Anda di halaman 1dari 39

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis
dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini merupakan sektor
yang tidak mendapatkan perhatian secara serius dari pemerintah dalam
pembangunan bangsa. Perjalanan pembangunan pertanian Indonesia hingga saat
ini masih belum dapat menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat dari tingkat
kesejahteraan petani dan kontribusinya pada pendapatan nasional. Pembangunan
pertanian di Indonesia dianggap penting dari keseluruhan pembangunan nasional.
Ada beberapa hal yang mendasari mengapa pembangunan pertanian di Indonesia
mempunyai peranan penting, antara lain: potensi Sumber Daya Alam yang besar
dan beragam terhadap pendapatan nasional yang cukup besar, besarnya pangsa
terhadap ekspor nasional, besarnya penduduk Indonesia yang menggantungkan
hidupnya pada sektor ini, perannya dalam penyediaan pangan masyarakat dan
menjadi basis pertumbuhan di pedesaan. Potensi pertanian Indonesia yang besar
namun pada kenyataannya sampai saat ini sebagian besar dari petani kita masih
banyak yang termasuk golongan miskin. Hal ini mengindikasikan bahwa
pemerintah pada masa lalu bukan saja kurang memberdayakan petani tetapi juga
terhadap sektor pertanian keseluruhan.
Pembangunan pertanian pada masa lalu mempunyai beberapa kelemahan,
yakni hanya terfokus pada usaha tani, lemahnya dukungan kebijakan makro, serta
pendekatannya yang sentralistik. Akibatnya usaha pertanian di Indonesia sampai
saat ini masih banyak didominasi oleh usaha dengan skala kecil, modal yang
terbatas, penggunaan teknologi yang masih sederhana, sangat dipengaruhi oleh
musim, wilayah pasarnya lokal, (umumnya berusaha dengan tenaga kerja keluarga
sehingga menyebabkan terjadinya involusi pertanian (pengangguran tersembunyi),
teknologi dan pasar sangat rendah.
Pembangunan pertanian di masa yang akan datang tidak hanya dihadapkan
untuk memecahkan masalah-masalah yang ada, namun juga dihadapkan pula pada
tantangan untuk menghadapi perubahan tatanan politik di Indonesia yang
mengarah pada era demokratisasi yakni tuntutan otonomi daerah dan

1
pemberdayaan petani. Disamping itu, dihadapkan pula pada tantangan untuk
mengantisipasi perubahan tatanan dunia yang mengarah pada globalisasi dunia.
Oleh karena itu, pembangunan pertanian di Indonesia tidak saja dituntut untuk
menghasilkan produk-produk pertanian yang berdaya saing tinggi namun juga
mampu mengembangkan pertumbuhan daerah serta pemberdayaan masyarakat.
Ketiga tantangan tersebut menjadi sebuah kerja keras bagi kita semua apabila
menginginkan pertanian kita dapat menjadi pendorong peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan dapat menjadi motor penggerak pembangunan bangsa.
Dalam Undang- Undang Republik Indonesia 16 Tahun 2006 menjelaskan
bahwa Penyuluhan pertanian, perikanan, kehutanan yang selanjutnya disebut
penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha
agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam
mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya,
sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan
kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi
lingkungan hidup.
Berdasarkan defenisi diatas, maka penyuluhan pertanian mempunyai dua
tujuan yang akan dicapai yaitu : tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.
Tujuan jangka pendek adalah menumbuhkan perubahan-perubahan yang lebih
terarah pada usaha tani yang meliputi: perubahan pengetahuan, kecakapan, sikap
dan tindakan petani keluarganya melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan
dan sikap. Dengan berubahnya perilaku petani dan keluarganya, diharapkan dapat
mengelola usahataninya dengan produktif, efektif dan efisien. Tujuan jangka
panjang yaitu meningkatkan taraf hidup dan meningkatkan kesejahteraan petani
yang diarahkan pada terwujudnya perbaikan teknis bertani, perbaikan usahatani,
dan perbaikan kehidupan petani dan masyarakatnya.
Dari pengalaman pembangunan pertanian yang telah dilaksanakan di
Indonesia selama tiga-dasawarsa terakhir, menunjukkan bahwa, untuk mencapai
ketiga bentuk perbaikan yang disebutkan di atas masih memerlukan perbaikan-
perbaikan lain yang menyangkut. Untuk itu perlunya di lakukan evaluasi
penyuluhan pertanian agar kita dapat mengetahui bagaimana pengaruhnya

2
terhadap petani atas kegiatan-kegiatan penyuluhan pertanian yang telah di lakukan
serta agar kita dapat mengukur seberapa besar keberhasilan kegiatan yang telah di
lakukan. Evaluasi pada dasarnya adalah mengukur dan menilai perubahan-
perubahan tingkah laku yang terjadi. Dengan mengetahui hasil penilaian atau
evaluasi, maka pihak yang dievaluasi misalnya kelompok dan anggotanya dapat
mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Kelompok dan anggota kelompok
tersebut akan mengetahui bahwa model tingkah laku yang diinginkan itu telah
meningkat baik setahap atau dua tahap.
Dalam penyuluhan pertanian, evaluasi bertujuan untuk memperoleh informasi
yang relevan tentang sejauh mana tujuan program penyuluhan pertanian di suatu
wilayah dapat dicapai dan menafsirkan informasi atau data yang didapat sehingga
dapat ditarik sebuah kesimpulan yang kemudian digunakan untuk mengambil
keputusan dan pertimbangan – pertimbangan terhadap program penyuluhan yang
dilakukan.
Berhubung dengan itu maka saya akan membahas untuk membuat laporan
evaluasi tentang Pupuk Organik Cair (POC) Hatake. Di mana POC adalah sebuah
pupuk oraganik yang terbuat dari bahan-bahan organik dengan melalui fermentasi
atau pengomposan. Dan dalam POC Hatake ini sendiri memiliki bahan
diantaranya kotoran ayam, kotoran sapi, limbah sayuran hijau dan jerami, pupuk
organik cair yang didapatkan dengan mengunakan bahan baku ini cocok
diaplikasikan sebagai perangsang pertumbuhan tunas dan daun, karena kaya akan
unsur nitrogen.dan untuk pertumbuhan buah karena banyak mengandung kalium
dan fosfor.

1.2 Tujuan
Tujuan evaluasi yang dilaksanakan yaitu untuk mengetahui sejauh mana
tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap petani tentang Pupuk Organik Cair
(POC) Hatake dari bahan kotoran ayam, kotoran sapi, limbah sayuran hijau dan
jerami serta memperbaiki program sehingga mampu meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap dari petani/sasaran.

3
1.3 Manfaat
Manfaat melaksanakan evaluasi ini adalah, untuk menentukan tingkat
peubahan perilaku petani setelah penyuluhan dilaksanakan dan dievaluasi,
kemudian perbaikan program penyuluhan tentang Pupuk Organik Cair (POC)
Hatake dari bahan kotoran ayam, kotoran sapi, limbah sayuran hijau dan jerami.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Evaluasi
Evaluasi adalah suatu tindakan untuk menilai (to decide the value of)
sesuatu keadaan, peristiwa, atau kegiatan tertentu yang sedang diamati (Hornby
dan Parnwell, 1972 dalam Mardikanto dan Sutarni, 2008).
Evaluasi merupakan upaya penilaian atas hasil suatu kegiatan melalui
pengumpulan dan penganalisaan informasi/data secara sistematis serta mengikuti
prosedur tertentu yang secara ilmu diakui kebenarannya. Evaluasi bisa dilakukan
terhadap perencanaan, pelaksanaan maupun pada hasil serta dampak suatu
kegiatan. Evaluasi pembinaan kelompok tani perlu dilaksanakan secara teratur,
baik awal, evaluasi proses, evaluasi akhir maupun evaluasi dampak (DEPTAN,
2007).
Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang penting bila dilihat dari segi
manfaat sebagai upaya memperbaiki dan penyempurnaan program atau kegiatan
penyuluhan pertanian sehingga lebih efektif, efisien dan dapat mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Evaluasi penyuluhan pertanian dapat digunakan untuk
memperbaiki perencanaan kegiatan atau program penyuluhan dan kinerja
penyuluh, mempertanggungjawabkan kegiatan yang dilaksanakan,
membandingkan antara kegiatan dan tujuan yang telah ditetapkan (Erwin, 2012)
Evaluasi merupakan suatu proses untuk melakukan pengamatan atau
pengumpulan fakta dan menggunakan beberapa standar atau kriteria pengamatan
tertentu.

2.2 Tujuan Evaluasi


Tujuan evaluasi adalah memperbaiki program/kegiatan yang sedang
berjalan maupun umpan balik untuk perbaikan program yang akan datang dan
pengambilan keputusan. Dalam tulisan ini tujuan evaluasi dibagi menjadi tiga
tujuan (Cerbea and Tepping, 1977; FAO, 1984, dalam Werimon A., 1992),
disamping itu tujuan dan manfaat bersifat implisit. Berikut dijelaskan beberapa
aspek atau cakupan tujuan evaluasi.

5
a. Tujuan kegiatan (activity objective)
1. Mengumpulkan data yang penting untuk perencanaan program
(keadaan umum daerah, sosial, teknis, ekonomis, budaya, masalah,
kebutuhan dan minat, sumber daya, faktor-faktor pendukung).
2. Mengetahui sasaran/tujuan program/kegiatan telah tercapai.
3. Mengetahui perubahan-perubahan yang telah terjadi sebagai akibat
intervensi program/kegiatan penyuluhan
4. Mengetahui strategi yang paling efektif untuk pencapaian tujuan
program.
5. Mengidentifikasi “strong dan weak points” dalam perencanaan dan
pelaksanaan program.
6. Mengetahui kemajuan pelaksanaan kegiatan.
7. Tujuan Managerial (managerial objective)
8. Memberikan data/informasi sebagai dasar pertimbangan untuk
pengambilan keputusan.
9. Memperbaiki perencanaan dan pelaksanaan program
10. Berkomunikasi dengan masyarakat dan penyandang dana/stake holder.
11. Menimbulkan rasa persatuan dan motivasi untuk bekerja lebih baik.
b. Tujuan Program (Program objective)
Menilai efisiensi, efektifitas, dan manfaat dari program selain untuk
memenuhi beberapa tujuan tersebut di atas, alasan lain mengapa perlu
dilakukan evaluasi adalah karena mungkin:
1. Telah terjadi perubahan dalam sifat dari masalah
2. Telah terjadi perubahan struktur dan program dari lembaga-lembaga
terkait
3. Telah terjadi perubahan kebutuhan, aspirasi, dan harapan dari
masyarakat.

6
2.3 Manfaat Evaluasi
Adapun Manfaat melakukan evaluasi adalah:
1. Menentukan tingkat perubahan perilaku petani setelah penyuluhan
dilaksanakan;
2. Perbaikan program, sarana, prosedur, pengorganisasian petani dan
pelaksanaan penyuluhan pertanian; dan
3. Penyempurnaan kebijakan penyuluhan pertanian

2.4 Jenis-jenis Evaluasi


1. Evaluasi Penyuluhan Pertanian
Merupakan alat untuk mengambil keputusan dan menyusun
pertimbangan-pertimbangan. Dari hasil evaluasi penyuluhan pertanian
dapat diketahui sejauh mana perubahan perilaku petani, hambatan yang
dihadapi petani, efektivitas program penyuluhan pertanian serta seberapa
jauh pemahaman masalah dan penyempurnaan kegiatan.
Dalam evaluasi dikenal beberapa klasifikasi evaluasi seperti :
Evaluasi Formatif dan sumatif, Evaluasi Formal dan Informal, Evaluasi
Internal dan Eksternal, Evaluasi Proses dan Produk (out put), Evaluasi
Deskriptif dan Inferensial, Evaluasi Holistik (misal CIPP) dan Analitik,
Evaluasi on going, terminal dan ex post evaluation, Evaluasi Teknis dan
Ekonomis, Evaluasi Program, Monitoring dan Evaluasi Dampak.
2. Evaluasi Program Penyuluhan
Setiap program kegiatan yang direncanakan seharusnya diakhiri
dengan evaluasi dan dimulai dengan hasil evaluasi kegiatan sebelumnya.
Evaluasi yang dilakukan dimaksudkan untuk melihat kembali apakah
suatu program atau kegiatan telah dapat dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan dan tujuan yang diharapkan. Dari kegiatan evaluasi tersebut
akan diketahui hal-hal yang telah dicapai, apakah suatu program dapat
memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Berdasarkan hasil evaluasi itu
kemudian diambil keputusan, apakah suatu program akan diteruskan, atau
direvisi, atau bahkan diganti sama sekali. Hal ini didasarkan pada

7
pengertian evaluasi, yaitu suatu proses pengumpulan informasi melalui
pengumpulan data dengan menggunakan instrumen tertentu untuk
mengambil suatu keputusan. Jadi, pada dasarnya evaluasi adalah suatu
kegiatan yang menguji atau menilai pelaksanaan suatu program.
Evaluasi program biasanya dilakukan untuk kepentingan
pengambilan keputusan dalam rangka menentukan kebijakan selanjutnya.
Dengan melalui evaluasi suatu program dapat dilakukan secara sistematis,
rinci dan menggunakan prosedur yang sudah diuji secara cermat. Dengan
metode tertentu akan diperoleh data yang handal, dapat dipercaya
sehingga penentuan kebijakan akan tepat, dengan catatan apabila data
yang digunakan sebagai dasar pertimbangan tersebut benar, akurat dan
lengkap.
Adapun program itu sendiri diartikan segala sesuatu yang
dilakukan dengan harapan akan mendapatkan hasil atau pengaruh. Jadi
evaluasi program merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program. Untuk
melihat tercapai atau tidaknya suatu program yang sudah berjalan
diperlukan kegiatan evaluasi.
1) Evaluasi Hasil Penyuluhan Pertanian
Tujuan penyuluhan pertanian adalah perubahan perilaku petani
(kognitif, afektif, dan psikomotor).
a) Kognitif :
Kemampuan mengembangkan intelegensia (pengetahuan,
pengertian, penerapan, analisis, sintesis)
b) Afektif :
Sikap, minat, nilai, menanggapi, menilai/tata nilai dan menghayati
c) Psikomotor :
Gerak motor : kekuatan, kecepatan, kecermatan, ketepatan,
ketahanan dan keharmonisan

8
Jadi evaluasi penyuluhan pertanian adalah mengevaluasi sampai
seberapa jauh tingkat pencapaian tujuan, berupa perubahan perilaku petani
dan keluarganya.
2) Evaluasi Metode
Evaluasi metode yaitu evaluasi semua kegiatan penyuluhan
pertanian yang dilakukan penyuluh pertanian dalam rangka mencapai
perubahan perilaku sasaran.
3) Evaluasi Sarana Prasarana
Sarana dan prasarana adalah pendukung penyuluhan pertanian,
sangat penting dalam kegiatan penyuluhan pertanian, efektifitas
penyuluhan pertanian sebagian tergantung pada alat bantu penyuluh,
perlengkapan, peralatan, bahan-bahan sarana prasarana yang
digunakan. Evaluasi sarana-prasarana pada dasarnya mengevaluasi
kesiapan perangkat sarana-prasarana yang menunjang kegiatan
penyuluhan.

Evaluasi Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian dan Evaluasi Dampak


Penyuluhan dalam prakteknya pelaksanaan evaluasi penyuluhan pertanian dapat
merupakan kombinasi dari beberapa macam/cara evaluasi, hal ini dimaksudkan
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, lebih akurat, dan lebih sahih dari pada
evaluasi dengan menggunakan cara tunggal.

Evaluasi Pelaksanaan kegiatan Penyuluhan Pertanian merupakan proses


yang sistematis, sebagai upaya penilaian atas suatu kegiatan oleh evaluator
melalui pengumpulan dan analisis informasi secara sistematik mengenai
perencanaan, pelaksanaan, hasil dan dampak kegiatan penyuluhan pertanian. Hasil
evaluasi ini untuk menilai relevansi, efektifitas/efisiensi pencapaian / hasil suatu
kegiatan, untuk selanjutnya digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan
kebijakan pada perencanaan dan pengembangan kegiatan selanjutnya.

9
2.5 Prinsip Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu keadaan,
gejala,atau kegiatan-kegiatan tertentu. Menurut Mardikanto (1993), kegiatan
evaluasi harus memperhatikan prinsip-prinsip evaluasi yang terdiri atas,
kegiatan evaluasi harus merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari
kegiatan perencanaan program, artinya, tujuan evaluasi harus selaras dengan
tujuan yang ingin dicapai yang telah dinyatakan dalam perencanaan
programnya. Setiap evaluasi harus memenuhi persyaratan :
 Obyektif, artinya selalu berdasarkan pada fakta.
 Menggunakan pedoman tertentu yang telah dibakukan
(standardized).
 Menggunakan metoda pengumpulan data yang tepat dan teliti.
 Setiap evaluasi, harus menggunakan alat ukur yang berbeda untuk
mengukur tujuan evaluasi yang berbeda pula.E
 valuasi harus dinyatakan dalam bentuk, data kuantitatif, agar
dengan jelas dapat diketahui tingkat pencapaian tujuan dan tingkat
penyimpangan pelaksanaannya.Uraian kualitataif, agar dapat
diketahui faktor-faktor; penentu keberhasilan, penyebab kegagalan,
dan faktor penunjang serta penghambat keberhasilan tujuan
program yang direncanakan.
 Evaluasi harus efektif dan efisien, artinya, evaluasi harus
menghasilkan temuan-temuan yang dapat dipakai untuk
meningkatkan efektivitas (tercapainya tujuan) program.
Evaluasi harus mempertimbangkan ketersediaan sumberdayanya
sehingga tidak terjebak pada kegiatan-kegiatan yang terlalu rinci,
tetapi tidak banyak manfaatnya bagi tercapainya tujuan, melainkan
harus dipusatkan pada kegiatan-kegiatan yang strategis (memiliki
dampak yang luas dan besar bagi tercapainya tujuan program).

10
2.6 Prinsi-prinsip evaluasi
Prinsip-prinsip evaluasi penyuluhan pertanian antara lain:
1. Berdasarkan fakta
2. Bagian integral dari proses penyuluhan pertanian
3. Tujuan penyuluhan pertanian yang bersangkutan dengan berbagai alat
4. Metode dan hasil kegiatan penyuluhan pertanian
5. Hasil-hasil kuantitas dan kualitas
6. Mencakup tujuan, kegiatan dan metode pengumpulan, analisis dan
interpretasi data,pembandingan hasil, pengambilan keputusan dan
penggunaan hasil.

2.7 Karakteristik proses evaluasi


Karakteristik proses evaluasi penyuluhan pertanian antara lain:
1. Evaluasi merupakan proses terstruktur
2. Evaluasi didasarkan pada indikator yang dapat diamati
3. Evaluasi menganalisis hal-hal rumit menjadi sederhana
4. Evaluasi menghasilkan informasi yang tidak memihak dan disetujui
semua orang dankeputusan yang andal masuk akal.
5. Evaluasi mengeliminir pengaruh pribadi evaluator

2.8 Tahapan evaluasi


Langkah-langkah evaluasi penyuluhan yaitu menetapkan obyek,
menetapkan data atau informasi yang akan dikumpulkan,cara
pengumpulannya, alat/instrumen yangdigunakan, cara mengolah
data/informasi serta melaporkan hasil-hasilnya. Langkah-langkah evaluasi
yang dilakukan sebagai berikut:
1. Memahami tujuan-tujuan penyuluhan yang akan dievaluasi.
Unsur-unsurnya dalam tujuan penyuluhan antara lain:
a. Sasaran (S)
b. Perubahan perilaku yang dikehendaki (P)
c. Materi (M)

11
d. Kondisi/situasi (K)
2. Menetapkan indikator-indikator untuk mengukur kemajuan-kamajuan
yang dicapai. Indikator-indikatornya meliputi:
 Indikator perubahan kognitif
 Penguasaan pengetahuan (knowledge)
 Penguasaan pengertian (comprehension)
 Kamampuan menerapkan (application)
 Kamampuan analisis (analisis)
 Kemampuan sintesis (synthesis)
3. Indikator perubahan kemampuan afektif
Menyadari ataumau memilih
Tanggap ataumau
Yakin atau maumengikuti
Menghayati atau selalu menerapkan
Menghayati atau selalu menerapkan.
4. Indikator perubahan psikomotor
Kecepatan
Kekuatan
Ketahanan
Kecermatan
Ketepatan
Ketelitian
Kerapihan
Keseimbangan
Keharmonisan
5. Mambuat alat pengukur untuk mengumpulkan data
1) Indikator : Kecepatan Dan Ketepatan
2) Standar : Kecepatan 5 Jam/Ha Dan Ketepatan 100 Kg/Ha
3) Kriteria : Trampil 5jam/ha, pupuk 100 kg/ha; ketrampilan sedang >
5 kg/ha, pupuk 100 kg/ha atau 5 jam/ha, pupuk + 100 kg/ha; tidak
trampil > 5 jam/ha, pupuk < 100 kg/ha

12
Alat pengukur yang dapat dipakai untuk mengukur data :
1. Pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur pengetahuan (daya mengingat)
2. Pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur pengertian
3. Pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur kemampuan memecahkan
masalah
4. Rating scale untuk mengukur ketrampilan atau kegiatan-kegiatan
praktek
5. Skala sikap
6. Skala minat.
7. Menarik sampel (sampling) dan melakukan pengumpulan data
merupakan langkah penting
Ada beberapa macam cara menarik sampel, tergantung tujuan dan
keadaan populasinya, tetapi yangperlu diperhatikan sample hendaknya
benar-benar menggambarkan /mewakilipopulasi yang dievaluasi.
Sampel dalam evaluasi penyuluhan pertanian mengacu pada
keterwakilan dari petani/kelompoktani yang merupakan sasaran
penyuluhan. Tidak dapat dipastikan berapa jumlah sampelnya secara tepat,
tetapi prinsipnya sampel tersebut mewakili populasi (reprensentatif)
petani/kelompok tani yang menerima penyuluhan
6. Melakukan analisis dan interpretasi data
Proses Ini merupakan langkah akhir yang menentukan:
1. Lakukan cleaning data dengan cara editing di lapangan,hapuskan data
yang “nyleneh” (out lier)
2. Lakukan coding, pemberian kode untuk memudahkan pada saat
memasukan data
3. Lakukan tabulasi (tally,sheet, tabulasi sheet).
Analisis/interpretasi data dapat dilakukan dengan cara:
1) Presentase
2) Deskriptif(mean, modus, median, rerata, standart deviasi)
3) Statistik inferensial

13
Analisa data ini tergantung tujuan evaluasi dan kesimpulan yang
akan diambil serta pertimbangan-pertimbangan yang akan dihasilkan.
Dalam melakukan pengolahan data dapat memanfaatkan alat komputasi
seperti Program excel, Program SPSS, atau dihitung secara manual
dengan kalkulator.
Dalam interprestasi hasil evaluasi yang perlu dipahami adalah
mengapa tujuan penyuluhan tidak tercapai, tidak sesuai target, faktor-
faktor-faktor apa saja yang menghambatdan apa yang memperlancar, serta
bagaimana solusinya/saran perbaikannya pada waktu yang akan datang.
Hasil evaluasi ini bermanfaat unutk perbaikan program yang akan datang
datang dan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan oleh
pembuat kebijakan dibidang penyuluhan/pembangunan pertanian.

14
III. METODE PELAKSANAAN

3.1 Tempat dan Waktu


Kegiatan pelaksanaan evaluasi penyuluhan pertanian dilaksanakan di Desa
Julubori,Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan.
Waktu pelaksanaan kegiatan dilakukan selama 3 Minggu, dimulai dari tanggal 1
Oktober 2019 sampai dengan 7 November 2019.

3.2 Penentuan Responden


Kelompok tani sasaran yang telah dipilih dalam pelaksanaan evaluasi
penyuluhan adalah Kelompok tani Balongko di Desa Julubori,Kecamatan
Pallangga, Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan.
Untuk menghindari kesalahan generalisasi maka ukuran sampelnya adalah
100%, hal ini dapat dilakukan karena jumlah kelompok tani sasaran
beranggotakan 50 orang. Langkah-Langkah yang akan dilakukan dalam
Penetapan sampel evaluasi di Desa Julubori,Kecamatan Pallangga, Kabupaten
Gowa Provinsi Sulawesi Selatan.
a) Koordinasi dengan BPP Kecamatan Bulukumpa
b) Menetapkan jumlah sampel
c) Menetapkan karakteristiknya
d) Klasifikasi sampel

3.3 Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan yaitu data kuantitatif. Data kuantitatif adalah
data yang dapat diinput ke dalam skala pengukuran statistik. Fakta dan
fenomena dalam data ini tidak dinyatakan dalam bahasa alami, melainkan dalam
numerik. Adapun sumber data yaitu data primer di mana evaluator secara
langsung memperoleh data dari responden.
Metode evaluasi yang digunakan,adalah survei terhadap petani yang
menggunakan instrumen berupa quisioner. Data yang diambil dalam evaluasi ini
terdiri dari data primer dan data sekunder. Data sekunder diperoleh melalui

15
lembaga tertentu meliputi Monografi desa statistik, pengumpulan data primer
dengan cara mengajukan pertanyaan kepada kelompok tani secara langsung
melalui quisioner yang telah disiapkan.

3.4 Analisis Evaluasi


Dalam menganalisa evaluasi langkah-langkah yang akan dilakukan antara
lain:
a) Mengumpulkan kuisioner
b) Menghitung jumlah responden tipe butir pertanyaan
c) Menginput data kedalam tabel
Selanjutnya digambarkan dalam garis continuum dengan menggunakan
rumus:
a) Nilai tertinggi = Jumlah responden xskor tertinggi x jumlah
pertanyaan.
b) Nilai terendah = Jumlah responden x skor rendah x jumlah
pertanyaan.
Untuk mengetahuai efektifitas tentang tingkat Pengetahuan, Sikap dan
Keterampilan (Patmowihardjo s, 2002), responden dengan menggunakan
rumus:

Ps – Pr

EP = x 100

(N.4.Q) - Pr

Ps – Pr = Peningkatan PKS (Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap).

Dimana: Ps = Tes Akhir


Pr = Tes Awal
N = Jumlah Responden
4 = Nilai Tertinggi
Q = Jumlah Pertanyaan

16
100 % = Pengetahuan yang ingin dicapai
Dimana Ps – Pr = Peningkatan Pengetahuan

(N.4.Q) - Pr = Nilai Kesenjangan

Peningkatan Pengetahuan

Nilai Efektifitas = x 100 %

Nilai Kesenjangan

Maka nilai prentase efektifitas tingkat pengetahuan adalah

< 32% = kurang efektif

≤ 32 – 64% = cukup efektif

> 64% = Efektif

17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi Wilayah
A. Biofisik Wilayah kerja
Wilayah Kerja Desa Julubori mempunyai luas wilayah 369,57 Ha. Luas
lahan yang ada terbagi dalam beberapa peruntukan, dapat dikelompokan seperti
untuk fasilitas umum, pemukiman, pertanian, kegiatan ekonomi dan Iain-lain.
Luas lahan yang diperuntukan fasilitas umum adalah sebagai berikut: luas tanah
untuk jalan 17,50 Ha; luas lahan untuk pemukiman 22,02 Ha, untuk bangunan
umum 5,58 Ha; luas lahan untuk irigasi 3,15 Ha, areal pemakaman 0,72 Ha, luas
tanah untuk pertanian 317 Ha, luas tanah untuk Usaha batu merah 3,50 Ha, luas
tanah untuk Lapangan sepak bola 1,20 Ha. Desa Julubori terletak 11 km sebelah
tenggara Ibukota Kabupaten Gowa dan 7 km sebelah timur Ibukota Kecamatan
Pallangga. Berbatasan dengan desa- desa tetangga yaitu;
Sebelah barat laut berbatasan dengan Desa Bungaejaya,
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Toddotoa
Sebelah timur berbatasan dengan Desa Kampili
Sebelah tenggara berbatasan dengan Desa Julupamai
Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Julukanaya
Sebelah barat berbatasan dengan Desa Panakkukang

B. Karakteristik lahan, iklim dan curah hujan


a. Karakteristik lahan
Keadaan tanah Desa Julubori adalah dengan ciri topografi dataran rendah
dengan jenis tanahnya Alluvial coklat, popsolik coklat kekuning-kuningan
dengan pH tanah rata-rata 4,5 – 6,1.
Desa Julubori merupakan salah satu Wilayah yang termasuk dalam dataran
rendah, daerah ini merupakan Wilayah Binaan yang mempunyai potensi sawah
luas.
b. Iklim dan curah hujan
Secara umum Desa Julubori beriklim tropis dimana suhu udara mencapai rata –
rata 25°C-30°C sepanjang tahun dan memiliki dua tipe musim yaitu musim

18
Hujan yang berlangsung antara bulan Oktober sampai bulan April dan musim
kemarau antara bulan Mei sampai bulan September.Curah hujan mencapai rata-
rata 2000mm - 3000 mm pertahun dan tertinggi terjadi pada bulan Desember,
Januari dan Februari.
C. Keadaan Demografi
Berdasarkan Data sensus peringkat kesejahteraan masyarakat, jumlah penduduk
yang tercatat total 4700 jiwa. Dengan rincian penduduk berjenis kelamin Laki-
Iaki, berjumlah 2304 jiwa atau 49,20 %, sedangkan berjenis kelamin perempuan
berjumlah 2396 jiwa atau 50,98 % sehingga dapat disimpulkan bahwa
Masyarakat di Desa Julubori didominasi oleh jenis kelamin perempuan
sebagaimana pada tabel dibawah ini :

Tabel. 1 : Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Julubori

Jenis Kelamin
No Dusun Jumlah Prosentase %
Laki-laki Perempuan
1 2 3 4 5 6
1 Paku 859 862 1.721 36,17
2 Borongbilalang 810 848 1.658 35,27
3 Bontobila 635 686 1.321 28,56
Total 2304 2396 4700
Prosentase % 49,02 50,98 100
Sumber : Monografi Desa Julubori

D. Keadaan Sosial Ekonomi


Ditinjau dari aspek sosial ekonomi, maka masyarakat di Wilayah Binaan Desa
Julubori sebagian besar memiliki jenis pekerjaan sebagai petani. Berikut
rinciannya :

19
Tabel. 2: Jumlah Pekerjaan tiap Dusun di Desa Julubori

JUMLAH TIAP DUSUN


Prosentase
No Pekerjaan Bontobil Borong Jumlah
Paku %
a bilalang
1 Petani 179 360 324 863 18,36
2 Buruh 161 188 270 619 13,17
3 PNS 7 12 21 40 0,85
Karyawan
4 5 38 60 53 1,12
Swasta
5 Pedagang 14 28 44 86 1,82
6 ABRI/POLRI 0 2 2 4 0,08
7 Pensiunan 4 7 3 14 0,29
Ibu Rumah
8 255 142 148 545 11,59
Tangga
9 Sopir 5 12 15 32 0,68
10 Wira usaha 2 7 13 22 0,46
11 Jualan 62 318 153 533 11,34
12 Pelajar 358 389 424 1171 24,91
Tidak Punya
13 269 218 180 667 14,19
Pekerjaan
Jumlah 1321 1721 1658 4700 100
Desa Julubori dapat dijadikan potensi utama, jika dilihat dari kemampuan
sebagian masyarakatnya yang berkonsentrasi di sektor ini.

E. Luas Lahan dan pemanfaatan desa


Luas wilayah Desa Julubori sebesar 369,57 Ha. Luas lahan yang ada
terbagi dalam beberapa peruntukan, dapat dikelompokan seperti untuk fasilitas
umum, pemukiman, pertanian, kegiatan ekonomi dan Iain-lain. Luas lahan yang
diperuntukan fasilitas umum adalah sebagai berikut: luas tanah untuk jalan 17,50
Ha; luas lahan untuk pemukiman 22,02 Ha, untuk bangunan umum 5,58 Ha; luas
lahan untuk irigasi 3,15 Ha, areal pemakaman 0,72 Ha, luas tanah untuk pertanian
317 Ha, luas tanah untuk Usaha batu merah 3,50 Ha, luas tanah untuk Lapangan
sepak bola 1,20 Ha.

20
Tabel. 3 : Jumlah Pemanfaatan Lahan di Desa Julubori

Pemanfaatan Lahan
No Prosentase %
Pemanfaatan Luas ( Ha)
1 2 3 4
1 Jalan 17,50 4,85
2 Pemukiman 22,02 6,13
3 Bangunan umum 5,58 1,55
4 Irigasi 3,15 0,87
5 Pemakaman 0,72 0,99
6 Pertanian/kebun 317 87,91
7 Usaha batu merah 3,50 0,97
Lapangan sepak
8 1,20 0,33
bola
Jumlah 369,57 100
Dari data tersebut diatas, menunjukkan bahwa pemanfaatan lahanpada bidang
pertanian mencapai 87,91% sedangkan untuk pemukiman sekitar 6,13 %. Dengan
perumbuhan penduduk yang pesat, maka posisi lahan pertanian akan terancam
bergeser menjadi perluasan areal pemukiman.

F. Mata Pencarian
Di tinjau dari potensi lahan yang ada di Desa Julubori maka
pengembangan tanaman pangan, perkebunan dan peternakan masih
memungkinkan untuk dapat dikembangkan secara baik dengan menerapkan
teknologi baru. Padi merupakan komoditi unggulan dimana tanaman padi
merupakan tanaman utama yang di budidayakan dengan produksi rata 70 kw/ ha
dan merupakan sawah irigasi dengan dengan 2 kali penanaman dalam setahun.
Dan Tanaman buah Rambutan juga termasuk komoditi utaamanya. Untuk usaha
paternakan yang ada di Desa Julubori adalah sapi, ayam dan itik hasilnya cukup
lumayan. Potensi-potensi yang ada di Desa Julubori merupakan peluang yang
sangat besar untuk dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat
desa sehingga dapat hidup yang lebih layak.

21
Tabel. 4 : Jenis Usaha Pertanian dan Peternakan d di Desa Julubori

Waktu/ Musim
No Jenis Usaha Pertanian dan Petenakan
Kegiatan
Pembibitan,Penanaman,perawatan,
1 Padi 3 kali/tahun
panen
Pembibitan,Penanaman,perawatan,
2 Rambutan 1 kali/tahun
panen
3 Sapi 4x/1,5 tahun Penggemukan, pembibitan
4 Ayam 1,5- 2 bulan Pedaging, petelur
5 Itik 1,5- 2 bulan Pedaging, petelur

G. Sarana dan Prasarana

1. Sarana Transportasi
 Sarana Jalan Salah satu sarana yang paling utama dalam melakukan
 Alat transportasi: Alat transportasi yang digunakan masyarakat Desa
Julubori terdiri dari:
1. Sarana angkutan Pribadi seperti Mobil pribadi, sepeda motor
,sepeda.
2. Sarana angkutan Umum seperti mobil angkutan penumpang
(Pete-pete),becak motor (bentor), becak, ojek motor.
3. Sarana angkutan Usaha seperti Mobil pick up dan truk 6 roda
kapasitas 4-6 ton dan truk 6 roda kapasitas 9-12 ton.
4. Mobil Gratis Pertolongan Pertama Pada Kebutuhan (P3K)
yang merupakan sarana angkutan yang disediakan
pemerintahan desa untuk membantu masyarakat yang
membutuhkan sarana angkutan pada saat ke rumah sakit
pada saat ke rumah sakit atau pesta pernikahan.

22
2. Sarana Kesehatan
Dalam Upaya peningkatan kesehatan masyarakat terdapat
berbagai fasilitas penunjang antara lain: Pustu 1 unit, Poskesdes 1
unit, Posyandu 3 unit. Di desa Julubori terdapat 1 0rang tenaga
perawat yang tinggal di Pustu, dan 1 orang bidan desa serta bidan
desa honorer 1 orang. Selain sarana kesehatan.
3. Sarana Air Bersih
Kebersihan lingkungan ditunjang dengan sanitase
lingkungan dimana telah dibangun draenase sepanjang 3900 m dari
28000 m panjang Draenase yang ada untuk memperlancar pengaliran
dan pembuangan air dari pemukiman masyarakat, selain itu melalui
penyuluhan PKK telah diberikan pemahan tentang pengelolaan
jamban keluarga. Pengelolaan sampah belum dilakukan dengan baik
dimana belum adanya tempat pembuangan sampat tertentu. Sampah
rumah tangga dibuang sembrangan atau dibakar.
4. Sarana Peribadahan
Sarana peribadatan yang ada di Desa Julubori adalah
berupa Masjid sebanyak 6 (enam ) buah. Dusun Bontobila 2 (dua)
buah yaitu Masjid Lailatul Qadar dan Masjid Jabal Nur. Dusun
Paku yaitu Masjid Nurul Iman dan Masjid Babussalam. Dusun
Borong bilalang yaitu: Masjid Nurul Yaqin dan Masjid Al Ikhlash
5. Sarana Pendidikan
Dengan adanya Program Pemerintah Kabupaten gowa
berupa Program pendidikan gratis, maka harus ditunjang dengan
Sarana Pendidikan yang memadai sebagi faktor utama
keberhasilan dan kemajuan tingkat pendidikan masyarakat. Di
Desa Julubori terdapat beberapa sarana baik Formal maupun non
formal. Sarana formal meliputi: Sekolah Menengah Pertama (SMP
5 Pallangga) 1 unit , Sekolah Dasar 2 unit, SPAS 1 unit.
Dibandingkan dengan jumlah penduduk dan laju pertumbuhannya,

23
maka sangat diharapkan adanya pembangunan Sekolah Lanjutan
Atas yang akan menampung anak usia sekolah.
6. Sarana Olahraga
Sarana Olahraga yang ada adalah 1 (satu) Lahan Lapangan
Sepak Bola seluas 1,00 Hektar. Selain itu ada 3 (tiga) unit
lapangan Bulu tangkis yang dibangun atas swadaya masyarakat.
7. Sarana Listrik
Sarana penerangan yang ada di Desa Julubori adalah
Jaringan Listerik PLN yang dapat diakses oleh seluruh rumah
tangga yang ada. Namun tingkat kepelikannya masih terdapat
sekitar 25% masyarakat belum memiliki meteran sendiri tetapi
menumpang pada rumah tetangga. 2( dua) RW yang belum
mempunyai tiang listerik yang permanen tetapi masih
menggunakan tiang kayu dan bambu.
8. Kondisi Perumahan dan Pemukiman Penduduk
Perumahan adalah merupakan kebutuhan pokok dalam
kehidupan masyarakat, dimana dalam RPJMDes ini, Kondisi
rumah warga termasuk dalam indikator peringkat kesejahteraan
masyarakat, karena kondisi rumah sering menjadi ukuran
kesejahteraan seseorang.
Di Desa Julubori ada beberapa kondisi rumah dimana dari
1101 rumah, terdapat 130 atau 11.81 % Rumah tidak layak huni
dengan kondisi atap Nipa, Lantai Tanah, Dinding papan/ bambu.
Dari keadaan tersebut akan memacu upaya untuk membantu warga
mengacu kepada peningkatan kualitas rumah mereka.
Pemukiman penduduk rata- rata tersusun berdasarkan jalur
jalan yang ada. Namun masih terdapat perumahan yang belum
tertata dengan baik, umumnya rumah yang berada pada lokasi yang
belum memiliki lorong yang baku. Keadaan tersebut diupayakan
agar dibangun jalan baru agar kondisi pemukiman masyarakat

24
dapat lebih terarah menuju pada penataan atau tata ruang Desa
yang efektif dan Efisien di masa yang akan datang.

H. Kelembagaan petani

Dalam bagan tersebut menjelaskan keadaan seberapa besar partisipasi warga


dalam hubungan kelembagaan – kelembagaan yang ada di desa . pada dasarnya
seluruh lembaga yang ada di desa, berada di bawah naungan desa. Berikut bagan
hubungan kelembagan (diagram Venn).

PKK Lembaga
ketahanan
Gabungan Kelompok masyarakat Desa
Tani (GAPOKTAN)
TPA
Kelompok
Kelompok
Tani
Usaha Kasur

Panitia Hari
Besar Remaja
Islam(PHBI) MASYARAKAT Mesjid
BKPRMI
Majelis Taklim
P3A

Kelompok Badan Keswadayaan


Simpan Pinjam Masyarakat (BKM)
Karang GP3A
Taruna

Keterangan:

1. Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)

2. Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD)

25
3. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)

4. KelompokTani

5. Panitia Hari Besar Islam (PHBI)

6. Badan Koordinasi Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI )

7. Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air ( GP3A).

8. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)

10. Kelompok Simpan Pinjam Khusus Perempuan ( SPP ).

9. Taman kanak-kanak / Taman Pendidikan Al Quran ( TK/TPA)

4.2 Evaluasi Penyuluhan Pertanian


Tabel 5 : Jumlah responden berdasarkan umur.

No Umur (Tahun) Jumlah Persentase

1. 21 – 30 5 9,61%

2. 31 – 40 4 7,61%

3. 41 – 50 12 23,10%

4. 50 – 60 17 36,58%

5. >60 12 23,10%

Jumlah 50 100%

Evaluasi dilakukan untuk mengukur pengetahuan, sikap dan keterampilan


petani tentang Pupuk Oganik Cair (POC) Hatake. Evaluasi yang dilakukan

26
terdiri dari evaluasi awal dan evaluasi akhir. Materi penyuluhan dilakukan
dengan menggunakan rating scale kemudian ditabulasi dan diolah dengan
menggunakan garis continuum.
1. Evaluasi awal
1) Tingkat pengetahuan.
Hasil evaluasi awal tingkat pengetahuan yang dilakukan dari 50
responden, diperoleh skor 956 (lampiran 1), maka dapat dinilai
sebagai berikut.
Skor yang diperoleh : 956
Skor tertinggi yang diperoleh : 50 x 10 x 3 = 1.500
Skor terendah yang diperoleh : 50 x 10 x 1 = 500
Dengan demikian pengetahuan responden tentang Pupuk Oganik
Cair (POC) Hatake sebelum penyuluhan adalah :
Kriteria Jumlah Presentase 9%)
Mengetahui 1500 100%
Kurang Mengetahui 1000 66,66%
Tidak Mengetahui 500 33,33%

Nilai Jawaban Skala


1001-1500 Mengetahui
501-1000 Kurang Mengetahui
0-500 Tidak Mengetahui

Presentae persetujuan
𝑓
𝑝= 𝑥100%
𝑛
Ket: p = presentase
f = frekuensi dari setiap jawaban
n = jumlah skor ideal

27
956
𝑝= 𝑥100%
1500
= 63,73%

33,33% 63,73% 66,66% 100%


TM KM M

0 500 1000 1500

Garis continuum di atas menunjukkan bahwa sebelum penyuluhan


dilakukan, pengetahuan tentang Pupuk Oganik Cair (POC) Hatake
berada pada skor 956 atau persentase 63,73% yang berarti masih
berada pada kriteria “kurang mengetahui”.

2) Tingkat Sikap
Hasil evaluasi awal tingkat sikap yang dilakukan dari 50
responden, diperoleh skor 1.047 (lampiran 2), maka dapat dinilai
sebagai berikut.
Skor yang diperoleh : 1.047
Skor tertinggi yang diperoleh : 50 x 11 x 3 = 1.650
Skor terendah yang diperoleh : 50 x 11 x 1 = 550
Dengan demikian pengetahuan responden tentang Pupuk Oganik
Cair (POC) Hatake sebelum penyuluhan adalah :
Kriteria Jumlah Presentase 9%)
Setuju 1.650 100%
Kurang Setuju 1100 66,66%
Tidak Setuju 550 33,33%

28
Nilai Jawaban Skala
1101-1650 Setuju
551-1100 Kurang Setuju
0-550 Tidak Setuju
Presentae persetujuan

𝑓
𝑝= 𝑥100%
𝑛
Ket: p = presentase
f = frekuensi dari setiap jawaban
n = jumlah skor ideal

1.047
𝑝= 𝑥100%
1650
= 63,45%

33,33% 63,45% 66,66% 100%


TS KS S

0 550 1100 1650

Garis continuum di atas menunjukkan bahwa sebelum penyuluhan


dilakukan, pengetahuan tentang Pupuk Oganik Cair (POC) Hatake
berada pada skor 1.047 atau persentase 63,45% yang berarti masih
berada pada kriteria “kurang setuju”.

3) Tingkat Ketrampilan
Hasil evaluasi awal tingkat sikap yang dilakukan dari 50
responden, diperoleh skor 1.128 (lampiran 3), maka dapat dinilai
sebagai berikut.
Skor yang diperoleh : 1.128
Skor tertinggi yang diperoleh : 50 x 12 x 3 = 1.800

29
Skor terendah yang diperoleh : 50 x 12 x 1 = 600
Dengan demikian pengetahuan responden tentang Pupuk Oganik
Cair (POC) Hatake sebelum penyuluhan adalah :

Kriteria Jumlah Presentase 9%)


Terampil 1.800 100%
Kurang Terampil 1.200 66,66%
Tidak Terampil 600 33,33%

Nilai Jawaban Skala


1201-1800 Terampil
601-1200 Kurang Terampil
0-600 Tidak Terampil
Presentae persetujuan

𝑓
𝑝= 𝑥100%
𝑛
Ket: p = presentase
f = frekuensi dari setiap jawaban
n = jumlah skor ideal

1.128
𝑝= 𝑥100%
1800
= 62,66%

33,33% 62,66% 66,66% 100%


TT KT T

0 600 1200 1800

Garis continuum di atas menunjukkan bahwa sebelum penyuluhan


dilakukan, pengetahuan tentang Pupuk Oganik Cair (POC) Hatake

30
berada pada skor 1.128 atau persentase 62,66% yang berarti masih
berada pada kriteria “kurang terampil”.

2. Evaluasi akhir
1) Tingkat pengetahuan.
Hasil evaluasi akhir tingkat pengetahuan yang dilakukan dari 50
responden, diperoleh skor 1.198 (lampiran 4), maka dapat dinilai
sebagai berikut.
Skor yang diperoleh : 1.198
Skor tertinggi yang diperoleh : 50 x 10 x 3 = 1.500
Skor terendah yang diperoleh : 50 x 10 x 1 = 500
Dengan demikian pengetahuan responden tentang Pupuk Oganik
Cair (POC) Hatake sebelum penyuluhan adalah :
Kriteria Jumlah Presentase 9%)
Mengetahui 1500 100%
Kurang Mengetahui 1000 66,66%
Tidak Mengetahui 500 33,33%

Nilai Jawaban Skala


1001-1500 Mengetahui
501-1000 Kurang Mengetahui
0-500 Tidak Mengetahui

Presentae persetujuan
𝑓
𝑝= 𝑥100%
𝑛
Ket: p = presentase
f = frekuensi dari setiap jawaban
n = jumlah skor ideal

31
1.198
𝑝= 𝑥100%
1500
= 79,86%

33,33% 66,66% 79,86% 100%


TM KM M

0 500 1000 1500

Garis continuum di atas menunjukkan bahwa sebelum penyuluhan


dilakukan, pengetahuan tentang Pupuk Oganik Cair (POC) Hatake
berada pada skor 956 atau persentase 79,86% yang berarti telah
berada pada kriteria “Mengetahui”.

2) Tingkat Sikap
Hasil evaluasi awal tingkat sikap yang dilakukan dari 50
responden, diperoleh skor 1.047 (lampiran 2), maka dapat dinilai
sebagai berikut.
Skor yang diperoleh : 1.375
Skor tertinggi yang diperoleh : 50 x 11 x 3 = 1.650
Skor terendah yang diperoleh : 50 x 11 x 1 = 550
Dengan demikian pengetahuan responden tentang Pupuk Oganik
Cair (POC) Hatake sebelum penyuluhan adalah :
Kriteria Jumlah Presentase 9%)
Setuju 1.650 100%
Kurang Setuju 1100 66,66%
Tidak Setuju 550 33,33%

32
Nilai Jawaban Skala
1101-1650 Setuju
551-1100 Kurang Setuju
0-550 Tidak Setuju
Presentae persetujuan

𝑓
𝑝= 𝑥100%
𝑛

Ket: p = presentase
f = frekuensi dari setiap jawaban
n = jumlah skor ideal

1.375
𝑝= 𝑥100%
1650
= 83,33%

33,33% 66,66% 83,33% 100%


TS KS S

0 550 1100 1650

Garis continuum di atas menunjukkan bahwa sebelum penyuluhan


dilakukan, pengetahuan tentang Pupuk Oganik Cair (POC) Hatake
berada pada skor 1.375 atau persentase 83,33% yang berarti masih
berada pada kriteria “Setuju”.

3) Tingkat Ketrampilan
Hasil evaluasi awal tingkat sikap yang dilakukan dari 50
responden, diperoleh skor 1.128 (lampiran 3), maka dapat dinilai
sebagai berikut.
Skor yang diperoleh : 1.511

33
Skor tertinggi yang diperoleh : 50 x 12 x 3 = 1.800
Skor terendah yang diperoleh : 50 x 12 x 1 = 600
Dengan demikian pengetahuan responden tentang Pupuk Oganik
Cair (POC) Hatake sebelum penyuluhan adalah :
Kriteria Jumlah Presentase 9%)
Terampil 1.800 100%
Kurang Terampil 1.200 66,66%
Tidak Terampil 600 33,33%

Nilai Jawaban Skala


1201-1800 Terampil
601-1200 Kurang Terampil
0-600 Tidak Terampil
Presentae persetujuan

𝑓
𝑝= 𝑥100%
𝑛
Ket: p = presentase
f = frekuensi dari setiap jawaban
n = jumlah skor ideal

1.511
𝑝= 𝑥100%
1800
= 83,94%

33,33% 66,66% 83,94% 100%


TT KT T

0 600 1200 1800


Garis continuum di atas menunjukkan bahwa sebelum penyuluhan
dilakukan, pengetahuan tentang Pupuk Oganik Cair (POC) Hatake

34
berada pada skor 1.511 atau persentase 83,94% yang berarti masih
berada pada kriteria “Terampil”.

3. Hasil Evaluasi Awal dan Evauasi Akhir


a. Hasil evaluasi awal tingkat pengetahuan, sikap dan ketrampilan
yang dilakukan dari 50 responden, diperoleh skor 3.131 maka
dapat dinilai sebagai berikut.
Skor yang diperoleh : 3.131
Skor tertinggi yang diperoleh : 50 x 33 x 3 = 4.950
Skor terendah yang diperoleh : 50 x 33 x 1 = 1.650
Dengan demikian tingkat pengetahuan, ketrampilan dan sikap
responden tentang Pupuk Oganik Cair (POC) Hatake sebelum
penyuluhan adalah :

Presentae persetujuan

𝑓
𝑝= 𝑥100%
𝑛
Ket: p = presentase
f = frekuensi dari setiap jawaban
n = jumlah skor ideal

3.131
𝑝= 𝑥100%
4.950
= 63,25%

33,33% 63,94% 66,66% 100%


TM KM M

0 1650 3300 4950


Garis continuum di atas menunjukkan bahwa sebelum penyuluhan
dilakukan, tingkat pengetahuan, sikap dan ketrampilan tentang Pupuk

35
Oganik Cair (POC) Hatake berada pada skor 3.131 atau persentase
63,25% yang berarti masih berada pada kriteria “Kurang merespon”.
b. Hasil evaluasi akhir tingkat pengetahuan, sikap dan ketrampilan
yang dilakukan dari 50 responden, diperoleh skor 4.124 maka
dapat dinilai sebagai berikut.
Skor yang diperoleh : 4.124
Skor tertinggi yang diperoleh : 50 x 33 x 3 = 4.950
Skor terendah yang diperoleh : 50 x 33 x 1 = 1.650
Dengan demikian tingkat pengetahuan, ketrampilan dan sikap
responden tentang Pupuk Oganik Cair (POC) Hatake setelah
penyuluhan adalah :

Presentae persetujuan

𝑓
𝑝= 𝑥100%
𝑛
Ket: p = presentase
f = frekuensi dari setiap jawaban
n = jumlah skor ideal

4.124
𝑝= 𝑥100%
4.950
=83,31%

33,33% 66,66% 83,31% 100%


TM KM M

0 1650 3300 4950


Garis continuum di atas menunjukkan bahwa setelah penyuluhan
dilakukan, tingkat pengetahuan, sikap dan ketrampilan tentang Pupuk
Oganik Cair (POC) Hatake berada pada skor 4.124 atau persentase
83,31% yang berarti telah berada pada kriteria “Merespon”.

36
Selanjutnya hasil evaluasi awal dan hasil evaluasi akhir ditabulasikan
untuk mengevaluasi tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan responden
berdasarkan kategori nilai yang dicapai. Hasil rekapitulasi digunakan untuk
mengetahui perubahan perolehan nilai persentase dan nilai maksimum pada
tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hasil rekapitulasi dapat dilihat pada
tabel berikut :

Rata – Rata Tingkat Perubahan Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Responden.

Nilai yang diperoleh Perubahan


Nilai
Deskripsi
max E.Awal % E.Akhir % Nilai %

Pengetahuan 1.500 956 63,73 1.198 79,86 242 16,13

Sikap 1.650 1.047 63,45 1.375 83,33 328 19,88

Keterampilan 1.800 1.128 62,66 1.511 83,94 383 21,28

Sumber : Data primer setelah diolah

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa setelah dilakukan penyuluhan


lalu dievaluasi kembali, ternyata pengetahuan responden meningkat 16,13%, sikap
19,88%, dan keterampilan sebesar 21,28%.

37
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan kegiatan Evaluasi Penyuluhan Pertanian dilaksanakan
di Desa Julubori, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi
Selatan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kriteria pengetahuan petani mengenai Pupuk Organik Cair (POC) Hatake,
yaitu mencapai 79,86%.
2. Kriteria sikap petani dalam menerima inovasi Pupuk Organik Cair (POC)
Hatake, mencapai 83,33 %.(sangat setuju) Hal ini dikarenakan kelompok
tani tersebut sangat merespon materi penyuluhan yang disampaikan.
3. Tingkat keterampilan yang dimiliki petani dalam menerapkan Pupuk
Organik Cair (POC) Hatake sebesar 83,94 %.

5.2 Saran
Setelah melihat berbagai capaian hasil kegiatan yang dilakukan pada
Evaluasi Penyuluhan Pertanian serta manfaatnya maka disarankan dua hal pokok
sebagai berikut :
1. Disarankan agar Mahasiswa perlu membekali diri dengan peningkatan
kemampuan dan teknik dalam menunjang kegiatan evaluasi penyuluhan
2. Perlu adanya pelatihan khusus yang dilakukan berkaitan dengan metode,
teknik evaluasi demi tercapainya sasaran dan tujuan evaluasi.

38
DAFTAR PUSTAKA

Erwin, SP.Sumber Tulisan : Bahan Diklat Sertifikasi Penyuluh Pertanian Level


Supervisor Bapeltan Jambi 2012 dan sekian itulah artikel MENGEVALUASI
PELAKSANAAN PENYULUHAN PERTANIAN

Padmowihardjo S. 2002. Evaluasi Penyuluhan Pertanian, Universitas Terbuka


Jakarta

Werimon A. (1992) Diktat Monitoring dan Evaluasi APP Yogyakarta (tidak


diterbitkan).

39

Anda mungkin juga menyukai