/1/2018

15

Anda mungkin juga menyukai