PRODUKTIVITAS
TENAGA KERJA
NASIONAL REGIONAL SEKTORAL
2019
Kami menyampaikan terima kasih kepada Badan Pusat Statistik (BPS) atas dukungan
dan kerjasamanya untuk mengembangkan data produktivitas tenaga kerja. Terima
kasih juga disampaikan untuk semua pihak yang membantu tersusunnya buku ini.
Semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
PRODUKTIVITAS NASIONAL,
REGIONAL, DAN SEKTORAL 2018
Kemajuan suatu negara seringkali diukur dari pertumbuhan ekonominya. Kondisi
pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan menjadi sasaran utama kebijakan
pemerintah Indonesia. Pertumbuhan ekonomi dibentuk dari pertumbuhan
output usaha atau perusahaan. Peningkatan output dapat diwujudkan melalui
peningkatan sumber daya yang digunakan dalam membentuk output itu
sendiri, yang dikenal sebagai faktor produksi. Faktor produksi terdiri dari tiga
komponen, yaitu sumber daya alam, sumber daya manusia (SDM), dan modal.
Salah satu upaya mengukur kualitas faktor produksi adalah didekati dengan
produktivitas. Produktivitas sendiri dipandang sebagai indikator penting dalam
aktivitas ekonomi oleh dunia internasional. Produktivitas dijadikan sebagai alat
ukur kinerja suatu negara.
Persaingan ekonomi global saat ini telah memasuki era revolusi industri 4.0.
Revolusi industri 4.0 merupakan otomasi proses dan rekonsiliasi data guna
mewujudkan pabrik yang cerdas (smart factories). Persaingan dalam era revolusi
industri 4.0 menempatkan produktivitas sebagai kunci utama dalam persaingan
global. Revolusi industri 4.0 menjadi peluang sekaligus tantangan bagi Bangsa
Indonesia saat ini, khususnya dalam upaya peningkatan produktivitas dan daya
saing ekonomi nasional. Revolusi industri 4.0 merupakan kemajuan dari sisi
efisiensi kerja, sekaligus merupakan tantangan dari sisi pemanfaatan sumber
daya manusia, khususnya Negara Indonesia yang saat ini memiliki 131 juta orang
angkatan kerja.
Tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya, pada tahun 2018 hampir seluruh
kategori lapangan usaha memiliki nilai produktivitas tenaga kerja penuh di bawah
nilai produktivitas tenaga kerja. Hal ini mengindikasikan bahwa tenaga kerja pada
kategori lapangan usaha tersebut memiliki rata – rata jam kerja per minggu lebih
dari 40 jam. Hanya dua kategori lapangan usaha yang menerapkan rata – rata
jam kerja di bawah atau sama dengan yang ditetapkan UU ketenagakerjaan, yaitu
kategori lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (Kategori A); serta
Jasa Pendidikan (Kategori P).
URGENSI PRODUKTIVITAS
Persaingan ekonomi global saat ini telah memasuki era revolusi industri 4.0.
Terciptanya revolusi industri 4.0 didasari oleh pesatnya perkembangan dan
kemajuan teknologi. Pemanfaatan teknologi seperti otomatisasi proses mampu
mengubah tatanan lapangan pekerjaan di masa yang akan datang.
Revolusi Industri dunia kini sudah memasuki generasi keempat. Sejak akhir abad
ke-18, revolusi industri terus berkembang. Pada generasi pertamanya, revolusi
industri memfokuskan adanya subtitusi dari penggunaan hewan dan manusia
menjadi pemanfaatan air/batubara/uap serta mesin. Subtitusi ini meningkatkan
produksi manufaktur dan meningkatkan produktivitas di beberapa sektor
eknomi, terutama industri tekstil (Freeman and Soete, 1997). Penggunaan mesin
terus berkembang dalam revolusi industri pertama. Sementara itu, penyelesaian
masalah-masalah teknologi yang dihadapi saat itu masih sederhana, tidak
menuntut pengetahuan ilmiah yang mendalam untuk penyelesaiannya, juga
tidak membutuhkan biaya yang besar (Landes, 2003; Hobsbawm, 2016).
Kini dunia telah beralih ke revolusi industri generasi keempat, disebut dengan
revolusi industri 4.0. Revolusi industri 4.0 merupakan otomasi proses dan
rekonsiliasi data guna mewujudkan pabrik yang cerdas (smart factories). Beberapa
teknologi yang digunakan dalam mewujudkan smart factories antara lain robot
atau cyber physical system, internet, cloud computing, dan komputasi kognitif.
Cyber physical system mengawasi proses fisik, menciptakan salinan dunia fisik
secara virtual, serta membuat keputusan yang tidak terpusat. Kemudian, melalui
internet, cyber physical system berkomunikasi dan bekerja sama satu sama lain dan
dengan manusia secara bersamaan. Sementara itu, cloud computing menyediakan
layanan internal dan lintas organisasi, yang dimanfaatkan oleh berbagai pihak di
dalam rantai nilai manufaktur (Klingenberg dan Antunes Jr, 2017).
Menurut Prof Klaus Schwab (2017) dalam bukunya yang berjudul “The Fourth
Industrial Revolution”, revolusi industri 4.0 telah mengubah cara hidup dan kerja
manusia secara fundamental. Hal ini disebabkan oleh cakupan revolusi industri 4.0
yang lebih luas dari revolusi industri generasi sebelumnya. Kemajuan teknologi
berbasis internet selain mampu mempercepat kinerja usaha melalui otomatisasi
administrasi dan proses produksi, juga mampu menghubungkan jutaan manusia
di seluruh dunia sehingga menciptakan arus transaksi online secara masif. Sebagai
dampak berkembangnya industri 4.0 adalah bermunculannya bisnis berbasis
online khususnya di Indonesia.
Pada bulan April 2019, Pemerintah meluncurkan Indonesia 4.0 Readiness Index
(INDI 4.0) sebagai implementasi Making Indonesia 4.0. INDI 4.0 ini merupakan
indikator penilaian mandiri (self-assessment) dari masing-masing industri untuk
mengukur tingkat kesiapan mereka dalam bertransformasi menuju industri 4.0
berdasarkan lima pilar, yaitu manajemen dan organisasi, manusia dan budaya,
produk dan layanan, teknologi, serta operasional pabrik. Assessment tahap awal
menggunakan indeks INDI 4.0 telah dilakukan terhadap 326 perusahaan industri.
Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat 22 (6,75 persen) perusahaan industri yang
telah menerapkan industri 4.0. Selanjutnya, tindak lanjut assessment ini adalah
pilot pendampingan implementasi industri 4.0 kepada 10 perusahaan terpilih.
Selain meluncurkan INDI 4.0, dihasilkan juga beberapa kebijakan strategis untuk
mendukung kesiapan industri 4.0, diantaranya:
Revolusi industri 4.0 menjadi peluang sekaligus tantangan bagi Bangsa Indonesia
saat ini, khususnya dalam upaya peningkatan produktivitas dan daya saing
ekonomi nasional. Revolusi industri 4.0 merupakan kemajuan dari sisi efisiensi
kerja, sekaligus merupakan tantangan dari sisi pemanfaatan sumber daya
manusia, khususnya Negara Indonesia yang saat ini memiliki 131 juta orang
angkatan kerja. Jumlah ini bertambah 2,94 juta orang dibanding tahun 2017
lalu. Dengan potensi jumlah angkatan kerja yang terus meningkat dari tahun ke
GNP2DS ini merupakan gerakan lintas institusi, lintas sektoral, dalam rangka
meningkatkan produktivitas nasional. Sosialisasi GNP2DS ke berbagai
kementerian/lembaga, lembaga pendidikan, dan elemen masyarakat terus
Produktivitas tenaga kerja juga digunakan untuk melihat sejauh mana kontribusi
tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi. Jika kontribusi tenaga kerja
terhadap pertumbuhan ekonomi rendah, maka diperlukan adanya pembenahan
dan inovasi di bidang ketenagakerjaan. Pembenahan tersebut dapat berupa
peningkatan kualitas tenaga kerja melalui pelatihan-pelatihan kerja, perbaikan
sistem pendidikan, dan kegiatan praktek kerja (magang). Pengembangan inovasi
kerja dapat dilakukan melalui pemanfaatan teknologi, seperti penerapan alat,
teknik, dan metodologi agar kegiatan ekonomi berjalan lebih efektif dan efisien.
Selain itu, peningkatan produktivitas juga dapat dilakukan dengan meningkatkan
Dalam lingkup ASEAN, laporan APO 2019 menunjukkan posisi produktivitas per
pekerja Indonesia berada pada peringkat ke-3. Peringkat ini naik 1 peringkat
dari tahun sebelumnya karena data produktivitas per pekerja Thailand belum
tersedia di APO. Dari 7 negara ASEAN yang tergabung dalam APO, Indonesia
berhasil unggul dari Filipina, Laos, Vietnam, dan Kamboja. Sedangkan dengan
2 negara ASEAN lainnya, Indonesia tertinggal cukup jauh dari Singapura dan
Malaysia yang masing-masing berada pada urutan ke-1 dan ke-2. Produktivitas
per pekerja Malaysia mencapai lebih dari dua kali capaian Indonesia. Sementara
masing berada pada urutan ke-1 dan ke-2. Produktivitas per pekerja Malaysia mencapai lebih dari dua
itu, produktivitas per pekerja Singapura mencapai lebih dari lima kali capaian
kali capaian Indonesia. Sementara itu, produktivitas per pekerja Singapura mencapai lebih dari lima
Indonesia.
kali capaian Indonesia.
Gambar 2.1
Sumber Sementara
: APO Productivity
itu,Databook 2019
produktivitas per jam Indonesia menempati urutan ke-4 diantara 8 negara
ASEAN yang tergabung dalam APO. Produktivitas per jam Indonesia berhasil mengungguli Filipina,
Laos, Vietnam, dan Kamboja. Produktivitas per jam Indonesia masih tertinggal 1,6 US$ dibanding
PENGUKURAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA NASIONAL, REGIONAL, DAN SEKTORAL 2019
18 Thailand. Sementara itu, produktivitas per jam Malaysia unggul lebih dari dua kali dibanding capaian
Indonesia. Sementara itu, produktivitas per jam Singapura unggul lebih dari empat kali capaian
12.7
Vietnam 11.1
Bangladesh 9.3
Nepal 7
Kamboja 6.5
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Sementara itu, produktivitas per jam Indonesia menempati urutan ke-4 diantara
8 Sementara itu, produktivitas
negara ASEAN per jam
yang tergabung Indonesia
dalam APO.menempati urutan
Produktivitas perke-4
jamdiantara 8 negara
Indonesia
ASEANberhasil mengungguli
yang tergabung Filipina,
dalam APO. Laos, Vietnam,
Produktivitas per jamdan Kamboja.
Indonesia Produktivitas
berhasil perFilipina,
mengungguli
jam Indonesia
Laos, Vietnam, masih Produktivitas
dan Kamboja. tertinggal 1,6 perUS$ dibandingmasih
jam Indonesia Thailand. Sementara
tertinggal 1,6 US$ itu,
dibanding
produktivitas per jam Malaysia unggul lebih dari dua kali dibanding capaian
Thailand. Sementara itu, produktivitas per jam Malaysia unggul lebih dari dua kali dibanding capaian
Indonesia. Sementara itu, produktivitas per jam Singapura unggul lebih dari
Indonesia. Sementara itu, produktivitas per jam Singapura unggul lebih dari empat kali capaian
empat kali capaian Indonesia.
Indonesia.
Gambar 2.2
Selain APO, The Conference Board juga melaporkan capaian produktivitas beberapa
negara di dunia. Pada tahun 2019, laporan The Conference Board menunjukkan
Indonesia mampu menghasilkan output sebesar 29 ribu US$ per tenaga kerja
per tahun atau 14,41 US$ per jam per tenaga kerja. Nilai produktivitas tersebut
meningkat dibanding tahun sebelumnya. Pada tahun 2018, produktivitas
Indonesia mencapai 28,18 ribu US$ per tenaga kerja per tahun atau 13,92 US$ per
jam per tenaga kerja.
Gambar 2.3
Gambar 2.5
2.00 2.44
1.13
1.00
0.00
Produktivitas tenaga kerja Indonesia naik setiap tahunnya. Namun, pertumbuhannya setiap
Produktivitas tenaga kerja Indonesia naik setiap tahunnya. Namun,
tahun bervariasi. Gambar
pertumbuhannya setiap2.5tahun
menunjukkan produktivitas
bervariasi. Gambar 2.5tenaga kerja Indonesia
menunjukkan naik cepat pada
produktivitas
tenaga kerja
tahun 2015, Indonesia
yaitu naikpersen,
sebesar 4,96 cepat kemudian
pada tahun 2015, pada
melambat yaitutahun
sebesar
2016.4,96
Padapersen,
tahun 2017
kemudian
pertumbuhanmelambat
produktivitaspada tahun
tenaga kerja2016. Padakembali
Indonesia tahun mengalami
2017 pertumbuhan
percepatan setiap
produktivitas tenaga kerja Indonesia kembali mengalami percepatan setiap
tahunnya, hingga tahun 2019 mencapai pertumbuhan sebesar 3,56 persen.
tahunnya, hingga tahun 2019 mencapai pertumbuhan sebesar 3,56 persen.
Berdasarkan data The Conference Board, pertumbuhan produktivitas tenaga kerja yang cepat
Berdasarkan data The Conference Board, pertumbuhan produktivitas tenaga kerja
pada tahun
yang cepat 2015
padadisebabkan
tahun 2015oleh pertumbuhan
disebabkan olehjumlah tenaga kerja
pertumbuhan yangtenaga
jumlah lebih lambat
kerja dari
yang lebih lambat
pertumbuhan Produk dari pertumbuhan
Domestik Bruto (PDB)Produk Domestik
pada tahun tersebut.Bruto (PDB)2015,
Pada tahun padaPDBtahun
tumbuh
tersebut. Pada tahun 2015, PDB tumbuh 4,88 persen, 0,13 persen lebih lambat
4,88 persen, 0,13 persen lebih lambat dibanding pertumbuhan PDB pada tahun 2014 sebesar
5,01 persen. Sedangkan pertumbuhan tenaga kerja pada tahun 2015 sebesar 0,39 persen, 1,27
persen lebih lambat dibanding
PENGUKURANpertumbuhan tenagaKERJA
PRODUKTIVITAS TENAGA kerja tahun 2014
NASIONAL, yang
REGIONAL, sebesar
DAN SEKTORAL1,66
2019persen.
21
Berdasarkan data The Conference Board, pertumbuhan produktivitas tenaga kerja yang cepat
pada tahun 2015 disebabkan oleh pertumbuhan jumlah tenaga kerja yang lebih lambat dari
pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun tersebut. Pada tahun 2015, PDB tumbuh
4,88 persen, 0,13
dibanding persen lebih lambat
pertumbuhan dibanding
PDB pada tahunpertumbuhan PDB5,01
2014 sebesar padapersen.
tahun 2014 sebesar
Sedangkan
pertumbuhan
5,01 tenaga
persen. Sedangkan kerja pada
pertumbuhan tahun
tenaga kerja2015
padasebesar 0,39
tahun 2015 persen,
sebesar 0,391,27 persen
persen, 1,27
lebih lambat dibanding pertumbuhan tenaga kerja tahun 2014 yang sebesar 1,66
persen lebih lambat dibanding pertumbuhan tenaga kerja tahun 2014 yang sebesar 1,66 persen.
persen.
Gambar 2.6
Produktivitas per jam Indonesia juga tumbuh positif setiap tahun. Data terakhir
tahun 2019
Produktivitas permenunjukkan percepatan
jam Indonesia juga pertumbuhan
tumbuh positif produktivitas
setiap tahun. Data terakhir per
tahunjam
2019
Indonesia, yaitu tumbuh sebesar 3,56 persen dibanding pertumbuhan tahun
menunjukkan percepatan pertumbuhan produktivitas per jam Indonesia, yaitu tumbuh sebesar
3,56 sebelumnya yangpertumbuhan
persen dibanding hanya mencapai 3,13
tahun persen. Berdasarkan
sebelumnya yang hanya data The Conference
mencapai 3,13 persen.
Board, pertumbuhan produktivitas tenaga kerja maupun produktivitas
Berdasarkan data The Conference Board, pertumbuhan produktivitas tenaga kerja permaupun
jam
Indonesia periode 2018-2019 berada pada urutan ke-9 dibandingkan dengan
produktivitas per jam Indonesia periode 2018-2019 berada pada urutan ke-9 dibandingkan
17 negara Asia yang tercakup. Sementara dibandingkan 8 negara ASEAN yang
dengan 17 negara Asia yang tercakup. Sementara dibandingkan 8 negara ASEAN yang tercakup,
tercakup, Indonesia berada pada urutan ke-5.
Indonesia berada pada urutan ke-5.
Gambar 2.7
Upaya meningkatkan produktivitas selain dari internal suatu bangsa, yaitu melalui
kebijakan pemerintah dalam negeri dan kerjasama berbagai sektor perekonomian
serta masyarakat juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, salah satunya adalah
penilaian dunia global. Penilaian ini menunjukkan posisi kemampuan bersaing
atau daya saing suatu negara dalam perekonomian secara global. Salah satu
organisasi yang secara rutin mengukur indeks daya saing global yang dikenal
dengan istilah Global Competitiveness Index (GCI) adalah World Economic Forum
(WEF).
Menurut WEF dalam The Global Competitiveness Report 2019, skor daya saing
Indonesia pada tahun 2019 sebesar 64,6 dan menempati peringkat 50 dari 141
negara yang tercakup. Peringkat daya saing Indonesia tahun 2019 ini menurun
dibanding tahun 2018 yang menempati peringkat 45 dari 140 negara yang
tercakup. Sementara itu, di antara sembilan negara ASEAN yang tercatat dalam
GCI, daya saing Indonesia pada tahun 2019 menduduki posisi keempat. Gambar
2.8 menunjukkan capaian Indonesia pada 12 pilar daya saing global. Berdasarkan
hasil tersebut, performa yang cukup signifikan masih ditunjukkan oleh pilar
stabilitas makroekonomi dengan skor yang sama dengan tahun sebelumnya, yaitu
90. Pilar berikutnya yang memiliki performa yang cukup baik juga ditunjukkan
oleh pilar ukuran pasar dengan skor 82, dari skala 0 hingga 100. Pilar ukuran pasar
ini tidak hanya memiliki skor tinggi tetapi juga memiliki peringkat yang sangat
tinggi , yaitu peringkat 7 dari 140 negara lainnya.
Pilar dengan peringkat tinggi tapi skor rendah dapat menjadi potensi yang perlu
lebih ditingkatkan lagi. Artinya, secara global sudah dapat bersaing, tapi skor
perluPilar dengan peringkat tinggi tapi skor rendah dapat menjadi potensi yang perlu lebih
ditingkatkan lagi untuk mencapai daya saing yang lebih tinggi, terutama
ditingkatkan lagi. Artinya, secara global sudah dapat bersaing, tapi skor perlu ditingkatkan lagi untuk
dalam rangka mengantisipasi perkembangan pilar yang sama di negara lain
mencapai daya saing yang lebih tinggi, terutama dalam rangka mengantisipasi perkembangan pilar
pada era yang semakin berkembang kedepannya. Sedangkan pada kondisi
yang sama di negara lain pada era yang semakin berkembang kedepannya. Sedangkan pada kondisi
sebaliknya, yaitu skor tinggi tapi peringkat rendah, ini merupakan tantangan bagi
sebaliknya, yaitu skor tinggi tapi peringkat rendah, ini merupakan tantangan bagi Indonesia untuk
Indonesia untuk mempertahankan skor tinggi tersebut dan terus berupaya untuk
mempertahankan skor tinggi tersebut dan terus berupaya untuk meningkatkannya agar dapat
meningkatkannya agar dapat mencapai target skor tertinggi, yaitu 100.
mencapai target skor tertinggi, yaitu 100.
Gambar 2.8
64 71
Pilar 9 : Sistem Keuangan Pilar 5 : Kesehatan
58 64
58
Pilar 8 : Pasar Tenaga Kerja Pilar 6 : Keahlian
Skor daya
PENGUKURAN saing nasional
PRODUKTIVITAS TENAGAmerupakan rata-rata
KERJA NASIONAL, aritmatik
REGIONAL, dari 2019
DAN SEKTORAL semua pilarnya sehingga
24 perbaikan yang serius pada pilar kemampuan inovasi dapat meningkatkan daya saing nasional. Selain
pilar kemampuan inovasi, pilar penerapan ICT juga memerlukan perhatian yang serius. Penurunan
rendah, yaitu 38. Skor pilar ini sangat jauh dibanding batas skor maksimum,
yaitu 100. Kemampuan inovasi Indonesia perlu ditingkatkan dengan berbagai
kebijakan baik pada level dunia pendidikan seperti di SMK hingga pembinaan
tenaga kerja sebelum memasuki dunia kerja.
Skor daya saing nasional merupakan rata-rata aritmatik dari semua pilarnya
sehingga perbaikan yang serius pada pilar kemampuan inovasi dapat
meningkatkan daya saing nasional. Selain pilar kemampuan inovasi, pilar
penerapan ICT juga memerlukan perhatian yang serius. Penurunan skor pilar ini
pada tahun 2019 turun 6 poin dibanding tahun 2018. Penurunan skor pilar yang
paling besar diantara pilar lainnya ini menyebabkan peringkat pilar ini pada tahun
2018 pada urutan ke-50 turun 22 peringkat menjadi peringkat 72 pada tahun
2019. Penurunan skor pilar ini berkontribusi 80 persen pada total penurunan skor
besar diantara pilar lainnya ini menyebabkan peringkat pilar ini pada tahun 2018 pada urutan ke-50
semua pilar daya saing Indonesia. Penghitungan skor nasional yang dilakukan
turun 22 peringkat menjadi peringkat 72 pada tahun 2019. Penurunan skor pilar ini berkontribusi 80
tanpa penimbang atau rata-rata aritmatik menyebabkan penurunan pilar ini
persen pada total penurunan
berdampak skor semua
langsung pada pilar daya saing
penurunan skorIndonesia. Penghitungan
daya saing skor nasional
nasional sebesar 3 poin yang
dilakukan tanpa
danpenimbang atau rata-rata
sekaligus menurunkan aritmatik
peringkat menyebabkan
daya penurunan
saing nasional sebesar 5pilar ini berdampak
peringkat.
langsung pada penurunan skor daya saing nasional sebesar 3 poin dan sekaligus menurunkan
Pilar
peringkat daya utama
saing lain dalam
nasional daya
sebesar saing global Indonesia adalah dinamisme bisnis. Skor
5 peringkat.
pilar ini mencapai 69,6 dari skor 0 hingga 100. Peningkatan 0,6 poin pada skor pilar
Pilar ini
utama lain dalam
dibanding daya
tahun saing global
sebelumnya Indonesia adalah
menunjukkan dinamisme
semakin bisnis.
mudahnya Skor pilar ini
melakukan
mencapai 69,6 daridiskor
bisnis 0 hingga
Indonesia. 100. Peningkatan
Kemudahan bisnis ini0,6 poin pada
menjadi salahskor
satupilar
kunciinisukses
dibanding
bisnistahun
di Indonesia. semakin
sebelumnya menunjukkan Selain faktor-faktor penting lainnya,
mudahnya melakukan bisnis kenyamanan
di Indonesia. dalam berbisnis
Kemudahan bisnis ini
menjadi salahmenjadi daya
satu kunci tarikbisnis
sukses yang di
cukup signifikan
Indonesia. dalam
Selain mengundang
faktor-faktor minat
penting investor
lainnya, ke
kenyamanan
Indonesia.
dalam berbisnis menjadi daya tarik yang cukup signifikan dalam mengundang minat investor ke
Indonesia.
Gambar 2.9
60 66.57
57.89
40
Enforcing contracts 86.38 Getting electricity
20
47.23
0
57.27
Trading across 61.67
Registering property
borders
68.03 70
63.33
Paying taxes Getting credit
Protecting minority
investors
Sumber: Doing Business 2019 Training for Reform (Data Mei 2018)
Kemudahan bisnis di Indonesia menjadi hal yang penting untuk diamati dan diteliti lebih jauh,
diantaranya melalui Dimensi Ease of Doing Business Indonesia yang diterbitkan oleh World Bank.
Dalam ukuran pilar kemudahanPENGUKURAN
melakukan PRODUKTIVITAS
bisnis ini,TENAGA KERJA NASIONAL,
Indonesia REGIONAL,
berhasil DAN SEKTORAL
menempati 2019 ke-73
urutan
dengan capaian indeks sebesar 67,96. Walaupun turun 1 peringkat, tetapi skor capaian indeksnya
25
meningkat sebesar 1,49 poin dari tahun sebelumnya. Capaian empat dari sepuluh variabel pembentuk
Kemudahan bisnis di Indonesia menjadi hal yang penting untuk diamati dan
diteliti lebih jauh, diantaranya melalui Dimensi Ease of Doing Business Indonesia
yang diterbitkan oleh World Bank. Dalam ukuran pilar kemudahan melakukan
bisnis ini, Indonesia berhasil menempati urutan ke-73 dengan capaian indeks
sebesar 67,96. Walaupun turun 1 peringkat, tetapi skor capaian indeksnya
meningkat sebesar 1,49 poin dari tahun sebelumnya. Capaian empat dari sepuluh
variabel pembentuk Ease of Doing Business Indonesia mampu bersaing dengan
190 negara lain. Keempat dimensi tersebut adalah getting electricity (peringkat
33), resolving insolvency (peringkat 36), getting credit (peringkat 44), dan protecting
minority investors (peringkat 51). Sementara itu, tiga dimensi masih menjadi
tantangan bagi Indonesia untuk ditingkatkan, karena saat ini masih berada pada
peringkat bawah dibanding 190 negara lainnya. Tiga dimensi tersebut antara lain
enforcing contracts (peringkat 146), starting a business (peringkat 134), dan trading
accross borders (peringkat 116).
Gambar 2.10
32
30
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Sumber : www.bps.go.id
Pada tahun 2018, tenaga kerja lulusan SMK mengalami pertumbuhan sebesar
8,69 persen. Pertumbuhan ini lebih cepat dibanding tahun sebelumnya.
Sementara itu dari total tenaga kerja, tenaga kerja lulusan SMK berkontribusi
Pada tahun 2018, tenaga kerja lulusan SMK mengalami pertumbuhan sebesar 8,69 persen.
sebesar 10,40 persen pada tahun 2017. Sedangkan pada tahun 2018 kontribusi
Pertumbuhan ini lebih cepat dibanding tahun sebelumnya. Sementara itu dari total tenaga kerja,
tenaga kerja lulusan SMK terhadap total tenaga kerja meningkat menjadi 11,03
tenaga kerja lulusan SMK berkontribusi sebesar 10,40 persen pada tahun 2017. Sedangkan pada tahun
persen. Lulusan SMK yang telah memiliki keahlian khusus sesuai kejuruan yang
2018 kontribusi tenaga kerja lulusan SMK terhadap total tenaga kerja meningkat menjadi 11,03
dipelajari
persen. di SMK,
Lulusan SMK dapat
yang telah menjadi
memiliki tenaga
keahlian khusus kerja
sesuai dengan kualitas
kejuruan yang yang
dipelajari baik. Hal
di SMK,
inimenjadi
dapat dikarenakan mereka
tenaga kerja dengantelah dibekali
kualitas dengan
yang baik. keterampilan
Hal ini dikarenakan mereka yang
telah secara
dibekali nyata
dibutuhkan
dengan keterampilan diyang
dunia kerja.
secara nyataPeningkatan ini kerja.
dibutuhkan di dunia diharapkan dapat
Peningkatan memberi
ini diharapkan dampak
dapat
positif bagi percepatan produktivitas tenaga kerja di Indonesia.
memberi dampak positif bagi percepatan produktivitas tenaga kerja di Indonesia.
Gambar 2.11
1200000 1,333,018
(12,3)%
1000000 1,093,983
(8,69%)
800000
600000
400000 552,447
(5,54%)
417,280 (3,43%)
200000 337,999 (3,51%) % 316,492 (3,01%)
0
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Sebagian besar Lulusan SMK ditargetkan untuk siap terjun di dunia kerja dan wirausaha,
selebihnya adalah untuk melanjutkan ke perguruan
PENGUKURAN tinggi.
PRODUKTIVITAS PadaKERJA
TENAGA tahunNASIONAL,
2018 pemerintah
REGIONAL,menargetkan
DAN SEKTORAL 2019
75 persen lulusan SMK diterima di dunia kerja. Berdasarkan data statistik SMK, lulusan SMK tahun 27
2018 berjumlah 1.472.003 siswa. Sedangkan jumlah tenaga kerja dengan pendidikan terakhir SMK
Sebagian besar Lulusan SMK ditargetkan untuk siap terjun di dunia kerja dan
wirausaha, selebihnya adalah untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Pada tahun
2018 pemerintah menargetkan 75 persen lulusan SMK diterima di dunia kerja.
Berdasarkan data statistik SMK, lulusan SMK tahun 2018 berjumlah 1.472.003
siswa. Sedangkan jumlah tenaga kerja dengan pendidikan terakhir SMK pada
tahun 2018 bertambah 1.093.983 tenaga kerja. Jumlah ini mencapai 74,32 persen,
hampir mencapai 75 persen sesuai target pemerintah. Menurut gambar di atas,
walaupun masih terdapat selisih antara jumlah lulusan SMK dan penambahan
jumlah tenaga kerja dengan pendidikan terakhir SMK, tetapi sudah semakin kecil
dibandingkan tahun sebelumnya.
Gambar 2.12
Sumatera Utara
Banten
Bengkulu
DI Yogyakarta
DKI Jakarta
Riau
Jambi
Bali
Lampung
Kalimantan Selatan
Kalimantan Barat
Bangka Belitung
Jawa Tengah
Kepulauan Riau
Maluku Utara
Sumatera Barat
Kalimantan Utara
Kalimantan Timur
Gorontalo
Sulawesi Barat
Jawa Timur
Sumatera Selatan
Aceh
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Kalimantan Tengah
Sumber : Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Sumber : Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Rata-rata Upah Minimum Provinsi (UMP) di Indonesia tahun 2018 sebesar Rp
Rata-rata Upah
2.265.805,08. DariMinimum
34 provinsiProvinsi (UMP) di Indonesia
di Indonesia, tahun 2018 memiliki
15 di antaranya sebesar RpUMP
2.265.805,08.
di atas
Dari 34 provinsi di Indonesia, 15 di antaranya memiliki UMP di atas rata-rata
rata-rata upah minimum nasional (Gambar 2.12). DKI Jakarta adalah provinsi upah minimum nasional
(Gambar
dengan 2.12).
UMP DKItertinggi,
Jakarta adalah
yaituprovinsi
sebesar dengan UMP tertinggi,Sedangkan,
Rp 3.648.035,82. yaitu sebesar UMP
Rp 3.648.035,82.
terendah
Sedangkan,
terdapatUMP terendahDI
di Provinsi terdapat di Provinsi
Yogyakarta, DI Yogyakarta,
yaitu sebesar Rpyaitu sebesar Rp 1.454.154,15.
1.454.154,15. Upah minimum Upah
minimum nasional tahun 2018 naik Rp 191.654,00 dibanding tahun 2017. Tidak hanya nasional, UMP
di masing-masing provinsi di Indonesia juga mengalami kenaikan. Kenaikan UMP terbesar pada tahun
2018 terjadi di Provinsi Maluku Utara yaitu naik sebesar Rp 345.651,00.
PENGUKURAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA NASIONAL, REGIONAL, DAN SEKTORAL 2019
Selain pendidikan dan motivasi kerja melalui pemberian upah yang layak, peningkatan 29
produktivitas juga memerlukan dukungan dari modal atau investasi, kualitas sumber daya manusia,
nasional tahun 2018 naik Rp 191.654,00 dibanding tahun 2017. Tidak hanya
nasional, UMP di masing-masing provinsi di Indonesia juga mengalami kenaikan.
Kenaikan UMP terbesar pada tahun 2018 terjadi di Provinsi Maluku Utara yaitu
naik sebesar Rp 345.651,00.
Selain pendidikan dan motivasi kerja melalui pemberian upah yang layak,
peningkatan produktivitas juga memerlukan dukungan dari modal atau investasi,
kualitas sumber daya manusia, dan penggunaan teknologi yang mutahir dalam
proses produksi. Produktivitas tenaga kerja perlu terus ditingkatkan untuk
meningkatkan daya saing Indonesia. Upaya peningkatan produktivitas dapat
dilakukan melalui peningkatan kualitas faktor-faktor yang mempengaruhi.
Gambar 2.13
10,000
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Sumber : www.bkpm.go.id
Dalam meningkatkan
Dalam meningkatkanproduktivitas
produktivitastenaga
tenagakerja, Indonesia
kerja, terus
Indonesia memanfaatkan
terus memanfaatkan peluang yang
peluang
ada, salah satunyayang ada,investasi
adalah salah satunya adalah investasi
yang sampai yangterus
saat ini masih sampai saat ini masih
meningkat. Modalterus
atau investasi
meningkat. Modal atau investasi Indonesia tumbuh 4,1 persen pada tahun 2018
Indonesia tumbuh 4,1 persen pada tahun 2018 (y-o-y). Investasi pada tahun 2018 berjumlah 721,3
(y-o-y). Investasi pada tahun 2018 berjumlah 721,3 triliun rupiah, naik 28,5 Triliun
triliun rupiah, naik 28,5 Triliun rupiah dari tahun 2017 yang berjumlah 692,8 triliun rupiah. Investasi
Indonesia ada yang berasal dari dalam negeri (PMDN) dan dari modal asing (PMA). Dari dua jenis
investasi ini, pada tahun
PENGUKURAN 2018 TENAGA
PRODUKTIVITAS hanyaKERJA
PMDN yangREGIONAL,
NASIONAL, mengalami kenaikan,
DAN SEKTORAL 2019 sedangkan PMA mengalami
30
penurunan dibanding tahun 2017. Walaupun PMA turun hingga 8,5 persen (y-o-y), tetapi kenaikan
Indonesia tumbuh 4,1 persen pada tahun 2018 (y-o-y). Investasi pada tahun 2018 berjumlah 721,3
triliun rupiah, naik 28,5 Triliun rupiah dari tahun 2017 yang berjumlah 692,8 triliun rupiah. Investasi
Indonesia ada yang berasal dari dalam negeri (PMDN) dan dari modal asing (PMA). Dari dua jenis
investasi ini, pada tahun
rupiah dari2018
tahunhanya
2017 PMDN yang mengalami
yang berjumlah kenaikan,
692,8 triliun rupiah.sedangkan PMA mengalami
Investasi Indonesia
ada yang berasal dari dalam negeri (PMDN) dan dari modal
penurunan dibanding tahun 2017. Walaupun PMA turun hingga 8,5 persen (y-o-y), tetapi asing (PMA). Darikenaikan
dua jenis investasi ini, pada tahun 2018 hanya PMDN yang mengalami kenaikan,
PMDN yang mencapai
sedangkan 25,3PMA persen (y-o-y) cukup
mengalami untukdibanding
penurunan menaikkan total2017.
tahun investasi di Indonesia
Walaupun PMA tahun
2018. Namun dariturun
sisihingga 8,5 persen
kontribusi, total(y-o-y), tetapi
investasi kenaikan
dari PMDNtetap
PMA masih yanglebih
mencapai
besar25,3 persen
dari PMDN. Pada
(y-o-y) cukup untuk menaikkan total investasi di Indonesia tahun 2018. Namun
tahun 2018 nilai PMA mencapai 392,7 triliun rupiah, mengalami penurunan dari tahun sebelumnya
dari sisi kontribusi, total investasi dari PMA masih tetap lebih besar dari PMDN.
yang mencapaiPada328,6tahun
triliun2018
rupiah
nilai(Gambar 2.14). 392,7 triliun rupiah, mengalami penurunan
PMA mencapai
dari tahun sebelumnya yang mencapai 328,6 triliun rupiah (Gambar 2.14).
Gambar 2.14
Pada tahun 2018, lima provinsi dengan penyaluran investasi terbesar pada PMDN
adalah empat provinsi di pulau Jawa dan provinsi Kalimantan Timur. Empat
provinsi yang berada di Pulau Jawa tersebut adalah DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa
Barat, dan Jawa Tengah. DKI Jakarta merupakan provinsi penerima PMDN terbesar,
dengan nilai mencapai 49,1 triliun rupiah. Sementara itu, untuk penyaluran PMA
pada tahun 2018 tidak jauh berbeda dengan penyaluran PMDN. Lima provinsi
Gambar 2.15
200
100
0
Jawa 2017 2018 Luar Jawa
Sumber : Paparan Realisasi Penanaman Modal PMDN dan PMA oleh BKPM
PadaKetimpangan
tahun 2018, penyaluran investasi
lima provinsi denganini menjadi investasi
penyaluran tantanganterbesar
tersendiri
padabagi
PMDN adalah
produktivitas tenaga kerja di Indonesia, produktivitas tenaga kerja nasional tidak
empat provinsi di pulau Jawa dan provinsi Kalimantan Timur. Empat provinsi yang berada di Pulau
berdiri sendiri melainkan dihasilkan dari produktivitas tenaga kerja di seluruh
Jawa tersebut adalah
wilayah di DKI Jakarta,Produktivitas
Indonesia. Jawa Timur,yang
Jawasangat
Barat, tinggi
dan Jawa Tengah.
di satu DKI Jakarta
sisi tetapi sangat merupakan
rendah PMDN
provinsi penerima di sisi yang lain dengan
terbesar, dapat menurunkan produktivitas
nilai mencapai tenaga
49,1 triliun rupiah.kerja secara itu, untuk
Sementara
nasional. Oleh karena itu upaya pemerataan pembangunan di seluruh wilayah
penyaluran PMA pada tahun 2018 tidak jauh berbeda dengan penyaluran PMDN. Lima provinsi
Indonesia harus terus ditingkatkan, salah satunya melalui pemeratan penyaluran
penerima PMA tertinggi
investasi berada
di seluruh di Pulau
wilayah Jawa, yaitu Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, Jawa
Indonesia.
Tengah, danSelain
Jawa Timur. Jawa Barat
ketimpangan, sebagai penerima
penyaluran investasi PMA
bisa terbesar, denganoleh
juga terhambat nilai mencapai
adanya 5,5 miliar
US$. korupsi di Indonesia. Berdasarkan laporan Transparency International, Indeks
Persepsi Korupsi atau Corruption Perseptions Index (CPI) Indonesia pada tahun
Ketimpangan penyaluran
2018 berada investasi
pada peringkat ini menjadi
ke-89 dari 180 tantangan tersendiri
negara, dengan skor bagi produktivitas tenaga
38. Peringkat
Indonesia
kerja di Indonesia, meningkat tenaga
produktivitas dibanding
kerjatahun 2017,tidak
nasional yang berada
berdiri pada melainkan
sendiri peringkat 96
dihasilkan dari
dari 180 negara dan dengan peningkatan 1 poin skor CPI. Gencarnya upaya
produktivitas tenaga kerja di seluruh wilayah di Indonesia. Produktivitas yang sangat tinggi di satu sisi
pemberantasan korupsi di Indonesia menjadi salah satu faktor peningkatan
tetapi sangat rendah Hal
tersebut. di sisi
ini yang laindengan
sejalan dapat menurunkan
data World Bank produktivitas tenaga kerja
yang menunjukkan secara nasional.
kontrol
Oleh karenapemerintah
itu upayaterhadap
pemerataankorupsi meningkat pada
pembangunan tahun 2017
di seluruh dibanding
wilayah 2012. harus terus
Indonesia
Namun, skor CPI Indonesia yang masih jauh dari 100 menunjukkan Indonesia
ditingkatkan, salah satunya melalui pemeratan penyaluran investasi di seluruh wilayah Indonesia.
masih butuh usaha yang lebih giat untuk memberantas korupsi di Indonesia.
Selain modal, keterampilan sumber daya manusia yang baik juga merupakan
peluang dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Upaya peningkatan
keterampilan SDM dalam produktivitas tidak terlepas dari pengaruh sarana dan
prasarana pendidikan, pelatihan, dan kesehatan. Salah satu indikator keberadaan
sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan adalah jumlah Balai Latihan Kerja
(BLK).
Pada tahun 2019, jumlah BLK yang tersebar di seluruh Indonesia berjumlah 309
BLK, bertambah 2 BLK dibanding tahun 2018 yang berjumlah 307 BLK. Seluruh
provinsi di Indonesia sudah mempunyai BLK. Pada tahun 2019 ini, jumlah BLK
terbanyak berada di Provinsi Jawa tengah dengan jumlah BLK sebanyak 32.
Sedangkan provinsi dengan jumlah BLK paling sedikit adalah Provinsi Kalimantan
Utara, Kepulauan Bangka Belitung, dan Maluku Utara dengan jumlah BLK masing-
masing sebanyak 2 BLK. Penambahan jumlah BLK di Indonesia menjadi peluang
untuk lebih meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Namun, bagi masing-
masing provinsi, keberadaan jumlah BLK menjadi tantangan tersendiri untuk
lebih meningkatkan produktivitasnya. Persaingan antar daerah dalam mencetak
tenaga kerja berkualitas menghadirkan iklim yang sehat dalam semangat
peningkatan produktivitas tenaga kerja nasional.
Gambar 2.16
KALIMANTAN BARAT
GORONTALO
ACEH
RIAU
SUMATERA BARAT
KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN TENGAH
BALI
SUMATERA SELATAN
BANTEN
LAMPUNG
DI YOGYAKARTA
BENGKULU
KALIMANTAN TIMUR
PAPUA BARAT
KALIMANTAN UTARA
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
SULAWESI TENGAH
SULAWESI SELATAN
SUMATERA UTARA
PAPUA
DKI JAKARTA
MALUKU
SULAWESI BARAT
MALUKU UTARA
KEPULAUAN RIAU
JAWA BARAT
SULAWESI TENGGARA
SULAWESI UTARA
Sumber : http://w2ww.binalattas.info
Sebagai penghasil SDM, kualitas dan akses Balai Latihan Kerja (BLK) terus ditingkatkan oleh
Pemerintah. Salah satu wujud upaya tersebut adalah melalui Keputusan Menteri Ketenagakerjaan
PENGUKURAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA NASIONAL, REGIONAL, DAN SEKTORAL 2019
Nomor 23 Tahun 2017 yang diterbitkan pada 13 Februari 2017. Keputusan Menteri ini memuat 33
tentang Reorientasi, Revitalisasi, dan Rebranding (3R) Balai Latihan Kerja di Balai Besar Pengembangan
Sebagai penghasil SDM, kualitas dan akses Balai Latihan Kerja (BLK) terus
ditingkatkan oleh Pemerintah. Salah satu wujud upaya tersebut adalah melalui
Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 23 Tahun 2017 yang diterbitkan pada
13 Februari 2017. Keputusan Menteri ini memuat tentang Reorientasi, Revitalisasi,
dan Rebranding (3R) Balai Latihan Kerja di Balai Besar Pengembangan Latihan
Kerja yang merupakan pusat pengembangan kejuruan. Hingga awal tahun 2019,
program 3R ini telah diimplementasikan pada 5 BLK di 5 sektor dan wilayah yang
berbeda.
Gambar 3.1
70-74
60-64
50-54
40-44
30-34
20-24
10-14
0-4
75 50 25 00 25 50 75
perempuan laki-laki
Penduduk usia produktif (15-64 tahun) pada tahun 2018 berjumlah 179,13 juta
jiwa. Jumlah ini dua kali lipat lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk usia
0-14 tahun dan 65 tahun ke atas yang hanya berjumlah 85,89 juta jiwa. Bonus
demografi Indonesia terus bertambah walaupun dengan pertumbuhan yang
terus melambat. Pada tahun 2018, bonus demografi Indonesia bertambah
sebanyak 2,32 juta jiwa dibanding tahun 2017.
Gambar 3.2
Penduduk Indonesia terus tumbuh, namun melambat 0,04 persen setiap tahunnya. Pada
tahun 2018 jumlah pendudukPENGUKURAN
IndonesiaPRODUKTIVITAS
tumbuh sebesar 1,19NASIONAL,
TENAGA KERJA persen,REGIONAL,
sedangkan tahun 2017
DAN SEKTORAL 2019 jumlah
39
penduduk Indonesia tumbuh 1,23 persen. Kondisi ini berbeda dengan pertumbuhan angkatan kerja
Bonus demografi yang terus meningkat ditandai dengan meningkatnya jumlah
angkatan kerja dan jumlah tenaga kerja dari tahun 2013 sampai 2018. Peningkatan
angkatan kerja dan tenaga kerja pada rentang periode tersebut berjalan selaras.
Hal ini sejalan dengan jumlah penduduk Indonesia yang juga terus mengalami
peningkatan. Pada tahun 2018 penduduk Indonesia berjumlah 265,02 juta jiwa,
dengan jumlah angkatan kerja mencapai 131,01 juta jiwa serta jumlah tenaga
kerja mencapai 124 juta jiwa (Gambar 3.2).
Gambar 3.3
Sumber : www.bps.go.id
Tingkat kesempatan kerja (TKK) tahun 2018 meningkat lebih cepat jika dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Tren kenaikan TKK ini sudah terlihat sejak tahun 2012 (Gambar 3.4). Pada tahun
2012 tingkat kesempatan kerja Indonesia sebesar 93,87 persen, tahun 2018 meningkat menjadi 94,66
persen. PENGUKURAN
Tingkat kesempatan kerja
PRODUKTIVITAS Indonesia
TENAGA tahun REGIONAL,
KERJA NASIONAL, 2018 mengalami peningkatan
DAN SEKTORAL 2019 sebesar 0,16 persen
40dibanding tahun sebelumnya sebesar 94,50 persen. Peningkatan TKK 2018 ini lebih besar dari TKK
2017 yang meningkat 0,11 persen.
2015 2016 2017 2018
penduduk (ribu orang angkatan kerja (juta orang) tenaga kerja
Tingkat kesempatan
Tingkat kerja (TKK)
kesempatan kerjatahun 2018
(TKK) meningkat
tahun 2018lebih cepat jika lebih
meningkat dibandingkan
cepat dengan
jika
dibandingkan
tahun sebelumnya. denganTKK
Tren kenaikan tahun sebelumnya.
ini sudah Trentahun
terlihat sejak kenaikan
2012TKK ini sudah
(Gambar terlihat
3.4). Pada tahun
sejak tahun 2012 (Gambar 3.4). Pada tahun 2012 tingkat kesempatan kerja
2012 tingkat kesempatan kerja Indonesia sebesar 93,87 persen, tahun 2018 meningkat menjadi 94,66
Indonesia sebesar 93,87 persen, tahun 2018 meningkat menjadi 94,66 persen.
persen. Tingkat kesempatan kerja Indonesia tahun 2018 mengalami peningkatan sebesar 0,16 persen
Tingkat kesempatan kerja Indonesia tahun 2018 mengalami peningkatan sebesar
dibanding tahun sebelumnya
0,16 persen sebesar
dibanding 94,50
tahun persen. Peningkatan
sebelumnya TKK persen.
sebesar 94,50 2018 ini Peningkatan
lebih besar dari
TKKTKK
2017 yang meningkat 0,11besar
2018 ini lebih persen.
dari TKK 2017 yang meningkat 0,11 persen.
Gambar 3.4
94.80 94.66
94.60 94.50
94.39
94.40
94.20 94.06
94.00 93.87 93.83
93.80
93.82
93.60
93.40
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Gambar 3.5
2.78
9.40 Tidak/belum pernah sekolah
12.77
Tidak/belum tamat SD
11.03
SD
SLTP
25.21 SLTA Umum/SMU
18.01
SLTA Kejuruan/SMK
Akademi/Diploma
18.08
Universitas
Sumber : www.bps.go.id
Kualitas tenaga kerja Indonesia mengalami peningkatan dari sisi pendidikan terakhir yang
Kualitas tenaga kerja Indonesia mengalami peningkatan dari sisi pendidikan
ditamatkan. Walaupun
terakhir tenaga kerjaWalaupun
yang ditamatkan. Indonesia tenaga
pada tahun
kerja2018 masih pada
Indonesia didominasi
tahunoleh
2018tamatan
sekolahmasih didominasi
dasar (Gambar oleh
3.5), tapitamatan sekolah
persentasenya dasar
terus (Gambar
menurun dari3.5), tapikepersentasenya
tahun tahun. Hal yang sama
terus menurun dari tahun ke tahun. Hal yang sama terjadi juga dengan tenaga
terjadi juga dengan tenaga kerja yang tidak/belum pernah sekolah dan tidak/belum tamat SD.
kerja yang tidak/belum pernah sekolah dan tidak/belum tamat SD. Sementara itu,
Sementara itu, persentase jumlah tenaga kerja tamatan tingkat pendidikan lainnya, yaitu dari SMP
persentase jumlah tenaga kerja tamatan tingkat pendidikan lainnya, yaitu dari
hingga universitas
SMP hingga mengalami peningkatan.
universitas mengalami peningkatan.
Peningkatan persentase
Peningkatan persentasejumlah tenaga
jumlah kerjakerja
tenaga tertinggi terjadi terjadi
tertinggi pada tingkat
pada pendidikan
tingkat SMK
denganpendidikan SMK 0,63
kenaikan sebesar dengan kenaikan
persen, sebesar
dari 10,4 persen0,63
padapersen, dari 10,4
2017 menjadi 11,03persen
persenpada
pada 2018.
2017 menjadi 11,03 persen pada 2018. Peningkatan persentase jumlah tenaga
Peningkatan persentase jumlah tenaga kerja tertinggi kedua terjadi pada tingkat SMA, dengan
kerja tertinggi kedua terjadi pada tingkat SMA, dengan kenaikan 0,55 persen, dari
kenaikan 0,55pada
17,46 persen, darimenjadi
2017 17,46 pada 2017
18,01 menjadi
persen pada18,01
2018.persen pada 2018.
Sedangkan, Sedangkan,
persentase persentase
jumlah
tenaga kerja tamatan SMP, Akademi/Diploma, dan Universitas hanya mengalami
sedikit kenaikan, masing-masing dengan kenaikan 0,14 persen, 0,06 persen, dan
0,04 persen.
Gambar 3.6
Produktivitas Tenaga Kerja (Juta Rupiah per Tenaga Kerja per Tahun)
Persentase Tenaga Kerja dengan Pendidikan SMA ke Atas, 2011-2018
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Produktivitas Tenaga Kerja Tenaga Kerja dengan Pendidikan SMA ke Atas (%)
Sumber: BPS, hasil olah Produk Domestik Bruto (PDB) dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)
Produktivitas jamkerja
Produktivitas jam kerja sejak
sejak tahun
tahun 20112011
hinggahingga 2018 cenderung
2018 cenderung mengalamimengalami
trend meningkat,
trend meningkat, kecuali pada tahun 2014 (Gambar 3.7). Hal ini disebabkan
kecuali pada tahun 2014 (Gambar 3.7). Hal ini disebabkan capaian produktivitas jam kerja yang
capaian produktivitas jam kerja yang meningkat cukup besar pada tahun 2013,
meningkat
yaitucukup besarsebesar
tumbuh pada tahun
11,792013, yaituProduktivitas
persen. tumbuh sebesar
per 11,79 persen.
jam pada Produktivitas
tahun 2014 tidakper jam
mampu
pada tahun 2014melampaui capaian
tidak mampu produktivitas
melampaui yang tinggiyang
capaian produktivitas di tahun
tinggi2013.
di tahun 2013.
Gambar 3.7
Sumber: BPS, hasil olah Produk Domestik Bruto (PDB) dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)
Peraturan mengenai jam kerja juga diatur secara khusus oleh pemerintah, yaitu tertuang
Peraturan mengenai jam kerja juga diatur secara khusus oleh pemerintah, yaitu
dalam tertuang
Undang-Undang
dalamNo.13 tahun 2003 tentang
Undang-Undang ketenagakerjaan.
No.13 tahun Pada ketenagakerjaan.
2003 tentang pasal 77 ayat 1 ,UU No.
13/2003 mewajibkan
Pada setiap
pasal 77 ayatpengusaha
1 ,UU No.untuk melaksanakan
13/2003 ketentuan
mewajibkan jampengusaha
setiap kerja yang diatur
untukdalam 2
sistem,melaksanakan
yaitu : ketentuan jam kerja yang diatur dalam 2 sistem, yaitu :
• 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja
7dalam
jam kerja dalam 1atau
1 minggu; hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1
• minggu;
8 jam kerja
ataudalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja
dalam 1 minggu
8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1
Kedua sistem tersebut dibedakan berdasarkan jumlah hari kerja, yaitu selama 5
minggu
dan 6 hari kerja. Sedangkan batasan jam kerja dalam seminggu tetap, yaitu 40 jam
dalam
Kedua 1sistem
minggu. Apabila
tersebut tenagaberdasarkan
dibedakan kerja bekerja melebihi
jumlah ketentuan
hari kerja, waktu 5kerja
yaitu selama dan 6 hari
tersebut, maka kelebihan jam kerja dianggap sebagai waktu kerja lembur. Pekerja
kerja. Sedangkan batasan jam kerja dalam seminggu tetap, yaitu 40 jam dalam 1 minggu. Apabila
atau buruh yang bekerja mendapat tugas lembur berhak atas upah lembur.
tenaga kerja bekerja melebihi ketentuan waktu kerja tersebut, maka kelebihan jam kerja dianggap
sebagai waktu kerja lembur. Pekerja atau buruh yang bekerja mendapat tugas lembur berhak atas
PENGUKURAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA NASIONAL, REGIONAL, DAN SEKTORAL 2019
44
upah lembur.
Gambar 3.8
38.53
Sumber: BPS, hasil olah Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2011-2018
Rata-rata jam kerja seminggu pekerja di Indonesia sejak 2011 sampai 2018 masih sekitar 40
jamRata-rata
seminggu jam(Gambar
kerja3.8). Pada tahun
seminggu 2018,dirata-rata
pekerja jam sejak
Indonesia kerja per
2011minggu sebanyak
sampai 39,87 jam.
2018 masih
sekitar
Jumlah 40 jam
ini turun 0,6 seminggu (Gambar
jam dibanding 3.8).yang
tahun 2017 Pada tahunrata-rata
memiliki 2018, rata-rata
jam kerjajam kerja sebesar
seminggu per
minggu sebanyak 39,87 jam. Jumlah ini turun 0,6 jam dibanding tahun 2017 yang
40,47 jam. Secara umum, penurunan jam kerja ini menunjukkan semakin baiknya kinerja tenaga kerja
memiliki rata-rata jam kerja seminggu sebesar 40,47 jam. Secara umum, penurunan
Indonesia karena
jam kerja dengan rata-ratasemakin
ini menunjukkan jam kerjabaiknya
yang lebih sedikit
kinerja mampu
tenaga menghasilkan
kerja Indonesiaoutput
karenayang
dengan rata-rata jam kerja yang lebih sedikit mampu menghasilkan output yang
lebih tinggi.
lebih tinggi.
Berdasarkan
Berdasarkan datadata Sakernas
Sakernas yangdihasilkan
yang dihasilkanBPS,
BPS,Persentase
Persentase tenaga
tenaga kerja
kerjaIndonesia
Indonesiayang
yangdibekerja
bekerja di atas
atas 40 jam pada40 jam2018
tahun padamengalami
tahun 2018 mengalami
penurunan penurunan
dari tahun dari Penurunan
sebelumnya. tahun
sebelumnya. Penurunan yang terjadi pada tahun 2018 ini lebih besar dari tahun
yangsebelumnya,
terjadi pada tahun
yaitu2018
0,45inipersen.
lebih besar dari tahun
Pada tahun sebelumnya, yaitu 0,45penurunannya
2017 persentase persen. Pada tahun
hanya
2017 mencapai
persentase 0,21 persen.
penurunannya Sebaliknya,
hanya mencapai jumlahSebaliknya,
0,21 persen. tenaga kerjajumlahyang
tenagabekerja
kerja yang
kurang dari 40 jam seminggu tumbuh melambat dibanding tahun sebelumnya,
bekerja
yaitukurang dari 40 pada
0,46 persen jam seminggu
tahun 2017 tumbuh melambat
menjadi dibanding
0,1 persen tahun sebelumnya,
di tahun yaitu 0,46
2018. Sementara
itu, pada
persen persentase jumlah
tahun 2017 tenaga
menjadi kerjadi yang
0,1 persen tahun bekerja rata-rata
2018. Sementara itu,40 jam perjumlah
persentase minggu tenaga
pada tahun 2018 meningkat 0,34 persen. Kondisi ini menunjukkan perbaikan/
kerja yang bekerja rata-rata 40 jam per minggu pada tahun 2018 meningkat 0,34 persen. Kondisi ini
peningkatan produktivitas dan tenaga kerja di Indonesia.
menunjukkan perbaikan/peningkatan produktivitas dan tenaga kerja di Indonesia.
Pemenuhan kondisi jam kerja ideal selama 40 jam tidak tertangkap pada
penghitungan produktivitas tenaga kerja. Namun, kondisi ini dapat terlihat pada
pengukuran produktivitas ekuivalen tenaga kerja (ETK) atau yang dikenal juga
sebagai produktivitas tenaga kerja penuh. Tujuan penghitungan produktivitas
tenaga kerja penuh adalah untuk melihat efisiensi tenaga kerja di Indonesia
dalam menghasilkan output.
25.29
27.61 28.37 28.6 29.5 28.32 27.98 27.9
5.72
5.09 5 5.92 6.58 6.79 6.54 6.88
16.95
17.28 17.51 16.86 16.88 16.79 16.41 16.62
13.73
14.09 13.73 13.81 13.08 13.95 13.58 14.12
9.68
7.97 7.95 7.89 7.66 8.05 8.68 8.59
4.61 5.03 9.69 4.72 3.85 4.47 5.05 4.49
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
<10jam 10-19 jam 20-29 jam 30-39 jam 40 jam 41-50 jam >50 jam
Sumber: BPS, hasil olah Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2011-2018
Produktivitas
Pemenuhan tenaga
kondisikerja
jam dan
kerjaproduktivitas
ideal selama 40tenaga kerjatertangkap
jam tidak penuh dibedakan oleh
pada penghitungan
penghitungan jumlah tenaga kerja berdasarkan jumlah jam kerja selama satu
produktivitas tenaga kerja. Namun, kondisi ini dapat terlihat pada pengukuran produktivitas ekuivalen
minggu. Pada produktivitas tenaga kerja, seseorang dalam satu minggu bekerja
tenaga kerja (ETK) atau yang dikenal juga sebagai produktivitas tenaga kerja penuh. Tujuan
minimal 1 jam berturut turut maka ia terhitung sebagai 1 tenaga kerja. Sementara
penghitungan produktivitas tenaga
itu, pada produktivitas tenaga kerja
kerja penuh
penuhadalah untukyang
seseorang melihat efisiensi
bekerja tenaga
selama 40kerja
jam di
selama dalam
Indonesia seminggu baru terhitung
menghasilkan output. sebagai 1 tenaga kerja penuh. Jika seseorang
bekerja kurang dari 40 jam seminggu maka seseorang tersebut dihitung sebagai
kurang dari 1 tenaga
Produktivitas kerja penuh,
tenaga danproduktivitas
kerja dan sebaliknya. Dengan
tenaga demikian,
kerja penuh efisiensi tenaga
dibedakan oleh
kerja dapatjumlah
penghitungan terjaditenaga
jika produktivitas tenaga
kerja berdasarkan kerjajam
jumlah penuh
kerja lebih
selamatinggi
satu dibanding
minggu. Pada
produktivitas tenaga kerja. Hal ini disebabkan oleh kemampuan menghasilkan
produktivitas tenaga kerja, seseorang dalam satu minggu bekerja minimal 1 jam berturut turut maka
output yang sama dengan penggunaan jam kerja yang lebih sedikit.
ia terhitung sebagai 1 tenaga kerja. Sementara itu, pada produktivitas tenaga kerja penuh seseorang
Gambar 3.10
yang bekerja selama 40 jam selama seminggu baru terhitung sebagai 1 tenaga kerja penuh. Jika
Produktivitas
seseorang bekerja kurang dariTenaga Kerja danmaka
40 jam seminggu Produktivitas
seseorangTenaga
tersebutKerja Penuh
dihitung sebagai kurang dari
(Juta Rupiah per Tenaga Kerja per Tahun), 2011-2018
1 tenaga
90
kerja penuh, dan sebaliknya. Dengan demikian, efisiensi tenaga kerja dapat terjadi jika
84.07 84.34
78.23 79.68 78.54 81.91 80.96
80
produktivitas tenaga kerja penuh lebih
72.33 75.1tinggi
74.72dibanding
73.14 75.82
produktivitas tenaga kerja. Hal ini disebabkan
70 67.37 65.78 68.37 67.17
oleh kemampuan
60 menghasilkan output yang sama dengan penggunaan jam kerja yang lebih sedikit.
50
40
30
20
10
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Pada tahun 2018, produktivitas tenaga kerja penuh mencapai 84,34 juta rupiah per tenaga
kerja perPENGUKURAN
tahun. Produktivitas iniTENAGA
PRODUKTIVITAS tumbuh 4,17
KERJA persenREGIONAL,
NASIONAL, dari tahun
DANsebelumnya
SEKTORAL 2019yang mencapai 80,96
46
juta rupiah per tenaga kerja per tahun. Pertumbuhan ini lebih cepat jika dibanding tahun 2017 yang
Pada tahun 2018, produktivitas tenaga kerja penuh mencapai 84,34 juta rupiah per
tenaga kerja per tahun. Produktivitas ini tumbuh 4,17 persen dari tahun sebelumnya
yang mencapai 80,96 juta rupiah per tenaga kerja per tahun. Pertumbuhan ini lebih
cepat jika dibanding tahun 2017 yang tumbuh melambat 3,08 persen. Gambar 3.10
menunjukkan bahwa nilai produktivitas tenaga kerja penuh sejak 2011 hingga 2017
selalu lebih rendah dari produktivitas tenaga kerja, kecuali tahun 2013. Meskipun
demikian, sejak tahun 2015 selisihnya semakin mengecil.
Produktivitas tenaga kerja Indonesia semakin membaik di tahun 2018. Hal ini
tercermin dari nilai produktivitas tenaga kerja penuh Indonesia melampaui nilai
produktivitas tenaga kerja. Kondisi ini belum pernah terjadi sejak tahun 2014.
Produktivitas tenaga kerja penuh pada tahun 2018 lebih tinggi 0,27 juta rupiah
per tenaga kerja per tahun dibanding produktivitas tenaga kerja. Ini menunjukkan
peningkatan dari kinerja tenaga kerja Indonesia yang mampu bekerja dengan
lebih efisien.
Revolusi industri 4.0 menjadi tantangan tersendiri bagi daya saing tenaga
kerja Indonesia saat ini. Revolusi industri 4.0 tidak sekedar menjadi isu nasional
tetapi dunia dan terus berkembang. Kualitas tenaga kerja saat ini tidak hanya
dituntut dari sisi pendidikan, tetapi juga penguasaan teknologi dan kemampuan
menggunakan media digital dalam dunia kerja. Makin pesatnya kemajuan
teknologi yang diterapkan dalam dunia usaha dan industri akan semakin
mendorong efisiensi produksi. Kondisi ini mengharuskan tenaga kerja untuk
semakin menguasai teknologi informasi digital.
Gambar 3.11
Gambar 3.12
64
62 62
60 60
60 59
58
56 57
54
52
2014 2015 2016 2017 2018
Sumber
Sumber : IMD: 2018
IMD 2018
Digital Digital
competitiveness diukurdiukur
competitiveness dari dari
tiga tiga
faktor, yaitu
faktor, knowledge,
yaitu knowledge,technology, dan future
technology, dan
future
diness. Faktor readiness.
knowledge Faktor knowledge
bertujuan bertujuan
melihat aset keilmuanmelihat aset keilmuan
dari sumber dari sumber
daya manusia suatu negara
daya manusia suatu negara dalam menemukan, memahami, dan mempelajari
am menemukan, memahami, dan mempelajari teknologi baru. Faktor technology bertujuan
teknologi baru. Faktor technology bertujuan melihat keberadaan sarana dan
lihat keberadaan sarana
prasarana dan
yang prasarana
dapat yangpengembangan
mendukung dapat mendukung pengembangan
dan penerapan danbaru
teknologi penerapan
nologi baru tersebut. Sedangkan, faktor future readiness bertujuan untuk melihat kesiapan suatu
ara dalam melakukan transformasi digital di masa yang akan datang. Pada tahun 2018, ranking
PENGUKURAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA NASIONAL, REGIONAL, DAN SEKTORAL 2019
48penyusun digital competitiveness Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan negara
p faktor
dalam menemukan, memahami, dan mempelajari teknologi baru. Faktor technology bertujuan
melihat keberadaan sarana dan prasarana yang dapat mendukung pengembangan dan penerapan
teknologi baru tersebut. Sedangkan, faktor future readiness bertujuan untuk melihat kesiapan suatu
tersebut. Sedangkan, faktor future readiness bertujuan untuk melihat kesiapan
negara dalam melakukan
suatu negaratransformasi digital di
dalam melakukan masa yangdigital
transformasi akan datang.
di masa Pada
yang tahun 2018, ranking
akan datang.
tiap faktor penyusun digital2018,
Pada tahun competitiveness
ranking tiapIndonesia masih rendah
faktor penyusun jika dibandingkan
digital competitiveness dengan negara
Indonesia
masih rendah jika dibandingkan dengan negara lain yang tercakup, yaitu ranking
lain yang tercakup, yaitu ranking 61 (faktor knowledge), ranking 59 (faktor technology), dan ranking
61 (faktor knowledge), ranking 59 (faktor technology), dan ranking 62 (faktor future
62 (faktor futurereadiness).
readiness). Ranking
Ranking tersebut
tersebut tidak
tidak banyak
banyak berubah
berubah sejaksejak
20142014 (Gambar
(Gambar 3.13).3.13).
Gambar 3.13
64
62 62
62
61
60
58
58
58 59
56 58
57 57
54 56
52
53
2014 2015 2016 2017 2018
Potensi daya jangkau yang dimiliki generasi milenial Indonesia ini perlu
ditingkatkan dan dipertajam. Peningkatan kapasitas generasi milenial sebagai
tenaga kerja, selain penguasaan teknologi, harus juga ditingkatkan. Kapasitas
yang dimaksud seperti kapasitas berbahasa, komunikasi, budaya kerja, serta
kemampuan lainnya. Peningkatan dapat diwujudkan melalui pelatihan, kursus
dan sertifikasi. Hal ini juga selaras dengan RPJMN 2020-2024 yang menjadikan
pembangunan SDM sebagai fokus utama.
Gambar 4.1
Produktivitas Tenaga Kerja menurut Provinsi (Juta Rupiah per Tenaga Kerja), 2017-
2018
DKI JAKARTA
367.31
KALIMANTAN TIMUR
287.23
KEPULAUAN RIAU
192.77
KALIMANTAN UTARA
178.81
RIAU
165.35
PAPUA BARAT
144.78
PAPUA
89.88
INDONESIA
84.07
JAMBI
83.07
SULAWESI SELATAN
BANTEN
SULAWESI UTARA
JAWA TIMUR
SUMATERA UTARA
SUMATERA SELATAN
KEP. BANGKA BELITUNG
SULAWESI TENGGARA
KALIMANTAN TENGAH
SULAWESI TENGAH
JAWA BARAT
SUMATERA BARAT
KALIMANTAN SELATAN
BALI
ACEH
LAMPUNG
KALIMANTAN BARAT
JAWA TENGAH
SULAWESI BARAT
MALUKU UTARA
GORONTALO
D I YOGYAKARTA
BENGKULU
MALUKU
NUSA TENGGARA BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR
Sumber: BPS, hasil olah Produk Domestik Bruto (PDB) dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)
Enam daritenaga
Produktivitas tujuh provinsi
kerjatersebut mempunyai
nasional nilai produktivitas
merupakan agregatdi atas
dari100 juta rupiah per
produktivitas
tenaga kerja
tenaga perdi
kerja tahun,
leveljauh melampaui
provinsi. produktivitas
Gambar 4.1 dinasional.
bawah Dua diantaranya
masih bahkan mempunyai
menunjukkan tidak
meratanya angkakerja
produktivitas tenaga produkvitas provinsi-provinsi
yang melebihi 200 juta rupiah per di Indonesia.
tenaga Pada yaitu
kerja per tahun, tahunDKI2018,
Jakarta
dan Kalimantan Timur. Nilai produktivitas tenaga kerja kedua provinsi ini saling bersaing pada posisi
teratas nilai produktivitas tenaga kerja terbesar. Sejak tahun 2011-2015 selain 2013 nilai produktivitas
tenaga kerja Provinsi
PENGUKURAN Kalimantan
PRODUKTIVITAS TENAGATimur lebih besar
KERJA NASIONAL, dari Provinsi
REGIONAL, DKI Jakarta,
DAN SEKTORAL 2019 sedangkan tahun 2013
56 dan tiga tahun terakhir (2016 sampai 2018) nilai produktivitas tenaga kerja Provinsi DKI Jakarta
berhasil mengungguli produktivitas tenaga kerja Provinsi Kalimantan Timur. Pada tahun 2018,
27 dari 34 provinsi di Indonesia memiliki produktivitas tenaga kerja yang lebih
rendah dibanding produktivitas tenaga kerja nasional. Sehingga dapat dikatakan
tingginya produktivitas tenaga kerja nasional secara dominan merupakan
share dari 7 provinsi saja, yaitu DKI Jakarta, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau,
Kalimantan Utara, Riau, Papua Barat, dan Papua. Jumlah ini berkurang 1 dibanding
tahun 2017, yaitu provinsi Jambi yang tahun 2017 memiliki produktivitas tenaga
kerja di atas angka nasional, tapi tahun 2018 memiliki nilai produktivitas tenaga
kerja di bawah produktivitas tenaga kerja nasional.
Enam dari tujuh provinsi tersebut mempunyai nilai produktivitas di atas 100
juta rupiah per tenaga kerja per tahun, jauh melampaui produktivitas nasional.
Dua diantaranya bahkan mempunyai produktivitas tenaga kerja yang melebihi
200 juta rupiah per tenaga kerja per tahun, yaitu DKI Jakarta dan Kalimantan
Timur. Nilai produktivitas tenaga kerja kedua provinsi ini saling bersaing pada
posisi teratas nilai produktivitas tenaga kerja terbesar. Sejak tahun 2011-2015
selain 2013 nilai produktivitas tenaga kerja Provinsi Kalimantan Timur lebih
besar dari Provinsi DKI Jakarta, sedangkan tahun 2013 dan tiga tahun terakhir
(2016 sampai 2018) nilai produktivitas tenaga kerja Provinsi DKI Jakarta berhasil
mengungguli produktivitas tenaga kerja Provinsi Kalimantan Timur. Pada tahun
2018, produktivitas tenaga kerja tertinggi dicapai oleh Provinsi DKI Jakarta
sebesar 367,31 juta rupiah per tenaga kerja, sedangkan pada urutan tertinggi
kedua dicapai oleh Provinsi Kalimantan Timur sebesar 287,23 juta rupiah per
tenaga kerja.
Kondisi penurunan produktivitas tenaga kerja pada lima provinsi ini tidak ikut
serta menarik produktivitas tenaga kerja nasional ke bawah. Adanya peningkatan
produktivitas tenaga kerja pada 29 provinsi lainnya mampu meningkatkan
produktivitas tenaga kerja nasional walaupun dengan pertumbuhan yang sedikit
melambat. Peningkatan produktivitas setiap provinsi beragam. Peningkatan
terbesar, yaitu 7,57 juta rupiah per tenaga kerja tersebut dicapai oleh Provinsi
Kepulauan Riau. Produktivitas tenaga kerja Provinsi Kepulauan Riau meningkat dari
185,20 juta rupiah per tenaga kerja pada tahun 2017 menjadi 192,77 juta rupiah
per tenaga kerja pada tahun 2018. Provinsi dengan peningkatan produktivitas
terbesar kedua, yaitu sebesar 4,63 juta rupiah per tenaga kerja per tahun adalah
Provinsi DKI Jakarta. Produktivitas tenaga kerja provinsi ini pada tahun 2017
mencapai 362,68 juta rupiah per tenaga kerja per tahun dan meningkat pada
tahun 2018 menjadi 367,31 juta rupiah per tenaga kerja per tahun. Peningkatan
produktivitas tenaga kerja terbesar ke-3, sebesar 4,25 juta rupiah per tenaga kerja
Sumber : BPS,
Sumber : BPS, hasilhasil olah Produk
olah Produk DomestikDomestik
Bruto (PDB) Bruto (PDB)
dan Survei dan Kerja
Angkatan Survei Angkatan
Nasional Kerja Nasional (Sakernas)
(Sakernas)
Gambar 4.3
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Provinsi (Triliun Rupiah), 2018
3,000 2,599.17
2,500
2,000
1,500
1,000
500
0
Maluku
Bengkulu
DI Yogyakarta
Sumatera Utara
Papua
Lampung
Nusa Tenggara Barat
Banten
Kalimantan Barat
Jambi
Bali
Riau
Kalimantan Selatan
DKI Jakarta
Jawa Tengah
Bangka Belitung
Sulawesi Utara
Nusa Tenggara Timur
Sumatera Barat
Kepulauan Riau
Jawa Barat
Jawa Timur
Papua Barat
Kalimantan Timur
Gorontalo
Kalimantan Utara
Maluku Utara
Sulawesi Barat
Sulawesi Tenggara
Aceh
Sumatera Selatan
Kalimantan Tengah
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sumber : BPS
Capaian produktivitas tenaga kerja Provinsi DKI Jakarta yang tinggi ditopang oleh nilai
pendapatan domestik
PDRB Provinsi DKIregional
Jakartabrutonya (PDRB). PDRB
mendapat Provinsipaling
kontribusi DKI Jakarta tahundari
besar 2018Kota
menurut harga
Jakarta
berlaku
Pusat berjumlah 2.599,17
dan paling triliun rupiah
sedikit dari (Gambar 4.3). Capaian
Kabupaten PDRB iniSeribu.
Kepulauan tumbuh 9,88 persen (yoy).
Dengan luas
wilayah
Selain yang kecil,
mengalami yaitu pertumbuhan
peningkatan, hanya 7,27 PDRB
persen dari DKI
Provinsi total wilayah
Jakarta DKI Jakarta,
pada tahun 2017 jugaKota
lebih
Jakarta
cepat dari pusat mampu
tahun 2017 menghasilkan
yang tumbuh nilaitahun
9,55 persen dari tambah
2016. yang lebih besar dari kota
lainnya di DKI Jakarta, yaitu sebesar 640,11 triliun rupiah atau 24,63 persen
PDRBnilai
dari total Provinsi DKI Jakarta
tambah mendapat
Provinsi DKIkontribusi
Jakarta.paling
Nilaibesar dari Kota
tambah Jakarta
Kota PusatPusat
Jakarta dan paling
ini
palingdari
sedikit besar disumbangkan
Kabupaten olehDengan
Kepulauan Seribu. kategori lapangan
luas wilayah usaha
yang kecil, Jasa
yaitu Keuangan
hanya 7,27 persendan
dari
Asuransi
total wilayah(Kategori
DKI Jakarta,K)Kota
dengan
Jakartakontribusi
pusat mampusebesar 22,53nilai
menghasilkan persen
tambahdan
yangpaling sedikit
lebih besar dari
disumbangkan oleh kategori lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
kota lainnya di DKI Jakarta, yaitu sebesar 640,11 triliun rupiah atau 24,63 persen dari total nilai tambah
(Kategori A), yaitu sebesar 0,01 persen dari total nilai tambah Kota Jakarta Pusat.
Provinsi DKI Jakarta. Nilai tambah Kota Jakarta Pusat ini paling besar disumbangkan oleh kategori
Sedangkan, kategori lapangan usaha di Kabupaten Kepulauan Seribu didominasi
lapangan usaha Jasa Keuangan dan Asuransi (Kategori K) dengan kontribusi sebesar 22,53 persen dan
oleh kategori lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian (Kategori B), yaitu
paling sedikit disumbangkan oleh kategori lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
sebesar 80,62 persen dan kontribusi terendah berasal dari kategori lapangan
(Kategori A), yaitu sebesar
usaha Pengadaan 0,01dan
Listrik persen dari(Kategori
Gas total nilai tambah Kota
D), yaitu Jakarta Pusat.
sebesar Sedangkan,
0,02 persen kategori
dari total
lapangan usaha di Kabupaten Kepulauan
nilai tambah Kabupaten Kepulauan Seribu. Seribu didominasi oleh kategori lapangan usaha
Pertambangan dan Penggalian (Kategori B), yaitu sebesar 80,62 persen dan kontribusi terendah
berasal dari kategori lapangan usaha Pengadaan Listrik dan Gas (Kategori D), yaitu sebesar 0,02 persen
PENGUKURAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA NASIONAL, REGIONAL, DAN SEKTORAL 2019
dari total nilai tambah Kabupaten Kepulauan Seribu. 61
Gambar 4.4 Gambar 4.5
Kontribusi
Kontribusi
PDRB
PDRB
Berdasarkan
BerdasarkanKategori
Kategori Kontribusi
Kontribusi
PDRB
PDRB
Berdasarkan
BerdasarkanKategori
Kategori
Lapangan
Lapangan Usaha
Usaha di Provinsi
di Provinsi DKIDKI Jakarta
Jakarta Lapangan Usaha
Lapangan di Provinsi
Usaha Kalimantan
di Provinsi Kalimantan
(persen),
(persen), 2018
2018 E E Timur (persen),
Timur 2018
(persen), 2018 E E
A A D D
1.701.70 B B M,NM,N
3.623.62 D D Q Q
16.93
16.93 3.913.91
4.784.78 Q Q 3.693.69 R,S,T,U
R,S,T,U
H H 5.595.59 L L
5.125.12 R,S,T,U
R,S,T,U I I
5.515.51 I I J J
13.15
13.15 46.35
46.35 7.887.88
P P K K
6.066.06 O O P P
L L 8.508.50 O O
J J H H
12.11
12.11 7.877.87 G G
M,NM,N
K K A A
10.268.268.26
10.26 18.27
18.27
F F
F F
C C C C
G G B B
Keterangan:
Keterangan:
Sumber: BPS, hasil olah PDB ADHB 2018 Sumber: BPS, hasil olah PDB ADHB 2018
A:APertanian,
: Pertanian,
Perkebunan,
Perkebunan, dandan
Perikanan
Perikanan I : Penyediaan
I : PenyediaanAkomodasi
Akomodasi dandan
Makan
Makan
Minum
Minum
B : Pertambangan
B : Pertambangan
dandan
Penggalian
Penggalian J : Informasi
J : Informasi
dandan
Komunikasi
Komunikasi
Keterangan:
C : Industri
C : Industri
Pengolahan
Pengolahan K : Jasa
K : Jasa
Keuangan
Keuangan
D :D
Pengadaan
: Pengadaan
Listrik
Listrik
dandan
GasGas L : Real
L : Real
Estat
Estat
A : Pertanian, Perkebunan, dan Perikanan
E : Pengadaan
E : Pengadaan Air,Air,
Pengelolaan
Pengelolaan Sampah,
Sampah, Limbah,
Limbah, M,NM,N : Jasa
: Jasa
Perusahaan
Perusahaan
B : Pertambangan dan Penggalian
dandan Daur
DaurUlangUlang O :O Administrasi
: Administrasi Pemerintahan,
Pemerintahan, Petrahanan,
Petrahanan,
C : Industri Pengolahan
F : Konstruksi
F : Konstruksi
D : Pengadaan Listrik dan Gas dandanJaminan
Jaminan SosialSosial
Wajib
Wajib
G :GPerdagangan
: Perdagangan Besar
E : Pengadaan Besar
dandan
Eceran;
Eceran;
Air, Reparasi
Reparasi
Pengelolaan Mobil
Mobil
Sampah, P : Jasa
P : Jasa
Pendidikan
Pendidikan
Limbah, dan Daur Ulang
dandan Sepeda
Sepeda MotorMotor
F : Konstruksi Q : Q
Jasa
: Jasa
Kesehatan
Kesehatan dandan
Kegiatan
Kegiatan
Sosial
Sosial
H :H G : Perdagangan
Transportasi
: Transportasi dandanPergudangan Besar dan Eceran; R,S,T,U
Pergudangan Reparasi
R,S,T,U : Mobil
: Jasa Jasa
Lainnya dan Sepeda Motor
Lainnya
H : Transportasi dan Pergudangan
DariDari
sisi sisi
kategori
kategori
lapangan
lapangan usaha,
usaha,
tingginya
tingginya PDRBPDRB Provinsi
ProvinsiDKIDKIJakarta
Jakarta
tidak
tidak
lepas
lepas
daridari
peran
peran
I : Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
nilainilai
tambah
tambah yangyang
dihasilkan
dihasilkan
oleh oleh
berbagai
berbagaikategori
kategorilapangan
lapangan usaha
usaha di Provinsi
di Provinsi
DKIDKI
Jakarta.
Jakarta.
Gambar
Gambar
J : Informasi dan Komunikasi
4.44.4
menunjukkan
menunjukkan
K : Jasabahwa bahwakontribusi
Keuangan kontribusiPDRB PDRBProvinsi
Provinsi
DKIDKIJakarta
Jakartayang yang
paling
paling
besar
besar
berasal
berasal
daridari
kategori
kategori
lapangan
lapangan usaha
L : usaha
Real Perdagangan
Perdagangan
Estat BesarBesar
dandanEceran;
Eceran;
Reparasi
Reparasi MobilMobil
dandan Sepeda
SepedaMotor
Motor(Kategori
(Kategori
G). G).
PadaPada
tahun
tahun20182018
M,Nkategori
kategori
: Jasalapangan
lapangan
usaha
Perusahaan usahaini menyumbangkan
ini menyumbangkan 440,07
440,07triliun
triliun
rupiah
rupiah
padapada
PDRBPDRBProvinsi
Provinsi
DKIDKI
Jakarta
Jakartaatau
Oatau
: 16,93
16,93persen
Administrasi persen
dariPemerintahan,
dari
total
total
PDRBPDRBProvinsi
ProvinsiDKIDKI
Petrahanan, Jakarta.
Jakarta.Sejalan
dan Sejalandengan
Jaminandengan meningkatnya
meningkatnya
Sosial Wajibnilainilai
PDRBPDRBADHB P :Provinsi
ADHB Jasa Pendidikan
ProvinsiDKIDKI
Jakarta,
Jakarta,
nominal
nominal kontribusi
kontribusikategori
kategori G juga
G juga
terusterus
meningkat.
meningkat.Pada
Pada
tahun
tahun
20172017
PDRBPDRB Q : Jasa
kategori
kategori GKesehatan
G menyumbang
menyumbang dan
sebesar Kegiatan
sebesar 394,56
394,56 Sosial
triliun
triliun
rupiah.
rupiah.PadaPadatahuntahun2018,
2018,
kontribusi
kontribusi
kategori
kategori
G G
terhadap
terhadap R,S,T,U
PDRBPDRB : JasaDKILainnya
Provinsi
Provinsi DKI
Jakarta
Jakarta
naiknaik
0,250,25
persen
persendibanding
dibanding tahuntahun2017 2017
yangyang
sebesar
sebesar
16,68
16,68
persen.
persen.
Selain itu, kategori lapangan usaha yang memberikan kontribusi terbesar pada
PDRB Provinsi DKI Jakarta setelah kategori lapangan usaha Perdagangan Besar
dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor (Kategori G) adalah kategori
lapangan usaha Industri Pengolahan (Kategori C). Kontribusi kategori tersebut
sebesar 13,15 persen. Bersama dengan kategori G, kategori C selalu mendominasi
kontribusi terhadap PDRB setiap tahunnya. Pertumbuhan PDRB kategori lapangan
usaha industri pengolahan (Kategori C) di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2018
mencapai 5,68 persen. PDRB kategori C di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2018
sebesar 219,74 triliun rupiah, lebih besar dari tahun 2017 yang berjumlah 207,94
triliun rupiah.
Selain PDRB, besaran produktivitas suatu provinsi juga dipengaruhi oleh jumlah
tenaga kerja yang ada di provinsi tersebut. Jumlah tenaga kerja di DKI Jakarta
tergolong banyak dibandingkan provinsi lain. Salah satunya dipengaruhi oleh
besarnya migrasi ke provinsi ini setiap tahunnya. Selain itu, sebagai ibu kota
negara yang merangkap sebagai pusat perekonomian, provinsi ini memiliki
daya tarik yang besar dalam menarik tenaga kerja dari luar provinsi. Walaupun
jumlahnya sempat mengalami penurunan sebesar 7,25 persen pada tahun 2017,
tapi tahun 2018 jumlahnya naik lagi dengan pertumbuhan mencapai 4,82 persen.
Sejak tahun 2011 hingga 2018, jumlah tenaga kerja DKI Jakarta berkisar 4 juta
tenaga kerja. Tingkat kesempatan kerja (TKK) Tenaga kerja di provinsi DKI Jakarta
memiliki trend meningkat dari tahun 2011 hingga sekarang. Tahun 2018, TKK
provinsi ini mencapai 93,76 persen, naik 0,9 % dibanding tahun sebelumnya.
Jumlah tenaga kerja provinsi ini hanya berkontribusi sebesar 3,81 persen
terhadap jumlah tenaga kerja nasional. Jumlah tenaga kerja yang jauh di bawah
Selain jumlah tenaga kerja, kualitas tenaga kerja Provinsi DKI Jakarta juga
membaik dibanding tahun sebelumnya. Dari sisi pendidikan, terjadi penurunan
jumlah tenaga kerja Provinsi DKI Jakarta yang memiliki pendidikan tertinggi SD
ke bawah. Sedangkan jumlah tenaga kerja dengan pendidikan tertinggi SLTP dan
SLTA ke atas justru mengalami peningkatan. Tenaga kerja dengan pendidikan
tertinggi SLTA ke atas pada tahun 2018 meningkat 5,84 persen dibanding tahun
2017. Distribusi jumlah tenaga kerja dengan pendidikan tertinggi SLTA ke atas
terhadap total tenaga kerja pada tahun 2018 juga meningkat sebanyak 0,65
persen. Sedangkan tenaga kerja dengan pendidikan tertinggi SD ke bawah pada
tahun 2018 mengalami penurunan sebesar 1,41 persen dibanding 2017. Begitu
pula dengan distribusi jumlah tenaga kerja dengan pendidikan tertinggi SD ke
bawah terhadap total tenaga kerja pada tahun 2018 juga mengalami penurunan
sebesar 1,05 persen.
Nilai produktivitas tenaga kerja tertinggi ke-3, sebesar 192,77 juta rupiah per
tenaga kerja per tahun dicapai oleh Provinsi Kepulauan Riau. Capaian ini tumbuh
4,09 persen dari tahun sebelumnya yang memiliki produktivitas sebesar 185,20
juta rupiah per tenaga kerja per tahun. Pada tahun 2018 PDRB provinsi ini berada
di urutan ke-12, dengan nilai PDRB 173,69 triliun rupiah. Kategori lapangan usaha
Industri Pengolahan (Kategori C) memberikan kontribusi terbesar terhadap
capaian PDRB Provinsi Kepulauan Riau tersebut, yaitu sebesar 37,45 persen.
Besarnya kontribusi kategori ini sejalan dengan penyerapan tenaga kerjanya
yang juga tertinggi, yaitu sebesar 23,37 persen.
Kota Batam merupakan kontributor terbesar dari PDRB Provinsi Kepulauan Riau,
yaitu 58,76 persen dari total PDRB Provinsi Kepulauan Riau. Selain itu, sekitar 85,12
persen kontribusi PDRB kategori lapangan usaha industri pengolahan (Kategori
C) berasal dari Kota Batam. Subkategori dari kategori lapangan usaha Industri
Pengolahan yang memberikan kontribusi terbesar adalah Industri Barang Logam;
Komputer, Barang Elektronik, Optik; dan Peralatan Listrik. Sejak 2013 sampai 2018
subkategori ini selalu memberikan kontribusi di atas 50 persen terhadap PDRB
kategori lapangan usaha Industri Pengolahan (Kategori C) di Kota Batam, dan
pada tahun 2018 mencapai 54,84 persen. Salah satu penyebabnya adalah lokasi
Kota Batam yang sangat strategis. Batas geografis Kota Batam dengan dua negara,
yaitu Singapura dan Malaysia memudahkan lalu lintas komoditi subkategori
tersebut.
Gambar 4.6 di bawah menunjukkan bahwa tiga provinsi dengan jumlah tenaga
kerja terbesar di Indonesia pada tahun 2018 masih ditempati oleh Provinsi Jawa
Barat (20,78 juta orang), Provinsi Jawa Timur (20,45 juta orang), dan Provinsi Jawa
Tengah (17,25 juta orang). Jumlah tenaga kerja di ketiga Provinsi ini mengalami
kenaikan namun tidak setinggi kenaikan di tahun sebelumnya. Jumlah tenaga
kerja di Provinsi Jawa Barat tahun 2018 hanya tumbuh 1,11 persen, sedangkan
pada tahun 2017 berhasil tumbuh 7,03 persen. Jumlah tenaga kerja Provinsi Jawa
Timur tahun 2018 hanya tumbuh 1,74 persen, berbeda dengan tahun 2017 yang
berhasil tumbuh sampai 5,15 persen. Sementara itu, jumlah tenaga kerja Provinsi
Jawa Tengah tahun 2018 tumbuh sebesar 0,34 persen, sedangkan pada tahun
sebelumnya tumbuh sebesar 4,09 persen.
Gambar 4.6
Produktivitas Nasional
Jambi (1) Jakarta, Jakarta,
(2) Kalimantan Kalimantan
Timur, Timur,
Kalimantan Kalimantan
Utara, Papua Utara, Papua
Barat, Papua Barat, Papua
(6) (6)
SumberSumber : BPS,
: BPS, hasil olahhasil olah
Produk ProdukBruto
Domestik Domestik Bruto
(PDB) dan (PDB)
Survei dan Survei
Angkatan KerjaAngkatan Kerja Nasional (Sakernas)
Nasional (Sakernas)
Produktivitas tenaga kerja yang tinggi pada suatu wilayah mengindikasikan tingkat efisiensi
Produktivitas tenaga kerja yang tinggi pada suatu wilayah mengindikasikan
dan kinerja tenaga kerja untuk menghasilkan output pada wilayah tersebut. Tingginya produktivitas
tingkat efisiensi dan kinerja tenaga kerja untuk menghasilkan output pada
tenaga kerja haruslah sejalan dengan upah yang diterima tenaga kerja tersebut. Dalam kondisi ideal,
wilayah tersebut. Tingginya produktivitas tenaga kerja haruslah sejalan dengan
upah yang diterima tenaga kerja tersebut. Dalam kondisi ideal, semakin tinggi
produktivitas tenaga kerja akan berdampak pada semakin tinggi upah yang
diterima tenaga kerja. Hubungan produktivitas tenaga kerja dan upah yang
diterima disajikan pada gambar 4.7 di atas. Hubungan ini terbagi menjadi empat
kuadran terpisah, dimana:
Kondisi kuadran pada tahun 2017 dan 2018 cukup banyak perubahan, Provinsi
Jambi di kuadran II berpindah ke kuadran III pada tahun 2018, Provinsi Sulawesi
Tengah di kuadran III pindah ke kuadran IV pada tahun 2018, sedangkan pada
kuadran IV terdapat 5 provinsi yang bergeser ke kuadran III.
Gambar 4.8
Produktivitas Jam Kerja Menurut Provinsi (Rupiah per Jam per Tenaga
Kerja), 2017-2018
DKI JAKARTA 151,687.67
KALIMANTAN TIMUR 125,552.91
KALIMANTAN UTARA 85,730.87
KEPULAUAN RIAU 83,927.56
RIAU 83,803.54
PAPUA BARAT 68,813.43
PAPUA 50,318.05
JAMBI 43,785.97
SULAWESI SELATAN 42,675.04
INDONESIA 40,997.02
SUMATERA SELATAN 39,340.89
SULAWESI TENGAH 38,508.28
SULAWESI TENGGARA 38,409.31
JAWA TIMUR 38,156.78
SUMATERA UTARA 38,058.83
SULAWESI UTARA 36,533.61
BANTEN 36,121.78
KEP. BANGKA BELITUNG 35,918.02
KALIMANTAN TENGAH 35,757.61
SUMATERA BARAT 35,074.04
KALIMANTAN SELATAN 32,275.07
ACEH 31,066.04
LAMPUNG 30,510.49
JAWA BARAT 30,312.18
SULAWESI BARAT 30,311.14
KALIMANTAN BARAT 29,889.58
BALI 29,298.70
JAWA TENGAH 26,633.84
BENGKULU 24,222.89
MALUKU UTARA 23,796.17
D I YOGYAKARTA 23,769.22
NUSA TENGGARA BARAT 23,153.78
GORONTALO 22,696.47
MALUKU 20,577.63
NUSA TENGGARA TIMUR 16,704.89
0 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 140,000 160,000
2018 2017
Sumber : BPS, hasil olah Produk Domestik Bruto (PDB) dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)
Sumber : BPS, hasil olah Produk Domestik Bruto (PDB) dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)
Produktivitas tenaga kerja menggambarkan kinerja tenaga kerja. Sementara itu, produktivitas
Produktivitas
ekuivalen tenagatenaga kerjapenuh)
kerja (pekerja menggambarkan kinerja efisiensi
lebih mampu menunjukan tenagatenaga
kerja. Sementara
kerja karena sudahitu,
produktivitas
mempertimbangkan ekuivalen tenaga
jam kerja. Berbedakerja (pekerja
dengan penuh)tenaga
produktivitas lebihkerja,
mampu tenagamenunjukan
kerja pada
efisiensi tenaga
produktivitas kerja
ekuivalen karena
tenaga sudah
kerja baru mempertimbangkan
dianggap sebagai satu tenaga kerjajam kerja.selama
jika bekerja Berbeda
40
dengan produktivitas
jam seminggu. tenagadarikerja,
Jika bekerja kurang 40 jamtenaga
seminggukerja pada produktivitas
maka dihitung kurang dari 1 tenagaekuivalen
kerja,
tenaga kerja jika
dan sebaliknya baru dianggap
bekerja sebagai
lebih dari 40 satumaka
jam seminggu tenaga kerja
dihitung lebihjika
dari 1bekerja selama
tenaga kerja. Dengan40
jam seminggu.
demikian, Jika bekerja
nilai produktivitas kurang
tenaga kerja dandariproduktivitas
40 jam seminggu makakerja
ekuivalen tenaga dihitung kurang
bisa berbeda.
dari 1 tenaga
Efisiensi tercapaikerja, dan sebaliknya
Jika produktivitas ekuivalenjika bekerja
tenaga lebih
kerja lebih dari
besar dari40 jam seminggu
produktivitas maka
tenaga kerja.
dihitung lebih dari
Hal ini disebabkan 1 tenaga output
oleh tercapainya kerja.yang
Dengan demikian,
sama dengan jumlah nilai produktivitas
jam kerja tenaga
yang lebih sedikit.
kerja dan produktivitas ekuivalen tenaga kerja bisa berbeda. Efisiensi tercapai Jika
produktivitas ekuivalen tenaga kerja lebih besar dari produktivitas tenaga kerja.
Hal ini disebabkan oleh tercapainya output yang sama dengan jumlah jam kerja
yang lebih sedikit.
Berdasarkan gambar 4.10 di atas, pada pengukuran produktivitas ekuivalen tenaga kerja, dua
Berdasarkan
provinsi gambar
dengan produktivitas 4.10kerja
tenaga di tertinggi
atas, pada
masihpengukuran produktivitas
dipegang oleh Provinsi ekuivalen
DKI Jakarta dan
tenaga
Provinsi kerja,Timur.
Kalimantan dua Pada
provinsi
tahundengan produktivitas
2017 terdapat 21 provinsitenaga kerja tertinggi
yang memiliki masih
produktivitas
dipegang
ekuivalen olehlebih
tenaga kerja Provinsi
tinggi DKI
dari Jakarta dantenaga
produktivitas Provinsi Kalimantan
kerja, Timur.
sedangkan pada Pada
tahun tahun
2018
2017 terdapat 21 provinsi yang memiliki produktivitas ekuivalen tenaga kerja
jumlahnya bertambah dua menjadi 23 provinsi. Pada tahun 2017 Provinsi Papua Barat termasuk
lebih tinggi dari produktivitas tenaga kerja, sedangkan pada tahun 2018
memiliki produktivitas ekuivalen tenaga kerja yang lebih tinggi dari produktivitas tenaga kerja.
jumlahnya bertambah dua menjadi 23 provinsi. Pada tahun 2017 Provinsi Papua
Sedangkan, pada tahun 2018 Provinsi Papua Barat tidak termasuk lagi, digantikan oleh Provinsi
Barat termasuk memiliki produktivitas ekuivalen tenaga kerja yang lebih tinggi
Sumatera Utara, Jawa Tengah, dan Kalimantan Tengah.
dari produktivitas tenaga kerja. Sedangkan, pada tahun 2018 Provinsi Papua Barat
tidak termasuk lagi, digantikan oleh Provinsi Sumatera Utara, Jawa Tengah, dan
Kalimantan Tengah.
Gambar 4.11. Peta Produktivitas Ekuivalen Tenaga Kerja Menurut Provinsi 2018 (Rupiah per
Tenaga Kerja per Tahun)
Sumber : BPS, hasil olah Produk Domestik Bruto (PDB) dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)
Sumber : BPS, hasil olah Produk Domestik Bruto (PDB) dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)
pada tahun 2017 mencapai 80,96 juta rupiah per tenaga kerja per tahun,
Efisiensi yang paling tinggi terjadi di Provinsi Papua. Produktivitas ekuivalen tenaga kerja di
sedangkan produktivitas tenaga kerjanya mencapai 81,91 juta rupiah per tenaga
provinsi ini lebih tinggi 13,64 juta rupiah per tenaga kerja per tahun dibanding produktivitas tenaga
kerja per tahun.
kerjanya. Sedangkan Provinsi DKI Jakarta yang memiliki produktivitas tertinggi dibanding 34 provinsi
lainnya justru memiliki produktivitas ekuivalen tenaga kerja yang jauh lebih rendah daripada
Efisiensi yang paling tinggi terjadi di Provinsi Papua. Produktivitas ekuivalen
produktivitas tenaga kerjanya, dengan selisih mencapai 55,27 juta rupiah per tenaga kerja per tahun.
tenaga kerja di provinsi ini lebih tinggi 13,64 juta rupiah per tenaga kerja per
Ini menunjukkan kurang efisiennya kinerja tenaga kerja di Provinsi DKI Jakarta karena membutuhkan
tahun dibanding produktivitas tenaga kerjanya. Sedangkan Provinsi DKI Jakarta
jam kerja yang lebih banyak untuk menghasilkan output yang sama.
yang memiliki produktivitas tertinggi dibanding 34 provinsi lainnya justru
memiliki produktivitas ekuivalen tenaga kerja yang jauh lebih rendah daripada
produktivitas tenaga kerjanya, dengan selisih mencapai 55,27 juta rupiah per
tenaga kerja per tahun. Ini menunjukkan kurang efisiennya kinerja tenaga kerja
di Provinsi DKI Jakarta karena membutuhkan jam kerja yang lebih banyak untuk
menghasilkan output yang sama.
Sumber : BPS, hasil olah Produk Domestik Bruto (PDB) dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)
Kota Jakarta Pusat memiliki produktivitas tenaga kerja tertinggi, yaitu mencapai 981,19 juta
Kota Jakarta Pusat memiliki produktivitas tenaga kerja tertinggi, yaitu mencapai
rupiah per
981,19 tenaga
juta kerja per
rupiah pertahun. Capaian
tenaga ini meningkat
kerja jika dibandingkan
per tahun. Capaiandengan tahun 2017. Kota
ini meningkat jika
Jakarta Pusat merupakan sumber kegiatan ekonomi di Indonesia,
dibandingkan dengan tahun 2017. Kota Jakarta Pusat merupakan sumber dimana sebagian besar kegiatan
ekonomi ekonomi
kegiatan di Kota Jakarta Pusat ditopang
di Indonesia, oleh kategori
dimana lapangan
sebagian usaha
besar Jasa Keuangan
kegiatan ekonomidan Asuransi
di Kota
Jakarta Pusat
(Kategori ditopangBesar
K), Perdagangan olehdan
kategori
Eceran; lapangan usaha
Reparasi Mobil Jasa Keuangan
dan Motor dan Informasi
(Kategori G), serta Asuransi
(Kategori K), Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Motor (Kategori
dan komunikasi (Kategori J). Hal ini tercermin dari kontribusi dari ketiga kategori lapangan usaha
tersebut terhadap PDRB Kota Jakarta Pusat. Kategori lapangan usaha Jasa Keuangan dan Asuransi
memberikan kontribusi sebesar 23,39 persen, kategori lapangan usaha Perdagangan Besar dan
PENGUKURAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA NASIONAL, REGIONAL, DAN SEKTORAL 2019
74
G), serta Informasi dan komunikasi (Kategori J). Hal ini tercermin dari kontribusi
dari ketiga kategori lapangan usaha tersebut terhadap PDRB Kota Jakarta Pusat.
Kategori lapangan usaha Jasa Keuangan dan Asuransi memberikan kontribusi
sebesar 23,39 persen, kategori lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Motor sebesar 15,66 persen, dan kategori lapangan usaha
Informasi dan Komunikasi 9,80 persen.
Gambar 4.13. Peta Pertumbuhan Produktivitas Tenaga Kerja Menurut Kabupaten/Kota, 2018
Sumber : BPS, hasil olah Produk Domestik Bruto (PDB) dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)
Sumber : BPS, hasil olah Produk Domestik Bruto (PDB) dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)
Sumber : BPS, hasil olah Produk Domestik Bruto (PDB) dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)
Dari 514 kabupaten/kota di Indonesia, 346 kabupaten/kota mengalami
Dari 514 kabupaten/kota di Indonesia, 346 kabupaten/kota mengalami peningkatan capaian
peningkatan capaian produktivitas jam kerja dari tahun 2017. Pertumbuhan
produktivitas
tertinggi terjadijamdikerja dari tahun Paniai,
Kabupaten 2017. Pertumbuhan tertinggidengan
Provinsi Papua, terjadi dicapaian
Kabupatensebesar
Paniai, Provinsi
33,19 persen.
Papua, denganPertumbuhan
capaian sebesartertinggi kedua
33,19 persen. terjadi ditertinggi
Pertumbuhan Kabupaten Manggarai
kedua terjadi di Kabupaten
Timur, Provinsi
Manggarai NusaProvinsi
Timur, Tenggara Timur
Nusa dengan
Tenggara pertumbuhan
Timur sebesar 31,75
dengan pertumbuhan sebesarpersen.
31,75 persen.
Sementara itu, Kabupaten Supiori di Provinsi Papua dengan capaian tertinggi
Sementara itu, Kabupaten Supiori di Provinsi Papua dengan capaian tertinggi ketiga memiliki
ketiga memiliki pertumbuhan sebesar 30,08 persen.
pertumbuhan sebesar 30,08 persen.
Produktivitas ekuivalen tenaga kerja merupakan pengukuran dengan
memperhitungkan
Produktivitas efektivitas waktu
ekuivalen tenaga kerjadari seseorang
merupakan dalamdengan
pengukuran bekerja dan
memperhitungkan
menghasilkan suatu output. Sama halnya dengan produktivitas jam kerja, jumlah
efektivitas waktu dari seseorang dalam bekerja dan menghasilkan suatu output. Sama halnya dengan
kabupaten/kota yang mengalami peningkatan capaian produktivitas ekuivalen
produktivitas jam kerja, jumlah kabupaten/kota yang mengalami peningkatan capaian produktivitas
tenaga kerja sebanyak 346 kabupaten/kota. Kabupaten Teluk Bintuni dan Kota
ekuivalen
Jakarta Pusattenaga kerja
selain sebanyakcapaian
memiliki 346 kabupaten/kota.
produktivitasKabupaten
tenaga Teluk Bintuni
kerja dan Kota
tertinggi, Jakarta Pusat
kedua
kabupaten/kota ini juga
selain memiliki capaian memiliki tenaga
produktivitas capaian produktivitas
kerja tertinggi, keduaekuivalen tenaga
kabupaten/kota ini kerja
juga memiliki
yang tinggi.
capaian Capaian tertinggi
produktivitas ekuivalen pada
tenagaproduktivitas ekuivalen
kerja yang tinggi. Capaiantenaga
tertinggikerja
padatahun
produktivitas
2018 terjadi di Kabupaten Teluk Bintuni sebesar 867,87 juta rupiah per tenaga
ekuivalen tenaga kerja tahun 2018 terjadi di Kabupaten Teluk Bintuni sebesar 867,87 juta rupiah per
kerja per tahun. Capaian tertinggi kedua terjadi di Kota Jakarta Pusat dengan
tenagasebesar
capaian kerja per838,91
tahun. Capaian tertinggi
juta rupiah perkedua
tenagaterjadi
kerjadiper
Kotatahun.
JakartaSedangkan
Pusat dengancapaian
capaian sebesar
838,91 juta
tertinggi rupiah
ketiga per tenaga
terjadi kerja per tahun.
di Kabupaten MimikaSedangkan
dengan capaian tertinggi
capaian ketiga614,74
sebesar terjadi dijuta
Kabupaten
rupiah perdengan
Mimika tenaga kerjasebesar
capaian per tahun.
614,74 juta rupiah per tenaga kerja per tahun.
300 53,14
250
200
146,12
150
71,76
100
50
0
Membramo Raya Sarmi Kutai Barat
34.52
33.55
22.00 22.06
16.30 15.92
Dua kabupaten/kota
Dua kabupaten/kota dengan capaian
dengan capaian efisiensi
efisiensi tertinggi, yaitutertinggi, yaitu Kabupaten
Kabupaten Membramo Raya dan
Membramo Raya
Kabupaten Kutai dan
Barat Kabupaten
didukung Kutai Barat
dengan capaian didukung
rata-rata dengan
jam kerja pada capaiantersebut
dua kabupaten rata-rata
jam
yangkerja pada penurunan
mengalami dua kabupaten daripada tersebut yang mengalami
tahun sebelumnya. Rata-rata jampenurunan daripada
kerja di Kabupaten
tahun sebelumnya. Rata-rata jam kerja di Kabupaten Membramo Raya turun
Membramo Raya turun 2,33 persen dari tahun 2017, menjadi 15,92 jam per minggu. Hal ini juga terjadi 2,33
persen dari tahun
pada kabupaten Kutai2017, menjadi
Barat yang 15,92
menurun 2,81 jam
persenper minggu.
menjadi Halper
33,55 jam ini minggu.
juga terjadi pada
Sebaliknya
kabupaten Kutai
pada Kabupaten Barat
Sarmi yang
rata-rata jammenurun 2,81 persen
kerjanya mengalami kenaikanmenjadi 33,55kecil
namun sangat jammenjadi
per minggu.
22,06
Sebaliknya pada Kabupaten Sarmi rata-rata jam kerjanya mengalami kenaikan
jam per minggu.
namun sangat kecil menjadi 22,06 jam per minggu.
Ekonomi kreatif di Indonesia yang sudah mulai berkembang sejak tahun 2015,
merupakan salah satu modal penting dalam menghadapi revolusi industri 4.0.
Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf ) di bentuk untuk membantu presiden dalam
merumuskan, menetapkan, mengoordinasikan, dan sinkronisasi kebijakan di
bidang ekonomi kreatif. Hingga tahun 2018, Badan Ekonomi Kreatif sudah berhasil
memfasilitasi berbagai pelatihan dengan fokus mengedukasi pelaku ekonomi.
Jika dibandingkan dengan tahun 2017, produktivitas tenaga kerja secara sektoral
pada tahun 2018 tidak banyak berubah dari sisi peringkat kategori lapangan
usaha. Tiga kategori lapangan usaha dengan capaian produktivitas tenaga kerja
tertinggi pada tahun 2018 adalah Real Estat (Kategori L); Informasi dan Komunikasi
(Kategori J); serta kategori Pertambangan dan Penggalian (Kategori B). Capaian
produktivitas tenaga kerja masing – masing kategori lapangan usaha tersebut
dalam juta rupiah per tenaga kerja per tahun adalah 769,65; 602,31; dan 547,71.
Ketiga kategori tersebut mengalami penurunan produktivitas tenaga kerja pada
tahun 2018. Perlambatan capaian produktivitas tenaga kerja pada kategori
lapangan usaha Real Estat (Kategori L); Informasi dan Komunikasi (Kategori J);
serta kategori Pertambangan dan Penggalian (Kategori B) masing masing sebesar
18,96%, 1,99%, dan 2,57% dari tahun 2017.
Selaras dengan capaiannya, kategori lapangan usaha Real Estat (Kategori L) juga
memiliki perlambatan produktivitas tenaga kerja tertinggi. Penyebabnya adalah
kenaikan jumlah tenaga kerja yang mencapai 27,82 persen, tidak sebanding
dengan pertumbuhan PDB dari kategori lapangan usaha ini yang mencapai
3,58 persen. Produktivitas tenaga kerja pada kategori lapangan usaha Real Estat
diperkirakan akan meningkat. Hal ini disebabkan oleh terus meningkatnya
Gambar 5.1. Produktivitas Tenaga Kerja Berdasarkan Kategori Lapangan Usaha, 2016-2018
34.52
33.55
22.00 22.06
16.30 15.92
Sumber : BPS, hasil olah Produk Domestik Bruto (PDB) dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)
Dua kabupaten/kota
Berdasarkan dengan capaian
hasil penghitungan efisiensi tertinggi,
produktivitas yaitu Kabupaten
tenaga Membramo
kerja tahun 2018,Raya dan
kategori
Kabupaten usaha
lapangan Kutai Barat didukung dengan
Pengadaan capaian rata-rataSampah,
Air, Pengelolaan jam kerja pada dua kabupaten
Limbah dan Daur tersebut
Ulang
yang mengalami penurunan daripada tahun sebelumnya. Rata-rata
(Kategori E) menjadi kategori lapangan usaha dengan produktivitas tenaga kerja jam kerja di Kabupaten
MembramoCapaian
terendah. Raya turun produktivitas
2,33 persen dari tahun 2017, kerja
tenaga menjadipada
15,92 jam per minggu.
kategori Hal ini juga
lapangan terjadi ini
usaha
pada kabupaten Kutai Barat yang menurun 2,81 persen menjadi 33,55 jam per minggu. Sebaliknya
hanya mencapai 17,88 juta rupiah per tenaga kerja per tahun. Sementara itu,
pada Kabupaten Sarmi rata-rata jam kerjanya mengalami kenaikan namun sangat kecil menjadi 22,06
kategori lapangan usaha Jasa Lainnya (Kategori R, S, T, U); dan kategori Pertanian,
jam per minggu.
Kehutanan, dan Perikanan (Kategori A) memiliki capaian produktivitas tenaga
kerja kedua dan ketiga terendah, dengan capaian 30,86 dan 36,61 juta rupiah per
tenaga kerja per tahun. Ketiga kategori tersebut termasuk lapangan usaha padat
karya.
1.4
1.37
1.35 1.35
1.31
1.3
1.27
1.25
1.23
1.2
1.19
1.15
1.1
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Meskipun termasuk dalam tiga kategori lapangan usaha dengan capaian produktivitas tenaga
Meskipun termasuk dalam tiga kategori lapangan usaha dengan capaian
kerja terendah, kategori lapangan usaha Jasa Lainnya (Kategori R,S,T,U) dan kategori lapangan usaha
produktivitas tenaga kerja terendah, kategori lapangan usaha Jasa Lainnya
Jasa Perusahaan
(Kategori (Kategori
R,S,T,U) dan M,N) memiliki
kategori pertumbuhan
lapangan usaha Jasaproduktivitas
Perusahaan tenaga kerja
(Kategori M,N)tertinggi.
Pertumbuhan produktivitas
memiliki pertumbuhan tenaga produktivitas
kerja tahun 2018 padakerja
tenaga kategori lapangan
tertinggi. usaha Jasa Lainnya
Pertumbuhan
(Kategori produktivitas
R,S,T,U) mencapaitenaga kerja tahun
8,78 persen. 2018 itu,
Sementara pada kategori lapangan
pertumbuhan usaha
produktivitas Jasa
tenaga kerja 8,58
Lainnya (Kategori R,S,T,U) mencapai 8,78 persen. Sementara itu, pertumbuhan
persen dialami oleh kategori lapangan usaha Jasa Perusahaan (Kategori M,N) pada tahun 2018.
produktivitas tenaga kerja 8,58 persen dialami oleh kategori lapangan usaha Jasa
PenyebabPerusahaan
peningkatan(Kategori
produktivitas tenaga
M,N) pada kerja2018.
tahun padaPenyebab
dua kategori ini adalahproduktivitas
peningkatan pertumbuhan tenaga
kerja yangtenaga kerjakecil
jauh lebih pada dua kategori
dibandingkan ini adalah
dengan pertumbuhan
pertumbuhan tenaga kerja yang jauh
PDB-nya.
lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan PDB-nya.
15.00
8.58 8.78
10.00
4.55 4.00 4.75 3.82
5.00 2.26 3.28
0.31 0.38
0.00
PENGUKURAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA NASIONAL, REGIONAL, DAN SEKTORAL 2019
-0.03
86 -5.00 -2.57
-4.78
-1.99
-10.00 -5.77 -7.18
persen dialami oleh kategori lapangan usaha Jasa Perusahaan (Kategori M,N) pada tahun 2018.
Penyebab peningkatan produktivitas tenaga kerja pada dua kategori ini adalah pertumbuhan tenaga
kerja yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan PDB-nya.
Gambar 5.3. Pertumbuhan Produktivitas Tenaga Kerja Berdasarkan Kategori Lapangan Usaha, 2018
15.00
8.58 8.78
10.00
4.55 4.00 4.75 3.82
5.00 2.26 3.28
0.31 0.38
0.00
-0.03
-5.00 -2.57 -1.99
-5.77 -7.18 -4.78
-10.00
-15.00
-20.00
-18.96
-25.00
A B C D E F G H I J K L M, N O P Q R, S,
T, U
Sumber : BPS, hasil olah Produk Domestik Bruto (PDB) dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)
Pada kategori lapangan usaha Jasa Lainnya (Kategori R,S,T,U), jumlah tenaga kerja tahun 2018
Pada kategori lapangan usaha Jasa Lainnya (Kategori R,S,T,U), jumlah tenaga kerja
pada kategori ini mengalami
tahun 2018 kenaikan
pada kategori 0,19 persen jika
ini mengalami dibandingkan
kenaikan dengan
0,19 persen jikatahun 2017. Pada tahun
dibandingkan
dengan tahun 2017. Pada tahun yang sama, terjadi peningkatan PDB pada
kategori lapangan usaha ini sebesar 8,99 persen. Hal serupa terjadi pada kategori
lapangan usaha Jasa Perusahaan (Kategori M,N). Peningkatan PDB pada kategori
ini tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah tenaga kerjanya. PDB pada
kategori ini tumbuh sebesar 8,64 persen, sedangkan tenaga kerjanya mengalami
naik 0,05 persen.
Gambar 5.4. Pertumbuhan PDB dan Tenaga Kerja Berdasarkan Kategori Lapangan Usaha, 2018
30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
A B C D E F G H I J K L M, N O P Q R, S,
T, U
-5.00
Gambar 5.5. Kontribusi PDB dan Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Kategori Lapangan Usaha, 2018
35.00
30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
A B C D E F G H I J K L M, N O P Q R, S,
T, U
Sumber : BPS, hasil olah Produk Domestik Bruto (PDB) dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)
CapaianCapaian
produktivitas tenaga
produktivitas tenaga kerja setiapkategori
kerja setiap kategori lapangan
lapangan usaha
usaha belum belum
selaras dengan
selaras dengan besaran kontribusi pada PDB. Kategori lapangan usaha dengan
besaran kontribusi pada PDB. Kategori lapangan usaha dengan karakter padat karya, cenderung
karakter padat karya, cenderung memiliki kontribusi PDB yang cukup tinggi
memiliki kontribusi PDB yang cukup tinggi namun dengan capaian produktivitas tenaga kerja yang
namun dengan capaian produktivitas tenaga kerja yang cenderung rendah.
cenderung rendah. Salah satunya adalah kategori lapangan usaha Industri Pengolahan (Kategori C)
yang memiliki kontribusi PDB tertinggi hingga 21,04 persen. Namun capaian produktivitas tenaga kerja
kategori ini hanya berada di posisi ketujuh. Selain capaian produktivitas tenaga kerja yang tergolong
PENGUKURAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA NASIONAL, REGIONAL, DAN SEKTORAL 2019
88 rendah, pertumbuhan PDB dari kategori lapangan usaha ini terus mengalami penurunan dari tahun ke
tahunnya.
Salah satunya adalah kategori lapangan usaha Industri Pengolahan (Kategori
C) yang memiliki kontribusi PDB tertinggi hingga 21,04 persen. Namun capaian
produktivitas tenaga kerja kategori ini hanya berada di posisi ketujuh. Selain
capaian produktivitas tenaga kerja yang tergolong rendah, pertumbuhan PDB
dari kategori lapangan usaha ini terus mengalami penurunan dari tahun ke
tahunnya.
Tiga provinsi besar di pulau Jawa, yaitu Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa
Timur berkontribusi besar terhadap kategori lapangan usaha Industri Pengolahan
(Kategori C). Kontribusi ketiga provinsi tersebut dalam capaian PDB kategori
lapangan usaha ini mencapai 64,08 persen. Provinsi Jawa Barat memberikan
kontribusi hingga 28,11 persen dari keseluruhan capaian PDRB dari kategori
lapangan usaha Industri Pengolahan. Menurut Kementerian Perindustrian, hal ini
tidak terlepas keberadaan beberapa wilayah Provinsi Jawa Barat yang merupakan
daerah penyangga Ibukota Indonesia, Provinsi DKI Jakarta. Dari 74 kawasan
industri yang ada di Indonesia, 40 diantaranya berada di Jawa Barat.
Kategori lapangan usaha yang serupa dengan kategori lapangan usaha Industri
Pengolahan yaitu kategori lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Motor (Kategori G) serta kategori Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan (Kategori A) memiliki kontribusi PDB masing-masing sebesar 13,21
persen dan 12,54 persen. Provinsi Jawa Timur menjadi kontributor terbesar
pada capaian PDRB kedua kategori lapangan usaha tersebut, 12,54 persen pada
kategori lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; serta 21,09 persen
pada kategori lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil
dan Motor.
Rata-rata jam kerja di Indonesia pada tahun 2018 adalah 39,87 jam per minggu,
mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya (40,47
jam per minggu). Meskipun penurunan rata-rata jam kerja yang terjadi sebesar
0,6 jam, hal ini perlu menjadi perhatian. Mengingat dengan menurunnya rata-
rata jam kerja, capaian produktivitas baik tenaga kerja, ekuivalen tenaga kerja,
maupun jam kerja mengalami peningkatan. Hal ini jelas mengindikasikan tenaga
kerja di Indonesia jauh lebih produktif dengan jam kerja yang lebih pendek.
Pada tahun 2018, ada 3 kategori lapangan usaha mengalami peningkatan rata-rata
jam
kerja kerja, yaitu Pertambangan
pada kategori dan Penggalian
ini mengalami peningkatan (Kategori
yang paling B), Pengadaan
besar diantara Listrikusaha
kategori lapangan dan
Gas (Kategori
lainnya.
D), dan Jasa Keuangan dan Asuransi (Kategori K). Masing-masing
kategori lapangan usaha mengalami peningkatan rata-rata jam kerja sebesar
1,20 jam Pengukuran produktivitas
per minggu, jamper
1,15 jam kerjaminggu,
adalah pengukuran
dan 0,23produktivitas dengan menggunakan
jam per minggu. Sedangkan
14 kategori
capaian tenagalapangan
kerja per jamusaha
sebagailainnya mengalami
ukurannya. penurunan rata-rata
Atau dapat diinterpretasikan jumlahoutput
sebagai capaian jam
kerja seminggu. Adapun kategori lapangan usaha dengan penurunan
yang didapatkan oleh seorang tenaga kerja selama satu jam bekerja. Selaras dengan pengukuran rata-rata
jam kerja per
produktivitas minggu
tenaga terbesar adalah
kerja, produktivitas jam kerjaJasa Perusahaan
secara (Kategori
nasional mengalami M,N). Hal
peningkatan ini
sebesar
menyebabkan
4,17 persen menjadiproduktivitas
Rp 40.997 perekuivalen
tenaga kerjatenaga
per jam.kerja pada
Capaian kategori
pada ini ini
tahun 2018 mengalami
mengalami
peningkatan yang paling besar diantara kategori lapangan usaha lainnya.
percepatan jika dibandingkan tahun sebelumnya (Gambar 5.6).
14
12
10
-2
-4
2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015 2015-2016 2016-2017 2017-2018
Sumber : BPS, hasil olah Produk Domestik Bruto (PDB) dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)
Percepatan
Pengukuran capaian produktivitas
produktivitas jam kerjajam kerja padapengukuran
adalah tingkat nasionalproduktivitas
merupakan kontribusi dari
dengan
menggunakan capaianusaha
sepuluh kategori lapangan tenaga
yang kerja per peningkatan
mengalami jam sebagai ukurannya.
capaian Atau
produktivitas jamdapat
kerja.
Sepuluh kategori lapangan usaha tersebut adalah kategori lapangan usaha Pertanian, kehutanan, dan
perikanan (Kategori A), Industri Pengolahan (Kategori C), Konstruksi (Kategori F), Perdagangan Besar
PENGUKURAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA NASIONAL, REGIONAL, DAN SEKTORAL 2019
90 dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor (Kategori G), Transportasi dan Pergudangan (Kategori
H), Jasa Perusahaan (Kategori M dan N), Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial
diinterpretasikan sebagai capaian output yang didapatkan oleh seorang tenaga
kerja selama satu jam bekerja. Selaras dengan pengukuran produktivitas tenaga
kerja, produktivitas jam kerja secara nasional mengalami peningkatan sebesar 4,17
persen menjadi Rp 40.997 per tenaga kerja per jam. Capaian pada tahun 2018 ini
mengalami percepatan jika dibandingkan tahun sebelumnya (Gambar 5.6).
Pada tahun 2018, kategori lapangan usaha Real Estat (Kategori L) menghasikan
produktivitas jam kerja tertinggi. Namun, kategori lapangan usaha ini mengalami
penurunan produktivitas jam kerja paling besar dibandingkan kategori lapangan
usaha lainnya. Capaian produktivitas jam kerja kategori lapangan usaha ini pada
tahun 2018 adalah Rp 356.009 per tenaga kerja per jam, dengan penurunan 18,18
persen dari tahun sebelumnya. Sementara itu kategori lapangan usaha dengan
pertumbuhan produktivitas jam kerja tertinggi adalah kategori lapangan usaha
Jasa Perusahaan (Kategori M dan N) dengan peningkatan 13,52 persen dibanding
tahun 2017.
500,000 20.00
Sumber : BPS, hasil olah Produk Domestik Bruto (PDB) dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)
Produktivitas ekuivalen tenaga kerja (ETK) atau produktivitas tenaga kerja penuh
(full time worker equivalent) merupakan cerminan capaian efisiensi tenaga kerja.
Pada penghitungan produktivitas ekuivalen tenaga kerja, digunakan jam kerja
sebagai penimbang. Di Indonesia, undang-undang (UU) Ketenagakerjaan No.
13 Tahun 2003 yang mengatur tentang ketenagakerjaan, memuat waktu kerja
normal dalam seminggu adalah 40 jam (Pasal 77 Ayat 2). Batasan 40 jam dijadikan
batasan penimbang jam kerja untuk penghitungan produktivitas ekuivalen
tenaga kerja. Hal lain yang diatur dalam UU tersebut adalah adanya jumlah jam
lembur maksimum 14 jam per minggu. Peraturan ini menyebabkan tidak tertutup
kemungkinan jam kerja dalam seminggu untuk setiap tenaga kerja dapat lebih
dari 40 jam. Secara nasional, pada tahun 2018 jam kerja tenaga kerja di Indonesia
masih dalam rentang jam kerja ideal, yaitu 39,87 jam per minggu.
Dua dari tujuh belas kategori lapangan usaha, memiliki tenaga kerja yang bekerja
dengan rata-rata jam kerja per minggu kurang dari 40 jam, yaitu tenaga kerja
yang bekerja pada kategori lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
(Kategori A) serta Jasa Pendidikan (Kategori P). Tenaga kerja yang bekerja kategori
lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (Kategori A) memiliki rata-
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
Rata – rata jam kerja yang rendah pada suatu kategori lapangan usaha, tidak selalu
menunjukkan efisiensi dari tenaga kerja pada kategori tersebut. Misalnya pada
kategori lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (Kategori A) yang
sangat dipengaruhi oleh faktor musiman. Begitu juga pada kategori lapangan
usaha Jasa Pendidikan (Kategori P), jam sekolah dan hari libur sekolah menjadi
penyebab utama rendahnya rata-rata jam kerja tenaga kerja pada kategori
lapangan usaha ini.
Capaian produktivitas ekuivalen tenaga kerja dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan. Hal ini mengindikasikan bahwa jam kerja tenaga kerja semakin berkurang, namun output
meningkat. Tujuh dari tujuh belas kategori lapangan usaha konsisten mengalami
yang dihasilkan sama atau bahkan meningkat. Tujuh dari tujuh belas kategori lapangan usaha
peningkatan dari tahun 2016 hingga 2018. Ketujuh kategori lapangan usaha
konsisten mengalami peningkatan dari tahun 2016 hingga 2018. Ketujuh kategori lapangan usaha
tersebut adalah Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (Kategori A), Konstruksi
tersebut adalah
(Kategori Pertanian, Kehutanan,
F), Perdagangan Besar dandan Perikanan
Eceran; (Kategori
Reparasi MobilA),dan
Konstruksi (Kategori F),
Motor (Kategori
Perdagangan
G), Besar dan
Pengangkutan danEceran; Reparasi Mobil
Pergudangan dan Motor
(Kategori (Kategori G),Pemerintahan,
H), Administrasi Pengangkutan dan
Pertahanan,
Pergudangan dan Jaminan
(Kategori Sosial Wajib
H), Administrasi (Kategori O),
Pemerintahan, Jasa Pendidikan
Pertahanan, dan Jaminan(Kategori
Sosial P),
Wajib
dan Jasa O),
(Kategori Kesehatan dan Kegiatan
Jasa Pendidikan Sosial
(Kategori P), (Kategori
dan Jasa Q).dan Kegiatan Sosial (Kategori Q).
Kesehatan
Gambar 5.9. Produktivitas Ekuivalen Tenaga Kerja Berdasarkan Kategori Lapangan Usaha, 2016-2018
L
J
B
D
K
C
F
M, N
O
H
P
Q
G
A
I
R, S, T, U
E
0.00 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 600.00 700.00 800.00 900.00 1,000.00
2016 2017 2018
Sumber : BPS, hasil olah Produk Domestik Bruto (PDB) dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)
Gambar 5.10. Pertumbuhan Produktivitas Ekuivalen Tenaga Kerja Berdasarkan Kategori Lapangan Usaha, 2018
20.00
15.00 13.52
11.97
10.00 7.89
5.22 5.43
4.08 4.29 4.11
5.00
1.56 1.97
0.00
-1.07 -0.56
-5.00 -2.59
-5.10
-6.44
-10.00 -8.25
-15.00
-20.00 -18.18
A B C D E F G H I J K L M, N O P Q R, S,
T, U
Sumber : BPS, hasil olah Produk Domestik Bruto (PDB) dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)
Pertumbuhan
Pertumbuhanproduktivitas ekuivalen
produktivitas ekuivalen tenaga
tenaga kerja kerja kategori
berdasarkan berdasarkan kategori
lapangan usaha pada
lapangan
tahun usaha pada sepuluh
2018 menunjukkan tahun 2018 menunjukkan
kategori lapangan usahasepuluh
mengalamikategori lapangan
peningkatan usaha
produktivitas
mengalami
ekuivalen tenagapeningkatan
kerja dibandingkanproduktivitas ekuivalen
dengan tahun 2017. tenaga
Peningkatan kerja
tertinggi dibandingkan
terjadi pada kategori
dengan tahun 2017. Peningkatan tertinggi terjadi pada kategori lapangan
lapangan usaha Jasa Perusahaan (Kategori M dan N) dengan pertumbuhan sebesar 13,52 persen. usaha
Jasa Perusahaan
Diikuti oleh kategori (Kategori M danJasa
lapangan usaha N) Lainnya
dengan(Kategori
pertumbuhan sebesar
R,S,T,U), serta 13,52Pertanian,
kategori persen.
Diikuti oleh kategori lapangan usaha Jasa Lainnya (Kategori R,S,T,U), serta kategori
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (Kategori A). Peningkatan pada masing-
masing kedua kategori lapangan usaha tersebut sebesar 11,97 persen dan 7,89
persen.
Gambar 5.11. Produktivitas Tenaga Kerja dan Ekuivalen Tenaga Kerja Berdasarkan Kategori Lapangan Usaha, 2018
L
J
B
D
K
C
F
M, N
O
H
P
Q
G
A
I
R, S, T, U
E
0.00 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 600.00 700.00 800.00 900.00
ETK TK
Sumber : BPS, hasil olah Produk Domestik Bruto (PDB) dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)
Selain dua kategori tersebut, peningkatan efisiensi tenaga kerja tahun 2018
dibanding tahun sebelumnya, ditunjukkan oleh capaian produktivitas ekuivalen
tenaga kerja yang semakin tinggi dan mendekati capaian dari produktivitas
tenaga kerja. Selaras dengan kondisi nasional, sepuluh kategori lapangan
usaha mengalami peningkatan produktivitas ekuivalen tenaga kerja serta
Selain kategori lapangan usaha Real Estat (Kategori L), kategori lapangan usaha
Informasi dan Komunikasi (Kategori J) adalah kategori dengan perpendekan
gap antara capaian produktivitas ekuivalen tenaga kerja dengan produktivitas
tenaga kerja tertinggi kedua. Pada kategori lapangan usaha ini, selisih capaian
produktivitas tenaga kerja dan produktivitas ekuivalen tenaga kerjanya menurun
dari 98,86 juta rupiah pada tahun 2017 menjadi 92,16 juta rupiah per tenaga kerja
per tahun di tahun 2018.
Pada tahun 2018, terdapat tiga kategori lapangan usaha mengalami perlebaran
selisih produktivitas tenaga kerja dan produktivitas ekuivalen tenaga kerja. Pada
ketiga kategori lapangan usaha ini capaian produktivitas tenaga kerja semakin
jauh di atas capaian produktivitas ekuivalen tenaga kerjanya. Keenam kategori
lapangan usaha tersebut adalah Pertambangan dan Penggalian (Kategori B),
Pengadaan Listrik dan Gas (Kategori D), serta Jasa Keuangan dan Asuransi
(Kategori K). Dalam dua tahun terakhir kategori lapangan usaha Pertambangan
dan Penggalian (Kategori B) telah mengalami perlebaran selisih terbanyak antara
capaian produktivitas tenaga kerja dan produktivitas ekuivalen tenaga kerja
hingga 10,82 juta rupiah per tenaga kerja per tahun, yaitu dari 65,96 juta rupiah
per tenaga kerja per tahun pada tahun 2017 menjadi 76,78 juta rupiah per tenaga
kerja per tahun pada tahun 2018.
PENUTUP
Kesimpulan
Pada tahun 2018, produktivitas tenaga kerja Indonesia di lingkup global berada
pada posisi sedang. Di tataran ASEAN, posisi Indonesia kalah dari Singapura,
Malaysia dan Thailand dengan capaian produktivitas per pekerja masih cukup
jauh dari negara-negara tersebut. Pada tahun 2018, produktivitas tenaga kerja
Indonesia mencapai 84,07 juta rupiah per tenaga kerja. Capaian ini meningkat
dibanding produktivitas tenaga kerja yang dicapai pada tahun 2017, yaitu sebesar
81,91 juta rupiah.
Pada tahun 2018, produktivitas tenaga kerja penuh mencapai 84,34 juta rupiah per
tenaga kerja. Produktivitas ini tumbuh 4,17 persen dari tahun sebelumnya. Selain
itu, produktivitas tenaga kerja penuh melampaui nilai produktivitas tenaga kerja
Dari sisi sektoral, tiga kategori lapangan usaha dengan capaian produktivitas
tenaga kerja tertinggi pada tahun 2018 adalah Real Estat (Kategori L); Informasi dan
Komunikasi (Kategori J); serta kategori Pertambangan dan Penggalian (Kategori
B). Ketiga lapangan usaha tersebut merupakan lapangan usaha padat modal.
Jumlah tenaga kerja yang terlibat cenderung lebih sedikit jika dibandingkan
dengan kategori lapangan usaha lainnya.
Sementara itu, untuk melengkapi kebijakan yang lebih tepat sasaran dan
berbasis kajian berbasis potensi unggulan, diperlukan data yang lebih luas, yaitu
pengukuran produktivitas tenaga kerja di level kabupaten/kota menurut lapangan
usaha. Saat ini, penghitungan ini belum dapat dilakukan karena keterbatasan
jumlah sampel untuk estimasi hingga level tersebut. Pengembangan pengukuran
produktivitas juga diperlukan terkait dengan cakupannya yang tidak hanya
mengukur produktivitas tenaga kerja tetapi juga produktivitas modal, investasi
dan teknologi.
Saran
4. Cakupan pengukuran produktivitas tenaga kerja yang ada saat ini perlu
ditingkatkan, yaitu dengan melakukan pengukuran produktivitas kabupaten/
kota berdasarkan kategori lapangan usaha. Saat ini, penghitungan ini belum
dapat dilakukan karena keterbatasan jumlah sampel untuk estimasi hingga
level tersebut.