Anda di halaman 1dari 63

MODUL SELEKSI KOMPETENSI BIDANG

FORMASI PENYULUH PERTANIAN

CPNS 2021

Disusun oleh

Pandu Agung Prayogi

CPNS Penyuluh Pertanian Kab Simalungun, Sumut

TIM SAHABAT CPNS

SIMALUNGUN

2021
DAFTAR ISI

BAB I PENGETAHUAN TERKAIT PROFESI PENYULUH PERTANIAN ...................................... 4


1. Definisi dan Pengertian ................................................................................................................... 4
2. Asas, Tujuan dan Fungsi Penyuluhan Pertanian ............................................................................. 7
3. Metode Penyuluhan ........................................................................................................................ 8
4. Penggolongan Metode Penyuluhan Pertanian............................................................................... 12
5. Prinsip Metode Penyuluhan Pertanian .......................................................................................... 12
6. Tenaga Penyuluh Pertanian........................................................................................................... 13
7. Sembilan Indikator Kinerja Penyuluh Pertanian ........................................................................... 21
8. LAKU SUSI .................................................................................................................................. 22
9. Media Penyuluhan Pertanian ........................................................................................................ 22
10. Prinsip Pendidikan Orang Dewasa pada Penyuluh Pertanian ..................................................... 24
BAB 2 PENGETAHUAN TEKNIS YANG DIBUTUHKAN PENYULUH PERTANIAN DI
LAPANGAN......................................................................................................................................... 29
1. Pengetahuan Terkait Varietas 3 Komoditi Pangan ....................................................................... 29
2. Pengetahuan Terkait Kebutuhan Benih......................................................................................... 30
3. PTT Jarwo pada Komoditi Padi Sawah ........................................................................................ 31
4. Pengetahuan Terkait Hama dan Penyakit Pada Tanaman Padi, Jagung dan Kedelai ................... 33
5. Pengetahuan Terkait Pestisida ...................................................................................................... 38
6. Pengetahuan Terkait Kesuburan Tanah ........................................................................................ 40
7. Pengetahuan Terkait Nama Latin Komoditas ............................................................................... 43
8. Metode Panen Padi Sawah ............................................................................................................ 43
9. Jenis Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan) .................................................................................... 44
10. Pengetahuan Terkait PH Tanah................................................................................................... 46
BAB 3 PENGETAHUAN SEPUTAR PROGRAM PEMERINTAH DI BIDANG PERTANIAN ..... 48
1. Kostratani ...................................................................................................................................... 48
2. Kelembagaan Petani...................................................................................................................... 50
3. Kartu Tani ..................................................................................................................................... 54
4. ERDKK ......................................................................................................................................... 54
5. Simluhtan ...................................................................................................................................... 55
6. P4S ................................................................................................................................................ 55
7. Cyber Extension ............................................................................................................................ 56
8. Upaya Khusus (Upsus) di Bidang Pertanian ................................................................................. 56
9. Pos Penyuluhan Desa (PosLuhDes) .............................................................................................. 57
10. Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) ............................................................................................. 58

1
Gambaran Umum Bentuk dan Materi Ujian Seleksi Kompetensi Bidang

(SKB) Formasi Penyuluh Pertanian

Berdasarkan pengalaman penulis yang mengikuti tes Seleksi Kompetensi Bidang (SKB)

formasi Penyuluh Pertanian pada tes CPNS Tahun 2018 serta hasil Field Report (Laporan

lapangan) teman-teman penulis yang mengikuti tes SKB formasi Penyuluh Pertanian pada tes

CPNS Tahun 2019, soal SKB CPNS untuk formasi penyuluh pertanian terdiri atas 100 soal.

Karena formasi penyuluh pertanian berada di bawah wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota,

maka tes SKB hanya terdiri atas satu bagian saja, yaitu tes dengan menggunakan platform CAT

milik BKN.

Sistem penilaian dijalankan tanpa menggunakan passing grade alias ambang batas nilai.

Artinya untuk menentukan pemenang atau peserta yang berhak menduduki formasi CPNS

penyuluh pertanian, nilai akan dirangking alias diurutkan.

Total poin maksimal yang bisa didapatkan oleh peserta ujian SKB adalah 500 poin di mana

peserta akan mendapat 5 poin jika menjawab benar dan tidak mendapat poin jika menjawab

salah atau tidak menentukan jawaban.

Secara keseluruhan materi Seleksi Kompetensi Bidang untuk formasi penyuluh pertanian dapat

dikelompokkan menjadi tiga bagian utama, yaitu:

1. Pengetahuan terkait profesi penyuluh pertanian

2. Pengetahuan teknis yang dibutuhkan penyuluh pertanian di lapangan

3. Pengetahuan seputar program pemerintah di bidang pertanian

2
Ketiga materi tersebut wajib dikuasai oleh peserta seleksi CPNS formasi Penyuluh Pertanian.

Karena, selain dibutuhkan saat ujian, seluruh materi tersebut nantinya juga akan dibutuhkan

saat penyuluh bertugas di lapangan mendampingi petani.

Nah, di modul SKB untuk formasi penyuluh pertanian ini kita akan membahas ketiganya secara

terperinci.

3
BAB I

PENGETAHUAN TERKAIT PROFESI PENYULUH PERTANIAN

1. Definisi dan Pengertian

1.1 Pengertian Sistem Penyuluhan Pertanian

Sistem penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang selanjutnya disebut sistem

penyuluhan adalah seluruh rangkaian pengembangan kemampuan, pengetahuan, keterampilan,

serta sikap pelaku utama dan pelaku usaha melalui penyuluhan.

1.2 Pengertian Penyuluhan

Penyuluhan pertanian, perikanan, kehutanan yang selanjutnya disebut penyuluhan adalah

proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu

menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi,

permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas,

efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam

pelestarian fungsi lingkungan hidup.

1.3 Pengertian Pertanian

Pertanian yang mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan yang

selanjutnya disebut pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi usaha hulu, usaha tani,

agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang pengelolaan sumber daya alam hayati dalam

agroekosistem yang sesuai dan berkelanjutan, dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja,

dan manajemen untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat.

1.4 Pengertian Pelaku Utama

4
Pelaku utama kegiatan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang selanjutnya disebut pelaku

utama adalah masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan, petani, pekebun, peternak,

nelayan, pembudidaya ikan, pengolah ikan, beserta keluarga intinya

1.5 Pengertian Petani

Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau korporasi yang

mengelola usaha di bidang pertanian, wanatani, minatani, agropasture, penangkaran satwa dan

tumbuhan, di dalam dan di sekitar hutan, yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri,

pemasaran, dan jasa penunjang

1.6 Pengertian Pelaku Usaha

Pelaku usaha adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang dibentuk menurut

hukum Indonesia yang mengelola usaha pertanian, perikanan, dan kehutanan.

1.7 Pengertian Penyuluh Pertanian

Penyuluh pertanian, penyuluh perikanan, atau penyuluh kehutanan, baik penyuluh PNS,

swasta, maupun swadaya, yang selanjutnya disebut penyuluh adalah perorangan warga negara

Indonesia yang melakukan kegiatan penyuluhan.

1.8 Pengertian Penyuluh PNS

Penyuluh pegawai negeri sipil yang selanjutnya disebut penyuluh PNS adalah pegawai negeri

sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang

berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian, perikanan, atau kehutanan untuk

melakukan kegiatan penyuluhan.

5
1.9 Pengertian Penyuluh Swasta

Penyuluh swasta adalah penyuluh yang berasal dari dunia usaha dan/atau lembaga yang

mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan.

1.10 Pengertian Penyuluh Swadaya

Penyuluh swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat

lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh.

1.11 Pengertian Materi Penyuluhan

Materi penyuluhan adalah bahan penyuluhan yang akan disampaikan oleh para penyuluh

kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi,

teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum, dan kelestarian lingkungan.

1.12 Pengertian Programa Penyuluhan

Programa penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang selanjutnya disebut programa

penyuluhan adalah rencana tertulis yang disusun secara sistematis untuk memberikan arah dan

pedoman sebagai alat pengendali pencapaian tujuan penyuluhan.

1.13 Pengertian Kelembagaan Penyuluhan

Kelembagaan penyuluhan adalah lembaga pemerintah dan/atau masyarakat yang mempunyai

tugas dan fungsi menyelenggarakan penyuluhan.

1.14 Pengertian Komisi Penyuluhan Pertanian

Komisi Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan yang selanjutnya disebut Komisi

Penyuluhan adalah kelembagaan independen yang dibentuk pada tingkat pusat, provinsi, dan

kabupaten/kota yang terdiri atas para pakar dan/atau praktisi yang mempunyai keahlian dan

kepedulian dalam bidang penyuluhan atau pembangunan perdesaan.

6
2. Asas, Tujuan dan Fungsi Penyuluhan Pertanian

2.1 Asas Penyuluhan

Penyuluhan diselenggarakan berasaskan demokrasi, manfaat, kesetaraan, keterpaduan,

keseimbangan, keterbukaan, kerja sama, partisipatif, kemitraan, berkelanjutan, berkeadilan,

pemerataan, dan bertanggung gugat.

2.3 Tujuan Penyuluhan

Tujuan pengaturan sistem penyuluhan meliputi pengembangan sumber daya manusia dan

peningkatan modal sosial, yaitu:

1. memperkuat pengembangan pertanian, perikanan, serta kehutanan yang maju dan

modern dalam sistem pembangunan yang berkelanjutan;

2. memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha dalam peningkatan kemampuan

melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, penumbuhan motivasi, pengembangan

potensi, pemberian peluang, peningkatan kesadaran, dan pendampingan serta fasilitasi;

3. memberikan kepastian hukum bagi terselenggaranya penyuluhan yang produktif,

efektif, efisien, terdesentralisasi, partisipatif, terbuka, berswadaya, bermitra sejajar,

kesetaraan gender, berwawasan luas ke depan, berwawasan lingkungan, dan

bertanggung gugat yang dapat menjamin terlaksananya pembangunan pertanian,

perikanan, dan kehutanan;

4. memberikan perlindungan, keadilan, dan kepastian hukum bagi pelaku utama dan

pelaku usaha untuk mendapatkan pelayanan penyuluhan serta bagi penyuluh dalam

melaksanakan penyuluhan; dan

5. mengembangkan sumber daya manusia, yang maju dan sejahtera, sebagai pelaku dan

sasaran utama pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan.


7
2.4 Fungsi Sistem Penyuluhan

Fungsi sistem penyuluhan meliputi:

1. memfasilitasi proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku usaha;

2. mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke sumber informasi,

teknologi, dan sumber daya lainnya agar mereka dapat mengembangkan usahanya;

3. meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan kewirausahaan pelaku

utama dan pelaku usaha;

4. membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam menumbuhkembangkan

organisasinya menjadi organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif,

menerapkan tata kelola berusaha yang baik, dan berkelanjutan;

5. membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta merespon peluang dan

tantangan yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengelola usaha;

6. menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap kelestarian fungsi

lingkungan; dan

7. melembagakan nilai-nilai budaya pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan

yang maju dan modern bagi pelaku utama secara berkelanjutan.

3. Metode Penyuluhan

3.1 Anjangsana

Anjangsana atau kunjungan merupakan kegiatan penyuluhan pertanian yang dilakukan secara

langsung kepada sasaran. Kunjungan dapat dilakukan ke tempat sasaran yaitu lahan usaha tani

atau ke rumah berupa pendekatan perorangan. Selain itu, apabila penyuluh melakukan

8
kunjungan pada kelompok tani disebut pendekatan kelompok, dan jika penyuluh memberikan

ceramah kepada sasaran yang jumlahnya banyak dan heterogen, disebut pendekatan kelompok.

3.2 Demonstrasi

Demonstrasi merupakan metode penyuluhan pertanian yang dilakukan dengan cara peragaan.

Kegiatan demonstrasi dilakukan dengan maksud agar memperlihatkan suatu inovasi baru

kepada sasaran secara nyata atau konkret. Melalui kegiatan demonstrasi sasaran (audience)

diajarkan mengenai keterampilan, memperagakan cara kerja teknik-teknik baru termasuk

keunggulannya untuk menyempurnakan cara lama.

Dalam penyuluhan pertanian dikenal ada dua macam demonstrasi, yaitu

a) demonstrasi cara, dan

b) demonstrasi hasil

Sedangkan menurut bentuknya dikenal ada 4 tingkatan demonstrasi, yaitu:

a) Demonstrasi Plot (demplot);

demonstrasi usaha tani perorangan dengan penerapan teknologi pertanian pada usaha

tani kecil dengan komoditi tertentu (tanaman pangan, perkebunan, ternak, ikan, dan

penghijauan). Luas lahan yg digunakan 0,1 ha. Pembiayaannya berasal dari pemerintah

atau pihak swasta yang bertujuan mempromosikan produk atau teknologinya.

b) Demonstrasi farming (demfarm);

demonstrasi usaha tani dengan penerapan teknologi pertanian pada usaha tani yang

dilakukan secara kelompok. Luas lahan yang digunakan 1 - 5 ha.

c) Demonstrasi area (dem-area);

demonstrasi usaha tani gabungan kelompok dengan penerapan teknologi pertanian pada

usaha tani yang dilakukan secara kerja sama antara kelompok dalam satu gabungan

9
kelompok. Luas lahan yang digunakan 25 – 100 ha. Dem-area ini merupakan pola

dasar dari model intensifikasi khusus (INSUS)

d) Demonstrasi unit (dem-unit);

demonstrasi yg dilaksanakan antar gabungan kelompok tani dalam suatu hamparan

Wilayah Kerja Penyuluhan. Kegiatan utamanya meliputi, produksi, pengolahan,

penguasaan, dan pemasaran hasil pertanian, menuju kepada pembangunan masyarakat

perdesaan.

3.3 Pameran

Pameran merupakan metode penyuluhan pertanian dengan pendekatan massal. Sifat

pengunjungnya heterogen, tidak terbatas hanya pada petani tetapi juga orang yang bukan

petani. Dalam pameran akan dijumpai berbagai macam visual aid yang digunakan secara

tunggal atau digabungkan. Tujuan pameran pertanian, yaitu:

a) memperlihatkan fakta, dan memberi informasi kepada pengunjung,

b) memperlihatkan suatu cara, misalnya cara mengetahui benih yang baik, cara

memproses bibit dengan kultur jaringan,

c) memajukan usaha, artinya mengajak para pengunjung untuk ikut melaksanakan atau

mencontoh apa yang dilihatnya, dan

d) memperkenalkan hasil-hasil usaha, memperlihatkan hasil yang dicapai dengan

kuantitas dan kualitas yang baik.

3.4 Pertemuan Petani

a) Temu Wicara

Pertemuan dan dialog 2 arah antara petani atau kontak tani dengan pejabat pemerintah

dengan bahasan kebijaksanaan pemerintah dalam pembangunan pertanian dan

kehutanan serta ide, gagasan, laporan dan usulan petani kepada pemerintah.

10
b) Temu Bisnis – Temu Usaha

Seperti halnya temu wicara, temu bisnis, atau temu usaha adalah pertemuan antara

petani atau kontak tani dengan para pengusaha, baik pengusaha Agroindustri di segmen

hulu (pengusaha banih, pupuk, obat dan alsintan) maupun para pengusaha pengolahan

produk primer dan pengusaha di segment pemasaran.

c) Temu Karya – Temu Hasil

Temu karya atau temu hasil adalah pertemuan antara petani atau kelompok tani dengan

petani dan kelompok tani lain untuk saling tukar menukar informasi ikhwal hasil karya

masing-masing petani.

d) Temu Lapangan

Temu Lapangan adalah pertemuan antara petani–nelayan dengan peneliti untuk saling

tukar menukar informasi tentang teknologi yang dihasilkan oleh peneliti dan umpan

balik dari petani.

3.5 Kursus Tani

Kursus tani adalah kegiatan belajar dan mengajar bagi para petani dalam waktu tertentu dengan

tujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani.

3.6 Mimbar Sarasehan

Mimbar sarasehan merupakan forum konsultasi antara wakil para petani beserta

keluarganya/KTNA (Kontak Tani Nelayan Andalan) dengan pihak pemerintah yang

diselenggarakan secara periodik dan berkesinambungan untuk membicarakan,

memusyawarahkan dan mencapai kesepakatan mengenai hal-hal yang menyangkut masalah-

masalah pelaksanaan program pemerintah dan kegiatan petani-nelayan dalam rangka

pembangunan pertanian.

11
4. Penggolongan Metode Penyuluhan Pertanian

4.1. Penggolongan Berdasarkan Teknik Komunikasi

Berdasarkan teknik komunikasi, metode penyuluhan pertanian digolongkan menjadi:

a) komunikasi langsung (direct communication/face to face communication), contohnya:

obrolan di sawah, obrolan di balai desa, obrolan di rumah, telepon/HP, kursus tani,

demonstrasi karyawisata, dan pameran, dan

b) komunikasi tidak langsung (indirect communication), contohnya publikasi dalam

bentuk cetakan, poster, siaran radio/TV, dan pertunjukan film. Jadi, dalam kegiatan

komunikasi tidak langsung, pesan disampaikan melalui perantara (medium atau media).

4.2 Penggolongan Berdasarkan Jumlah Sasaran

Berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai, metode penyuluhan pertanian digolongkan menjadi:

a) pendekatan perorangan, contohnya: kunjungan rumah, kunjungan usaha tani, surat-

menyurat, dan hubungan telepon;

b) pendekatan kelompok, contohnya: diskusi kelompok, demonstrasi (cara atau hasil),

karyawisata, temu lapang, temu usaha, dan kursus tani;

c) pendekatan massal, contohnya: pameran, pemutaran film, siaran pedesaan/TV,

pemasangan poster, pemasangan spanduk, dan penyebaran bahan bacaan (folder,

leaflet, liptan, brosur).

5. Prinsip Metode Penyuluhan Pertanian

Prinsip merupakan suatu pernyataan mengenai kebijaksanaan yang dijadikan sebagai pedoman

dalam pengambilan keputusan dan dilaksanakan secara konsisten. Mardikanto (1999)

menyatakan bahwa merujuk pada pemahaman penyuluhan pertanian sebagai proses

pembelajaran, maka prinsip-prinsip dalam penyuluhan pertanian sebagai berikut:

12
a) Mengerjakan; artinya kegiatan penyuluhan harus sebanyak mungkin melibatkan

masyarakat untuk menerapkan sesuatu.

b) Akibat; artinya kegiatan pertanian harus memberikan dampak yang memberi pengaruh

baik.

c) Asosiasi; artinya kegiatan penyuluhan harus saling terkait dengan kegiatan

lainnya. Misalnya apabila seorang petani berjalan di sawahnya kemudian melihat

tanaman padinya terserang hama, maka ia akan berupaya untuk melakukan tindakan

pengendalian.

6. Tenaga Penyuluh Pertanian

Tenaga penyuluh pertanian terdiri atas tiga kelompok, yaitu penyuluh pertanian pemerintah

(ASN dan Tenaga Honor), penyuluh pertanian swasta, dan penyuluh pertanian swadaya.

6.1 Pembagian Kategori Penyuluh PNS

Penyuluh pertanian pemerintah dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu penyuluh pertanian

berbasis keterampilan dan penyuluh pertanian berbasis keahlian (Penyuluh Pertanian Ahli).

Penyuluh pertanian berbasis keterampilan terdiri atas:

 Penyuluh Pertanian Terampil

 Penyuluh Pertanian Mahir, dan

 Penyuluh Pertanian Penyelia

Di lain sisi, Penyuluh pertanian berbasis keahlian, terdiri atas:

 Penyuluh Pertanian Ahli Pertama

 Penyuluh Pertanian Ahli Muda

13
 Penyuluh Pertanian Madya, dan

 Penyuluh Pertanian Ahli Utama

6.2 Rincian Tugas Penyuluh Pertanian

a. Penyuluh Pertanian Terampil

1. melakukan inventarisasi dan identifikasi data potensi wilayah sumber daya alam,

sumber daya manusia, dan sumber daya (SDA, SDM, SDE);

2. melakukan inventarisasi, identifikasi dan rekapitulasi data sebagai bahan penyusunan

programa penyuluhan pertanian;

3. melakukan penyebaran informasi pertanian (teknis, sosial dan ekonomi) melalui tatap

muka kelompok;

4. melakukan penumbuhan Poktan;

5. meningkatkan kelas kemampuan Poktan dari kelas Pemula menjadi kelas lanjut;

6. melakukan penumbuhan Gapoktan;

7. meningkatkan kelas kemampuan Gapoktan dari kelas Pemula menjadi kelas lanjut;

8. melakukan penumbuhan Kelembagaan Ekonomi Petani (KEP);

9. meningkatkan kelas kemampuan Kelembagaan Ekonomi Petani (KEP) dari kelas

Pemula menjadi kelas lanjut;

10. melakukan kegiatan peningkatan kapasitas Poktan, Gapoktan, dan Kelembagaan

Ekonomi Petani (KEP);

11. melakukan fasilitasi Poktan/Gapoktan dalam meningkatkan aksesibilitas terhadap

informasi teknologi dan pasar;

12. melakukan fasilitasi Poktan/Gapoktan dalam penerapan teknologi melalui kegiatan

sekolah lapang (FFD);

14
13. melakukan fasilitasi Poktan/Gapoktan dalam pengumpulan dan rekapitulasi data

sebagai bahan penetapan dan peningkatan skala usaha tani;

14. melakukan fasilitasi penerapan teknologi melalui demplot;

15. melakukan inventarisasi, identifikasi dan rekapitulasi data sebagai bahan penumbuhan

Pos Penyuluhan Pertanian Desa (Posluhdes);

16. melakukan inventarisasi, identifikasi dan rekapitulasi data sebagai bahan

pengembangan Pos Penyuluhan Pertanian Desa (Posluhdes);

17. melakukan inventarisasi, identifikasi dan rekapitulasi data sebagai bahan penumbuhan

Penyuluh Pertanian Swadaya; dan

18. melakukan inventarisasi, identifikasi dan rekapitulasi data sebagai bahan

pengembangan Penyuluh Pertanian swadaya;

b. Penyuluh Pertanian Mahir

1. melakukan rekapitulasi data potensi wilayah sumber daya alam, sumber daya manusia,

dan sumber daya (SDA, SDM, SDE);

2. melakukan pengolahan data kegiatan Penyuluhan Pertanian sesuai kebutuhan setiap

subsektor;

3. melakukan penyebaran informasi pertanian (teknis, sosial dan ekonomi) secara massal;

4. meningkatkan kelas kemampuan Poktan dari kelas lanjut menjadi kelas madya;

5. meningkatkan kelas kemampuan Gapoktan dari kelas lanjut menjadi kelas madya;

6. meningkatkan kelas kemampuan Kelembagaan Ekonomi Petani (KEP) dari kelas lanjut

menjadi kelas madya;

7. melakukan penyiapan materi peningkatan kapasitas Poktan, Gapoktan, dan

Kelembagaan Ekonomi Petani (KEP);

8. melakukan fasilitasi Poktan/Gapoktan dalam meningkatkan aksesibilitas terhadap

informasi sarana dan prasarana;

15
9. melakukan fasilitasi Poktan/Gapoktan dalam penerapan teknologi melalui studi

banding dan pameran;

10. melakukan fasilitasi validasi data hasil pengumpulan data peningkatan skala usaha tani

Poktan, Gapoktan;

11. melakukan fasilitasi penerapan teknologi melalui demfam;

12. melakukan pengolahan data hasil rekapitulasi data sebagai bahan penumbuhan Pos

Penyuluhan Pertanian Desa (Posluhdes);

13. melakukan pengolahan data hasil rekapitulasi data sebagai bahan pengembangan Pos

Penyuluhan Pertanian Desa (Posluhdes);

14. melakukan pengolahan data hasil rekapitulasi data sebagai bahan penumbuhan

Penyuluh Pertanian swadaya; dan

15. melakukan pengolahan data hasil rekapitulasi data sebagai bahan pengembangan

Penyuluh Pertanian swadaya.

c. Penyuluh Pertanian Penyelia

1. melakukan rekapitulasi data potensi wilayah sumber daya alam, sumber daya manusia,

dan sumber daya (SDA, SDM, SDE);

2. merumuskan programa Penyuluhan Pertanian;

3. melakukan penyebaran informasi pertanian (teknis, sosial dan ekonomi) melalui

penggunaan media cetak (leaflet/folder);

4. meningkatkan kelas kemampuan Poktan dari kelas madya menjadi kelas utama;

5. meningkatkan kelas kemampuan Gapoktan dari kelas madya menjadi kelas utama;

6. meningkatkan kelas kemampuan Kelembagaan Ekonomi Petani (KEP) dari kelas

madya menjadi kelas utama;

7. melakukan fasilitasi kemitraan Poktan, Gapoktan, dan KEP dengan pihak lain;

16
8. melakukan fasilitasi Poktan/Gapoktan dalam meningkatkan aksesibilitas terhadap

informasi pembiayaan;

9. melakukan fasilitasi Poktan/Gapoktan dalam penerapan teknologi melalui gelar

teknologi;

10. melakukan fasilitasi Poktan/Gapoktan dalam menetapkan dan meningkatkan skala

usaha

11. tani;

12. melakukan fasilitasi penerapan teknologi melalui demarea;

13. melakukan penumbuhan Pos Penyuluhan Pertanian Desa (Posluhdes);

14. melakukan pengembangan Pos Penyuluhan Pertanian Desa (Posluhdes);

15. melakukan penumbuhan Penyuluh Pertanian swadaya; dan

16. melakukan pengembangan Penyuluh Pertanian swadaya.

d. Penyuluh Pertanian Ahli Pertama

1. melakukan rekapitulasi dan mengolah data potensi wilayah sumber daya alam, sumber

daya manusia, dan sumber daya (SDA, SDM, SDE);

2. melakukan rekapitulasi dan mengolah data kegiatan penyuluhan pertanian sesuai

kebutuhan masing-masing subsektor sebagai bahan penyusunan programa Penyuluhan

Pertanian;

3. melakukan diseminasi informasi pertanian (teknis, sosial dan ekonomi) sesuai

kebutuhan;

4. mengumpulkan dan mengolah data penumbuhan Poktan;

5. mengumpulkan dan mengolah data peningkatan kelas kemampuan Poktan;

6. mengumpulkan dan mengolah data penumbuhan Gapoktan;

7. mengumpulkan dan mengolah data pengembangan Gapoktan;

8. mengumpulkan dan mengolah data penumbuhan Kelembagaan Ekonomi Petani (KEP);

17
9. mengumpulkan dan mengolah data pengembangan Kelembagaan Ekonomi Petani

(KEP);

10. melakukan evaluasi peningkatan kapasitas Poktan, Gapoktan, dan Kelembagaan

Ekonomi Petani (KEP);

11. melakukan fasilitasi peningkatan akses informasi teknologi, pasar, sarana dan prasarana

Poktan/Gapoktan;

12. mengumpulkan dan mengolah data fasilitasi penerapan teknologi melalui kegiatan

sekolah lapang, studi banding, pameran dan gelar teknologi;

13. mengumpulkan, mengolah, dan merekapitulasi data fasilitasi peningkatan skala usaha

tani Poktan/Gapoktan;

14. melakukan evaluasi fasilitasi peningkatan produktivitas usaha tani melalui Demonstrasi

plot (demplot);

15. mengumpulkan, mengolah, dan merekapitulasi data penumbuhan Pos Penyuluhan

Pertanian Desa (Posluhdes);

16. mengumpulkan, mengolah, dan merekapitulasi data pengembangan Pos Penyuluhan

Pertanian Desa (Posluhdes);

17. mengumpulkan, mengolah, dan merekapitulasi data penumbuhan Penyuluh Pertanian

swadaya; dan

18. mengumpulkan, mengolah, dan merekapitulasi data pengembangan Penyuluh Pertanian

swadaya;

e. Penyuluh Pertanian Ahli Muda

1. melakukan analisis hasil rekapitulasi data potensi wilayah sumber daya alam, sumber

daya manusia, dan sumber daya (SDA, SDM, SDE);

18
2. melakukan analisis hasil rekapitulasi data kegiatan penyuluhan pertanian sesuai

kebutuhan masing-masing subsektor sebagai bahan penyusunan programa penyuluhan

pertanian;

3. melakukan diseminasi informasi pertanian; (teknis, sosial dan ekonomi) sesuai

kebutuhan;

4. melakukan evaluasi penumbuhan Poktan;

5. melakukan evaluasi penumbuhan Gapoktan;

6. melakukan evaluasi penumbuhan Kelembagaan Ekonomi Petani (KEP);

7. melakukan evaluasi materi peningkatankapasitas Poktan, Gapoktan, dan Kelembagaan

Ekonomi Petani (KEP);

8. melakukan fasilitasi peningkatan akses informasi pasar dan pembiayaan

Poktan/Gapoktan;

9. melakukan evaluasi fasilitasi penerapan teknologi kepada Poktan/Gapoktan melalui

kegiatan sekolah lapang dan pameran;

10. melakukan analisis hasil rekapitulasi data fasilitasi peningkatan skala usaha tani

Poktan/Gapoktan;

11. melakukan evaluasi fasilitasi peningkatan produktivitas usaha tani melalui demfam;

12. melakukan evaluasi penumbuhan Pos Penyuluhan Pertanian Desa (Posluhdes); dan

13. melakukan evaluasi penumbuhan Penyuluh Pertanian Swadaya;

f. Penyuluh Pertanian Ahli Madya

1. merancang model data potensi wilayah sumber daya alam, sumber daya manusia, dan

sumber daya (SDA, SDM, SDE) sebagai bahan penyusunan kebijakan;

2. merumuskan hasil analisis rekapitulasi dan mengevaluasi kegiatan Penyuluhan

Pertanian tahun sebelumnya sebagai bahan penyusunan programa Penyuluhan

Pertanian;

19
3. melakukan evaluasi diseminasi informasi pertanian (teknis, sosial dan ekonomi);

4. melakukan evaluasi peningkatan kelas kemampuan Poktan;

5. melakukan evaluasi pengembangan Gapoktan;

6. melakukan evaluasi pengembangan Kelembagaan Ekonomi Petani (KEP);

7. melakukan evaluasi pelaksanaan kemitraan Poktan, Gapoktan dan Kelembagaan

Ekonomi Petani (KEP) dengan pihak lain;

8. merancang model fasilitasi peningkatan akses informasi teknologi, pasar, sarana dan

prasarana serta pembiayaan Poktan/Gapoktan;

9. melakukan evaluasi fasilitasi penerapan teknologi kepada Poktan/Gapoktan melalui

kegiatan studi banding dan gelar teknologi;

10. merumuskan hasil analisis fasilitasi peningkatan skala usaha tani Poktan/ Gapoktan;

11. melakukan evaluasi fasilitasi peningkatan produktivitas usaha tani melalui demarea;

12. melakukan evaluasi pengembangan Pos Penyuluhan Pertanian Desa (Posluhdes); dan

13. melakukan evaluasi pengembangan Penyuluh Pertanian swadaya;

g. Penyuluh Pertanian Ahli Utama

1. merancang model data potensi wilayah sumber daya alam, sumber daya manusia, dan

sumber daya (SDA, SDM, SDE) sebagai bahan penyusunan kebijakan;

2. merancang model programa penyuluhan pertanian sesuai kebutuhan wilayah kerja;

3. merancang kebutuhan informasi pertanian (teknis, sosial dan ekonomi);

4. merancang metode diseminasi informasi pertanian (teknis, sosial dan ekonomi);

5. merancang model penumbuhan dan peningkatan kelas kemampuan Poktan;

6. merancang model penumbuhan dan pengembangan Gapoktan;

7. merancang model penumbuhan dan pengembangan Kelembagaan Ekonomi Petani

(KEP);

20
8. merancang model peningkatan kapasitas Poktan, Gapoktan, dan Kelembagaan

Ekonomi Petani (KEP) dengan pihak lain;

9. merancang model fasilitasi peningkatan akses informasi teknologi, pasar, sarana dan

prasarana serta pembiayaan Poktan/Gapoktan;

10. merancang model fasilitasi penerapan teknologi kepada Poktan/Gapoktan;

11. merancang model fasilitasi peningkatan skala usaha tani Poktan/Gapoktan;

12. merancang model fasilitasi peningkatan produktivitas usaha tani;

13. merancang model penumbuhan dan pengembangan Pos Penyuluhan Pertanian Desa

(Posluhdes) sesuai spesifik lokasi; dan

14. merancang model penumbuhan dan pengembangan Penyuluh Pertanian swadaya.

7. Sembilan Indikator Kinerja Penyuluh Pertanian

Kinerja dan keberhasilan penyuluh pertanian diukur melalui 9 indikator sebagai berikut :

1. Tersusunnya program penyuluhan pertanian sesuai dengan kebutuhan petani (BPP

Kabupaten/Kota)

2. Tersusunnya rencana kerja penyuluhan pertanian di wilayah kerja masing-masing

3. Tersedianya data peta wilayah untuk pengembangan teknologi spesifik lokasi sesuai

dengan pengwilayahan komoditas unggulan

4. Terdiseminasinya informasi teknologi pertanian secara merata dan sesuai dengan

kebutuhan petani

5. Tumbuh kembangnya keberdayaan dan kemandirian petani, kelompok tani, kelompok

usaha/asosiasi dan usaha formal (koperasi dan usaha formal lainnya)

6. Terwujudnya kemitraan usaha antara petani dengan pengusaha yang saling

menguntungkan.

21
7. Terwujudnya akses petani ke lembaga keuangan, informasi sarana produksi pertanian

dan pemasaran

8. Meningkatnya produktivitas agribisnis komoditas unggulan di masing-masing wilayah

kerja

9. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani di masing-masing wilayah.

8. LAKU SUSI

Sistem Kerja Latihan dan Kunjungan serta Supervisi yang selanjutnya disebut Sistem Kerja

LAKU SUSI adalah pendekatan yang memadukan antara pelatihan bagi penyuluh dan

ditindaklanjuti dengan kunjungan berupa pendampingan kepada petani/poktan secara terjadwal

dan didukung dengan supervisi teknis dari penyuluh senior serta ketersediaan informasi

teknologi sebagai materi kunjungan. Tujuan disusunnya pedoman ini adalah untuk:

1. memberikan acuan bagi pelaksana penyuluhan pertanian dan pemangku kebijakan

dalam pelaksanaan Sistem Kerja Latihan, Kunjungan dan Supervisi dari tingkat pusat,

provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan;

2. Menetapkan standar pelaksanaan Sistem Kerja LAKU SUSI;

3. Meningkatkan kualitas pelaksanaan Sistem Kerja LAKU SUSI; dan

4. Meningkatkan kinerja penyuluh untuk pendampingan petani.

9. Media Penyuluhan Pertanian

Media penyuluhan adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang

pikiran, perasaan, dan kemauan pelaku utama dan pelaku usaha sehingga dapat mendorong

terciptanya proses belajar pada diri pelaku utama dan pelaku usaha pertanian tersebut.

9.1 Fungsi Media Penyuluhan Pertanian

a) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.

22
b) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra.

c) Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara petani dan penyuluh.

d) Memungkinkan petani belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual,

auditori & kinestetiknya.

e) Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan

persepsi yang sama.

9.2 Menentukan Jenis Media

Penentuan jenis media yang efektif untuk suatu proses belajar mengajar merupakan langkah

awal yang perlu dilakukan dalam perencanaan suatu pelatihan atau penyuluhan. Paling tidak

ada 6 (enam) pertanyaan yang perlu diajukan berkaitan dengan penentuan jenis media yang

digunakan, antara lain :

a) Siapa yang akan dilatih ?

b) Apa yang diharapkan dan mampu dilakukan oleh petani sasaran?

c) Di mana pelatihan akan diadakan dan berapa lama ?

d) Metode belajar apa yang digunakan ?

e) Media penyuluhan apa yang akan digunakan ?

f) Bagaimana mengetahui efektifitas pelatihan/penyuluhan ?

9.3 Jenis Media Penyuluhan

a) Media Penyuluhan Tercetak

Contoh: Gambar, Sketsa, Foto, Poster, Leaflet, Folder, Peta singkap, Kartu kilat,

Diagram, Grafik, bagan, peta, Brosur, majalah, buku. Kelebihannya : relatif tahan lama,

dapat dibaca berulang-ulang, dapat digunakan sesuai kecepatan belajar masing-masing,

mudah dibawa dsb. Kelemahannya : Proses penyampaian sampai pencetakan butuh

23
waktu relatif lama, sukar menampilkan gerak, membutuhkan tingkat literasi yang

memadai, cenderung membosankan bila padat dan panjang.

b) Media Penyuluhan Audio

Contoh: Kaset,CD, DVD, MP 3, MP 4 Audio. Kelebihannya : Informasi dikemas sudah

tetap, terpatri dan tetap sama bila direproduksi. Produksi dan reproduksinya tergolong

ekonomis dan mudah didistribusikan. Kelemahannya : Bila terlalu lama akan

membosankan, perbaikan atau revisi harus memproduksi master baru.

c) Media Penyuluhan Visual, Audio-Visual atau Terproyeksi

Contoh: Slide film, Movie film, Film strip, Video (VCD,DVD) film, Televisi,

Komputer (Interaktif, Presentasi). Kelebihannya : dapat memberikan gambaran yang

lebih kongkret, baik dari unsur gambar maupun geraknya, lebih atraktif dan

komunikatif. Kelemahannya : Biaya produksi relatif mahal, produksi memerlukan

waktu dan diperlukan peralatan yang tidak murah.

10. Prinsip Pendidikan Orang Dewasa pada Penyuluh Pertanian

Pendidikan orang dewasa dengan penyuluhan pertanian sangat berkaitan erat terutama bagi

penyuluh dalam menentukan metode apa yang akan digunakan dalam memberikan penyuluhan

kepada kelompok tani atau sasaran lainnya.

10.1 Prinsip Pendidikan Orang Dewasa

Dalam menentukan metode penyuluhan, seorang penyuluh harus mampu memahami prinsip –

prinsip belajar orang dewasa seperti :

a) Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila metode pembelajaran yang diberikan

menarik.

b) Orang dewasa akan belajar dengan giat apabila dosen/tenaga pengajarnya menarik

24
c) Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila suasana ruang belajar sesuai dengan

suasana hatinya .

d) Orang dewasa akan belajar dengan tekun apabila selalu mendapat support dari keluarga

dan orang – orang disekitarnya

e) Orang dewasa akan belajar dengan giat apabila fasilitas ruang belajar memadai.

10.2 Faktor Pendukung Orang Dewasa Belajar

Keberhasilan seorang penyuluh dalam menyampaikan inovasi baru juga ditentukan dari

bagaimana penyuluh tersebut dapat memahami factor penghambat dan pendukung proses

pembelajaran orang dewasa. Factor – factor ini sangat dibutuhkan oleh seorang penyuluh agar

penyuluhannya mampu untuk menarik perhatian petani, yang nantinya akan diterapkan dan

dapat bermanfaat bagi petani. Adapun factor – factor pendukung orang dewasa dalam belajar

yaitu :

a) Motivasi

seorang penyuluh harus mau dan mampu untuk memberikan motivasi kepada sasaran

agar usahataninya dapat meningkat. Dengan memberikan motivasi, sasaran akan lebih

tertarik kepada kita dan mau untuk menerima inovasi yang akan diberikan. Tentunya

motivasi yang diberikan harus berhubungan dengan cara mneingkatkan

kesejahteraannya.

b) Rasa keingintahuan yang tinggi

Orang dewasa selalu merasa kekurangan ilmu sehingga selalu timbul dalam dirinya

untuk selalu mau tahu apa saja yang dapat berguna bagi kehidupannya.

c) Keinginan untuk memperbaiki hidup

Orang dewasa akan selalu ingin agar kehidupannya dan keluarganya menjadi lebih

baik. Factor inilah yang harus dipahami seorang penyuluh bahwa sasaran akan tertarik

25
pada penyuluhan yang diberikan jika inovasi yang diberikan dapat memperbaiki hidup

sasaran.

10.3 Faktor Penghambat Proses Belajar Orang Dewasa

Factor – faktor penghambat keberhasilan orang dewasa belajar yaitu :

a) Kondisi fisik

Kondisi orang dewasa dan implikasinya dalam mengikuti pendidikan di pengaruhi oleh

kondisi fisik (karena kondisi fisik orang dewasa sedikit mengalami kemunduran).

Kondisi fisik orang dewasa merupakan hambatan dalam proses belajar baik di dalam

kelas/ luar. Makanya pendekatan yang perlu ditumbuhkan dalam proses belajar orang

dewasa yaitu dengan mengurangi waktu belajar.

b) Psikologis

Orang dewasa sudah memiliki banyak tanggung jawab terutama keluarga. Terkadang

adanya masalah keluarga yang dihadapi orang dewasa akan menghambat proses

pembelajaran. Makanya pendekatan yang perlu ditumbuhkan dalam proses belajar

orang dewasa yaitu dengan menyediakan fasilitas yang memadai dan sesuai dengan

kondisi atau perasaan orang dewasa.

c) Ekonomi

Tidak sedikit orang dewasa yang tidak mau untuk mengikuti pendidikan dengan alasan

kondisi ekonomi. Jika keadaan ekonominya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan

sehari – hari atau belum cukup, maka orang dewasa lebih memilih untuk tidak

mengikuti pendidikan terutama yang formal. Maka pendekatan yang perlu

ditumbuhkan dalam proses belajar orang dewasa yaitu dengan pendidikan nonformal

tanpa membebankan biaya.

d) Budaya

26
Budaya juga mempengaruhi orang dewasa dalam belajar. Jika orang dewasa

ditempatkan belajar pada daerah yang memiliki budaya yang tidak sama dengan

asalnya, maka akan menghambat proses pembelajarannya, perlu waktu baginya untuk

beradaptasi dengan budaya byang baru.

10.4 Metode Belajar Orang Dewasa

Metode pembelajaran orang dewasa yang cocok digunakan bagi kelompok tani yaitu :

a) Ceramah, kuliah singkat

metode yang memberikan penjelasan atau memberi deskripsi lisan, tentang suatu materi

pembelajaran tertentu.

b) Tanya jawab

Suatu cara memfasilitasi, fasilitator dan warga belajar aktif bersama, didahului oleh

fasilitator yang memancing dengan pertanyaan, dan warga belajar menjawabnya atau

sebaliknya.

c) Brainstorming

Metode yang digunakan, untuk membantu peserta pelatihan, memikirkan dan

mengemukakan ide dan gagasan sebanyak mungkin, tanpa menyalahkan.

d) Role play

Peserta pelatihan diminta untuk melakukan peran tertentu dan menyajikan; “permainan

peran” dan melakukan “dialog-dialog” tertentu, yang menekankan pada karakter, sifat

atau sikap yang perlu dianalisis.

e) Demonstrasi / peragaan

Demonstrasi, atau Peragaan, metoda yang digunakan oleh fasilitator “memperagakan”

suatu proses, untuk meningkatkan keterampilan tertentu, dengan menggunakan alat

yang sesuai dengan yang sesungguhnya.

27
f) Study lapangan

yaitu belajar melalui pengalaman orang / lembaga lain. dengan melakukan pengamatan,

wawancara, dan hasil diskusi langsung di lokasi studi.

g) Penugasan,

metode yang digunakan oleh fasilitator dalam berinteraksi dengan warga belajar,

dengan pemberian tugas tertentu baik perorangan maupun kelompok dengan sistem

hubungan putus.

h) Sosiodrama

cara penyajian materi pelatihan melalui kegiatan mengikutsertakan warga belajar,

untuk memainkan peran tertentu dalam mendramatisir masalah-masalah sosial, dengan

terencana dan kelengkapan skenario (skrip) yang jelas tentang peran masing-masing,

berikut dialognya.

28
BAB 2

PENGETAHUAN TEKNIS YANG DIBUTUHKAN PENYULUH

PERTANIAN DI LAPANGAN

1. Pengetahuan Terkait Varietas 3 Komoditi Pangan

Indonesia sampai saat ini masih belum bisa memenuhi kebutuhan bangan pangan utama berupa

Padi, Jagung dan Kedelai dari dalam negeri. Karenanya, pemerintah terus berupaya untuk

menggenjot angka produksi tiga komoditi pangan utama ini, salah satunya adalah dengan cara

menghimbau petani untuk menanam benih komoditas tanaman pangan Varietas Unggul Baru

(VUB).

Beberapa varitas yang direkomendasikan oleh pemerintah untuk ditanam oleh petani adalah

sebagai berikut:

1.1 Komoditi Padi (banyak menggunakan nama sungai/ci)

Inpari 32, Inpari 42, Inpari 33, Inpari 30, Inpari 43, Inpari 48 Blas (lebih tahan terhadap

serangan Wereng), Ciherang, Sibali, Mekongga, cianjur, ciliwung, ciherang jumbo, ciherang

ss, cibatu

1.2 Komoditi Jagung

Pioner (p32, p27, p35), Bisi 18, Betras, Nk 29, bisi 2, nasa 29, pertiwi (jagung manis), JH 29,

JH 30

1.3 Komoditi Kedelai

Gema, Detam, Lokal Grobogan, Gepak Kuning, Gepak Ijo, Denasa 1, Denasa 2

29
2. Pengetahuan Terkait Kebutuhan Benih

Kebutuhan benih dapat dihitung menggunakan rumus baku sebagai berikut:

𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 100 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 1000 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ


𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑛𝑖ℎ = 𝑥 𝑥𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛. 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑥
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚 𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ 1000

Contoh: Pandu berencana untuk menanam jagung di lahan kosong miliknya seluas 10 ha. Jika

Pandu menggunakan jarak tanam 20 x 80 cm, berapa kg benih jagung yang Pandu butuhkan

jika diasumsikan 1 kg benih jagung dengan daya tumbuh 90% terdiri atas 3000 benih jagung

siap tanam dan per lubang tanam Pandu menanam 1 butir benih?

Jawab:

Dik : Luas Lahan = 10 ha = 100.000 m2

Jarak Tanam = 20 x 80 cm = 0,2 x 0,8 m = 0,16 m2

1 kg benih jagung (diasumsikan) = 3000 butir benih

1000 butir benih = 0,33 kg = 333 gram

Daya tumbuh = 90 %

Jumlah benih ditanam per lubang tanam = 1 benih

Dit : Berapa kg benih yang dibutuhkan Pandu?

Jwb: :

𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 100 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 1000 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ


𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑛𝑖ℎ = 𝑥 𝑥𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛. 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑥
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚 𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ 1000

100.000 100 333


𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑛𝑖ℎ = 𝑥 𝑥1𝑥 = 231,25 𝑘𝑔
0,16 90 1000

30
3. PTT Jarwo pada Komoditi Padi Sawah

Sistem tanam jajar legowo atau sering disebut Si Jarwo merupakan inovasi pola bertanam

dengan berselangseling antara dua atau lebih baris tanaman padi dan diselingi satu baris

kosong. Legowo diambil dari bahasa jawa yang berasal dari kata lego berarti luas dan dowo

bermakna memanjang. Inti dari sistem tanam ini adalah memperbanyak tanaman pinggir

dengan harapan pertumbuhannya lebih bagus dan hasilnya lebih tinggi. Ini artinya, jika

rumpun-rumpun yang ada di pinggir semakin banyak maka hasilnya juga akan lebih banyak.

3.1 Tujuan Pengaplikasian PTT Jarwo

Maksud dan tujuan penerapan sistem Jarwo, di antaranya

a) Memanfaatkan radiasi matahari pada tanaman yang terletak di pinggir petakan, sehingga

diharapkan seluruh pertanaman memperoleh efek pinggir (border effect),

b) Memanfaatkan efek turbulensi udara yang bila dikombinasikan dengan sistem pengairan

basah-kering berselang maka dapat mengangkat asam-asam organik tanah yang berbahaya

bagi tanaman dari bagian bawah ke bagian atas (menguap),

c) Meningkatkan kandungan karbon dioksida (CO2) dan hasil fotosintesis tanaman,

d) Memudahkan dalam pemupukan dan pengendalian tikus, dan

e) Meningkatkan populasi tanaman per satuan luas.

Penelitian jajar legowo dilakukan sejak tahun 2000. Dari hasil penelitian membuktikan, salah

satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah jarak tanam. Jarak tanam yang

rapat mengakibatkan persaingan antar individu tanaman. Persaingan terjadi karena sinar

matahari yang diterima sedikit. Akibatnya, varietas pada umumnya tidak tumbuh optimal.

Pertumbuhan yang kurang optimal ditunjukkan dari jumlah anakan dan malai yang lebih

31
sedikit. Selain itu, panjang malai lebih pendek, dan jumlah gabah per malai berkurang. Hal

tersebut diperkuat dengan fakta di lapangan bahwa penampilan individu tanaman padi pada

jarak tanam lebar lebih bagus dibandingkan jarak tanam rapat.

Satu unit legowo adalah baris tanaman yang terdiri (dua atau lebih) dan satu baris kosong. Jika

terdapat dua baris tanam per unit legowo disebut legowo 2:1. Dan jika terdapat empat baris

tanam per unit legowo maka disebut legowo 4:1, dan seterusnya. Dengan menggunakan jajar

legowo 2:1, populasinya meningkat sekitar 33%. Jika pola konvensional hanya menghasilkan

populasi tanam 160.000 rumpun/ha, maka untuksistem tanam legowo 2:1 mampu

menghasilkan populasi tanaman 213.300 rumpun per ha.

Untuk jajar legowo 4:1, tergantung tipenya (tipe 1 dan tipe 2). Sistem tanam legowo 4:1 tipe

1, seluruh baris mendapat tanaman sisipan. Kalau disisipkan semua, kenaikan populasinya

sebesar 60% dibanding pola konvensional (25 x 25 cm). Sedangkan legowo 4:1 tipe 2 yang

disisipi hanya tanaman pinggirnya. Yang tengah dua tidak disisipkan. Kenaikan populasinya

sebesar 20,44% dibanding pola konvensional.

Sistem Tanam Jajar Legowo (Si Jarwo) sebagai salah satu komponen teknologi dari

Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah yang dapat memberikan

kontribusi terhadap peningkatan produktivitas hasil padi. Pengaturan populasi tanaman dapat

dipilih sesuai dengan kebutuhan dan keinginan petani dengan pertimbangan tingkat kesuburan

tanah dan ketinggian tempat, sebagai berikut :

a) Sistem Jajar Legowo 2:1 dengan jarak tanam 25 x 12,5 x 50 cm, maka jumlah populasi

tanaman adalah 21 rumpun per m2 atau sekitar 210.000 rumpun per ha.

b) Sistem Jajar Legowo 2:1 dengan jarak tanam 30 x 15 x 40 cm, maka jumlah populasi

tanaman adalah 30 rumpun per m2 atau 300.000 rumpun per ha.

32
c) Sistem Jajar Legowo 2:1 dengan jarak tanam 20 x 10 x 40 cm, maka jumlah populasi

tanaman adalah 33 rumpun per m2 atau 330.000 rumpun per ha.

d) Dan seterusnya.

3.2 Keuntungan Mengaplikasikan PTT Jarwo

Adapun keuntungan menggunakan sistem jajar legowo adalah

a) Adanya ruang terbuka yang lebih lebar di antara dua kelompok barisan tanaman akan

memperbanyak cahaya matahari yang masuk ke setiap rumpun tanaman padi. Kondisi

ini akan meningkatkan aktivitas fotosintesis dan berdampak meningkatkan

produktivitas tanaman.

b) Sistem jajar legowo memudahkan petani dalam pemupukan susulan, penyiangan,

pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit, serta lebih mudah dalam mengendalikan

hama tikus.

c) Meningkatkan jumlah tanaman pada kedua bagian pinggir untuk setiap set legowo,

berpeluang untuk meningkatkan produktivitas tanaman akibat peningkatan produksi.

d) Petani dapat mengembangkan sistem produksi padi-ikan (mina padi) atau kombinasi

padi, ikan, dan bebek.

e) Mampu meningkatkan produktivitas padi hingga 10-15%.

4. Pengetahuan Terkait Hama dan Penyakit Pada Tanaman Padi, Jagung

dan Kedelai

4.1 Hama dan Penyakit pada Tanaman Padi

4.1.1 Hama pada Tanaman Padi:

a. Tikus dikendalikan dengan cara berburu massal, pemasangan umpan / rodentisida.

b. Penggerek batang, dikendalikan dengan:

33
 Pengaturan waktu tanam

 Monitoring ngengat yang terbang pada saat pra tanam

 Pengambilan kelompok telur di persemaian

 Pemantauan gejala pada stadia vegetatif

 Trapping massal dengan feromon

 Pengendalian dengan lampu perangkap

 Panen dengan memotong pendek

 Aplikasi insektisida

c. Wereng, dikendalikan dengan:

 Tanam varietas tahan sesuai biotipe

 Aplikasi insektisida

d. Keong Mas, dikendalikan dengan:

 Pengambilan keong

 Sebar benih lebih banyak

 Sanitasi saluran irigasi

 Tanam benih lebih tua (khusus untuk daerah endemik)

 Tidak menggenangi lahan hingga 7 hst

 Pembuatan parit kecil pada petak sawah

 Pasang saringan di pemasukan air (mess 5 mm)

 Pasang ajir

 Pengumpanan dengan daun talas/pepaya

 Aplikasi niklosamida/saponin

e. Ganjur, dikendalikan dengan:

34
 Pengaturan musim tanam, hindarkan masa vegetatif padi pada puncak musim hujan

 Sebelum sebar benih, lakukan sanitasi gulma dan racun

 Gunakan varietas tahan

 Tanam jajar legowo

 Gunakan lampu perangkap

 Bila gejala serangan > 2%, aplikasikan insektisida karbofuran

f. Kepinding Tanah, dikendalikan dengan:

 Penggenangan sawah

 Pemasangan lampu perangkap

 Aplikasi insektisida

4.1.2 Penyakit pada Tanaman Padi:

a. Penyakit Tungro

Tungro merupakan penyakit yang disebabkan oleh serangan virus pada tanaman padi. Penyakit

ini biasanya terjadi pada fase pertumbuhan vegetatif dan sering kali menyebabkan tanaman

padi tumbuh kerdil serta berkurangnya jumlah anakan.

Pengendalian Penyakit Tungro:

Pra Tanam:

 Tanam varietas tahan blas, seperti Tukad Unda, Tukad Balian, Bondoyudo, dan

Kalimas

 Tanam Serempak

 Tanam Jajar Legowo (Jarwo)

Pasca Tanam

35
 Atur pengairan berkala

 Aplikasikan insektisida berbahan aktif BPMC, buprofezin, etofenproks, imidakloprid,

karbuforan, MIPC, atau tiametoksam.

b. Penyakit Blas

Penyakit blas disebabkan oleh jamur Prycularia gr insea. Penyakit ini menimbulkan dua gejala

yang khas, yaitu blas daun dan blas leher. Blas daun merupakan bercak coklat kehitaman,

berbentuk belah ketupat dengan pusat bercak berwarna putih. Di lain sisi blas leher merupakan

bercak coklat kehitaman pada pangkal leher yang dapat mengakibatkan leher malai tidak

mampu menopang malai dan patah.

Pengendalian Penyakit Blas

Pra Tanam:

 Bakar sisa tanaman

 Jangan menanam benih yang berasal dari daerah endemis blas

 Perlakuan benih (isoprotiolan)

 Hindari penggunaan varietas Cirata dan Limboto (khusus untuk daerah endemis)

Pasca Tanam:

 Hindari penggunaan pupuk N secara berlebihan

 Aplikasikan fungisida binomil atau isoprotiolan di fase primordia/awal berbunga

c. Penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB)

Penyakit HDB merupakan penyakit bakteri yang terjadi pada musim hujan atau musim

kemarau basah, terutama pada lahan sawah yang selalu tergenang air dan dipupuk dengan kadar

N tinggi. Penyakit HDB menghasilkan 2 gejala yang khas, yaitu kresek dan hawar. Kresek

36
adalah gejala yang terjadi pada tanaman berumur <30 hari. Daun-daun berwarna hijau kelabu,

melipat dan menggulung. Dalam keadaan parah, seluruh daun menggulung, layu dan mati,

mirip tanaman terserang penggerek batang atau terkena air panas. Gejala hawar dijumpai pada

pertanaman fase tumbuh anakan sampai fase pemasakan. Gejala diawali dengan timbulnya

bercak abu-abu kekuningan yang dimulai dari tepi daun.

Pengendalian Penyakit HDB:

 Tanam dengan sistem jajar legowo (jarwo)

 Pengairan berselang 3-6 hari sekali

 Penggunaan pupuk organik yang matang

 Pemupukan berimbang

 Aplikasi pupuk K

 Aplikasi bakteri antagonis Corynebacterium

4.2 Hama dan Penyakit pada Tanaman Jagung

Hama dan penyakit penting pada tanaman jagung adalah lalat bibit, penggerek batang dan

bulai. Lalat bibit dapat dikendalikan dengan aplikasi insektisida karbofuran 0,15 – 0,30 kg

ba/ha yang diberikan pada lubang pada saat tanam. Aplikasi karbofuran dengan takaran 0,5 –

10 kg ba/ha saat tanaman berumur 7 hst, dapat mengendalikan penggerek batang. Pencegahan

penyakit bulai dapat dilakukan dengan menanam varietas yang tahan secara serempak pada

hamparan yang luas, eradikasi tanaman sakit, dan perlakuan benih dengan fungisida berbahan

aktif metalaxyl dengan takaran 2,5 g/kg benih dicampur dengan 10 ml air yang disuspensikan

dan dicampurkan dengan benih secara merata pada saat tanam.

37
4.3 Hama dan Penyakit pada Tanaman Kedelai

Hama pada tanaman kedelai adalah lalat bibit (Ophiomy a phaseo li), ulat grayak (Spodoptera

litura), ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites), ulat Heliotis sp, ulat penggulung daun

(Lamprosema indicate), penggerek batang (Melanagromyza sajae), kutu kebul (Etiella zincke

nella), dan kutu daun (Aphis glycin es).

Pengendalian secara biologis antara lain dengan memanfaatkan musuh alami seperti

Trichogramma untuk mengendalikan hama penggerek polong, Nuclear Polyhidrossis untuk

ulag grayak, Helicoverpa armigera untuk lalat buah, serta penggunaan sex feromon untuk ulat

grayak. Penggunaan pestisida dilakukan berdasarkan hasil pemantauan, hanya digunakan bila

populasi telah melebihi ambang kendali.

Penyakit utama pada kedelai adalah karat daun Phakopsora pachyrhizi, busuk batang, dan akar

Schloretium rolfsii dan berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus. Penyakit karat daun

dikendalikan dengan fungisida yang mengandung bahan aktif mancozeb. Penyakit busuk

batang dan akar dikendalikan dengan menggunakan jamur antagonis Thrichoderma harzianum.

Untuk penyakit virus dilakukan dengan mengendalikan vektornya (kutu) dengan insektisida

deltametrin dengan dosis 1 ml/l air, dan nitroguanidin/imidakloprit (seperti confidor) dengan

dosis 1 ml/l air. Waktu pengendalian pada umumnya saat tanaman menginjak usia 45-50 hari

setelah tanam (HST)

5. Pengetahuan Terkait Pestisida

Sampai saat ini masih sering terjadi salah kaprah terkait penggunaan pestisida oleh petani.

Dalam hal ini masih banyak petani yang salah dalam mengaplikasikan pestisida, seperti

menggunakan fungisida untuk mengatasi kresek pada tanaman padi, menggunakan insektisida

untuk mengatasi penyakit blast pada tanaman padi, dll. Karenanya, pengetahuan terkait

pestisida mutlak dibutuhkan oleh seorang penyuluh pertanian.

38
Pestisida adalah bahan atau zat kimia yang digunakan untuk membunuh hama, penyakit

tumbuhan baik yang berupa tumbuhan , serangga maupun hewan lain yang nampak atau tidak

nampak mata yang ada di sekitar kita. Berdasarkan jenis hama penyakit yang akan dikendalikan

pestisida digolongkan menjadi 8 golongan diantaranya sebagai berikut :

5.1 Insektisida

Insektisida merupakan pestisida untuk mengendalikan hama sejenis serangga seperti wereng

batang coklat, ulat daun, penggerek batang , tungau dan lain-lain. Bahan aktif dari insektisida

ini banyak ragam dan jenisnya diantaranya sebagai berikut : Dharmabas 500 EC, Dharmacin

50 WP ,Akatar 25 WG ,Virtako, Spontan 400 WEC ,Prevathon ,Marssal 250 SC , Applaud 10

WP , Regent 50 SC, Diazinon, Curacron, Agrimec dll.

5.2 Herbisida

Herbisida adalah jenis pestisida untuk mengendalikan gulma atau tumbuhan pengganggu,

seperti eceng gondok, alang-alang, rumput teki, babadotan, gunda, semanggi dll.

Contoh herbisida yang beredar di pasaran seperti Gramoxon, Ali plus, Indamin,

Logran,Roundup, DMA 6 dll

5.3 Fungisida

Fungisida adalah jenis pestisida untuk memberantas jamur atau fungi, contohnya seperti Score,

Topsin, Antracol, Anvil, Amistartop, Delsene, Dithane, Benlate, Dense, Policur dll.

5.4 Rodentisida

Rodentisida adalah jenis pestisida untuk mengendalikan binatang pengerat, tikus. Contohnya :

Klerat, Sidarat, Racumin, Basmikus, Ramoltal, Piton dll.

39
5.5 Nematisida

Nematisida adalah jenis pestisida untuk mengendalikan hama cacing, contohnya sepeti

Furadhan , Dharmafur, Sidafur, Ruhbi, Primafur , Basamid dll.

5.6 Bacterisida

Bacterisida adalah jenis pestisida untuk mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan

oleh bacteri, seperti penyakit layu bacteri, busuk bacteri, awar daun bacteri dll, adapun contoh

bacterisida sebagai berikut : Plantomycin, Puanmur, Agrept, Arashi dll.

5.7 Akarisida

Akarisida adalah jenis pestisida pertama yang berasal dari kata akari atau tungau, kutu,

pestisida ini sering disebut mitesida yang berfungsi untuk mengendalikan tungau atau kutu

pada tanaman, contohnya seperti Kelthane , Agridan, Marsal, Mitisun, Pegasus dll.

5.8 Mulluskisida

Mulluskisida adalah jenis pestisida untuk mengendalikan siput atau keong mas, contohnya

seperti : Bentan, Metapar, Kensida, Toksiput, Karissnail dll.

6. Pengetahuan Terkait Kesuburan Tanah

Pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara atau nutrisi bagi

tanaman untuk menopang tumbuh dan berkembangnya tanaman. Secara umum pupuk

berfungsi sebagai sumber zat hara untuk mencukupi kebutuhan nutrisi tanaman dan

memperbaiki struktur tanah. Pemberian pupuk pada media tanam dapat meningkatkan kadar

hara dan kesuburan. Aktifitas pertanian yang secara terus menerus dilakukan mengakibatkan

tanah kehilangan unsur hara. Oleh sebab itu untuk mengembalikan ketersediaan hara pada

media tanam diperlukan pemberian pupuk.

40
Berdasarkan hasil penelitian para ahli, produksi komoditas pangan masih bisa ditingkatkan

asalkan petani mau menerapkan dengan benar, teknologi yang dianjurkan oleh pemerintah

yang disampaikan melalui PPL. Salah satu teknologi yang perlu diterapkan yaitu Pemupukan

Berimbang, artinya pemberian pupuk secara berimbang sesuai anjuran dengan persyaratan

LIMA TEPAT yaitu :

a) Tepat Waktu

b) Tepat Jenis

c) Tepat Dosis

d) Tepat Cara dan

e) Tepat Lokasi

Apabila lima persyaratan tersebut dapat diikuti sudah pasti produksi akan meningkat, yang

mana tentunya harus diikuti pula dengan penerapan unsur-unsur teknologi yang lain seperti

pengaturan air, pengendalian hama, penggunaan varietas unggul dan lainnya

6.1 Pengenalan Jenis Pupuk

6.1.1 Berdasarkan Asalnya

a. Pupuk Organik

Pupuk organik disebut pula pupuk alam, adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa tanaman,

hewan dan manusia, contohnya: Pupuk kandang, pupuk hijau, pupuk kompos.

b. Pupuk An-Organik

Pupuk an-organik disebut pula pupuk buatan, karena pupuk ini dibuat dari bahan-bahan kimia

yang diproses melalui pabrik. Pupuk buatan terdiri atas: Pupuk tunggal, pupuk majemuk, pupuk

lengkap.

41
6.1.2 Berdasarkan Cara Penggunaannya

a. Pupuk Akar

Pupuk akar merupakan pupuk yang diberikan kepada tanaman melalui akar. Jenis pupuk ini

paling sering digunakan oleh petani dan pada umumnya berbentuk padat, yaitu: Pupuk alam,

Urea, TSP, KCL, NPK, SP 36, dll

b. Pupuk Daun

Adalah pupuk yang diberikan melalui daun dengan cara disemprotkan, contohnya: Bayfolan,

Gandasil, Wuxal.

6.1.3 Berdasarkan Bentuknya

a. Pupuk Cair

Pupuk cair merupakan pupuk yang dirpoduksi dalam bentuk cairan dan pada umumnya

tergolong ke dalam pupuk daun. Beberapa contohnya: Bio Konversi, Hydrasil, Cytozim, dll

b. Pupuk Padat

Pupuk padat adalah pupuk yang diproduksi dalam bentuk padat dan biasanya berbentuk

butiran. Beberapa contohnya: Urea/urea briket, TSP, KCL, NPK, SP 36, dll

6.2 Manfaat Unsur Hara yang terdapat dalam Pupuk An-Organik / Buatan:

6.2.1 Unsur N (Nitrogen)

Unsur N (Nitrogen) dapat membantu membuat daun menjadi hijau dan segar. Selain itu juga

bisa membuat tanaman menjadi lebih subur. Saat kekurangan unsur N, tanaman biasanya

menunjukkan beberapa tanda, seperti: daun terlihat menguning, bagian tanaman tampak

kering, tanaman kerdil, dan buah/biji yang dihasilkan pun juga tidak baik.

42
6.2.2 Unsur P (Posfor)

Unsur P (Posfor) dapat membantu memperbaiki dan memperbanyak struktur akar tanaman,

membantu meningkatkan sistem imun tanaman sehingga lebih tahan terhadap serangan hama

penyakit, membantu mengoptimalkan pertumbuhan tunas, mempercepat proses tumbuhnya

bunga dan buah, serta meningkatkan hasil/jumlah buah. Saat kekurangan unsur P, tanaman

biasanya akan menunjukkan beberapa tanda, seperti: daun berwarna hijau tua atau ungu, batang

menjadi kerdil, pada pucuk tanaman buah-buahan terdapat warna ungu, dan pembentukan biji

akan terhambat.

6.2.3 Unsur K (Kalium)

Unsur K (Kalium) dapat membantu memperkuat batang, meningkatkan mutu hasil (rasa lebih

enak) dan menambah daya tahan terhadap serangan hama penyakit. Saat kekurangan unsur K,

tanaman biasanya akan menunjukkan beberapa tanda, seperti: Daun mengerut dan mengkilat,

daun berwarna kuning, jingga atau coklat, tanaman mudah rebah, buah mudah rontok, dan

rentan terserang hama dan penyakit.

7. Pengetahuan Terkait Nama Latin Komoditas

Padi : Oryza sativa L. Sapi : Bos taurus

Jagung : Zea mays L. Jahe: Zingiber officinale

Singkong : Manihot esculentra Crantz Kunyit : Curcuma longa

Pisang : Musa Paradisiaca L Porang: Amorphophallus muelleri

Kelapa Sawit : Elaeis guineensis

8. Metode Panen Padi Sawah

43
Cara panen padi tergantung kepada alat perontok yang digunakan. Ani-ani umumnya

digunakan petani untuk memanen padi lokal yang tahan rontok dan tanaman padi berpostur

tinggi dengan cara memotong pada tangkainya.

Cara panen padi varietas unggul baru dengan sabit bergerigi dapat dilakukan dengan cara

potong atas, potong tengah atau potong bawah tergantung cara perontokannya.

a) Cara panen dengan potong bawah, umumnya dilakukan bila perontokannya dengan

cara dibanting/digebot atau menggunakan pedal thresher. Cara panen dilakukan dengan

cara potong bawah (5-10 cm di atas permukaan tanah) menggunakan sabit.

b) Panen padi dengan cara potong atas atau potong tengah bila dilakukan perontokannya

menggunakan mesin perontok (power thresher). Cara panen dilakukan dengan cara

potong bawah (15-20 cm di atas permukaan tanah) menggunakan sabit.

Padi yang telah dipotong dikumpulkan atau digunduk dengan menggunakan alas plastik 1m x

1m. Penundaan perontokan dalam bentuk gundukan tidak boleh lebih dari 1 malam. Gundukan

padi dibungkus alasnya diangkut ke lokasi perontokan. Gundukan dipindahkan ke alas

perontokan dari bahan plastik / terpal berukuran 6m x 6m. Sebaiknya langsung dilakukan

perontokan, namun bila dilakukan penundaan perontokan dalam bentuk gundukan, tidak boleh

lebih dari 1 hari. Gundukan padi diberi alas terpal dan ukuran tinggi gundukan maksimum 1

meter.

9. Jenis Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan)

9.1 Peran Alat dan Mesin Pertanian

Alat dan mesin pertanian memiliki berbagai peranan dalam usaha pertanian, antara lain:

 Menyediakan tenaga untuk daerah yang kekurangan tenaga kerja

 Antisipasi minat kerja di bidang pertanian yang terus menurun

44
 Meningkatkan kapasitas kerja sehingga luas tanam dan intensitas tanam dapat

meningkat

 Meningkatkan kualitas sehingga ketepatan dan keseragaman proses dan hasil dapat

diandalkan serta mutu terjamin

 Meningkatkan kenyamanan dan keamanan sehingga menambah produktivitas kerja

 Mengerjakan tugas khusus atau sulit dikerjakan oleh manusia

 Memberikan peran dalam pertumbuhan di sektor non pertanian

Sebagai contoh, pekerjaan pengolahan tanah sawah bila menggunakan tenaga manusia

diperlukan 50 hari kerja per hektare. Bila dibajak dengan kerbau, membutuhkan 25 hari kerja

per hektare. Sedangkan jika dikerjakan dengan traktor roda dua, cukup 10 jam per hektare.

9.2 Pengelompokan Alsintan

Alat dan mesin (alsin) pertanian dikelompokkan menjadi dua: alsin budidaya tanaman dan alsin

pengolahan hasil pertanian.

9.2.1 Alsin Budidaya Pertanian

Alsin budidaya pertanian adalah alsin yang digunakan untuk produksi tanaman dan ternak.

Contoh alsin untuk produksi tanaman adalah alsin pengolah tanah, mesin tanam, sprayer, mesin

pemanen, dan sebagainya. Contoh alsin budidaya ternak adalah alsin penyiapan pakan, aerator,

pemerah susu, dan sebagainya.

9.2.2 Alsin Pengolahan Hasil Pertanian

Alsin pengolahan hasil pertanian adalah alsin yang digunakan untuk menangani atau mengolah

hasil tanaman atau hasil ternak. Contoh alsin penanganan dan pengolahan hasil tanaman dan

ternak adalah Rice Milling Unit, pengering, thresher, mesin sortasi, mesin pengolah biji sawit,

dan sebagainya.

45
10. Pengetahuan Terkait PH Tanah

pH tanah dimulai dari 0 – 14, jika saat pengujian tingkat keasaman tanah menunjukan rentang

angka 0 – 7, maka tanah tersebut termasuk ke dalam tanah asam. Sedangkan tanah basa jika

tingkat keasaman menunjukan angka antara 7 – 14. Kondisi tanah normal atau netral jika

tingkat keasaman berada pada angka 6 – 8 dan kondisi idealnya berada pada angka 6,5 – 7,5.

Hal ini berkaitan dengan fase pertumbuhan dari tanaman tersebut. Semakin tinggi pH tanah

(basa) maka unsur hara yang terkandung di dalam tanah akan sangat sulit diserap oleh tanaman,

begitupun sebaliknya saat kondisi tanah cendrung asam atau pH terlalu rendah.

Tanah basa biasanya kandungan hara dan mikroorganismenya sangat sedikit sehingga

pertumbuhan tanaman terganggu. Sedangkan pada tanah asam, tanaman akan mudah

keracunan oleh unsur logam serta kekurangan hara. Unsur hara dan mineral akan mudah

diserap oleh tanaman ketika berada pada kondisi netral.

Jika sudah diketahui tingkat keasaman tanah kita harus segera mengambil tindakan untuk

menetralkan pH tanah. Cara yang dilakukan untuk menetralkan tanah asam dan basa tentu

berbeda.

10.1 Penanganan Tanah Asam

Untuk menetralkan Tanah Asam (pH kurang dari 6,5), petani dapat:

a) Menambahkan bubuk kapur (bubuk, butiran, pelet dan kristal) seperti dolomit

b) Menggunakan serbuk kayu (mengandung potasium). Penggunaan tidak bersamaan

dengan urea, sebab pencampuran kedua bahan tersebut dapat menghasilkan gas amonia.

c) Menggunakan abu kayu. Pengaplikasiannya tidak mengenai akar tanaman/bibit

tanaman agar tidak merusaknya. Efektif untuk diaplikasikan di lahan berparsir.

46
10.2 Penanganan Tanah Basa

Untuk menetralkan Tanah Basa (pH Lebih dari 6,5), petani dapat:

a) Memberikan bubuk belerang atau sulfur

b) Memberikan ampas teh ataupun kopi

c) Menggunakan material organik seperti pupuk kompos atau pupuk kandang.

47
BAB 3

PENGETAHUAN SEPUTAR PROGRAM PEMERINTAH DI BIDANG

PERTANIAN

1. Kostratani

Komando strategis petani yang selanjutnya disebut Kostratani adalah gerakan pembaharuan

pembangunan pertanian kecamatan, melalui optimalisasi tugas, fungsi dan peran Balai

Penyuluhan Pertanian dalam mewujudkan keberhasilan pembangunan pertanian.

Kostratani merupakan pusat kegiatan pembangunan pertanian tingkat kecamatan, yang

merupakan optimalisasi tugas, fungsi dan peran Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dalam

mewujudkan kedaulatan pangan nasional.

Tujuan jangka panjang Kostratani adalah mengoptimalkan Tugas, Fungsi dan Peran BPP (Balai

Penyuluhan Pertanian) sebagai Pusat pembangunan Pertanian tingkat Kecamatan dalam

Mewujudkan Kedaulatan Pangan Nasional. Selanjutnya tujuan jangka pendek kostratani adalah

pemenuhan sarana, prasarana, kelembagaan, kapasitas SDM Pertanian dan penyelenggaraan

pembangunan pertanian di Kecamatan berbasis teknologi informasi.

1.1 Tugas Kostratani (Kecamatan)

Rincian tugas Kostratani yang terletak di kecamatan adalah sebagai berikut:

1. melaksanakan koordinasi dan sinergi kegiatan pembangunan pertanian (sub sektor

tanaman pangan, hortikultura, peternakan, dan perkebunan) di kecamatan, antara lain:

 pendataan dan penguatan data potensi pertanian di kecamatan, meliputi luas baku

lahan, luas tanam, produksi, luas panen, produktivitas, produksi, pengolahan hasil

dan pemasarana, alsintan pra panen dan pasca panen produk per komoditas;

48
 penguatan pos penyuluhan desa;

 penguatan Kelembagaan Petani dan KEP;

 pengusulan anggaran pelaksanaan kegiatan pembangunan pertanian;

 fasilitasi pengembangan kemitraan petani atau kelompok tani dan pelaku usaha;

dan

 pendampingan, pengawalan, dan penyusunan rencana pelaksanaan program

pembangunan pertanian, antara lain varietas, benih atau bibit, pupuk, obat-obatan,

pakan, pola tanam, kalender tanam, pascapanen, rencana definitif kelompok tani

(RDK) atau rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK)

2. membentuk, mengawal, dan mendampingi brigade sub sektor sesuai spesifik lokasi;

3. melaksanakan latihan, kunjungan, supervisi, dan kegiatan pemberdayaan program

pembangunan pertanian;

4. melakukan identifikasi permasalahan dan upaya pemecahannya; dan

5. menyusun, menyajikan, dan melaporkan hasil pelaksanaan program pembangunan

pertanian kepada Ketua Kostrada dan melalui Teknologi Informasi secara periodik

(harian, mingguan, bulanan) kepada Kostrada.

1.2 Tugas Kostrada (Kabupaten)

Rincian tugas Kostrada (Kabupaten) adalah sebagai berikut:

1. menyusun rencana kerja pelaksanaan program pembangunan pertanian, antara lain:

 pendataan dan penguatan data potensi pertanian di kabupaten atau kota, meliputi

luas baku lahan, luas tanam, produksi, luas panen, produktivitas, produksi,

pengolahan hasil dan pemasaran produk per komoditas;

49
 penetapan sentra produksi pangan berbasis kawasan di kabupaten atau kota

berdasarkan luas areal, luas tanam, luas panen, luas lahan padang penggembalaan,

populasi ternak;

 pengusulan dan penetapan calon petani dan calon lokasi program dan kegiatan

pembangunan pertanian;

 penetapan masing-masing target produksi, kebutuhan sarana prasarana, paket

teknologi, penyelenggaraan penyuluhan, dan pendanaan;

 pengalokasian kebutuhan anggaran pelaksanaan program dan kegiatan

pembangunan pertanian; dan

 pelaksanaan Penyuluhan Pertanian, pengawalan dan pendampingan teknologi serta

realisasi penerapan teknologi, meliputi varietas, benih atau bibit, pupuk, obat-

obatan, pakan, pascapanen, pola tanam, kalender tanam, RDK atau RDKK;

2. menyusun rencana kebutuhan sumber daya manusia pertanian di BPP sesuai dengan

cakupan dan potensi wilayah melalui detasering;

3. melaksanakan supervisi, pemantauan dan evaluasi terpadu program dan kegiatan

pembangunan pertanian; dan

4. menyusun, menyajikan, dan melaporkan hasil pelaksanaan program pembangunan

pertanian kepada Kostrawil melalui Teknologi Informasi secara periodik (harian,

mingguan, bulanan) kepada Kostrawil.

2. Kelembagaan Petani

Kelembagaan Petani ditumbuh kembangkan dari, oleh, dan untuk petani guna memperkuat dan

memperjuangkan kepentingan petani.

50
2.1 Kelembagaan petani terdiri atas:

a. kelompok tani

Kelompok Tani yang selanjutnya disebut Poktan adalah kumpulan

petani/peternak/pekebun yang dibentuk oleh para petani atas dasar kesamaan

kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, dan sumberdaya,

kesamaan komoditas, dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha

anggota.

Kelompok Tani yang selanjutnya disebut Poktan adalah kumpulan

petani/peternak/pekebun yang dibentuk oleh para petani atas dasar kesamaan

kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, dan sumber daya,

kesamaan komoditas, dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha

anggota.

b. gabungan kelompok tani

Gabungan Kelompok Tani yang selanjutnya disebut Gapoktan adalah kumpulan

beberapa Kelompok Tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala

ekonomi dan efisiensi usaha.

c. asosiasi komoditas pertanian

Asosiasi Komoditas Pertanian adalah kumpulan dari petani, Kelompok Tani, dan/atau

Gabungan Kelompok Tani yang mengusahakan komoditas sejenis untuk

memperjuangkan kepentingan petani.

d. dewan komoditas pertanian nasional

Dewan Komoditas Pertanian Nasional adalah suatu lembaga yang beranggotakan

Asosiasi Komoditas Pertanian untuk memperjuangkan kepentingan petani.

51
e. Kelompok Wanita Tani

kelompok wanita tani (kwt) pada dasarnya sama dengan kelompok tani, yang

membedakan adalah anggotanya adalah para perempuan yang melaksanakan usaha di

bidang pertanian, para isteri petani yang juga para anggota kelompok tani.

2.2 Fungsi Poktan

Fungsi Kelompok Tani adalah sebagai berikut:

a. kelas belajar: Poktan merupakan wadah belajar mengajar bagi anggota untuk

meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap agar tumbuh dan berkembang

menjadi Usahatani yang mandiri melalui pemanfaatan dan akses kepada sumber

informasi dan teknologi sehingga dapat meningkatkan produktivitas, pendapatan serta

kehidupan yang lebih baik;

b. wahana kerja sama: Poktan merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama, baik di

antara sesama Petani dalam Poktan dan antarpoktan maupun dengan pihak lain,

sehingga diharapkan Usahatani lebih efisien dan mampu menghadapi ancaman,

tantangan, hambatan serta lebih menguntungkan; dan

c. unit produksi: Usahatani masing-masing anggota Poktan secara keseluruhan

merupakan satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala

ekonomi usaha, dengan menjaga kuantitas, kualitas dan kontinuitas.

2.3 Fungsi Gapoktan

Fungsi Gapoktan adalah sebagai berikut:

a) Unit Usaha Penyedia Sarana dan Prasarana Produksi

Gapoktan sebagai fasilitator layanan kepada seluruh anggota untuk memenuhi

kebutuhan sarana produksi antara lain pupuk, benih bersertifikat, pestisida, alat mesin

52
Pertanian, dan permodalan Usahatani yang bersumber dari kredit/permodalan

Usahatani maupun dari swadana Petani/sisa hasil usaha.

b) Unit Usahatani/Produksi

Gapoktan memiliki unit usaha yang memproduksi komoditas untuk memenuhi

kebutuhan anggotanya dan kebutuhan pasar sehingga dapat menjamin kuantitas,

kualitas, dan kontinuitas hasil.

c) Unit Usaha Pengolahan

Gapoktan dapat memberikan pelayanan, baik berupa penggunaan alat mesin Pertanian

maupun teknologi dalam pengolahan hasil produksi komoditas, mencakup proses

pengolahan, sortasi/grading dan pengepakan untuk meningkatkan nilai tambah produk.

d) Unit Usaha Pemasaran

Gapoktan dapat memberikan pelayanan/fasilitasi pemasaran hasil Pertanian

anggotanya, baik dalam bentuk pengembangan jejaring dan kemitraan usaha dengan

pihak lain, maupun pemasaran langsung. Dalam pengembangannya, Gapoktan

memberikan pelayanan informasi harga komoditas kepada anggotanya agar tumbuh dan

berkembang menjadi Usahatani mandiri.

e) Unit Usaha Keuangan Mikro (simpan-pinjam)

Gapoktan dapat memfasilitasi permodalan Usahatani kepada anggota melalui

kredit/permodalan Usahatani maupun dari swadana Petani/sisa hasil usaha.

2.4 Kelembagaan Ekonomi Petani

Kelembagaan Ekonomi Petani adalah lembaga yang melaksanakan kegiatan usahatani yang

dibentuk oleh, dari, dan untuk petani, guna meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani,

baik yang berbadan hukum maupun yang belum berbadan hukum.

53
2.5 Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA)

Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) adalah kelembagaan usaha yang mengelola

jasa keuangan untuk membiayai agribisnis berskala kecil di perdesaan, baik yang berbentuk

formal maupun non formal.

3. Kartu Tani

Kartu tani adalah sebuah kartu yang dirancang khusus untuk melakukan alokasi pupuk subsidi

kepada kaum petani. Program kartu tani tersebut dimulai di Pulau Jawa pada 2018 di mana 3

bank BUMN menerbitkan kartu tani tersebut yakni BRI untuk Banten, Yogyakarta, dan Jawa

Tengah. Bank Mandiri di Jawa Barat, dan Bank BNI untuk Jawa Timur. Program tersebut

kemudian diterapkan ke 10 provinsi di luar Jawa yakni Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Selatan,

Lampung, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan Sulawesi

Selatan.

4. ERDKK

ERDKK merupakan singkatan dari Elektronik Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Tani

(Elektronik RDKK). Sistem ini mulai diberlakukan pada Tahun 2018 untuk proses pendataan

kebutuhan pupuk bersubsidi. Dalam praktiknya, pendataan ERDKK juga turut ditautkan

dengan program kartu tani. ERDKK bisa dikatakan merupakan sistem yang diberlakukan untuk

mendata RDKK Kelompok Tani. Data ERDKK dapat diinputkan ke dalam sistem jika RDK

dan RDKK telah disusun oleh Kelompok Tani.

Rencana Definitif Kelompok (RDK sendiri adalah rencana kerja uasaha tani dari kelompok

tani untuk 1 (satu) tahun, yang disusun melalui musyawarah dan berisi rincian kegiatan dan

kesepakatan bersama pengelolaan usaha tani.

54
Sedangkan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok tani (RDKK) adalah rencana kebutuhan

kelompok tani untuk 1 (satu) musim tanam yang disusun berdasarkan musyawarah anggota

kelompok tani, meliputi kebutuhan benih, pupuk, pestisida, alat dan mesin pertanian serta

modal kerja, untuk mendukung pelaksanaan RDK yang dibutuhkan oleh petani yang

merupakan pesanan kelompok tani kepada gabungan kelompok tani atau lembaga lain

(distributor sarana produksi dan perbankan).

5. Simluhtan

Sistem Informasi Manajemen Penyuluhan Pertanian (SIMLUHTAN) adalah sistem informasi

berbasis web yang dikembangkan oleh Kementerian Pertanian yang menyajikan data dan

informasi Kelembagaan Penyuluhan Pemerintah (Provinsi, Kabupaten, dan Kecamatan), data

ketenagaan penyuluh pertanian (Penyuluh PNS, Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh

Pertanian, Penyuluh Swadaya), data Kelembagaan Petani (Kelompok Tani, Gabungan

Kelompok Tani, Kelembagaan Ekonomi Petani).

6. P4S

Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) adalah lembaga pelatihan pertanian

dan pedesaan yang didirikan, dimiliki, dikelola oleh petani secara swadaya baik perorangan

maupun berkelompok dan diharapkan dapat secara langsung berperan aktif dalam

pembangunan pertanian melalui pengembangan sumber daya manusia pertanian dalam bentuk

pelatihan/permagangan bagi petani dan masyarakat di wilayahnya.

Pembinaan P4S dimaksudkan sebagai upaya meningkatkan kapasitas P4S dalam

menyelenggarakan dan/atau melaksanakan pelatihan/permagangan bagi petani dan masyarakat

perdesaan. Pembinaan P4S antara lain dilakukan melalui bimbingan pelatihan dari aspek

kelembagaan, sarana prasarana, ketenagaan, penyelenggaraan pelatihan/permagangan, usaha

dan jejaring kerja. Selain itu, Pemerintah melakukan kegiatan klasifikasi P4S, guna mendorong
55
pengelola P4S untuk meningkatkan kualitas pelatihan/permagangan secara terus menerus,

sehingga P4S mampu menjadi pusat pelatihan pertanian yang berkualitas

7. Cyber Extension

Cyber Extension adalah suatu mekanisme pertukaran informasi pertanian melalui area cyber,

suatu ruang imajiner-maya di balik interkoneksi jaringan komputer melalui peralatan

komunikasi.

Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi sebagai media baru penyuluhan ini dirasa

lebih efektif dan efisien dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian guna meningkatkan

akses informasi kepada; PPL (Penyuluh Pertanian Lapang) sehingga proses transformasi ilmu

ke petani menjadi update. Disamping itu, user juga dapat secara interaktif berbagi informasi

dan ilmu pengetahuan di kolom yang disediakan.

Situs web Cyber Extension dapat diakses pada alamat: http://cybex.pertanian.go.id/

8. Upaya Khusus (Upsus) di Bidang Pertanian

Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia akan produk-produk pertanian, baik

itu yang terkait dengan pangan, sandang, dan kebutuhan lainnya, pemerintah terkadang turut

melakukan upaya khusus yang ditujukan untuk menggenjot produksi komoditas pertanian

tertentu. Beberapa upaya khusus yang pernah dijalankan oleh pemerintah adalah sebagai

berikut:

8.1 Upsus Pajale (Padi, Jagung, Kedele)

Upsus Pajale mulai dijalankan oleh pemerintah sejak Tahun 2015. Upsus ini dijalankan dengan

tujuan utama untuk mendongkrak angka produksi tiga kebutuhan pangan utama, yaitu Padi,

Jagung dan Kedele. Harapannya dengan dijalankannya upsus ini Indonesia dapat mencapai

swasembada pangan.

56
8.2 Upsus SIWAB (Sapi Indukan Wajib Bunting)

Upsus SIWAB dijalankan dengan dasar hukum Peraturan Menteri Pertanian No.

48/Permentan/PK.210/10/2016 tentang Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi

dan Kerbau Bunting yang ditandatangani Menteri Pertanian tanggal 3 Oktober 2016. Dalam

prakteknya, upsus SIWAB mencakup dua program utama, yaitu peningkatan populasi melalui

inseminasi buatan (IB) dan intensifikasi kawin alami (Inka).

9. Pos Penyuluhan Desa (PosLuhDes)

Pos penyuluhan desa/kelurahan merupakan unit kerja nonstruktural yang dibentuk dan dikelola

secara partisipatif oleh pelaku utama. Pos penyuluhan berfungsi sebagai tempat pertemuan para

penyuluh, pelaku utama, dan pelaku usaha untuk:

1. Menyusun programa penyuluhan;

2. Melaksanakan penyuluhan di desa/kelurahan;

3. Menginventarisasi permasalahan dan upaya pemecahannya;

4. Melaksanakan proses pembelajaran melalui percontohan dan pengembangan model

usaha tani bagi pelaku utama dan pelaku usaha;

5. Menumbuhkembangkan kepemimpinan, kewirausahaan, serta kelembagaan pelaku

utama dan pelaku usaha;

6. Melaksanakan kegiatan rembug, pertemuan teknis, temu lapang, dan metode

penyuluhan lain bagi pelaku utama dan pelaku usaha;

7. Memfasilitasi layanan informasi, konsultasi, pendidikan, serta pelatihan bagi pelaku

utama dan pelaku usaha; serta

8. Memfasilitasi forum penyuluhan pedesaan.

57
10. Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP)

Usaha di sektor pertanian khususnya usaha tani padi dihadapkan pada resiko ketidakpastian

yang cukup tinggi, antara lain kegagalan panen yang disebabkan perubahan iklim seperti banjir,

kekeringan, serangan hama dan penyakit/ Organisme Penggangu Tumbuhan atau OPT yang

menjadi sebab kerugian usaha petani. Untuk menghindarkan dari keadaan tersebut pemerintah

saat ini memberikan solusi terbaik berupa program Asuransi Usaha Tani Padi yang disingkat

dengan AUTP, yang diharapkan dapat memberikan perlindungan terhadap resiko

ketidakpastian dengan menjamin petani mendapatkan modal kerja untuk berusaha tani dari

klaim asuransi.

Dari jaminan perlindungan ini maka petani dapat membiayai pertanaman di musim berikutnya.

Diselenggarakannya AUTP tujuannya adalah memberikan perlindungan kepada petani jika

terjadi gagal panen sebagai akibat resiko banjir, kekeringan, dan serangan oraganisme

pengganggu tumbuhan. Mengalihkan kerugian akibat resiko banjir, kekeringan dan serangan

OPT melalui pihak lain yakni pertanggungan asuransi.

Sasaran penyelenggaraan AUTP adalah terlindunginya petani dengan memperoleh ganti rugi

jika mengalami gagal panen. Resiko yang dijamin dalam AUTP meliputi banjir, kekeringan,

serangan hama dan OPT. Hama pada tanaman padi antara lain, wereng coklat, penggerek

batang, walang sangit, keong mas, tikus dan ulat grayak. Sedangkan penyakit pada tanaman

padi antara lain, tungro, penyakit blas, busuk batang, kerdil rumput, dan kerdil hampa.

Serangan hama dan penyakit ini akan mengakibatkan kerusakan yang dapat mengakibatkan

gagal panen sehingga petani akan mengalami kerugian.

Waktu pendaftaran dapat dimulai paling lambat satu bulan sebelum musim tanam dimulai.

Kelompok tani didampingi PPL dan UPTD kecamatan mengisi formulir pendaftaran sesuai

dengan formulir yang telah disediakan. Premi Asuransi Usaha Tani Padi saat ini 3 %.

58
Berdasarkan besaran biaya input usaha tani padi sebesar enam juta rupiah per hektar per musim

tanam, yaitu sebesar 180 ribu rupiah per hektar per musim tanam. Bantuan pemerintah saat ini

sebesar 80% sebesar 144 ribu rupiah per hektar per musim tanam, dan saat ini petani harus

membayar premi swadaya 20 % proporsional, sebesar 36 ribu rupiah per hektar per musim

tanam.

Kelompok tani membayar premi swadaya sebesar 20% proporsional sesuai luas area yang

diasuransikan. Bukti transfernya akan diperoleh, untuk kemudian diserahkan kepada petugas

asuransi yang akan mengeluarkan bukti asli pembayaran premi swadaya dan sertifikat asuransi

kepada kelompok tani. UPTD membuat rekapitulasi peserta asuransi berikut kelengkapannya,

bukti pembayaran premi swadaya untuk disampaikan ke dinas pertanian kabupaten atau kota

yang menjadi dasar keputusan penetapan peserta asuransi definitif.

Dinas pertanian kabupaten atau kota membuat daftar peserta asuransi definitif, kemudian

menyampaikan ke Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian dengan tembusan dinas

pertanian propinsi. Dinas pertanian propinsi membuat rekapitulasi dari masing-masing

kabupaten atau kota dan menyampaikan ke Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian

untuk proses bantuan premi 80 %. Perusahaan asuransi pelaksana akan menagih bantuan pemi

pemerintah 80% dengan melampirkan rekapitulasi daftar peserta asuransi. Direktorat Jenderal

Prasarana dan Sarana Pertanian akan membayar bantuan premi berdasarkan hasil singkronisasi

rekapitulasi peserta asuransi antara usulan dari dinas pertanain kabupaten atau kota dan

propinsi dengan daftar rekapitulasi lampiran tagihan dari perusahaan asuransi.

Jika terjadi resiko terhadap tanaman yang diasuransikan, serta kerusakan tanaman atau gagal

panen, maka klaim AUTP akan diproses jika memenuhi syarat yang telah ditentukan. Dengan

terpenuhinya syarat dan ketentuan klaim, maka pihak perusahaan asuransi akan membayarkan

klaim asuransi melalui transfer bank terhadap rekening kelompok tani.

59
Berdasarkan ketentuan dalam polis klaim akan diperoleh jika, intensitas kerusakan mencapai

75% berdasarkan luas petak alami tanaman padi. Pembayaran klaim untuk luas lahan satu

hektar sebesar enam juta rupiah. Pembayaran ganti rugi atas klaim dilaksanakan paling lambat

14 hari kalender sejak Berita Acara Hasil Pemeriksaan Kerusakan. Pembayaran ganti rugi

dilaksanakan melalui pemindah bukuan ke rekening.

60
Bahan Bacaan Tambahan

Undang-Undang dan peraturan terkait pertanian: dapat diakses di link

http://perundangan.pertanian.go.id/index.php

61
Sumber Referensi

https://id.wikipedia.org/wiki/Alat_dan_mesin_pertanian

https://id.wikipedia.org/wiki/CyberExtension

https://bkpp.jogjaprov.go.id/download/getFile/id/20#:~:text=Sistem%20Kerja%20Latihan%2

0dan%20Kunjungan%20serta%20Supervisi%20yang%20selanjutnya%20disebut,supervisi%

20teknis%20dari%20penyuluh%20senior

http://pertanian-mesuji.id/media-penyuluhan-pertanian/

https://pertanian.bimakota.go.id/web/kontent/44/tanaman_pangan

http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/77189/MENGENAL-JENIS-PUPUK-DAN-

FUNGSINYA/

http://pustaka.setjen.pertanian.go.id/index-berita/6-cara-menetralkan-tanah

https://abusulaiman21.wordpress.com/2016/08/18/peranan-pendidikan-orang-dewasa-dalam-

penyuluhan-pertanian/

62

Anda mungkin juga menyukai