Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN AKHIR

PRAKTIK KERJA KETERAMPILAN

PARAMEDIK VETERINER

DI KOPERASI “SAE” PUJON KABUPATEN MALANG

OLEH :

GUNCORO
NIS : 16.1.002.5.15.043

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

DINAS PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

SMK PP NEGERI PELAIHARI

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis saya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan
Praktik Kerja Keterampilan (PKK). Kegiatan PKK ini merupakan salah satu
kegiatan yang wajip diikuti oleh siswa pada semester 4 (empat) dan harus
menyelesaikan laporan sebagai pertanggung jawapan setelah melaksanakan
kegiatan PKK dan sarat untuk mengikuti ujian semester.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-


besarnya kepada H.Syamsuri.S.Pt.MM, selaku Kepala Sekolah SMK-SPP Negeri
Pelaihari Provinsi Kalimantan Selatan, bapak Drh. Arief Febrianto selaku
Pembimbing intern yang telah membimbing kami dalam pembuatan laporan dan
juga kepada bapak Arintoko selaku pembimbing ekstern yang telah membimbing
kami selama peraktik dilapngan .

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik
dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan. Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Pelaihari, April 2017

Penulis
PRAKTEK KERJA KETERAMPILAN PARAMEDIK VETERINER
DI KOP SAE PUJON KABUPATEN MALANG JAWA TIMUR

Oleh :

Guncoro
NIS : 16.1.002.5.15.043

Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat mengikuti mjian


Praktik Kerja Keterampilan Paramedik Veteriner pada semester 2 kelas XII
di Sekolah Menengah Kejuruan – Pertanian Pembangunan Negeri Pelaihari
Tahun Pelajaran 2017/2018
Disahkan pada tanggal …… Agustus 2017

Pembimbing Intern

Drh. Arief Febrianto


NIP. 19810228 201001 1 010

Penguji I Penguji II

Drh. Irawati Riawan, M.pd Drh. Warih Nugroho


NIP. 19800101 200903 2 006 NIP. 19610816 199203 1 004

Mengetahui,
Kepala Sekolah
SMK-SPP Negeri Pelaihari

H. Syamsuri, S.Pt., MM,


NIP. 19630314 198403 1 009
DAFTAR ISI
Halaman judul Halaman
Lembar Pengesahan.......................................................................... ii
Kata Pengantar.................................................................................. iii
Daftar Isi........................................................................................... iv
Daftar Tabel...................................................................................... v
Daftar Gambar.................................................................................. vi
Daftar Lampiran................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1
1.1 Latar Belakang............................................................................ 1
1.2 Tujuan......................................................................................... 2
BAB II PELAKSANAAN................................................................ 3
2.1 Waktu dan lokasi........................................................................ 3
2.2 Deskripsi Lokasi Kegiatan.......................................................... 3
2.3 Pelaksanaan Kegiatan................................................................. 4
A. Kegiatan Kelinik.................................................................. 4
B. Kegiatan Reproduksi............................................................. 13
C. Kegiatan Kesmavet............................................................... 18
D. Kegiatan sosial masyarakat.................................................. 19
BAB III PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA......................... 21
3.1 Input............................................................................................ 21
3.2 Output......................................................................................... 23
3.3 Analisa Usaha............................................................................. 24
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................... 25
4.1 Penyebab Penyakit...................................................................... 25
4.2 Pencegahan Penyakit.................................................................. 26
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................... 27
5.1 Kesimpulan................................................................................. 27
5.2 Saran........................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 28
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Kasus Yang Di Temui Selama Kegiatan PKK...................... 5
2 Kegiatan Reproduksi Selama PKK...................................... 13
3 Investasi................................................................................ 21
4 Input Variabel........................................................................ 23
DAFTAR GAMBAR

Gamabar Halaman
1 Kanntor Unit Peternakan KOP “SAE” Pujon........................ 4
2 Sapi Yang Terserang Penyakit Tympai................................. 6
3 Kaki Ternak Yang Terserang Foot Root............................... 7
4 Bagian Ternak Yang Terserang Penyakit Abses................... 8
5 Ambing Yang Terserang Mastitis......................................... 9
6 Fetus Dari Ternak Yang Terkena Abortus............................ 10
7 Ternak Yang Terserang Milk Fever...................................... 11
8 Bagian Tubuh Ternak Yang Terserang Penyakit Myasis...... 12
9 Retensio Secundinae............................................................. 14
10 Prolapsus Uteri...................................................................... 15
11 Penanganan Distokia............................................................. 17
12 Uji CMT................................................................................ 19
13 Gotong Royong Membersihkan Jalan Dari Tanah Longsor.. 19
14 Tahlilan Rutin Bersama Warga Desa Dadapan Kulon.......... 20
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

SMK-PP Negeri Pelaihari merupakan Sekolah Menengah Kejuruan yang


berada pada sektor peternakan yang memiliki 2 (dua) jurusan yaitu agribisnis
produksi peternakan dan kesehatan hewan menghasilkan lulusan yang beriman
dan bertaqwa, profesional, berjiwa wira usaha serta berwawasan lingkungan.
Didalam dunia industri peternakan sering kali terjadi permasalahan
terutama dalam masalah kesehatan ternak, untuk mengatasi akan terjadinya
penurunan kualitas produksi akibat kesehatan yang kurang baik maka diperlukan
tenaga ahli dalam dunia kesehatan hewan. Dalam dunia industri peternakan
diadakan kegiatan PKK (Praktik Kegiatan Keterampilan) Paramedik Veteriner
yang diharapkan mampu mengatasi penurunan produksi ternak akan adanya
masalah kesehatan ternak dan mampu meningkatkan produksi ternak.
Kegiatan PKK (Praktik Kegiatan Keterampilan) Paramedik Veteriner
merupakan kegiatan yang dilaksanakan diluar linkungan sekolah kegiatan ini
dilaksanakan pada semester 4 (empat) yang bertujuan untuk meghasilkan lulusan
yang mampu bersaing di dunia kerja yang mampu memenuhi kebutuhan pasar
terhadap tenaga paramedik veteriner, meningkatkan wawasan dibidang kesehatan
hewan, menambah keterampilan di bidang kesehatan hewan, menumbuhkan jiwa
wirausaha dibidang peternakan, dan mampu menyesuaikan diri dengan
masyarakat.
Rangkaian kegiatan PKK (Praktik Kegiatan Keterampilan) Paramedik
Veteriner yang dilaksanakam oleh siswa merupakan kegiatan yang berkaitan
dengan program keahlian kesehatan hewan yang disebut dengan kegiatan
ketrampilan (KK) selain kegiatan yang berkaitan dengan program keahlian juga
ada kegiatan sosial masarakat (KSM) kegiatan ini merupakan kegiatan sosial yang
berkaitan dengan kegiatan masyarakat sekitar seperti kegiatan keagamaan dan
kegiatan sosial lainya.
1.2 Tujuan
Tujuan kegiatan PKK paramedik veteriner adalah:
1. Meningkatkan wawasan dalam dunia kerja di bidang kesehatan hewan
2. Meningkatkan lulusan yang bermutu tinggi
3. Meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan masyarakat
4. Melatih siswa melakukan kegiatan di unit usaha dalam bidang kesehatan
hewan
5. Menyiapkan diri sebagai jasa paramedik veteriner di lingkungan
masyarakat.
BAB II

PELAKSANAAN KEGIATAN

2.1 Waktu dan Lokasi

Kegiatan PKK paramedik veteriner dilaksanakan pada tanggal 7 Febuari


hingga 25 Maret 2017 di Unit peternakan koperasi Sinau Andandani Ekonomi
Pujon Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur.

2.2 Deskripsi Lokasi Kegiatan

Sinau Andandani Ekonomi (SAE) memiliki arti "Belajar Memperbaiki


Ekonomi" sehingga sesuai untuk dijadikan nama Koperasi yang berbasis di daerah
Pujon di Malang (Jawa Timur) ini. Koperasi SAE Pujon didirikan pada tanggal 30
Oktober 1962 dengan 22 anggota, 35 sapi dan produksi susu 50 liter. 63% dari
mata pencaharian penduduk setempat adalah sebagai petani sapi perah dan hingga
hari ini Koperasi SAE Pujon telah memiliki 7,967 anggota, dengan 24,218 ternak
dan mampu memproduksi 36.284.145 liter susu. 1975 adalah awal dari hubungan
kerja mereka menjadi pemasok susu sapi segar untuk PT. Nestle Indonesi.

Prestasi mereka selama bertahun-tahun tidak juga dilupakan karena kerja


keras mereka telah meraih reputasi yang baik, Piagam Koperasi Mandiri pada
tahun 1998, Koperasi Berprestasi Tingkat Nasional pada tahun 2001, Koperasi
Produsen Berprestasi Tk. 1 – Jawa Timur pada tahun 2006, Koperasi Produsen
Berprestasi Tk. Nasional pada tahun 2006, dan Koperasi Penerima Award pada
tahun 2006 (Rumah Energi,2015).

Kecamatan pujon adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Malang


Provinsi Jawa Timur. Kecamatan Pujon memiliki luas wilayah 170,35 km 2 dan
memiliki ketinggian 1.299 di atas permukaan laut. Kecamatan pujon memiliki 10
Desa, 84 RW, dan 308 RT. Kecamatan pujon terkenal dengan susu sapi segar.
Hasil susu sapi segar di Kecamatan Pujon rata – rata 155 ton/95.000 liter susu per
harinya yang tergabung dalam wadah Koperasi Sinau Andandani Ekonomi (SAE).
Gamabr 1. Kangtor unit peternakan KOP
SAE Pujon (dokumen pribadi, 2017)

2.3 Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan keterampilan yang di laksanakan di KOP SAE Pujon adalah


kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan klinik, kegiatan reproduksi, kegiatan
kesmavet.

A. Kegiatan kelinik

Kegiatan klinik hewan yang di lakukan adalah membantu petugas


paramedik veteriner dalam memberikan pelayanan kesehatan hewan, dalam
pemeberian pelayanan yang di lakukan adalah pemberian obat kepada ternak yang
sakit dalam memebatu petugas kegiatan yang di lakukan membantu menyiapkan
obat, mengidentifikasi penyakit, proses penanganan, dan pemberian obat.
Tabel 1. Kasus yang di temui selama kegiatan PKK

No Kasus Jumlah

1 Abses 2

2 Abortus 2

3 Foot root 4

4 Tympani 15

5 Mastitis 18

6 Milk fever 4

7 Penumonia 3

8 Myasis 6

9 Cacingan 11

1. Kembung (Tympani)
Penyebab penyakit kembung bisa terjadi karena pemberian pakan
yang kurang tepat seperti pemberian pakan yang masih muda, pemberian
pakan yang mengandung banyak air, dan pemberian pakan yang tidak
seimbang sehingga terjadi penumpukan gas didalam rumen. Menurut Fikar
dan Ruhyadi (2012), penyakit kembung atau tympani merupakan bentuk
gangguan pada rumen akibat penimbunan gas di dalam rumen.
Gejala klinis yang terlihat pada penyakit kembung pada saat di
lapangan diantaranya terlalu cepat bernafas, gigitannya mengerit, ternak
terlihat tidak tenang atau gelisah, perut sebelah kiri terlihat lebih besar, ternak
bernafas dengan mulut, gerakan kurang lincah dan sering terjatuh, jika sudah
parah sulit untuk berdiri.
Penanganan yang diberikan oleh petugas saat dilapangan pada
penyakit kembung yang diberikan pada saat dilapangan berupa obat Free
bloat (Antibloat) diberikan secara oral, B-1 20 ml, (Vitamin), B-12 (Vitamin)
20 ml, Dimetryl 20 ml (Antihistamin) diberikan secara intamuscular.
Pencegahan penyakit ini dapat di lakukan dengan tidak
memberikan pakan hijauan yang terlalu muda yang banyak mengandung air,
tidak mengembalakan ternak terlalu pagi usahakan embun pada rumput sudah
tidak ada, dan hindari pemberian pakan yang tidak seimbang.

Gambar 1. Sapi yang terserang penyakit tympani(dokumen


pribadi, 2017)

2. Foot Root
Penyakit foot root terjadi karena luka pada teracak kaki maupun
bagian sekitarnya yang terinfeksi oleh kuman. Menurut Yulianto dan
Saprinto (2011), penyakit ini di sebabkan oleh adanya kuman fusiformis
necrophorus. Pada umumnya penyakit yang di temukan di lapangaan terjadi
karena luka pada teracak kaki maupun sekitarnya dan terjadi infeksi. Luka
tersebut terbentuk karena kondisi lantai yang kurang baik karena masih
banyak peternak yang menggunakan bambu, kayu, dan semen sebagai bahan
bakunya.
Gejala klinis yang terlihat pada penyakit foot root pada saat
dilapangan umunya ternak pincang, sering menekuk bagian kaki yang
terserang foot root, kuku berlubang bahkan pecah, bagian kaki sekitar kuku
terlihat bengkak, bagian kuku tersebut berbau busuk bahkan bernanah.
Penanganan yang di berikan oleh petugas pada saat dilapangan pada penyakit
foot root dapat di lakukan dengan membersihkan luka tersebut setelah itu di
berikan bubuk kalium pemangat (PK), dan Penstrep 20 ml (Antibiotik),
Rhaindexa 15 ml (Anti inflamasi) dengan cara intramuscular, Clowpasta di
taburkan pada luka kemudian dibalut dengan perban.
Pencegahan penyakit foot root dapat di lakukan dengan cara
melakukan pemotongan kuku secara teratur, tidak membiarkan lantai kandang
terlalu basah, pada kandang sebaiknya memiliki saluran pembuangan kotoran
yang baik.

Gambar 2. kaki ternak yang terserang foot root (dokumen


pribadi, 2017)

3. Penumonia (Radang paru – paru)

Penyakit ini Menurut Susiloriani dkk (2011), peneumonia merupakan


penyebab terbesar kematian pada pedet umur 3-16 minggu penyebabnya
adalah pasteurella multocinda dan Corynebacterium pyogenes. Pada
umumnya penyakit ini memiliki gejala klinis yang ditemukan pada saat
dilapangan seperti ternak batuk, nafas tidak beraturan, cara bernafas ternak
cepat dan pendek, lemas, nafsu makan turun, suhu tubuh meningkat, produksi
susu mengalami penurunan, dan ternak tidak tenang. Penanganan yang di
berikan oleh petugas ketika di lapangan berupa Dimedryl 20 ml
(Anthistamin), Rheindexa 15 ml (Antiinflamasi), Heksaplex 20 ml (Vtamin)
diberikan secara intramuscular.

Pencegahan pada penyakit ini dengan cara memperbaiki pengelolaan


kandang, menjaga sanitasi kandang dan managemen pakan yang bagus,
menjaga kebersihan kandang dengan benar, penataan kandang yang benar,
pemeliharaan yang baik dengan memperhatikan pakan ternak, dan
memisahkan ternak yang terserang penyakit dengan ternak yang sehat, dan
melakukan vaksinasi.

4. Abses
Abses merupakan benjolan yang berisi nanah yang terjadi karena luka
yang terinfeksi oleh bakteri. Menurut Fikar dan Ruhyadi (2013), Penyakit ini
di sebabkan bakteri jenis gram positif. Luka tersebut terbentuk dapat terjadi
karena kondisi kandang yang tidak baik seperti kandang yang licin yang dapat
membuat ternak terjatuh atau dari ternak itu sendiri.
Gejala klinis yang terlihat pada ternak yang terserang penyakit abses di
lapangan umumnya seperti nyeri bila di tekan, suhu badan naik, nafsu makan
menurun, bengkak pada bagian tertentu, terdapat luka, kemerahan, dan ketika
di tekakan keluar nanah. Penanganan yang di berikan oleh petugas ketika di
lapangan ternak yang terserang penyakit abses di berikan Penstreep 20 ml
(Antibiotik), Rhendexa 15 ml (Antinflamasi) diberikan secara intramuscular,
dan Clawpasta pada bagian luka yang sudah terbuka.

Gambar 3. Bagian ternak yang terserang penyakit abses


(dokumen pribadi, 2017)

5. Mastitis
Penyakit mastitis merupakan penyakit yang terjadi karena serangan
dari bakteri. Menurut Herlambang (2014), penyebab utama mastitis adalah
bakteri streptococcus agalactiae, streptococcus dysagalactae, streptococcus
uberis, stafilokokus aureus, dan kaliform. Pada umumnya pada saat di
lapangan penyakit mastitis yang di temukan penyebabnya karena pemerahan
yang tidak tuntas atau kurang bersih, lingkungan yang kurang baik dan kotor,
dan pemeliharaan yang kurang tepat yang mengakibatkan masuknya kuman
kedalam lubang puting.
Gejala klinis yang terlihat pada saat dilapangan biasanya ambing
membengkak, ambing kemerahan, pengentalan air susu, bila disentuh sakit,
suhu tubtuh meningkat, produksi susu menurun, dan bila diuji dengan uji
CMT maka susu akan mengental dan berwarna pekat. Penanganan yang
dilakukan oleh petugas ketika dilapangan pada penyakit mastitis ternak diberi
obat B-120 ml (Vitamin), Rheindexa (antiinflamasih) diberikan secara
intramuscular, Tereexine diberikan secara intramamae (antibiotik).
Pencegahan penyakit mastitis dengan cara Meminimalisir sumber
pencemaran dengan memperhatikan sanitasi kandang dan peralatan,
kebersihan sapi dan pemerah, serta tata laksana pemerahan, memisahkan
ternak yang sudah terkena mastitis kekandang yang lain, dan dengan
melakukan celup puting (antibiotik) setelah melakukan pemerahan.

Gambar 4. Air susu yang terkena mastitis (Dokumen


pribadi,2017)
6. Abortus
Abortus merupakan penyakit yang menyerang pada ternak yang
disebebkan oleh bakteri yang bisa menular pada ternak lainya. Menurut
Yulianto dan Saprinto (2010), penyakit ini di sebabkan oleh bakteri
brucellosis abortus. Penyakit ini kebanyakan menyerang pada sapi betina yang
sedang bunting, abrtus sering terjadi pada usia kandungan 5-6 bulan.
Gejala yang terlihat pada saat di lapangan pada umumnya ternak
mengalami abortus pada usia kebuntingan 5-6 bulan lebih, setelah dilakukan
abotus slalu di iringi dengan retensio plasenta, keluar lendir dari vagina,
ternak yang telah terkena bakteri tersebut jadi sulit untuk bunting kembali, dan
air susunya dipastikan mengandung kuman brucella. Penanganan yang
dilakukan oleh petugas saat dilapanagan adalah dengan mengeluarkan fetus
terlebih dahulu dan ternak diberikan obat Rheindexa 15 ml (Antiinflamasi), B-
1 20 ml (Vitamin), Dymetril 20 ml (Antihistamin).
Pencegahan pada penyakit abortus dapat dilakukan dengan pemberian
vaksin, untuk sapi perah vaksin dilakukan pada pada umur 3 atau 8 bulan, sisa
abortus harus dibakar seperti fetus dan plasenta, dan jangan sampai pedet dari
ternak lain meminum susu dari ternak yang abortus

Gambar 5. Fetus dari ternak yang terkena abortus


(dokumen pribadi, 2017)
7. Milk fever
Penyakit milk fever merupakan penyakit kekurangan kalsium yang
dialami oleh ternak. Menurut Susiloriani dkk (2011), Milk fever disebabkan
oleh kekurangan kalsium dalam darah. Penyakit milk fever yang ditemukan
pada saat dilapangan pada umumnya dialami oleh ternak yaang lebih dari 2
kali melahirkan. Gejala klinis yang terlihat pada saat dilapangan ternak
kehilangan nafsu makan, suhu tubuh menurun, ternak sulit berdiri, lemas,
bahkan sampai ambruk, dan leher membentuk huruf S.
Penangananan penyakit milk fever pada saat dilapangan yang
dilakukan oleh petugas ternak diberi Glukosa, Calsidex forte dengan cara intra
vena, B-1 20 ml (Vitamin), B-12 20 ml (Vitamin), setelah kondisi ternak
sudah mulai membaik maka ternak dibantu untuk berdiri bisa dengan sengatan
listrik atau disiram dengan air. Pencegahan penyakit milk fiver ketika bunting
ternak diberi tambahan mineral Ca.

Gambar 6. Ternak yang terserang milk fever


(dokumen pribadi, 2017)

8. Myasis
Adapun definisi myiasis adalah infestasi larva lalat (Diptera) ke dalam
jaringan hidup manusia atau hewan vertebrata lainnya dalam periode tertentu
dengan memakan jaringan inangnya termasuk cairan substansi tubuh
(Kementan,2014). Penyakit myasis yang ditangani kebanyakan terjadi akibat
luka karena benturan atau sayatan setelah berkelahi atau karna benturan dari
suatu benda yang menimbukan luka, dari luka tersebut dapat mengundang
lalat untuk menepatkan telurnya disekitar luka dan setelah menetas larva
tersebut akan menepati luka tersebut.
Gejala klinis yang umum terlihat pada saat dilapangan pada kasus
myasis ternak mengalami kenaikan suhu tubuh, menurunya berat badan,
kehilangan nafsu makan, gelisah, ketika sudah parah maka akan
memepengaruhi produksi dari ternak tersebut.
Penanganan yang dilakukan oleh petugas pada saat dilapangan dengan
membersihkan luka dan membuang semua larva yang terdapat pada luka dan
memberikan Penstrep (Antibiotik) pada luka dan Kalsium Permangat setelah
itu luka di perban dan untuk menghindari gangguan dari parasit lain dan
ternak di beri intermectin.
Pencegahan penyakit myasis dapat dilakuakan dengan mengendalikan
populasi lalat, pengendalian ini dapat dilakukan dengan memasang perangkat
atau membasminya, dan menjaga kebersihan kandang agar tidak terlalu
lembab, dan tidak membiarkan kotoran ternak menumpuk dilantai kandang
.

Gambar 7. Bagian tubuh ternak yang terserang penyakit


myasis (dokumen pribad, 2017)

9. Cacingan (helminthiasis)
Menurut Rahmat (2012), cacingan merupakan salah satu penyakit yang
terbilang sering menyerang sapi. Jensi cacing yang paling sering menyerang
sapi adalah cacing hati. Untuk bertahan hidup, cacing memerlukan kondisi
lingkungan yang basah dan lembab. Perkandangan sapi yang umumnya
lembab membuat cacing betah berada ditempat tersebuat. Penyakit yang
cukup sering menyerang sapi muda (pedet) ini biasanya terjadi pada musim
hujan. Cacing bisa masuk kedalam tubuh sapi melalui rumput atau pakan yang
terkontaminasi larva cacing. Sapi yang terkena cacingan biasanya mengalami
diare secara terus-menerus, kotoran yang dikeluarkaan juga lembek, bahkan
encer. Kadang-kadang keluarnya kotoran juga disertai dengan cacing. Nafsu
makan berkurang, sehingga bobot badan menjadi turun. Bulunya terlihat
kasar, kusam, kaku, dan berdiri.
Gejala klinis yang terlihat pada saat dilapangan pada ternak yang
terkena cacingan ternak kehilangan nafsu makan, berat badan menurun,
bahkan bila sudah parah ternak mengalami diare. Penanganan yang diberikan
pada ternak yang terkena cacingan oleh petugas diberi Fluconix 20 ml
(Antiparasit)
Pencegahan pada penyakit cacingan yaitu dengan cara menjaga
kebersihan kandang, jangan sampai kandang terlalu lembab, tidak
mengembalakan ternak terlalu sering, dan memberikan obat cacaing secara
rutin.

B. Kegiatan Reproduki

Kegiatan reproduksi yang dilakukan pada saat Praktek Kegiatan


Keterampilan ialah membantu petugas dalam menagani kasus reproduksi
seperti Distokia, Prolapsus Uteri, Tersio Uteri, Retensio Sekundinarium, dan
pelayanan kawin suntik atau inseminasi buatan.
Tabel 2. Kegiatan reproduksi selama PKK

No Nama Kasus/Kegiatan Jumlah

1. Distokia 19

2. Prolapsus Uteri 2

3. Torsio Uteri 1

4. Retensio Skundinarium 20

5. Inseminasi Buatan (IB) 14

1. Retensio secundinarum
Retensio secundinarium merupakan keadaan dimana plasenta tidak
keluar atau tertahan didalam tubuh selama lebih dari 12 jam. Menururt
Waluyo (2014), Apabila plasenta tersebut menetap lebih dari 6 jam sampai 12
jam, kondisi ini diaggap patologis dan terjadilah retensio secundinarum.
Penyebab dari retensio secundinarium adalah tidak telepasnya plasenta dengan
kotiledon.Gejala klinis pada retensio secundinarum yang umum terlihat pada
saat dilapangan adalah plasenta mengantung diluar.
Penanganan pada saat dilapangan pada kejadian rentensio
scundinarium oleh petugas dengan melepasakan plasenta secara manual, untuk
melepaskan plasenta petugas harus mengelupas kotiledon satu persatu dalam
proses penanganan ini harus dilakukan secara hati-hati karna bisa
menimbulkan pendarahan setelah mengeluarkan plasenta yang tertahan,
setelah itu ternak diberi obat Gantatrim 7-15 (Antibiotik) di berikan secara
oral, Heksaplex 20 ml (Vitamin), Novaldon 20 ml (Analgesik dan
Antiperetik).
Pencegahan rentensio scundinarium dapat dilakukan dengan
memberikan Vitamin A, pemberian hormon Oxytosin sebelum partus, dan
menjaga pemberian pola pakan ternak agar seimbang.
Gambar 1.Retensio secundinae (dokumen pribadi, 2017)

2. Prolapsus Uteri

Proplasus uteri adalah dimana kedaan keluarnya uterus dari dalam


tubuh setelah melahirkan. Menurut Kendikbut (2013), prolapsus uteri adalah
penyembulan mukosa uterus dari badan melalui vagina, yang terjadi baik total
maupun sebagian. Penyebab dari proplasus uteri bisa terjadi karena terlalu
kuatnya ternak merejan ketika melahirkan atau keadaan kandang yang terlalu
miring. Pada umumnya kasus ini terjadi pada ternak yang terlalu sering
dikandangkan dan jarang digembalakan.

Gejala klinis yang terlihat pada saat dilapangan pada kasus ini
keluarnya uterus dari badan, ternak gelisah, dan tidak tenang. Penangan yang
dilakukan oleh petugas pada saat dilapangan dengan mengembalikan uterus
kedalam badan dan dalam posisi semula, dalam penanganan ini uterus harus
seteril dalam proses pengembalian uterus terus di siram dengan air yang sudah
yang sudah dicampur antibiotik, setelah pengembalian uterus kedalam tubuh
keposisi normal untuk menghindari uterus keluar kembali maka vulva dijahit
selama seminggu, dalam penanganan kasusu ini ternak diberikan obat
Lidocain 20 ml (Anastesi), Penstrep 20 ml (Antibiotik), Modivitason 20 ml
(Vitamin).

Pencegahan prolapsus uteri dapat dilakukan dengan cara tidak


membuat kandang yang terlalu miring, ternak tidak terlalu dikandangkan,
pemberian pakan yang benar dan seimbang, dan usahakan dalam membuat
tempat pakan jangan terlalu tinggi.

Gambar. Prolapsus Uteri. (dokumen pribadi,2017)

3. Distokia
Menururt Waluyo (2014), distokia merupakan keadaan dimana ternak
mengalami kesulitan dalam proses melahirkan dan harus mendapat bantuan
dari manusia. Kejadian distokia pada sapi diperkirakan 3.3%. kejadian
tersebut lebih banyak pada sapi perah dari pada sapi potong, dan lebih sering
bangsa FH dan hereford. Kejadia distokia ini sering terjadi pada ternak yang
terlalu sering dikandangkan dan jarang digembalakan.
Distokia yang ditemukan pada saat dilapangan pada umumnya terjadi
karena ukuran fetus yang terlalu besar, dan posisi ternak yang abnormal,
kebanyakan pada kasus ini ditemukan pada ternak dara atau pertama kali
bunting, dan faktor keturunan karena penyilangan dua jenis sapi.
Penaganan yang dilakukan pada distokia ketika dilapnagan oleh
petugas adalah dengan cara membantu pengeluaran fetus dengan
membenarkan posisi fetus ketiaka posisi abnormal, kemudian mengikat kedua
kaki dan menariknya, setelah proses penaganan kasus distokia selesai ternak
diberi obat Penstrep 20 ml (Antibiotik), B-1 20 ml (Vitamin), B-12 20 ml
(Vitamin), Rhendexsa 15 ml (antiinflamasi).
Gejala klinis yang terlihat pada saat dilapangan ternak merejan
beberapa saat tapi tidak ada kemunculan fetus, ketuban tidak kunjung keluar,
ternak tidak tenang, kebanyakan pada saat dilapangan kaki fetus sudah keluar
namun terhenti sampai disitu.
Pencegahan distokia dapat dilakukan dengan tidak mengawinkan
ternak dengan jenis yang berbeda, menjaga pemberian pakan agar ternak tidak
terlalu gemuk, menghindari tata letak dan pembuatan kandang yang terhindar
dari cahaya matahari.

Gambar 3. Penanganan distokia. (dokumen


pribadi, 2017)

4. Tersio uteri

Tersio uteri merupakan keadaan yang dialami oleh ternak yang sedang
bunting yaitu melitirnya uterus kejadian ini bisa terjadi karena lemahnya
pengantung ligment. Menurut Kementan (2014), merupakan perputaran pada
porosnya, biasanya disebabkan oleh gerakan sapi yang mendadak saat
berbaring atau berdiri, kekurangan cairan fetus, terjatuh dan selalu
dikandangkan, tonus (kekuatan rahim) menurun, gerakan fetus yang
berlebihan dan karena struktur anatomi (sebagai faktor pendukung).

Pada saat dilapangan tersio uteri yang ditemukan memiliki gejala


klinis seperti ternak merejan namun tidak kunjung keluar fetus, ternak tidak
tenang, melebihi waktu normal kebuntingan, dan baru di sadari bahwa adanya
tersio uteri ketika di palpasi rectal akan terasa adanya lilitan.

Penanganan yang dilakukan oleh petugas pada saat dilapangan


adalah dengan cara mengembalikan posisi kebentuk semula secara manual,
kemudian membantu dengan cara pengeluaran fetus, kemudian ternak
diberikan obat B-1 20 ml (Vitamin), B-12 (Vitamin), Penstrep 20 ml
(Antibiotik).

Pencegahan tersio uteri yang dapat dilakukan dengan cara tidak


membiarkan kandang licin ketika ternak bunting, pemberian pakan yang
seimbang agar ternak tidak terlalu gemuk, dan memisahkan ternak yang
bunting kekandang yang lain.

5. IB (Inseminasi buatan)
Inseminasi buatan adalah proses pemasukan seperma pejantan kedalam
saluran reproduksi betina yang dilakukan oleh manusia menggunakan alat
yang disebut IB gun. Dalam istilah ilmiah Inseminasi Buatan disebut Artificial
Insemination (AI) Semen adalah mani yang berasal dari ternak pejantan
unggul yang dipergunakan untuk kawin suntik atau inseminasi buatan (Ilmu
ternak,2017). Seperma yang digunakan adalah seperma dari ternak jantan yang
sudah atau penjantan unggul.

Inseminasi buatan memiliki beberapa tujuan seperti meningkatkan


mutu ternak tersebut, meningkatkan dan mempercepat populasi, menghemat
biaya, mengurangi penggunaan pejantan, mencegah penularan penyakit
kelamin.

C. Kegiatan Kesmavet

Kegiatan kesmavet yang dilakukan selama PKK (Praktik Kerja


Keterampilan) yang dilakukan ialah membantu petugas dalam uji CMT
(California Mastitis Test) kegiatan yang dilaksanakan di Desa Dadapan Etan,
dalam kegiatan ini petugas mendatangi kandang setiap peternak dan meminta
sampel air susu sebanyak 3 ml perputing untuk di uji, setelah mendapatkan
sampel susu sampel tersebut dipindahkan kepedle setelah itu di campurkan
dengan ciran indikator dengan perbandingan 1:1 dan ketika hasil dari sempel
tersebut terindikasi gejala mastitis subklinis maka ternak tersebut akan didata.

Gejala subklinis yang terlihat pada ternak yang terindikasi mastitis


subklinis pada umumnya sampel susu lebih kental, sampel susu yang sudah
dicampurkan dengan cairan indikator warnanya lebih terang, dan ketika pedle
digoyang-goyang maka pergerakannya lambat.

Gambar 1. Uji CMT (dokumen pribadi, 2017)

D. Kegiatan Sosial Masyarakat

Kegiatan Sosial Masyarakat yang dilakukan pada saat PKK (Praktik


Kerja Keterampilan) ialah kegiatan yang dilakukan oleh siswa bersama
dengan masyarakat sekitar warga Dadapan Kulon dalam bergotong royong
membersihkan jalan dari timbunan tanah longsor dan
Gambar.10 Gotong royong membersihkan
jalan dari tanah longsor. (dokumen pribadi, 2017)

mengikuti kegiatan tahlilan yang rutin diselenggarakan tiap minggu oleh


masyarakat setempat.

Gambar.11 Tahlilan rutin bersama warga desa Dadapan


Kulon. (dokumen pribadi, 2017)
BAB III

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA

Setelah melakukan kegiatan PKK paramedik veteriner penulis berencana


melakukan usaha paramedik veteriner di kecamatan Babulu dengan populasi
ternak sapi potong 1.977, kerbau 58, kambing 1.576 (BPS Kab. PPU,2015).

3.1 Input

Tabel 1.Investasi

No Uraian NB UE NS

1 Sepeda Motor Rp.11.000.000,00 10 Rp. 1.100.000,00


2 Helm Rp.250.000,00 5 0
3 Sepatu Boot Rp.90.000,00 5 0
4 Werpack Rp.110.000,00 1 0
5 Tas Obat Rp.60.000,00 2 0
6 Stetoskop Rp.150.000,00 2 0
7 Thermometer Rp.30.000,00 1 0
8 Pita Ukur Rp.10.000,00 1 0
9 Pinset Rp.20.000,00 2 0
10 Gunting Rp.20.000,00 1 0
Total 11.735.000,00 Rp.1.100.000,00

Penyusutan :

. . ,
1. Sepeda Motor : = Rp 1.100.000,00

. ,
2. Helm ∶ = Rp 25.000,00

. ,
3. Sepatu Boot ∶ = Rp 18.000,00
. ,
4. Werpack ∶ = Rp 110.000,00

. ,
5. Tas Obat : = Rp 30.000,00

. ,
6. Stetoskop : =Rp 75.000,00

. ,
7. Thermometer ∶ = Rp 30.000,00

. ,
8. Pita Ukur ∶ = Rp 10.000,00

. ,
9. Pinset ∶ = Rp 10.000,00

. ,
10. Gunting ∶ = Rp 20.000,00

Total penyusutan = Rp. 1.428.000

Total input tetap = Rp. 1.428.000


Tabel 2. Input variabel

No Bahan Kemasan Harga (Rp) Jumlah Total (Rp)


1. Bensin Liter Rp. 8.000,00 400 Rp. 3.200.000,00
2. Spuit 10 ml Box Rp. 280.000,00 2 Rp. 560.000,00
3. Needle 18 G Box Rp. 50.000,00 1 Rp. 50.000,00
4. Kapas 1 kg Bal Rp.80.000,00 2 Rp. 160.000,00
5. Glukosa 5% Buah Rp. 15.000,00 10 Rp. 150.000,00
6. Alkohol 70% Liter Rp. 80.000,00 2 Rp. 160.000,00
7. Glove 2 jari Box Rp. 50.000,00 1 Rp. 50.000,00
8. Gusanex Spray Rp. 150.000,00 1` Rp. 150.000,00
9. Verm-O Kaplet Rp. 9.000,00 30 Rp. 270.000,00
10 Ivomec 50 ml Vial Rp. 420.000,00 1 Rp. 420.000,00
11 Sulpidon Vial Rp. 50.000,00 20 Rp. 1.000.000,00
12 VET-OXY LA Vial Rp. 95.000,00 20 Rp. 1.900.000,00
13 Penstrep-400 Vial Rp.125.000,00 10 Rp. 1.250.000.00
14 BIOSAN TP Vial Rp. 143.000,00 10 Rp. 1.430.000,00
15 BIODIN Vial Rp. 64.000,00 10 Rp. 640.000,00
16 Vitol-140 Vial Rp.125.000,00 20 Rp. 250.000,00
17 B – Plex Vial Rp. 30.000,00 20 Rp. 600.000,00
Jumlah Rp. 12.243.000,00

Total input variabel = Rp. 12.243.000,00

Total input = Total input tetap + Input variabel

= Rp. 1.428.000 + Rp. 12.243.000,00

= Rp. 13.671.000,00

3.2 Output

Jumlah penanganan penyakit = 500 kasus

Biaya rata -rata = Rp. 70.000,00

Total oatput = jumlah penanganan penyakit x biaya rata-rata


= 500 x Rp. 70.000,00

= Rp. 35.000.000,00

3.3 Analisa Usaha


a. Pendapatan Paramedik (PP) = Total output – total input
= Rp. 35.000.000,00 - Rp. 13.671.000,00
= Rp. 21.329.000,00

b. B/C =

. .
=
. .
= 2,5

c. Return of Investment (ROI) = PendapatanParamedik (PP) : Total input


= Rp. 21.329.000,00 : Rp. 13.671.000,00
= 1,5

d. Break Event Point (BEP)

BEP / Rp =
( ∶ )
1.428.000,00
=
(12.243.000,00 ∶ 13.671.000,00)
. . ,
=
,
. . ,
=
,
= Rp. 7.140.000,00

( )
BEP / kasus =
/
. . . ,
= . . ,

= 102 kasus/tahun
BAB IV

PEMBAHASAN
Setelah melaksanakan kegiatan PKK (Praktik Kerja Keterampilan) penulis
mendapatkan banyak pengalaman dalam pelayanan kesehatan hewan, kegiatan
reproduksi, kegiatan kesmavet, dan lebih dapat bersosialisasi dengan lingkungan
yang baru. Setelah melaksanakan kegiatan PKK yang ingin penulis bahas seperti
beberapa hal berikut.

4.1 Penyebab Penyakit


Setelah melaksanakan kegiatan keterampilan yang berhubungan dengan
pelayanan kesehatan hewan dengan membantu petugas dalam menangani
kasus-kasus yang ada dilapanagan sebagian besar ternak terserang penyakit
karena faktor makanan, pemberian pakan yang asal-asalan yang diberikan
oleh peternak kepada ternak yang dapat menimbulkan ternak tersebut terkena
penyakit.
Pada umumnya peternak menggunakan limbah pertanian sebagai pakan
ternak karena sebagaian peternak berpendapat bahwa limbah pertanian seperti
daun wortel, daun tomat, dan daun sawi dapat dimanfaatkan sebagai pakan
ternak. Padahal didalam sisa-sisa limbah pertanian tersebut terkadang masih
banyak mengandung bahan pestisida yang sangat berbahaya bagi ternak yang
dapat menimbulkan penyakit pada ternak bahkan kematian. Tidak hanya
pemberian pakan yang sembarangaan pemberian pakan yang tidak menetap
dapat juga menjadi faktor sakitnya ternak yang dapat menganggu saluran
pencernaan pada ternak.
Pengelolaan kandang yang kurang tepat dapat menjadi faktor sakitnya
ternak, banyak kandang ternak yang penulis jumpai masih tak layak
digunakan masih banyak kandang yang menggunakan alas bambu dan kayu
yang dapat membuat ternak terpeleset dan ambruk, keadaan seperti ini dapat
membahayakan ternak yang sedang bunting karna dapat menyebabkan
abortus, dan juga gangguan pada ligment yang dapat menyebabkan tersio
uteri. Kebersihan kandang juga masih kurang diperhatikan oleh peternak yang
dapat menjadi sumber dari bakteri, kuman, dan virus. biasanya peternak
mengumpulkan kotoran ternak di satu tempat yang masih berdekatan dengan
kandang ternak bahkan membuang limbah pternak kealiran sungai atau parit
kecil yang ada disekitar lingkungan yang dapat menimbulkan datangnya
penyakit untuk ternak bahkan manusia itu sendiri, dari keadaan seperti ini
penyakit yang timbul biasanya ketika terdapat luka pada ternak akan
dihinggapi lalat yang biasa hidup pada kotoran dari ternak tersebut yang
menyebabkan penyakit myasis.

4.2 Pencegahan Penyakit

Dalam kegiatan keterampilan yang setelah penulis ikuti bersama dengan


petugas tidak hanya membantu dalam pelayanan kesehatan dan sebagainya
namum juga ikut membantu petugas dalam penyuluhan pencegahan penyakit
seperti penyakit mastitis petugas menghimbau kepada peternak untuk
menggunakan celup puting (antibiotik) setelah melakukan pemerahan untuk
menghindari terjangkitnya penyakit tersebut.

Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan meningkatkan pengelolaan


kandang dan pemeliharaan ternak seperti menjaga kebersihan kandang dan
sekitarnya, memperhatikan kenyamanan dan keamanan ternak,
memperhatikan pemberian pakan dan pola pakan yang diberikan kepada
ternak, menghindari pemberiab pakan yang asal-asalan yang bersal dari
limbah pertanian dan sebagainya yang dapat mempengaruhi kesehatan ternak.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan

Setelah melaksanakan kegiatan PKK (Praktik Kegiatan Keterampilan)


Paramedik Veteriner dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan ini merupakan
kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan keahlian dibidang kesehatan
hewan dan agar dapat bersosialisasi dengan masyarakat ketika terjun langsung
dilapangan bagi siswa yang melaksanakan kegiatan tersebut.

Selama kegiatan banyak yang dapat diambil dari bagai mana petugas
dalam menangani permasalahan kesehatan pada ternak , penyulahan kepada
masyarakat tentang penyakit dan cara pencegahanya bahkan sistem pengelolahan
kandang yang dapat kita ambil untuk kedepanya

5.2 Saran

Untuk kegiatan PKK yang akan datang sebaiknya lebih ditekankan


kegiatan pembekalan sebelum melaksanakan kegiatan agar nantinya kegiatan akan
berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Fikar, S. dan D. Ali. 2012. Petunjuk Praktis Penggemukan Sapi. Jakarta: PT Agro
Media Pustaka

Yulianto, P. dan C. Suprianto. 2011. Pembesaran Sapi Potong Secara Intensif.


Jakarta: Penebar Swadaya

Susiloriani, T.K., M.E. Sawitri dan Muharlien. 2011. Budi Daya 22 Ternak
Potensial. Jakarta: Penebar Swadaya

Herlambang, B. 2014. Jadi Jutawan dari Beternak Sapi Potong dan Sapi Perah.
Jakarta Selatan: FlashBooks

Kendikbud RI (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Repuplik Indonesia).


2013. Dsasar Dasar Kesehatan Ternak. Jakarta: Kendikbud RI

Kementan (Kementrian Pertanian). 2014. Manual Penyakit Hewan Mamalia.


Jakarta: Kementrian Pertanian

Rahmat. dan B. Harianto. 2012. 3 jurus sukses menggemukan sapi potong.


Jakarta: AgroMedia Pustaka

Waluyo, S.T. 2014. Reproduksi Aplikatif Pada Sapi. Bandung: PT SEWU


(Srikandi Empat Widya Utama)

Ilmu Ternak. 2017. Tujuan dan Keuntungan InseminasI Buatan Pada Ternak.
http://www.ilmuternak.com. (6 april 2017).

BPS Penajam Paser Utara (Badan Pusat Statistik Penajam Paser


Utara).2015.Penajam Paser Utara Dalam Angka.Penajam: BPS Penajam
Paser Utara.

Anda mungkin juga menyukai