Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN

EVALUASI DAMPAK PENYULUHAN


TENTANG PENGENDALIAN HAMA TIKUS TERPADU (PHTT)
DI DESA BANGUNJIWO KECAMATAN KASIHAN
KABUPATEN BANTUL
TAHUN 2017

OLEH :
NIKEN AYU WIDYASARI
NIRM 05.1.4.16.0725
SEMESTER V C

KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN YOGYAKARTA-MAGELANG
JURUSAN PERTANIAN

2018

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN
EVALUASI DAMPAK PENYULUHAN
TENTANG PENGENDALIAN HAMA TIKUS TERPADU (PHTT)
DI DESA BANGUNJIWO KECAMATAN KASIHAN
KABUPATEN BANTUL
TAHUN 2017

Oleh
Niken Ayu Widyasari
NIRM 05.1.4.16.0725

Menyetujui :

Dosen Pengampu Pengampu

Dr. Ir. Sujono, MP. Sugiman, SP.


NIP. 196102061988031001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa taala, karena atas
berkat dan rahmat-Nya Laporan Evaluasi Dampak Penyuluhan tentang
Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT) di Desa Bangunjiwo, Kecamatan
Kasihan, Kabupaten Bantul ini dapat diselesaikan. Laporan evaluasi ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Penyuluhan Pertanian.
Dengan selesainya laporan evaluasi ini kami menyampaikan penghargaan dan
terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Sujono, MP. selaku Pembimbing I dan Bapak
Sugiman, SP. selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, serta
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan evaluasi ini.
Akhir kata kami menyadari bahwa laporan evaluasi ini masih banyak
kekurangan untuk itu kritik dan saran sangat diharapkan guna perbaikan. Semoga
bermanfaat bagi pihak yang membacanya.

Yogyakarta, Januari 2019

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Masalah dan Tujuan ................................................................................... 12
C. Manfaat ...................................................................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 14
A. Penyuluhan Pertanian ................................................................................. 14
B. Evaluasi Dampak Penyuluhan.................................................................... 15
C. Metode Pengendalian Hama Tikus Terpadu .............................................. 17
BAB III METODE ................................................................................................ 24
A. Waktu dan Tempat ..................................................................................... 24
B. Populasi dan Sampel .................................................................................. 24
C. Teknik Pengumpulan Data .......................... Error! Bookmark not defined.
D. Teknik Penarikan Kesimpulan .................... Error! Bookmark not defined.
E. Instrumen Evaluasi ...................................... Error! Bookmark not defined.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 28
BAB V PENUTUP ................................................. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 35
LAMPIRAN .......................................................................................................... 37

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Penggunaan Lahan Desa Bangunjiwo ............................................... 1


Tabel 1.2. Data Curah Hujan Kecamatan Kasihan Tahun 2012 – 2015 ............. 2
Tabel 1.3. Jumlah Bulan Basah dan Bulan Kering Kecamatan Kasihan
Selama 10 Tahun Terakhir ................................................................. 3
Tabel 1.4. Data Karakteristik Tanah Desa Bangunjiwo ...................................... 4
Tabel 1.5. Data Penduduk Menurut Jenis Kelamin............................................. 4
Tabel 1.6 Data Penduduk Menurut Kelompok Umur ......................................... 5
Tabel 1.7. Data Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan .................................... 5
Tabel 1.8. Data Penduduk Menurut Mata Pencaharian....................................... 6
Tabel 1.9. Data Target Realisasi Intensifikasi Komoditas (Ha) Tahun 2017 ..... 6
Tabel 1.10. Target dan Realisasi Produksi dan Produktivitas Tanaman
Pangan Tahun 2017 .......................................................................... 7
Tabel 1.11. Data Penyebaran Varietas (Ha) Komoditas Tanaman Pangan
Desa Bangunjiwo tahun 2017 .......................................................... 7
Tabel 1.12. Data Pola Tanam di Wilayah Desa Bangunjiwo Tahun 2017 ......... 8
Tabel 1.13. Data Fasilitas Produksi Pertanian di Tingkat Kelompok Tani
Wilayah Desa Bangunjiwo Tahun 2017........................................... 9
Tabel 1.14. Jumlah Kelompok Tani di Wilayah Desa Bangunjiwo
Tahun 2017 ....................................................................................... 9
Tabel 1.15. Tingkat Penerapan Teknologi Intensifikasi Padi dan Palawija
di Wilayah Desa Bangunjiwo Tahun 2017 ...................................... 10
Tabel 1.16. Kelembagaan Ekonomi Kelompok Tani di Wilayah
Desa Bangunjiwo Tahun 2017 ......................................................... 10
Tabel 1.17. Fasilitas Kelembagaan Petani di Wilayah Desa Bangunjiwo
Tahun 2017 ....................................................................................... 10
Tabel 1.18. Data Kelompok Tani Desa Bangunjiwo Tahun 2017 ...................... 11
Tabel 1.19. Data Gabungan Kelompok Tani Desa Bangunjiwo Tahun 2017 ..... 11
Tabel 2.1. Intensitas Kerusakan pada Stadium Padi ........................................... 19
Tabel 2.2. Rekomendasi Kegiatan Pengendalian Tikus Sawah .......................... 23

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Evaluasi Dampak Pengendalian Hama Tikus


Terpadu di Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan,
Kabupaten Bantul ......................................................................... 31

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Desa Bangunjiwo merupakan salah satu dari empat desa yang ada di
Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Desa Bangunjiwo memiliki luas
wilayah 1.543 Ha. Berikut adalah gambaran wilayah Desa Bangunjiwo.
1. Keadaan Umum Wilayah
a) Batas Wilayah Kecamatan Kasihan
 Sebelah Utara : Wirobrajan, Tegalrejo
 Sebelah Timur : Sewon
 Sebelah Selatan : Sewon dan Pajangan
 Sebelah Barat : Pajangan dan Sedayu
b) Pengunaan Lahan Desa Bangunjiwo
Luas wilayah Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten
Bantul : 1.543 Ha. Dengan Rincian Penggunaan dapat dilihat pada
tabel 1.1. sebagai berikut :
Tabel 1.1. Penggunaan Lahan Desa Bangunjiwo
No Status/Penggunaan Tanah Luas (Ha)
1 Sawah 199
2 Tegal 81
3 Pekarangan 1.155
4 Hutan Rakyat 23
5 Kolam/Tambak/Keramba 1
6 Kas Desa 77
7 Kantor Pemerintah 4
8 Lapangan 2
9 Fasilitas Umum 1
Jumlah 1.543
Sumber : Programa BPP Kecamatan Kasihan Tahun 2018

c) Curah Hujan
Curah hujan rata-rata 147,57 mm/tahun dengan jumlah hari hujan
7,5 hari. Curah Hujan dalam periode tahun 2012 hungga 2016 dapat
dilihat pada tabel 1.2.

1
Tabel 1.2. Data Curah Hujan Kecamatan Kasihan Tahun 2012 – 2015
2012 2013 2014 2015 2016
Bulan
Mm Hh Mm Hh Mm Hh Mm Hh Mm Hh

Januari 87 10 432 14 276 15 483,5 18 189 12


Pebruari 132 11 268 11 189 8 240 13 281 13
Maret 65 11 72 6 148 6 455 20 510 16
April 78 9 180 5 323 10 486 14 152 7
Mei 14 3 158 11 26,5 3 59 3 188 8
Juni 0 0 107 7 137 5 49 1 153 5
Juli 0 0 28,5 4 66 3 0 0 58 6
Agustus 0 0 0 0 0 0 0 0 25 5
September 0 0 0 0 0 0 0 0 153,5 17
Oktober 84 8 33 3 0 0 0 0 154,5 14
Nopember 158 7 212 8 329,5 10 169 9 204,5 17
Desember 410 12 263 11 376 16 251 10 141 15
Jumlah 1028 71 1753,5 80 1871 77 1992,5 88 2209,5 135
Rata-rata 85,67 5,91 146,12 6,67 155,9 6,42 166,04 7,33 184,12 11,2
Sumber : Programa BPP Kecamatan Kasihan Tahun 2018

Ket :
mm = millimeter
hh = hari hujan

d) Iklim
Iklim yaitu rata-rata cuaca di suatu tempat. Iklim sangat
dipengaruhi : temperatur, radiasi matahari, kelembaban udara dan
curah hujan, sedangkan faktor pengendalinya adalah tinggi tempat. Di
Indonesia dikenal dua pembagian iklim menurut pendapat Mohr dan
menurut Schmidt dan Fergusson. Di sini penyusun menggunakan
pembagian iklim menurut Schmidt dan Fergusson yang didasarkan
atas jumlah bulan basah (BB) dan bulan kering (BK) tiap tahunnya.

Sebagai dasar penggolongan iklim digunakan ratio Q.

Jumlah Rata − Rata Bulan Kering (BK)


𝑄=
Jumlah Rata − Rata Bulan Basah (BB)

2
Ada 3 derajat kebasahan suatu bulan yaitu :
1) Bulan Basah (BB) = Bulan dengan curah hujan ˃ 100 mm.
2) Bulan Lembab (BL) = Bulan dengan curah hujan 60 < CH < 100 mm.
3) Bulan Kering (BK) = Bulan dengan curah hujan < 60 mm.

Berdasarkan besarnya Q, Schmidt dan Fergusson menentukan


iklim Indonesia sebagai berikut :
- Golongan A = Sangat Basah : 0,000 < Q < 0,143
- Golongan B = Basah : 0,143 < Q < 0,333
- Golongan C = Agak Basah : 0,333 < Q < 0,600
- Golongan D = Sedang : 0,600 < Q < 1,000
- Golongan E = Agak Kering : 1,000 < Q < 1,670
- Golongan F = Kering : 1,670 < Q < 3,000
- Golongan G = Sangat Kering : 3,000 < Q < 7,000
- Golongan H = Luar Biasa Kering : 7,000 < Q

Dengan menggunakan tabel 1.3. akan membantu dalam


menetapkan iklim menurut Schmidt dan Fergusson. Dari tabel 1.3.
dapat ditentukan besarnya ratio Q. Dengan terlebih dahulu melihat
bulan basah dan bulan kering.
Tabel 1.3. Jumlah Bulan Basah dan Bulan Kering Kecamatan Kasihan
Selama 10 Tahun Terakhir
No Tahun Jumlah BB Jumlah BK
1 2006 6 6
2 2007 5 6
3 2008 7 5
4 2009 7 5
5 2010 9 1
6 2011 7 5
7 2012 6 6
8 2013 8 4
9 2014 8 4
10 2015 5 6
11 2016 10 2
Jumlah 80 48
Rata-Rata 7,27 4,36

Rata − Rata BK 4,36


𝑄= = = 0,712
Rata − Rata BB 7,27

3
Dengan demikian menurut Schmidt dan Fergusson tipe iklim di
BP3K Kasihan termasuk golongan iklim D = Sedang.

e) Karakteristik Tanah
Karakteristik tanah di Desa Bangunjiwo Kecamatan Kasihan
dapat dilihat pada tabel 1.4. berikut :
Tabel 1.4. Data Karakteristik Tanah Desa Bangunjiwo
No Indikator Keterangan
1 Kemiringan Lahan 5 – 20 %
2 Ketinggian Tempat -
3 Kedalaman Lapisan Atas Tanah 20 – 25 cm
4 Ph 6,7
5 Drainase Sedang
6 Keadaan Tanah Baik
Sumber : Programa BPP Kecamatan Kasihan Tahun 2018

f) Pengairan
Lahan pertanian (sawah) di Desa Bangunjiwo menggunakan
sistem irigasi teknis yang dikelola oleh GP3A setempat. Ketersediaan
air yang tidak melimpah menyebabkan pola tanam di desa ini cukup
beragam, yaitu padi pada MT I dan MT II serta palawija pada MT III.

2. Keadaan Sumber Daya Manusia


Jumlah penduduk di Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan adalah
26.933 jiwa. Berikut ini adalah data jumlah penduduk menurut jenis
kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian/ pekerjaan :
Tabel 1.5. Data Penduduk Menurut Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah (orang)
1 Laki-laki 13.506
2 Perempuan 13.427
Sumber : Programa BPP Kecamatan Kasihan Tahun 2018

Dengan mengelompokkan penduduk berdasarkan golongan umur


dapat diketahui besarnya angkatan kerja, anak usia sekolah, usia lanjut dan
dapat dikelompokkan juga menjadi usia belum produktif, produktif dan
non produktif.
Jumlah penduduk Desa Bangunjiwo menurut kelompok umur dapat
dilihat pada tebel 1.6.

4
Tabel 1.6 Data Penduduk Menurut Kelompok Umur
Klasifikasi Umur
No Jumlah (orang)
(tahun)
1 0–4 1.242
2 5–9 2.060
3 10 – 14 2.100
4 15 – 19 1.948
5 20 – 24 1.941
6 25 – 29 2.362
7 30 – 34 2.236
8 35 – 39 2.182
9 40 – 44 2.162
10 45 – 49 1.967
11 50 – 54 1.587
12 55 – 59 1.189
13 60 – 64 835
14 65 – 69 288
15 70 – 74 246
16 75 + 889
Sumber : Programa BPP Kecamatan Kasihan Tahun 2018

Jumlah penduduk Desa Bangunjiwo menurut tingkat pendidikan dapat


dilihat pada tabel 1.7. berikut :
Tabel 1.7. Data Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang)
1 Tidak Sekolah 6.761
2 Tidak Tamat SD 3.381
3 Tamat SD 6.889
4 Tamat SLTP 4.908
5 Tamat SLTA 4.901
6 Tamat D1 – D3 864
7 Tamat S1 932
8 TamatS2 405
9 TamatS3 -
Sumber : Programa BPP Kecamatan Kasihan Tahun 2018

Struktur penduduk menurut mata pencaharian secara praktis dapat


dipergunakan untuk menentukan jenis pekerjaan yang ada dan untuk
mengetahui distribusi penduduk. Jumlah penduduk Desa Bangunjiwo
menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 1.8.

5
Tabel 1.8. Data Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No Pekerjaan Jumlah (Orang)
1 Petani :
a. Pemilik Penggarap 2.086
b. Pemilik 298
c. Penggarap 447
d. Penyewa -
e. Buruh Tani 149
2 Petani Pelaku Usaha / Pedagang 745
3 Pamong Desa 36
4 PNS 556
5 Karyawan Swasta 642
6 TNI / POLRI 131
7 Pensiunan 296
8 Kerajinan Tangan 965
9 Industri RT 221
10 Tukang 1.612
11 Petani Ternak
a. Besar 115
b. Kecil 63
c. Unggas 2
12 Pengrajin Tempe 15
13 Petani Ikan 45
Sumber : Programa BPP Kecamatan Kasihan Tahun 2018

3. Kondisi Umum Pelaksanaan Pembangunan Pertanian Perikanan dan


Kehutanan Tahun 2017
a) Data Kegiatan Intensifikasi Pertanian
Target dan realisasi intensifikasi komoditas di wilayah Desa
Bangunjiwo tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 1.9. berikut :
Tabel 1.9. Data Target Realisasi Intensifikasi Komoditas (Ha) Tahun
2017
No Komoditas Target Realisasi
1 Padi 300 270
2 Kedelai 100 100
3 Jagung - -
4 Kacang Tanah - -
Sumber : Programa BPP Kecamatan Kasihan Tahun 2018

Target dan realisasi produksi dan produktivitas tanaman pangan


Desa Bangunjiwo tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 1.10.

6
Tabel 1.10. Target dan Realisasi Produksi dan Produktivitas Tanaman
Pangan Tahun 2017
No Komoditas Target Realisasi
1 Padi
 Produksi (ton) 2.370 2.160
 Produktivitas (kw/ha) 79 80
2 Kedelai
 Produksi (ton) 150 130
 Produktivitas (kw/ha) 15,0 13,0
3 Jagung
 Produksi (ton) - -
 Produktivitas (kw/ha) - -
4 Kacang Tanah
 Produksi (ton) - -
 Produktivitas (kw/ha) - -
Sumber : Programa BPP Kecamatan Kasihan Tahun 2018

Penyebaran varietas tanaman pangan dan palawija di Desa


Bangunjiwo dapat dilihat pada tabel 1.11. berikut :
Tabel 1.11. Data Penyebaran Varietas (Ha) Komoditas Tanaman
Pangan Desa Bangunjiwo tahun 2017
No Komoditas Penyebaran (Ha)
1 Padi
a. IR 64 80
b. Pandanwangi -
c. Situ Bagendit 175
d. Ciherang 127
e. Menthik -
f. Hibrida -
g. Lain-lain -
2. Kedelai
a. Wilis -
b. Grobogan 100
c. Anjasmoro -
d. Garut -
3. Jagung
a. Hibrida -
b. Composit -
c. Bisi 2 25
4. Kacang Tanah
a. Lokal (Gajah) 5
Sumber : Programa BPP Kecamatan Kasihan Tahun 2018

7
b) Data Pola Tanam dalam Satu Tahun di Wilayah Desa Bangunjiwo
Pola tanam di Desa Bangunjiwo adalah Padi – Padi – Palawija.
Hal ini dikarenakan kondisi air yang tidak dapat mencukupi untuk tiga
musim tanam. Pola tanam di wilayah Desa Bangunjiwo dapat dilihat
pada tabel 1.12. berikut :
Tabel 1.12. Data Pola Tanam di Wilayah Desa Bangunjiwo Tahun
2017
Bulan
No Komoditas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Sawah Irigasi :
a. Padi
b. Jagung
c. Kedelai
d. Kacang Tanah
e. Bawang Merah
f. Cabai Merah

2. Sawah Tadah Hujan :


a. Padi
b. Jagung
c. Kedelai
d. Kacang Tanah
e. Sayuran

3. Lahan Kering :
a. Ubi
b. Sayuran

4. Perairan Umum :
- Penangkapan Ikan

5. Usaha Lain :
a. Pembenihan Ikan
b. Pembesaran Ikan
c. Peternakan :
- Sapi Potong
- Kambing / Domba
- Ayam Buras
Sumber : Programa BPP Kecamatan Kasihan Tahun 2018

c) Data Fasilitas Produksi dan Kelembagaan


Fasilitas produksi pertanian di Desa Bangunjiwo berupa alat
konvensional maupun alat mesin pertanian. Data berbagai fasilitas
produksi pertanian tersebut dapat dilihat pada tabel 1.13.

8
Tabel 1.13. Data Fasilitas Produksi Pertanian di Tingkat Kelompok
Tani Wilayah Desa Bangunjiwo Tahun 2017
No Alat Pertanian Jumlah (Buah)
1 Cangkul 4.102
2 Bajak 147
3 Garu 213
4 Sabit Biasa 360
5 Sabit Bergerigi -
6 Hand Tractor 11
7 Pedal Thresher 16
8 Power Thresher 1
9 Gilingan Padi / RMU
- Menetap 2
- Menetap 14
10 Hand Sprayer 35
11 Penyiang Padi / Landak 713
12 Jaring Ikan (Tangkap) -
13 Kolam 5
14 Aplikator Urea Tablet -
Sumber : Programa BPP Kecamatan Kasihan Tahun 2018

Tabel 1.14. Jumlah Kelompok Tani di Wilayah Desa Bangunjiwo


Tahun 2017
No Kelompok Tani Keterangan
1 Jumlah Kelompok Tani :
a. Pemula 1
b. Lanjut 4
c. Madya 11
d. Utama -
Jumlah 16
2 Jumlah Kelompok Kegiatan :
a. Kelompok Sapi Potong 5
b. Kelompok Ayam Buras -
c. Kelompok Budidaya Ikan 4
d. Kelompok Poklahsar Ikan -
e. Kelompok Usaha Bersama 1
f. Kelompok SLA Agribisnis -
g. Kelompok Wanita Tani 7
h. Kelompok Taruna Tani -
i. Kelompok Penangkar Benih -
j. Koperasi Tani -
k. Kelompok Lumbung 1
l. Kelompok Afinitas 4
m. Kelompok Tani Hutan 1
n. KUB Perkebunan -
o. Kelompok P4S -
Sumber : Programa BPP Kecamatan Kasihan Tahun 2018

9
d) Data Kegiatan Penyuluhan Pertanian
Tabel 1.15. Tingkat Penerapan Teknologi Intensifikasi Padi dan Palawija di
Wilayah Desa Bangunjiwo Tahun 2017
Pemupukan Perla
Olah Pengai Perlin Pasca
N Benih Anor kuan
Komoditas Tanah Organik ran tan Panen
o (%) ganik Panen
(%) (%) (%) (%) (%)
(%) (%)
1 Padi 60 80 60 90 75 65 75 75
2 Kedelai 25 80 75 50 80 65 80 80
3 Jagung 30 80 75 50 80 65 80 80
4 Kacang
30 80 65 50 80 70 80 85
Tanah
Sumber : Programa BPP Kecamatan Kasihan Tahun 2018

Kelembagaan ekonomi pertanian yang terdapat di Desa


Bangunjiwo adalah Kelompok Tani, LKD/Demapan, dan LKM-A.
Adapun data jumlah kelembagaan tersebut dapat dilihat pada tabel
1.16. berikut :
Tabel 1.16. Kelembagaan Ekonomi Kelompok Tani di Wilayah Desa
Bangunjiwo Tahun 2017
No Uraian Jumlah
1 Jumlah Kelompok Tani 16
2 Jumlah LKD / Demapan 1
3 Jumlah LKM-A 1
Sumber : Programa BPP Kecamatan Kasihan Tahun 2018

Tabel 1.17. Fasilitas Kelembagaan Petani di Wilayah Desa


Bangunjiwo Tahun 2017
No Uraian Jumlah
1 BP3K -
2 Posluhdes -
3 BRI Unit Desa -
4 Bank Umum -
5 Kios Saprodi (tan/nak/kan) -
(resmi)
6 Kios Saprodi (tan/nak/kan) 7
(tidak resmi)
7 Balai Benih Ikan / UPR -
8 Poskeswan -
9 Rumah Potong Hewan -
10 DAM Bendungan Sadap -
11 Pasar Umum -
Sumber : Programa BPP Kecamatan Kasihan Tahun 2018

10
4. Keadaan Sumber Daya Penyuluhan Pertanian Perikanan dan
Kehutanan
a) Kelembagaan Petani
Tabel 1.18. Data Kelompok Tani Desa Bangunjiwo Tahun 2017
Nama Kelas Jml. Tgl. Ketua
No Dusun
Kelompok Akhir Angg. Berdiri Kelompok
1 Marsudi Bibis Madya 70 08-12- Sidul Dullah
Asih 1995 Prayitno
2 Saka Tani Kalangan Madya 90 06-03- Subardiyono
1989
3 Sido Maju Gedongan Madya 87 1989 Dalijo
4 Ngudi Kenalan Lanjut 70 15-11- Slamet H. P.
Rejeki 1990
5 Tani Kalirandu Madya 85 04-01- Sudaryanto
Mulyo 1997 / Siyam
6 Moro Dadi Ngentak Madya 125 21-03- Sumiyanto
1987
7 Sribitan Sribitan Pemula 18 1978 Kuwat S.
8 Ngudi Donotirto Madya 130 1987 Tarno
Mulyo Utomo
9 Ngudi Jipangan Lanjut 80 01-01- Pardi
Lestari 1987 Utomo
10 Tani Kalipucang Lanjut 84 01-03- Warno
Lestari 1996 Sumarto
11 Tani Salakan Madya 37 05-01- Suyadi
Binangun 1982
12 Manunggal Petung Lanjut 94 03-01- Mukijo
Karya 1992
13 Subur Gendeng Madya 91 - Sutopo
Makmur
14 Akardi Lemah Madya 30 05-04- Sarkim
Dadi 1989 Danuasmoro
15 Sambi Sambi Madya 89 1990 Supratno
Rejo Kerep
16 Pengin Bangen Madya 40 06-10- Amat
Maju 1996 Ashadi
Sumber : Programa BPP Kecamatan Kasihan Tahun 2018

Tabel 1.19. Data Gabungan Kelompok Tani Desa Bangunjiwo Tahun


2017
Alamat Produksi Padi Jml.
Nama Nama Jml.
No Sekreta Luas Provitas Klp.
Gapoktan Ketua Angg
riat (Ha) (ton/Ha) Tani
1 Saka Dusun Dullah 191 8,0 16 1.220
Makmur Bibis Prayitno
Sumber : Programa BPP Kecamatan Kasihan Tahun 2018

11
Komoditas yang paling banyak dibudidayakan oleh masyarakat Desa
Bangunjiwo adalah padi sawah dengan menggunakan sistem irigasi teknis.
Masalah yang cukup krusial dialami oleh petani diantaranya serangan hama
tikus yang dapat mengakibatkan kerugian baik kualitas maupun kuantitas.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka telah dilakukan penyuluhan
tentang Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT) oleh penyuluh desa
binaan di wilayah BPP Kecamatan Kasihan. Akan tetapi kegiatan penyuluhan
yang telah dilakukan belum dapat mencapai hasil yang diinginkan/
dikehendaki sehingga perlu dilakukan adanya evaluasi berupa evaluasi
dampak penyuluhan pertanian.

B. Masalah dan Tujuan


1. Masalah
Permasalahan yang dialami oleh petani di Desa Bangunjiwo,
Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul adalah produksi tanaman padi
menurun karena tingginya serangan hama tikus.
2. Tujuan
Adapun tujuan dari laporan evalausi dampak penyuluhan ini adalah
untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan, sikap, dan keterampilan
petani dalam kegiatan pengendalian hama tikus (Rattus argentiventer)
terpadu pada tanaman padi sawah di Desa Bangunjiwo, Kecamatan
Kasihan, Kabupaten Bantul.

C. Manfaat
Manfaat dari evaluasi dampak bagi pemegang program/ kebijakan,
pelaksana/ administrator, dan petani adalah sebagai berikut :
1. Bagi pemegang program/ kebijakan :
a. Mengidentifikasi kombinasi terbaik dari semua komponen program
yang berpengaruh lebih nyata terhadap pencapaian tujuan dan sasaran
kegiatan yang dilakukan.
b. Mengetahui efektifitas, efisiensi, relevansi, dan manfaat dari program/
proyek yang dilakukan.

12
2. Bagi pelaksana/ administrator
a. Mendokumentasikan dan melaporkan manfaat dari program/ proyek
penyandang dana.
b. Menyempurnakan (to fine-tune) perencanaan dan pelaksanaan.
3. Bagi petani
a. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dalam
menerapkan pengendalian hama tikus terpadu (PHTT) pada padi
sawah.
b. Meningkatkan kesejahteraan petani melalui peningkatan
produktivitas.

13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyuluhan Pertanian
1. Pengertian Penyuluhan Pertanian
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan,
penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku
usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan
dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan
sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas,
efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya, serta meningkatkan
kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Sedangkan menurut Setiana (2005) dalam Kusnadi (2011), pengertian
penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang mempelajari sistem
dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud
perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan. Penyuluhan
dapat dipandang sebagai suatu bentuk pendidikan untuk orang dewasa.
Penyuluhan pertanian adalah upaya pemberdayaan petani dan nelayan
beserta keluarganya melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan,
sikap dan kemandirian agar mereka mau dan mampu, sanggup dan
berswadaya meningkatkan daya saing usahanya, kesejahteraan sendiri
serta masyarakatnya (Zakaria (2006) dalam Kusnadi (2011)).
2. Tujuan Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan pertanian mempunyai dua tujuan yang akan dicapai yaitu:
tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka pendek
adalah meumbuhkan perubahan-perubahan yang lebih terarah pada usaha
tani yang meliputi: perubahan pengetahuan, kecakapan, sikap dan
tindakan petani keluarganya melalui peningkatan pegetahuan,
keterampilan, dan sikap. Dengan berubahnya perilaku petani dan
keluarganya, diharapkan dapat mengelola usahataninya dengan produktif,
efektif, dan efisien. Tujuan jangka panjang yaitu meningkatkan taraf
hidup dan meningkatkan kesejahteraan petani yang diarahkan pada

14
terwujudnya perbaikan teknis bertani (better farming), perbaikan
usahatani (better business), dan perbaikan kehidupan petani dan
masyarakatnya (better living) (Zakaria (2006) dalam Kusnadi (2011)).
3. Prinsip Penyuluhan Pertanian
Menurut Soekandar (1973) dalam Kusnadi (2011), beberapa hal
penting mengenai prinsip penyuluhan pertanian adalah sebagai berikut:
a. Penyuluhan pertanian seyogyanya diselenggarakan menurut keadaan
yang nyata.
b. Penyuluhan pertanian seharusnya ditujukan kepada kepentingan dan
kebutuhan sasaran.
c. Penyuluhan pertanian ditujukan kepada seluruh anggota keluarga tani.
d. Penyuluhan pertanian adalah pendidikan untuk demokrasi.
e. Harus ada kerjasama yang erat, antara penyuluh, peneliti dan lembaga
lain yang terkait.
f. Rencana kerja penyuluhan pertanian sebaiknya disusun secara
bersama antara petani dan penyuluh.
g. Penyuluhan pertanian bersifat luwes dan dapat menyesuaikan diri
terhadap perubahan.

B. Evaluasi Dampak Penyuluhan


Dampak adalah gambaran nilai suatu program terhadap orang dan
masyarakat. Biasanya, dampak mengacu pada manfaat jangka panjang
terhadap masyarakat. Misalnya, peningkatan pengetahuan, efisiensi produksi,
peningkatan lingkungan hidup, keuntungan finansial, dan lain-lain.
Evaluasi dampak sendiri menurut Rossi dan Freeman, (1985), adalah
sebuah evaluasi yang mengukur taraf atau tingkat ketercapaian sebuah
program dalam menyebabkan perubahan seseorang dalam kehidupan yang
selanjutnya. Evaluasi dampak ini bisa juga dilihat dari definisi yang berbeda,
misalnya menurut US Environmental Protection Agency mengartikan bahwa
evaluasi dampak adalah sebuah bentuk evaluasi yang mengukur akibat dari
sebuah program dengan membandingkan out come yang dihasilkan dengan
taksiran awal apa yang akan terjadi apabila tidak mengikuti program yang ada
(Anonim, 2008).

15
Evaluasi dampak bertujuan untuk mengukur akibat jangka panjang
setelah seseorang menjalankan aktivitas program tertentu, baik yang berada
dalam lingkungan rumah tangga, institusi, dan masyarakat pada umumnya.
Sehingga ada penyediaan fitback untuk membantu memperbaiki desain
sebuah program atau kebijakan. Manfaat melakukan evaluasi yaitu
menentukan tingkat perubahan perilaku petani setelah penyuluhan
dilaksanakan, perbaikan program, sarana, prosedur, pengorganisasian petani
dan pelaksanaan penyuluhan pertanian, dan penyempurnaan kebijakan
penyuluhan pertanian.
Evaluasi dampak dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Studi Lanjutan Pasca Program
Studi ini dilakukan setelah program sudah berakhir. Sebagai contoh,
suatu survey pasca latihan terhadap peserta latihan dilakukan 6 bulan
setelah berakhirnya suatu latihan untuk mengetahui apakah peserta
latihan menerapkan dan atau meneruskan apa yang telah dipelajari
selama latihan.
Untuk melakukan studi pasca proyek sangat dituntut adanya
pencatatan yang rapih tentang data sebelum proyek dimulai. Pencatatan
yang tidak rapih, tidak lengkap, dan hilang misalnya, mempengaruhi
ketelitian (accuracy) dan reliabilitas (reliability) dari data yang pada
gilirannya menentukan haril evaluasi. Kurang lengkapnya data juga
menyebabkan keraguan tentang aopakah dampak yag diamati disebabkan
oleh intervensi program atau proyek ataukah oleh penyebab lain.
2. Penggunaan Ekspert
Pada cara ekspert atau konsultan untuk menilai efektivitas suatu
programatauproyek. Ekspert atau konsultan megunjungi lokasi proyek
untuk mengamati secara dekat pelaksanaan proyek dan membuat suatu
laporan tentang segala aspek yang menyangkut pelaksanaan, masalah
yang dihadapi, serta informasi penting lainya. Disamping melakukan
pengamatan langsung, dapat dilakukan wawancara dengan para manager,
staf, dan pelaksana proyek. Kelemahan dari cara ini adalah bahwa bila
ekspert atau konsultan tersebut kurang mengetahui tentang program

16
tersebut, ada suatu kecenderungan untuk tidak bersifat objektif, terutama
dalam menginterprestasi data.
3. Evaluasi oleh Peserta
Pada cara ini peserta yang menjadi sasaran program atau latihan
melakukan penilaian efektivitas. Kelemahan dari cara ini adalah bahwa
mereka yang memperoleh manfaat positif dari proyek akan memberikan
penilaian yang lebih tinggi yang didorong oleh perasaan takut bahwa
memberi kritik secara jujur akan berakibat dihentikannya bantuan-
bantuan yang bermanfaat bagi mereka.
4. Evaluasi oleh Administrator
Pada cara ini diharapkan bahwa para administrator melakukan
evaluasi terhadap kemajuan pelaksanaan proyek. Kelemahan dari cara ini
ialah bahwa para administrator tersebut telah disibukkan dengan tugas-
tugas rutin sehingga tidak mempunyai waktu untuk melakukan evaluasi.
Disamping itu para administrator tentu akan selalu memberikan penilaian
yang cenderung baik untuk membuktikanm bahwa proyek itu efektif dan
bermanfaat sehingga perlu dipertahankan dan dilanjutkan.

C. Metode Pengendalian Hama Tikus Terpadu


1. Mengenal Tikus Sawah
Tikus sawah (Rattus argentiventer Rob & Kloss) merupakan hama
utama tanaman padi dari golongan mammalia (binatang menyusui), yang
mempunyai sifat-sifat yang sangat berbeda dibandingkan jenis hama
utama padi lainnya. Oleh karena itu dalam pengendalian hama tikus ini,
diperlukan pendekatan yang berbeda dibandingkan dengan cara
penanganan hama padi dari kelompok serangga.
Tikus sawah dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman padi mulai
dari saat pesemaian padi hingga padi siap dipanen, dan bahkan menyerang
padi di dalam gudang penyimpanan. Kerusakan akibat tikus sawah di
negara-negara Asia mencapai 10-15% setiap tahun, dan di Indonesia luas
serangan tikus sawah setiap tahun rata-rata mencapai lebih dari 100.000
ha.

17
Pengendalian hama tikus pada tanaman padi sampai saat ini
keberhasilannya masih belum konsisten, dan belum semua petani di
berbagai Propinsi di Indonesia memahami cara pengendalian tikus yang
benar. Beberapa faktor penyebab kurang berhasilnya pengendalian tikus
oleh petani antara lain: (1). Monitoring terhadap keberadaan hama tikus
oleh petani masih kurang, sehingga sering terjadi keterlambatan dalam
mengantisipasi pengendalian; (2). Pemahaman petani terhadap berbagai
aspek sifat-sifat biologis hama tikus dan teknologi pengendaliannya masih
lemah; (3). Kegiatan pengendalian belum terorganisir dengan baik (masih
sendiri-sendiri), dan tidak berkelanjutan; (4). Ketersediaan sarana
pengendalian masih terbatas dan (5). Masih banyak petani yang
mempunyai persepsi “mistis” terhadap tikus yang dapat menghambat
pelaksanaan pengendalian.
Berdasarkan hasil penelitian yang komprehensif oleh Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi, telah direkomendasikan alternatif-alternatif
pendekatan pengendalian tikus sawah yang telah terbukti efektif yaitu
pengendalian hama tikus terpadu (PHTT). PHTT adalah pengendalian
tikus yang didasarkan pada pemahaman ekologi tikus, yang dilakukan
secara dini, intensif dan berkelanjutan dengan memanfaatkan teknologi
pengendalian yang sesuai dan tepat waktu. Pelaksanaan pengendalian
dilakukan oleh petani secara bersama-sama (berkelompok) dan
terkoordinasi dengan cakupan sasaran pengendalian berskala luas
(hamparan atau Desa).
Pengendalian tikus pada dasarnya adalah upaya menekan tingkat
populasi tikus menjadi serendah mungkin melalui berbagai metode dan
teknologi pengendalian, sehingga secara ekonomi keberadaan tikus di
lahan pertanian tidak merugikan secara nyata. Menjaga populasi tikus
sawah agar selalu berada pada tingkat populasi yang rendah adalah
penting. Oleh karena itu perlu diupayakan langkah-langkah dan strategi
pengendalian tikus sawah dengan pendekatan PHTT.

18
2. Kerusakan Tanaman Padi
Kerusakan yang ditimbulkan oleh tikus sawah pada tanaman padi
terjadi mulai dari pesemaian hingga padi menjelang panen. Pada
pesemaian padi berumur dua hari, satu ekor tikus mampu merusak rata-
rata 283 bibit padi dalam satu malam. Pada stadium padi anakan
(vegetatif) merusak anakan padi rata-rata 79 batang, dan pada stadium
padi bunting 103 batang, serta pada stadium padi bermalai 12 batang per
malam.
Tikus sawah diketahui lebih suka menyerang tanaman padi yang
sedang bunting, sehingga pada umumnya padi stadium bunting akan
mengalami kerusakan yang paling tinggi. Berdasarkan pengamatan dari
malai padi yang dipotong, ternyata hanya beberapa malai saja yang
dimakan. Kebutuhan pakan tikus setiap hari hanya seberat kurang lebih
10% dari bobot tubuhnya, sedangkan daya rusaknya terhadap malai padi 5
kali lebih besar dari bobot malai padi yang dikonsumsi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas kerusakan tanaman
padi akibat serangan tikus sawah di lapangan terbuka dan di dalam sawah
berpagar (enclosure), menunjukkan intensitas kerusakan yang berbeda di
antara stadium padi. Intensitas kerusakan tertinggi terjadi pada stadium
padi bunting, baik di lapangan terbuka maupun di dalam sawah berpagar.
(Tabel 2.1.).

Tingginya kerusakan yang terjadi pada stadium padi bunting,


berkaitan erat dengan adanya preferensi tikus terhadap pakan padi
bunting. Telah dibuktikan bahwa tanaman padi stadium bunting
merupakan pakan yang paling disukai tikus sawah dibandingkan dengan
jenis pakan yang ada di habitat hidupnya yaitu di ekosistem sawah irigasi.
Ketertarikan tikus sawah terhadap padi bunting, telah digunakan sebagai

19
dasar pengendalian tikus dengan konsep Trap Barrier System (TBS)
sebagai tanaman perangkap di ekosistem sawah irigasi. Dilaporkan juga
bahwa kerusakan yang disebabkan oleh 6 pasang ekor tikus dan
keturunannya selama satu musim tanam padi mencapai 37,02%, yang
nilainya setara dengan kehilangan gabah tiga ton atau 4,5 juta rupiah
dalam 1 ha sawah. Perhitungan tersebut dengan asumsi bahwa hasil panen
mencapai 8 ton/ha gabah kering panen dengan harga jual Rp. 1.500,- /kg.
3. Teknis Pelaksanaan Pengendalian
a. Kultur Teknis
Pelaksanaan pengendalian secara kultur teknis diintegrasikan
dengan budidaya padi. Pada dasarnya, metode ini bertujuan
mengkondisikan lingkungan sawah, yang merupakan “rumah” bagi
tikus sawah, agar kurang mendukung terhadap kelangsungan hidup
dan reproduksinya. Beberapa teknik yang dapat dilaksanakan
meliputi:
1) Tanam dan Panen Serempak
Dalam satu hamparan diusahakan tanam serempak dengan
luasan minimal 50 ha. Apabila tidak memungkinkan, aturlah agar
selisih waktu tanam tidak lebih dari 2 minggu dengan tujuan
untuk membatasi ketersediaan pakan bagi tikus sawah sehingga
tidak mampu berkembangbiak terus menerus.
2) Pengaturan Pola Tanam
Pada daerah endemik yang dicirikan dengan adanya serangan
tikus sawah pada setiap musim tanam, pola tanam padi-padi-bera,
padi-padi-palawija, atau padipalawija-padi dianjurkan untuk
dilakukan. Kondisi bera berakibat ketiadaan pakan sehingga
memutus siklus hidup dan menekan kerapatan populasi tikus.
Pada pertanaman palawija, tikus sawah tidak mampu berkembang
biak optimal sehingga jumlah anak yang dilahirkannya tidak
sebanyak apabila terdapat tanaman padi.

20
3) Pengaturan Jarak Tanam/Tata Tanam Legowo
Ciri khas petak sawah yang terserang tikus sawah adalah
‘botak’ pada bagian tengah petak. Pada serangan berat, daerah
yang terserang tersebut meluas hingga ke tepi petak dan hanya
menyisakan 1-2 baris tanaman padi di pinggir petakan atau
sepanjang pematang. Hal tersebut dilakukan oleh tikus untuk
melindungi daerah sarangnya yang biasanya berada pada
pematang. Dengan sistem tanam jajar legowo, tikus sawah kurang
suka dengan kondisi tersebut karena terdapat lorong-lorong
panjang yang “lebih terbuka” sehingga memungkinkannya lebih
mudah diketahui oleh predatornya.
b. Sanitasi Habitat
Dilakukan terutama pada awal tanam, meliputi pembersihan
gulma, semak, tempat bersarang dan habitat tikus seperti batas
perkampungan, tanggul irigasi, pematang, tanggul jalan, parit dan
saluran irigasi. Juga dilakukan minimalisasi ukuran pematang
(sebaiknya tinggi dan lebar <30 cm) untuk mengurangi tempat tikus
berkembang biak. Dengan sanitasi habitat, tikus akan kehilangan
tempat berlindung sementara, tempat membuat lubang sarang, dan
pakan alternatif. Sanitasi tanggul irigasi, salah satu upaya
menghilangkan tempat favorit tikus bersembunyi dan membuat lubang
sarang.
c. Pengemposan Massal (Fumigasi)
Dilakukan serentak pada awal tanam dengan melibatkan seluruh
petani dengan menggunakan alat pengempos tikus. Fumigasi terbukti
efektif membunuh tikus beserta anak-anaknya di dalam lubang
sarangnya menggunakan emposan. Untuk memastikan tikus agar mati,
tutup lubang tikus dengan lumpur setelah diempos. Penutupan lubang
tikus juga dimaksudkan agar infrastruktur pertanian (tanggul,
pematang, irigasi dll) tidak rusak serta membuat tikus sawah yang
datang kemudian tidak menggunakan lubang tersebut sebagai

21
sarangnya. Fumigasi dilakukan sepanjang terdapat pertanaman,
terutama pada padi stadia generatif.
d. Penerapan TBS (Trap Barrier System/Sistem Bubu Perangkap)
Penerapan TBS (Trap Barier System / Sistem Bubu Perangkap)
terutama di daerah endemik tikus dengan pola tanam serempak. TBS
terdiri atas :
1) Tanaman perangkap yaitu padi ditanam 3 minggu lebih awal,
berukuran 25 m x 25 m untuk 10-15 ha.
2) Pagar plastik atau terpal setinggi 60 cm, ditegakkan dengan ajir
bambu, bagian bawahnya terendam air.
3) Bubu perangkap, dipasang pada setiap sisi TBS, dibuat dari ram
kawat dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 50 cm, dilengkapi pintu
masuk tikus berbentuk corong, dan pintu untuk mengeluarkan
tangkapan tikus.
Pada penerapannya di lapangan, petak TBS dikelilingi parit
dengan lebar 50 cm yang selalu terisi air untuk mencegah tikus
menggali atau melubangi pagar plastik. Prinsip kerja TBS adalah
menarik tikus dari lingkungan sawah di sekitarnya (hingga radius 200
m) karena tikus tertarik padi yang ditanam lebih awal dan bunting
lebih dahulu, sehingga dapat mengurangi populasi tikus sepanjang
pertanaman. Lokasi penempatan petak TBS adalah petak sawah yang
selalu terserang tikus pada setiap musim tanam, mudah akses airnya,
dan di habitat utama tikus sawah seperti tanggul irigasi, pematang
besar/ jalan sawah, dan batas dengan perkampungan.
Tanaman perangkap yang ditanam 3 minggu lebih awal untuk
menarik tikus dari sekitarnya, palstik pagar TBS (palstik bening dan
terpal), bubu perangkap dan hasil tangkapannya.
LTBS (Linier Trap Barrier System/ Sistem Bubu Perangkap
Linier) merupakan bantangan pagar plastik sepanjang minimal 100 m,
tanpa tanaman perangkap, dilengkapi bubu perangkap. Pada saat bera
pratanam, plah lahan, dan 1 minggu setelah tanam, bubu perangkap
dipasang secara berselang-seling sehingga mampu menangkap tikus

22
dari dua arah (habitat dan sawah), tetapi setelah tanaman padi rimbun,
bubu perangkap dipasang dengan mulut corong perangkap menghadap
habitat tikus. Pemasangan LTBS dilakukan di dekat habitat tikus
seperti tepi kampong, sepanjang tanggul irigasi, dan tanggul jalan/
pematang besar. LTBS juga efektif menangkap tikus migran, yaitu
dengan memasang LTBS pada jalur irigasi yang dilalui tikus sehingga
tikus dapat diarahkan masuk bubu perangkap.

Pelaksanaan pengendalian didasarkan pada pemahaman biologi dan


ekologi tikus, dilakukan secara dini, intensif dan terus menerus dengan
memanfaatkan semua teknologi pengendalian yang sesuai dan tepat
waktu. Pelaksanaan pengendalian dilakukan oleh petani secara bersama-
sama dan terkoordinasi dengan cakupan wilayah sasaran pengendalian
dalam skala luas/hamparan. Pelaksanaan pengendalian difokuskan pada 2
minggu sebelum dan sesudah tanam, agar tikus sawah tidak sempat
memasuki periode perkembangbiakan yang terjadi pada setiap stadia
generatif padi.
Tabel 2.2. Rekomendasi Kegiatan Pengendalian Tikus Sawah

23
BAB III
METODE PELAKSANAAN

A. Waktu dan Tempat


1. Waktu
Kegiatan penyuluhan pertanian tentang Pengendalian Hama Tikus
Terpadu (PHTT) dilaksanakan pada tanggal 15 Agustus 2017. Sedangkan
kegiatan evaluasi dampak dari kegiatan penyuluhan tersebut
dilaksanakan pada tanggal 20 Desember 2018.
2. Tempat
Kegiatan penyuluhan dan evaluasi dampak tentang Pengendalian
Hama Tikus Terpadu (PHTT) dilaksanakan di kelompok tani Sido Maju,
Marsudi Asih dan Tani Lestari, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan,
Kabupaten Bantul.

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi (Population)
Kegiatan evaluasi dampak ini mengambil populasi petani di Desa
Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul yang mengikuti
kegiatan penyuluhan tentang Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT).
Populasi tersebut terdiri dari 3 kelompok tani yaitu poktan Sido Maju
yang beranggotakan 87 orang, poktan Marsudi Asih yang beranggotakan
70 orang dan poktan Tani Lestari yang beranggotakan 83 orang.
2. Sampel (Sampling)
Pengambilan sampel petani diambil 15% dari jumlah total 240 petani
di Desa Bangunjiwo atau 36 petani/responden dengan praktek 1 poktan
diambil 12 sampel/responden dari poktan Sido Maju, poktan Marsudi
Asih, dan poktan Tani Lestari. Teknik sampling yang digunakan yaitu
teknik sampling secara acak sederhana (simple random sampling), dengan
cara mengambil sampel secara acak yang diyakini dapat mewakili
populasinya.

24
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam kegiatan evaluasi dampak penyuluhan
tentang Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT) ini adalah :
1. Kuesioner/Angket
Kuesioner digunakan oleh evaluator untuk mengumpulkan data
dengan bertanya melalui angket yang dibagikan kepada responden
dengan jawaban yang sudah tersedia.
2. Wawancara (Interviews)
Wawancara digunakan oleh evaluator untuk mengumpulkan data
kualitatif dengan bertanya kepada responden dan tokoh kunci melalui
diskusi terfokus (FGD) tingkat Gapoktan.
3. Pengamatan/Observasi
Observasi adalah pengambilan data yang dilaksanakan oleh
evaluator dengan cara melakukan pengamatan langsung di lapangan pada
obyek yang dievaluasi.
4. Pencatatan
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh evaluator dengan
cara mencatat semua data primer maupun data sekunder yang diperoleh
dari petani, dinas dan instasi yang terkait dengan data-data yang
dibutuhkan.

D. Teknik Analisis Data


Adapun cara analisis data kuisioner yang digunakan yaitu melalui metode
Analisis Statistik Deskriptif. Statistik deskriptif yaitu statistik yang digunakan
untuk analisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul. Data yang terkumpul selanjutnya dimasukan ke dalam
tabulasi data.
𝐽
I=
𝐾
Keterangan :
I : Interval kelas
J : Jarak Kelas (£skor maks - £skor min)
K : Jumlah Kelas (Kategori)

25
Skor tertinggi = 3 (dengan asumsi 100%)
Skor terendah = 1 (dengan asumsi 33,3%)

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑇𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ


Interval =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠

100% − 0%
Interval Kelas =
3

𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = 33,3%

Klasifikasi penilaian tingkat pengetahuan petani terhadap penyuluhan


Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT) sebagai berikut :
Tabel 3.1. Klasifikasi Penilaian Tingkat Pengetahuan Petani

Tahu (T) Nilai (3) Skor 77,78% - 100%


Kurang Tahu (KT) Nilai (2) Skor 55,55% - 77,77%
Tidak Tahu (TT) Nilai (1) Skor 33,33% - 55,54%

Klasifikasi penilaian tingkat sikap petani terhadap penyuluhan


Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT) sebagai berikut :
Tabel 3.2. Klasifikasi Penilaian Tingkat Sikap Petani

Setuju (S) Nilai (3) Skor 77,78% - 100%


Kurang Setuju (KS) Nilai (2) Skor 55,55% - 77,77%
Tidak Setuju (TS) Nilai (1) Skor 33,33% - 55,54%

Klasifikasi penilaian tingkat ketrampilan petani terhadap penyuluhan


Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT) sebagai berikut :
Tabel 3.3. Klasifikasi Penilaian Tingkat Keterampilan Petani

Terampil (T) Nilai (3) Skor 77,78% - 100%


Kurang Terampil (KT) Nilai (2) Skor 55,55% - 77,77%
Tidak Terampil (TT) Nilai (1) Skor 33,33% - 55,54%

26
E. Instrumen Evaluasi
Dalam melakukan evaluasi, terlebih dahulu mempersiapkan kuesioner
berupa pertanyaan maupun pernyataan menyangkut beberapa aspek seperti
aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap petani terhadap kegiatan yang
akan dievaluasi. Kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 1. Adapun instrumen
yang digunakan adalah kuisioner dalam bentuk :
1. Pertanyaan untuk mengukur pengetahuan. Pertanyaan untuk mengukur
tahu atau tidak tahu dan mengetahui atau tidak mengetahui tentang
Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT).
2. Pernyataan untuk mengukur perubahan ketrampilan. Pengertian lebih
luas atau mendalam dari pengetahuan, pernyataan tentang sikap dan
pernyataan tentang keyakinan akan keterampilan Pengendalian Hama
Tikus Terpadu (PHTT).

27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Responden Evaluasi
Responden dari kegiatan evaluasi dampak penyuluhan tentang
Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT) dipilih dengan metode acak
sederhana (simple random sampling) sebanyak 36 responden yang terdiri dari
12 petani pada setiap kelompok tani yang mengikuti kegiatan penyuluhan
PHTT di Desa Bnagunjiwo. Adapun kelompok tani tersebut adalah Poktan
Sido Maju, Poktan Marsudi Asih, dan Poktan Tani Lestari.
Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa rata-rata usia
petani yang menjadi responden adalah sekitar 61 tahun. Pada usia tersebut
petani tergolong sudah cukup tua untuk dapat menerima inovasi teknologi
yang disuluhkan sehingga dimungkinkan bahwa petani kurang dapat
menerapkan materi penyuluhan dengan baik.
Sama halnya dengan tingkat usia, tingkat pendidikan juga berpengaruh
secara langsung terhadap tingkat penyerapan teknologi oleh petani. Mayoritas
tingkat pendidikan responden adalah lulusan SD dengan persentase sebanyak
41,67%; SMA 30,55%; SMP 16,67% dan Sarjana 11,11%. Responden yang
merupakan lulusan SD, SMP, dan SMA bermatapencaharian sebagai petani,
sedangkan responden yang merupakan lulusan Sarjana hanya menjadikan
usahatani sebagai pekerjaan sampingan. Pekerjaan utama mereka adalah
sebagai PNS, Guru dan Perangkat Desa.
Rata-rata luas lahan yang dimiliki oleh petani adalah 0,87 Ha. Pengairan
lahan menggunakan sistem irigasi teknis yang dilakukan secara bergilir oleh
GP3A setempat. Secara lebih rinci, data responden dalam kegiatan evaluasi
dampak dapat dilihat pada Lampiran 2.

B. Hasil Analisis Data


Analisis data kuisioner dilakukan menggunakan metode Analisis Statistik
Deskriptif. Statistik deskriptif yaitu statistik yang digunakan untuk analisa
data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul, untuk selanjutnya dimasukan ke dalam tabulasi data.

28
1. Aspek Pengetahuan
Hasil tabulasi dan analisis data dari aspek pengetahuan dapat dilihat
pada tabel 4.1. berikut :
Tabel 4.1. Hasil Tabulasi dan Analisis Aspek Pengetahuan
Pertanyaan / Jumlah Jawaban Skor Jawaban Kate
NO Jml Rerata Persen
Pernyataan T KT TT 3 2 1 gori
Pengetahuan
Apakah Bapak / Ibu
mengetahui siklus hidup
1 tikus (Rattus 20 10 6 60 20 6 86 29 80 T
argentiventer Rob &
Kloss) ?
Apakah Bapak / Ibu
mengetahui tahapan
2 36 0 0 108 0 0 108 36 100 T
pertumbuhan tanaman
padi sawah ?
Apakah Bapak / Ibu
mengetahui keterkaitan
3 siklus hidup tikus dan 25 9 2 75 18 2 95 32 88 T
tahapan pertumbuhan
padi sawah ?
Apakah Bapak / Ibu
mengetahui habitat atau
4 36 0 0 108 0 0 108 36 100 T
tempat hidup hama
tikus?
Apakah Bapak / Ibu
5 mengetahui gejala 36 0 0 108 0 0 108 36 100 T
serangan hama tikus?
Apakah Bapak / Ibu
mengetahui cara
6 pengendalian hama 27 6 3 81 12 3 96 32 89 T
tikus dengan pengaturan
pola tanam ?
Apakah Bapak / Ibu
mengetahui cara
7 pengendalian hama 36 0 0 108 0 0 108 36 100 T
tikus dengan
pengemposan ?
Apakah Bapak / Ibu
mengetahui cara
8 pengendalian hama 10 15 11 30 30 11 71 24 66 KT
tikus dengan TBS (Trap
Barrier System) ?
Apakah Bapak / Ibu
memahami cara
9 8 17 11 24 34 11 69 23 64 KT
pembuatan TBS (Trap
Barrier System) ?
Apakah Bapak / Ibu
mengetahui akibat dari
cara pengendalian hama
10 15 6 15 45 12 15 72 24 67 KT
tikus secara kimia
(rodentisida / racun
tikus) ?
Jumlah 249 63 48 747 126 48 921 307.00 852.78
Rerata 24.90 6.30 4.80 74.70 12.60 4.80 92.10 30.70 85.28 T

29
Berdasarkan hasil analisis data di atas, dapat dilihat bahwa tingkat
capaian aspek pengetahuan petani tentang “Pengendalian Hama Tikus
Terpadu (PHTT)” mencapai 85,28%. Hal ini menggambarkan bahwa
tingkat capaian pengetahuan termasuk dalam kategori Tahu, sehingga
dapat dikatakan bahwa pengetahuan petani mengenai pengendalian hama
tikus terpadu cukup baik.

2. Aspek Sikap
Hasil tabulasi dan analisis data dari aspek sikap dapat dilihat pada
tabel 4.2. berikut :
Tabel 4.2. Hasil Tabulasi dan Analisis Aspek Sikap
Pertanyaan / Jumlah Jawaban Skor Jawaban Kate
NO Jml Rerata Persen
Pernyataan S KS TS 3 2 1 gori
Sikap
Untuk mengendalikan
hama tikus (Rattus
argentiventer Rob &
Kloss) setujukah Bapak
1 / Ibu melakukan tanam 29 2 5 87 4 5 96 32 88.89 S
serentak terutama pada
musim kemarau dan
pengelolaan secara
kelompok ?
Apakah Bapak / Ibu
setuju melakukan
2 pengendalian hama 13 11 12 39 22 12 73 24.333 67.59 KS
tikus dengan pengaturan
pola tanam ?
Sanitasi secara rutin
salah satu upaya
menghilangkan tempat
kesukaan tikus
3 36 0 0 108 0 0 108 36 100.00 S
bersembunyi dan dapat
mengurangi
perkembangbiakan
tikus.
Pengaturan jarak tanam
jajar legowo dapat
4 27 9 0 81 18 0 99 33 91.67 S
megurangi serangan
hama tikus sawah.
Apakah Bapak / Ibu
setuju melakukan
5 pengendalian hama 0 15 21 0 30 21 51 17 47.22 TS
tikus dengan TBS (Trap
Barrier System) ?
Pengendalian dengan
musuh alami sangat
membantu usaha
6 5 26 5 15 52 5 72 24 66.67 KS
menjaga tetap
rendahnya tingkat
populasi tikus.

30
Penggunaan rodentisida
(racun kimia) untuk
pengendalian tikus
sebaiknya merupakan
7 36 0 0 108 0 0 108 36 100.00 S
alternatif terakhir,
karena sifatnya yang
dapat mencemari
lingkungan.
Apakah Bapak / Ibu
setuju dalam melakukan
8 21 9 6 63 18 6 87 29 80.56 S
pengendalian hama
tikus secara terpadu ?
Jumlah 167 72 49 438 126 43 694 231.33 642.59
Rerata 20.88 9.00 6.13 62.63 18.00 6.13 86.75 28.92 80.32 S

Berdasarkan hasil analisis data di atas, dapat dilihat bahwa tingkat


capaian aspek sikap petani terhadap “Pengendalian Hama Tikus Terpadu
(PHTT)” mencapai 80,32%. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat
capaian sikap termasuk dalam kategori Setuju, sehingga dapat dikatakan
bahwa petani memberikan respon positif dengan adanya penyuluhan
tentang pengendalian hama tikus terpadu.

3. Aspek Keterampilan
Hasil tabulasi dan analisis data dari aspek keterampilan dapat dilihat
pada tabel 4.3. berikut :
Tabel 4.3. Hasil Tabulasi dan Analisis Aspek Keterampilan
Pertanyaan / Jumlah Jawaban Skor Jawaban Kate
NO Jml Rerata Persen
Pernyataan T KT TT 3 2 1 gori
Keterampilan
Apakah Bapak / Ibu
sudah terampil dalam
melakukan sanitasi
1 secara rutin untuk 36 0 0 108 0 0 108 36.00 100.00 T
mengendalikan
perkembangbiakan tikus
sawah ?
Apakah Bapak / Ibu
sudah terampil dalam
pengaturan jarak tanam
yang digunakan saat
2 27 9 0 81 18 0 99 33.00 91.67 T
budidaya padi sesuai
rekomendasi untuk
mengendalikan hama
tikus ?
Apakah Bapak / Ibu
sudah terampil dalam
3 pengendalian hama 33 3 0 99 6 0 105 35.00 97.22 T
tikus dengan
pengemposan ?

31
Apakah Bapak / Ibu
sudah terampil dalam
4 pembuatan perangkap 3 7 26 9 14 26 49 16.33 45.37 TT
TBS (Trap Barrier
System) ?
Apakah Bapak/ Ibu
sudah terampil dalam
5 pemasangan perangkap 3 7 26 9 14 26 49 16.33 45.37 TT
TBS (Trap Barrier
System) ?
Apakah Bapak / Ibu
sudah terampil dalam
pemanfaatan musuh
6 5 26 5 15 52 5 72 24.00 66.67 KT
alami untuk
pengendalian hama
tikus ?
Apakah Bapak / Ibu
sudah terampil dalam
penentuan cara
7 34 2 0 102 4 0 106 35.33 98.15 T
pengendalian yang
sesuai dengan waktu
yang tepat ?
Apakah Bapak / Ibu
sudah terampil dalam
8 melakukan 14 13 9 42 26 9 77 25.67 71.30 T
pengendalian hama
tikus secara terpadu ?
Jumlah 155 67 66 423 108 57 588 221.67 615.74
Rerata 19.38 8.38 8.25 58.13 16.75 8.25 83.13 27.71 76.97 KT
Jumlah (P+S+K) 571 202 163 1608 360 148 2203 760.00 2111.11
Rerata (P+S+K) 190.33 67.33 54.33 536.00 120.00 49.33 734.33 253.33 703.70

Berdasarkan hasil analisis data di atas, dapat dilihat bahwa tingkat


capaian aspek keterampilan petani tentang “Pengendalian Hama Tikus
Terpadu (PHTT)” mencapai 76,97%. Hal ini menggambarkan bahwa
tingkat capaian pengetahuan termasuk dalam kategori Kurang Terampil,
sehingga dapat dikatakan bahwa keterampilan petani mengenai
pengendalian hama tikus terpadu belum cukup baik.

32
BAB V
KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan
Berdasarkan evaluasi dampak kegiatan penyuluhan tentang Pengendalian
Hama Tikus Terpadu (PHTT) di kelompok tani Sido Maju, Marsudi Asih dan
Tani Lestari, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupeten Bantul, rata-
rata petani sudah menerapkan dengan cukup baik sehingga dapat disimpulkan
bahwa penyuluhan tersebut berhasil. Hasil analisis data menggunakan skala
Likert berdasarkan aspek pengetahuan yaitu 85,28%, dengan kategori Tahu,
aspek sikap 80,32%, dengan kategori Setuju, dan aspek keterampilan
76,97%, dengan kategori Kurang Terampil.

B. Saran
1. Bagi pejabat, yaitu BPP Kismo Raharjo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten
Bantul dapat melaksanakan evaluasi dampak penyuluhan pertanian secara
kontinyu sebab hasil evaluasi tersebut sebagai salah satu alat ukur untuk
mengetahui ketercapaian tujuan penyuluhan yang telah dilaksanakan.
2. Bagi administrator, yaitu penyuluh khususnya penyuluh Desa Bangunjiwo
dapat meningkatkan monitoring terhadap hasil penyuluhan yang
dilakukan.
3. Bagi petani, khususnya tentang pengendalian hama tikus terpadu dapat
dipertahankandan dapat ditingkatkan kembali dari aspek keterampilan.

C. Rekomendasi
1. Untuk Dinas
Karena pelaksanaan pengendalian hama tikus terpadu di Desa
Bangunjiwo, BPP Kismo Raharjo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul
telah mencapai 80,86% maka kebijakan tentang pengendalian hama tikus
terpadu sudah cukup baik.
2. Untuk Administrator
Karena pelaksanaan pengendalian hama tikus terpadu di Desa
Bangunjiwo, BPP Kismo Raharjo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul
telah mencapai 80,86% maka kebijakan tentang pengendalian hama tikus

33
terpadu sudah cukup baik. Tetapi diperlukan adanya monitoring kegiatan
penyuluhan agar petani tetap semangat untuk melaksanakan pengendalian
hama tikus terpadu sehingga produksi tetap baik.
3. Untuk Petani
Dengan hasil evaluasi di atas, petani agar selalu mengupayakan
melanjutkan pengendalian hama tikus terpadu sampai kembali ke pola
tanam selanjutnya.

34
BAB VI
PENUTUP
Dengan telah dilaksanakannya pengendalian hama tikus terpadu di Desa
Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul yang telah berhasil dengan
cukup baik tetapi dalam rangka meningkatkan produksi masih diperlukan adanya
terobosan penggunaan teknologi baru agar produksi selalu meningkat baik oleh
penyuluh maupun petani.

35
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Pengertian Evaluasi Dampak. www.wikipedia.com. (Diakses


pada 12 Desember 2018).

Kusnadi, D. 2011. Dasar-Dasar Penyuluhan Pertanian. Modul Penyuluhan:


https://eprints.stiperdarmawacana.ac.id. (Diakses pada 25 Juni 2018).

Programa Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kasihan Tahun 2018.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem


Penyuluhan Pertanian Perikanan, dan Kehutanan.

Rossi, Peter H., Freeman, Howard E. 1985. Evaluation : A Systematic Approach,


Sage Puclication Inc. USA : Beverly California.

Sudarmaji. 2006. Pengendalian Hama Tikus Terpadu.


https://www.litbang.pertanian.go.id. (Diakses pada 19 Desember 2018).

36
LAMPIRAN

37
Lampiran 1. Instrumen Evaluasi Dampak Pengendalian Hama Tikus Terpadu di
Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul

KUESIONER

EVALUASI DAMPAK PELATIHAN PENGENDALIAN HAMA TIKUS


TERPADU (PHTT) DI DESA BANGUNJIWO, KECAMATAN KASIHAN,
KABUPATEN BANTUL

Petunjuk Pengisian :

Dimohon dengan hormat, Bapak / Ibu / Sdr (i) dapat menjawab pertanyaan /
pernyataan di bawah ini sesuai keadaan sebenarnya, dengan cara memberikan
tanda centang (√) pada salah satu jawaban yang tersedia. Maksud dari pertanyaan
atau pernyataan yang ada semata-mata digunakan sebagai data pendukung dalam
pelaksanaan evaluasi.

A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama Responden : ……………………………………………..
2. Jenis Kelamin : [ ] Laki-Laki [ ] Perempuan
3. Umur : ………………. Tahun
4. Pendidikan Terakhir : [ ] Tidak Tamat SD [ ] SD [ ] SLTP
[ ] SLTA [ ] Perguruan Tinggi
5. Alamat : …………………………………………......
.…………………………………………......
6. Nama Kelompok Tani : ……………………………………………..
7. Status dalam Kelompok : ……………………………………………..
8. Luas Lahan Sawah : ……………………………………………..
9. Satatus Lahan Padi Sawah : [ ] Pemilik [ ] Penyewa [ ] Penggarap
10. Pengalaman Bertani : ………………. Tahun

Bangunjiwo, Desember 2018


Responden,

……………………

38
B. ASPEK PENGETAHUAN
Jawaban
No Pertanyaan
T KT TT
1 Apakah Bapak / Ibu mengetahui siklus hidup
tikus (Rattus argentiventer Rob & Kloss) ?
2 Apakah Bapak / Ibu mengetahui tahapan
pertumbuhan tanaman padi sawah ?
3 Apakah Bapak / Ibu mengetahui keterkaitan
siklus hidup tikus dan tahapan pertumbuhan
padi sawah ?
4 Apakah Bapak / Ibu mengetahui habitat atau
tempat hidup hama tikus?
5 Apakah Bapak / Ibu mengetahui gejala
serangan hama tikus?
6 Apakah Bapak / Ibu mengetahui cara
pengendalian hama tikus dengan pengaturan
pola tanam ?
7 Apakah Bapak / Ibu mengetahui cara
pengendalian hama tikus dengan pengemposan
?
8 Apakah Bapak / Ibu mengetahui cara
pengendalian hama tikus dengan TBS (Trap
Barrier System) ?
9 Apakah Bapak / Ibu memahami cara
pembuatan TBS (Trap Barrier System) ?
10 Apakah Bapak / Ibu mengetahui akibat dari
cara pengendalian hama tikus secara kimia
(rodentisida / racun tikus) ?

Keterangan :
T = Tahu
KT = Kurang Tahu
TT = Tidak Tahu

39
C. ASPEK SIKAP
Jawaban
No Pertanyaan
S KS TS
1 Untuk mengendalikan hama tikus (Rattus
argentiventer Rob & Kloss) setujukah Bapak /
Ibu melakukan tanam serentak terutama pada
musim kemarau dan pengelolaan secara
kelompok ?
2 Apakah Bapak / Ibu setuju melakukan
pengendalian hama tikus dengan pengaturan
pola tanam ?
3 Sanitasi secara rutin salah satu upaya
menghilangkan tempat kesukaan tikus
bersembunyi dan dapat mengurangi
perkembangbiakan tikus.
4 Pengaturan jarak tanam jajar legowo dapat
megurangi serangan hama tikus sawah.
5 Apakah Bapak / Ibu setuju melakukan
pengendalian hama tikus dengan TBS (Trap
Barrier System) ?
6 Pengendalian dengan musuh alami sangat
membantu usaha menjaga tetap rendahnya
tingkat populasi tikus.
7 Penggunaan rodentisida (racun kimia) untuk
pengendalian tikus sebaiknya merupakan
alternatif terakhir, karena sifatnya yang dapat
mencemari lingkungan.
8 Apakah Bapak / Ibu setuju dalam melakukan
pengendalian hama tikus secara terpadu ?

Keterangan :
S = Setuju
KS = Kurang Setuju
TS = Tidak Setuju

40
D. ASPEK KETERAMPILAN
Jawaban
No Pertanyaan
T KT TT
1 Apakah Bapak / Ibu sudah terampil dalam
melakukan sanitasi secara rutin untuk
mengendalikan perkembangbiakan tikus sawah
?
2 Apakah Bapak / Ibu sudah terampil dalam
pengaturan jarak tanam yang digunakan saat
budidaya padi sesuai rekomendasi untuk
mengendalikan hama tikus ?
3 Apakah Bapak / Ibu sudah terampil dalam
pengendalian hama tikus dengan pengemposan
?
4 Apakah Bapak / Ibu sudah terampil dalam
pembuatan perangkap TBS (Trap Barrier
System) ?
5 Apakah Bapak/ Ibu sudah terampil dalam
pemasangan perangkap TBS (Trap Barrier
System) ?
6 Apakah Bapak / Ibu sudah terampil dalam
pemanfaatan musuh alami untuk pengendalian
hama tikus ?
7 Apakah Bapak / Ibu sudah terampil dalam
penentuan cara pengendalian yang sesuai
dengan waktu yang tepat ?
8 Apakah Bapak / Ibu sudah terampil dalam
melakukan pengendalian hama tikus secara
terpadu ?

Keterangan :
T = Terampil
KT = Kurang Terampil
TT = Tidak Terampil

41
Lampiran 2. Data Sampel Evaluasi Dampak Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT) di Desa Bangunjiwo
Luas Pekerjaan
Umur Jenis
No Nama Responden Alamat Pendidikan Lahan Diluar Kel. Tani
(tahun) Kelamin
(Ha) Usahatani
1 Hartono Gedongan, Bangunjiwo 76 L SD 2 - Sido Maju
2 Minto Miarjo Wagimin Gedongan, Bangunjiwo 50 L SMA 2 - Sido Maju
3 Dalijo Gedongan, Bangunjiwo 55 L SMA 0.33 - Sido Maju
4 Widi Ngirwanto Gedongan, Bangunjiwo 66 L SMP 0.64 - Sido Maju
5 Suparman Gedongan, Bangunjiwo 60 L SD 1.31 - Sido Maju
6 H.Parjono Gedongan, Bangunjiwo 70 L SMA 1.1 - Sido Maju
7 Samiyati Gedongan, Bangunjiwo 65 L SD 0.33 - Sido Maju
8 Lukmanto, S.Ag Gedongan, Bangunjiwo 47 L Sarjana 1.07 Guru Sido Maju
9 J.Djaka Kuasa Gedongan, Bangunjiwo 66 L SMA 0.9 - Sido Maju
10 Muryanto Gedongan, Bangunjiwo 70 L SD 0.34 - Sido Maju
Perangkat
11 Djunaidi SPd Gedongan, Bangunjiwo 45 L Sarjana 0.97 Sido Maju
Desa
12 Wiyono Gedongan, Bangunjiwo 56 L SMA 1.06 - Sido Maju
13 Sidul Dullah Prayitno Bibis, Bangunjiwo 54 L SMA 0.35 - Marsudi Asih
14 Toni Sumarsono Bibis, Bangunjiwo 54 L SD 0.32 - Marsudi Asih
15 Mardiyono Bibis, Bangunjiwo 55 L SD 0.33 - Marsudi Asih
16 Sujarwo Utomo Bibis, Bangunjiwo 53 L SMA 1.4 - Marsudi Asih
17 Tarno Sudarmo Bibis, Bangunjiwo 60 L SMA 1.13 - Marsudi Asih
18 Sukamto Bibis, Bangunjiwo 61 L SMA 1.16 - Marsudi Asih
19 Basir Bibis, Bangunjiwo 64 L SD 0.33 - Marsudi Asih
20 Sutarno Bibis, Bangunjiwo 72 L SD 0.33 - Marsudi Asih
21 Tono Bibis, Bangunjiwo 71 L SD 2 - Marsudi Asih
22 Sukir Parjiono Bibis, Bangunjiwo 64 L SD 2 - Marsudi Asih

42
23 Trijanto Bibis, Bangunjiwo 67 L SMP 0.77 - Marsudi Asih
24 Gunadi Bibis, Bangunjiwo 76 L SMA 0.8 - Marsudi Asih
25 Warno Sumarto Kalipucang, Bangunjiwo 53 L SMA 1.38 - Tani Lestari
26 Karjo Utomo Karsido Kalipucang, Bangunjiwo 60 L SD 0.12 - Tani Lestari
27 Drs. Suharto Kalipucang, Bangunjiwo 51 L Sarjana 2 PNS Tani Lestari
28 Joko Sutomo Kalipucang, Bangunjiwo 56 L SMP 0.67 - Tani Lestari
29 Sartono Siswo Sumarto Kalipucang, Bangunjiwo 67 L SD 0.36 - Tani Lestari
30 Kamto Miarjo Tukiyo Kalipucang, Bangunjiwo 53 L SMP 0.68 - Tani Lestari
31 Sumarno Kalipucang, Bangunjiwo 70 L SD 0.11 - Tani Lestari
32 Roso Daftariyanto Kalipucang, Bangunjiwo 69 L SMP 0.65 - Tani Lestari
33 Hadi Mulyono Sadiyono Kalipucang, Bangunjiwo 63 L SD 1 - Tani Lestari
34 Suroto Kalipucang, Bangunjiwo 54 L SMP 0.4 - Tani Lestari
35 Marjadi, SPd Kalipucang, Bangunjiwo 49 L Sarjana 0.54 Guru Tani Lestari
36 Tri Sarjono Kalipucang, Bangunjiwo 68 L SD 0.34 - Tani Lestari
Jumlah 31.22
Rata-Rata 61 0.87

43

Anda mungkin juga menyukai