Anda di halaman 1dari 21

Disusun Oleh: Iwang Gumilar

FGD PPKT-ALOR
2014
 Terdapat dua jenis pengertian kelembagaan yaitu
kelembagaan sebagai aturan main dan kelembagaan
sebagai organisasi. Sebagai aturan main kelembagaan
merupakan perangkat aturan yang membatasi aktivitas
anggota dan pengurus dalam mencapai tujuan organisasi.
Kelembagaan dalam arti organisasi biasanya
menggambarkan aktivitas yang dikoordinasikan atas dasar
melalui mekanisme admistrasi atau komando.

 Kelembagaan “pertanian” adalah norma atau kebiasaan


yang terstruktur dan terpola serta dipraktekkan terus
menerus untuk memenuhi kebutuhan anggota masyarakat
yang terkait erat dengan penghidupan dari bidang
pertanian di pedesaan.
 Pengembangan kapasitas petani-nelayan dan
kelembagaan kelompok petani-nelayan diperlukan
dalam upaya meningkatkan daya saing petani-
nelayan dalam pengembangan sistem agribisnis di
Indonesia.
 Upaya ini semakin diperlukan dalam menghadapi
era globalisasi dan perdagangan bebas. Kapasitas
petani-nelayan dapat meningkat sejalan dengan
partisipasi mereka dalam kelembagaan petani-
nelayan.
 Kapasitas petani-nelayan dan partisipasi mereka
dalam kelembagaan petani-nelayan akan
mendorong kapasitas kelembagaan menjadi lebih
efektif.
 Dalam kehidupan komunitas petani-nelayan, posisi dan fungsi
kelembagaan petani-nelayan merupakan bagian pranata sosial
yang MEMFASILITASI interaksi sosial atau social interplay dalam
suatu komunitas.
 Kelembagaan pertanian juga memiliki titik strategis (entry
point) dalam MENGGERAKKAN sistem agribisnis di pedesaan.
Untuk itu segala sumberdaya yang ada di pedesaan perlu
diarahkan /diprioritaskan dalam rangka peningkatan
profesionalisme dan posisi tawar petani-nelayan (kelompok
tani-nelayan). Saat ini potret petani-nelayan dan
kelembagaannya di Indonesia diakui masih belum sebagaimana
yang diharapkan.
 Prinsip otonomi (spesifik lokal)
 Prinsip pemberdayaan
 Prinsip kemandirian lokal
KELEMBAGAN
PETANI-
KELOMPOK
NELAYAN
 Masih minimnya wawasan dan pengetahuan petani-nelayan terhadap
masalah manajemen produksi maupun jaringan pemasaran.
 Belum terlibatnya secara utuh petani-nelayan dalam kegiatan
agribisnis. Aktivitas petani-nelayan masih terfokus pada kegiatan
produksi (on farm)/tangkap.
 Peran dan fungsi kelembagaan petani-nelayan sebagai wadah
organisasi petani belum berjalan secara optimal.
 Problem mendasar bagi mayoritas petani-nelayan Indonesia adalah
ketidakberdayaan dalam melakukan negosiasi harga hasil produksinya.
 Petani-nelayan umumnya kurang mendapatkan/memiliki akses pasar,
informasi pasar dan permodalan yang kurang memadai.
 Petani-nelayan terjebak sistem tengkulak
 Peningkatan produktivitas
pertanian tidak lagi menjadi
jaminan akan memberikan
keuntungan layak bagi petani-
nelayan karena tidak adanya
kesetaraan pendapatan antara
petani-nelayan yang bergerak di
sub sistem on farm dengan pelaku
agribisnis di sub sektor hulu dan
hilir.
 Petani-nelayan berjalan sendiri-
sendiri, tidak menghimpun
kekuatan dalam suatu lembaga
yang betul-betul mampu
menyalurkan aspirasi mereka.
 Oleh karena itu perlu ada upaya
membangun kelembagaan.
Lembaga ini hanya dapat berperan
optimal apabila penumbuhan dan
pengembangannya dikendalikan
sepenuhnya oleh petani-nelayan
sehingga mereka harus menjadi
subjek dalam proses tersebut.
 Mengembangkan kapasitas kelembagaan kelompok
petani-nelayan adalah wujud nyata dari tugas
kelembagaan penyuluhan pertanian pemerintah di
tingkat provinsi, sesuai Pasal 11 ayat (1) huruf c
Undang-undang Sistem Penyuluhan, yaitu:
"memfasilitasi pengembangan kelembagaan dan
forum masyarakat bagi pelaku utama dan pelaku
usaha untuk mengembangkan usahanya dan
memberikan umpan balik kepada pemerintah daerah"
dan tugas kelembagaan penyuluhan pertanian
pemerintah tingkat kabupaten, sesuai Pasal 13 ayat
(1) huruf e, yaitu: "menumbuhkembangkan dan
memfasilitasi kelembagaan dan forum kegiatan bagi
pelaku utama dan pelaku usaha".
 Peranan penyuluh pertanian sebagai
fasilitator, motivator dan pendukung gerak
usaha petani-nelayan merupakan titik sentral
dalam memberikan penyuluhan kepada petani,
berkaitan dengan pengelolaan usahatani yang
berkesinambungan dan ramah lingkungan.
Kesalahan dalam memberikan penyuluhan
kepada petani nantinya akan menimbulkan
dampak negatif yang dapat membahayakan
lingkungan
 Tujuan prinsip: perubahan
perilaku berusaha (budidaya,
tangkap, olah, distribusi
hasil) yg lebih baik (better
business)
 Tujuan kerja: produktivitas
kerja dan berusaha lebih
baik (better working)
 Tujuan pokok: peningkatan
pendapatan keluarga lebih
baik (better income)
 Tujuan akhir: peningkatan
kesejahteraan keluarga lebih
baik (better living)
 Sebagai media untuk
mempercepat proses
penyampaian dan
pemanfaatan inovasi bagi
masyarakat yg
membutuhkan
 Sebagai media
pemerataan kesempatan
belajar bagi masyarakat yg
tdk menikmati pendidikan
formal
KOGNISI

AFEKSI

PSIKOMOTOR
 Meningkatkan kompetensi penyuluh dalam
memfasilitasi petani-nelayan, meliputi:
penguasaan materi, kemampuan berkomunikasi,
sikap terhadap sasaran serta adanya komitmen
terhadap profesi.
 Penggunaan pendekatan penyuluhan yang tepat
sesuai dengan karakteristik khalayak sasaran,
meliputi: kesesuaian informasi, ketepatan
metode, penggunaan berbagai teknik penyuluhan
dan penggunaan media dalam penyuluhan.
 Penguatan kelembagaan penyuluhan pertanian,
meliputi: ketersediaan programnya penyuluhan,
kemudahan akses, dukungan fasilitas yang
diperlukan, dan pelaksanaan program.
PEWILAYAHAN
KOMODITAS

 Konsolidasi petani-nelayan dalam satu wadah untuk


menyatukan gerak ekonomi dalam setiap rantai
pertanian, dari pra produksi sampai pemasaran.
 Kolektifikasi produksi, yaitu perencanaan produksi
secara kolektif untuk menentukan pola, jenis,
kuantitas dan siklus produksi secara kolektif. Hal ini
perlu dilakukan agar dapat dicapai efisiensi produksi
dengan skala produksi yang besar dari banyak
produsen. Efisiensi dapat dicapai karena dengan skala
yang lebih besar dan terkoordinasi dapat dilakukan
penghematan biaya dalam pemenuhan faktor produksi.
INCREASING IN PRODUCTION:
1) QUALITY, DIVERSIFICATION
IN MARKET, DIVERSIFICATION
IN PRODUCT, COOPERATION,
LIMITED EDITION, SEASONAL

 Kolektifikasi dalam pemasaran produk pertanian. Hal ini dilakukan untuk


mencapai efisiensi biaya pemasaran dengan skala kuantitas yang besar,
dan menaikkan posisi tawar produsen dalam perdagangan produk
pertanian. Kolektifikasi pemasaran dilakukan untuk mengkikis jaring-
jaring tengkulak yang dalam menekan posisi tawar petani dalam
penentuan harga secara individual. Upaya kolektifikasi tersebut tidak
berarti menghapus peran dan posisi pedagang distributor dalam rantai
pemasaran, namun tujuan utamanya adalah merubah pola relasi yang
merugikan petani produsen dan membuat pola distribusi lebih efisien
dengan pemangkasan rantai tata niaga yang tidak menguntungkan.
 Mengenalkan dan
mengembangkan koperasi di
lingkungan masyarakat
 Dukungan permodalan bagi petani
–nelayan dengan prosedur yg
ringkas dan mudah
 Dukungan pembinaan dari
pemerintah terhadap petani dan
kelembagaannya
 Dukungan fasilitas untuk
pengembangan usaha petani-
nelayan
MAPPING PERENCANAAN SARANA
POTENSI PRASARANA
DAN
PERMASAL
AHAN

RENCANA MAPPING
TINDAK KELOMPOK NEED
LANJUT NELAYAN ASSESSMENT

REA
SEA
IA

KEGIATAN
EMPOWERI USAHA
MONEV NG

KEMITRAA ONFARM OF FARM


N USAHA
1. MAPPING POTENSI DAN PERMASALAHAN
Masing-masing ketua kelompok menyampaikan potensi
usaha nelayan/pembudidaya ikan, permasalahan yg
dihadapi dan solusi selama ini yg biasa dilakukan. (REA,
SEA, IA)
Menetapkan komoditas unggulan dan lokasi unggulan di
alor (CCA)
Sarana prasarana yang dibutuhkan
Diskusi solusi alternatif dan arah pengembangannya
2. MAPPING KELOMPOK NELAYAN
Advokasi pembentukan kelompok-kelompok usaha
3. EMPOWERING
Pelatihan teknis usaha (budidaya, pengolahan, packing
dan packeging, grading, standardizing, labeling)
Pelatihan business plan
Pelatihan permodalan dan manajemen keuangan
4. MEMBENTUK KEMITRAAN USAHA
5. MONITORING DAN EVALUASI
6. RENCANA TINDAK LANJUT

Anda mungkin juga menyukai