Anda di halaman 1dari 2

PERLUNYA PEMANTAPAN TATA RUANG DALAM MENGURANGI ALIH FUNGSI

LAHAN PERTANIAN MENJADI LAHAN NON PERTANIAN


DI DKI JAKARTA
Fani Apriliani
Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul Jakarta
e-mail: fani.apriliani4@gmail.com

Perencanaan merupakan suatu proses menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui
beberapa alternatif pilihan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada, baik berupa sumber daya
manusia ataupun sumber daya alam. Perencanaan menjadi suatu hal yang penting untuk kehidupan
pada masa yang akan datang. Proses perencanaan bertujuan untuk melakukan perubahan,
perubahan yang terjadi dalam proses perencanaan menyangkut beberapa hal, yaitu perubahan
secara fisik, ekonomi dan sosial.
Salah satu ciri dari sebuah kota adalah suatu wilayah yang kegiatan ekonominya bergerak
pada sektor non pertanian. Alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan non pertanian
hampir tidak bisa dibendung sejalan dengan perkembangan kebutuhan masyarakat perkotaan.
Kegiatan industri, perdagangan dan jasa baik skala lokal, regional, nasional bahkan internasional
seperti pembangunan warung/kios, rumah makan/restoran, pertokoan, pusat perbelanjaan, dan
kegiatan jasa seperti hotel, apartemen, perkantoran dinilai jauh lebih menguntungkan dibanding
dengan melakukan kegiatan pertanian.
Di DKI Jakarta, luas lahan pertanian sangat sedikit. Saat ini, luas lahan pertanian di DKI
Jakarta adalah 1.524,46 m2 (Dinas Pertanian DKI Jakarta). Ibukota tidak mampu memenuhi
kebutuhan pangan masyarakatnya sehingga untuk memenuhi kebutuhan pangan harus mengimpor
ke daerah-daerah penyangga seperti Tangerang, Bogor dan Bekasi. Hal ini tentu tidak efektif,
karena proses impor dari daerah penyangga dapat meningkatkan nilai jual dan pengangkutan yang
berbasis jalan raya akan menambah kemacetan di Jakarta.
Urban farming merupakan suatu aktivitas pertanian di dalam atau di sekitar perkotaan yang
melibatkan keterampilan, keahlian dan inovasi dalam budidaya dan pengolahan makanan. Hal
utama yang menyebabkan munculnya aktivitas ini adalah upaya memberikan kontribusi pada
ketahanan pangan, menambah penghasilan masyarakat sekitar juga sebagai sarana rekreasi dan
hobi (Enciety, 2011).

Kegiatan pertanian perkotaan (urban farming) memiliki manfaat dalam dimensi ekologi
dan ekonomi yaitu menambah luas ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan dan dapat membantu
meningkatkan pendapatan keluarga. Kegiatan pertanian perkotaan ini sangat didukung oleh
masyarakat. Namun, terdapat banyak permasalahan dalam melaksanakan kegiatan pertanian
perkotaan tersebut, antara lain sempitnya ketersediaan lahan yang ada dan masalah waktu.
Diperlukan adanya peraturan yang jelas mengenai kegiatan pertanian perkotaan.
Pemerintah perlu segera menetapkan lahan/ruang pertanian pangan berkelanjutan di
perkotaan sesuai dengan amanat UU No. 41 Tahun 2009. Sebagai langkah awal, rencana tata ruang
wilyah (RTRW) provinsi DKI Jakarta perlu ditetapkan berdasarkan peraturan daerah (Perda) dan
diimplementasikan secara konsisten oleh penentu kebijakan. Diperlukan aturan yang jelas tentang
pertanian perkotaan, baik yang berbentuk undang-undang maupun peraturan turunnnya. Di
samping itu juga diperlukan komitmen yang kuat dan konsistensi penentu kebijakan dan pemangku
kepentingan (stakeholders) dalam mengimplementasikan kebijakan pengembangan pertanian.
Dalam program magang yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bagi
program unggulan Tata Ruang dan Perkotaan, saya ingin berkontribusi dalam membantu Gubernur
DKI Jakarta mengkaji Peraturan Daerah yang sudah ada sehingga DKI Jakarta dapat memiliki
peraturan tata ruang yang baik dan memenuhi amanat Undang-undang Penataan Ruang untuk
setidaknya memenuhi 30% RTH dari luas keseluruhan Provinsi DKI Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai