Anda di halaman 1dari 41

KASUS PENYAKIT DAN PELAYANAN KESEHATAN HEWAN DI UNIT

PELAKSANAAN TEKNIS (UPT) PUSKESWAN CELAK KABUPATEN


BANDUNG BARAT

Laporan Praktek Kerja Lapangan

Oleh :
Deni Mulyadi
24032115114

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GARUT
2018
KASUS PENYAKIT DAN PELAYANAN KESEHATAN HEWAN DI UNIT
PELAKSANAAN TEKNIS (UPT) PUSKESWAN CELAK KABUPATEN
BANDUNG BARAT

Laporan Praktek Kerja Lapangan

Diajukan Untuk Melengkapi Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan

Oleh :
Deni Mulyadi
24032115114

Menyetujui :

Pembimbing Intern Pembimbing Ekstern

Mega Royani S.Pt., MS. drh. Zikra Doviansyah

Mengetahui :
Ketua Program Studi Kasubag TU UPT-PT

Ir. Ibrahim Hadist., MS R. Iip Kusyaman, S.Pt


NIP.195805301985031003 NIP.198012122011011004
ATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT karena dengan izin dan

karunianya penulis mampu menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapang di UPT

Keswan Kabupaten Bandung Barat. Penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak R. Iip Kusyaman, S.Pt sebagai Kasubag UPT Pembibitan yang

telah menerima dan telah menyediakan sarana dan prasarana selama

kegiatan berlangsung.

2. Bapak drh. Suhendra sebagai kepala Keswan yang telah memberikan

kesempatan untuk belajar tentang kesehatan Ternak selama Kegiatan

3. Bapak drh. Zikra Doviansyah sebagai pembimbing lapang yang telah

membimbing selama pelaksanaan PKL.

4. Ibu Mega Royani S.Pt., MS. selaku Pembimbing internal Praktik Kerja

Lapangan UPT Kabupaten Bandung Barat

5. Seluruh staf UPT Pembibitan dan UPT Keswan yang telah banyak

memberikan bimbingan pengetahuan dan pengalaman di lapangan.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak. Semoga

laporan ini manfaat bagi semua pihak.

Garut, Agustus 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

BAB Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. v

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... vi

I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1. Latar belakang ............................................................................... 1

1.2. Tujuan PKL ................................................................................... 1

1.2.1. Tujuan Umum PKL ........................................................... 2

1.2.2. Tujuan Khusus PKL .......................................................... 2

1.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKL ............................................ 2

II. GAMBARAN UMUM LOKASI PKL ................................................. 3

2.1. Sejarah UPT Puskeswan ................................................................. 3

2.2. Kegiatan UPT Puskeswan .............................................................. 3

2.3. Struktur Instansi UPT Puskeswan KBB ......................................... 4

2.4. Jenis Pelayanan UPT Puskeswan dan Laboratorium ..................... 4

2.5. Visi, Misi dan Motto ...................................................................... 5

2.5.1. Visi ...................................................................................... 5


2.5.2. Misi ..................................................................................... 5
2.5.3. Motto ................................................................................... 6

ii
III. PELAKSANAAN PKL ......................................................................... 7

3.1. Bidang Kerja.................................................................................. 7

3.2. Pelaksanaan Kerja .......................................................................... 7

3.3. Kasus Penyakit yang Sering Terjadi di KBB Selama PKL ............ 8

3.4. Upaya Pencegahan Penyakit .......................................................... 18

IV. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 23

4.1. Kesimpulan ..................................................................................... 23

4.2. Saran ............................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 24

LAMPIRAN ................................................................................................. 26

iii
DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman


1. Struktur Organisasi UPT Puskeswan KBB ............................................ 4
2. Kasus Sapi Penyakit Entheritis .............................................................. 8
3. Kasus Sapi Penyakit Peneumonia .......................................................... 11
4. Kasus Domba Penyakit Pink Eye ........................................................... 12
5. Kasus Kambing Penyakit Grass Tetany ................................................. 13
6. Penyakit Scabies Pada Kambing ............................................................ 14
7. Penyakit Helmintiasis Pada Ayam Kate ................................................. 16
8. Kerbau Lumpur yang Terkena Diare ..................................................... 17

iv
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1. Kantor UPT Puskeswan KBB ................................................................ 6

2. Feces Sapi yang terkena Entheritis ........................................................ 9

3. Kerbau yang terkena Diare .................................................................... 18

v
DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Jenis-jenis Obat yang Digunakan ......................................................... 26


2. Catatan Kegiatan Hariann .................................................................... 30
3. Foto Kegiatan PKL .............................................................................. 32

vi
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masyarakat Gunung Halu sebagian besar memiliki hewan ternak dan

mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun hal ini tidak diiringi dengan

pengetahuan dalam pemeliharaan dan kesehatan ternak sehingga hal ini akan

berdampak pada kesehatan ternak.

Solusi dari permasalahan yang ada pada masyarakat salah satunya adalah

dengan adanya pelayanan kesehatan hewan yang dapat memudahkan masyarakat

dalam tindakan pengamatan, penyidikan, pengendalian dan pemberantasan

penyakit pada hewan ternak. Pelayanan sangat dipengaruhi oleh paramedis yang

terampil, profesional dan handal dalam pelayanan kesehatan hewan.

Pelayanan kesehatan hewan memiliki fungsi yang bersifat publik untuk

melakukan pengendalian dan pemberantasan penyakit hewan. Puskeswan

merupakan ujung tombak yang berhadapan langsung dengan kasus dilapangan

sehingga dapat melakukan deteksi dini, pelaporan dini dan respon dini sehingga

daharapkan kasus penyakit hewan menular dapat dikendalikan dan tidak

menyebar serta dapat dibebaskan kembali.

Di kecamatan Gunung halu Bandung Barat sering terjadi kasus penyakit

yang bersifat infeksius dan non infeksius, oleh karena itu perlu adanya pelayanan

pertolongan pertama sebelum dirujuk paramedis. Peternak juga diharapkan

mengetahui kasus-kasus penyakit serta pelayanan kesehatan hewan yang baik dan

benar.

1
2

1.2. Tujuan PKL

1.2.1. Tujuan Umum

a. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menerapkan ilmu

peternakan di lembaga dan masyarakat

b. Meningkatkan pengetahuan dalam perkembangan teknologi sektor

peternakan

1.2.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dilaksanakannya Praktek Kerja Lapangan ini adalah:

a. Mengetahui jenis-jenis penyakit pada hewan ternak di Gunung Halu

Bandung Barat

b. Mengetahui tatalaksana penangan di UPT Puskewan Bandung Barat

1.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKL

Praktek Kerja Lapangan dilaksanaan pada tangga 01 Agustus 2018 – 31

Agistus 2018. Tempat pelaksanaan dilakukan di Unit Pelaksana Teknis UPT)

Keswan, Jalan Raya Gununghalu, Desa Celak, Kecamatan Gununghalu,

Kabupaten Bandung Barat, kilometer 48 Pos 40565.


3

BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI PKL

2.1. Sejarah UPT Keswan PKL

UPT Puskeswan dan Laboratorium Berdiri Tahun 2012 berdasarkan

Perbup No 28 Tahun 2012. UPT Puskeswan dan Laboratorium Terletak di

Kampung Jambuhala Desa Celak Kecamatan Gunung Halu Kabupaten Bandung

Barat. UPT Pusat Kesehatan Hewan dan Laboratorium merupakan pos yang

memberikan pelayanan di bidang kesehatan hewan. Saat ini Dinas Peternakan dan

Perikanan memiliki 3 buah UPT Puskeswan, yaitu UPT Puskeswan dan

Laboratorium Celak sebagai pusatnya yang terletak di kampung Jambuhala Desa

Celak, Kecamatan Gunung Halu dan 2 buah Puskeswan pembantu di kecamatan

Cisarua. Selain itu terdapat 1 buah UPKH (Unit Pelayanan Kesehatan Hewan) di

Pasar Domba Kecamatan Padalarang. Tugas Pokok UPT Puskeswan dan

Laboratorium adalah melaksanakan sebagian tugas Dinas Peternakan dan

Perikanan di bidang pelayanan kesehatan hewan dan laboratorium.

2.2. Kegiatan UPT Keswan KKB

Berdasarkan peraturan menteri pertanian nomor 64/permentan/ot.140/9/2017

tentang pedoman pelayanan pusat kesehatan hewan puskeswan dan laboratorium

memiliki tugas pokok sebagai berikut :

1. Melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan hewan

2. Melakukan konsultasi veteriner dan penyuluhan di bidang kesehatan hewan

3. Mener bitkan surat keterangan kesehatan hewan

4. Pelaksanaan penyehatan hewan


4

5. Pemberian pelayanan kesehatan masyrakat veteriner

6. Pelaksanaan epidemiologik

7. Pelaksanaan informasi veteriner dan kesiagaan darurat wabah

8. Pemberian pelayanan jasa veteriner

2.3. Struktur Instansi UPT Puskeswan KBB

STRUKTUR ORGANISASI PUSKESWAN DAN


LABORATORIUM

KEPALA UPT PUSKESWAN DAN LAB

KEPALA TATAUSAHA

SEKSI URUSAN KELOMPOK JABATAN SEKSI URUSAN


KESWAN, KESMAPET FUNGSIONAL EPIDEMIOLOGI DAN
DAN REPRODUKSI INFORMASI
1. MEDIK
VETERINER
VETERINER
2. PARAMEDIK
VETERINER

Tabel 1. Struktur Organisasi UPT Puskeswan KBB

2.4. Jenis Pelayanan UPT Puskeswan dan Laboratrium

Jenis pelayanan UPT PUSKESWAN dan Laboratorium Kabupaten

Bandung Barat

1. Pelayanan konsultasi veteriner dan penyuluhan tentang kesehatan hewan

2. Pengobatan terhadap hewan/ternak sakit


5

3. Pemeriksaan kematian ternak

4. Vaksinasi (rabies, al dan brucelosis)

5. Pengambilan sampel specimen (darah, feses) untuk pemeriksaan

laboratorium (brucelosis, antrak dan cacingan)

6. Pengambilan sampel untuk pemeriksaan laboratorium bahan pangan asal

hewan ( daging, susu, telur, sosis dll,)

7. Pemeriksaan dan pengobatan gangguan reproduksi ternak

8. Pelayanan inseminasi buatan ternak

9. Pelayanan pemeriksaaan kebuntingan ternak

10. Survei dan pemetaan penyakit hewan

11. Menerbitkan surat kesehatan hewa (skkh)

2.5. Visi, Misi dan Motto

2.5.1. Visi

terwujudnya pelayanan kesehatan hewan menuju ternak sehat, masyrakat

sehat bandung barat “Cermat”

2.5.2. Misi

1. Meningkatkan status kesehatan dan produkstifitas ternak melalui perencanaan

kegiatan yang tepat sasaran

2. Menurunkan status kejadian penyakit-penyakit strategis dan zoonosis

3. Meningkatkan kewaspadaan masyarakat (public awarensess) tentang kesehatan

hewan
6

2.5.3. Moto

Rapih : “ Responsif, Akuntable, Profesional, Integritas dan Harmonis”

Gambar 1. Kantor UPT Keswan KBB


7

BAB III. PELAKSANAAN PKL

3.1. Bidang Kerja

Kegiatan rutin yang dilakukan di UPT Keswan yaitu membantu pihak

paramedis lapangan dalam menangani ternak sakit. Selama kegiatan berlangsung

mahasiswa diajarkan mengenai tanda penyakit, jenis penyakit, nama kandungan

pada obat, dosis yang harus diberikan pada berbagai jenis ternak dan cara

pemberian obat yang baik dan benar. Pengecekan ulang dilakukan oleh paramedis

seminggu kemudian setelah pemeriksaan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui

kondisi ternak pasca pengobatan.

3.2. Pelaksanaan Kerja

Pelaksanaan Kerja selama praktek kerja lapangan di UPT Puskeswan

Bandung Barat, yaitu melakukan kegiatan-kegiatan yang sesuai jadwal yang telah

diberikan dan arahan dari para petugas UPT Puskeswan Gunung Halu mengenai

kasus-kasus penyakit dan pelayanan kesehatan hewan.

Penanganan kasus kesehatan di Gunung Halu Bandung Barat mayoritas

dilakukan pada ternak ruminansia seperti Sapi, Domba dan kambing. Hal ini

dikarenakan sebagian masyarakat memiliki ternak tersebut maka pelayanan harus

diperhatikan sehingga dapat meminimalisir terjadinya penyakit yang merugikan

misalnya serangan agen infeksius seperti virus, bakteri, parasit dan jamur.

Penyakit yang sering terjadi di Gunung Halu adalah penyakit yang sifatnya

menular dan tidak menular. Penyakait infeksi yang angka morbiditasnya cukup

tinggi yaitu scabies dan pink eye. Kedua penyakit tersebut bersifat zoonosis atau

menular. Zoonosis adalah penyakit atau infeksi yang ditularkan secara alamiah
8

yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya (Suharsono 2002;

Nicholas dan Smith 2003). Zoonosis dapat terjadi pada semua hewan berdarah

panas, seperti kambing, domba, kerbau, sapi, kuda, babi, anjing, unta, dan hewan

liar lainnya ( Arlian dan Vyszenski-Moher, 1988). Penyakit scabies selama PKL

ditemukan sekitar 24 kambing terkena Scabies da 45 kambing terkena Pink Eye.

Hal ini diakibatkan tidak segera ditangani sejak awal dari agen pembawa

infeksinya.

3.3. Kasus Penyakit yang Sering Terjadi di KBB selama PKL

KASUS 1

Tabel 2. Kasus sapi penyakit Entheritis

Pemeriksaan Klinis Sapi


Tanggal 02 Agustus 20118

Anamnesa Sapi tidak mau makan dan minum dan feses


barcampur darah segar
Signalement
Jenis hewan Sapi
Ras Simental
Warna rambut coklat-putih
Jenis kelamin Jantan
Umur > 2 tahun
Suhu tubuh 40,1 oC

Gejala klinis Suhu tubuh panas, rambut rontok, dan ditemukan feses
bercampur darah berwarna merah
Pemeriksaan lanjut -

Diagnosa Entheritis

Prognosa -
9

gambar 2. Feces sapi yang terkena entheritis

Peternak melaporkan sapinya tidak mau makan dan minum serta

mengeluarkan kotoran encer bercampur darah. Saat dilakukan pemeriksaan

ditemukan suhu tubuh sapi tinggi 40,1 oC, rambut rontok, dan feses sapi dengan

konsistensi cair serta terdapat darah segar berwarna merah. Menurut Mauladi

(2009), suhu normal pada sapi dewasa adalah sekitar 38.0–39.0 oC. Berdasarkan

gejala klinis dan hasil pemeriksan yang dilakukan sapi mengalami gangguang

dipencernaan (enteritis).

Penyakit entheritis menyebabkan ternak mengalami diare. Bentuk dari

abnormalitas jumlah cairan yang tinggi pada feses yang disebabkan oleh

keluarnya cairan tubuh kedalam usus dan kegagalan penyerapan cairan dari isi

usus selama proses pencernakan. Sehingga feses yang dihasilkan akan beragam

dari agak padat sampai ke betul-betul cair. Tergantung dari beratnya penyakit atau

agen penyebab penyakit maka feses akan bercampur darah dan hasil dari

pelepasan lapisan kelenjar usus (Subronto, 2007).


10

Kejadian penyakit diare yang terjadi di desa Celak Gunung Halu

disebabkan oleh 2 faktor yaitu, faktor fisiologis dan faktor inveksi penyakit.

Faktor fisiologis yang menyebabkan diare dapat berupa perubahan lingkungan

ternak yaitu perubahan pakan, perpindahan ternak, perubahan cuaca dan

pergantian pemeliharaan

Penyakit enteritis dengan tanda mencret bercampur darah segar maka hal

ini terjadi diakibatkan karena infeksi atau luka pada usus besar. Penanganan kasus

enteritis yang dilakukan oleh dokter hewan, paramedis dan mahasiswa peternakan

UNIGA adalah dengan memberikan obat antialergi yaitu Vetradryl dengan cara

injeksi intramuscular, antibiotik bolus Cotrimoxazole dengan cara oral, dan

vitamin ADE dengan merk dagang Vitol rute injeksi intramuscular.

Peternak juga disarankan juga untuk memberikan air gula merah pada sapi

untuk menghindari dehidrasi dan penambah energi. Peternak melaporkan kepada

petugas kesehatan hewan kabupaten bandung barat bahwa sapinya yang

mengalami diare berdarah sembuh setelah satu minggu pengobatan sejak awal

pengobatan.
11

KASUS 2

Tabel 3. Kasus sapi penyakit Peneumonia

Pemeriksaan Klinis Sapi


Tanggal 04 Agustus 20118

Anamnesa Sapi PO mengeluaran leleran kental dihidung dan demam


tinggi, kurangnya nafsu makan dan selalu diam.
Signalement
Jenis hewan Sapi
Ras PO (Peranakan Ongole)
Warna rambut putih
Jenis kelamin Betina
Umur > 2,5 tahun
Suhu tubuh 40 oC

Gejala klinis Demam tinggi, Hidung mengeluarkan lendir, rambut


kusam dan lesu
Pemeriksaan lanjut -

Diagnosa Peneumonia
Prognosa -

Ternak sapi potong yang berada di UPT Pembibitan mengeluarkan ingus

kental dari hidung, demam tinggi, kurang nafsu makan dan lesu. Ketika dilakukan

pemeriksaan didapatkan sapi mengeluarkan ingus kental pekat berwarna putih

bercampur kekuningan dari hidung dalam jumlah yang banyak, sapi juga tidak

mau makan padahal sudah di sediakan rumput bercampur konsentrat di tempat

pakan. Pemeriksaan suhu tubuh didapatkan hasil 40 oC. Hal ini menunjukan sapi

mengalami demam. Menurut Mauladi (2009), suhu normal pada sapi dewasa

adalah sekitar 38.0–39.0 oC. Pengobatan yang dilakukan dokter hewan dan

mahasiswa UNIGA diberikan obat antiviretik, anti analgesik, antispasmodik yaitu

sulpidon. Kemudian diberikan anti radang glukortin serta diberikan vitamin

Biodin untuk menambah energi.


12

KASUS 3

Tabel 4. Kasus Domba penyakit Pink Eye

Pemeriksaan Klinis Domba 1 Domba 2


Tanggal 08 Agustus 2018 01 Agustus 2018

Anamnesa Domba kurus, mata Rambut domba terlihat


keruh dan makan kusam dan mata keruh dan
berkurnag memerah
Signalement
Jenis hewan domba domba
Ras Garut Garut
Warna rambut hitam-putih Hitam-putih
Jenis kelamin Jantan Betina
Umur > 1,5 tahun > 2.5 tahun
Suhu tubuh 39.5oC 39.7 oC

Gejala klinis Badan panas, penurunan Badan panas, penurunan


nafsu makan dan mata nafsu makan dan mata
merah, berair dan merah, berair dan bengkak
bengkak
Pemeriksaan lanjut - -

Diagnosa Pink Eye dan cacingan Pink Eye dan cacingan

Prognosa - -

Domba 1 dan 2 mengalami mata merah, berair, bengkak sehingga nafsu

makan menjadi turun. Setelah petugas kesehatan hewan melakukan pemerikasaan

ditemukan kedua mata domba mengalami radang Pink Eye domba 1 dan 2 juga

mengalami kekurusan terlihat dari bobot badan domba yang terlihat kurus, rambut

yang kusam dan tulang rusuk terlihat menonjol. Penyakit mata disebabkan oleh

penyebab fisik dan mikroorganisme penyebab penyakit. Penyebab fisik antara lain

bola mata terkena tusukan ujung batang rumput, ranting pohon, duri, atau debu

secara langsung. Penyebab berupa mikroorganisme bisa berupa virus atau bakteri,

seperti Ricketsia dan Chlamydia (Sodiq dan Abidin, 2002). Langkah selanjutnya
13

dengan memberikan obat pada mata berupa salep erlanycetin, pemberian obat

cacing albendazole dan vitamin Biodin. Peternakan diberikan edukasi tentang

pentingnya pemberian obat cacing pada ternak domba dimana wajib diberikan

selama 3 bulan sekali untuk menjaga cacingan pada ternak.

KASUS 4
Tabel 5. Kasus Kambing Penyakit Grass Tetany

Pemeriksaan Klinis Kambing 1


Tanggal 13 Agustus 20118

Anamnesa Kambing mengalami kejang, nafsu makan berkurang, dan


tidak diare
Signalement
Jenis hewan Kambing
Ras Peranakan Etawa
Warna rambut hitam-putih
Jenis kelamin Betina
Umur > 3,5 tahun
Suhu tubuh 39 oC

Gejala klinis Kaki belakang kaku, kejang, suhu panas dan terlihat kurus
Pemeriksaan lanjut -
Diagnosa Grass tetany
Prognosa -

Peternak melaporkan kambingnya mengalami kejang-kejang, sering

ambruk di dalam kandang, makan kurang dan lesu. Pemeriksaan yang pertama

kali dilakukan melihat bentuk kaki belakang tidak ditemukan ada kelainan tetapi

terlihat otot mengalami kejang dan dilakkukan palpasi teraba ototnya tegang tetapi
o
tulangnya tidak ada kelainan, suhu tubuh kambing normal yaitu 39 C.

Berdasakan hasil pemeriksaan yang dilakukan kambing mengalami kekakuan otot

(grass tetany) karena kejang. Penyakit kejang pada kambing (grass tetany)

merupakan penyakit yang disebabkan karena kekurangan kadar mineral


14

magnesium (Mg) dan Kalsium (Ca) dalam bahan pakan. Kekurangan konsumsi

mineral akan akan mengakibatkan gangguan syaraf. Beberapa tanda klinis yang

dapat dilihat secara fisik adalah kambing mengalami kekejangan di kaki yang

mengakibatkan susah untuk berjalan, gelisah oleh gangguan suara keras, sering

urinasi atau kencing, kejang berlanjut pada beberapa hari berikutnya, dan jika

tidak ditangani bisa mengakibatkan kematian. Pengobatan yang diberikan adalah

penghilang rasa sakit yaitu Sulpidon, anti radang dan antialergi (Vetadril) dan

Calsium yaitu Calsidex Plus.

KASUS 5
Tabel 6. Penyakit Scabies Pada Kambing

Pemeriksaan Klinis Kambing


Tanggal 16 Agustus 2018

Anamnesa Kambing selalu menggarukan badan ke dinding,


jarang makan, lesu, kulit tampak menebal, bulu
rontok, gatal gatal,
Signalement
Jenis hewan Kambing
Ras Peranakan Etawa
Warna rambut hitam-putih
Jenis kelamin Jantan
Umur > 1,5 bulan
Suhu tubuh 38.5oC

Gejala klinis Kulitnya melepuh, gatal gatal hebat, kulit luka dan
lecet.
Pemeriksaan lanjut -

Diagnosa Scabies

Prognosa -

Berdasarkan laporan peternak bahwa kambingnya selalu menggaruk-

garukkan badannya ke dinding, jarang makan, kulitnya melepuh dan bulunya


15

rontok. Setelah dilakukan pemeriksaan ditemukan kambing menunjukan gejala

klinis yaitu kulitnya melepuh dibagian punggung dan telinga, rambut rontok, gatal

hebat dan lecet, sehingga menyebabkan kambing menjadi jarang makan dan

menggaruk garukan tubuhnya ke tiang kandang. Kambing juga terlihat lesu

seperti kehilangan energi.

Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter hewan dilaboratorium UPT Celak

Gunung Halu Kabupaten Bandung Barat bahwa kambing ini terkena penyakit

scabies yang diakibatkan dari tungau Sarcoptes scabiei. Penyakit scabies ini

sifatnya menular ( Zoonosis) ke kambing lain sehingga mudah menyebar baik

secara langsung melalui sentuhan ataupun dari kandang yang berdekatan dalam

satu kandang.

Penyebab scabies berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Hartati

(2001), diperoleh beberapa faktor yaitu : Tipe kandang dengan tipe koloni,

sanitasi kandang dan lingkungan kurang baik, kambing yang sakit tidak di isolasi,

adanya vektor penyebab penyakit dan suhu yang rendah dilokasi kandang.

Menurut Sarwono (2002) Penanganan Kambing yang terserang scabies harus

segera diasingkan dan dirawat di tempat yang hangat dengan memberi ransum

yang gizinya baik dan diobati.

Perawatan dilakukan dengan mencukur bulu rambut sekitar luka.

Borok – borok luka dibersihkan dengan air hangat dan sabun. Selanjutnya,

ternak dimandikan dengan air yang telah diberi larutan Neguvon. Setelah

dimandikan, ternak dibiarkan di tempat yang terbuka agar bisa berjemur atau

berangin – angin. Pengobatan secara teliti dilakukan dengan mengolesi obat di


16

daerah kepala, telinga, sela – sela kaki karena bibit penyakitnya suka

bersarang ditempat tersembunyi. Upaya pencegahan dilakukan denga

menyemprot dan membersihkan kandang dengan desinfektan. Pengobatan yang

dilakukan dengan pemberian obat antiscabies dengan merk dagang Ivomect,

vitamin Vitol, dan antiradang Glucortin dengan jalur injeksi.

KASUS 6
Tabel 7. Penyakit Helmintiasis Pada Ayam Kate

Pemeriksaan Klinis Ayam Kate


Tanggal 24 Agustus 20118

Anamnesa Ayam banyak makan tapi kurus dan tidak berenergi

Signalement
Jenis hewan Unggas
Ras Ayam Kate
Warna rambut Coklat-merah
Jenis kelamin Jantan
Umur > 1 tahun
Suhu tubuh 40,3 oC

Gejala klinis Ayam terlihat kurus,


Pemeriksaan lanjut
Diagnosa Helmintiasis ( Cacingan)
Prognosa -

Peternak melaporkan bahwa ayamnya banyak makan tapi tetap kurus dan

kurang aktif. Berdasarkan hasil pemeriksaan petugas kesehatan hewan dan

mahasiswa UNIGA ayam Kate mengalami penyakit Helmintiasis atau cacingan.

Cacingan pada ayam saat awal serangan memang jarang menunjukkan gejala yang

khas. Gejala seperti ayam lesu, kurus, tidak nafsu makan, kadang-kadang

ditemukan diare bercampur darah, dan pucat (anemia) baru akan terlihat jika ayam
17

sudah terinfeksi cacing dalam jumlah banyak. Pengobatan dilakukan pemberian

albendazole dan Biodin secara Intramuscular. Albendazole yaitu obat untuk

membunuh cacing pada ternak dan Biodin adalah Vitamin untuk menambah nafsu

makan dan mengembalikan lelahnya otot akibat helmintiasis.

KASUS 7
Tabel 8. Kerbau Lumpur yang Terkena Diare

Pemeriksaan Klinis Kerbau lumpur


Tanggal 28 Agustus 20118

Anamnesa Kerbau kurang nafsu makan dan mengalami mencret


selama 2 hari dan disertau bau menyengat
Signalement
Jenis hewan Kerbau lumpur
Ras kerbau
Warna rambut hitam
Jenis kelamin Jantan
Umur > 1,2 tahun
Suhu tubuh 37,4 oC

Gejala klinis Mata sayu, bulu merinding, mencret cair, kurang nafsu
makan, lemas
Pemeriksaan lanjut
Diagnosa Stres, peradangan pada usus, atau disebabkan karena virus
Prognosa -

Gambar 3. Kerbau yang terkena mencret


18

Peternak melaporkan bahwa kerbau mengalami sakit mencret dengan

kondisi feses yang sangat cair selama 2 hari dan nafsu makan sangat kurang.

Setelah dilakukan pemeriksaan oleh paramedis dari PUSKESWAN dan

mahasiswa UNIGA kerbau tersebut setelah di cek suhu mengalami suhu normal

yaitu 37,4 oC. Kerbau terlihat matanya sayu, dan terlihat kelelahan. Hal ini

disebabkan karena stress perjalanan dan tidak segera diberi larutan elektrolit.

Dokter mengatakan bahwa kerbau yang mengalami stress perjalan maka harus

segera diberikan larutan gula dan jangan langsung diberikan pakan hal ini untuk

mengembalikan stamina tubuh terlebih dahulu dan setelah 30 menit baru

diberikan pakan. Dari hasil pemeriksaan tersebut maka dokter membrikan obat

Sulfadiazine 200 mg Trimethoprim 40 mg dengan merek dagang Colibact® inj

secara Intramuscular obat dengan merek dagang Vetadryl® secara Intramuscular,

obat Biodin® untuk menguatkan otot dan meningkatkan nafsu makan, dan obat

cotrimoxazole bolus untuk mencret diberikan secara oral dan obat contrimoxazole

diberikan hanya ketika terjadi mencret kembali.

3.4. Upaya Pencegahan Penyakit

Upaya pencegahan bertujuan untuk menekan angka kesakitan (morbidity

rate) dan angka kematian (mortality rate) serta menjaga agar status kesehatan

ternak dipertahankan/ditingkatkan. Sedangkan tindakan pengendalian lebih

ditujukan kepada usaha-usaha agar penyakit tidak menyebar/tertular ke ternak

lainnya. dalam melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian penyakit maka

dapat diterapkan beberapa metode yaitu: menerapkan prinsip-prinsip sanitasi dan

desinfeksi kandang secara rutin, melakukan isolasi terhadap ternak yang


19

menderita serta memperketat lalulintas ternak dan karantina di daerah tertular

untuk menghindari terjadinya letupan penyakit yang lebih luas.

a. Biosekurity

Sasaran akhir tiap usaha peternakan adalah pencapaian keuntungan dari

usaha tersebut. Keuntungan maksimal hanya akan dicapai bila ternak dalam

keadaan sehat. untuk produksi sebaik-baiknya ternak harus sehat, keuntungan

yang optimal akan tercapai jika ada perhatian terhadap tatalaksana reproduksi.

Biosekuriti ini merupakan garda terdepan untuk mengamankan ternak dari

penyakit, peternak yang menerapkan biosekuriti akan bisa menekan biaya

kesehatan ternak lebih murah dibandingkan peternakan yang tidak menerapkan

biosekurti.

Biosekuriti adalah semua tindakan yang merupakan pertahanan pertama

untuk mengendalikan wabah dan mencegah kontak/penularan dengan peternakan

tertular dan mencegah penularan penyakit. Didalam ilmu epidemiologi mengenai

ilmu yang mempelajari sebaran penyakit dikenal dengan istilah segitiga

epidemiologi yang meliputi inang(host), lingkungan dan agen penyakit.

Keseimbangan tersebut harus dijaga salah satunya dengan biosekuriti.

Menurut Barrington et all. (2006), tindakan umum yang dilakukan dalam

program biosekuriti adalah 1). mengawasi keluar masuknya hewan; 2). mencegah

kontak dengan hewan atau hewan liar; 3). secara rutin membersihkan dan

mendesinfeksi sepatu, pakaian, dan peralatan yang dipakai ketika menangani

hewan; 4). mencatat pengunjung, hewan, dan peralatan yang masuk dan keluar.
20

Penyebaran penyakit dapat terjadi sangat komplek hal ini dapat disebabkan

akibat kepadatan populasi dalam suatu kandang, spesies atau bangsa hewan, dan

sistem sanitasi pada peternakan tersebut, sehingga pengembangan biosekuriti

sangat penting guna mencegah masuk dan tersebarnya penyakit yang merugikan

(Steenwinkel et al., 2011).

Biosekuriti pada peternakan dapat meliputi sanitasi peternakan, pagar

pelindung, pengawasan yang ketat lalu lintas pengunjung dan kendaraan,

menghindari kontak dengan hewan liar, mempunyai fasilitas bangunan yang

memadai, penerapan karantina dan menerapkan sistem tata cara penggantian stok

hewan (Casal et al. 2007). Biosekuriti meliputi sanitasi dan desinfeksi kandang.

Sanitasi merupakan usahah pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau

mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dalam rantai perpindahan

penyakit tersebut. Sanitasi didefinisikan sebagai usaha pencegahan penyakit

dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang

berkaitan dalam rantai perpindahan penyakit tersebut. yang dimaksud dengan

“sanitasi” adalah tindakan yang dilakukan terhadap lingkungan untuk mendukung

upaya kesehatan manusia dan hewan (Notoadmodjo., 2010).

Sanitasi dalam sebuah peternakan dilakukan selain untuk mencegah

terjangkitnya penyakit juga untuk meminimalkan kemungkinan penularan

penyakit. Sanitasi dalam sebuah peternkana harus disiplin diterapkan demi

menunjang keberhasilan sanitasi.

Ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam penerapan program

sanitasi :
21

1. Sanitasi orang dan peralatan yang keluar masuk di area peternakan

2. Sanitasi kandang dan kendaraan yang masuk area peternakan

3. Sanitasi hewan ternak

4. Sanitasi pemerahan (pada sapi perah)

5. Sanitasi ruang dan peralatan penampung susu (pada sapi perah)

Desinfeksi adalah upaya penyingkiran atau penghancuran kuman. Upaya

ini memerlukan pengetahuan dan pemahaman yang jelas tentang cara dan bahan

yang tersedia, serta penerapannya yang baik. Panas sinar matahari merupakan

desinfeksi yang paling baik untuk menghancurkan dan membunuh kuman yang

mencemari alas kandang dan peralatan kandang. Beberapa kuman akan dimatikan

dengan hembusan udara panas. Untuk seluruh areal peternakan dan peralatan

kandang baiknya selalu dibersihkan dan di jemur dibawah sinar matahari.

Manajemen sanitasi dan desinfeksi kandang yang baik tetap menjadi syarat

yang mutlak dalam menjaga kondisi kesehatan ternak dan menjadi kunci

pengendalian penyakit yang berkesinambungan. Kandang dan peralatannya

merupakan salah satu saran pokok yang penting yang ikut berperan dalam

menentukan berhasil tidaknya suatu usaha peternakan untuk itu beberapa hal yang

perlu diperhatian adalah kebersihan kandang.

b. Vaksinasi

Aspek lain dari biosekuritas adalah mencegah penyakit melalui vaksinasi.

Antibiotika digunakan untuk memberantas infeksi bakteri. Karena tidak ada obat

yang dapat melawan infeksi virus. Vaksin virus yang ideal terbuat dari suatu virus

yang tidak menimbulkan penyakit, tetapi virus yang sangat tinggi


22

imunogenesitasnya sehinga dapat meningkatkan kekebalan yang tinggi.

Perusahaan vaksin mempunyai kombinasi faktor-faktor yang terbaik terhadap

virus yang ada sesuai dengan yang diharapkan.

Vaksinasi merupakan salah satu tindakan ideal dalam melakukan

pencegahan penyakit hewan seperti anthrax, brucellosis dan sebagainya. Vaksinasi

memberikan manfaat jika dilakukan secara teratur pada ternak sehat dengan usia

yang sesuai dosis dan cara aplikasi yang benar. Menurut Hanly et al. (1995)

bahwa sistem kekebalan dapatan (antigen-spesifik) memiliki efisiensi dan

spesifisitas yang tinggi, tetapi memiliki respons yang lebih lambat daripada sistem

kekebalan bawaan (innate unspecific). Vaksinasi tanpa diikuti dengan tindakan

biosecurity atau sanitasi, hanya sedikit memberikan manfaat pada kejadian atau

keparahan suatu penyakit. Dengan demikian dengan berbagai metde pengendalian

atau pencegahan penyakit umumnya saling berkaitan satu dengan yang lain.

Kombinasi antara beberapa jenis metode pencegahan/pengendalian penyakit

memberikan dampak yang lebih baik terhadap pengendalian penyakit ternak yang

lebih luas.
23

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Penyakit pada ternak dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup

besar sehingga dapat menghambat perkembangan populasi juga dapat menular

kepada manusia. Kasus penyakit yang ditemukan selama kegiatan praktek kerja

lapangan yaitu: Entheritis, Peneumonia ,Pink Eye, Grass tetany, Scabies,

Helmintiasis dan peradangan pada usus. Pada umumnya pencegahan dapat

dilakukan dengan sanitasi kandang yang baik, vasksinasi dan isolasi sedini

mungkin.

4.2. Saran

Saran yang dapat diberikan adalah perlunya dilakukan penyuluhan yang

intensif dan berkala mengenai manajemen perwatan ternak, manajemen pakan

yang baik, manajemen kesehatan dan pengenalan penyakit-penyakit yang sering

muncul. Melalui penyuluhan diharapkan peternak memiliki kemampuan

pemeliharaan yang baik dalam upaya peningkatan produksi peternak yang

sejahtera.
24

DAFTAR PUSTKA

Arlian, L.G.,M.S. Morgan,D.L., V. Moher And B.L Stemmer 1994. Sarcoptes


Scabiei; the sirculating anti body response and induced immunity to
scabies. experimental parasitol. 78:37-50

Candice M. Klingerman Ruminant Nutrition & Microbiology Lab. 2007. Grass


Tetany in Cattle – An Examination of its Causes, Clinical Signs and
Cures.university of Delaware

Charles E. Gardhner.2010. Practical Biosecurity in today’s dairy


industry.http:/www.ruminantpro.com

Hanly, W.C., Artwohl, J.E. and Bennett, B.T. 1995. Review of Polyclonal
Antibody Production Procedures in Mammalsand Poultry. ILAR

Ipkh.fkh.ipb.ac.id:// departemen ilmu penyakit hewan dan kesmavet kedokteran


hewan ifb. Jenis-penyakit-ternak-yang-sering-ditemukan.

Mauladi, A. H. (2009). Suhu tubuh, Frrekuensi Jantung dan Nafas Induk Sapi
Frisien Holstein yang Divaksinasi dengan Vaksin Avian Influenza H5N1.
Bogor: Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan, IPB

Myint, A.and G.R. Carter 1989. Prevention of haemorrhagic septicaemia in


buffaloes and cattle with live vaccine.Vet. Rec .:124

Noble ER., GA Noble., GA Schad, AJ MacInnes. 1989. Parasitology, The


Biology of Animal Parasites. 6thEdition.Philadelphia: Lea &
Febiger.574pp.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta :


Jakarta.

Kaufmann AF, Meltzer MI, Schmid GP. 1997. The economic impact of a
bioterrorist attack: are prevention and postattack intervention Programs
justifiable? Emerg Inf. Dis. 3: 83-94.
25

Suharsono. 2002. Zoonosis Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia. Penerbit


Kanisius, Yogyakarta. 180 hlm

Subronto. 2007. Ilmu Penyakit Ternak II. Yogyakarta : Gadjah Mada University.

Press.
26

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Jenis-jenis obat yang digunakan

No. Golongan Nama Bahan Aktif Indikasi/Kontraindikasi Aplikasi


Dagang
1 Antibiotik Roxine® Enrofloxacin 100 mg Infeksi saluran pernapasan,usus dan IM
saluran urine
Vet-Oxy La® oxytetracyline 200 mg/ml Penyakit yang disebabkan organisme IM
sensitif terhadap oksitetrasiklin
Penstrep-40® Procaine penicillin G 200.000 Arthritis, mastitis, SE, irigasi uterus IM
IU/ml postpartus
Dihydrostreptomycin sulphate
200 mg/ml
Genta-100® Gentamycin 100 mg CRD, Snot, Fowl Cholera, Colibacillosis, IM
Salmonelosis dan infeksi saluran
pernapasan
Colibact® inj Sulfadiazine 200 mg Infeksi saluran pernafasan. IM
Trimethoprim 40 mg -Infeksi saluran pencernaan.
-Infeksi saluran kemih.
-Infeksi sekunder pada penyakit viral.
-Septicemia. .,
-Radang persendian, foot rot, mastitis.
-Metritis Mastitis Agalactiae (MMA)
syndrome pada induk babi.
Colibact® Sulfadiazins 1.000 mg Enteritis, endometritis Oral
Bolus Trimethoprim 200 mg
27

2 Analgesik, Sulfidon® Dipyrone 250 mg/ml Penghilang rasa nyeri, penghilang arasa IM, SC
antipiretik, Lidocaine 2% sakit dan antispasmodik
antispasmodik Tympanol SB Dimethicone 25 mg Untuk mengobati kembung akut pada Oral
ternak ruminansia seperti sapi, kerbau,
kambing dan domba
Glucortin-20 Dexametason 2 mg Asetonemia, alergi, arthritis, shock.
IM.IV.SC
3 Antihelmintik Albenmas® Albendazole 100 mg Jangan diberikan pada hewan bunting PO
Fluconix- Nitroxinil 340 mg IM
340®
Ivomec Tiap ml Ivomec Super Ivomec Super diindikasikan sebagai SC
mengandung: anthelmentik (endoparasit dan
Ivermectin………………..1% ektoparasit) pada sapi dan domba.
Clorsulon ………………… 10% Withdrawal time daging 28 h
4 Antihistamin Vetadryl® Dipenhydramine HCl 20 mg/ml Alergi, hipersensitivitas IM
5 Hormon Oxytocin® Inj. Oxytocin 10 IU Memperlancar produksi susu, involusi IM SC
uteri, reproduksi, mengehntikan
pendarahan saat melahirkan, agalactia
post partus, menggugurkan kebuntingan
Vitahormon® Progesteron 6,25 mg Gangguan ovulasi, Atrofi ovarium IM
Ovalumon® Ethinyl estradiol 20.000 IU Gangguan siklus estrus, Degenerasi IM, SC
ovarium, Keguguran, Pendarahan pada
rahim, Peradangan selaput lendirdan
kemajiran

6 Vitamin & Injectamin Vitamin A 50.000 IU Meningkatkan nafsu makan, menguatkan IM


Mineral Vitamin D3 10.000 IU oot dan syaraf
28

Vitamin E 10 IU
Vitamin B2 5 mg
Vitamin B6 3 mg
Vitamin B12 10 meg
Nicotinamide 35 mg
d-Panthenol 25 mg
Calcidex Ca Boroglukonat 500 mg/ml Hipokalsemia IV, SC
Plus® Magnesium chloride hexahydrate
67 mg/ml
Sodium hypophospyte
monohydrate 20.6 mg/ml
Boric acid 100 mg/ml
Introvit E- Vit. E Retensio plasenta, regenerasi epitel IM
Selen® Alphatocopherol acetate 50
mg/ml
Vitol-140® Vit. A IM
Retinol palmitat 80.000 IU/ml
Vit. D3
Cholecalcipherol 40.000 IU/ml
Vit. E
Alphatococalcipherol acetate 20
mg/ml
Biodin® ATP .....................0.100 g Penguat otot dan menigkatkan daya tahan IM
Mg aspartate........ 1.500 g tubuh
K aspartate............1.000 g
Na. Selenite...........0.100 g
Vitamin B.............. 12 0.050 g
Excipient qs ..........100 ml
29

B-Sanplex® Vitamin B1 …………. 2,5 mg Memperbaiki metabolisme tubuh. IM


Vitamin B2 …………. 2,0 mg – Memperbaiki gangguan pencernaan
Vitamin B6 …………. 2,5 mg yang bukan diakibatkan oleh bakteri.
Vitamin B12 ………… 1,0 mcg – Memperbaiki sistem pencernaan.
Nicotinamide ………..20,0 mg – Dalam masa penyembuhan setelah
d-panthonol …………10,0 mg sakit.

Keterangan :
IM : Intramuscullar
SC : Subcutan
IV : Intravena
Oral : Lewat Mulut
30

Lampiran 2. Catatan Kegiatan Harian

No. Tanggal Kegiatan


1 01-08-2018 1. Perkenalan UPT Keswan
2. Perkenalan UPT Pembibitan
3. Bersih kandang
4. Memerah Susu
5. Memberi Pakan
6. Melakukan Penanggulangan penyakit pada
ternak
2 02-08-2018 1. Kegiatan jadwal Keswan lapangan
- Pelayanan IB 1 ekor
- Pemberian Vitamin dan obat cacing 3
ekor domba
- PKB pada satu ekor sapi
- Pengobatan Sapi Diare 1
- Pemberian Vitamin pada Sapi 2
- Pengobatan Kambing PE 1
- Pemberian Obat Cacing dan Vitamin
pada Ayam Kate
3 03-08-2018 1. Memberi pakan pagi hari
2. Mencoper rumput
4 04-08-2018 1. Ngambil jerami padi dari pesawahan
penduduk sekitar
5 05-08-2018 Libur
6 06-08-2018 1. Membersihkan kandang
2. Memberi pakan
3. Pemberian obat cacing
4. Acara lapagan bersama tim keswan
7 07-08-2018 BIMTEK mengenai Sosialisasi Hewan Qurban
8 08-08-2018 Kegiatan diagnosa dan pengobatan pada sapi dan
kambing
9 09-08-2018 Cek birahi
Cek kesehatan
Peberian pakan
Bersih kandang
10 10-08-2018 Cek birahi
Bersih kandang
11 11-08-2018 Cek birahi
Cek kesehatan
Mencari rumput dengan tim UPT Pembiitan

12 12-08-2018 Libur (kegiatan vaksinasi kucing mengisi liburan


hari minggu)
13 13-08-2018 Jadwal lapangan dengan tim keswan
1. Cek birahi dan Inseminasi Buatan pada sapi
31

2. Pemberian obat cacing pada sapi


3. Penyuntikan vitamin pada domba
14 14-08-2018 Cek birahi di UPT
Cek Kesehatan di UPT
Membersihkan kandang
15 15-08-2018 Potong rumput di kebun UPT
16 16-08-2018 Pemeriksaan ternak sakit di lapangan dengan tim
keswan
17 17-08-2018 Potong rumput lapang ke hutan dengan tim UPT
18 18-08-2018 Cek birahi di UPT
Cek Kesehatan di UPT
Membersihkan kandang UPT ternak perah
19 19-08-2018 Libur
20 20-08-2018 Pemeriksaan hewan kurban ke masyrakat dengan
tim keswan
21 21-08-2018 Pemeriksaan hewan kurban ke masyarakat dengan
tim keswan di daerah Celak Kecamatan Gununghalu
Bandung Barat
22 22-08-2018 Acara idul adha dengan tim UPT keswan dan UPT
Pembibitan
23 23-08-2018 Pemeriksaan post mortem dan antemortem hewan
kurban di DKM setempat Gununghalu Bandung
Barat
24 24-08-2018 Keja lapangan dengan tim keswan ke peternak
Gununghalu Bandung Barat
25 25-08-2018 Melakukan pemeriksaan kebuntingan pada ternak
sapi FH
26 26-08-2018 Libur
28 28-08-2018 Kegiatan pembuatan pakan silase dengan masyrakat
Gunung Halu
29 29-08-2018 Pemeriksaan ternak kerbau yang terkena sakit diare
di Gununghalu Bandung barat
30 30-08-2018 Kegiatan kandang di UPT
1. Membersihkan kandang
2. Memandikan sapi
3. Memberi pakan
4. Memerah susu
5. Mencoper rumput
31 31-08-2018 Perpisahan
32

Lampiran 3. Foto Kegiatan Pkl

Pemberian Obat Pengambilan Albenmas (Obat Pemberian Obat


Cacing di UPT cacing) Cacing Secara Oral

Pemberian penecilin pada domba Penyuntikan vitamin


yang terkena penyakit pink eye

Kambing PE yang Terkena Skabies Injeksi Intramuscular pada Sapi Yang


Diare
33

Pengecekan tempreratur Rectal Ciri-ciri feses sapi Penyuntikan


Diare domba pink eye
dan kurang nafsu
makan

Kerbau yang terkena scabies Kerbau yang terkena mencret

Vaksinasi kucing Persiapan Vaksin Rabies dan


Vaksin Lengkap

Anda mungkin juga menyukai