Anda di halaman 1dari 72

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI
DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI
NOMOR 5 TAHUN 2016

TENTANG

PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI


REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 131 ayat (1)


Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43
Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, memberikan
kewenangan kepada Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi untuk menetapkan
pedoman pelaksanaan pembangunan kawasan perdesaan;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
tentang Pembangunan Kawasan Perdesaan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
- 2 -

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan


Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5495);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang
Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);
- 3 -

8. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 tentang


Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 88, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5694);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539);
10. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3);
11. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2015 tentang
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 13);
12. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi Nomor 6 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian dan Tata Kerja Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 463);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH


TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI TENTANG PEMBANGUNAN
KAWASAN PERDESAAN.
- 4 -

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:


1. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan
nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus Urusan
Pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau
hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut
dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Desa.
3. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan
kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya
kesejahteraan masyarakat Desa.
4. Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai
kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber
daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
5. Pembangunan Kawasan Perdesaan adalah pembangunan
antar desa yang dilaksanakan dalam upaya mempercepat
dan meningkatkan kualitas pelayanan dan pemberdayaan
masyarakat desa melalui pendekatan partisipatif yang
ditetapkan oleh Bupati/Walikota.
6. Kawasan perdesaan tertentu adalah kawasan perdesaan
yang mempunyai nilai strategis dan
- 5 -

penataan ruangnya dilakukan menurut ketentuan


perundang- undangan.
7. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa,
selanjutnya disingkat RPJMDesa adalah dokumen
rencana pembangunan desa untuk periode 6 (enam)
tahun.
8. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya
disingkat APBN adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat.
9. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten/
Kota, selanjutnya disebut Bappeda adalah perangkat
daerah yang membidangi urusan perencanaan
pembangunan daerah pada lingkup kabupaten/kota.
10. Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan,
selanjutnya disingkat TKPKP, adalah lembaga yang
menyelenggarakan pembangunan kawasan perdesaan
sesuai dengan tingkatan kewenangannya.
11. Pihak ketiga adalah pihak di luar Pemerintah,
Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa yang membantu
penyelenggaraan pembangunan kawasan perdesaan
yang dapat berasal dari perguruan tinggi, konsultan, atau
lembaga swadaya masyarakat.
12. Pelaporan dan evaluasi pembangunan kawasan
perdesaan adalah upaya untuk mewujudkan tertib
Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan.
ͳ͵Ǥ †‹ƒ–‘” ‹‡”Œƒ ƒ†ƒŽƒŠ ƒŽƒ– ——” •’‡•‹ϐ‹ •‡…ƒ”ƒ
kuantitatif dan/atau kualitatif untuk masukan, proses,
keluaran, hasil, manfaat, dan/atau dampak yang
menggambarkan tingkat capaian kinerja suatu program
atau kegiatan.
14. Tokoh masyarakat adalah seseorang yang ditokohkan
oleh masyarakat di lingkungannya akibat dari pengaruh,
posisi, dan kemampuannya yang diakui oleh masyarakat
di lingkungannya.
- 6 -

15. Pendamping Kawasan Perdesaan adalah pihak yang


berperan dalam memfasilitasi desa.
16. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia
yang memegang kekuasaan pemerintahan negara
Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden
dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
17. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintah Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.
18. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pembangunan desa dan kawasan
perdesaan, pemberdayaan masyarakat desa, percepatan
pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi.

BAB II
PRINSIP DAN TUJUAN

Pasal 2

Pembangunan kawasan perdesaan diselenggarakan


berdasarkan prinsip:
a. partisipasi;
b. holistik dan komprehensif;
c. berkesinambungan;
d. keterpaduan;
e. keadilan;
f. keseimbangan;
g. transparansi; dan
h. akuntabilitas.
- 7 -

Pasal 3

(1) Pembangunan kawasan perdesaan bertujuan untuk


mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan,
pengembangan ekonomi, dan/atau pemberdayaan
masyarakat desa melalui pendekatan partisipatif
dengan mengintegrasikan berbagai kebijakan, rencana,
program, dan kegiatan para pihak pada kawasan yang
ditetapkan.
(2) Pembangunan kawasan perdesaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diprioritaskan pada
pengembangan potensi dan/atau pemecahan masalah
kawasan perdesaan.

BAB III
PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KAWASAN
PERDESAAN

Pasal 4

(1) Penyelenggaraan pembangunan kawasan perdesaan


meliputi:
a. pengusulan kawasan perdesaan;
b. penetapan dan perencanaan kawasan perdesaan;
c. pelaksanaan pembangunan kawasan perdesaan; dan
d. pelaporan dan evaluasi pembangunan kawasan
perdesaan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan
pembangunan kawasan perdesaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Keputusan
Direktur Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan
pembangunan kawasan perdesaan tertentu diatur oleh
Direktur Jenderal Teknis masing-masing.
- 8 -

Bagian Kesatu
Pengusulan Kawasan Perdesaan

Pasal 5

(1) Kawasan perdesaan diusulkan oleh beberapa desa atau


diprakarsai oleh Bupati/Walikota dengan memperhatikan
aspirasi masyarakat desa.
(2) Pengusulan kawasan perdesaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat dibantu oleh pihak ketiga.
(3) Kawasan perdesaan yang diusulkan oleh beberapa desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memiliki
gagasan kawasan perdesaan yang sesuai dengan tujuan
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).
(4) Kawasan perdesaan yang diusulkan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) disepakati oleh Kepala Desa yang
wilayahnya menjadi kawasan perdesaan dalam bentuk
surat kesepakatan kawasan perdesaan.
(5) Surat kesepakatan kawasan perdesaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) diserahkan kepada Bupati/
Walikota.
(6) Kawasan perdesaan yang diprakarsai oleh Bupati/
Walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
mendapatkan persetujuan Kepala Desa dan tokoh
masyarakat yang wilayahnya diusulkan menjadi kawasan
perdesaan.

Bagian Kedua
Penetapan dan Perencanaan Kawasan Perdesaan

Pasal 6

(1) Penetapan dan perencanaan kawasan perdesaan


memperhatikan RTRW Kabupaten/Kota dan RPJMD
Kabupaten/Kota, terutama dalam penentuan prioritas,
- 9 -

(2) Kawasan perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) memiliki Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan
yang disusun oleh TKPKP kabupaten/kota.
(3) Penetapan kawasan perdesaan dan Rencana Pembangunan
Kawasan Perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan (2) ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota.

Pasal 7

(1) Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan merupakan


rencana pembangunan jangka menengah yang berlaku
selama 5 (lima) tahun yang di dalamnya memuat program
pembangunan.
(2) Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat diubah dengan
menyesuaikan pada perkembangan kebutuhan kawasan.
(3) Program pembangunan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri dari kegiatan prioritas tahunan.
(4) Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan setidak-
tidaknya memuat:
a. isu strategis kawasan perdesaan;
b. tujuan dan sasaran pembangunan kawasan perdesaan;
c. strategi dan arah kebijakan kawasan perdesaan;
d. program dan kegiatan pembangunan kawasan
perdesaan;
e. indikator capaian kegiatan; dan
f. kebutuhan pendanaan.

Pasal 8

Mekanisme penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan


Perdesaan sebagai berikut:
a. Bupati/Walikota memprakarsai proses perencanaan
- 10 -

pembangunan kawasan perdesaan melalui TKPKP


kabupaten/kota; dan
b. TKPKP kabupaten/kota dalam melakukan proses
penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan
dapat dibantu oleh pihak ketiga.

Pasal 9

(1) Kawasan yang dapat ditetapkan sebagai kawasan


perdesaan merupakan bagian dari suatu kabupaten/kota
yang terdiri dari beberapa desa yang berbatasan dalam
sebuah wilayah perencanaan terpadu yang memiliki
kesamaan dan/atau keterkaitan masalah atau potensi
pengembangan.
(2) Penetapan kawasan perdesaan memperhatikan:
a. kegiatan pertanian;
b. pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
lainnya;
c. tempat permukiman perdesaan;
d. tempat pelayanan jasa pemerintahan, sosial
dan ekonomi perdesaan;
e. nilai strategis dan prioritas kawasan;
f. keserasian pembangunan antar kawasan dalam
wilayah kabupaten/kota;
g. kearifan lokal dan eksistensi masyarakat hukum adat;
dan
h. keterpaduan dan keberlanjutan pembangunan.

Bagian Ketiga
Pelaksanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan

Pasal 10

Pelaksanaan pembangunan kawasan perdesaan merupakan


perwujudan program dan kegiatan pembangunan tahunan
pada kawasan perdesaan yang
- 11 -

merupakan penguatan kapasitas masyarakat dan hubungan


kemitraan yang dilakukan oleh pemerintah, swasta, dan/atau
masyarakat di kawasan perdesaan.

Pasal 11

Pendanaan pelaksanaan pembangunan kawasan perdesaan


bersumber dari:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi;
c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/
kota;
d. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; dan/atau
e. sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

Pasal 12

(1) Pembangunan kawasan perdesaan dilaksanakan oleh


satuan kerja perangkat daerah yang ditunjuk oleh Bupati/
Walikota berdasarkan masukan dari TKPKP kabupaten/
kota dan/atau Pemerintah Desa.
(2) Penunjukan oleh Bupati/Walikota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat didelegasikan kepada
TKPKP kabupaten/kota.
(3) Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah
provinsi dapat menugaskan kepada Daerah kabupaten/
kota untuk melaksanakan urusan pemerintahan
bidang pemberdayaan masyarakat dan desa berupa
pembangunan kawasan perdesaan berdasarkan asas
tugas pembantuan.
(4) Pembangunan kawasan perdesaan dilaksanakan oleh
satuan kerja perangkat daerah yang terkait dalam hal
pendanaan berasal dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah provinsi, dan/atau Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah kabupaten/kota.
- 12 -

(5) Pembangunan kawasan perdesaan dilaksanakan oleh


Pemerintah Desa dalam hal pendanaan berasal dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
(6) Bupati/Walikota dapat menunjuk satuan kerja perangkat
daerah yang terkait atau Pemerintah Desa untuk
melaksanakan pembangunan kawasan perdesaan dalam
hal pendanaan berasal dari sumber lain yang sah dan
tidak mengikat.
(7) Bupati/Walikota dalam menunjuk pelaksana
pembangunan kawasan perdesaan harus mengacu pada
Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan.

Bagian Keempat
Pelaporan dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perdesaan

Pasal 13

(1) Pelaporan dan evaluasi pembangunan kawasan


perdesaan dilakukan berbasis desa dan berdasarkan
indikator kinerja capaian yang ditetapkan dalam Rencana
Pembangunan Kawasan Perdesaan.
(2) Pelaksana pembangunan kawasan perdesaan melaporkan
kinerja kepada Bupati/Walikota melalui Bappeda
Kabupaten/Kota.
(3) Laporan kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disampaikan kepada Bappeda Kabupaten/Kota tiap 3
(tiga) bulan dan dievaluasi setiap 1 (satu) tahun sejak
dimulainya pelaksanaan pembangunan.

Pasal 14

(1) Hasil evaluasi terhadap laporan kinerja sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) menjadi dasar Bappeda
Kabupaten/Kota dalam menilai capaian Rencana
Pembangunan Kawasan Perdesaan.
- 13 -

(2) Penilaian terhadap capaian Rencana Pembangunan


Kawasan Perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) menjadi dasar penyusunan Rencana Pembangunan
Kawasan Perdesaan pada periode selanjutnya.
(3) Bappeda Kabupaten/Kota melaporkan hasil evaluasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) kepada
Bupati/Walikota.
(4) Bupati/Walikota menindaklanjuti hasil evaluasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) sebagai
arahan kebijakan kepada TKPKP kabupaten/kota dalam
pelaksanaan pembangunan kawasan perdesaan pada
tahun selanjutnya.
(5) Bupati/Walikota melaporkan hasil evaluasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kepada TKPKP provinsi.

BAB IV
KELEMBAGAAN

Pasal 15

(1) TKPKP dibentuk pada tingkat pusat, provinsi, dan


kabupaten/kota.
(2) TKPKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyelenggarakan pembangunan kawasan perdesaan
sesuai dengan lingkup kewenangannya.

Pasal 16

(1) TKPKP pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat


(1) terdiri dari unsur kementerian/lembaga yang terkait
yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri.
(2) TKPKP pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan lembaga yang bertugas melakukan
pembinaan terhadap penyelenggaraan pembangunan
kawasan perdesaan pada tingkat nasional berdasarkan
laporan dan hasil evaluasi yang diberikan oleh TKPKP
- 14 -

provinsi.
(3) TKPKP pusat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
berkoordinasi dengan TKPKP provinsi dan TKPKP
kabupaten/kota.

Pasal 17

(1) TKPKP provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15


ayat (1) terdiri dari unsur Kepala satuan kerja perangkat
daerah yang terkait yang ditetapkan dengan Keputusan
Gubernur.
(2) TKPKP provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan lembaga yang bertugas untuk melakukan
pembinaan terhadap penyelenggaraan pembangunan
kawasan perdesaan pada tingkat provinsi berdasarkan
laporan dan hasil evaluasi yang diberikan oleh Bupati/
Walikota.
(3) Jumlah keanggotaan TKPKP provinsi disesuaikan dengan
kebutuhan dan/atau kondisi daerah.

Pasal 18

(1) TKPKP kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 15 ayat (1) terdiri dari unsur Kepala satuan kerja
perangkat daerah yang terkait, Camat, Kepala Desa, Kepala
Badan Kerjasama Antar Desa, dan tokoh masyarakat yang
ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota.
(2) TKPKP kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan lembaga yang bertugas untuk:
a. mengkoordinasikan penetapan kawasan perdesaan;
b. mengkoordinasikan penyusunan Rencana
Pembangunan Kawasan Perdesaan;
c. menunjuk pelaksana pembangunan kawasan
perdesaan dalam hal didelegasikan oleh Bupati/
Walikota; dan
- 15 -

d. melaksanakan arahan kebijakan sebagai hasil evaluasi


laporan kinerja pembangunan kawasan perdesaan.
(3) Jumlah keanggotaan TKPKP kabupaten/kota disesuaikan
dengan kebutuhan dan/atau kondisi daerah.

Pasal 19

(1) TKPKP kabupaten/kota dalam melaksanakan tugasnya


dapat dibantu oleh Pendamping Kawasan Perdesaan.
(2) Pendamping Kawasan Perdesaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) bertugas untuk:
a. membantu TKPKP kabupaten/kota dalam penetapan
dan perencanaan kawasan perdesaan; dan
b. memfasilitasi dan membimbing desa dalam
pembangunan kawasan perdesaan.
(3) Pendamping Kawasan Perdesaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berasal dari pihak ketiga.

Pasal 20

Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan organisasi dan


tata kerja TKPKP diatur dalam Keputusan Menteri.

BAB V
PENDANAAN

Pasal 21

(1) Pendanaan penugasan dari Pemerintah Pusat kepada


Daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan urusan
pemerintahan bidang pemberdayaan masyarakat
dan desa berupa pembangunan kawasan perdesaan
berdasarkan asas tugas pembantuan berasal dari DAK
dan/atau Dana Tugas Pembantuan.
- 16 -

(2) Pendanaan penugasan dari Pemerintah Daerah provinsi


kepada Daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan
urusan pemerintahan bidang pemberdayaan masyarakat
dan desa berupa pembangunan kawasan perdesaan
berdasarkan asas tugas pembantuan berasal dari Dana
Tugas Pembantuan.

BAB V
PEMBINAAN

Pasal 22

Menteri dan Gubernur melakukan pembinaan terhadap


Pembangunan Kawasan Perdesaan.

Pasal 23

(1) Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22


melakukan pembinaan terhadap pembangunan kawasan
perdesaan yaitu:
a. standardisasi proses penetapan dan perencanaan
kawasan perdesaan, pelaksanaan pembangunan
kawasan perdesaan, serta pelaporan dan evaluasi
pembangunan kawasan perdesaan;
b. pemberian fasilitasi penguatan kelembagaan dalam
pembangunan kawasan perdesaan; dan
c. pemberian fasilitasi proses penetapan dan
perencanaan kawasan perdesaan, pelaksanaan
pembangunan kawasan perdesaan, serta pelaporan
dan evaluasi pembangunan kawasan perdesaan.
(2) Gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
melakukan pembinaan dalam hal:
a. pemberian fasilitasi penguatan kelembagaan dalam
pembangunan kawasan perdesaan; dan
b. pemberian fasilitasi proses penetapan dan
perencanaan kawasan perdesaan, pelaksanaan
- 17 -

pembangunan kawasan perdesaan, serta pelaporan


dan evaluasi pembangunan kawasan perdesaan.

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 24

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, ketentuan


mengenai Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis
Masyarakat dinyatakan tidak berlaku.
- 18 -

Pasal 25

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 3 Maret 2016

MENTERI DESA,
PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN
TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

MARWAN JAFAR

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 359


KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

NOMOR: 14/DPKP/SK/07/2016.

TENTANG

PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

DIREKTUR JENDERAL PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN,

Menimbang : a. bahwa sebagai tindaklanjut Pasal 4 ayat (2) Peraturan


Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembangunan
Kawasan Perdesaan, maka diperlukan Penyelenggaraan
Pembangunan Kawasan Perdesaan yang meliputi pengusulan
kawasan perdesaan, penetapan dan perencanaan kawasan
perdesaan, pelaksanaan pembangunan kawasan perdesaan,
pelaporan dan evaluasi pembangunan kawasan perdesaan;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Direktur
Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan tentang
Penyelenggaraan Pembangunan Kawasan Perdesaan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
1
3. Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang
Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor
60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 57, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5864);
9. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi Nomor 6 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian dan Tata Kerja Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 463);
10. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
tertinggal dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2016
tentang Pembangunan Kawasawan Perdesaan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 359);

2
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBANGUNAN KAWASAN


PERDESAAN TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN
KAWASAN PERDESAAN.
KESATU : Melaksanakan Penyelenggaraan Pembangunan Kawasan Perdesaan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
KEDUA : Penyelenggaran Pembangunan Kawasan Perdesaan sebagaimana
dimaksud pada diktum KESATU dilaksanakan untuk mengembangkan
potensi dan/atau menyelesaikan permasalahan yang ada di suatu
wilayah.
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 1 Juli 2016

DIREKTUR JENDERAL
PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN,

ttd.

JOHOZUA M. YOLTUWU

SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada Yth.:


1. Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi;
2. Sekretaris Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi;
3. Para Direktur Jenderal di lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi;
4. Inspektur Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi;
5. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan, dan
Informasi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi;
6. Sekretaris Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan; dan
7. Para Direktur di lingkungan Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan
Perdesaan.

3
Lampiran
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
NOMOR: 14/DPKP/SK/07/2016
TENTANG PENYELENGGARAAN
PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Di samping pendekatan desa membangun, Undang Undang Nomor 6 Tahun


2014 tentang Desa memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk
melakukan percepatan pembangunan sebagian wilayah perdesaan melalui
pembangunan kawasan perdesaan. Pembangunan kawasan perdesaan dilakukan
mengingat perkembangan sebagian wilayah tidak secepat perkembangan wilayah
lainnya, atau suatu kawasan memiliki potensi pertumbuhan yang cukup besar
dan memerlukan dorongan ekstra dari Pemerintah/Pemerintah Daerah. Pasal
83 UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa menyebutkan bahwa Kawasan Perdesaan
merupakan perpaduan pembangunan antar-Desa dalam 1 (satu) Kabupaten/
Kota yang dilaksanakan dalam upaya mempercepat dan meningkatkan kualitas
pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat Desa di Kawasan
Perdesaan melalui pendekatan pembangunan partisipatif.

Pembangunan Kawasan Perdesaan dilaksanakan dalam batas wilayah


fungsional dan atau wilayah administrasi. Isu-isu yang diangkat dalam
pembangunan kawasan perdesaan antara lain rural-urban linkage; pertumbuhan;
Žƒ’ƒ‰ƒ ’‡‡”ŒƒƒǢ ‹ˆ”ƒ•–”—–—”Ǣ •‡”–ƒ •‹‡”‰‹•‡ ƒ–ƒ” •‡–‘”ǡ Ƿ’ƒ•ƒ”᪃ǡ †ƒ
masyarakat; dengan dukungan dana dari APBN berupa dana perimbangan dan
APBD yang dialokasikan pada masing-masing sektor. Berbeda dengan pendekatan
desa membangun, pemegang kewenangan pembangunan kawasan perdesaan
adalah Pemerintah Daerah yang bersinergi dengan masyarakat dan komponen
lainnya kecuali yang berskala lokal Desa. Arahan Undang Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa pada Pasal 85 ayat (1) mengatur bahwa Pembangunan
Kawasan Perdesaan dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui satuan kerja perangkat daerah,
Pemerintah Desa, dan/atau BUM Desa dengan

4
mengikutsertakan masyarakat Desa. (2) Pembangunan Kawasan Perdesaan
yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota, dan pihak ketiga wajib mendayagunakan potensi
sumber daya alam dan sumber daya manusia serta mengikutsertakan
Pemerintah Desa dan masyarakat Desa. (3) Pembangunan Kawasan Perdesaan
yang berskala lokal Desa wajib diserahkan pelaksanaannya kepada Desa dan/
atau kerja sama antar-Desa.

Untuk mewujudkan pembangunan kawasan perdesaan, Kementerian


Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi telah menerbitkan
Peraturan Menteri Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembangunan Kawasan
Perdesaan. Pasal 4 ayat (2) mengamanahkan bahwa ketentuan lebih lanjut
mengenai penyelenggaraan pembangunan kawasan perdesaan diatur dengan
Keputusan Direktur Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan.

Keputusan Dirjen ini diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pembangunan


Kawasan Perdesaan sebagai tindak lanjut dari amanah Undang-Undang
No 6 tahun 2014 tentang Desa dan Peraturan Menteri No 5 Tahun 2016
tentang Pembangunan Kawasan Perdesaan, sebagai pedoman operasional
bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah, Desa dan masyarakat dalam
menyelenggarakan pembangunan Kawasan Perdesaan.

B. Tujuan

Tujuan Keputusan Dirjen ini adalah memberikan pedoman operasional


bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah, Desa, dan masyarakat, dalam
menyelenggarakan pembangunan Kawasan Perdesaan.

C. Sasaran

Sasaran Keputusan Dirjen ini adalah terciptanya kesamaan pemahaman


bagi aparatur Pemerintah, Pemerintah Daerah, Desa, dan masyarakat, dalam
menyelenggarakan pembangunan Kawasan Perdesaan.

D. Ruang Lingkup

Keputusan Dirjen Pembangunan Kawasan Perdesaan ini menjelaskan


lebih lanjut tentang kelembagaan, pengusulan dan penetapan, perencanaan,
pelaksanaan, serta monitoring, evaluasi dan pelaporan, yang terbagi dalam
enam Bab sebagai berikut:
5
Bab I Pendahuluan
Bab II Kelembagaan
Bab III Pengusulan dan Penetapan Kawasan Perdesaan
Bab IV Perencanaan Kawasan Perdesaan
Bab V Pelaksanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan
Bab VI Monitoring, evaluasi dan pelaporan Pembangunan Kawasan Perdesaan.

E. Prinsip Pembangunan Kawasan Perdesaan

Pembangunan kawasan Perdesaan dilaksanakan dengan prinsip :


a. partisipatif;
b. holistik dan komprehensif;
c. berkesinambungan;
d. keterpaduan;
e. keadilan;
f. keseimbangan;
g. transparansi; dan
h. akuntabilitas.

Penjelasan prinsip Pembangunan kawasan Perdesaan:

a. Yang dimaksud dengan “partisipatif” adalah penyelenggaraan


Pembangunan Kawasan Perdesaan yang mengikutsertakan kelembagaan
Desa dan unsur masyarakat Desa.
b. Yang dimaksud dengan “holistik dan komprehensif” adalah Pembangunan
Kawasan Perdesaan dilaksanakan dengan memperhatikan berbagai apsek
‡Š‹†—’ƒ›ƒ‹–—ϐ‹•‹ǡ‡‘‘‹ǡ•‘•‹ƒŽǡ†ƒŽ‹‰—‰ƒǢ†ƒ†‹Žƒ•ƒƒƒ
oleh berbagai komponen untuk mencapai tujuan pembangunan kawasan.
c. Yang dimaksud dengan “berkesinambungan” adalah Pembangunan
Kawasan Perdesaan dilaksanakan secara kontinyu dengan memperhatikan
kelestarian lingkungan agar hasil pembangunan dapat memberikan
manfaat jangka panjang secara berkesinambungan.
d. Yang dimaksud dengan “keterpaduan” adalah Pembangunan Kawasan
Perdesaan dari semua unsur yang berhubungan secara langsung maupun
tidak langsung dalam pengelolaan kawasan perdesaan. Keterpaduan
antar sektor dan keterpaduan antar level pemerintahan.
e. Yang dimaksud dengan “keadilan” adalah Pembangunan Kawasan
Perdesaan memberikan kesempatan yang sama kepada setiap unsur
pembangungan dalam upaya meningkatkan dan memelihara kualitas
hidupnya.
6
f. Yang dimaksud dengan “keseimbangan” adalah Pembangunan Kawasan
Perdesaan dilaksanakan dengan memperhatikan keserasian antara
’‡„ƒ‰—ƒϐ‹•‹ǡ‡‘‘‹ǡ•‘•‹ƒŽǡ†ƒŽ‹‰—‰ƒǢƒ–ƒ”ƒ‡’‡–‹‰ƒ
jangka pendek dan jangka panjang; dan antara kebijakan pusat, daerah,
dan kepentingan desa/masyarakat.
g. Yang dimaksud dengan “transparansi” adalah Pembangunan Kawasan
Perdesaan yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk
memperoleh informasi tentang penyelenggaraan Pembangunan Kawasan
Perdesaan, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan
pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai.
h. Yang dimaksud dengan “akuntabilitas” adalah Pembangunan Kawasan
Perdesaan dalam setiap pengambil keputusan harus bertanggung jawab
kepada publik sesuai dengan jenis keputusan, baik internal maupun
eksternal.

7
BAB II
KELEMBAGAAN

A. Pengantar

Untuk menjamin terlaksanaanya pembangunan Kawasan Perdesaan yang


efektif, dibutuhkan tim yang mengawal keseluruhan proses pembangunan
Kawasan Perdesaan, mulai dari pengusulan hingga pelaporan dan evaluasi.
Bab ini menjelaskan jenis tim, serta tugas dan fungsi Tim.

B. Jenis dan Pembentukan Tim

Kelembagaan pembangunan Kawasan Perdesaan diwujudkan dalam


bentuk Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan (TKPKP). TKPKP
terdiri atas TKPKP kawasan, TKPKP Kabupaten/Kota, TKPKP Provinsi, dan
TKPKP Pusat. Dalam hal telah ada tim sebelumnya yang sejenis dengan TKPKP,
masih dapat diteruskan melalui penyesuaian dengan Keputusan Dirjen ini.

1. TKPKP Pusat

TKPKP Pusat terdiri dari unsur Pemerintah Pusat, diketuai oleh Menteri
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (DPDTT) dengan
anggotanya meliputi Unsur Kementerian/Pimpinan Lembaga yang terkait
pengembangan Kawasan Perdesaan di Indonesia. TKPKP Pusat dibentuk
dan ditetapkan dengan Keputusan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi (DPDTT).

Pembentukan TKPKP Kabupaten/Kota, TKPKP Provinsi, dan TKPKP


Pusat tidak bergantung satu dengan yang lainnya. TKPKP Kabupaten/Kota
bisa dibentuk terlebih dahulu sebelum TKPKP Provinsi maupun TKPKP
Pusat dibentuk, begitu juga sebaliknya. Ketentuan lebih lanjut mengenai
pembentukan organisasi dan tata kerja TKPKP diatur dalam Peraturan
Menteri. Keanggotaan Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan
(TKPKP) dapat dilihat pada Gambar 1.

8
2. TKPKP Provinsi

TKPKP Provinsi terdiri dari unsur Pemerintah Daerah Provinsi,


diketuai oleh Kepala Bappeda dengan anggotanya meliputi Kepala SKPD
terkait tema kawasan. Keanggotaan TKPKP Provinsi disusun berdasarkan
kawasan yang telah ditetapkan oleh Bupati/Walikota dalam lingkup
provinsi yang bersangkutan. Pembentukan TKPKP Provinsi kemudian
ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.

3. TKPKP Kabupaten/Kota

TKPKP Kabupaten/Kota terdiri dari unsur Pemerintah Daerah


Kabupaten/Kota, diketuai oleh Sekretaris Daerah dengan anggotanya
meliputi Kepala Bappeda dan Kepala SKPD yang terkait. Keanggotaan
TKPKP kabupaten/kota bersifat tetap, yaitu keanggotaannya tidak
berubah meskipun Kawasan Perdesaan yang ditetapkan mengalami
perubahan tema maupun delineasi seiring perkembangannya atau ada
penambahan Kawasan Perdesaan. TKPKP Kabupaten/kota dibentuk oleh
Bupati/Walikota ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati/Walikota
tentang TKPKP Kabupaten/Kota. Pembentukan TKPKP kabupaten/kota
ini sebelum dilakukan tahap pengusulan kawasan.

4. TKPKP Kawasan

TKPKP Kawasan dibentuk sesuai tema dan delineasi Kawasan


Perdesaan. Anggota TKPKP Kawasan meliputi ketua tim (Bappeda),
sekretaris (Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa), koordinator klaster
(sesuai klaster), anggota : SKPD terkait, camat, Badan Kerjasama Antar
Desa (BKAD), Kepala Desa, Badan Permusyawaratan Desa Desa (BPD)
†ƒ –‘‘Š ƒ•›ƒ”ƒƒ–Ǥ ‡ƒ‰‰‘–ƒƒ  ƒ™ƒ•ƒ „‡”•‹ˆƒ– ϐŽ‡•‹„‡Žǡ
yaitu dapat berubah keanggotaannya tergantung pada tema dan delineasi
Kawasan Perdesaan yang mengalami perkembangan dan dapat berubah
dalam kurun waktu 5 tahun. Tim ini dibentuk setelah ada penetapan
kawasan dan diproses oleh TKPKP Kabupaten.

Keanggotaan Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan


(TKPKP) sebagaimana pada Gambar 1.

9
Unsur TKPKP
TKPKP (Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan)
Kabupaten/Kota Provinsi Pusat
Ketua : Ketua :
TKPKP Kabupaten/Kota (Permanen)
Ketua: Sekretaris Daerah Kepala Bappeda Menteri DPDTT
Anggota: Anggota : Anggota :
Kepala Bappeda Unsur
Kepala SKPD yang menangani perdesaan Kepala SKPD
terkait Kementerian
TKPKP Kawasan (sesuai kebutuhan) /Lembaga terkait
Ketua : Bappeda
Koordinator klaster : SKPD sesuai klaster
Anggota :
SKPD (sesuai kebutuhan)
Badan Usaha
Camat, Kepala BKAD
Kepala Desa
Perwakilan masyarakat (pengelola lembaga dan tokoh
masyarakat
SK Bupati/Walikota :
1. Tentang Tim TKPKP Kabupaten SK Gubernur SK Menteri
2. Tentang Tim TKPKP Kawasan
Gambar 1. Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan (TKPKP)

10
C. Tugas dan Fungsi TKPKP

TKPKP merupakan tim yang memiliki fungsi koordinasi dalam hal


pengusulan, penetapan dan perencanaan, pelaksanaan, serta pelaporan dan
evaluasi pembangunan Kawasan Perdesaan. Berikut ini merupakan tugas dan
fungsi TKPKP, mulai dari TKPKP pusat, Provinsi, hingga kabupaten/kota, dan
kawasan.

1. TKPKP Pusat

TKPKP Pusat memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:


a. Sosialisasi Peraturan Menteri Desa, Pembangungan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi No. 5 Tahun 2016 dan Keputusan Dirjen PKP Nomor
14/DPKP/SK/07/2016 tentang Penyelenggaraan Pembangunan
Kawasan Perdesaan.
b. Melakukan pembinaan kepada TKPKP Provinsi, Kabupaten/Kota
berdasarkan hasil evaluasi penyelenggaraan pembangunan Kawasan
Perdesaan.
c. Memfasilitasi pelaksanaan pembangunan Kawasan Perdesaan di
kabupaten/kota. TKPKP Pusat berkoordinasi dengan TKPKP Provinsi
dan TKPKP Kabupaten/Kota untuk mendorong terjadinya
sinergisme mulai dari penyusunan rencana hingga monitoring,
evaluasi dan pelaporan.
d. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan Pembangunan
Kawasan Perdesaan secara nasional berdasarkan laporan TKPKP
Provisni dan kabupaten. Pelaporan TKPKP Kabupaten disampaikan
kepada Menteri Desa Pembangunan Daerah tertinggal dan
Transmigrasi dengan tembusan TKPKP Provinsi.

2. TKPKP Provinsi

TKPKP Provinsi memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:


a. Sosialisasi Peraturan Menteri Desa, PDTT Nomor 5 Tahun 2016
dan Keputusan Dirjen PKP Nomor 14/DPKP/SK/07/2016 tentang
Penyelenggaraan Pembangunan Kawasan Perdesaan.
b. Membina TKPKP Kabupaten/Kota.
c. Fasilitasi pelaksanaan pembangunan Kawasan Perdesaan di
kabupaten/kota dalam lingkup provinsi.

11
d. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan Pembangunan
Kawasan Perdesaan dalam skala provinsi berdasarkan laporan TKPKP
kabupaten. Pelaporan TKPKP Kabupaten disampaikan kepada TKPKP
Provinsi dengan tembusan TKPKP Kabupaten/Kota.

3. TKPKP Kabupaten/Kota

TKPKP Kabupaten/Kota sangat berperan pada awal proses pengusulan,


penetapan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi, dengan rincian tugas
dan fungsi sebagai berikut:

a. Melakukan supervisi, sosialiasi Keputusan Dirjen, dan memotivasi


Pembangunan Kawasan Perdesaan kepada BKAD, Camat, dan Desa.
b. Dapat melakukan usulan pembangunan kawasan perdesaan.
c. Memfasilitasi pengusulan pembangunan kawasan perdesaan.
d. Melakukan penilaian usulan pembangunan kawasan
perdesaan.e. Mengkoordinasikan dan melaksakan proses
penetapan kawasan perdesaan.
f. Mengkoordinasikan penyusunan rencana pembangunan kawasan
perdesaan.
g. Menunjuk pelaksana pembangunan kawasan perdesaan dalam hal
kewenangan penunjukan pelaksana pembangunan yang didelegasikan
oleh Bupati/Walikota.
h. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pembangunan
kawasan perdesaan atas dasar laporan TKPKP Kawasan yang telah
†‹Žƒ—ƒ ˜‡”‹ϐ‹ƒ•‹Ǥ ‡Žƒ’‘”ƒ †‹–—Œ—ƒ ‡’ƒ†ƒ  ”‘˜‹•‹ǡ
dengan tembusan TKPKP Pusat.

4. TKPKP Kawasan

TKPKP Kawasan memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut :


a. Melakukan usulan pembangunan kawasan perdesaan.
b. Menyusun rencana pembangunan kawasan perdesaan bersama-sama
dengan TKPKP Kabupaten/kota.
c. Melaksanakan Rencana pembangunan kawasan perdesaan dalam hal
ditunjuk oleh Bupati/TKPKP Kabupaten/Kota.
d. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pembangunan
kawasan perdesaan. Pelaporan dilakukan kepada TKPKP Kabupaten/
Kota.

Tugas dan fungsi TKPKP sebagaimana pada Gambar 2.


12
TKPKP Provinsi TKPKP Pusat

TKPKP Kabupaten Sosialisasi Peraturan Menteri Desa, PDTT No. 5 Sosialisasi Peraturan Menteri Desa, PDTT
Tahun 2016 dan Juknis tentang Pembangunan No. 5Tahun 2016 dan Juknis tentang
Melakukan Supervisi, sosialiasi petunjuk teknis, dan Kawasan Perdesaan: PembangunanKawasan Perdesaan:
memotivasi Pembangunan Kawasan Perdesaan kepada Membina TKPKP Kabupaten/Kota: Melakukan pembinaan kepada TKPKP
BKAD, Camat, dan Desa.
Fasilitasi pelaksanaan pembangunan Kawasan Provinsi, Kabupaten/Kota berdasarkan
Dapat melakukan usulan pembangunan kawasan
perdesaan. Perdesaan di kabupaten/kota dalam lingkup hasil evaluasi penyelenggaraan
Memfasilitasi pengusulan pembangunan kawasan provinsi. pembangunan Kawasan Perdesaan.
perdesaan Melakukan monitoring, evaluasi, dan Memfasilitasi pelaksanaan pembangunan
Melakukan penilaian usulan pembangunan kawasan pelaporan Pembangunan Kawasan Perdesaan Kawasan Perdesaan di kabupaten/kota.
perdesaan
dalam skala provinsi berdasarkan laporan TKPKP Pusat berkoordinasi dengan
Mengkoordinasikan dan melaksakan proses penetapan
kawasan perdesaan TKPKP kabupaten. Pelaporan TKPKP TKPKP Provinsi dan TKPKP
Mengkoordinasikan penyusunan RPKP Kabupaten disampaikan kepada TKPKP Kabupaten/Kota untuk mendorong
Menunjuk pelaksana pembangunan kawasan perdesaan Provinsi dengan tembusan TKPKP terjadinya sinergisme mulai dari
dalam hal kewenangan penunjukan pelaksana kabupaten/Kota. penyusunan rencana hingga monitoring,
pembangunan yang didelegasikan oleh Bupati/Walikota.
evaluasi dan pelaporan.
Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan
pembangunan kawasan perdesaan atas dasar laporan Melakukan monitoring, evaluasi, dan
TKPKP Kawasan yang telah dilakukan verifikasi. pelaporan Pembangunan Kawasn
Pelaporan ditujukan kepada TKPKP Provinsi, dengan Perdesaan secara nasional berdasarkan
tembusan TKPKP Pusat. laporan TKPKP Provinsi dan kabupaten.
Koordinasi Pelaporan TKPKP Kabupaten
Tim Kawasan Koordinasi disampaikan kepada Menteri Desa
Melakukan usulan pembangunan Kawasan Pembangunan Dearah tertinggal dan
perdesaan. Transmigrasi dengan tembusan TKPKP
Menyusun rencana pembangunan kawasan perdesaan Provinsi
bersama-sama dengan TKPKP Kabupaten/Kota.
Melaksanakan Rencana pembangunan kawasan
perdesaan dalam hal ditunjuk oleh Bupati/TKPKP
Kabupaten/Kota.
Melakukan monitoring, eveluasi, dan pelaporan
pembangunan kawasan perdesaan. Pelaporan
dilakukan kepada TKPKP Kabupaten/Kota. Koordinasi

Gambar 2. Tugas dan Fungsi TKPKP

13
BAB III
PENGUSULAN DAN PENETAPAN KAWASAN PERDESAAN

Pasal 124 ayat (1) Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2015 Tentang


Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa mengatur bahwa
Pembangunan kawaasan perdesaan dilaksanakan di lokasi yang telah ditetapkan
oleh bupati/walikota. Selanjutnya, pasal 124 ayat (2) menentukan bahwa
penetapan lokasi pembangunan kawasan perdesaan dilaksanakan dengan urutan:
ͳȌ ‹˜‡–ƒ”‹•ƒ•‹ †ƒ ‹†‡–‹ϐ‹ƒ•‹ǡ ʹȌ —•—Žƒǡ ͵Ȍ ’‡‹Žƒ‹ƒ —•—Žƒǡ ͶȌ ’‡‡–ƒ’ƒ
kawasan.

Ǥ ˜‡–ƒ”‹•ƒ•‹†ƒ †‡–‹ϐ‹ƒ•‹ƒ™ƒ•ƒ

TKPKP Kabupaten/Kota atau BKAD selaku pengusul melakukan


‹˜‡–ƒ”‹•ƒ•‹†ƒ‹†‡–‹ϐ‹ƒ•‹†‡•”‹’•‹ƒ™ƒ•ƒ†ƒŽƒƒ•’‡ƒƒƒ™ƒ•ƒǡ
letak dan kewilayahan, potensi ekonomi, mobilitas penduduk, sarana dan
prasarana, masalah yang dihadapi, dan delineasi kawasan, sebagai bahan
usulan penetapan kawasan perdesaan.

Nama kawasan terdiri atas tema kawasan diikuti dengan nama lokasi.
Nama lokasi mewakili desa-desa yang membentuk kawasan, biasanya dipilih
nama kecamatan, atau desa yang akan menjadi pusat kawasan, atau ciri
•’‡•‹ϐ‹ ƒ™ƒ•ƒǤ ‡†ƒ‰ƒ –‡ƒ ƒ™ƒ•ƒ ’‡”†‡•ƒƒ ‡”—’ƒƒ ˆ‘—•
penanganan kawasan yang dilakukan dengan mempertimbangkan potensi
†ƒ ƒ•ƒŽƒŠ ›ƒ‰ ƒ†ƒ —–— ‡™—Œ—†ƒ ˆ—‰•‹ ƒ™ƒ•ƒǤ ‡ƒ ƒ™ƒ•ƒ
Perdesaan melingkupi 2 hal, yaitu menonjolkan potensi dan/atau menonjolkan
penanganan masalah.

Contoh tema Kawasan Perdesaan yang menonjolkan potensi, misalnya:


1. Kawasan Perdesaan Perkebunan Karet;
2. Kawasan Perdesaan Pertanian Pangan;
3. Kawasan Perdesaan Pariwisata.

Contoh tema Kawasan Perdesaan yang menonjolkan penanganan masalah,


misalnya:
a. Kawasan Perdesaan Tangguh Bencana Letusan Gunung Berapi;
b. Kawasan Perdesaan Daerah Aliran Sungai.

14
Gambar 3. Diagram Proses Pengusulan dan Penetapan Kawasan Perdesaan

15
Deskripsi Kawasan Perdesaan sebagaimana pada Tabel 1 dibawah :
Tabel 1. Deskripsi Kawasan Perdesaan
N0 Aspek Lingkup Uraian
1 Nama kawasan a. Tema kawasan
b. Nama lokasi
2 Letak kawasan a. Kecamatan
b. Kabupaten
3 Wilayah a. Jumlah kecamatan
b. Jumlah dan nama Desa a. Desa ……… Kecamatan
…………………….
b. Desa ……… Kecamatan
…………………….
c. Desa ……… Kecamatan
…………………….
d. Desa ……… Kecamatan
…………………….
c. Luas wilayah
d. Desa yang berpotensi
sebagai pusat kawasan
e. Perkembangan Desa (IDM) Desa tertinggal:… unit (nama
desa:………………)
Desa berkembang: … unit (nama desa :
…………)
Desa Mandiri : .... unit (nama
desa:.................)
4 Potensi ekonomi a. Komoditas unggulan a. …… dengan luas riil .. Ha, potensial
kawasan … Ha
b. …… dengan luas riil .. Ha, potensial
… Ha
b. Komoditas unggulan desa a. …… dengan luas riil .. Ha, potensial
… Ha
b. …… dengan luas riil .. Ha, potensial
… Ha
1) Desa ……… a. …… dengan luas riil .. Ha, potensial
… Ha
b. …… dengan luas riil .. Ha, potensial
… Ha
2) Desa ……… a. …… dengan luas riil .. Ha, potensial
… Ha
b. …… dengan luas riil .. Ha, potensial
… Ha
3) Desa ……… a. …… dengan luas riil .. Ha, potensial
… Ha
b. …… dengan luas riil .. Ha, potensial
… Ha
4) Desa ……… a. …… dengan luas riil .. Ha, potensial
… Ha
b. …… dengan luas riil .. Ha, potensial
… Ha
5 Penduduk dan a. Jumlah penduduk
Mobilitas b. Penduduk menetap
penduduk c. Jumlah penduduk miskin
d. Mata pencaharian
penduduk
6 Sarana dan a. Sarana pendidikan
Prasarana b. Sarana kesehatan
kawasan yang c. Sarana ekonomi
sudah ada d. Infrastruktur
7 Permasalahan a. Bidang Infrastruktur
yang dihadapi b. Ekonomi
c. Pendidikan
d. Kesehatan
8 Potensi Rawan Bencana ………….
Bencana*) a. Desa …………… Luas potensi bencana ………………. Ha
b. Desa …………… Luas potensi bencana ………………. Ha
c. Desa …………… Luas potensi bencana ………………. Ha
*) Diisi bila ada potensi

16
Desa-desa dalam satu kawasan harus memiliki keterkaitan komoditas
unggulan atau permasalahan, sehingga layak untuk dikembangkan dalam
satu kesatuan kawasan. Delineasi Kawasan Perdesaan merupakan batas yang
ditetapkan, bisa batas administrasi dan/atau batas fungsional, berdasarkan
kriteria tertentu yang digunakan sebagai batas wilayah Rencana Pembangunan
Kawasan Perdesaan (RPKP).

B. Pengusulan

Pada prinsipnya, pihak yang paling memahami potensi dan permasalahan


suatu Kawasan Perdesaan adalah masyarakat atau pihak-pihak yang berada
atau terkait dengan kawasan tersebut. Namun demikian, ketika masyarakat
belum bisa mengartikulasikan potensi dan/atau permasalahan yang ada, maka
Pemerintah Daerah setempat memiliki peran strategis untuk mengusulkan
Kawasan Perdesaan. Dengan demikian Kawasan Perdesaan dapat diusulkan
melalui dua pihak, yaitu:

1. Diusulkan oleh beberapa desa yang tergabung dalam Badan Kerjasama


Antar Desa (BKAD) dengan atau tanpa didampingi oleh pihak ketiga.
Inisiatif usulan dikoordinasikan dengan TKPKP Kabupaten/Provinsi,
sehingga menghasilkan kesepakatan.

2. Diusulkan oleh SKPD Kabupaten/Kota dengan memperhatikan aspirasi


masyarakat desa. Inisiatif usulan disosialisasikan ke tingkat kecamatan
dan desa-desa terkait, oleh TKPKP dengan atau tanpa didampingi oleh
pihak ketiga, sehingga menghasilkan kesepakatan.

Pengusulan Kawasan Perdesaan disampaikan dalam bentuk surat usulan


dilampiri dengan deskripsi kawasan (Tabel 1) dan peta delineasi kawasan.
Delineasi kawasan merupakan batas imajiner kawasan yang terdiri atas
sejumlah desa yang membentuk kawasan. Delineasi kawasan ditentukan
berdasarkan keterkaitan komoditas unggulan, tema kawasan, dan masalah
yang akan ditangani; pada desa-desa yang membentuk kawasan.

Contoh Peta Deliniasi Kawasan Perdesaan sebagaimana pada Gambar 4.

17
Penetapan
Kawasan Perdesaan
Wilayah III (Kalimantan)
U
Skala
Km
0 3 6 12 18 24
Legenda
Ibukota Kecamatan
Pusat Desa/Kelurahan
Batas Provinsi
Batas Kabupaten
Batas Kecamatan
Batas Desa
Jalan Arteri Primer
Jalan Lokal
Sungai
Kawasan Perdesaan Penghasil Karet
Sumber
1. Focus Group Discussion, 2015
2. Survei lapangan, 2015
PETA USULAN
KAWASAN PERDESAAN PENGHASIL KARET KABUPATEN KAPUAS
Gambar 4. Peta Deliniasi Kawasan Perdesaan

18
Surat usulan ditujukan kepada Bupati dengan tembusan TKPKP dan
ditandatangani oleh pihak-pihak terkait dan sebagai berikut:

Hal : Usulan Pembangunan Kawasan Perdesaan………………


Lampiran : satu berkas

Yth.
Bapak Bupati ……….
Di …………………

Sesuai hasil musyawarah pengusulan Kawasan Perdesaan yang dilaksanakan pada:


Hari/Tanggal : ………………..
Tempat : ……………….
Telah disepakati usulan Kawasan Perdesaan .............. yang meliputi ..... desa di Kecamatan
........................... Deskripsi Kawasan Persedaan tersebut sebagaimana dalam lampiran.
Untuk itu, mohon dilakukan proses penetapan Kawasan Perdesaan. Demikian atas
perkenannya, disampaikan terima kasih
……………., ……………….20…
Pihak-pihak yang mengusulkan dan menyepakati
1. Pihak Pengusul

No. Nama Instansi/Desa Tanda Tangan

1.

2.

3.

4.

2. Pihak yang Menyepakati

No. Nama Instansi/Desa Tanda Tangan

1.

2.

3.

4.

Tembusan :
TKPKP Kabupaten/Kota

19
C. Penilaian Usulan

Penilaian usulan dilakukan oleh TKPKP Kabupaten/Kota dengan


‡Žƒ—ƒ ˜‡”‹ϐ‹ƒ•‹ †ƒ–ƒ †ƒ ‡…‡”ƒ–‹ —”‰‡•‹ ‡„ƒ‰—ƒ ƒ™ƒ•ƒ
‡”†‡•ƒƒǤ”‹‘”‹–ƒ•’‡‡–ƒ’ƒ†‹Žƒ—ƒ’ƒ†ƒ ƒ™ƒ•ƒ ›ƒ‰ ‡‹Ž‹‹
’‘–‡•‹Ȁƒ•ƒŽƒŠ’ƒŽ‹‰„‡•ƒ”†‹ƒ–ƒ”ƒƒ™ƒ•ƒŽƒ‹›ƒǤ

  ›ƒ”ƒ–ƒ™ƒ•ƒ‡”†‡•ƒƒ›ƒ‰Ž‘Ž‘•ƒ†ƒŽƒŠǣ
ͳǤ ‡‹Ž‹‹ ’‘–‡•‹ ‘‘†‹–ƒ• —‰‰—ŽƒȀƒ•ƒŽƒŠ ›ƒ‰ —”‰‡ †ƒ Žƒ›ƒ
—–—†‹‡„ƒ‰ƒȀ†‹•‡Ž‡•ƒ‹ƒ†ƒŽƒ•ƒŽƒƒ™ƒ•ƒǤ
ʹǤ ‡„ƒ‰—ƒ ƒ™ƒ•ƒ ’‡”†‡•ƒƒ •‡•—ƒ‹ †‡‰ƒ ‡…ƒƒ ƒ–ƒ —ƒ‰
‹Žƒ›ƒŠ ȋȌ ƒ„—’ƒ–‡Ȁ‘–ƒ †ƒ ‡…ƒƒ ‡„ƒ‰—ƒ ƒ‰ƒ
‡‡‰ƒŠȋ Ȍƒ„—’ƒ–‡Ȁ‘–ƒǡ•‡”–ƒ–‹†ƒ‡‹Ž‹‹†ƒ’ƒ‡”—•ƒ
Ž‹‰—‰ƒ†‹Ž—ƒ”„ƒ–ƒ•–‘Ž‡”ƒ•‹›ƒ‰–‹†ƒ†ƒ’ƒ–†‹–ƒ‰‰—Žƒ‰‹Ǥ
͵Ǥ ‹•‡’ƒƒ–‹‘Ž‡Š‡•ƒǦ‡•ƒǡǡ†ƒ’‹ŠƒǦ’‹Šƒ–‡”ƒ‹–Ǥ
4. Memiliki peluang untuk memperoleh dukungan program dari sektor-
•‡–‘” †ƒ ƒ–ƒ—  –‡”ƒ‹– •‡•—ƒ‹ ‡„—–—Šƒǡ —–— ‡Œƒ‹
‡„‡”ŽƒŒ—–ƒ’‡„ƒ‰—ƒǤ
ͷǤ ‡„ƒ‰—ƒƒ™ƒ•ƒ‡”†‡•ƒƒ›ƒ‰ƒƒ†‹Žƒ—ƒ–‹†ƒ„‡”’‡Ž—ƒ‰
—–—‡‹„—Žƒ‘ϐŽ‹‡’‡–‹‰ƒǡ‡’‡”Šƒ–‹ƒ‡ƒ”‹ˆƒŽ‘ƒŽǡ
†ƒ‡•‹•–‡•‹ƒ•›ƒ”ƒƒ–Š——ƒ†ƒ–Ǥ

  ‡‹Žƒ‹ƒ ƒƒ ‡‰Šƒ•‹Žƒ –‹‰ƒ ‡—‰‹ƒ ›ƒ‹–— Ž‘Ž‘• –ƒ’ƒ •›ƒ”ƒ–ǡ


Ž‘Ž‘• †‡‰ƒ •›ƒ”ƒ–ǡ †ƒ –‹†ƒ Ž‘Ž‘•Ǥ ’ƒ„‹Žƒ Ž‘Ž‘• –ƒ’ƒ •›ƒ”ƒ–ǡ 
ƒ„—’ƒ–‡Ȁ‘–ƒ Šƒ”—• •‡‰‡”ƒ ‡’”‘•‡• —•—Žƒ ’‡„ƒ‰—ƒ ƒ™ƒ•ƒ
‡”†‡•ƒƒ ‡’ƒ†ƒ —’ƒ–‹ȀƒŽ‹‘–ƒǤ ’ƒ„‹Žƒ Ž‘Ž‘• †‡‰ƒ •›ƒ”ƒ– „‡”ƒ•
†‹‡„ƒŽ‹ƒ‡’ƒ†ƒ’‡‰—•—ŽǤ‡ŽƒŒ—–›ƒ’‡‰—•—Ž‡Ž‡‰ƒ’‹’‡”•›ƒ”ƒ–ƒ
›ƒ‰—”ƒ‰—–—†‹—•—Žƒ‡„ƒŽ‹Ǥ’ƒ„‹Žƒ–‹†ƒŽ‘Ž‘•ǡ„‡”ƒ•†‹‡„ƒŽ‹ƒ
kepada pengusul.

D. Penetapan Kawasan Perdesaan

  ‡‡–ƒ’ƒƒ™ƒ•ƒ’‡”†‡•ƒǡ†‹Žƒ—ƒƒ’ƒ„‹Žƒ—•—Žƒ•—†ƒŠ‡‡—Š‹
’‡”•›ƒ”ƒ–ƒǤ•—Žƒ’‡‡–ƒ’ƒ†‹Žƒ—ƒ‘Ž‡Šƒ„—’ƒ–‡Ȁ‘–ƒ‡’ƒ†ƒ
—’ƒ–‹ȀƒŽ‹‘–ƒǤ —”ƒ– —•—Žƒ ’‡‡–ƒ’ƒ ƒ™ƒ•ƒ ‡”†‡•ƒƒ †‹Žƒ’‹”‹
†‡‰ƒ †‡•”‹’•‹ ƒ™ƒ•ƒ †ƒ †‡Ž‹‡ƒ•‹ ƒ™ƒ•ƒ ›ƒ‰ •—†ƒŠ †‹˜‡”‹ϐ‹ƒ•‹
‘Ž‡Š  ƒ„—’ƒ–‡Ȁ‘–ƒǡ •—”ƒ– „‡”‹–ƒ ƒ…ƒ”ƒ ’‡‹Žƒ‹ƒ ƒ™ƒ•ƒ ›ƒ‰
ditandatangani oleh anggota TPKPK Kabupaten/Kota.
  —”ƒ– ’‡‡–ƒ’ƒ ƒ™ƒ•ƒ ‡”†‡•ƒƒ †‹–ƒ†ƒ–ƒ‰ƒ‹ ‘Ž‡Š —’ƒ–‹ †ƒ
•‡ŽƒŒ—–›ƒ †‹•ƒ’ƒ‹ƒ ‡’ƒ†ƒ ‡–‡”‹ †ƒ
—„‡”—” †‡‰ƒ –‡„—•ƒ
‡’ƒ†ƒƒ™ƒ•ƒǤ

20
Contoh Format SK Bupati tentang Penetapan Kawasan Perdesaan

BUPATI…………….

KEPUTUSAN BUPATI …………..

NOMOR TAHUN

TENTANG

PENETAPAN LOKASI PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN ......


KABUPATEN ………………

BUPATI…,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 131


ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
RE 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
b. bahwa setelah dilakukan penelitian, pengkajian dan
pembahasan potensi dan peluang pengembangan kawasan
perdesaan, Kabupaten ................. layak menjadi lokasi
pengembangan Kawasan Perdesaan .................;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan
Bupati ………………tentang Penetapan Pembangunan Kawasan
Perdesaan ………………….;

21
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan
Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1959, Nomor 74, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 1822);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencaaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4725);
4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5495);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2015 Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor
23 Thaun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4575);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5539);

22
8. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 57, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5864);
9. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 8);
10. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2015 tentang
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 13);
11. Paraturan Menteri Desa, Pembangunan Dearah Tertinggal,
dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2016 tentang Tentang
Pembangunan Kawasan Perdesaan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 359);
12. Peraturan Daerah Kabupaten ……………..;

Memperhatikan : RPJMD Kabupaten ............... dan RPJMDes di Kecamatan .........


Kabupaten ...........;

MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI ………….. TENTANG


PENETAPAN LOKASI PENGEMBANGAN KAWASAN
PERDESAAN …………….KABUPATEN ……………….

KESATU : Menetapkan lokasi Kawasan Perdesaan ……………………..


sebagai lokasi Pembangunan Kawasan Perdesaan.

KEDUA : Lokasi sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU,


terdiri atas: Desa …………………(sebagai pusat kawasan), Desa
…………………, Desa ……………….., dan Desa………………………..,
Kecamatan ……………….;

KETIGA : Segala biaya yang timbul akibat keputusan ini dibebankan


kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),
Anggaran Belanja dan

23
Pendapatan Daerah (APBD) Kabupaten .......... dan Anggaran
Belanja dan Pendapatan Desa (APBDes).

KELIMA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di ..................
pada tanggal…………

BUPATI ………….,

AAAAAAAAAAAAA

Lampiran:
1. Deskripsi kawasan
2. Delineasi kawasan
3. Surat berita acara penilaian kawasan yang ditandatangani
oleh anggotan TPKPK Kabupaten/Kota.

24
BAB IV
PERENCANAAN PEMBANGUNAN
KAWASAN PERDESAAN

Perencanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan (RPKP) merupakan tindak


lanjut dari penetapan Kawasan Perdesaan. Setelah tercapai persetujuan/
kesepakatan pembentukan Kawasan Perdesaan maka Bupati/Walikota
membentuk TKPKP Kawasan dengan Surat Keputusan Bupati/Walikota. Pasal
124 Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 ayat (1), mengatur bahwa
pembangunan kawasan perdesaan dilaksanakan di lokasi yang telah ditetapkan
oleh Bupati/Walikota.

Pasal 83 Undang Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa ayat (4) mengatur
bahwa Rancangan pembangunan Kawasan Perdesaan dibahas bersama oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota,
dan Pemerintah Desa; ayat (5) mengarahkan agar Rencana Pembangunan Kawasan
Perdesaan ditetapkan oleh Bupati/Walikota sesuai dengan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah.

Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan merupakan rencana


pembangunan jangka menengah yang berlaku selama 5 (lima) tahun dan memuat
program pembangunan (Permen Desa No 5 Tahun 2016 Pasal 7).

A. Tahap Penyusunan Rencana (RPKP)

Penyusunan RPKP dilaksanakan oleh TKPKP Kabupaten/Kota secara


partisipatif dan dapat dibantu oleh pihak ke tiga. Tahapan penyusunan RPKP
sebagai berikut:

ͳǤ †‡–‹ϐ‹ƒ•‹‘†‹•‹‘ƒ•‹Ǣ
2. Pembuatan Peta Delineasi dan Susunan Fungsi Kawasan;
3. Penyusunan Model Sinergisme;
4. Penyusunan Matrik Kegiatan/Program;
5. Penetapan dokumen RPKP.

Ǥ †‡–‹ϐ‹ƒ•‹‘†‹•‹‘ƒ•‹

  ‘†‹•‹ Ž‘ƒ•‹ ›ƒ‰ †‹‹†‡–‹ϐ‹ƒ•‹ ‡Ž‹’—–‹ ƒ•’‡ ‘†‹•‹ ϐ‹•‹ ŽƒŠƒǡ


kependudukan, sosial budaya, serta sarana dan prasarana kawasan (Tabel
2). Data diperoleh melalui data sekunder dan data primer. Data sekunder
„‡”•—„‡”†ƒ”‹ƒ„—’ƒ–‡†ƒŽƒ‰ƒǡ‡…ƒƒ–ƒ†ƒŽƒ‰ƒǡ‘‘‰”ƒϐ‹
Desa, dan Data Potensi Desa (Podes) pada tahun terakhir. Diupayakan agar
data yang digunakan yang paling mutakhir dari yang tersedia (maksimal 3
tahun terakhir).
Kebutuhan Data dan Informasi sebagaimana Tabel 2.
25
Tabel 2. Kebutuhan Data dan Informasi
Wujud
Aspek Rincian data*)
Tampilan Data**)
Fisik Dasar Luas dan Batas Wilayah Administrasi Peta, tabel
lahan Kondisi iklim (terutama data mengenai curah hujan) Peta, tabel
Topografi Peta, tabel
a. Kemiringan Lereng
b. Ketinggian Lahan
c. Kecenderungan Bentuk Permukaan Lahan
Jenis Tanah Peta, tabel
Penggunaan Lahan Peta, tabel, grafik
Kebencanaan Peta
Kawasan dengan satwa dan ekosistem yang dilindungi Peta, tabel
Data keagrariaan: Peta, tabel
a. Status tanah
b. Rerata kepemilikan tanah
c. Rerata penguasaan lahan
Kependudukan Jumlah Penduduk Tabel, grafik
dan sosial Jumlah Penduduk Miskin
budaya Sebaran penduduk Peta, tabel
Komposisi Penduduk Grafik, tabel
a. Jenis kelamin
b. Struktur umur
c. Mata pencaharian
d. Tingkat pendidikan
Kondisi sosial budaya Tabel, narasi deskriptif,
a. Aktivitas sosial/budaya yang rutin dilakukan foto
b. Organisasi masyarakat
c. Kearifan lokal
d. Seni budaya pertunjukan
e. Seni kerajinan local
Ekonomi Kondisi ekonomi yang diidentifikasi disesuaikan dengan Peta, tabel, grafik, foto
komoditas unggulan yang akan dikembangkan.

Sarana dan Pendidikan Peta sebaran, tabel, foto


Prasarana Kesehatan
serta Pemerintahan
Pelayanan Sosial budaya
Ekonomi
Sarana produksi
Transportasi Tabel, foto
Energi Peta jaringan, tabel,
Air Bersih grafik, foto
Sanitasi
Irigasi
Informasi dan telekomunikasi
Kondisi infrastruktur
f. Perkembangan Desa tertinggal:… unit (nama desa:………………) Tabel
Desa (IPD) Desa berkembang: … unit (nama desa : …………)
Desa Mandiri : .... unit (nama desa:.................)
Keterangan :
*) Penekanan rincian data disesuaikan dengan masing-masing tema

kawasan;

**) Peta diupayakan menggunakan skala 1:5000, atau sekurang-kurangnya 1:25000.

26
C. Pembuatan Peta “Delineasi dan Susunan Fungsi Kawasan”

Pembuatan peta “delineasi dan susunan fungsi kawasan” dimaksudkan untuk


sekaligus menetapkan lokasi dan
akses pusat kawasan dan hinterland (pendukung/penyokong) kawasan,
serta dari pusat kawasan ke kota terdekatnya (Gambar 5). Susunan fungsi
kawasan mencakup penetapan lokasi dan fungsi pusat kawasan dan desa-
desa pendukung kawasan.

Pusat kawasan diarahkan untuk pengembangan fasilitas layanan


skala kawasan seperti pasar kawasan, industri pengolahan, bank, dan lain
sebagainya. Desa-desa pendukung diarahkan untuk produksi komoditas
primer atau bahan baku, dan sebagainya.

Peta “delineasi dan susunan fungsi kawasan” perdesaan didasarkan atas


Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRW), Rencana Tata Ruang
Desa, serta aspirasi masyarakat.

Contoh Tata Ruang Kawasan sebagaimana pada Gambar 5 di bawah :

Deliniasi
Kawasan
Kota
Desa D

Desa C

Pusat Kawasan
Fungsi pusat kawasan Desa A
Pusat layanan sosial dan ekonomi
skala kawasan
Industri pengolahan Desa C
Fungsi hinterland Desa B
Produksi komoditas primer

Gambar 5. Simulasi Tata Ruang Kawasan

27
D. Perumusan Model Sinergisme

Pembangunan kawasan perdesaan dilaksanakan dengan prinsip


antara lain partisipatif, holistik dan komprehensif, keterpaduan, dan
berkesinambungan. Artinya, pembangunan kawasan perdesaan harus
dilaksanakan melalui sinergisme antar berbagai komponen. Sinergisme
merupakan proses kolaborasi atau kerjasama dua entitas atau lebih yang
berkomitmen, membentuk suatu sistem yang saling memengaruhi untuk
mencapai tujuan bersama, dan memberikan perubahan yang lebih baik atau
berbeda dari efek masing-masing. Untuk menjamin terjadinya sinergisme,
harus disusun suatu sistem yang direpresentasikan dalam model sinergisme.
Model sinergisme pembangunan kawasan merupakan kerangka atau formulasi
yang merepresentasikan suatu sistem berupa rangkaian komponen/entitas
pembangunan kawasan yang terstruktur dalam klaster dan antar klaster yang
saling bekerja sama secara teratur dari hulu ke hilir untuk mencapai tujuan
pembangunan kawasan. Penyusunan model sinergisme dilakukan melalui
analisis Sistem Sinergisme Komprehensif dengan tahapan perumusan tujuan
pembangunan kawasan sesuai dengan kesepakatan, penetapan komoditas
unggulan /klaster, analisis klaster, penyusunan kerangka model, kesepakatan
model.

1. Perumusan Tujuan “Bersama” Pembangunan Kawasan

Tujuan “bersama” pembangunan kawasan dirumuskan dan


disepakati oleh seluruh komponen pembangunan kawasan perdesaan
serta memperhatikan peraturan dan tema kawasan.

Pasal 83 UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa menyebutkan bahwa


Kawasan Perdesaan merupakan perpaduan pembangunan antar-
Desa dalam 1 (satu) Kabupaten/Kota yang dilaksanakan dalam upaya
mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan, pembangunan,
dan pemberdayaan masyarakat Desa di Kawasan Perdesaan melalui
pendekatan pembangunan partisipatif. Peraturan Menteri Desa
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun
2016 tentang Pedoman Pembangunan Kawasan Perdesaan memperjelas
tujuan pembangunan kawasan perdesaan yaitu untuk mempercepat dan
meningkatkan kualitas pelayanan, pengembangan ekonomi, dan/atau
pemberdayaan masyarakat desa.

Tujuan tersebut di atas diperjelas atau ditambah dengan penambahan


sasaran terkait dengan tema masing-masing kawasan. Sebagai contoh:
Tujuan pembangunan kawasan perdesaan AA yaitu untuk mempercepat
dan meningkatkan kualitas pelayanan, pengembangan ekonomi, dan/atau
28
pemberdayaan masyarakat desa sehingga terwujud kawasan pariwisata
yang menyejahterakan seluruh masyarakat di kawasan perdesaan AA.

2. Perumusan Komoditas Unggulan /Klaster dan Sasaran Klaster

Komoditas unggulan ditentukan berdasarkan tema kawasan, RTRW,


peluang pasar, dan aspirasi masyarakat. Jika pengembangan ekonomi
akan melibatkan badan usaha, maka badan usaha harus dilibatkan
dalam penentuan komoditas unggulan. Perumusan komoditas unggulan
•‡ƒŽ‹‰—• ‡”—’ƒƒ —’ƒ›ƒ ˜‡”‹ϐ‹ƒ•‹ ‘‘†‹–ƒ• —‰‰—Žƒ ›ƒ‰ –‡ŽƒŠ
ditetapkan pada tahap penetapan kawasan. Klaster terdiri atas klaster
komoditas yaitu komoditas unggulan yang akan dikembangkan (misal:
karet, lada, padi, sapi, budaya, keindahan alam) dan klaster pendukung.
Dalam satu kawasan, dimungkinkan untuk terdiri atas beberapa klaster
komoditas unggulan. Klaster pendukung berupa layanan di tingkat
kawasan yang sebagian besar akan dikembangkan di pusat kawasan atau
berupa infrastruktur jalan yang menghubungkan antardesa dan antara
pusat kawasan dengan desa-desa pendukungnya (lihat Gambar 5).

Sasaran klaster merupakan sasaran kinerja klaster yang terukur


dan akan dicapai dalam tempo lima tahun. Klaster dan contoh sasaran
sebagaimana dalam Tabel 3.

Klaster dan contoh sasaran sebagaimana pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis Klaster dan Sasarannya


Sasaran Klaster
No Klaster
(Dicapai dalam Waktu Lima Tahun)
1 Padi Luas sawah 1000 Ha dengan Indeks Tanaman (IP)
300
2 Lada Luas lada 1000 Ha dengan produksi rata-rata ….
Diekspor ke Eropa
3 Destinasi wisata Kunjungan wisatawan ... orang/tahun
alam

4 Pendukung Tersedianya layanan pendukung dalam bentuk:


a. Jalan penghubung antar desa
b. Bank/LKM
c. Puskemas rawat inap
d. SMK
e. Pabrik pengolahan lada
f. Sumber air bersih
g. PLN
h. ……………

29
3. Analisis Klaster

ƒŽ‹•‹•Žƒ•–‡”†‹ƒ•—†ƒ—–—‡‰‹†‡–‹ϐ‹ƒ•‹‹•—Ǧ‹•—•–”ƒ–‡‰‹•ǡ
‡„—–—Šƒǡ†ƒ‘’‘‡‡„ƒ‰—ƒƒ™ƒ•ƒ›ƒ‰ƒƒ„‡”’‡”ƒ
†ƒŽƒ Œƒ”‹‰ƒ ƒ–ƒ ”ƒ–ƒ‹ •—„ •‹•–‡Ǥ —„ •‹•–‡ Žƒ•–‡” ‘‘†‹–ƒ•
†ƒ”‹ •ƒ”ƒƒ ’”‘†—•‹ǡ ’”‘†—•‹ǡ ’‡‰‘ŽƒŠƒǡ Š‹‰‰ƒ ’‡ƒ•ƒ”ƒǤ Žƒ•–‡”
’‡†——‰ –‡”†‹”‹ ƒ–ƒ• •—„ •‹•–‡ ’‡†‹†‹ƒǡ ‡•‡Šƒ–ƒǡ ‡‡”‰‹ǡ
‹ˆ”ƒ•–”—–—”ǡ –”ƒ•’‘”–ƒ•‹ǡ ’‡”‘†ƒŽƒǡ †ƒ Žƒ‹ǦŽƒ‹ •‡•—ƒ‹ –‡ƒǤ
‘–‘Šˆ‘ƒ–ƒƒŽ‹•‹••‡„ƒ‰ƒ‹ƒƒ†ƒŽƒƒ„‡ŽͶ†ƒͷǤ

ƒŽ‹•‹• Žƒ•–‡” †‹Žƒ—ƒ ‡ŽƒŽ—‹


 †‹ –‹‰ƒ– ƒ™ƒ•ƒ †‡‰ƒ
–ƒŠƒ’•‡„ƒ‰ƒ‹„‡”‹—–ǣ

 ƒǤ ‡‰‹†‡–‹ϐ‹ƒ•‹‡‰‹ƒ–ƒ›ƒ‰•—†ƒŠ†‹Žƒ•ƒƒƒ‘Ž‡Šƒ•‹‰Ǧ
 ƒ•‹‰‘’‘‡’ƒ†ƒƒ•‹‰Ǧƒ•‹‰•—„•‹•–‡Žƒ•–‡”Ǣ
 „Ǥ ‡‰‹†‡–‹ϐ‹ƒ•‹‹•—Ǧ‹•—•–”ƒ–‡‰‹•ȋ’‡”ƒ•ƒŽƒŠƒȌ›ƒ‰†‹Šƒ†ƒ’‹
 †ƒ‡‰‹ƒ–ƒ›ƒ‰†‹„—–—Šƒ’ƒ†ƒƒ•‹‰Ǧƒ•‹‰•—„•‹•–‡Ǣ
 …Ǥ ‡‰‹†‡–‹ϐ‹ƒ•‹‘’‘‡›ƒ‰ƒƒ‡Žƒ•ƒƒƒ‡‰‹ƒ–ƒ
 ›ƒ‰†‹„—–—ŠƒǤ

 ‘–‘Š ‘”ƒ–ƒŽ‹•‹•Žƒ•–‡”‘‘†‹–ƒ••‡„ƒ‰ƒ‹ƒƒ’ƒ†ƒƒ„‡ŽͶǤ

ƒ„‡ŽͶǤ‘–‘Š ‘”ƒ–ƒŽ‹•‹•Žƒ•–‡”‘‘†‹–ƒ•

30
Contoh Format Analisis Klaster Pendukung sebagaimana pada Tabel 5 di bawah:

Tabel 5. Contoh Format Analisis Klaster Pendukung

31
4. Penyusunan Kerangka Model

Model sinergisme Pembangunan Kawasan Perdesaan (PKP)


merupakan kerangka atau formulasi yang merepresentasikan sistem
sinergisme berupa rangkaian komponen PKP yang terstruktur dalam
klaster dan antar klaster komoditas yang saling bekerjasama secara
teratur dari hulu ke hilir; untuk mencapai tujuan pembangunan kawasan.

Model memuat 1) pelaksana kegiatan yang tersistem dari hulu ke


hilir, 2) tujuan pembangunan kawasan dan sasaran masing-masing
klaster, 3) pimpinan kolaborasi, dan koordinator kolaborasi. Tiap klaster
dikoordinasikan oleh SKPD yang berkompeten. Contoh format model
sinergisme PKP disajikan dalam Gambar 6.

32
Ketua Tim : ..........................
Wakil Ketua :.......................................
Sekretaris : ......................

Klaster : .............. Klaster : .............. Klaster : .............. Klaster : ..............


Koordinator : ................ Koordinator : ................ Koordinator : ................ Koordinator : ................

Sub Sistem Saroras Sub Sistem Saroras Sub Sistem Saroras


Sub Sistem......
Dinas........... Dinas........... Dinas...........
Dinas................ Dinas................ Dinas................ Dinas...........
Badan Usaha : ............. Badan Usaha : ............. Badan Usaha : ............. Dinas................
Org masyarakat : ............. Org masyarakat : ............. Org masyarakat : ............. Badan Usaha : .............
Org masyarakat : .............

Sub Sistem Budidaya Sub Sistem Budidaya Sub Sistem Budidaya


Dinas........... Dinas........... Sub Sistem......
Dinas................ Dinas................ Dinas...........
Badan Usaha : ............. Dinas................
Badan Usaha : ............. Badan Usaha : ............. Dinas...........
Org masyarakat : ............. Org masyarakat : ............. Org masyarakat : ............. Dinas................
Badan Usaha : .............
Sub Sistem Pengolahan Org masyarakat : .............
Sub Sistem Pengolahan Sub Sistem Pengolahan
Dinas........... Dinas...........
Dinas................ Dinas...........
Badan Usaha : ............. Dinas................ Dinas................
Org masyarakat : ............. Badan Usaha : ............. Badan Usaha : .............
Org masyarakat : ............. Org masyarakat : .............
Sub Sistem......
Sub Sistem Pemasaran Sub Sistem Pemasaran Sub Sistem Pemasaran Dinas...........
Dinas........... Dinas...........
Dinas................ Dinas........... Dinas................
Badan Usaha : ............. Dinas................ Badan Usaha : .............
Badan Usaha : ............. Dinas................
Org masyarakat : ............. Org masyarakat : ............. Badan Usaha : ............. Org masyarakat : .............
Org masyarakat : .............

Sasaran : Sasaran : ............................ Sasaran : ............................ Sasaran :


............................ (waktu 5 tahun) (waktu 5 tahun) ............................
(waktu 5 tahun) (waktu 5 tahun)

Klaster Pendukung (pusat Kawasan)


Koordinator : ......................
Sub Sistem Layanan Ekonomi sosial Pemasaran
Sub Sistem Layanan Sosial
Dinas:........... Dinas:............... Dinas :................
Dinas :................ Badan Usaha : ...................
LPM : ............ LPM : ............ Org Masyarakat : ................

Sasaran : Terselenggaranya layanan sosial dan ekonomi skala kawasan (target waktu : 5 tahun)

Tujuan Bersama Pembangunan Kawasan Perdesaan : ...........................................


Sasaran Bersama Pembangunan Kawasan Perdesaan : .........................................

Gambar 6. Format Model Sinergisme Pembangunan Kawasan Perdesaan

33
5. Kesepakatan Model

Model sinergisme harus disepakati oleh semua komponen pelaksana


yaitu Pemerintah (lintas sektor), BKAD, Desa dan masyarakat, dan badan
usaha. Kesepakatan dituangkan dalam berita acara yang ditandatangani
oleh perwakilan masing-masing. Contoh format berita acara kesepakatan
disajikan dalam Gambar 7 Contoh Format Berita Acara Kesepakatan
Model Sinergisme Pembangunan Kawasan Perdesaan sebagaimana pada
Gambar 7 di bawah :

BERITA ACARA
KESEPAKATAN MODEL SINERGISME
PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
……………
KABUPATEN ………….
Pada hari ini,

Hari dan Tanggal : .........................................................

Jam : .........................................................

Tempat : .........................................................

telah diselenggarakan forum konsultasi (kolaborasi) Rancangan Rencana Pembangunan


Kawasan Perdesaan (RPKP) …………. yang dihadiri para pemangku kepentingan sebagaimana
daftar hadir peserta yang tercantum dalam LAMPIRAN I berita acara ini.

Forum Konsultasi (Kolaborasi) Rancangan Rencana Pembangunan Kawasan


Perdesaan Penghasil Karet:

MENYEPAKATI

Model sinergisme, tujuan, sasaran, kegiatan, dan pelaksana kegiatan Pembangunan


Kawasan Perdesaan ......... sebagaimana tercantum dalam LAMPIRAN II.

Demikian berita acara ini dibuat dan disahkan untuk digunakan sebagaimana
mestinya.

……………., ………. 20….

Pimpinan Sidang*,

…………………..

Mewakili peserta Forum Kolaborasi Rancangan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan


……
Tanda
No. Nama Lembaga/instansi Jabatan/Alamat
Tangan
1.
2.
3.
Dst..
Catatan :
*) Pimpinan sidang adalah Ketua TKPKP Kabupaten/Kota

Gambar 7. Berita Acara Kesepakatan Model


34
E. Penyusunan Program

Setelah model yang memuat sistem, tujuan bersama, sasaran klaster


dan peran masing-masing komponen disepakati, maka disusun matrik
kegiatan. Matrik kegitan memuat komponen pelaksana, kegiatan yang akan
dilaksanakan, lokasi (desa), jumlah dan sumber dana, waktu, dan indikator
capaian (Tabel 6).

Komponen dan kegiatan diturunkan dari hasil analisis klaster (kolom 6 dan
7 Tabel 4 dan Tabel 5). Indikator capaian masing-masing kegiatan diarahkan
untuk mendukung pencapaian sasaran klaster. Besaran volume kegiatan,
dana, sumber dana, dan capaian kegiatan diisi oleh masing-masing komponen
yang telah bersepakat untuk mendukung Pembangunan Kawasan.

Sesuai dengan pasal 124 ayat (3) sampai dengan ayat (9) PP 47 Tahun
2015 maka :

a. Bupati/walikota dapat mengusulkan program pembangunan kawasan


perdesaan di lokasi yang telah ditetapkannya kepada gubernur dan
kepada Pemerintah melalui gubernur.
b. Program pembangunan kawasan perdesaan yang berasal dari
kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian dan pemerintah
daerah provinsi dibahas bersama pemerintah daerah kabupaten/kota
untuk ditetapkan sebagai program pembangunan kawasan perdesaan.
c. Program pembangunan kawasan perdesaan yang berasal dari
Pemerintah dicantumkan dalam RPJMN dan RKP.
d. Program pembangunan kawasan perdesaan yang berasal dari
pemerintah daerah provinsi dicantumkan dalam RPJMD provinsi dan
RKPD provinsi.
e. Program pembangunan kawasan perdesaan yang berasal dari
pemerintah daerah kabupaten/kota dicantumkan dalam RPJMD
kabupaten/kota dan RKPD kabupaten/kota.
f. Bupati/walikota melakukan sosialisasi program pembangunan
kawasan perdesaan kepada Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan
Desa, dan masyarakat.
g. Pembangunan Kawasan Perdesaan yang berskala lokal Desa di
tugaskan pelaksanaannya kepada Desa.

Contoh Matrik Kegiatan (Program) Pembangunan Kawasan Perdesaan


sebagaimana Tabel 6.
35
Tabel 6. Contoh Matrik Kegiatan (Program) Pembangunan Kawasan Perdesaan
Program
Capaian Kinerja
Volume***) Jumlah Dana Tahun Ke-
Lokasi Tahun Ke- (Juta Rupiah) Sumber
No Komponen*) Satuan Kondisi Target Kinerja Tahun Ke- Kondisi
Kegiatan*) (Desa) Dana*4) Indikator Kinerja
Kinerja awal Akhir
1 1 2 3 4 5 Program*5) Periode 1 2 3 4 5 Periode
2 3 4 5 RPKP RPKP*6)
A Pengembang Klaster Padi A,B,C,D Perkembangan luas Sawah tadah Pengembangan
sawah dan Indeks hujan 200 padi sawah
Pertanian (IP) Ha dengan 25% 50% 50% 75%t 100% seluas 1000 Ha
IP 100 dengan IP
300*7)
1 Dinas Pembangunan B,C,D 1 1 KM 400 400 APBN Terbangunnya Tidak ada 1 2 3 4 5 Terbangun
Pekerjaan Saluran Kementerian saluran irigasi saluran saluran
Primer 1 1 PU primer yang irigasi irigasi
Umum 400 400 - berfungsi primer 3 Km
2 Distanak Pencetakan 250 - Lahan belum 250
B,C,D 250 250 250 Ha 500 500 500 500 APBN Tercetaknya sawah tertata
500 750 1000 1000 Tercetaknya
Sawah 1000 Ha
sebagai
sawah irigasi sawah
teknis
3 Gapoktan Koordinasi B,C,D 15 15 15 15 - kelompok 2 2 2 2 - Swadaya Terkoordinasinya Belum ada 15 15 15 15 15 Terkoordinasinya
Pencetakan kelompok tani Koordinasi 15 kelompok tani
Sawah untuk kegiatan
pencetakan sawah untuk kegiatan
pencetakan
sawah
4 Ditjen PKP Bantuan B,C,D 10 10 10 - - Unit 500 500 500 - - APBN Tersedianya dan Belum ada 10 20 30 30 30 Tersalurkannya
traktor bermanfaatnya traktor bantuan traktor
traktor untuk 30 unit untuk
kelompok tani
15 kelompok
tani
*) Diambil dari kolom 7 Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 yang Non reguler (program lanjutan/baru)
**) Diambil dari kolom 6 Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 yang Non reguler (program lanjutan/baru)
***) Contoh : meter persgi (m3), kilometer (km) jalan, unit barang, orang, dll
*4) Contoh Sumber dana : Swadaya, APBDes, APBD Kabupaten/Kota, APBD Provinsi, dan APBN, Badan Usaha
*5) Indikator program / kegiatan berupa ukuran keberhasilan sebuah program / kegiatan
*6) Kondisi kinerja awal periode RPKP merupakan berupa kondisi awal indikator kinerja
pada awal periode RPKP. Target merupakan kondisi indikator kinerja yang ditargetkan
Setiap tahunnya. Sementera itu kondisi kinerja akhir periode RPKP merupakan kondisi
Indikator kinerja pada akhir periode RPKP (dalam hal target tahunan bersifat kumulatif
tiap tahun maka indikator akhir periode sama dengan indikator akhir tahun ke-5)

36
*7) Diambil dari sasaran masing-masing klaster (Gambar 6 )
F. Penyajian Rancangan RPKP

  ƒ•‹Ž ‹†‡–‹ϐ‹ƒ•‹ †ƒ–ƒ ‘†‹•‹ Ž‘ƒ•‹ǡ †‡Ž‹‡ƒ•‹ †ƒ •—•—ƒ ˆ—‰•‹


kawasan, analisis klaster, dan lain-lain selanjutnya disajikan dalam Rancangan
RPKP. Sistematika penyajian rancangan RPKP adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Pembangunan Kawasan Perdesaan
C. Landasan Hukum

BAB II DESKRIPSI KONDISI KAWASAN PERDESAAN PERDESAAN


A. Fisik Dasar
B. Sosial Budaya dan Kependudukan
C. Ekonomi
D. Sarana dan Prasarana

BAB III DELINEASI DAN SUSUNAN FUNGSI KAWASAN PERDESAAN


A. Delineasi kawasan Perdesaan
B. Susunan Fungsi Kawasan Perdesaan

BAB IV KLASTER DAN SASARAN KLASTER


A. Klaster Komoditas
B. Klaster Pendukung

BAB V MODEL SINERGISME PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN


A. Analisis klater
B. Kerangka Sistem

BAB VI MATRIKS PROGRAM DAN KEGIATAN

LAMPIRAN

1. Peta Delineasi Kawasan Perdesaan


2. Peta Delineasi dan Susunan Fungsi Kawasan Perdesaan
3. Peta Orientasi Lokasi
4. Surat Usulan Kawasan Perdesaan
5. Surat Penetapan TKPKP Kawasan Perdesaan
6. Surat Penetapan Kawasan Perdesaan
7. Berita Acara Kesepakatan Model dan Tujuan Bersama Pembangunan
Kawasan Perdesaan

37
G. Penetapan RPKP

Dokumen RPKP disusun menurut sistematika Rrancangan Rencana


Pembangunan Kawasan Perdesaan (RPKP) yang telah dijelaskan pada subbab
4.6. Masukan yang muncul pada forum konsultasi rancangan RPKP menjadi
dasar perbaikan substansi RPKP, sedangkan berita acara forum konsultasi
rancangan RPKP turut dilampirkan dalam perbaikan RPKP. Setelah dilakukan
penyempurnaan rancangan RPKP, maka selanjutnya RPKP diajukan kepada
Bupati/Walikota untuk ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Sementara RPKP belum dapat ditetapkan dalam Perda, RPKP dapat ditetapkan
dengan Peraturan Bupati/Walikota.

38
BAB V
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

Undang Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 85 ayat (1) mengatur
bahwa Pembangunan Kawasan Perdesaan dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui satuan kerja
perangkat daerah, Pemerintah Desa, dan/atau BUM Desa dengan mengikutsertakan
masyarakat Desa; (2) Pembangunan Kawasan Perdesaan yang dilakukan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota,
dan pihak ketiga wajib mendayagunakan potensi sumber daya alam dan sumber
daya manusia serta mengikutsertakan Pemerintah Desa dan masyarakat Desa;
(3) Pembangunan Kawasan Perdesaan yang berskala lokal Desa wajib diserahkan
pelaksanaannya kepada Desa dan/atau kerja sama antar-Desa.

A. Pembangunan Berskala Lokal Desa

Pembangunan Kawasan Perdesaan yang berskala lokal Desa wajib


diserahkan pelaksanaannya kepada Desa dan/atau kerja sama antar-Desa. Hal
ini berlaku bagi kegiatan yang didanai oleh pendapatan Desa maupun yang
didanai oleh sektoral dan Pemerintah Daerah.

Pelaksanaan pembangunan mengacu pada dokumen RPKP yang telah


ditetapkan oleh Bupati. Oleh satu dan lain hal, dimungkinkan untuk
mengadakan penyesuaian terhadap dokumen RPKP. Dalam hal ini, harus
dilakukan koordinasi dan kesepakatan dengan TKPKP Kawasan dan pemberi
dana.

B. Pembangunan Berskala Kawasan

Pembangunan berskala kawasan dilaksanakan oleh Pemerintah,


Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
melalui satuan kerja perangkat daerah (SKPD) sesuai dengan kompetensinya.
Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah provinsi dapat menugaskan
kepada Daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan pembangunan kawasan
perdesaan berdasarkan asas tugas pembantuan.

Pembangunan kawasan dilaksanakan oleh masing-masing SKPD terkait


atau SKPD yang ditunjuk oleh Bupati. Penunjukan tersebut didasarkan pada
masukan dari TKPKP kabupaten/kota dan

39
TKPKP Kawasan. Penunjukan oleh Bupati/Walikota dapat didelegasikan
kepada TKPKP kabupaten/kota.

Dalam melaksanakan kegiatan, SKPD pelaksana wajib mengikutsertakan


Pemerintah Desa dan masyarakat Desa. Pelibatan Pemerintah dan masyarakat
Desa tersebut setidak-tidaknya dalam hal: a) memberikan informasi
mengenai rencana program dan kegiatan pembangunan kawasan perdesaan;
b) memfasilitasi musyawarah Desa untuk membahas dan menyepakati
pendayagunaan aset Desa dan tata ruang Desa; dan c) mengembangkan
mekanisme penanganan perselisihan sosial.

Pelaksanaan pembangunan mengacu pada dokumen RPKP yang telah


ditetapkan oleh Bupati. Penyesuaian terhadap dokumen RPKP harus dilakukan
koordinasi dan kesepakatan pada tingkat TKPKP Kawasan, RPKP Kabupaten,
serta penyandang dana.

C. Pendanaan

Sumber dana untuk pelaksanaan pembangunan Kawasan Perdesaan dapat


bersumber dari dana pemerintah maupun dana non-pemerintah.

1. Dana Pemerintah
Dana pemerintah meliputi:
a. Dana dari Pemerintah Desa, yaitu bagian dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa (APBDes).
b. Dana dari Pemerintah Kabupaten/Kota, yaitu bagian dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota atau
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD Kabupaten/Kota.
c. Dana dari Pemerintah Provinsi, yaitu bagian dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi atau Dokumen Pelaksanaan
Anggaran (DPA) SKPD Provinsi.
d. Dana dari Pemerintah Pusat, yaitu bagian dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) atau Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA) Kementerian/Lembaga.

2. Dana Non-Pemerintah
Dana non-pemerintah dapat berupa dana swadaya masyarakat, swasta,
maupun pihak lainnya. Dana dapat dari dalam negeri maupun luar negeri
yang dalam pelaksanaannya sesuai ketentuan yang berlaku. Pelaksanaan
pembangunan Kawasan Perdesaan dengan dana non-pemerintah dilakukan
melalui koordinasi antara

40
pihak pemberi dana dan TKPKP, baik TKPKP Kabupaten/Kota, TKPKP Provinsi,
atau TKPKP Pusat tergantung kesepakatan dengan pihak pemberi dana.

D. Masa Transisi Pelaksanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan

Dalam pembangunan kawasan perdesaan, Kementerian Desa, PDT, dan


Transmigrasi melaksanakan fasilitasi pembangunan kawasan perdesaan
di beberapa kabupaten/kota pada tahun anggaran 2016. Fasilitasi kegiatan
berupa pemberian bantuan (stimulus) pada kawasan yang telah terbentuk,
antara lain kawasan agropolitan, minapolitan, pariwisata maupun pada lokasi
yang belum memiliki kawasan perdesaan berdasarkan Undang-Undang Desa
dan peraturan pelaksanaannya. Kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai
bentuk fasilitasi awal terbentuknya kawasan perdesaan di kabupaten/kota
tersebut.

Sebagai tindak lanjut, maka Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dalam


waktu selambat-lambatnya 1 (satu) tahun harus sudah menetapkan kawasan
perdesaan dengan SK Bupati/Wali Kota.

41
BAB VI
PELAKSANAAN MONITORING,
EVALUASI, DAN PELAPORAN

Monitoring, evaluasi, dan pelaporan (Monevlap) pembangunan Kawasan


Perdesaan dilakukan untuk mengetahui kemajuan pencapaian hasil dan kendala
yang dijumpai dalam pelaksanaan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan
dan Rencana Kegiatan Tahunannya. Hasil monitoring dan evaluasi disajikan
dalam sebuah laporan dan digunakan sebagai referensi penyusunan rencana dan
pelaksanaan pada periode berikutnya. Pasal 13 Permen No 5 Tahun 2016 tentang
Pembangun Kawasan Perdesaan mengatur bahwa laporan disusun setiap tiga
bulan dan dievaluasi setiap satu tahun sekali.
Monitoring, evaluasi, dan pelaporan dilakukan secara berjenjang dari masing-
masing komponen, TKPKP Kawasan, TKPKP Kabupaten, TKPKP Provinsi, dan
TKPKP Pusat.

A. Monevlap oleh Masing-Masing Komponen

Monitoring, evaluasi, dan pelaporan oleh masing-masing komponen


mencakup aspek serapan anggaran, capaian kinerja masing-masing kegiatan,
masalah yang dihadapi, dan solusi untuk mengatasi masalah. Laporan
ditujukan kepada Instansi induk masing-masing komponen dan koordinator
klaster dengan sumber data dari lapang dan dokumen terkait.

B. Monevlap oleh Koordinator Klaster

Monitoring, evaluasi, dan pelaporan oleh koordinator klaster mencakup


aspek capaian kinerja masing-masing kegiatan, capaian sasaran klaster,
masalah yang dihadapi, dan solusi untuk mengatasi masalah. Laporan
ditujukan kepada Tim TKPKP Kawasan dengan sumber data dari laporan
ƒ•‹‰Ǧƒ•‹‰‘’‘‡›ƒ‰†‹˜‡”‹ϐ‹ƒ•‹Ǥ

C. Monevlap oleh TKPKP Kawasan

Monitoring, evaluasi, dan pelaporan oleh TKPKP Kawasan mencakup aspek


capaian kinerja masing-masing kegiatan, capaian sasaran klaster, capaian
indikator pengembangan kawasan, masalah yang dihadapi, dan solusi untuk
mengatasi masalah. Laporan ditujukan kepada Bupati dengan tembusan Ketua
Bappeda dan Tim TKPKP Kabupaten. Menevlap menggunakan sumber data
dari

42
 Žƒ’‘”ƒƒ•‹‰Ǧƒ•‹‰‘‘”†‹ƒ–‘”Žƒ–‡”›ƒ‰†‹˜‡”‹ϐ‹ƒ•‹ǡƒ„—’ƒ–‡ƒŽƒ
‰ƒǡ‡…ƒƒ–ƒƒŽƒ‰ƒǡ‘‘‰”ƒϐ‹‡•ƒǤ

D. Monevlap oleh TKPKP Kabupaten

Montoring, evaluasi, dan pelaporan oleh TKPKP Kabupaten mencakup


aspek capaian sasaran klaster, capaian indikator pengembangan kawasan,
masalah yang dihadapi, dan solusi untuk mengatasi masalah. Laporan
ditujukan kepada TKPKP Provinsi dengan tembusan TKPKP Pusat. Monevlap
menggnakan data yang bersumber dari laporan masing-masing TKPKP
ƒ™ƒ•ƒ›ƒ‰†‹˜‡”‹ϐ‹ƒ•‹Ǥ

E. Monevlap oleh TKPKP Provinsi

Monitoring, evaluasi, dan pelaporan oleh TKPKP Provinsi mencakup aspek


capaian sasaran klaster, capaian indikator pengembangan kawasan, masalah
yang dihadapi, dan solusi untuk mengatasi masalah. Laporan ditujukan
kepada TKPKP Provinsi Pusat dengan tembusan TKPKP Kabupaten. Monevlap
menggunakan data yang bersumber dari laporan masing-masing TKPKP
ƒ„—’ƒ–‡›ƒ‰†‹˜‡”‹ϐ‹ƒ•‹ǤƒŽƒŽƒ’‘”ƒ‡Ž‹’—–‹•‡Œ—ŽƒŠƒ™ƒ•ƒ†ƒŽƒ
satu provinsi.

F. Monevlap oleh TKPKP Pusat

Monitoring, evaluasi, dan pelaporan oleh TKPKP Pusat mencakup aspek


capaian sasaran klaster, capaian indikator pengembangan kawasan, masalah
yang dihadapi, dan solusi untuk mengatasi masalah. Laporan ditujukan
kepada Menteri dengan tembusan TKPKP Provinsi dan Kabupaten. Monevlap
menggnakan data yang bersumber dari laporan masing-masing TKPKP
Provinsi. Skala laporan meliputi sejumlah kawasan di seluruh Indonesia.
Arahan Monitoring dan Evaluasi pada Tabel 7

Tabel 7. Arahan Monitoring dan Evaluasi


Pelaksana Aspek yang
N Monitoring dimonitor, Sumber Tujuan Skala
Tembusan
o dan evaluasi, dan data laporan Laporan
Evaluasi dilaporkan
1 Masing- x Serapan Data x Instansi - Masing-
masing anggaran lapang dan induk masing
komponen x Capaian dokumen masing- kegiatan
pelaksana*) kinerja masing
masing- x Penyandang
masing Dana/Pemil
kegiatan ik Program
x Masalah x Koordinator
yang
43
Tabel 7. Arahan Monitoring dan Evaluasi
Pelaksana Aspek yang
N Monitoring dimonitor, Sumber Tujuan Skala
Tembusan
o dan evaluasi, dan data laporan Laporan
Evaluasi dilaporkan
dihadapi klaster
x Solusi
untuk atasi
masalah
2 Koordinator x Capaian Laporan • Tim TPKPK - Klaster
klaster*) kinerja masing- Kawasan
masing- masing • Penyandang
masing komponen Dana/Pemil
kegiatan yang sudah ik Program
x Capaian diverifikasi
sasaran
klaster
x Masalah
yang
dihadapi
x Solusi
untuk atasi
masalah
3 TKPKP x Capaian Laporan Bupati ‡ Bappeda Satu
kawasan kinerja koordinator ‡ TKPKP Kawasan
masing- klaster, Kabupaten
masing Data
kegiatan primer,
x Capaian kabupaten
sasaran dalam
klaster angka,
x Capaian kecamatan
indikator dalam
pengembang angka,
an kawasan monografi
x Masalah desa
yang
dihadapi
x Solusi
untuk atasi
masalah
4 TKPKP x Capaian Laporan TPKPK TKPKP Pusat Sejumlah
Kabupaten sasaran TPKPK Provisni kawasan
klaster Kawasan dalam satu
x Capaian Data kabuaten
indikator primer
pengembang
an kawasan
x Masalah
yang
dihadapi
x Solusi
untuk atasi
masalah

5 TPKPK x Capaian TPKPK TKPKP Pusat TKPKP Sejumlah


Provinsi sasaran Kabupaten Kabupaten kawasan
klaster dalam satu

44
Tabel 7. Arahan Monitoring dan Evaluasi
Pelaksana Aspek yang
N Monitoring dimonitor, Sumber Tujuan Skala
Tembusan
o dan evaluasi, dan data laporan Laporan
Evaluasi dilaporkan
x Capaian provinsi
indikator
pengembang
an kawasan
x Masalah
yang
dihadapi
x Solusi
untuk atasi
masalah
6 TKPKP x Capaian x TKPKP Menteri x TKPKP Sejumlah
Pusat sasaran Kabupat Kabupaten kawasan
klaster en x TKPKP di seluruh
x Capaian x TKPKP Provinsi Indonesia
indikator Provinsi x Dirjen PKP
pengembang
an kawasan
x Masalah
yang
dihadapi
x Solusi
untuk atasi
masalah
*) Bersifat suplai data
)
Format Laporan Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Kawasan Perdesaan ........
Kabupaten…………….. sebagaimana pada Tabel 8 di bawah :

Periode Laporan : Bulan ……. Tahun…………….


Serapan Anggaran Capaian Kegiatan
No Serapan Masalah Solusi
Kegiatan
Anggaran Anggaran Sasaran Capaian
Rp (5)
1
2
3
4
5

Format Laporan Monitoring dan Evaluasi Sasaran Klater Kawasan Perdesaan ........
Kabupaten…………….. sebagaimana pada Tabel 9 di bawah :

Periode Laporan : Bulan ……. Tahun…………….


Capaian Klaster
No Klaster Masalah Solusi
Sasaran Capaian
1

45
Format Laporan Monitoring dan Evaluasi Capaian Indikator Kawasan Kawasan Perdesaan
........ Kabupaten…………….. sebagaimana pada Tabel 10 di bawah :

Periode Laporan : Bulan ……. Tahun…………….

No Dimensi Indikator Sasaran Capaian Masalah Sulusi

1 Layanan

2 Pengembangan
Ekonomi

3 Pemberdayaan

DIREKTUR JENDERAL
PEMBANGUNAN KAWASAN
PERDESAAN,

ttd.

JOHOZUA M. YOLTUWU

46

Anda mungkin juga menyukai