Anda di halaman 1dari 146

PEMERINTAH PROVINSI

DKI JAKARTA

MODUL
POKOK-POKOK MANAJEMEN PNS

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
2017


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Modul Diklat Manajemen Pegawai
Negeri Sipil, dengan judul Pokok-Pokok Manajemen PNS. Penyusunan modul ini
sangat penting dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan Pendidikan dan
Pelatihan Manajemen Pegawai Negeri Sipil (PNS) sehingga dapat menghasilkan
Peserta Diklat yang memiliki Kompetensi di bidang pelayanan publik yang Profesional.

Modul ini membahas tentang Dasar Hukum Manajemen PNS, Fungsi dan Tugas
PNS Pengelolaan Kepegawaian, Hak-hak PNS, Kewajiban dan Nilai-Nilai Dasar
Profesi. Selain itu, dalam modul ini pun dilengkapi oleh latihan-latihan, guna
peningkatan pemahaman terhadap modul ini.

Berbagai penyesuaian tentu saja dapat dilakukan untuk membuat modul Pokok-
Pokok Manajemen PNS menjadi lebih efektif. Modul ini diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan bagi peserta Diklat Manajemen PNS. Namun demikian saran dan masukan
dari peserta dan pemangku kepentingan bagi pengembangan materi pembelajaran
tetap dibutuhkan demi perbaikan modul ini di masa yang akan datang.

Jakarta, 31 Desember 2017

KEPALA BPSDM
PROVINSI DKI JAKARTA

TTD

BUDIHASTUTI
NIP 195903151985032005

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1


A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Deskripsi Singkat ................................................................................... 1
C. Tujuan Pembelajaran ............................................................................ 2
D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ...................................................... 3
E. Petunjuk Pembelajaran ......................................................................... 3

BAB II DASAR HUKUM MANAJEMEN PNS ....................................................... 5


A. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 ................................................. . 6
B. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 ....................................... 8
C. Kebijakan Lainnya yang Mengatur Tentang Pengelolaan PNS ............. 19
D. Latihan .................................................................................................... 28
E. Rangkuman ............................................................................................ 29
F. Evaluasi .................................................................................................. 30

BAB III FUNGSI DAN TUGAS PNS PENGELOLA KEPEGAWAIAN................. 31


A. Pengelolaan Kepegawaian ..................................................................... 31
B. Fungsi dan Tugas PNS di Bidang Pengelolaan Kepegawaian............... 34
C. Latihan ................................................................................................... 42
D. Rangkuman ............................................................................................ 43
E. Evaluasi .................................................................................................. 44

BAB IV HAK-HAK PNS ........................................................................................ 45


A. Alasan Pemenuhan Hak ......................................................................... 45
B. Gaji, Tunjangan dan Fasilitas Lainnya ................................................... 47
C. Cuti ......................................................................................................... 81
D. Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua................................................ 98

ii
E. Perlindungan .......................................................................................... 108
F. Pengembangan Kompetensi .................................................................. 121
G. Latihan .................................................................................................... 124
H. Rangkuman ............................................................................................ 124
I. Evaluasi .................................................................................................. 126

BAB V KEWAJIBAN DAN NILAI-NILAI DASAR PROFESI PNS ........................ 127


A. Pengertian Kewajiban dan Tanggungjawab .......................................... 127
B. Kewajiban PNS....................................................................................... 128
C. Nilai Dasar, Kode Etik dan Prilaku PNS ................................................. 134
D. Latihan .................................................................................................... 137
E. Rangkuman ............................................................................................ 138
F. Evaluasi .................................................................................................. 138

BAB VI PENUTUP ................................................................................................ 139


A. Kesimpulan ............................................................................................. 139
B. Tindak Lanjut .......................................................................................... 140
C. Umpan Balik ........................................................................................... 140

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 141

GLOSARIUM......................................................................................................... 143

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang


Aparatur Sipil Negara, terminologi Pegawai Aparatur Sipil Negara ini
terdiri dari dua, yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Pada pasal 1 angka 3
UU tersebut, PNS didefinisikan Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya
disingkat PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat
terteentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat
pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.

PNS merupakan salah satu unsur aparatur sipil negara yang


fungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan masyarakat, dan
perekat pemersatu bangsa mempunyai tugas untuk melaksanakan
kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, dan
mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

B. DESKRIPSI SINGKAT

Seperti kita ketahui bahwa Aparatur Sipil Negara terdiri dari


Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja (PPPK) memiliki hak dan kewajiban dalam
menjalankan tugasnya. Adapun Hak yang dapat diperoleh PNS
adalah, hak untuk memperoleh Gaji, Tunjangan dan Fasilitas, Cuti,
Jaminan Pensiun dan Tunjangan Hari Tua, Perlindungan dan
Pengembangan Kompetensi. Hak tersebut harusnya diiringi dengan
pelaksanaan kewajiban sebagai PNS yang menjalankan perintah
sesuai dengan peraturan perundang-undnagan yang berlaku.
Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 1

Modul Pokok-pokok Manajemen Kepegawaian ini akan
menjelaskan apa saja yang menjadi dasar hukum manajemen PNS,
fungsi dan tugas PNS serta aspek-aspek pengelolaan PNS yang
mencakup hak-hak dan kewajiban sebagai PNS, yang memberi
manfaat untuk meningkatkan kemampuan PNS khususnya PNS
dilingkungan Pemerintah Provinsi DKI sebagai pelayan masyarakat.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Kompetensi Dasar

Setelah selesai pembelajaran peserta diharapkan mampu


menganalisis ketentuan yang terkait dengan hak dan kewajiban
pegawai negeri sipil serta nilai-nilai dasar profesi PNS sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti pembelajaran ini, indikator hasil belajar


sebagai berikut :

a. Menjelaskan dasar hukum manajemen PNS sesuai dengan


peraturan yang berlaku;

b. Mengaitkan fungsi dan tugas PNS sebagai pengelola


kepegawaian sesuai dengan lingkup Manajemen PNS yang
telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan;

c. Mengidentifikasi dan memerinci Hak-hak PNS sesuai


dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

d. Menegaskan kewajiban dan nilai-nilai dasar profesi PNS


yang harus dilaksanakan dalam pelaksanaan tugas.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 2



D. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK

1. Dasar Hukum Manajemen PNS


a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
b. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017
c. Peraturan Perundang-undangan Lainnya yang mengatur
tentang Pengelolaan PNS
2. Fungsi dan Tugas PNS Pengelolaan Kepegawaian
a. Pengelola Kepegawaian dan Aspek-aspek Pengelolaan
b. Fungsi dan Tugas Pengelola Kepegawaian
3. Hak-hak PNS
a. Alasan Pemenuhan Hak
b. Gaji, Tunjangan, dan Fasilitas Lainnya
c. Cuti
d. Jaminan Pensiun dan Tunjangan Hari Tua
e. Perlindungan
f. Pengembangan Kompetensi
4. Kewajiban dan Nilai-nilai Dasar Profesi PNS
a. Pengertian Kewajiban dan Tanggungjawab
b. Kewajiban PNS
c. Nilai Dasar, Kode Etik dan Kode Perilaku PNS

E. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

1. Petunjuk bagi Peserta

Untuk memperoleh hasil belajar secara maksimal dalam


menggunakan modul ini, maka langkah-langkah yang perlu
dilaksanakan antara lain :
a. Bacalah dan pahami dengan seksama uraian materi pada
masing- masing pokok bahasan dan subpokok bahasan. Bila
ada materi yang kurang jelas, peserta diklat dapat bertanya
pada tenaga pengajar/tutor yang mengampu mata diklat.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 3



b. Kerjakan setiap tugas latihan untuk mengetahui seberapa be-
sar pemahaman yang telah dimiliki terhadap materi yang
dibahas dalam setiap pokok bahasan dan subpokok bahasan.
c. Untuk kegiatan belajar yang terdiri atas teori dan praktik, per-
hatikanlah hal-hal berikut ini :
1) Perhatikan petunjuk-petunjuk yang ada pada tugas lati-
han dan evaluasi.
2) Pahami setiap langkah kerja dengan baik.
3) Sebelum melaksanakan tugas latihan, identifikasi terlebih
dengan cermat.
4) Untuk kegiatan latihan dan evaluasi yang belum jelas,
bertanyalah pada tenaga pengajar/tutor yang mengampu
mata diklat tersebut.

2. Petunjuk bagi Tenaga Pengajar/Tutor Online


Dalam setiap kegiatan belajar, tenaga pengajar/tutor berperan
untuk:
a. Membantu peserta dalam merencanakan proses belajar.
b. Membimbing peserta melalui latihan dan evaluasi yang di-
jelaskan dalam tahap belajar.
c. Membantu peserta dalam memahami setiap materi yang ada
pada modul dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
peserta.
d. Membantu peserta untuk menentukan dan mengakses sum-
ber tambahan lain yang diperlukan untuk belajar.
e. Mengorganisasikan kegiatan belajar kelompok jika diperlukan.
f. Memberikan pengembangan sumber belajar berupa studi
kasus dalam kegiatan pembelajaran.
g. Merencanakan seorang ahli /pendamping tenaga
pengajar/tutor apabila diperlukan.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 4



BAB II

DASAR HUKUM MANAJEMEN PEGAWAI NEGERI SIPIL

Hasil Belajar :

Setelah selesai membaca modul ini, anda diharapkan dapat


Menjelaskan dasar hukum manajemen PNS sesuai dengan peraturan
yang berlaku

Manusia merupakan makhluk sosial sehingga dalam


kesehariannya selalu berhubungan dengan manusia-manusia yang lain.
Karena seringnya terjadi interaksi antar manusia tersebut, maka
dibutuhkan sesuatu yang bersifat mengatur dan mengikat manusia-
manusia tersebut untuk selalu mematuhi aturan yang telah ditetapkan.
Peraturan dibuat untuk mengatur manusia-manusia yang terdapat dalam
satu kelompok untuk menghindari sikap brutal, mau menang sendiri, dan
lain-lain.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, peraturan adalah kaidah


yang dibuat untuk mengatur, petunjuk yang dipakai untuk menata sesuatu
dengan aturan, ketentuan yang harus dijalankan dan dipatuhi. Sedangkan
peraturan kepegawaian merupakan peraturan tertulis yang memuat
aturan-aturan yang mengikat secara umum bagi seluruh pegawai dan
dibentuk sesuai prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-
undangan.

Saat ini, kebijakan tentang kepegawaian bagi pegawai yang berada


dilingkungan instansi Pemerintah telah mengalami pergeseran setelah
kurun lebih dari 20 tahun lamanya baru ada perubahan dengan lahirnya
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014. Peraturan ini tentunya tidak berdiri
sendiri, selalu ada peraturan turunan sebagai penjelasan pelaksanaan
teknis yang harus dipedomani. Kebijakan ataupun peraturan yang

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 5



menjadi dasar hukum dalam pelaksanaan pengelolaan manajemen PNS
dapat dijelasknan lebih rinci pada Sub Bab dibawah ini.

A. UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014

Salah satu hal paling mendasar dalam pengelolaan PNS di


Indonesia sebelum diterbitkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2014 adalah pengelolaan PNS yang menganut sistem administrasi
kepegawaian yang belum menerapkan pola pengelolaan
kepegawaian berdasarkan manajemen sumber daya manusia.

Pola pengelolaan PNS pasca zaman penjajahan lebih


difokuskan kepada bagaimana keberadaan pegawai mamapu
memberikan kontribusi bagi kepentingan negara, memelihara
keamanan dan ketertiban negara yang mirip dnegan sistem
kepegawaian pada zaman feodal sehingga sangat jauh dari
pengelolaan PNS berbasiskan manajemen sumber daya Manusia.
Oleh karena itu lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 se-
bagai pengganti UU Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepeg-
awaian merupakan reformasi kebijakan pengelolaan PNS di
Indonesia. Kebijakan ini berorientasi pada pengelolaan berbasis
manajemen SDM, mulai dari : penyusunan dan penetapan kebutuhan;
pengadaan; pangkat dan jabatan; pengembangan karier; pola karier;
promosi; mutasi; penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan;
penghargaan; disiplin; pemberhentian; jaminan pensiun dan jaminan
hari tua; dan, perlindungan.

Pengelolaan PNS harus dikelola dengan baik dijelaskan dalam


Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
Undang-Undang ini memuat perubahan-perubahan dalam sistem ma-
najemen kepegawaian secara keseluruhan, mulai dari sistem
perencanaan, pengadaan, pengembangan karier/promosi, peng-
gajian, serta sistem dan batas usia pensiun. Perubahan itu didasar-

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 6



kan pada sistem merit, yang mengedepankan prinsip profesional-
isme/kompetensi, kualifikasi, kinerja, transparansi, obyektivitas, serta
bebas dari intervensi politik dan KKN. Sasaran utama dari UU ASN
adalah mewujudkan birokrasi yang profesional, kompeten, berintegri-
tas, memberikan pelayanan terbaik pada rakyat. Dalam UU Nomor 5
Tahun 2014, pegawai yang dimaksud disini dibagi menjadi 2 (dua)
yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja (PPPK). PNS yang dimaksud disini sebagai pegawai
tetap yang bekerja di Instansi pemerintah, sedangkan PPPK yang
dimaksud disini adalah pegawai pemerintah yang diangkat, diserahi
tugas, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
dikontrak selama 1 (satu) tahun.

Berikut ini dijelaskan tentang hal-hal baru yang terdapat dalam


UU ASN antara lain:

1. UU ASN mengatur berbagai instrumen manajemen SDM yang


menekankan pada pembangunan ASN sebagai profesi;
2. UU ASN membagi 2 (dua) jenis pegawai yaitu PNS dan Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK);
3. UU ASN mengatur 3 (tiga) jenis jabatan, yaitu jabatan
administrasi, jabatan fungsional, dan jabatan pimpinan tinggi;
4. Perubahan pejabat yang berwenang mengangkat, memindahkan,
dan memberhentikan;
5. Pengaturan mengenai penguatan kompetisi, kompetensi, dan
pengembangan karier;
6. Pengaturan mengenai Batas Usia Pensiun (BUP) yang eksplisit
dimuat dalam batang tubuh Undang-Undang;
7. Penegasan terhadap system pay as you go menjadi system fully
funded secara bertahap;
8. Penguatan sistem informasi ASN yang akan dibangun secara
nasional dan terintegrasi antar instansi pemerintah.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 7



Undang-undang ASN berisi 15 bab terdiri dari bab I. Ketentuan
Umum, bab II. Asas, Prinsip, Nilai Dasar serta Kode Etik dan Kode
Perilaku, bab III. Jenis, Status dan Kedudukan, bab IV. Fungsi, Tugas
dan Peran, bab V. Jabatan ASN, bab VI. Hak dan Kewajiban, bab VII.
Kelembagaan, bab VIII. Manajemen ASN, bab IX. Pengisian Jabatan
Pimpinan Tinggi, bab X. Pegawai ASN Yang Menjadi Pejabat Negara,
bab XI. Organisasi, bab XII. Sistem Informasi ASN, bab XIII.
Penyelesaian Sengketa, bab XIV. Ketentuan Peralihan dan bab XV.
Ketentuan Penutup.

Undang-Undang ini tidak dapat berdiri sendiri akan tetapi ada


peraturan turunan yang mengikutinya sebagai implamentasi petunjuk
teknis penerapan Undnag Undang tersebut yang akan dijelaskan
pada Sub-Bab berikutnya.

B. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 11 TAHUN 2017

1. Hal-hal yang Mendasari Lahirnya Peraturan Pemerintah


Nomor 11 Tahun 2017

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 11 Tahun 2017 tentang


Manajemen PNS ini merupakan turunan dari UU nomor 5 Tahun
2014 tentang Apartur Sipil Negera yang mengatur bagaimana
pengelolaan Manajemen PNS.

PP ini menjadi salah satu capaian reformasi peraturan


perundang-undangan dan reformasi SDM aparatur negara
khususnya Pegawai Negeri Sipil, mengingat RPP menyatukan 11
RPP yang diamanatkan UU ASN menjadi 1 PP (PP Manajemen
PNS). Dengan disatukannya pengaturan PNS yang saling terkait
diharapkan memudahkan pelaksanaan dan sinkronisasi dalam
perubahan pengaturan yang perlu diketahui oleh PNS, pengelola
PNS, dan pembuat kebijakan bagi PNS.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 8



Tujuan pengaturan Manajemen Pegawai Negeri Sipil
(PNS) ini untuk menghasilkan PNS yang profesional, memiliki
nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme dalam rangka pelaksanaan
tugas pelayanan publik, tugas pemerintahan, dan tugas
pembangunan tertentu. PP ini berisi ketentuan lebih lanjut
mengenai penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan
PNS dan tata cara sumpah/janji PNS, pangkat dan tata cara
pengangkatan PNS dalam jabatan, pengembangan karier, pola
karier, promosi, mutasi, penghargaan, dan tata cara
pemberhentian.

Adapun isu yang menarik lahirnya PP 11 Tahun 2017 ini,


antara lain:
a. Penyusunan kebutuhan PNS secara nasional dilakukan untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun dan diperinci per 1 (satu) tahun
berdasarkan prioritas kebutuhan;
b. Pangkat dan jabatan, pengangkatan dalam jabatan semula
berdasarkan eselonisasi diubah jabatan pimpinan tinggi dan
jabatan administrasi, pangkat melekat pada jabatan bukan
pada orang, kedudukan dalam jabatan didasarkan pada
standar kompetensi dan pengembangan kompetensi;
c. Pengembangan karir, pengembangan kompetensi, pola karir,
promosi, dan mutasi, karir ditentukan berdasarkan komitmen
terhadap kinerja bukan hanya kedudukan, kewajiban PNS
untuk melaksanakan pengembangan kompetensi;
d. Jabatan ASN tertentu dapat diduduki TNI/POLRI sesuai
ketentuan UU TNI atau UU POLRI;
e. Pendidikan prajabatan diubah nomenklaturnya menjadi
pendidikan terintegrasi selama 1 (satu) tahun;
f. Pembatasan masa jabatan (5 Tahun) untuk jabatan pimpinan
tinggi;

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 9



g. Seleksi terbuka untuk menduduki jabatan pimpinan tinggi;

h. Batas usia pensiun diseragamkan, 58 tahun (pejabat


administrasi, pejabat fungsional ahli muda, pejabat fungsional
ahli pertama, dan pejabat fungsional keterampilan), 60 tahun
(pejabat pimpinan tinggi dan pejabat fungsional madya), dan
65 tahun (pejabat fungsional ahli utama);

i. Presiden dapat menetapkan cuti bersama serta cuti bersama


tersebut tidak mengurangi cuti tahunan.

2. Sistematika PP 11 Tahun 2017

Kebijakan pemerintah terkait dengan manajemen PNS


tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017
tentang Manajemen PNS. Dalam peraturan ini, manajemen PNS
meliputi, yaitu:
a. Penyusunan dan penetapan kebutuhan
b. Pengadaan
c. Pangkat dan jabatan
d. Pengembangan karier
e. Pola karier
f. Mutasi
g. Promosi
h. Penilaian kinerja
i. Penggajian dan tunjangan
j. Penghargaan
k. Disiplin
l. Pemberhentian
m. Jaminan pensiun dan jaminan hari tua; dan
n. Perlindungan.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 10



PP 11 Tahun 2017 ini terdiri dari 16 BAB dan 364 Pasal,
sistematika peraturan ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Bab I : KETENTUAN UMUM, terdiri dari : pasal 1 s.d pasal 3
2. Bab II : PENYUSUNAN DAN PENETAPAN KEBUTUHAN
Terbagi menjadi :
a. Bagian kesatu : Umum - pasal 4
b. Bagian Kedua : Penyusunan Kebutuhan – pasal 5 s.d pasal
11
c. Bagian Ketiga : Penetapan Kebutuhan – pasal 12 s.d pasal
14

3. Bab III : PENGADAAN


Terbagi menjadi :
a. Bagian Kesatu : Umum – pasal 15 s.d pasal 19
b. Bagian Kedua : Perencanaan – Pasal 20
c. Bagian Ketiga : Pengumuman Lowongan – Pasal 21 s.d pasal
22
d. Bagian Keempat : Pelamaran – pasal 23 s.d pasal 25
e. Bagian Kelima : Seleksi dan Pengumuman Hasil Seleksi –
Pasal 26 s.d pasal 32
f. Bagian Keenam : Pengangkatan Calon PNS dan Masa
Percobaan Calon PNS – Pasal 33 – pasal 35
g. Bagian Ketujuh : Pengangkatan Menjadi PNS – Pasal 36 s.d
pasal 38
h. Bagian Kedelapan : Sumpah/Janji – Pasal 39 s.d pasal 45

4. Bab IV : PANGKAT DAN JABATAN


Terbagi menjadi :
a. Bagian Kesatu : Pangkat dan Jabatan – pasal 46 s.d pasal 49
b. Bagian Kedua : Jabatan Administrasi, terdiri dari :
1) Paragraf 1 : Jenjang, Tanggungjawab, dan Akuntabilitas -
pasal 50 s.d pasal 53

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 11



2) Paragraf 2 : Persyaratan dan Pengangkatan – pasal 54
s.d pasal 55
3) Paragraf 3 : Tata Cara Pengangkatan dalam Jabatan
Administrasi – pasal 56
4) Paragraf 4 : Pelantikan dan Pengambilan Sumpah/Janji
Jabatan Administrasi – pasal 57 s.d pasal 63
5) Paragraf 5 : Pemberhentian dari Jabatan Administrasi –
pasal 64
6) Paragraf 6 : Tata Cara Pemberhentian dari Jabatan
Administrasi – pasal 65 s.d pasal 66

c. Bagian Ketiga : Jabatan Fungsional, terbagi menjadi :


1) Paragraf 1 : Kedudukan, Tanggungjawab, Tugas,
Kategori, Jenjang, Kriteria, dan Akuntabilitas Jabatan
Fungsional – pasal 67 s.d pasal 71
2) Paragraf 2 : Klasifikasi Jabatan Fungsional – pasal 72
3) Paragraf 3 : Penetapan Jabatan Fungsional – pasal 73
4) Paragraf 4 : Pengangkatan dan Persyaratan Jabatan
Fungsional – pasal 74 s.d pasal 81
5) Paragraf 5 : Tata Cara Pengangkatan Pertama dalam
Jabatan Fungsional – pasal 82
6) Paragraf 6 : Tata Cara Pengangkatan dalam Jabatan
Fungsional melalui Perpindahan Jabatan – pasal 83
7) Paragraf 7 : Tata Cara Pengangkatan dalam Jabatan
Fungsional melalui Penyesuaian – pasal 84
8) Paragraf 8 : Tata Cara Pengangkatan dalam Jabatan
Fungsional melalui Promosi – pasal 85
9) Paragraf 9 : Pendelegasian Pengangkatan dalam Jabatan
Fungsional – pasal 86
10) Paragraf 10 : Pelantikan dan Pengambilan Sumpah/Janji
– pasal 87 s.d pasal 93

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 12



11) Paragraf 11 : Pemberhentian dari Jabatan Fungsional –
pasal 94 s.d pasal 94
12) Paragraf 12 : Tata Cara Pemberhentian dari jabatan
Fungsional – pasal 95 s.d pasal 97
13) Paragraf 13 : Rangkap Jabatan – pasal 98
14) Paragraf 14 : Instansi Pembina – pasal 99 s.d pasal 100
15) Paragraf 15 : Organisasi Profesi – pasal 101

d. Bagian Keempat : Jabatan Pimpinan Tinggi, terbagi menjadi :


1) Paragraf 1 : Jenjang, Fungsi, dan Akuntabilitas Jabatan
Pimpinan Tinggi – pasal 102 s.d pasal 104
2) Paragraf 2 : Persyaratan Jabatan Pimpinan Tinggi – pasal
105 s.d pasal 109
3) Paragraf 3 : Tata Cara Pengisian dan Pengangkatan
Jabatan Pimpinan Tinggi – pasal 110 s.d pasal 129
4) Paragraf 4 : Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi karena
Penataan Organisasi – pasal 130 s.d pasal 134
5) Paragraf 5 : Pelantikan dan Pengambilan Sumpah/Janji
Jabatan Pimpinan Tinggi – pasal 135 s.d pasal 141
6) Paragraf 6 : Target Kinerja dan Uji Kompetensi Pejabat
Pimpinan Tinggi – pasal 142 s.d pasal 143
7) Paragraf 7 : Pemberhentian dari Jabatan Pimpinan Tinggi
– pasal 144
1) Paragraf 8 – Tata Cara Pemberhentian dari Jabatan
Pimpinan Tinggi – pasal 145 s.d pasal 146

e. Bagian Kelima : Jabatan ASN Tertentu yang dapat Diisi oleh


Prajurit Tentara Nasional Indonesia dan Anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia – pasal 147 s.d pasal 160.
f. Bagian Keenam : Jabatan Tertentu di Lingkungan Tentara
Nasional Indonesia/Kepolisian Negara Republik Indonesia
yang dapat Diduduki Pegawai Negeri Sipil – pasal 161

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 13



5. BAB V : PENGEMBANGAN KARIER, PENGEMBANGAN
KOMPETENSI, DAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
KARIER, terdiri dari :
a. Bagian Kesatu : Umum – pasal 162 sd pasal 175
b. Bagian Kedua : Pengembangan Karier, terbagi menjadi :
1) Paragraf 1 : Umum – pasal 176 s.d pasal 179
2) Paragraf 2 : Rencana Pengembangan Karier – pasal 180
s.d 182
3) Paragraf 3 : Pelaksanaan Pengembangan Karier – pasal
183 s.d pasal 184
4) Paragraf 4 : Pemantauan dan Evaluasi Pengembangan
Karier – pasal 185 s.d pasal 187
5) Paragraf 5 : Pola Karier – pasal 188 s.d pasal 189
6) Paragraf 6 : Mutasi – pasal 190 s.d pasal 197
7) Paragraf 7 : Promosi – pasal 198 s.d pasal 200
8) Paragraf 8 : Tim Penilaian Kinerja PNS – pasal 201
9) Paragraf 9 : Penugasan Khusus – pasal 202

c. Bagian Ketiga : Pengembnagan Kompetensi, dibagi menjadi :


1) Paragraf 1 : Umum – pasal 203 s.d pasal 204
2) Paragraf 2 : Kebutuhan dan Rencana Pengembaangan
SDM – pasal 205 s.d pasal 209
3) Paragraf 3 : Pelaksanaan Pengembangan Kompetensi –
pasal 210 s.d 220
4) Paragraf 4 : Evaluasi Pengembangan Kompetensi pasal
221 – pasal 225

d. Bagian Keempat : Sistem Manajemen Karier, dibagi menjadi :


1) Paragraf 1 : Sistem Informasi Karier Instansi Pemerintah -
pasal 226
2) Paragraf 2 : Sistem Informasi Manajemen Karier Nasioal
– pasal 227

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 14



6. BAB VI : PENILAIAN KINERJA DAN DISIPLIN – pasal 228 s.d
pasal 230

7. BAB VII : PENGHARGAAN – pasal 231 s.d pasal 237

8. BAB VIII : PEMBERHENTIAN

terbagi menjadi :

a. Bagian Kesatu : Dasar Pemberitahuan, terbagi menjadi :

1) Paragraf 1 : Pemberhentian atas Permintaan Sendiri –


pasal 238
2) Paragraf ke 2 : Pemberhentian Karena Mencapai Batas
Usia Pensiun – pasal; 239 s.d 240
3) Paragraf 3 : Pemberhentian karena Perampingan
Organisasi atau kebijakan pemerintah – pasal 241
4) Paragraf 4 : Pemberhentian karena tidak Cakap Jasmani
dan/atau Rohani – pasal 242
5) Paragraf 5 : Pemberhentian Karena Meninggal Dunia,
Tewas, atau Hilang – pasal 234 s.d pasal 246
6) Paragraf 6 : Pemberhentian Karena Melakukan Tindak
Pidana/Penyelewengan – pasal 247 s.d pasal 252
7) Paragraf 7 : Pemberhentian Karena Pelanggaran Disiplin
– pasal 253
8) Paragraf 8 : Pemberhentian Karena Mencalonkan Diri
atau dicalomkan Menjadi Presiden dan Wakli Presiden,
Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Perwakilan
daerah, Gubernut dan wakil Gubernur, atau
bupati/Walikota – pasal 254
9) Paragraf 9 : Pemberhentian karena Menjadi Anggota
dan/atau Pengurus Partai Politik – pasal 355
10) Paragraf 10 : Pemberhentian karena tidak menjabat Lagi
Sebagau Pejabat Begara – pasal 256

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 15



11) Paragraf 11 : Pemberhentian karena Hal lain, pasak 257
s.d pasal 259
12) Paragraf 12 : Sistem Insformasi Manajemen, pasal 260

b. Bagian Kedua : Tata Cara Pemberitahuan, dibagi menjadi :

1) Paragraf 1 : Tata Cara Pemberhentian atas Permintaan


Sendiri – pasal 261
2) Paragraf 2 : Tata Cara Pemberhentian Karena Mencapai
Batas Usia Pensiun – pasal 262
3) Paragraf 3 : Tata Cara Pemberhentian Karena
Perampingan Organisasi atau Kebijakan Pemerintah –
pasal 263
4) Paragraf 4 : Tata Cara Pemberhentian karena Tidak
cakap Jasmani dan/atau Rohani – pasal 264
5) Paragraf 5 : Tata Cara Pemberhentian Karena Meninggal
Dunia, Tewas, atau Hilang – pasal 265
6) Paragraf 6 : Tata Cara Pemberhentian Karena Melakukan
Tindak Pidana/Penyelewengan – pasal 266
7) Paragraf 7 : Tata Cara Pemberhentian Karena
Pelanggaran Disipin
8) Paragraf 8 : Tata Cara Pemberhentian karena Men-
calonkanDiri atau Dicalonkan Menjadi Presiden dan Wakil
Presiden, Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Per-
wakilan Rakyat, Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan
Perwakilan Daerah, Gubernur dan Wakil Gubernur, Bu-
pati/Walikota,Wakil Bupati/Wakil Wali kota – pasal 267
9) Paragraf 9 : Tata Cara Pemberhentian karena Men-
calonkanDiri atau Dicalonkan Menjadi Presiden dan Wakil
Presiden, Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Per-
wakilan Rakyat, Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan
Perwakilan Daerah, Gubernur dan Wakil Gubernur, Bu-

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 16



pati/Walikota, Wakil Bupati/Wakil Walikota – pasal 269 s.d
pasal 270
10) Paragraf 10 :Tata Cara Pemberhentian karena Tidak
Menjabat Lagi sebagai Pejabat Negara – pasal 271
11) Paragraf 11 : Tata Cara Pemberhentian karena Hal Lain –
Pasal 272 s.d pasal 274
12) Paragraf 12 : Penyampaian Keputusan Pemberhentian –
pasal 275

c. Bagian Ketiga : Pemberhentian Sementara dan Pengaktifan


Kembali, dibagi menjadi :

1) Paragraf 1 : Pemberhentian Sementara – pasal 276 s.d


pasal 283
2) Paragraf 2 : Tata Cara Pemberhentian Sementara – pasal
284
3) Paragraf 3 : Pengaktifan Kembali – pasal 285
4) Paragraf 4 : Tata Cara Pengaktifan Kembali – pasal 286
s.d pasal 287

d. Bagian Keempat : Kewenangan Pemberhentian,


Pemberhentian Sementara, dan Pengaktifan Kembali

1) Paragraf 1 : Kewenangan Pemberhentian – pasal 288 s.d


pasal 292
2) Paragraf 2 : Kewenangan Pemberhentian Sementara dan
Pengaktifan Kemabali – pasal 293 s.d pasal 294

e. Bagian Kelima : Hak Kepegawaian bagi PNS yang


diberhentikan, pasal 295.

f. Bagian Keenam : Uang Tunggu dan Uang Pengabdian, pasal


296 s.d pasal 302.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 17



9. BAB IX : PENGGAJIAN, TUNJANGAN, DAN FASILITAS –
pasal 303

10. BAB X : JAMINAN PENSIUN DAN JAMINAN HARI TUA – pasal


304 s.d pasal 307

11. BAB XI : PERLINDUNGAN – pasal 308

12. BAB XII : CUTI

terdiri dari :
a. Bagian Kesatu : Umum – pasal 309
b. Bagian Kedua : Jenis Cuti – Pasal 310
c. Bagian Ketiga : Cuti Tahunan – pasal 311 s.d pasal 315
d. Bagian Keempat : Cuti Besar – pasal 316 s.d pasal 318
e. Bagian Kelima : Cuti Sakit – pasal 319 s.d pasal 324
f. Bagian Keenam : Cuti Melahirkan – pasal 325 s.d pasal 327
g. Bagian Ketujuh : Cuti Karena Alasan Penting – pasal 328 s.d
pasal 332
h. Bagian Kedelapan : Cuti Bersama – pasal 333
i. Bagian Kesembilan : Cuti di Luar Tanggungan Negara – pasal
334 s.d pasal 337.
j. Bagian Kesepuluh : Ketentuan Lain Terkait Cuti – pasal 338
s.d pasal 341

13. BAB XIII : KETENTUAN LAIN-LAIN

terdiri dari :

a. Bagian Kesatu : PNS yang Menjadi Pejabat Negara dan


Pimpinan atau Anggota Lembaga Non Struktural – pasal 342
s.d 344

b. Bagian Kedua : PNS yang Mencalonkan Diri atau Dicalonkan


menjadi Pejabat Negara – pasal 345 s.d pasal 346

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 18



c. Bagian Ketiga : Hak Kepegawaian yang Diangkat Menjadi
Pejabat Negara dan Pimpinan atau Anggota Lembaga
Nonstruktural – pasla 347 s.d pasal 349

d. Bagian Keempat : Masa Persiapan Pensiun – pasal 350

14. BAB XIV : KETENTUAN PERALIHAN – pasal 351 s.d pasal 361

15. BAB XV : KETENTUAN PENUTUP – Pasal 361 s.d 364

C. KEBIJAKAN LAINNYA YANG MENGATUR TENTANG


PENGELOLAAN PNS

Ada beberapa kebijakan yang mengatur tentang pengelolaan


baik yang berlaku secara Nasional maupun dalam lingkup khusus
Provinsi DKI Jakarta. Kebijakan ini yang menjadi dasar hukum dalam
Manajemen PNS, yaitu :

1. Dasar hukum terkait Penyusunan dan penetapan kebutuhan;

a. PP 97 Tahun 2000 Jo PP 54 Tahun 2003 tentang Formasi


PNS;
b. PP 98 Tahun 2000 Jo PP 11/2002 Jo PP 78 Tahun 2013 ten-
tang Pengadaan PNS;
c. PP 9 Tahun 2003 Jo PP 63 Tahun 2009 tentang Wewenang
Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian PNS;
d. PP 48 Tahun 2005 Jo PP 56 Tahun 2012 tentang
Pengangkatan Tenaga Honorer menjadi CPNS;
e. PerMenpan-RB Nomor 26 Tahun 2011 tentang Pedoman
Perhitungan Jumlah Kebutuhan PNS untuk Daerah;
f. Perka BKN 19 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum
Penyusunan Kebutuhan PNS;
g. Perka BKN 37 Tahun 2011 tentang Penataan PNS;

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 19



h. Keputusan Menpan RB 75 Tahun 2004 tentang Pedoman
Perhitungan Kebutuhan Pegawai berdasarkan Beban Kerja
dalam Rangka Penyusunan Formasi.

2. Dasar hukum terkait pengadaan

a. Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang


Pengadaan Pegawai Negeri Sipil;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002 tentang Peru-
bahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 ten-
tang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil
c. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 tentang
Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai
Negeri Sipil;
d. PP Nomor 56 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas PP
Nomor 48 Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga
Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2013 Tentang Peru-
bahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun
2000 Tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil;
f. Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 197 Tahun 2012
tentang Kebijakan Pengadaan CPNS bagi Jabatan yang
dikecualikan dalam penundaan sementara Penerimaan
CPNS;
g. Peraturan Kepala BKN Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Pe-
doman Pelaksanaan Pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil.

3. Dasar hukum terkait pangkat dan jabatan

a. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang


Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional PNS.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 20



b. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang
Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian
Pegawai Negeri Sipil.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2009 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003
tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang
Perubahan atas PP Nomor 16 Tahun 1994 tentang
Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional PNS.
e. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 18
Tahun 2010 Tanggal 30 Juli 2010 tentang Prosedur Peneta-
pan Nomor Identitas, Pegawai Negeri Sipil, Kenaikan
Pangkat, Pemberhentian dan Pemberian Pensiun PNS dan
Perpindahan Antar Instansi berbasis Sistem Aplikasi Pela-
yanan Kepegawaian secara on line (SAPK on line);
f. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 185 Tahun
2009 tanggal 4 Desember 2009 tentang Badan Pertimbangan
Jabatan dan Kepangkatan;
g. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Nomor 93 Tahun
2010, tentang Ujian Kenaikan Pangkat Penyesuaian Ijazah
dan Ujian Kenaikan Pangkat Peningkatan Pendidikan.

4. Dasar hukum terkait pengembangan karier;


a. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1961 Tentang Pem-
berian Tugas Belajar
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun Tahun 2013
tentang Pengembangan Sistem Pendidikan dan Pelatihan

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 21



Berbasis Kompetensi dilingkungan Kementerian dalam Negeri
dan Pemerintahan Daerah.
d. Surat Edaran Kementerian PAN dan RB Nomor 4 Tahun 2013
Tentang Pemberian Tugas Belajar
e. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 29 Tahun
2017 tentang Penerapan E-learning dalam pengembnagan
Kompetensi Pegawai ASN
f. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 42 Tahun
2017 tentang Ujian Kenaikan Pangkat Penyesuaiana Ijazah,
dan Kenaikan Pangkat Peningkatan Pendidikan, dan Ujian
Dinas.
g. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 110 Tahun
2017 tentang Penyelenggaraan Pengembnagan Kompetensi
dan Sertifikasi Profesi Sumber Daya Manusia.
h. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor Nomor 111
Tahun 2017 tentang Tugas Belajar.
i. Peraturan Gubernur Nomor 2017 tentang Peta Kebutuhan
Pengembnagan SDM di Lingkungan Pemerintah Provinsi DKI
jakarta Tahun 2017-2018

5. Dasar hukum terkait pola karier


a. Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang
Pengangkatan PNS Dalam Jabatan Struktural sebagaimana
telah diubah dengan PP Nomor 13 Tahun 2002
b. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun
2000 Tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam
Jabatan Struktural
c. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 35
Tahun 2011 Tentang Pedoman Penyusunan Pola Karier
Pegawai Negeri Slpll.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 22



6. Dasar hukum terkait promosi

a. Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang


Pengangkatan PNS Dalam Jabatan Struktural sebagaimana
telah diubah dengan PP Nomor 13 Tahun 2002

b. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 tentang tentang


Pengangkatan PNS Dalam Jabatan Struktural
c. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang
Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian
Pegawai Negeri Sipil.
d. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 13 Tahun 2014 Tentang Tata
Cara Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Secara Terbuka Di
Lingkungan Instansi Pemerintah
e. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 26 Tahun
2016 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam
Jabatan Fungsional melalui Penyesuaian/Inpassing
f. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 13
Tahun 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan PP Nomor 100
Tahun 2000 tentang Pengangkatan PNS Dalam Jabatan
Struktural sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 13
Tahun 2002
g. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 13
Tahun 2003 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003.
h. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 18
Tahun 2015 Tentang Sistem Audit Manajemen Kepega-
waian
i. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 18
Tahun 2015 Tentang Sistem Audit Manajemen Kepega-
waian
Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 23

j. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 185 Tahun
2009 tanggal 4 Desember 2009 tentang Badan Pertimbangan
Jabatan dan Kepangkatan
k. Peraturan Gubernur Nomor 163 Tahun 2010 tentang Pen-
delegasian Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil;
l. Pergub DKI Jakarta Nomor 132 Tahun 2012 tentang Standar
Kompetensi Jabatan Struktural Eselon I, Eselon II, Eselon III,
Eselon IV dan eselon V
m. Peraturan Gubernur Nomor 160 Tahun 2012 tentang Pe-
doman Penyusunan Analisis Jabatan pada Satuan Kerja
Perangkat Daerah;
n. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Nomor 40 Tahun 2017
Tentang Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan.

7. Dasar hukum terkait mutasi

a. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang


Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian
Pegawai Negeri Sipil.

b. Peraturan Gubernur Nomor 163 Tahun 2010 tentang Pen-


delegasian Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil;

c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 55 Tahun 2015 Ten-


tang Pedoman Mutasi Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan
Kementerian Dalam Negeri .

d. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan


Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 26 Tahun
2016 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jab-
atan Fungsional melalui Penyesuaian/Inpassing.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 24



e. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 179 Tahun
2016 Tentang Pedoman Perpindahan Pegawai Negeri Sipil.

8. Dasar hukum terkait penilaian kinerja

a. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin


PNS;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang
Penilaian Prestasi Kerja PNS;
c. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 1
Tahun 2013 tentang Ketentuan Pelaksana Peraturan
Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi
Kerja PNS;
d. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 3
Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan Standar Teknis
Kegiatan Sasaran Kinerja Pegawai;
e. Peraturan Gubernur 108 Tahun 2009 tentang Pendelegasian
Wewenang Penjatuhan Hukuman Disiplin Pegawai Negeri Si-
pil Daerah;
f. Peraturan Gubernur Nomor 140 Tahun 2011 tentang
Mekanisme Penyelesaian Kasus Pelanggaran Disiplin
Pegawai Negeri Sipil;

9. Dasar hukum terkait penggajian dan tunjangan;

a. Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 2015 tentang Peru-


bahan Ketujuh Belas Atas Peraturan Pemerintah Nomor 7
Tahun 1977 Tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil

b. Peraturan Pemerintah Nomor 20 mengatur masalah Tentang


Pemberian THR (Gaji 14) bagi PNS Anggota TNI/Polri dan
Pejabat Negara

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 25



c. Perpres Nomor 27 Tahun 2007 tentang Tunjangan Jabatan
Struktural

d. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 409 tahun


2016 tentang Tunjangan Kinerja Daerah (TKD).

e. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 22 Tahun


2017 Tentang Tunjangan Kinerja Daerah Bagi Kepala
Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru, Pengawas Sekolah,
Penilik Dan Pamong Belajar.

10. Dasar hukum terkait penghargaan

a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda


Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang
Gelar, Tanda Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan;
c. Peraturan Gubernur Nomor 153 Tahun 2007 tentang Pembe-
rian Penghargaan Pegawai Berprestasi utk Naik Haji;
d. Peraturan Gubernur Nomor 202 Tahun 2015 tentang
Penghargaan Kepada Pegawai Berprestasi.

11. Dasar hukum terkait disiplin

a. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin


PNS
b. Perka BKN Nomor 21 Tahun 2010 tentang Ketentuan
Pelaksanaan PP 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS
c. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 409 tahun
2016 tentang Tunjangan Kinerja Daerah (TKD).

12. Dasar hukum terkait pemberhentian

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 26



a. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin
PNS
b. Perka BKN Nomor 21 Tahun 2010 tentang Ketentuan
Pelaksanaan PP 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS
c. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 409 tahun
2016 tentang Tunjangan Kinerja Daerah (TKD).

13. Dasar hukum terkait jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
dan

a. Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem


Jaminan Sosial Nasional

b. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan


Penyelenggara Jaminan Sosial

c. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981 tentang


Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil

d. Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2015 tentang


Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun

e. Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2015 tentang


Penyelenggaraan Program Jaminan Hari Tua

f. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2015 tentang


Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian Bagi
Pegawai Aparatur Sipl Negara

14. Dasar hukum terkait perlindungan.

a. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan


Penyelenggara Jaminan Sosial
b. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981 tentang
Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil
c. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2015 tentang

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 27



Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian

D. LATIHAN

Setelah membaca Bab II, Saudara diharapkan dapat meningkatkan


pemahaman tentang dasar hukum pengelolaan PNS. Oleh karena itu,
dapat menjawab pertanyaan pada kasus dibawah ini.

1. Santi adalah seorang CPNS yang baru, ia belum mengetahui apa


yang mendasarinya untuk dapat mengabil cuti. Karena informasi
yang diperolehnya bahwa seorang CPNS belum diperbolehkan
untuk mengambil cuti, akan tetapi informasi yang diperolehnya
dari rekan kerjanya yang berkerja pada instansi Pemerintah pusat
mengatakan bahwa seorang CPNS sudah diperbolehkan untuk
mengambil cuti. Oleh karena itu apakah dasar hukum yang dapat
membantu santi untuk mendapatkan jawaban atas
kebingungannya tersebut. Sebutkan pasal dan peraturan yang
terkait dengan hal tersebut.

2. Budi seorang pegawai kepegawaian pada Unit kerja X, Ia baru


dipindahtugaskan dari unit kerja Y. Sebagai pengelola
kepegawaian tentunya harus memahami apa saja yang menjadi
landasannya dalam melaksanakan tugas. Jika Anda adalah
sebagai budi, dapatkan anda menjelaskan apa saja dasar hukum
pokok-pokok Manajemen PNS? Sebutkan dan jelaskan.

E. RANGKUMAN

Rangkuman Bab II sebagai berikut:

1. Tujuan pengaturan Manajemen Pegawai Negeri Sipil (PNS) ini


untuk menghasilkan PNS yang profesional, memiliki nilai dasar,
etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktek

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 28



korupsi, kolusi, dan nepotisme dalam rangka pelaksanaan tugas
pelayanan publik, tugas pemerintahan, dan tugas pembangunan
tertentu.

2. Lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 merupakan


reformasi kebijakan pengelolaan PNS di Indonesia, yang
berorientasi pada pengelolaan berbasis manajemen SDM, mulai
dari : penyusunan dan penetapan kebutuhan; pengadaan;
pangkat dan jabatan; pengembangan karier; pola karier; promosi;
mutasi; penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan; penghar-
gaan; disiplin; pemberhentian; jaminan pensiun dan jaminan hari
tua; dan, perlindungan.

3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 11 Tahun 2017 tentang Mana-


jemen PNS ini merupakan turunan dari UU nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negera yang mengatur bagaimana pengel-
olalaan Manajemen PNS, yang terdiri dari 16 BAB dan 364 Pasal.

F. EVALUASI

Jawablah pertanyaan dibawah ini, sesuai dengan pemahaman anda


dalam menyerap materi pada Bab II.

1. Sebutkan dasar hukum pengelolaan PNS !

2. Jelaskan tentang hal-hal baru yang terdapat dalam UU Nomor 5


Tahun 2014 tentang ASN.

3. Hal-hal apa saja yang Mendasari Lahirnya Peraturan Pemerintah


Nomor 11 Tahun 2017, jelaskan!

4. Jelaskan sistematika PP 11 Tahun 2017.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 29



BAB III

FUNGSI DAN TUGAS PNS PENGELOLA KEPEGAWAIAN

Hasil Belajar :

Setelah selesai membaca modul ini, anda diharapkan mampu


Mengaitkan fungsi dan tugas PNS sebagai pengelola
kepegawaian sesuai dengan lingkup Manajemen PNS yang telah
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

A. PENGELOLAAN KEPEGAWAIAN

1. Pengertian PNS

Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan salah satu pegawai


Aparatur Sipil Negara. PNS adalah warga negara Indonesia yang
memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara
tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki
jabatan pemerintahan.

PNS merupakan pegawai yang berstatus pegawai tetap


yang diangkat tetap oleh pejabat pembina kepegawaian dan mem-
iliki Nomor Induk Pegawai secara nasional. PNS sebagai salah
satu pegawai ASN memiliki kedudukannya sebagai berikut :

a. Pegawai ASN berkedudukan di pusat, daerah, dan perwakilan


luar negeri
b. Pegawai ASN yang bekerja pada Instansi Pusat, Instansi Dae-
rah, dan Perwakilan merupakan satu kesatuan ASN.
c. Pegawai ASN melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh
Pimpinan Instansi dan Perwakilan.
d. Pegawai ASN harus bebas dari pengaruh dan intervensi
semua golongan.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 30



PNS sebagai salah satu pegawai ASN berfungsi sebagai
pelaksana kebijakan publik; pelayan publik; dan perekat dan
pemersatu bangsa. Sedangkan Pegawai ASN bertugas:

a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat


Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkuali-
tas; dan
c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Re-
publik Indonesia.

PNS juga berperan sebagai perencana, pelaksana, dan


pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan
pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan
pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi politik,
serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (pasal 12
UU Nomor 5 Tahun 2014).

2. Pengelolaan Kepegawaian

Pengelolaan kepegawaian bisa jadi diartikan sebagai


adiministrasi dalam bidang administrasi kepegawaian yaitu
administrasi atau manajemen yang menangani masalah
kepegawaian yang menangani masalah-masalah kepegawaian
dalam satu badan usaha, lembaga atau sekolah, manajemen itu
sendiri adalah usaha pencapaian suatu tujuan melalui orang lain
dengan memanfaatkan sumber daya yang ada secara maksimal
(Mulyasa, 2004).

Administrasi kepegawaian atau pengelolaan kepegawaian


pada dasarnya adalah proses yang paling dasar dalam
pengumpulan informasi yang berhubungan dengan sistem
kepegawain dimana hal ini dilakukan dengan pengumpulan

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 31



informasi yang berhubungan dengan kelengkapan atau
perlengkapan dari administrasi umum yang berhubungan dengan
seorang personal (Depdikbud, 1994) .

Berarti pengelolaan kepegawaian adalah suatu kegiatan


yang dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai wewenang
dalam administrasi kepegawaian yang didalamnya terdapat
kegiatan pencatatan beberapa jumlah pegawai, pembinaan,
pengangkatan, pemberian hak dan kewajiban sampai dengan
pemberian hak kerja.

3. Pejabat Pembina Kepegawaian


Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) adalah pejabat yang
mempunyai kewenangan menetapkan pengangkatan,
pemindahan, dan pemberhentian Pegawai ASN dan pembinaan
Manajemen ASN di instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Pejabat Pembina Kepegawaian
(PPK) ini terdiri dari PPK yang berada pada Instansi Pemerintah
Pusat dan PPK yang berada pada Instansi Pemerintah daerah.
Untuk Instansi Pemerintah di daerah, PPK daerah melekat pada
jabatan Gubernur/Bupati/Walikota. Kewenangan PPK ini dapat
didelegasikan secara hirarki kepada :
a. Sekretaris Daerah
b. Kepala BKD
c. Kepala SKPD
d. Kepala UKPD
e. Pengelola Kepegawaian ataupun pembina kepegawaian
SKPD/UKPD

Pendelegasian wewenang ini dapat dilakukan sesuai


dengan kebutuhan dan dan batasan tanggungjawab terhadap
pelaksanaan tugas yang akan didelegasikan.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 32



B. FUNGSI DAN TUGAS PNS DI BIDANG PENGELOLA
KEPEGAWAIAN

Dalam menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai pelaksana


kebijakan publik dibidang pengelolaan kepegawaian, tentunya akan
menjalankan perannya sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas
penyelenggaraan tugas pemerintahan dibidang pengelolaan
kepegawaian.

Secara umum tugas pengelola kepegawaian terdiri dari :

1. Perencanaan Pegawai

Perencanaan pegawai dapat didefinisikan sebagai proses


penentuan kebutuhan pegawai pada masa yang akan datang
berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi dan persediaan
tenaga kerja yang ada. Perencanaan pegawai merupakan bagian
penting dari dan sebagai kontributor pada proses perencanaan
strategis karena membantu organisasi dalam menentukan
sumber-sumber yang diperlukan dan membantu menentukan apa
yang benar-benar dapat dicapai dengan sumber-sumber yang
tersedia.

Perencanaan pegawai yang baik akan memperbaiki


pemanfaatan pegawai, menyesuaikan aktivitas pegawai dan
kebutuhan di masa depan secara efisien, meningkatkan efisiensi
dalam merekrut pegawai baru serta melengkapi informasi tentang
kepegawaian yang dapat membantu kegiatan kepegawaian dan
unit organisasi lainnya. Melalui perencanaan dapat diketahui
kekurangan dibanding kebutuhan sehingga dapat dilakukan
perekrutan pegawai baru, promosi, dan transfer secara proaktif
sehingga tidak mengganggu kegiatan organisasi. Dalam
membuat perencanaan pegawai perlu diperhatikan faktor internal
dan eksternal organisasi.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 33



2. Pengorganisasian Kepegawaian

Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk


menetapkan, menggolong-golongkan dan mengatur berbagai
macam kegiatan yang dipandang perlu, penetapan tugas dan
wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka
untuk mencapai tujuan. Pengorganisasian mengantarkan semua
sumber dasar (manusia dan nonmanusia) ke dalam suatu pola
tertentu sedemikian rupa sehingga orang-orang yang bekerja di
dalamnya dapat bekerja sama secara berdaya guna dan berhasil
guna dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu
akibat dari pengorganisasian adalah terbentuknya struktur
organisasi dan dalam struktur organisasi akan nampak
bagaimana hubungan antara satu unit dengan unit lain. Dengan
kata lain, struktur organisasi akan mempengaruhi aliran kerja,
delegasi wewenang dan tanggung jawab, sistem kontrol dan
pengendalian, serta arus perintah dan pertanggungjawaban.

3. Pengendalian Pegawai

Pengawasan sebagai bagian dari pengendalian merupakan


proses pengukuran dan penilaian tingkat efektivitas kerja pegawai
dan tingkat efisiensi penggunaan sarana kerja dalam memberikan
kontribusi pada pencapaian tujuan organisasi. Setiap kegiatan
pengawasan memerlukan tolok ukur atau kriteria untuk mengukur
tingkat keberhasilan dalam bekerja, yang dalam penilaian kinerja
disebut standar pekerjaan.

Standar adalah suatu kriteria atau model baku yang akan


diperbandingkan dengan hasil nyata. Banyak jenis standar yang
dapat dipergunakan dalam pengendalian kegiatan-kegiatan
kepegawaian. Dalam mengendalikan unit/bagian kepegawaian,

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 34



pimpinan harus mampu menemukan butir-butir pengendalian
strategis yang dapat dipantau berdasarkan penyimpangan.

Tugas dan fungsi ini tersebar diberbagai Organisasi


Perangkat Daerah yang ada di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 5
Tahun 2016 yaitu :

a. Sekretariat Daerah
b. Sekretariat DPRD
c. Biro
d. Inspektorat
e. Dinas
f. Badan
g. Sekretariat Kota/Kab
h. Unit Pelaksana Teknis Badan/Dinas
i. Cabang Dinas
j. Kantor
k. BUMD
l. RSKD/RSUD/RS Kecamatan
m. Kecamatan
n. Lurah

Masing-masing pengelola kepegawaian ini menduduki


jabatan mulai dari eselon II sd IV yang bertugas memberikan
pelayanan bidang kepegawaian dan melaksananakan
pengelolaan Manajemen PNS dengan baik kepada seluruh PNS
dalam lingkup kewenangannya sesuai dengan peraturan yang
berlaku.

Dalam era desentalisasi, proses pengelolaan SDM menjadi


kewenangan daerah dan masing-masing daerah dapat
mengambil keputusan dengan cepat untuk mengatasi berbagai
masalah kepegawaian. Namun demikian, harus tetap diingat

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 35



bahwa desentralisasi kepegawaian dapat berubah menjadi
peluang bagi praktek penyalahgunaan kekuasaan seperti korupsi,
kolusi, dan nepotisme, politik uang (money politic), lobi-lobi
(lobbiying), suap (bribery) atau gratifikasi, selain itu, salah satu
resiko desentralisasi dan otonomi daerah adalah kemungkinan
terjadinya kontrol penuh oleh elit daerah (Bardhan and
Mookherjee, 2002, Martinez-Vasquez dan Nab, 1997, Prud’
home, 1995 dan Tanzi, 2000).

Peran Pengelola Kepegawaian sangat memberikan


kontribusi penting dalam menangani permasalahan kepegawaian.
Hal ini karena porsinya kepegawaian adalah mendata semua
mengenai mutasi, kenaikan pangkat, pembebasan sementara,
penyaiapan berkas usul, dan hal-hal lain.

Sesuai amanah UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang


Aparatur Sipil Negara (ASN), prinsip pelaksanaan tugas ASN
adalah cepat, tepat, cermat dan teliti, disiplin, setiap hasil kerja
dapat dipertanggungjawabkan,“

Tugas pengelola Kepegawaian dalam melaksanakan


Manajemen PNS di unit kerjanya dibatasi dalam ruang lingkup,
sebagai berikut ini:

a. Penyusunan dan penetapan kebutuhan

Penyusunan dan penetapan kebutuhan Jumlah dan


Jenis Jabatan PNS dilakukan sesuai dengan Siklus
Anggaran. Setiap Instansi wajib menyusun kebutuhan jumlah
dan jenis jabatan PNS berdasarkan analisis jabatan dan
beban kerja. Kebutuhan PNS secara nasional ditetapkan oleh
Menteri pada setiap tahun, setelah memperhatikan pendapat
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang keuangan dan pertimbangan teknis Kepala BKN.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 36



b. Pengadaan

Pengadaan PNS di Instansi Pemerintah dilakukan


berdasarkan pada penetapan kebutuhan PNS. Untuk
menjamin kualitas PNS, pengadaan PNS dilakukan secara
nasional melalui tahapan: 1) perencanaan; 2). pengumuman
lowongan; 3). pelamaran; 4). seleksi; 5). pengumuman hasil
seleksi; 6). pengangkatan calon PNS dan masa percobaan
calon PNS; dan 7). pengangkatan menjadi PNS.

c. Pangkat dan jabatan

Pangkat merupakan kedudukan yang menunjukan


tingkatan Jabatan berdasarkan tingkat kesulitan, tanggung
jawab, dampak, dan persyaratan kualifikasi pekerjaan yang
digunakan sebagai dasar penggajian. Sedangkan Jabatan
adalah kedudukan yang menunjukkan fungsi, tugas,
tanggungjawab, wewenang, dan hak seorang Pegawai ASN
dalam suatu satuan organisasi.

Jabatan dalam PNS terdiri dari : Jabatan Pimpinan


Tinggi, Jabatan Administrator, dan Jabatan Fungsional.

d. Pengembangan karier

Pengembangan karier PNS tidak terlepas dari


pengembangan kompetensi, pola karier, mutasi, dan promosi
yang menjadi satu kesatuan dalam manajemen karier PNS
yang harus dilakukan dengan menerapkan prinsip Sistem
Merit yaitu berdasarkan kualifikasi, kompetensi, penilaian
kinerja, dan kebutuhan Instansi Pemerintah, sejak
pengngkatan pertama sebagai PNS sampai dengan
pemberhentian dan diselenggarakan pada tingkat instansi
dan nasional, tujuannya adalah :

1) Memberikan kejelasan dan kepastian karier kepada PNS

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 37



2) Menyeimbangkan anatara pengembnagan karier PNS
dan kebutuhan instansi;
3) Meningkatkan kompetensi dan kinerja PNS; dan
4) Mendorong peningkatan profesionalisme PNS.

Pengembangan manajemen karier diselenggarakan mulai dari:


perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

e. Pola karier

Pola karier merupakan pola dasar mengenai urutan


penempatan dan/atau perpindahan PNS dalam dan antar
posisi di setiap jenis Jabatan secara berkesinambungan. Pola
kari ini dilaksanakan dalam rangka untuk menjamin
keselarasan potensi PNS dengan penyelenggaraan tugas
pemerintahan dan pembangunan yang terintegrasi secara
nasional. Pola larier PNS terdiri atas pola karier instansi dan
pola karir nasional dan setiap Instansi Pemerintah menyusun
pola karier instansi sebagaimana dimaksud secara khusus
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan pola karier nasional
yang disusun kedalam sistem Informasi Manajemen Karier
Instansi Pemerintah dan terintegrasi dengan Sistem Informasi
ASN.

f. Mutasi

Setiap PNS dapat dimutasi tugas dan/atau lokasi


dalam 1 (satu) instansi Pusat, antar Instansi Pusat, 1 (satu)
Instansi Daerah, antar Instansi Daerah, antar Instansi Pusat
dan Instansi Daerah, dan ke perwakilan Negara Keatuan
Republik Indonesia di luar negeri.

Mutasi dilakukan paling singkat 2 (dua) tahun dan


paling lama 5 (lima) tahun dengan memperhatikan kebutuhan
organisasi yang sesuai antara kompetensi PNS dengan
persyaratan Jabatan, Klasifikasi Jabatan dan pola karier.
Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 38

g. Promosi

Promosi merupakan bentuk pola karier yang dapat


berbentuk vertikal atau diagonal untuk memenuhi persyaratan
Jabatan sesuai dengan kebutuhan organisasi melalui Tim
penilai Kinerja PNS.

h. Penilaian kinerja

Penilaian kinerja PNS bertujuan untuk menjamin


objektivitas pembinaan PNS yang didasarkan sistem prestasi
dan sistem karier. Penilaian kinerja dilakukan berdasarkan
perencanaan kinerja pada tingkat individu dan tingkat unit
atau organisasi, dengan memperhatikan target, capaian,
hasil, dan manfaat yang dicapai, serta perilaku PNS.
Penilaian kinerja PNS dilakukan secara objektif, terukur,
akuntabel, partisipatif, dan transparan.

i. Penggajian dan tunjangan

PNS diberikan gaji, tunjangan, dan fasilitas sesuai


ketentuan peraturan yang berlaku dengan memperhitungkan
pangkat dan jabatan yang dimiliki,

j. Penghargaan

Bagi PNS yang telah menunjukkan kesetiaan,


pengabdian, kecakapan, kejujuran, kedisiplinan, dan prestasi
kerja dalam melaksanakan tugasnya dapat diberikan
penghargaan. Penghargaan, dapat berupa :

1) Tanda kehormatan
2) Kenaikan pangkat istimewa
3) Kesempatan prioritas untuk pengembangan kompetensi,
dan/atau
4) Kesempatan menghadiri acara resmi dan/atau acara
kenegaraan.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 39



k. Disiplin

PNS wajib mematuhi disiplin PNS untuk menjamin


terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Bagi PNS yang
melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin.

l. Pemberhentian

PNS dapat diberhentikan dari PNS dengan


berdasarkan alasan berikut ini:
1) atas permintaan sendiri
2) karena mencapai Batas Usia Pensiun
3) adanya perampingan organisasi atau kebijakan
pemerintah
4) Tidak Cakap Jasmani dan/atau rohani.
5) Karena meninggal dunia
6) Pemberhentian karena hal lain, yaitu :
(a) Tidak melaporkan diri secara tertulis setelah
menjalankan cuti diluar tanggungan negara atau
melaporkan diri tetapi tidak dapat disalurkan dalam
waktu paling lama 1 (satu) tahun.
(b) Terbukti menggunakan ijazah palsu.
(c) Tidak melaporkan diri setelah menjalankan tugas
belajar.

m. Jaminan pensiun dan jaminan hari tua; dan

PNS yang berhenti bekerja berhak atas jaminan


pensiun dan jaminan hari tua PNS sesaui ketentuan
peraturan yang berlaku. Jaminan pensiun dan jaminan hari
tua diberikan sebagai perlindungan kesinambungan
penghasilan hari tua, sebagai hak dan sebagai penghargaan
atas pengabdian PNS. Jaminan pensiun dan jaminan hari tua
diberikan dalam program jaminan sosial nasional.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 40



n. Perlindungan

Pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa:


jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan
kematian, dan bantuan hukum.

C. LATIHAN

Setelah membaca Bab III, Saudara diharapkan dapat meningkatkan


kemampuan untuk mengaitkan fungsi dan tugas PNS sebagai
pengelola kepegawaian sesuai dengan ruang lingkup manajemen
PNS yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, Saudara akan menjawab
kasus dibawah ini.

1. Santoso adalah pejabat pengelola Kepegawaian, Ia baru diangkat


sebagai pejabat eselon IV. Dapatkah anda membantunya apa
saja yang menjadi tugas pengelola kepegawaian sesuai PP 11
tahun 2017.

2. Jika anda sebagai pengelola Kepegawaian, jelaskan :


a. Tugas Pokok dan Fungsi Anda sebagai pengelola
Kepegawaian.
b. Inventarisir secara individu kendala-kendala apa saja yang
ditemui dalam pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup
manajemen PNS yang tertuang dalam PP 11 Tahun 2017.
c. Kemudian jelaskan bagaimana penyelesaian masalahnya.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 41



D. RANGKUMAN

Rangkuman Bab III sebagai berikut:

1. Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan salah satu pegawai Apa-


ratur Sipil Negara. PNS adalah warga negara Indonesia yang
memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara
tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jab-
atan pemerintahan.

2. Pengelolaan kepegawaian adalah suatu kegiatan yang dilakukan


oleh orang-orang yang mempunyai wewenang dalam administrasi
kepegawaian yang didalamnya terdapat kegiatan pencatatan
beberapa jumlah pegawai, pembinaan, pengangkatan, pemberian
hak dan kewajiban sampai dengan pemberian hak kerja.

3. Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) adalah pejabat yang


mempunyai kewenangan menetapkan pengangkatan,
pemindahan, dan pemberhentian Pegawai ASN dan pembinaan
Manajemen ASN di instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

4. Ruang lingkup tugas dan fungsi pengelola kepegawaian adalah


melakukan pengelolaan dibidang: penyusunan dan penetapan
kebutuhan; pengadaan; pangkat dan jabatan; pengembangan
karier; pola karier; promosi; mutasi; penilaian kinerja; penggajian
dan tunjangan; penghargaan; disiplin; pemberhentian; jaminan
pensiun dan jaminan hari tua; dan, perlindungan.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 42



E. EVALUASI 2

Jawablah pertanyaan dibawah ini, sesuai dengan pemahaman anda


dalam menyerap materi pada Bab III.
1. Secara umum tugas pengelola kepegawaian ada 3 (tiga),
sebutkan dan jelaskan!
2. Siapa sajakah yang termasuk dalam Pengelola Kepegawaian?
3. Jelaskan pengertian PNS!

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 43



BAB IV
HAK-HAK PEGAWAI NEGERI SIPIL

Hasil Belajar :

Setelah selesai membaca modul ini, anda diharapkan mampu


mengidentifikasi dan memerinci hak-hak PNS sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku

A. ALASAN PEMENUHAN HAK

Hak adalah segala sesuatu yang harus di dapatkan oleh setiap


orang yang telah ada sejak lahir bahkan sebelum lahir. Di dalam
Kamus Bahasa Indonesia hak memiliki pengertian tentang sesuatu
hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk
berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh undang-undang,
aturan, dsb), kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk
menuntut sesuatu, derajat atau martabat.

Hak adalah Sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan


penggunaannya tergantung kepada kita sendiri. Contohnya: hak
mendapatkan pengajaran, hak mendapatkan nilai dari guru dan
sebagainya. “Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan
suatu yang semestinya diterima atau dilakukan melulu oleh pihak
tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain manapun juga yang pada
prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya.

Contoh Hak Warga Negara Indonesia, sebagai berikut :


1. Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum.
2. Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak.
3. Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata
hukum dan di dalam pemerintahan.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 44



4. Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan
menjalankan agama dan kepercayaan masing-masing yang
dipercayai.
5. Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan
pengajaran.
6. Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara
kesatuan Indonesia atau NKRI dari serangan musuh.
7. Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan
berserikat, berkumpul mengeluarkan pendapat secara lisan dan
tulisan sesuai undang-undang yang berlaku.

Dalam pemenuhan terhadap hak seseorang, tentunya ada


alasan mengapa sebuah organisasi harus memenuhi hak tersebut.
Pemenuhan terhadap hak seseorang merupakan suatu keharusan
karena:

1. Telah dilaksanakannya kewajiban yang harus dipenuhi sehingga


sebagai kompensasinya adalah mendapatkan haknya. Contohnya
adalah hak untuk mendapatkan gaji setelah melaksanakan tugas
dan tanggungjawabnya.
2. Sebagai bentuk tanggungjawab si pemberi pekerjaan.
3. Telah diatur dalam peraturan perundang-undangan, sehingga
wajib untuk dipenuhi.

Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya


dengan baik dan akuntabel, maka setiap Pegawai Negeri Sipil diberi-
kan hak berupa: 1) gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya, 2). cuti, 3).
jaminan pensiun dan jaminan hari tua, 4). perlindungan; dan 5).
pengembangan kompetensi.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 45



B. GAJI, TUNJANGAN DAN FASILITAS LAINNYA

PNS yang bekerja pada instansi pemerintah berhak untuk


mendapatkan gaji, tunjangan dan fasilitas lainnya. Pemerintah wajib
membayar gaji yang adil dan layak kepada PNS serta menjamin
kesejahteraan PNS. Yang dimaksud dengan “gaji” adalah kompensasi
dasar berupa honorarium sesuai dengan beban kerja, tanggung
jawab jabatan dan resiko pekerjaan yang ditetapkan oleh peraturan
perundang-undangan. Gaji PNS yang diterima rutin setiap bulannya
terdiri dari gaji pokok, tunjangan istri/suami, tunjangan anak,
Tunjangan Jabatan, Tunjangan Beras, dan untuk PNS/CPNS
(pelaksana) mendapatkan tunjangan Umum. Gaji pokok dan
tunjangan yang disebutkan diatas melekat dalam gaji yang diterima
setiap bulannya.

Gaji PNS yang bekerja pada pemerintah pusat dibebankan


pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Sedangkan
gaji PNS yang bekerja pada pemerintahan daerah dibebankan pada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Selain gaji, PNS juga menerima tunjangan dan fasilitas lainnya.


Tunjangan meliputi tunjangan kinerja dan tunjangan kemahalan.
Tunjangan kinerja dibayarkan sesuai pencapaian kinerja. Tunjangan
kemahalan dibayarkan sesuai dengan tingkat kemahalan berdasarkan
indeks harga yang berlaku di daerah masing-masing. Tunjangan PNS
yang bekerja pada pemerintah pusat dibebankan pada APBN,
sedangkan tunjangan PNS yang bekerja pada pemerintahan daerah
dibebankan pada APBD.

Ketentuan lebih lanjut mengenai gaji, tunjangan kinerja,


tunjangan kemahalan, dan fasilitas diatur dengan Peraturan
Pemerintah. Untuk saat ini Peraturan Pemerintah terkait dengan
penggajian masih sedang dalam penggodokan dan sudah dalam
tahap Rancangan Peraturan Perundang-Undangan, sehingga

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 46



penghitungan tunjangan kinerja dan tunjangan kemahalan belum ada
pedoman bakunya. Namun untuk melengkapi modul ini dafta gaji dan
daftar Tunjangan Kinerja Daerah Provinsi DKI Jakarta akan disajikan
dalam modul ini.

1. Gaji Pokok

Sebagaimana dijelaskan diatas bahwa gaji adalah


kompensasi dasar berupa honorarium sesuai dengan beban
kerja, tanggung jawab jabatan dan resiko pekerjaan yang
ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan. Kepada
Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam suatu pangkat tertentu,
diberikan gaji pokok berdasarkan golongan ruang yang ditetapkan
oleh Peraturan Perundang-undaangan. Sedanglan Bagi calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS), diberikan gaji pokok sebesar 80%
(delapan puluh persen) dari gaji pokok.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 2015


tentang Perubahan Ketujuh Belas Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 7 Tahun 1977 Tentang Peraturan Gaji Pokok
Pegawai Negeri Sipil maka tabel dibawah ini akan menjelaskan
besaran Gaji PNS berdasarkan pangkat dan golongan dan Masa
Kerja.

Tabel. 4.1
Besaran Gaji Golongan I Berdasarkan Pangkat/Golongan dan Masa Kerja

MKG Golongan I
a b c d
0 1.486.500
1
2 1.533.400
3 1.623.400 1.692.100 1.763.600
4 1.581.700
5 1.674.500 1.745.400 1.819.200
6 1.631.500

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 47



7 1.727.300 1.800.300 1.876.500
8 1.682.900
9 1.781.700 1.857.000 1.935.600
10 1.735.900
11 1.837.800 1.915.500 1.996.500
12 1.790.500
13 1.895.700 1.975.800 2.059.400
14 1.846.900
15 1.955.400 2.038.100 2.124.300
16 1.905.100
17 2.016.900 2.102.300 2.191.200
18 1.905.100
19 2.080.500 2.168.500 2.260.200
20 1.965.100
21 2.146.000 2.236.800 2.331.400
22 2.027.000
23 2.213.600 2.307.200 2.480.500
24 2.156.700
25 2.283.300 2.379.900 2.480.500
26 2.224.600
27 2.355.200 2.454.800 2.558.700

Tabel. 4.2
Besaran Gaji Golongan II Berdasarkan Pangkat/Golongan dan Masa
Kerja
MKG Golongan II
a b c d
0 1.926.000
1 1.956.300
2
3 2.017.900 2.103.300 2.192.300 2.285.000
4
5 2.081.500 2.169.500 2.261.300 2.357.000
6

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 48



7 2.147.000 2.237.900 2.332.500 2.431.200
8
9 2.214.700 2.308.300 2.406.000 2.507.800
10
11 2.284.400 2.381.100 2.481.800 2.586.700
12
13 2.356.400 2.456.000 2.559.900 2.668.200
14
15 2.430.600 2.533.400 2.640.600 2.752.300
16
17 2.507.100 2.613.200 2.723.700 2.838.900
18
19 2.586.100 2.695.500 2.809.500 2.928.300
20
21 2.667.500 2.780.400 2.898.000 3.020.600
22
23 2.751.600 2.867.900 2.989.300 3.115.700
24
25 2.838.200 2.958.300 3.083.400 3.213.800
26
27 2.927.600 3.051.400 3.180.500 3.315.100
28
29 3.039.800 3.147.600 3.280.700 3.419.500
30
31 3.114.900 3.246.700 3.384.000 3.527.200
32
33 3.213.000 3.348.900 3.490.600 2.638.200

Tabel. 4.3
Besaran Gaji Golongan III Berdasarkan Pangkat/Golongan dan Masa
Kerja

MKG Golongan III


a b c d
0 2.456.700 2.560.600 2.668.900 2.781.800
1
2 2.534.000 2.641.200 2.752.900 2869.400
3
4 2.613.800 2.724.400 2.839.700 2.939.800
5

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 49



6 2.696.200 2.810.200 2.929.100 3.053.000
7
8 2.781.100 2.898.700 3.021.300 3.149.100
9
10 2.868.700 2.990.000 3.116.500 3.248.300
11
12 2.959,000 3.084.200 3.214.700 3.350.600
13
14 3.052.200 3.181.300 3.315.900 3.456.200
15
16 3.148.300 3.281.500 3.420.300 3.565.000
17
18 3.247.500 3.384.900 3.528.100 3.677.300
19
20 3.349.800 3.491.500 3.639.200 3.793.100
21
22 3.455.300 3.601.400 3.753.800 3.912.600
23
24 3.564.100 3.714.900 3.872.000 4.035.800
25
26 3.676.400 3.831.900 3.994.000 4.162.900
27
28 3.792.100 3.952.600 4.119.700 4.294.000
29
30 3.911.600 4.077.000 4.249.500 4.429.300
31
32 4.034.800 4.205.400 4.383.300 4.568.800

Tabel. 4.4
Besaran Gaji Golongan IV Berdasarkan Pangkat/Golongan dan Masa
Kerja

MKG Golongan IV
a b c d e
0 2.899.500 3.022.100 3.149.900 3.283.200 3.422.100
1
2 2.990.800 3.117.300 3.249.100 3.386.600 3.529.800
3
4 3.085.000 3.215.500 3.351.500 3.493.200 3.641.000
5

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 50



6 3.182.100 3.316.700 3.457.000 3.603.300 3.755.700
7
8 3.282.400 3.421.200 3.565.900 3.716.700 3.874.000
9
10 3.385.700 3.528.900 3.678.200 3.833.800 3.996.000
11
12 3.492.400 3.640.100 3.794.100 3.954.600 4.121.800
13
14 3.602.400 3.754.700 3.913.600 4.079.100 4.251.600
15
16 3.715.800 3.873.000 4.036.800 4.207.600 4.385.600
17
18 3.832.800 3.995.000 4.164.000 4.340.100 4.523.700
19
20 3.953.600 4.120.800 4.295.100 4.476.800 4.666.100
21
22 4.078.100 4.250.600 4.430.400 4.617.800 4.813.100
23
24 4.206.500 4.384.400 4.569.900 4.763.200 4.964.700
25
26 4.339.000 4.522.500 4.713.800 4.913.200 5.121.100
27
28 4.475.700 4.665.000 4. 862.300 5.068.000 5.282.300
29
30 4.616.600 4.811.900 5.015.400 5.227.600 5.448.700
31
32 4.762.000 4.963.400 5.173.400 5.392.200 5.620.300

Contoh –contoh kasus :

Contoh Kasus 4.1

Pardi adalah seorang PNS yang diangkat menjadi CPNS Golongan I


terhitung mulai Tanggal 01 Maret 2003. Pada Bulan April 2017 Pardi
mendapatkan kenaikan pangkat menjadi Juru, Golongan ruang I/c dengan
masa kerja 12 Tahun 1 Bulan. Kemudian Pada Maret 2016 Pardi
mendapatkan Kenaikan Gaji Berkala.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 51



Gaji Pardi pada 01
April 2015

Dari penjelasan diatas berapakah Gaji pokok Pardi pada saat april 2017
tersebut? Dan pada berapa pula gaji Pardi pada 01 Maret 2016?
Jelaskan.

Jawaban :
Gaji Pardi pada 01
Maret 2016pangkat Juru
- Pada 01 April 2015 Pardi menhgalami kenaikan
Golongan Ruang I/c dengan masa kerja 12 Tahun 01 Bulan. Sehingga
gajinya pada saat itu adalah sebesar Rp. 1.915.500,- (Satu juta
sembilan ratus lima belas ribu lima ratus rupiah). pada tabel.4.1 terlihat
besaran gaji pardi berada pada masa kerja 11 tahun, karena
perhitungan gaji yang tidak tercantum pada masa kerja golongan akan
mengikut kolom dibawahnya.

- Sedangkan Gaji Pardi pada 01 Maret 2016 setelah kenaikan Gaji


berkala adalah sebesar Rp. 1.975.800,- (Satu juta sembilan ratus tujuh
puluh lima ribu delapan ratus rupiah). Pada TMT tersebut masa kerja
golongan pardi lamanya 13 tahun. Sehingga kolom besaran gaji pardi
berada pada kolom MKG 13 Tahun.

Contoh Kasus 4.2

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 52



Gaji Maria pada 01
Oktober 2017

Maria adalah CPNS pada Biro Umum Setda Provinsi DKI Jakarta yang
baru diangkat pada tahun 2015 TMT 01 Maret 2014 dengan pangkat
Pengatur Muda (II/a). Pada 1 Oktober 2017 berapakah gaji pokok Maria?

Jawaban :

Pada 1 Oktober 2017 masa kerja maria lamanya 3 tahun 7 bulan,


sehingga Gaji pokok maria berdasarkan daftar pada tabel 4.2 adalah
sebesar Rp. 2.017.900,- (Dua juta tujuh belas ribu sembilan ratus rupiah).

2. Tunjangan Istri/Suami

Jika seorang PNS telah menikah secara sah, maka PNS yang
bersangkutan berhak untuk mendapatkan tunjangan istri/suami.
Besaran tunjangan istri/suami adalah 10% dari gaji pokok dan
diberikan hanya kepada 1 istri/suami yang sah. Jadi, seandainya
seorang PNS mempunyai lebih dari 1 istri, maka hanya dapat
dibayarkan 1 istri saja sebesar 10%.

Untuk memperoleh tunjangan istri, pegawai yang bersangkutan


harus membuktikan dengan surat nikah/akta nikah dari Kantor
Urusan Agama atau Kantor Catatan Sipil.

Jika suami/istri sama-sama pegawai negeri, maka tunjangan


istri/suami hanya diberikan kepada salah satumya, tidak bisa
diberikan kepada kedua-duanya. Namun apabila suatu hari ingin
Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 53

merubahah siapa yang akan menanggung tunjangan istri/suami
diperbolehkan untuk memilih mana gaji yang paling besar
nominalnya untuk menanggung salah satunya.

Contoh Kasus 4.3

Pada tahun 2012 saat Rusdi seorang PNS pada Satpol PP


Provinsi DKI Jakarta menikah dengan Ita seorang PNS pada
Kementerian Dalam Negeri. Saat itu, mereka sama-sama
mempunyai pangkat/golongan pengatur Muda Tingkat I (II/a),
akan tetapi saat itu, ita sedang melanjutkan pendidikannya ke
jenjang Strata-1 (S1). Pada Tahun 2016 Ita telah menyelesaikan
pendidikannya dan mengajukan penyesuaian ijazah S1 nya dan
pada 01 April 2017 Ita telah memiliki pangkat Penata Muda (III/a).
Bagaimanakah peluang tunjangan istri/suami yang bisa diperoleh
oleh pasangan suami istri ini, berikan penjelasan.

Penjelasan :

Jika Ita telah mendapatkan tunjangan istri, maka rusdi tidak


diperbolehkan lagi mendapatkan tunjangan Suami, begitu juga
sebaliknya apabila tunjangan suami sudah diterima rusdi maka ita
tidak akan mendapatkan tunjangan istri. Namun mengingat
Pangkat dan golongan ruangan ita lebih tinggi dibandingkan rusdi
tentunya gaji ita lebih besar daripada rusdi, maka tunjangan
suami/istri yang semula ditanggung oleh ita sebagai istri bisa
dihapuskan, lalui dipindahkan kepada rusdi menjadi tanggungan
suami, supaya tunjangan yang diterima lebih besar.
Tunjangan istri/suami tidak diberikan apabila :
a. Terjadi perceraian diantara keduanya

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 54



b. Suami/istri yang menanggung meninggal dunia kemudian
istri/suami yang ditinggalkan menikah lagi. Apabila tidak
menikah maka tunjangan suami/istri melekat kepadanya.

Sebagai contoh dari kasus diatas, apabila Ita yang menanggung


tunjangan suami meninggal dunia, maka pada bulan berikutnya
tunjangan suami yang diterima oleh Rusdi akan berhenti.

3. Tunjangan Anak

Yang dimaksud Anak dalam hal ini adalah anak kandung, anak
tiri, dan anak angkat. Jika PNS mempunyai anak sebagaimana
dijelaskan dapat mengajukan tunjangan anak. Tunjangan anak
besarnya 2% dari gaji pokok dari masing-masing anak. Anak yang
dapat ditanggung maksimal 2 (dua) orang, kecuali PNS yang
pada tanggal 1 Maret 1994 telah memperoleh tunjangan anak
untuk lebih dari 2 (dua) anak, maka tetap diberikan sejumlah anak
pada tanggal tersebut. Namun untuk kasus seperti ini apabila
setelah 1 Maret 1994 si anak dewasa, kawin, atau meninggal
maka hanya diberikan maksimal kepada 2 anak. Atau dengan
pengkodean K2, yang artinya kawin dengan 2 orang tanggungan
anak.
Ketentuan anak untuk bisa diberikan tunjangan anak adalah :
a) Belum melampaui batas usia 21 tahun, atau dapat
diperpanjang sampai usia 25 tahun apabila anak tersebut
masih bersekolah.
b) Tidak atau belum menikah (meskipun usianya belum sampai
21 tahun).
c) Tidak mempunyai penghasilan sendiri.
d) Nyata menjadi tanggungan PNS yang bersangkutan.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 55



Contoh Kasus 4.4 :

Hari dan Ana menikah pada 12 Nopember 1992 telah dikarunia


anak sebanyak 3 orang masing-masing kondisinya sebagai
berikut :
a) Intan lahir pada 5 Desember 1993 sehingga pada Desember
2017 usianya 24 Tahun dan baru saja melangsungkan
pernikahannya.
b) Robi seorang Mahasiswa, lahir 3 Agustus 1999 sehingga
pada Desember 2017 usianya 18 Tahun 4 Bulan.
c) Andi seorang Pelajar, lahir 2 Januari 2004 sehingga pada
Desember 2017 usianya 12 Tahun 11 Bulan.

Dari data diatas berapakah tunjangan anak yang diperoleh oleh


Hari sebagai PNS Dinas Kebersihan Kota Depok, jika ia memliki
Pangkat Penata Golongan Ruang III/c 2 Tahun dengan masa
kerja 10 Tahun pada Desember 2017. Beri penjelasan.

Penjelasan :

Hari memiliki masa lama bekerja 10 Tahun dengan pangkat


Penata Golongan Ruang III/c 2 tahun, maka berdasarkan daftar
gaji pada tabel 4.3 gaji pokoknya adalah sebesar Rp. 2.959,000,-
(dua juta sembilan ratus lima puluh sembilan ribu).

Untuk tunjangan anak yang dapat diperoleh Hari seharusnya


berjumlah 3 orang karena telah ditanggung sebelum 1 Maret
1999, akan tetapi Intan tidak lagi mendapatkan tunjangan anak
karena telah menikah. Sehingga tunjangan anak yang diperoleh
hari adalah sebesar Rp. 118.360, (seratus delapan belas ribu tiga
ratus enam puluh ribu rupiah) dengan rincian sebagai berikut :

- tunjangan anak a.n. Robi Rp. 2.959,000,- x 2% = Rp. 59.180,-

- tunjangan anak a.n. Andi Rp. 2.959,000,- x 2% = Rp. 59.180,-

Total = Rp. 118.360,-

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 56



Gaji Hari pada 01
Desember 2017

4. Tunjangan Umum

Tunjangan umum adalah tunjangan yang khusus diberikan bagi


Pegawai Negeri Sipil yang tidak menduduki jabatan struktural
maupun fungsional. Ketentuan tentang tunjangan ini diatur
dengan Peraturan Presiden nomor 12 Tahun 2006. Berikut tabel
4.5 merinci besaran tunjangan umum PNS.

Tabel. 4.5
Besaran Tunjangan Umum Sesuai dengan Perpres Nomor 12 Tahun
2006

No Golongan PNS Besaran Tunjangan

1. IV Rp. 190.000,-

2. III Rp. 185.000,-

3. II Rp. 180.000,-

4. I Rp. 175.000,-

5. Tunjangan Beras

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 57



Tunjangan beras adalah tunjangan yang diberikan dalam bentuk
uang sebagai ganti uang untuk pembelian beras (makanan
pokok) oleh pegawai. Tunjangan ini diberikan kepada PNS dan
Pensiun/ Penerima Tunjangan yang bersifat Natural dalam bentuk
uang. Besarnya tunjangan beras adalah 10 kg beras untuk setiap
anggota keluarga (maksimal K2). Nominal besaran tunjangan
beras sebesar Rp.7.242 perkilogram. Ketentuan ini sesuai
dengan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-
3/PB/2015 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Direktur
Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-67/PB/2010 tentang
Tunjangan Beras dalam Bentuk Natural dan Uang.

Contoh Kasus 4.5 :

Pada contoh kasus 4.5 ini adalah melanjutkan contoh kasus 4.4
diatas bahwa Hari dengan status K2, berapakah besaran
tunjangan beras yang diperoleh oleh keluarga ini?

Penjelasan :

Status Hari adalah K2 yaitu Kawin dengan tanggungan 2 orang


anak, sehingga jumlah beras yang diterima Keluarga Hari dapat
dirinci sebagai berikut :
- 10 Kg an, Hari sebagai Kepala Keluarga
- 10 Kg an, Ana sebagai istri yang ditanggung oleh suami
- 10 Kg an, Robi sebagai Anak yang masih ditanggung
- 10 Kg an, Andi sebagai Anak yang masih ditanggung
Total beras yang diterima Keluarga Hari sebanyak 40 Kg beras

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 58



Sehingga total tunjangan beras yang diperoleh oleh Hari
sebanyak 40 Kg x Rp.7.242 = Rp. 289.680,- (dua ratus delapan
puluh sembilan ribu enam ratus delapan puluh rupiah).

6. Tunjangan Jabatan

Jika PNS yang tidak menduduki jabatan struktural maupun


fungsional mendapatkan tunjangan umum maka bagi PNS yang
mempunyai jabatan di struktural atau fungsional mendapatkan
tunjangan yang disebut tunjangan jabatan. Tunjangan jabatan
terbagi atas 2 yaitu tunjangan Jabatan Struktural dan Tunjangan
Jabatan Fungsional.

a. Tunjangan Jabatan Struktural

Tunjangan ini diberikan bagi PNS yang telah promosi dan


menduduki jabatan struktural. Tunjangan ini melekat pada
jabata seorang PNS. Ketentuan yang mengatur tunjangan ini
ada di Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2007 tentang
tunjangan jabatan struktural.

Untuk PNS yang menduduki Jabatan Eselon baik itu dari


eselon IA s.d. Eselon V akan diberikan tunjangan jabatan
Berdasarkan Perpres Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Tunjangan Jabatan Struktural selama yang bersangkutan
menduduki jabatan. Besaran Tunjangan Jabatan Struktural
yang yang diberikan adalah sebagai berikut pada tabel 4.6

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 59



Tabel. 4.6
Besaran Tunjangan Jabatan Struktural berdasarkan Perpres Nomor 26
Tahun 2007

No. Eselon Besar Tunjangan

1. IA Rp. 5.500.000,-
2. IB Rp. 4.375.000,-
3. II A Rp. 3.250.000,-
4. II B Rp. 2.025.000,-
5. III A Rp. 1.260.000,-
6. III B Rp. 980.000,-
7. IV A Rp. 540.000,-
8. IV B Rp. 490.000,-
9. VA Rp. 360.000,-

b. Tunjangan Jabatan Fungsional

Tunjangan Jabatan Fungsional sangat bervariasi sesuai


dengan jabatan fungsional yang diemban. Peraturan yang
mengatur besaran tunjangan fungsional sangat banyak
tergantung masing-masing rumpun. Setiap rumpun memiliki
peraturan presiden tersendiri tentang tunjangan jabatan
fungsional.

Sebagai Contoh yang paling terbaru adalah untuk jabatan


fungsional Polisi Pamong Praja.sesuai dengan PerPes
Nomor 102 Tahun 2017 tentang Tunjangan Jabatan
Fungsional Polisi Pamong Praja. Tunjangan jabatan
fungsional Polisi Pamomg Praja. Ini diberikan sesuai dengan
jenjang jabatan diemban, dengan besaran tunjangan antara
Rp. 300.000,- sd. 1.260.000,-. Untuk lebih rinci dapat dilihat
pada tabel 4.7 dibawah ini :

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 60



Tabel. 4.7
Besaran Tunjangan Jabatan Fungsional Polisi Pamong Praja berdasarkan
Perpres Nomor 102 Tahun 2017

No. Jabatan Fungsional Besaran Tunjangan

Jenjang Jabatan Fungsional Keahlian

1. Polisi Pamong Praja Madya Rp. 1.260.000,-

2. Polisi Pamong Praja Muda Rp. 960.000,-

3. Polisi Pamong Praja Pertama Rp. 540.000,-

Jenjang Jabatan Fungsional Keterampilan

1. Polisi Pamong Praja Penyelia Rp. 780.000,-

2. Polisi Pamong Praja Pelaksana Rp. 450.000,-


Lanjutan

3. Polisi Pamong Praja Pelaksana Rp. 360.000,-

4. Polisi Pamong Praja Pelaksana Rp. 300.000,-


Pertama

Hak Gaji dan tunjangan yang telah diuraikan diatas semuanya melekat
pada penghasilan yang diterima tiap bulannya. Tentunya dalam
pemberian hak gaji dan tunjangan yang melekat pada penghasilan rutin
tersebut sering sekali timbul permasalahan yang ditemui oleh PNS.
Berikut ini penulis menyajikan contoh-contoh kasus yang berkaitan
dengan penghasilan rutin bulanan berupa gaji pokok dan tunjangan yang
melekat pada penghasilan rutin bulanan.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 61



Permasalahan Gaji susulan

Contoh Kasus 4.6 :

Safira Amalia, S.E. telah dinyatakan lulus seleksi penerimaan


PNS pada Kementerian Keuangan. Pada tanggal 01-11-2011
yang bersangkutan diperintahkan melapor dan mulai bekerja.

Selanjutnya pada tanggal 25-01-2012 yang bersangkutan


menerima SK pengangkatan sebagai CPNS Golongan III/a TMT
01-10-2011. SK pengangkatan CPNS tersebut ditetapkan pada
tanggal 16-01-2012.

Pertanyaannya : bagaimanakah Gaji Safira Amalia, S.E. apakah


bisa dibayarkan ?

Penjelasan :

Dalam hal demikian, maka Safira Amalia, S.E. meskipun telah


melapor dan bekerja mulai tanggal 01-11-2011, kepada yang
bersangkutan dapat diterbitkan SPMT sebagai CPNS paling cepat
TMT 16-01-2012 dan hak gajinya berdasarkan SPMT tersebut
dibayarkan melalui gaji susulan mulai bulan Februari 2012.

Hal ini sesuai dengan Peraturan Kepala BKN Nomor 9 Tahun


2012 (lampiran I angka III huruf G dan H) yang menyatakan
bahwa SPMT tidak boleh berlaku surut dari tanggal penetapan SK
Pengangkatan menjadi CPNS dan pelaksanaan tugas yang
dimulai pada tanggal 2 (apabila tanggal 1 bukan hari libur) dan
seterusnya, maka gajinya dibayarkan mulai bulan berikutnya.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 62



Contoh Kasus 4.7 :

Sudarmaji terhitung mulai bulan Juli 2005 telah bekerja sebagai


tenaga honorer pada Kandepag Kabupaten Tulung Agung.

Pada tahun 2011 yang bersangkutan diangkat sebagai CPNS


Golongan II/a pada Kandepag Kabupaten Tulung Agung TMT 01-
09-2011 berdasarkan SK pengangkatan CPNS yang ditetapkan
pada tanggal 25-11-2011.

Pertanyaan : Bagaimanakah pembayaran gaji Sudarmadji?

Penjelasan :

Dalam hal demikian, maka kepada Sudarmaji meskipun telah


bekerja sebagai tenaga honorer mulai bulan Juli 2005, kepada
yang bersangkutan baru dapat diterbitkan SPMT sebagai CPNS
paling cepat TMT 25-11-2011 dan hak gajinya berdasarkan SPMT
tersebut dibayarkan melalui gaji susulan mulai bulan Desember
2011.

Permasalahan kekurangan gaji

Contoh Kasus 4.8 :

Seorang PNS Abu Bakar telah menerima SK Pensiun berlaku


TMT 1 April 2013. Pada bulan Maret 2013 diterbitkan Peraturan
Pemerintah tentang kenaikan gaji pokok dan pensiun yang
berlaku mulai bulan Januari 2013.

Setelah diterbitkan SKPP dan telah dibayarkan pensiun


pertamanya pada bulan April 2012.

Pertanyaan : Bagaimanakah proses pembayaran Gaji Abu Bakar


apabila SKPP telah diterbitkan dan gaji yang dibayarkan tidak
sesaui dengan ketentuan kenaikan gaji PNS yang baru?

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 63



Penjelasan :

Dalam hal demikian, hak atas kekurangan gaji karena kenaikan


gaji pokok mulai bulan Januari s.d. Maret 2013 harus dibayarkan
melalui KPPN dan dilakukan perbaikan/ralat atas SKPP yang
telah diterbitkan.

Permasalahan Gaji Terusan

Contoh Kasus 4.9

Rudy Wiryawandi adalah PNS yang akan memasuki usia pensiun


pada tanggal 1 Januari 2012.

Pada bulan November 2011 SK pensiun telah diterbitkan dan


diterima oleh yang bersangkutan dan ditindaklanjuti dengan
penerbitan SKPP Pensiun setelah gaji Bulan Desember 2011
dibayarkan.

Pada tanggal 31 Desember 2011 PNS tersebut meninggal dunia


pada saat mendaki gunung Bromo untuk merayakan malam tahun
baru.

Pertanyaan : Bagaimanakah gaji pensiun Rudy bila ia meninggal


dunia sebelum TMT gaji pensiun akan diterimanya ?

Penjelasan :

Dalam hal demikian, maka SK Pensiun yang telah diterbitkan


harus dibatalkan untuk diganti dengan SK Pensiun Janda/Duda.

Kepada ahli waris yang bersangkutan berhak dibayarkan uang


duka wafat dan gaji terusan selama 4 bulan berturut-turut.

Selanjutnya setelah uang duka wafat dan gaji terusan selesai


dibayarkan harus diterbitkan SKPP yang baru sebagai salah satu

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 64



dokumen untuk pembayaran pensiun janda/dudanya melalui PT
Taspen (Persero).

Contoh Kasus 4.10

Seorang PNS bernama Anggi meninggal pada bulan November


2011. Kepada yang bersangkutan telah dibayarkan gaji terusan
mulai bulan Desember 2011 sampai dengan bulan Mei 2012.

Pada bulan Maret 2012 diterbitkan Peraturan Pemerintah tentang


kenaikan gaji pokok dan Pensiun berlaku mulai bulan Januari
2012.

Pertanyaan : Bagaimanakah dengan pembayaran gaji Almarhum


Anggi sesuai dengan peraturan kenaikan gaji pokok yang baru?

Penjelasan :

Dalam hal demikian, maka terdapat hak kekurangan gaji terusan


mulai bulan Januari s.d. Mei 2012 yang harus dibayarkan kepada
Almarhum PNS Anggi yang akan diterima oleh ahli warisnya.

7. Tunjangan Kinerja

Tunjangan kinerja diberikan dalam jumlah berbeda-beda untuk


setiap unit kementerian maupun non kementerian. Bahkan ada
sebagian kementerian yang belum medapatkan tunjangan ini.
Pemberian tunjangan sebagai remunerasi atas reformasi birokrasi
yang telah dilaksanakan oleh unit tersebut. Presentase pemberian
tunjangan kinerja ini dengan mempertimbangkan persetujuan dari
Menpan RB.

Tunjangan Kinerja biasanya diperuntukkan pegawai yang dinilai


dari persentase kinerja yang dihasilkan oleh PNS. Nomenklatur

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 65



Tunjangan Kinerja ini berbeda-beda tiap instansi pemerintah, ada
yang nomenklaturnya Tunjangan Perbaikan Penghasilan yang
dinilai dari persentase kehadiran, namun ada juga yang
nomenklaturnya Tunjangan Kinerja Daerah dan lain sebagainya.

Untuk Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Tunjangan Kinerja ini


diberi nama Tunjangan Kinerja Daerah (TKD). Dasar pemberian
Tunjangan Kinerja sesuai ketentuan Peraturan Gubernur Nomor
409 Tahun 2016 tentang Tunjangan Kinerja Daerah, tujuan
pemberian tunjangan kinerja Daerah adalah :

a. Meningkatkan kualitas pelayanan masayarkat


b. Meningkatkan disiplin PNS dan Calon PNS
c. Meningkatkan kinerja PNS dan Calon PNS
d. Meningkatkan keadilan dan kesejahteraan PNS dan Calon
PNS
e. Meningkatkan integritas dan kesejahteraan PNS dan Calon
PNS
f. Meningkatkan tertib administrasi pengelolaan keuangan
daerah.

Unsur dan Bobot Penilaian dalam TKD

TKD diberikan setiap bulan kepada PNS yang menduduki


Jabatan Administrator (eselon III), Jabatan Pengawas (Eselon IV),
Jabatan yang disetarakan Jabatan Administrasi/Pengawas,
Jabatan Pelaksana, Jabatan Fungsional dan Calon PNS
berdasarkan penilaian prestasi kerja, yang terdiri dari unsur:

a. Aktivitas Kerja, merupakan hasil penilaian Point aktivitas


kerja yang diperoleh dari tugas pokok dan fungsi maupun
pekerjaan tambahan yang nyata dan terukur. Bobot penilaian
aktivitas kerja sebesar 70 (tujuh puluh persen).

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 66



b. Perilaku Kerja, meliputi aspek orientasi pelayanan, integritas,
komitmen, disiplin, kerjasama, kepemimpinan, dengan Bobot
penilaian perilaku kerja sebesar 10 (sepuluh persen). Uraian
untuk aspek perilaku kerja sebagai berikut:

Orientasi pelayanan, yaitu sikap dan perlaku kerja PNS


dalam memberikan pelayanan terbaik kepada yang dilayanai
antara lain meliputi masyarakat, atasan, rekan kerja, unit kerja
terkait dan.atau instansi lain;

integritas, yaitu kemampuan bertindak sesuai dengan nilai,


norma dna etika dalam organisasi.

Komitmen, yaitu kemauan dan kemampuan untuk


menyelaraskan sikap dan tindakan PNS untuk mewujudkan
tujuan organisasi dengan mengutamakan kepentingan dinas
dari pada kepentingan diri sendiri, seseorang dan/atau
golongan.

Disiplin, yaitu kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban


dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan
perundang-undagan dan/atau peraturan kedinasan yang
apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.

Kerjasama, yaitu kemauan dan kemampuan PNS untuk


bekerjasama dnegan rekan kerja, atasan, bawahan dlaam
unit kerjanya serta instansi lain dalam menyelesaikan suatu
tugas dan tanggungjawab yang diberikan sehingga mencapai
daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya.

Kepemimpinan, kemampuan dan kemauan PNS untuk


memotivasi dan mempengaruhi bawahan atau orang lain
yang berkaitan dengan bidang tugasnya demi tercapainya
tujuan organisasi.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 67



c. Serapan Anggaran SKPD/UKPD, dihitung berdasarkan
realisasi belanja bulanan kumulatif dibagi dengan Serapan
Perkiraan Sendiri (SPS) belanja bulanan kumulatif. SPS
merupakan target kebutuhan masing-masing SKPD/UKPD
setiap bulan yang perhitungannya didasarkan pada DPA
SKPD/UKPD. Bobot penilaian serapan anggaran
SKPD/UKPD sebesar 20 ( Dua puluh persen).

Sedangkan unsur dan bobot penilaian prestasi kerja untuk PNS


yang menduduki jabatan Pimpinan Tinggi, terdiri dari :

a. Pencapaian KPI, dihitung berdasarkan perbandingan antara


realisasi capaian dan target capaian setiap buan dalam angka
persentase. Bobot penilaian Pencapaian KPI sebesar 60
(sepuluh persen).

b. Tindak Lanjut Arahan Gubernur, merupakan tindak lanjut


atas penugasan lisan dan/atau tulisan yang tercatat pada
Bappeda. Bobot penilaian tindak lanjut arahan gubernur
sebesar 10 (sepuluh persen).

c. Tindak Lanjut Pengaduan Masyarakat, merupakan tindak


lanjut terhadap pengaduan masyarakat yang tercatat pada
Sistem Pengaduan UPT JSC, Bobot penilaian tindak lanjut
pengaduan masyarakat sebesar 10 (sepuluh persen).

Serapan Anggaran SKPD/UKPD, dihitung berdasarkan realisasi


belanja bulanan kumulatif dibagi dengan Serapan Perkiraan
Sendiri (SPS) belanja bulanan kumulatif. SPS merupakan target
kebutuhan masing-masing SKPD/UKPD setiap bulan yang
perhitungannya didasarkan pada DPA SKPD/UKPD. Bobot
penilaian serapan anggaran SKPD/UKPD sebesar 20 (dua puluh
persen).

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 68



Ketentuan mengenai pemberian TKD sebagaimana diatas
dikecualikan bagi :

a. PNS yang ditugaskan pada TGUPP (Tim Gubernur Untuk


Percepatan Pembangunan)
b. PNS yang ditugaskan pada TWUPP (Tim Walikota/Bupati
Untuk Percepatan Pembangunan)
c. PNS Guru dan PNS Guru yang diberikan tugas tambahan
sebagai kepala sekolah, pengawas sekolah, penilik, pamong
Belajar dan calon PNS formasi Guru.

Nilai Point TKD

Nilai point TKD PNS Provinsi DKI Jakarta sangat bervariasi


tergantung beban jabatan yang diemban. Besaran poin tertinggi
Rp. 27.000,- sedangkan terendah Rp. 9.000,-. Berikut ini tabel 4.8
akan menjelaskan lebih rinci.

Tabel. 4.8
Nilai Point TKD PNS Provinsi DKI Jakarta

NO. Jabatan Nilai per Point

1. Sekretaris Daerah Rp. 27,000,-

2. Pimpinan tinggi madya kecuali sekretaris Rp. 18,000,-


daerah, Pimpinan Tinggi Pratama,
Administrator, Pengawas, pejabat yang
disetarakan dengan pejabat administrator /
pengawas, pejabat pelaksana, pejabat
fungsional dan Calon PNS dan calon Guru
selain Jabatan fungsional pengawas
sekolah, PNS guru dan PNS yang
diberikan tugas tambahan selain kepala
sekolah

3. PNS yang menduduki jabatan fungsional Rp. 15,000,-


pengawas Sekolah

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 69



(Prestasi Kinerja x Nilai Jabatan x Nilai per point) – (Kewajiban +
Potongan yang sah)

4. PNS yang ditugaskan pada TGUPP dan Rp. 9,000,-


TWUPP

5. PNS dan CPNS yang bertugas pada Rp. 12,000,-


rumah sakit khusus daerah yang
menerapkan PPK-BLUD dan menerapkan
remunerasi

6. PNS dan CPNS yang bertugas pada Rp. 9,000,-


rumah sakit umum daerah yang
menerapkan PPK-BLUD dan menerapkan
remunerasi

7. PNS dan CPNS yang bertugas pada Rp. 18,000,-


rumah sakit umum daerah/Rumah sakit
Khusus daerah yang menerapkan PPK-
BLUD dan belum menerapkan remunerasi

8. Pimpinan tinggi dan pejabat administrator Jumlah


pada rumah sakit umum daerah/Rumah akumulasi
sakit Khusus daerah yang menerapkan TKD paling
PPK-BLUD dan menerapkan remunerasi besar 120 %
(seratus dua
puluh persen)
dari besaran
TKD sesuai
dengan
peringkat
jabatan dan
nilai jabatan
dengan nilai
per point Rp.
18,000,-

Dari hitungan jumlah per point diatas maka, perhitungan Jumlah


TKD yang diterima oleh PNS dan Calon PNS, sebagaimana
berikut ini :

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 70



Keterangan :

- Prestasi kerja bagi PNS yang menduduki Jabatan


Administrastor, Jabatan Pengawas, Jabatan yang disetarakan
Jabatan Administrasi/Pengawas, Jabatan Pelaksana, Jabatan
Fungsional dan Calon PNS adalah persentase hasil
akumulasi penilaian aktivitas kerja, perilaku kerja dan capaian
serapan anggaran SKPD/UKPD.

- Prestasi kerja bagi PNS yang menduduki Jabatan Pimpinan


Tinggi adalah persentase hasil kumulasi penilaian KPI,
Tindaklanjut Arahan Gubenur, Tindak Lanjut Pengaduan
Masyarakat dan Capaian Serapan Anggaran SKPD/UKPD.

- Nilai Jabatan adalah Nilai sesuai peringkat Jabatan

- Nilai per point adalah besaran rupiah yang digunakan sebagai


faktor pengali nilai jabatan.

Selanjutnya unsur dan bobot penilaian prestasi kerja untuk PNS


Guru yang diberikan tugas tambahan sebagai kepala sekolah,
pengawas sekolah, penilik, pamong Belajar dan calon PNS
formasi Guru sebagaimana diatur dalam Pergub Nomor 22 Tahun
2001 tentang TKD bagi Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah,
Guru, Pengawas Sekolah, Penilik, dan Pamong Belajar, terdiri
dari :

PNS Guru, Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah

a. Kehadiran, sebesar 70% (tujuh puluh persen) dari besaran


TKD

b. Prestasi Kerja, sebesar 30% (tiga puluh persen) dari besaran


TKD

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 71



Pengawas Sekolah, dan Jabatan Penilik

a. Kehadiran, sebesar 60% (enam puluh persen) dari besaran


TKD

b. Prestasi Kerja, sebesar 40% (empat puluh persen) dari


besaran TKD

Jabatan Pamong Belajar

a. Kehadiran, sebesar 50% (lima puluh persen) dari besaran


TKD

b. Prestasi Kerja, sebesar 50% (lima puluh persen) dari besaran


TKD

Calon PNS Guru, Hanya diberikan TKD kehadiran sebesar


100% (seratus persen) dari besaran TKD.

Persentase besaran TKD dan unsur penilaian dari Guru, Kepala,


Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, Penilik
Sekolah, Pamong Belajar dan Calon PNS dari Guru dapat
dijelaskan dalam bentuk tabel 4.9 dibawah ini :

Tabel. 4.9
Unsur dan persentase Penilaian TKD PNS Guru, Kepala/Wakil
Kepala Sekolah, Pengawas, Penilik, Pamong Belajar dan Calon
PNS

No Nama Jabatan Unsur Penilaian Persentase


penilaian dari
Besaran TKD
1. PNS Guru 1. Kehadiran 70 %
2. Prestasi Kerja 30%
2. Kepala Sekolah 1. Kehadiran 70 %
2. Prestasi Kerja 30%
3. Wakil Kepala Sekolah 1. Kehadiran 70 %
2. Prestasi Kerja 30%

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 72



4. Pengawas Sekolah 1. Kehadiran 60 %
2. Prestasi Kerja 40%
5. Penilik Sekolah 1. Kehadiran 60 %
2. Prestasi Kerja 40%
6. Jabatan Pamong Belajar 1. Kehadiran 50 %
2. Prestasi Kerja 50%
7. Calon PNS (dari unsur guru) 1. Kehadiran 100%
Besaran TKD Kepala, Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, PNS Guru
dan CPNS Guru, Pengawas Sekolah, Penilik Sekolah, Pamong
Belajar dan Calon PNS dari Guru dapat dijelaskan dalam bentuk
tabel 4.10, sd. Tabel 4.15. dibawah ini :

a. Besaran TKD Kepala Sekolah:

Tabel.4.10
Besaran TKD Kepala Sekolah

No Keterangan Jumlah TKD


1. Kepala Sekolah TK, SLB Rp. 11.400.000,-
2. Kepala Sekolah SD Rp. 12.000.000,-
3. Kepala Sekolah SMP dan SMP Rp. 17.000.000,-
Unggulan
4. Kepala Sekolah SMA, SMK dan Rp. 19.000.000,-
SMA Unggulan
b. Besaran TKD Wakil Kepala Sekolah

Tabel.4.11
Besaran TKD Wakil Kepala Sekolah

No Keterangan Jumlah TKD


1. Wakil Kepala Sekolah TK, SLB Rp. 10.070.000,-
2. Wakil Kepala Sekolah SD Rp. 10.545.000,-
3. Wakil Kepala Sekolah SMP dan Rp. 10.830.000,-
SMP Unggulan
4. Wakil Kepala Sekolah SMA, SMK Rp. 11.922.000,-
dan SMA Unggulan

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 73



c. Besaran TKD PNS Guru dan CPNS Guru

Tabel.4.12
Besaran TKD PNS Guru

No Keterangan Jumlah TKD


1. PNS dengan Golongan IV/d sd IV/e Rp. 9.360.000,-
2. PNS dengan Golongan IV/a sd IV/c Rp. 9.045.000,-
3. PNS dengan Golongan III/c sd III/d Rp. 8.910.000,-
4. PNS dengan Golongan III/a sd III/b Rp. 8.010.000,-
5. PNS dengan Golongan II/a sd II/d Rp. 6.210.000,-
6. Calon PNS Rp. 3.100.000,-

d. Besaran TKD Pengawas Sekolah

Tabel.4.13
Besaran TKD Pengawas Sekolah

No Keterangan Jumlah TKD


1. Keahlian Utama Rp. 26.475.000,-
2. Keahlian Madya Rp. 22.125.000,-
3. Keahlian Muda Rp. 19.650.000,-
4. Keahlian Pratama Rp. 15.600.000,-
5. Keterampilan Penyelia Rp. 15.600.000,-
6. Keterampilan Mahir Rp. 14.325.000,-
7. Keterampilan Terampil Rp. 13.800.000,-
8. Keterampilan Pemula Rp. 10.800.000,-

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 74



e. Besaran TKD Penilik Sekolah

Tabel.4.14
Besaran TKD Penilik Sekolah

No Keterangan Jumlah TKD


1. Keahlian Utama Rp. 31.770.000,-
2. Keahlian Madya Rp. 26.550.000,-
3. Keahlian Muda Rp. 23.580.000,-
4. Keahlian Pratama Rp. 18.720.000,-
5. Keterampilan Penyelia Rp. 18.720.000,-
6. Keterampilan Mahir Rp. 17.190.000,-
7. Keterampilan Terampil Rp. 16.560.000,-
8. Keterampilan Pemula Rp. 12.960.000,-

f. Besaran TKD Pamong Belajar

Tabel. 4.15
Besaran TKD Pamong Belajar

No Keterangan Jumlah TKD


1. Keahlian Utama Rp. 31.770.000,-
2. Keahlian Madya Rp. 26.550.000,-
3. Keahlian Muda Rp. 23.580.000,-
4. Keahlian Pratama Rp. 18.720.000,-
5. Keterampilan Penyelia Rp. 18.720.000,-
6. Keterampilan Mahir Rp. 17.190.000,-
7. Keterampilan Terampil Rp. 16.560.000,-
8. Keterampilan Pemula Rp. 12.960.000,-

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 75



PNS dan Calon PNS yang tidak diberikan TKD :

1) PNS yang mengambil Masa Persiapan Pensiun

2) PNS yang berstatus Penerima Uang Tunggu

3) PNS yang berstatus sebagai pegawai Titipan di dalam atau di


luar Pemerintah Daerah

4) PNS dan Calon PNS yang berstatus tersangka dan ditahan


oleh pihak aparat penegak hukum

5) PNS dan Calon PNS yang berstatus terdakwa dan ditahan


oleh aparat penegak hukum

6) PNS dan Calon PNS yang berstatus terpidana

7) PNS yang mengambil Cuti di Luar Tanggungan Negara

8) PNS yang mengambil cuti Besar

9) PNS dan Calon PNS yang mengambil cuti persalinan ketiga


dan seterusnya sejak menjadi Calon PNS;

10) PNS yang diberhentikan sementara

11) PNS yang sedang melaksanakan tugas belajar

12) PNS dan Calon PNS yang dijatuhi hukuman disiplin

13) PNS yang diperbantukan di luar Pemerintah Daerah, kecuali


diperbantukan di Sekretaiat BKSP Jabodetabekjur, Bawaslu
Daerah, Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran. Lembaga
Bahasa Ilmu Al-Quran dan Rumah Sakit Adhyaksa.

14) PNS dan Calon PNS pada Badan Pajak dan Retribusi Daerah

15) PNS dan Calon PNS yang sakit lebih dari 3 (tiga) bulan
berturut-turut.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 76



Pengurangan Tunjangan Kerja Daerah

Tunjangan kinerja PNS Provinsi DKI Jakarta dapat berkurang,


apabila :

a. PNS ataiu Calon PNS datang terlambat dan pulang lebih


cepat, maka pengurangan jumlah maksimal TKD yang
diterima dilakukan dengan cara mengurangi total waktu efektif
aktivitas kerja perbulan batas maksimal waktu efektif
dikurangi sebesar jumlah menit keterlambatan tiba dan/atau
kepulangan lebih cepat)

b. PNS yang tidak hadir tanpa keterangan yang sah (alpa),


batas maksimal waktu efektif dikurangi sebesar 600 (enam
ratus) menit per hari serta dilarang melakukan input aktivitas
kerja.

c. PNS dan Calon PNS yang izin tidak masuk kerja, batas
maksimal waktu efektif dikurangi sebesar 300 (tiga ratus)
menit per hari serta dilarang melakukan input aktivitas kerja.

d. PNS dan Calon PNS yang izin kurang dari 1 (satu) hari, batas
maksimal waktu efektif dikurangi sebesar 150 (seratus lima
puluh) menit per izin.

e. PNS dan Calon PNS yang sakit 1 (satu) hari sampai dengan
2 (dua) hari berturut-turut, batas maksimal waktu efektif
dikurangi sebesar 300 (tiga Ratus) menit perhari serta
dilarang mealkukan input aktivitas kerja.

f. PNS dan Calon PNS yang cuti sakit lebih dari 2 (dua) hari
berturut-turut, batas maksimal waktu efektif dikurangi sebesar
240 (dua ratus empat puluh) menit per hari dan capaian
waktu efektif ditambah 60 (enam puluh) menit per hari serta
dilarang melakukan input aktivitas kerja.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 77



g. PNS dan Calon PNS yang menjalani Cuti Alasan Penting
lebih dari 5 (lima) hari, batas maksimal waktu efektif dikurangi
sebesar 300 menit per hari berlaku sejak hari ke – 6 (enam)
serta dilarang melakukan input aktivitas kerja.

h. PNS dan calon PNS yang menjalani cuti persalinan pertama


dan kedua sejak menjadi PNS, batas maksimal waktu efektif
dikurangi sebesar 150 (seratus lima puluh) menit perhari dan
capaian waktu efektif ditambah 150 (seratus lima puluh) menit
perhari serta dilarang melakukan input aktivitas kerja.

Dari uraian diatas maka secara persentase pengurangan TKD


adalah sebagai berikut :

a. Tanpa keterangan sebesar 5% (lima persen) dari TKD bersih


yang akan diterima.

b. Izin sebesar 2,5 % (dua koma lima persen( dari TKD bersih
yang akan diterima.

c. Sakit 1 (satu) sampai dengan 2 (dua) hari sebesar 1 (satu


persen) dari TKD bersih yang akan diterima.

d. Cuti sakit setelah hari ke -2 (kedua) sebesar 2 % (dua persen)


dari TKD bersih yang akan diterima.

e. Cuti alasan penting sebesar 2,5 % (dua koma lima persen)


dari TKD bersih yang diterima berlaku sejak hari ke-6 (enam)
pelaksanaan cuti alasan penting, dan/atau :

f. Terlambat tiba dan/atau pulang lebih cepat dari kantor/tempat


tugas/izin kurang dari 1 (satu) hari dikenakan pemotongan
TKD bersih yang akan diterima dengan rumus sebagai
berikut:

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 78



x 2,5 %

450 menit

g. PNS yang ditugaskan pada TGUPP, PNS yang ditugaskan


pada TWUPP dan PNS guru yang sedang menjalani cuti
persalinan pertama dan kedua sejak menjadi Calon PNS
diberikan TKD sebesar 50% (lima puluh persen) dari batas
maksimal TKD masing-masing, dan dilakukan secara
proporsional yang berlaku pada awal dan akhir kejadian.

TKD yang tidak dilakukan pengurangan

PNS dan Calon PNS tidak dikurangi jumlah maksimal penerimaan


TKD meskipun tidak hadir bekerja dikantor dan tidak melakukan
absen finger print, adalah :

a. PNS dan Calon yang melaksanakan tugas sebagai petugas


Haji

b. PNS dan Calon PNS yang mengikuti Pendidikan dan


pelatihan

c. PNS dan Calon PNS yang melakukan perjalanan dinas


sesuai ketentuan perundang-undangan.

d. PNS dan Calon PNS yang menjalani cuti tahunan, atau

e. PNS dan Calon PNS yang menjalani cuti alasan penting


selama 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) hari.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 79



C. CUTI

Yang dimaksud dengan cuti Pegawai Negeri Sipil adalah


keadaan tidak masuk kerja yang diizinkan dalam jangka waktu
tertentu setelah mendapatkan persetujuan dari PPK atau pejabat
lainnya yang memiliki kewenangan untuk memberikan izin cuti. Cuti
dikeluarkan/diberikan oleh pejabat yang berwenang seperti Pimpinan
Kementerian Negara/Lembaga Pemerintah Non Kementerian,
Sekretariat Lembaga Negara dan pejabat lain yang ditentukan oleh
Presiden. Cuti bagi PNS yang ditugaskan pada lembaga yang bukan
bagian dari kementerian atau lembaga diberikan oleh pimpinan
lembaga yang bersangkutan kecuali cuti di luar tanggungan negara.

Cuti PNS sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah


Nomor 11 Tahun 2017, terdiri dari beberapa jenis yaitu : cuti tahunan,
cuti besar, cuti sakit, cuti melahirkan, cuti karena alasan penting, cuti
bersama, dan cuti di luar tanggungan negara. Untuk lebih rinci uraian
dibawah ini akan menjelaskannya.

1. Cuti Tahunan

PNS dan calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) berhak


mendapatkan cuti tahunan apabila telah bekerja paling kurang 1
(satu) tahun secara terus-menerus. Cuti tahunan tersebut
diberikan lamanya duabelas (12) hari kerja. Dalam hal hak atas
cuti tahunan yang akan digunakan di tempat yang sulit perhub-
ungannnya, jangka waktu cuti tahunan tersebut dapat dit-
ambahkan untuk paling lama dua belas (12) hari kelender. Untuk
menggunakan hak atas cuti tahunan, PNS atau calon PNS yang
bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada
PPK atau pejabat yang menerima delegasi wewenang untuk
memberikan hak atas cuti tahunan. Hak atas cuti tahunan diberi-
kan secara tertulis oleh PPK atau pejabat yang menerima dele-
gasi wewenang untuk memberikan hak atas cuti tahunan.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 80



Hak atas cuti tahunan yang tidak digunakan dalam tahun
yang bersangkutan, dapat digunakan dalam tahun berikutnya
untuk paling lama 18 (delapan belas) hari kerja termasuk cuti
tahunan dalam tahun berjalan. Hak atas cuti tahunan yang
tidak digunakan 2 (dua) tahun atau lebih berturut-turut, dapat
digunakan dalam tahun berikutnya untuk paling lama 24 (dua
puluh empat) hari kerja termasuk hak atas cuti tahunan dalam
tahun berjalan.

Contoh Kasus 4.11

Romi adalah seorang CPNS yang telah bekerja sejak 1 Maret


2014 di Dinas Koperasi dan UKM Provinsi DKI Jakarta. Pada
tahun 2015 tidak mengajukan permintaan cuti tahunan, kemudian
pada tahun pada tanggal 15 April 2016 yang bersangkutan baru
mengajukan cuti tahunan. Maka berapa jumlah maksimal cuti
yang bisa diambilnya?

Penjelasan :

- Romi dapat mengambil cuti tahunan meskipun yang


bersangkutan masih berstatus CPNS

- Sesuai contoh diatas, berdasarkan PP 11 Tahun 2017


tentang Cuti bahwa Hak cuti yang tidak digunakan pada tahun
2015 dapat digunakan pada tahun berikutnya untuk paling
lama 18 (delapan belas) hari kerja. Cuti ini sudah termasuk
cuti tahunan pada tahun 2016.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 81



hak cuti tahunan - cuti yang telah diambil pada tahun berjalan

12 hari kerja – 3 hari kerja = 9 hari kerja

Contoh Kasus 4.12

Mirla Pegawai pada Biro Umum Setda Provinsi DKI Jakarta,


pada tahun 2017 telah menggunakan hak cutinya selama 3 (tiga)
hari kerja, Kemudian pada tahun 2018 rencananya akan
mengambil cuti pada bulan Maret. Berapakah cuti maksimal yang
bisa diambilnya?

Penjelasan :

- Sisa cuti Mirla pada Tahun 2017 adalah 9 hari diperoleh dari:

- Jika Mirla ingin menggunakan cuti tahunannya yang tertunda


pada tahun 2018 maka cuti yang dapat digunakannya
sebanyak 18 hari kerja, karena ketentuan mengatur bahwa
sisa cuti yang tidak diambil pada bulan sebelumnya dapat
diperhitungkan pada tahun berikutnya adalah maksimal 18
(delapan belas) hari kerja.

Contoh Kasus 4.13

Rahmad adalah pegawai pada Dinas Kesehatan Provinsi DKI


Jakarta, sudah 2 (dua) tahun berturut-turut tidak mengambil cuti
tahunan yaitu 2014 dan 2015. Apabila pada tahun 2016 Rahmad
ingin mengambil cuti tahunan, berapakah jumlah cuti maksimal
yang bisa digunakannya?

Penjelasan :

- Cuti tahunan yang dapat digunakan Rahmad pada tahun


2016 adalah sebanyak 24 (dua puluh empat) hari kerja sudah

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 82



termasuk cuti tahunan pada tahun berjalan.

Hak atas cuti tahunan dapat ditangguhkan


penggunaannya oleh PPK atau pejabat yang menerima delegasi
wewenang untuk memberikan hak atas cuti untuk paling lama 1
(satu) tahun, apabila kepentingan dinas mendesak. Hak atas
cuti tahunan yang ditangguhkan dapat digunakan dalam tahun
berikutnya selama 24 (dua puluh empat) hari kerja termasuk hak
atas cuti tahunan dalam tahun berjalan.

Contok Kasus 4.14

Yanto PNS pada Dinas Perhubungan Pemerintah Provinsi DKI


Jakarta menggunakan sebagian hak atas cuti tahunan pada tahun
2016 sebanyak 5 (lima) hari kerja dari 12 (dua belas) hari kerja
sesuai ketentuan. Kemudian pada bulan November Yanto
kembali mengajukan cuti tahunannya kepada pimpinannya. Akan
tetapi karena kepadatan beban kerja pada bulan November
sampai dengan akhir Desember 2016, pimpinan memberikan
disposisi pada pengajuan cuti Yanto untuk ditunda.

Pertanyaan : Jika Yanto mengambil cuti pada tahun berikutnya


yaitu tahun 2017, maka berapakah maksimal hak cuti tahunannya
yang dapat digunakan?

Penjelasan :

- Sisa cuti pada tahun 2016 sebanyak 7 hari kerja, diperoleh


dari :

hak cuti tahunan - cuti yang telah diambil pada tahun berjalan

12 hari kerja – 5 hari kerja = 7 hari kerja

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 83



- Jika Yanto ingin menggunakan cuti tahunannya yang tertunda
pada tahun 2016 dan menambahkannya di cuti tahunan 2017
maka cuti maksimal yang bisa digunakannya adalah 19
(sembilan belas) hari kerja. Sehingga sisa cuti pada tahun
2016 semuanya dapat digunakan pada tahun 2017 karena
adanya penangguhan cuti pada tahun 2016.

Terkait cuti tahunan, meskipun cuti adalah hak PNS akan


tetapi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mebatasai jumlahnya
PNS yang akan mengambil cuti tahunan. Setiap PNS masing-
masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang akan
mengambil tidak boleh melebihi melebihi 5% dari Total jumlah
PNS di unit kerjanya. Pengaturan ini dilakukan agar pelayanan
kepada masyarakat tidak terhambat karena banyaknya PNS
yang mengabil cuti tahunan.

Misalnya dalam satu SKPD jumlah total PNS dilingkungan


kerjanya berjumlah 567 orang maka jumlah PNS yang
mengambil cuti tidak boleh melebihi 29 orang. Apabila cuti
tahunannya pegawai ditangguhkan maka, jatah cuti tahunannya
yang bersangkutan tidak dipotong sebagaimana yang telah
dijelaskan di atas.

Untuk PNS yang menduduki Jabatan guru pada sekolah


dan Jabatan dosen pada perguruan tinggi yang mendapat liburan
menurut peraturan perundang-undangan, disamakan dengan
PNS yang telah menggunakan hak cuti tahunan. Artinya bahwa
guru dan dosen tidak mendapatkan hak cuti tahunan.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 84



2. Cuti Besar

PNS yang telah bekerja paling singkat selama lima (5)


tahun secara terus menerus berhak mendapatkan cuti besar yang
lamanya adalah 3 (tiga) bulan. Ketentuan paling singkat 5 tahun
secara terus menerus dikecualikan bagi PNS yang masa kerjanya
belum 5 tahun, untuk kepentingan agama. PNS yang
menggunakan hak atas cuti besar tidak berhak atas cuti tahunan
dalam tahun yang bersangkutan.

Untuk mendapatkan hak atas cuti besar, PNS dapat


mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK atau pejabat
lainnya yang menerima delegasi wewenang untuk memberikan
hak atas cuti besar. Hak cuti besar diberikan secara tertulis
oleh PPK atau pejabat yang menerima delegasi wewenang
untuk memberikan hak atas cuti besar.

Contoh kasus 4.15

Ratna adalah Pegawai pada Badan Pajak dan Retribusi Daerah


Provinsi DKI Jakarta, telah bekerja secara terus menerus sejak
Maret 2014, dan yang bersangkutan sampai dengan tahun 2019
belum pernah mengajukan cuti tahunan sekalipun. Pada tanggal
10 Mei 2019 yang bersangkutan mengajukan cuti besar selama 3
(tiga) bulan terhitung mulai 15 Juni 2019 sd 14 September 2019.
Bagaimanakah pemberian hak cuti besar yang dapat digunakan
kepada ratna?

Penjelasan :

- Ratna dapat menggunakan hak cuti besarnya selama 3 (tiga)


bulan karena telah bertugas selama 5 (lima) tahun berturut-
turut dan belum pernah sekalipun mengambil cuti tahunan.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 85



- Cuti besar yang diambil oleh Ratna otomatis akan
menggugurkan cuti tahunan ratna pada tahun 2019.

- Cuti besar berikutnya baru dapat diajukan paling cepat 15


September 2024.

Apabila PNS yang telah mengambil hak cuti tahunannya


pada tahun yang bersangkutan maka hak cuti besar yang
bersangkutan diberikan dnegan memperhitungjan hak atas cuti
tahunan yang telah digunakan.

Contoh kasus 4.16

Bayu adalah Pegawai Pada Dinas Tenaga Kerja dan


Transmigrasi Provinsi DKI Jakarta yang telah bekerja secara
terus menerus sejak Januari 2014. Sejak mulai bekerja sampai
dengan tahun 2019 belum pernah mengajukan cuti tahunan.
Pada bulan Maret 2019 yang bersangkutan telah menggunakan
hak atas cuti tahunan pada tahun 2019 selama 12 (dua belas)
hari kerja. Pada tanggal 4 November 2019 mengajukan
permintaan cuti besar selama 3 (tiga) bulan terhitung 18
November 2019 sampai dnegan Pebruari 2020. Bagaimanakah
penggunaan hak cuti besar Bayu tersebut?

Penjelasan :

- Bayu tetap mendapatkan hak cuti besarnya meskipun


sebelum mengajukan cuti besar yang bersangkutan telah
mengambil cuti tahunannya selama 12 (dua belas) hari kerja.

- Cuti tahunan yang telah digunakan oleh bayu akan


dipertimbangkan dengan mengurangi cuti besar yang akan
diambil, sehingga cuti besar Bayu yang dapat diberikan
paling lama terhitung mulai tanggal 18 November 2019 sd 31
Januari 2020.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 86



- Pada tahun 2020 Bayu masih memiliki hak cuti Tahunan.

- Cuti besar berikutnya dapat diajukan paling cepat 1 Februari


2015.

Contoh Kasus 4.17

Bunga adalah pegawai pada BPSDM Provinsi DKI Jakarta telah


bekerja secara terus menerus sejak 1 Pebruari 2012. Sejak mulai
bekerja sampai dengan tahun 2017 belum pernah mengambil
cuti tahunannya. Pada tahun 2017, yang bersangkutan memiliki
hak cuti tahunan 2017 selama 12 (duabelas) hari dan sisa hak
cuti tahunan pada tahun 2016 selama 6 (enam) hari. Pada
tanggal 28 Agustus 2017 mengajukan permintaan cuti besar
selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai 1 September 2017 sampai
dengan 30 November 2017. Bagaimanakah pemberian hak cuti
besar yang dapat digunakan oleh Bunga?

Penjelasan :

- Bunga tetap mendapatkan hak cuti besarnya dengan


ketentuan cuti tahunan dalam tahun 2017 tidak dapat
diberikan kepadanya.

- Bunga masih mempunyai hak atas sisa cuti tahunan pada


tahun 2016 selama 6 (enam) hari.

- Cuti besar berikutnya baru dapat diajukan paling cepat 1


Desember 2022.

Selama menggunakan hak atas cuti besar, PNS yang


bersangkutan menerima penghasilan PNS, dan bagi PNS yang
masa kerjanya belum 5 (lima) tahun dikecualikan dari ketentuan
diatas, untuk kepentingan agama, yaitu menunaikan ibadah haji
pertama sekali.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 87



Hak cuti besar dapat ditangguhkan penggunaannya oleh
PPK atau pejabat yang menerima delegasi wewenang untuk
memberikan hak atas cuti besar untuk paling lama 1 (satu) tahun
apabila kepentingan dinas mendesak, kecuali untuk
kepentingan agama. Penangguhan ini dikecualikan bagi PNS
yang mengambil cuti besar untuk menjalankan ibadah haji.

Contoh Kasus 4.18

Muhtadi adalah Pegawai pada Dinas Penanggulangan


Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta telah bekerja
secara terus menerus sejak Januari tahun 2014. Pada bulan
Maret 2019 ia mengajukan cuti besar selama 3 (tiga) bulan,
tetapi karena kepentingan dinas yang mendesak, pemberian cuti
besar ditangguhkan selama 1 (satu) tahun, sehingga yang
bersangkutan diberikan cuti besar mulai 1 Maret sampai dengan
31 Mei 2020. Bagaimanakah perhitungan cuti besar berikutnya
paling cepat yang bisa digunakannya?

Penjelasan :

Jika penghitungan cuti besar Muhtadi berikutnya dihitung 5 (lima)


tahun kedepan dimulai dari cuti besar terakhir diambil yaitu tahun
2020, maka Muhtadi cuti besar berikutnya adalah tahun Juni
2025. Oleh karena ada penundaan 1 (satu) Tahun pada saat
mengajukan cuti besar di tahun 2019, maka Cuti besar Muhtadi
berikutnya bukan terhitung mulai bulan Juni 2025 akan tetapi
terhitung mulai bulan Juni 2024. Dengan demikian penundaan 1
(satu) tahun tersebut masih diperhitungkan.

Apabila PNS yang menggunakan cuti besar kurang dari 3


(tiga) bulan, maka sisa cuti besar yang menjadi haknya hangus
atau tidak diperhitungkan lagi sisanya.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 88



Contoh kasus 4.19

Sylvi telah bekerja terus menerus sejak 1 Maret 2010, pada 10


Mei 2017 yang bersangkutan mengajukan cuti besar selama 2
(dua) bulan sampai dengan 10 Juli 2017. Bagaimanakah dengan
sisa cuti Sylvi?

Penjelasan :

Sylvi hanya mengambil cuti besar selama 2 (dua) bulan dnegan


demikian sisa cuti besar yang 1 (satu) bulan lagi tidak dapat
dipertimbangkan pada berikutnya, dan pengajuan cuti besar
berikutnya paling cepat dapat diambil pada 10 Juli 2022. Artinya
sisa cuti memang tidak diperhitungkan akan tetapi untuk
pengambilan cuti besar berikutnya menjadi lebih cepat 1 (satu)
bulan.

3. Cuti Sakit

Setiap PNS yang menderita sakit berhak atas cuti sakit.


Cuti sakit yang diberikan kepada PNS ini apabila mengalami
sakit, keguguran kandungan, dan kecelakaan. Ketentuan
pemberian cuti sakit adalah sebagai berikut :

a. Cuti sakit dapat diberikan kepada PNS yang menderita sakit


lebih dari 1 hari sampai dengan 14 hari, dengan ketentuan
yang bersangkutan harus mengajukan permintaan secara
tertulis kepada PPK atau pejabat yang menerima delegasi
wewenang untuk memberikan hak atas cuti sakit. PNS yang
mengajukan cuti melampirkan surat keterangan dokter.
Artinya surat keterangan dokter tersebut dapat dikeluarkan
oleh dokter mana saja dan paling sedikit memuat pernyataan
tentang perlunya diberikan cuti, lamanya cuti, dan keterangan
lain yang diperlukan.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 89



b. PNS yang menderita sakit lebih dari 14 hari berhak atas cuti
sakit yang waktunya diberikan paling lama 1 (satu) tahun.
PNS yang mengajukan permintaan cuti sakit melampirkan
surat keterangan dokter pemerintah.

c. PNS yang mengajukan cuti sakit harus mengajukan


permintaan secara tertulis kepada PPK atau pejabat yang
menerima delegasi wewenang untuk memberikan hak atas
cuti sakit dengan melampirkan surat keterangan
sebagaimana dimaksud pada point (1) dan (2).

d. Jangka waktu cuti sakit sebagaimana dimaksud pada


point (2) diatas, dapat ditambah untuk paling lama 6
(enam) bulan apabila diperlukan, berdasarkan surat
keterangan tim penguji kesehatan yang ditetapkan oleh
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan.

e. PNS yang tidak sembuh dari penyakitnya dalam jangka waktu


sebagaimana dimaksud pada poit (4), harus diuji kembali
kesehatannya oleh tim penguji kesehatan yang ditetapkan
oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan. Apabila berdasarkan hasil pengujian
kesehatan PNS belum sembuh dari penyakitnya, PNS yang
bersangkutan diberhentikan dengan hormat dari Jabatannya
karena sakit dengan mendapat uang tunggu sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

f. Cuti sakit yang diberikan oleh PPK atau pejabat yang


menerima delegasi wewenang untuk memberikan hak atas
cuti diberikan tsecara tertulis dan dicatat oleh pejabat yang
membidangi kepegawaian.

PNS wanita yang mengalami keguguran dalam


kandungannya dapat dikategorikan dalam keadaan sakit. Bagi

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 90



PNS yang mengalami gugur kandungan tersebut dapat diberikan
hak atas cuti sakit yang waktunya paling lama 1 1/2 (satu
setengah) bulan. Untuk mendapatkan hak atas cuti sakit, PNS
yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis
kepada PPK atau pejabat yang menerima delegasi wewenang
untuk memberikan hak atas cuti sakit dengan melampirkan surat
keterangan dokter atau bidan.

PNS yang mengalami kecelakaan dalam dan oleh karena


menjalankan tugas kewajibannya sehingga yang bersangkutan
perlu mendapat perawatan berhak atas cuti sakit sampai yang
bersangkutan sembuh dari penyakitnya.

PNS yang menjalankan cuti sakit, apakah itu karena sakit,


keguguran kandungan, ataupun kecelakaan tetap menerima
penghasilannya.

4. Cuti Melahirkan

Kepada Pegawai Negeri Sipil wanita yang sedang


menjalani persalinan berhak mendapatkan cuti melahirkan. Cuti
melahirkan ini diberikan pada kelahiran anak pertama sampai
dengan kelahiran anak ketiga. Lamanya cuti melahirkan adalah 3
(tiga) bulan, namun, dalam hal tertentu dapat mengajukan
permintaan cuti kurang dari 3 (tiga) bulan.

Sedangkan untuk kelahiran anak keempat dan seterusnya


diberikan cuti besar. Ketentuan pemberian cuti besar untuk
kelahiran anak keempat ini tidak dapat ditangguhkan dan bagi
PNS yang belum mempunyai masa kerja paling singkat 5 (lima)
tahun tetap mendapatkan hak cuti ini. Lamanya cuti besar yang
digunakan pada kelahiran anak keempat dan seterusnya sama
dengan lamanya cuti melahirkan yaitu 3 (tiga) bulan.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 91



Untuk dapat menggunakan hak atas cuti melahirkan
PNS yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis
kepada PPK atau pejabat yang menerima delegasi wewenang
untuk memberikan hak atas cuti melahirkan. Hak cuti
melahirkan diberikan secara tertulis oleh PPK atau pejabat yang
menerima delegasi wewenang untuk memberikan hak atas
cuti melahirkan. Selama menggunakan hak cuti melahirkan, PNS
yang bersangkutan menerima penghasilan PNS.

5. Cuti Karena Alasan Penting

PNS berhak mendapatkan cuti alasan penting, apabila :

a. Ibu, bapak, isteri atau suami, anak, adik, kakak, mertua, atau
menantu sakit keras atau meninggal dunia;

b. Salah seorang anggota keluarga yang dimaksud pada


point (1) meninggal dunia, dan menurut peraturan
perundang-undangan PNS yang bersangkutan harus
mengurus hak-hak dari anggota keluarganya yang
meninggal dunia; atau

c. Melangsungkan perkawinan.

Selain ketiga alasan diatas, ada alasan lain untuk


mendapatkan cuti dimaksud, yaitu bagi PNS yang ditempatkan
pada perwakilan Republik Indonesia yang rawan dan/atau
berbahaya. PNS dimaksud dapat mengajukan cuti karena alasan
penting guna memulihkan kondisi kejiwaan PNS yang
bersangkutan.

Lamanya cuti karena alasan penting ditentukan oleh PPK


atau pejabat yang menerima delegasi wewenang untuk
memberikan hak atas cuti karena alasan penting. Akan tetapi
cuti yang diberikan sesuai dengan PP 11 Tahun 2017 adalah

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 92



paling lama 1 (satu) bulan.

Ketentuan dalam pemberian cuti karena alasan penting


dapat dijelaskan sebagaimana berikut ini :

a. PNS yang bersangkutan mengajukan permintaan secara


tertulis dengan menyebutkan alasan kepada PPK atau
pejabat yang menerima delegasi wewenang untuk
memberikan hak atas cuti karena alasan penting.

b. Hak atas cuti karena alasan penting sebagaimana dimaksud


diberikan secara tertulis oleh PPK atau pejabat yang
menerima delegasi wewenang untuk memberikan hak atas
cuti karena alasan penting.

c. Dalam hal yang mendesak, sehingga PNS yang


bersangkutan tidak dapat menunggu keputusan dari PPK
atau pejabat yang menerima delegasi wewenang untuk
memberikan hak atas cuti karena alasan penting, pejabat
yang tertinggi di tempat PNS yang bersangkutan bekerja
dapat memberikan izin sementara secara tertulis untuk
menggunakan hak atas cuti karena alasan penting.

d. Pemberian izin sementara sebagaimana dimaksud pada


point (3) harus segera diberitahukan kepada PPK atau
pejabat yang menerima delegasi wewenang untuk
memberikan hak atas cuti karena alasan penting.

e. PPK atau pejabat yang menerima delegasi wewenang untuk


memberikan hak atas cuti karena alasan penting setelah
menerima pemberitahuan, memberikan hak atas cuti karena
alasan penting kepada PNS yang bersangkutan.

f. Selama menggunakan hak atas cuti karena alasan


penting, PNS yang bersangkutan menerima penghasilan
PNS.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 93



6. Cuti Bersama

Cuti bersama merupakan penambahan cuti yang diberikan


kepada PNS berdasarkan PP Nomor 11 Tahun 2017. Cuti ber-
sama ini tidak mengurangi cuti tahunan. Dan bagi PNS yang ka-
rena jabatannnya tidak diberikan hak atas cuti bersama, maka
hak cuti tahunannya ditambah sesuai dengan jumlah cuti bersa-
ma yang tidak diberikan. Waktu cuti bersama ini ditetapkan oleh
Presiden dengan Keputusan Presiden.

Contoh kasus 4.20

Yohana adalah pegawai pada Rumah Sakit Umum Daerah Pasar


Rebo Provinsi DKI Jakarta dan tugas sehari-harinya adalah
sebagai Perawat pada Rumah Sakit tersebut. Pada bulan Juni
tahun 2017 yang bersangkutan tidak diberikan hak cuti bersama
dalam rangka Hari Raya Idul Fitri selama 3 (tiga) hari kerja
karena harus bertugas sebagai perawat jaga.

Yang jadi pertanyaan apakah hak cuti bersama Yohana masih


dapat digunakannya?

Penjelasan :

Cuti bersama Yohana yang tidak diperolehnya pada saat Libur


Hari Raya Idul Fitri hari tidak hilang dan dapat ditambahkan
selama 3 (tiga) hari pada cuti tahunannya sehingga hak cuti
tahunannya menjadi 15 (lima belas) hari kerja. Penambahan hak
cuti bersama kedalam cuti tahunan hanya dapat digunakan dalam
tahun berjalan.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 94



7. Cuti di Luar Tanggungan Negara

PNS yang telah bekerja paling singkat lima (5) tahun


secara terus-menerus, karena alasan pribadi yang penting dan
mendesak dapat diberikan cuti di luar tanggungan Negara.
Lamanya cuti diluar tanggungan negara dapat diberikan paling
lama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang paling lama satu (1)
tahun apabila ada alasan-alasan yang penting untuk mem-
perpanjangnya.

PNS yang menjalankan cuti diluar tanggungan negara


apabila menduduki jabata maka, ada kemungkinan untuk
diberhentikan dari jabatannya. Pemberhentian ini terjadi karena
jabatan yang menjadi lowong akibat pejabatnya sedang
menjalankan cuti diluar tanggungan negara harus segera diisi.

Ketentuan pemberian cuti diluar tanggungan negara ini


adalah sebagai berikut :

a. PNS yang bersangkutan mengajukan permintaan secara ter-


tulis kepada PPK disertai dengan alasan.

b. Cuti di luar tanggungan negara hanya dapat diberikan


dengan surat keputusan PPK setelah mendapat persetujuan
dari Kepala BKN;

c. PPK sebagaimana dimaksud pada point (2) tidak dapat


mendelegasikan kewenangan pemberian cuti di luar tanggun-
gan negara.

d. Permohonan cuti di luar tanggungan negara dapat ditolak.

e. Selama menjalankan cuti di luar tanggungan negara, PNS


yang bersangkutan tidak menerima penghasilan PNS.

f. Selama menjalankan cuti di luar tanggungan negara tid-


ak diperhitungkan sebagai masa kerja PNS.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 95



Ketentuan lain terkait cuti sebagaimana yang diatur dalam
PP Nomor 11 Tahun 2017 adalah sebagai berikut :

a. PNS yang sedang menggunakan hak atas cuti tahunan, cuti


besar, cuti karena alasan penting, dan cuti bersama dapat di-
panggil kembali bekerja apabila kepentingan dinas
mendesak.

b. Dalam hal PNS dipanggil kembali bekerja sebagaimana


dimaksud pada point (1) diatas, maka jangka waktu cuti yang
belum dijalankan tetap menjadi hak PNS yang bersangkutan.

c. Hak atas cuti untuk jenis cuti tahunan, cuti besar, cuti sakit,
cuti melahirkan, cuti karena alasan penting, yang akan dijal-
ankan di luar negeri, hanya dapat diberikan oleh PPK.

d. Dalam hal yang mendesak, sehingga PNS yang bersangku-


tan tidak dapat menunggu keputusan dari PPK sebagaimana
point (3) diatas, maka pejabat yang tertinggi di tempat PNS
yang bersangkutan bekerja dapat memberikan izin sementara
secara tertulis untuk menggunakan hak atas cuti. Pemberian
izin sementara ini harus segera diberitahukan kepada PPK.

e. PPK setelah menerima pemberitahuan sebagaimana di-


maksud point (4) memberikan hak atas cuti kepada PNS
yang bersangkutan.

f. Ketentuan mengenai cuti sakit, cuti melahirkan, dan cuti ka-


rena alasan penting berlaku secara mutatis mutandis ter-
hadap calon PNS. Artinya segala perubahan-perubahan yang
ada terkait dengan pelaksanaan penggunaan cuti dimaksud
dapat diakui/sah.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian cuti


diatur dengan Peraturan Kepala BKN. Hanya saja Peraturan
Kepala BKN tentang juklak dan juknis belum ada.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 96



D. JAMINAN PENSIUN DAN JAMINAN HARI TUA

PNS yang berhenti bekerja berhak atas jaminan pensiun dan


jaminan hari tua PNS. Jaminan pensiun PNS dan jaminan janda/duda
PNS dan jaminan hari tua PNS diberikan sebagai perlindungan kesi-
nambungan penghasilan hari tua, sebagai hak dan sebagai penghar-
gaan atas pengabdian PNS. Jaminan pensiun dan jaminan hari tua
PNS mencakup jaminan pensiun dan jaminan hari tua yang diberikan
dalam program jaminan sosial nasional.

Sumber pembiayaan jaminan pensiun dan jaminan hari tua


PNS berasal dari pemerintah selaku pemberi kerja dan iuran PNS
yang bersangkutan.

1. Jaminan Pensiun

Jaminan pensiun adalah jaminan sosial yang bertujuan


untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak bagi
peserta dan/atau ahli warisnya dengan memberikan penghasilan
setelah peserta memasuki usia pensiun, mengalami cacat total
tetap, atau meninggal dunia. Manfaat Pensiun adalah sejumlah
uang yang dibayarkan setiap bulan kepada peserta yang
memasuki usia pensiun, mengalami cacat total tetap, atau kepada
ahli waris bagi peserta yang meninggal dunia.

a. PNS yang mendapat jaminan pensiun

PNS diberikan jaminan pensiun apabila :

1) Meninggal dunia

PNS yang meninggal dunia atau tewas diberhentikan


dengan hormat sebagai PNS dengan mendapat hak
kepegawaiannya. PNS yang diberhentikan dengan
hormat karena meninggal dunia, tewas, atau hilang dapat
diberikan jaminan pensiun.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 97



2) Atas permintaan sendiri dengan usia dan masa kerja
tertentu

PNS yang mengajukan permintaan berhenti, dapat


diberhentikan dengan hormat sebagai PNS. PNS yang
diberhentikan dengan hormat atas permintaan sendiri
apabila telah berusia 45 (empat puluh lima) tahun dan
masa kerja paling sedikit 20 (dua puluh) tahun.

Permintaan berhenti dapat ditunda untuk paling lama 1


(satu) tahun, apabila PNS yang bersangkutan masih
diperlukan untuk kepentingan dinas. Permintaan berhenti
dapat ditolak apabila :

a) Sedang dalam proses peradilan karena di duga


melakukan tindak pidana kejahatan;
b) Terikat kewajiban bekerja pada instansi pemerintah
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
c) Dalam pemeriksaan pejabat yang berwenang
memeriksa karena diduga melakukan pelanggaran
disiplin PNS.
d) Sedang mengajukan upaya banding administratif
karena dijatuhi hukuman disiplin karena dijatuhi
hukuman disiplin berupa pemberhentian dengan
hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS
e) Sedang menjalani Hukuman Disiplin, dan/atau;
f) Alasan lain menurut pertimbangan Pejabat Pembina
Kepegawaian.

Contoh Kasus 4.21

Hendra adalah Pegawai pada Kecamatan Gambir Jakarta Pusat


dan telah bekerja di Pemerintah Provinsi DKI sejak 1 Maret 2000.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 98



Usianya saat ini sudah mencapai 50 Tahun. Selain sebagai PNS
ia juga mempunya usaha kuliner yang saat ini membutuhkan
perhatian penuh karena telah membuka cabang di beberapa kota
yang ada di seluruh Indonesia. Tentunya ia harus dapat
mengontrol usahanya tersebut. Oleh karena itu ia berniat akan
mengundurkan diri dan mengajukan permintaan untuk pensiun
dini. Apabila pada tanggal 15 Januari 2018 ia mengajukan
permintaan untuk pensiun, maka bagaimanakah permohonan
Hendra tersebut bisa terpenuhi?

Penjelasan :

Masa kerja Hendra pada saat 15 Januari 2018 lamanya 17 tahun


10 bulan dan usianya 48 (empat puluh) Tahun. Dari persyaratan
usia untuk mengajukan pensiun atas permintaan sendiri sudah
memnuhi, akan tetapi dari persyaratan masa kerja belum
terpenuhi. Oleh karena itu pengajuan pensiun atas permintaan
sendiri belum dapat dipenuhi karena belum memiliki masa kerja
paling sedikit 20 (dua puluh tahun).

3) Mencapai batas usia pensiun;

PNS yang telah mencapai Batas Usia Pensiun


diberhentikan dengan hormat sebagai PNS. PNS yang
diberhentikan telah memiliki masa kerja untuk pensiun
paling sedikit 10 (sepuluh) tahun.

Berdasarkan Peraturan Pemeintah Nomor 11 Tahun


2017, pada pasal 239, Batas Usia Pensiun, yaitu:

a) 58 (lima puluh delapan) tahun bagi pejabat


administrasi, pejabat fungsional ahli muda, pejabat

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 99



fungsional ahli pertama, dan pejabat fungsional
keterampilan.

b) 60 (enam puluh) tahuan bagi pejabat pimpinan tinggi


dan pejabat fungsional madya; dan

c) 65 (enam puluh lima) tahun bagi PNS yang


memangku pejabat fungsional ahli utama.

4) Perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah


yang mengakibatkan pensiun dini;

Bila terjadi perampingan organisasi atau kebijakan


pemerintah yang mengakibatkan kelebihan PNS, maka
PNS tersebut terlebih dahulu disalurkan pada Instansi
Pemerintah lain. Pada saat terjadi perampingan
organisasi, PNS tidak dapat disalurkan, maka PNS dapat
diberhentikan dengan hormat karena perampingan
organisasi atau kebijakan pemerintah yang
mengakibatkan pensiun dini dengan ketentuan apabila
telah berusia paling sedikit 50 (lima puluh) tahun dan
masa kerja paling sedikit 10 (sepuluh) tahun.

Bagi PNS yang terkena perampingan belum mencapai


usia 50 (lima puluh) tahun maka diberikan uang tunggu
paling lama 5 (lima) tahun. Dan bila dalam masa tersebut
belum juga dapat disalurkan maka PNS tersebut dapat
diberhentikan dengan hormat dan diberikan hak-hak
kepegawaiannya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Dalam hal pada saat berakhirnya pemberian uang tunggu


PNS belum berusia 50 (lima puluh) tahun, jaminan
pensiun bagi PNS mulai diberikan pada saat mencapai
usia 50 (lima puluh) tahun.
Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 100

Dalam pasal 296 dan 298 PP Nomor 11 Tahun 2017,
disebutkan bahwa uang tunggu diberikan setiap tahun
untuk paling lama 5 (lima) tahun, dengan ketentuan :

a) 100% (seratus persen) dari gaji, untuk tahun pertama;


b) 80% (delapan puluh persen) dari gaji untuk tahun
selanjutnya.
c) Besarnya uang tunggu dimaksud, tidak boleh kurang
dari gaji terendah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
d) Uang tunggu diberikan mulai bulan berikutnya
terhitung sejak tanggal PNS diberhentikan dengan
hormat dari jabatannya.
e) PNS yang menerima uang tunggu wajib melaporkan
diri kepada Pejabat Pembina Kepegawaian melalui
Pejabat yang Berwenang paling lambat 1 (satu) bulan
sebelum berakhirnya pemberian uang tunggu.
f) Pada saat masa uang tunggu berakhir, PNS yang
memiliki masa kerja pensiun kurang dari 10 (sepuluh)
tahun diberhentikan dengan hormat dan diberi uang
pengabdian sesuai dnegan ketentuan perundang-
undangan.
g) Besarnya uang pengabdian adalah 6 (enam) kali
masa kerja x gaji terakhir yang diterima.

5) Tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak


dapat menjalankan tugas dan kewajiban.

PNS yang dinyatakan tidak cakap dan/atau rohani adalah


PNS yang tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan
karena faktor kesehatannya, menderita penyakit atau
kelainan yang berbahaya bagi dirinya sendiri atau
lingkungan kerjanya, atau tidak mampu bekerja kembali
Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 101

setelah berakhir masa cuti sakitnya, dan ini dibuktikan
berdasarkan hasil pemeriksaan tim penguji kesehatan.
Tim kesehatan ini beranggotakan dokter pemerintah dan
dibentuk oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan dibidang kesehatan.

PNS yang diberhentikan dengan hormat karena


dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun
karena keadaan jasmani dan/atau rohani yang
disebabkan oleh dan karena menjalankan kewajiban
jabatan tanpa mempertimbangkan usia dan masa kerja,
atau PNS yang diberhentikan dengan hormat karena
dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun
karena keadaan jasmani dan/atau rohani yang
disebabkan oleh dan karena menjalankan kewajiban
jabatan apabila telah memiliki masa kerja untuk pensiun
paling singkat 4 (empat) tahun.

b. Manfaat Pensiun

Penerima manfaat pensiun terdiri atas : Peserta, 1


(satu) orang istri atau suami yang sah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; Paling banyak 2
(dua) orang anak; atau 1 (satu) orang Orang Tua. Anak
peserta yang lahir paling lama 300 (tiga ratus) hari setelah
terputusnya hubungan pernikahan istri atau suami yang telah
terdaftar dinyatakan sah atau setelah peserta meninggal
dunia didaftarkan sebagai penerima manfaat pensiun.

Dalam hal terjadi perubahan susunan penerima


manfaat pensiun, peserta harus menyampaikan perubahan
daftar penerima manfaat pensiun paling lama 30 (tiga puluh)
hari terhitung sejak tanggal perubahan susunan penerima

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 102



manfaat pensiun kepada pemberi kerja selain penyelenggara
negara. Manfaat pensiun berupa :

1) Pensiun Hari Tua


Hak atas manfaat Pensiun Hari Tua diperhitungkan mulai
tanggal 1 bulan berikutnya setelah Peserta mencapai
Usia Pensiun. Hak atas manfaat Pensiun hari tua berakhir
pada saat peserta meninggal dunia.

2) Pensiun Cacat
Manfaat pensiun cacat diterima oleh peserta yang
mengalami cacat total tetap sebelum mencapai usia
pensiun. Hak atas manfaat pensiun cacat diperhitungkan
mulai tanggal 1 bulan berikutnya setelah peserta
ditetpakna mengalami cacat total. Hak atas manfaat
pensiun cacat berakhir pada saat peserta meninggal
dunia atau tidak lagi memenuhi defenisi cacat total tetap.

3) Pensiun Janda atua Duda


Manfaat Pensiun Janda atau Duda diterima oleh istri atau
suami dari peserta yang meninggal dunia. Hak atas
manfaat pensiun janda atau duda diperhitungkan mulai
tanggal 1 bulan berikutnya setelah peserta meninggal
dunia. Hak atas manfaat pensiun janda atau duda
berakhir pada saat janda atau duda meninggal dunia atau
menikah lagi.

4) Pensiun Anak
Manfaat Pensiun anak diterima oleh anak dalam hal :

a) peserta meninggal dunia dan tidak mempunyai istri


atau suami, atau

b) Janda atau duda dari peserta meninggal dunia atau


menikah lagi.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 103



Hak atau manfaat pensiun anak diperhitungkan mulai
tanggal 1 bulan berikutnya setelah :

a) Peserta meninggal

b) Janda atau duda meninggal dunia, atau

c) Janda atau duda menikah lagi.

Hak atas manfaat pensiun anak berakhir pada saat anak


mencapai usia 23 (dua puluh tiga) tahun, bekerja, atau
menikah.

5) Pensiun Orang Tua


Manfaat pensiun orang tua diterima oleh orang tua dalam
hal peserta meninggal dunia tidak mempunyai istri, suami,
atau anak. Hak atas manfaat Pensiun orang tua
diperhitungkan mulai tanggal 1 bulan berikutnya setelah
peserta meninggal dunia. Hak dan manfaat ini akan
berakhir pada saat orang tua meninggal.

2. Jaminan Hari Tua

Jaminan Hari Tua adalah Jaminan berupa manfaat ta-


bungan PNS yang bersifat sukarela sebagai bentuk perlindungan
kesinambungan penghasilan hari tua, hak, dan penghargaan atas
pengabdian PNS.

Terkait dengan Jaminan hari tua saat ini relah disusun


Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang jaminan
pensiun dan jaminan hari tua sedang disusun. Melalui RPP ten-
tang Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua, PNS dianjurkan un-
tuk menabung. Tabungan PNS sifatnya sukarela dan Pemerintah
memberikan iuran pemerintah pada tabungan PNS dengan be-
saran yang akan disebutkan di bawah nanti.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 104



Berikut ini point-point penting terkait jaminan hari tua yang
tertuang dalam Rancangan tersebut sebagai berikut :

a. Tabungan PNS dapat digunakan untuk :

1) pembiayaan perumahan PNS;


2) pembiayaan pendidikan putra dan putri PNS yang
bersangkutan;
3) modal usaha pada saat PNS pensiun; atau
4) tambahan penerimaan manfaat disamping penerimaan
manfaat jaminan sosial dan Manfaat Pensiun PNS

b. Iuran Tabungan

Seperti telah disebutkan di atas, Pemerintah memberikan


Iuran Pemerintah pada Tabungan PNS. Iuran pemerintah
diberikan sebagai hak dan penghargaan atas pengabdian
PNS.

Iuran pemerintah diberikan untuk memotivasi PNS


menghemat dan menabung sebagian penghasilannya untuk
kebutuhan pembiayaan perumahan, pembiayaan pendidikan
putra-putri PNS, modal awal pada saat pensiun atau
tambahan penerimaan Manfaat Pensiun.

Iuran pemerintah dibiayai dari Pajak Penghasilan PNS yang


tersedia pada instansi pemerintah untuk pembayaran
penghasilan PNS.

Besarnya iuran pemerintah maksimum 5% penghasilan PNS.


(10% lagi digunakan untuk Dana Pensiun PNS).

PNS yang tidak memberikan iuran PNS dalam Tabungan


PNS hanya diberikan iuran Pemerintah sebesar 1%
penghasilan PNS. PNS yang memberikan iuran PNS dalam

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 105



Tabungan PNS, akan diberikan tambahan iuran pemerintah
dengan perbandingan sebagai berikut:

Akun Tabungan PNS


Iuran Pegawai Iuran Pemerintah Total Iuran:
0% 1% 0% 1%
1% 1% 1% 3%
2% 1% 2% 5%
3% 1% 3% 7%
4% 1% 3.5% 8.5%
5% 1% 4% 10%
6-15% 1% 4% 5% + Iuran PNS

Iuran PNS dan Iuran Pemerintah dicatat dalam akun


Tabungan PNS. Iuran PNS paling tinggi sebesar 15% dari
penghasilan dan setiap 6 bulan dapat dirubah apakah mau
ditambah, dikurangi, atau dihentikan iurannya.

c. Manfaat dan Pilihan Manfaat Jaminan Hari Tua PNS

Apabila seorang PNS telah berhenti dari PNS, maka yang


bersangkutan berhak atas jumlah akun Tabungan PNS dan
pengembangan dari akun tabungan tersebut. Selain itu, PNS
juga dapat meminjam uang dari akun Tabungan PNS untuk
keperluan: pembiayaan rumah; atau pembiayaan pendidikan
anak;

Selanjutnya, jika seorang PNS pensiun karena mencapai


BUP, serta tidak lagi bekerja di instansi pemerintah, dapat
menarik dana dari akun Tabungan PNS dengan pilihan:
dibayarkan sekaligus (lumpsum); atau dibayarkan bulanan.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 106



E. PERLINDUNGAN

Berdasarkan Pasal 92 UU Nomor 5 Tahun 2014, pemerintah


wajib memberikan perlindungan berupa jaminan kesehatan, jaminan
kecelakaan kerja, jaminan kematian; dan bantuan hukum.
Perlindungan berupa jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja,
dan jaminan kematian mencakup jaminan sosial yang diberikan dalam
program jaminan sosial nasional. Bantuan hukum berupa pemberian
bantuan hukum dalam perkara yang dihadapi di pengadilan terkait
pelaksanaan tugasnya.

1. Jaminan Kesehatan

Pegawai Negeri sipil mendapatkan jaminan kesehatan


yang dijamin oleh pemerintah melalui Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS). BPJS terbagi menjadi 2 (dua), yaitu BPJS
Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Untuk Jaminan
Kesehatan maka pNS akan mendapat jaminan kesehatan melalui
BPJS Kesehatan, Sedangkan untuk Jaminan kecelakaan kerja
dan jaminan kematian diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor
70 Tahun 2015.

BPJS ini mulai beroperasi menyelenggarakan program


jaminan kesehatan pada tanggal 1 Januari 2014. Untuk jaminan
kesehatan instansi pemerintah dulu dikelola oleh PT. ASKES
(Persero). Namun sejak kehadiran BPJS, PT. ASKES (persero)
dinyatakan bubar tanpa dilikuidasi dan semua aset dan liabilitas
serta hak dan kewajiban hukum PT. ASKES merger dengan
BPJS dan sebagai Jaminan Kesehatan Nasional.

Pelayanan Kesehatan yang dijamain, yaitu mencakup :

a. Administrasi pelayanan
b. Pelayanan promotif dan preventif
c. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 107



d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non
operatif;
e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
f. Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis;
g. Pemeriksaan penunjang diagnostig laboratorium tingkat
pertama;
h. Rawat inap tingkat pertama sesuai dnegan indikasi;
i. Ambulans diberikan untuk pasien rujukan dari fasilitas
kesehatan dengan kondidi tertentu yang ditetapkan oleh
BPJS Kesehatan.

2. Jaminan Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi :

a. Dalam menjalankan tugas kewajiban


b. Dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan dinas,
sehingga kecelakaan itu disamakan dengan kecelakaan yang
terjadi dalam menjalankan tugas dan kewajibannya.
c. Karena perbuatan anasir yang tidak bertanggungjawab
ataupun sebagai akibat tindakan terhadap anasir itu dalam
melaksanakan tugas;
d. Dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau
sebaliknya; dan/atau
e. Yang menyebabkan penyakit akibat kerja.

Peserta yang didiagnosis menderita penyakit akibat kerja


berdasarkan surat keterangan dokter berhak atas manfaat
Jaminan Kecelakaan Kerja meskipun telah diberhentikan dengan
hormat sebagai PNS dengan hak pensiun.

Hak atas manfaat Jaminan Kecalakaan Kerja diberikan


apabila penyakit akibat kerja timbul dalam jangka waktu paling

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 108



lama 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal diberhentikan dengan
hormat sebagai PNS.

Manfaat Jaminan Kecelakaan Kerja ada 3 (tiga), yaitu :


Perawatan, Santunan, dan tunjangan cacat.

a. Perawatan

Perawatan yang diberikan kepada PNS sesuai kebutuhan


medis, meliputi: pemeriksaan dasar dan penunjang,
perawatan tingkat pertama dan lanjutan, rawat inap kelas I
rumah sakit pemerintah dan rumah sakit swasta yang setara,
perawatan intensif, penunjang diagnostik, pengobatan,
pelayanan khusus, alat kesehatan dan implant, jasa
dokter/medis, operasi. Transfusi darah, dan atau rehabilitasi
medik.

b. Santunan

Santunan terdiri dari Santunan Kecelakaan Kerja dan


santunan penyakit yang timbul akibat kerja.

1) Santunan Kecelakaan Kerja


Santunan kecelakaan kerja yang diberikan kepada PNS
berupa :

a) penggantian biaya pengangkutan peserta yang


mengalami kecelakaan kerja ke rumah sakit dan/atau
kerumah peserta, termasuk biaya pertolongan
pertama pada kecelakaan, dengan ketentuan :

(1) darat atau sungai atau danau diberikan


paling besar Rp1.300.000,00 (satu juta tiga ratus
ribu rupiah);

(2) laut diberikan paling besar Rp1.950.000,00 (satu


juta sembilan ratus lima puluh ribu rupiah);

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 109



(3) udara diberikan paling besar Rp3.250.000,00
(tiga juta dua ratus lima puluh ribu rupiah); atau

(4) apabila menggunakan lebih dari satu angkutan,


maka diberikan biaya yang paling besar dari
masing-masing angkutan yang digunakan.

b) Santunan sementara akibat kecelakaan kerja


sebesar = 100% x Gaji terakhir, diberikan setiap bulan
sampai dengan dinyatakan mampu bekerja kembali.

c) Santunan cacat sebagaian anatomis, cacat


sebagian fungsi, dan cacat total tetap, dengan
ketentuan sebagai berikut :

(1) santunan cacat sebagian anatomis


dibayarkan secara sekaligus (lumpsum)
sebesar = % sesuai Tabel x 80 x Gaji terakhir.

(2) santunan cacat sebagian fungsi dibayarkan


secara sekaligus (lumpsum) sebesar =
penurunan fungsi x % sesuai Tabel x 80 x Gaji
terakhir.

(3) santunan cacat total tetap dibayarkan secara


sekaligus (lumpsum) dan secara berkala dengan
besarnya santunan adalah: santunan sekaligus
sebesar = 70% x 80 x Gaji terakhir; dan
santunan berkala sebesar = Rp 250.000,00
(dua ratus lima puluh ribu rupiah) per bulan
selama 24 (dua puluh empat) bulan.

d) Penggantian biaya rehabilitasi berupa meliputi :

(1) pembelian alat bantu (orthose) dan/atau alat


pengganti (prothese) satu kali untuk setiap kasus
dengan standar harga yang ditetapkan oleh

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 110



Pusat Rehabilitasi Rumah Sakit Umum
Pemerintah dan ditambah 40% (empat puluh
persen) dari harga tersebut; dan

(2) biaya rehabilitasi medik maksimum sebesar Rp


2.600.000,00 (dua juta enam ratus ribu rupiah).

e) Penggantian biaya gigi tiruan, besarannya Biaya


penggantian gigi tiruan paling banyak sebesar
Rp3.900.000,00 (tiga juta sembilan ratus ribu rupiah)
untuk setiap kasus.

f) Santuan kematian kerja


santunan kematian kepada ahli warisnya sebesar
60% (enam puluh persen) dikali 80 (delapan puluh)
gaji terakhir yang dibayarkan 1 (satu) kali.

g) Santunan Uang duka tewas


Uang duka kepada ahli warisnya sebesar 6 (enam)
kali gaji terakhir yang dibayarkan 1 (satu) kali.

h) Biaya pemakaman

Biaya pemakaman yang dimaksud diberikan kepada


ahli waris Peserta yang tewas. Biaya pemakaman
sebagaimana dimaksud diberikan sebagai
penggantian atas biaya yang meliputi: peti jenazah
dan perlengkapannya; dan tanah pemakaman dan
biaya di tempat pemakaman. Besaran biaya
pemakaman sebagaimana dimaksud diberikan oleh
Pengelola Program sebesar Rp10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah) dan dibayarkan 1 (satu) kali.

Tewas yang dimaksud pada huruf f dan g adalah :


a) meninggal dunia dalam menjalankan tugas
kewajibannya;
Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 111

b) meninggal dunia dalam keadaan yang ada
hubungannya dengan dinas, sehingga kematiannya
itu disamakan dengan meninggal dunia dalam
menjalankan tugas kewajibannya; atau
c) meninggal dunia karena perbuatan anasir yang tidak
bertanggung jawab atau sebagai akibat tindakan
terhadap anasir itu dalam menjalankan tugas
kewajibannya.
Penetapan tewas dilakukan oleh pejabat pembina
kepegawaian sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
Ketentuan pemberian santuan kematian ataupun biaya
pemakaman adalah :
a) Peserta yang tewas dan meninggalkan istri yang sah
atau suami yang sah, ahli waris yang menerima
adalah istri yang sah atau suami yang sah dari
Peserta;

b) Peserta yang tewas dan tidak meninggalkan istri yang


sah atau suami yang sah, ahli waris yang menerima
adalah Anak; atau

c) Peserta yang tewas dan tidak meninggalkan istri yang


sah, suami yang sah atau Anak, ahli waris yang
menerima adalah Orang Tua.

d) Peserta yang tewas tidak meninggalkan istri yang


sah, suami yang sah, Anak, atau Orang Tua, ahli
waris yang menerima adalah ahli waris lain yang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 112



i) Bantuan beasiswa

Bantuan beasiswa diberikan kepada Anak dari


Peserta yang tewas dengan ketentuan:

(1) bagi Anak dari Peserta yang masih duduk di


sekolah tingkat dasar diberikan bantuan beasiswa
sebesar Rp45.000.000,00 (empat puluh lima juta
rupiah);

(2) bagi Anak dari Peserta yang masih duduk di


sekolah lanjutan tingkat pertama diberikan
bantuan beasiswa sebesar Rp35.000.000,00 (tiga
puluh lima juta rupiah);

(3) bagi Anak dari Peserta yang masih duduk di


sekolah lanjutan tingkat atas diberikan bantuan
beasiswa sebesar Rp25.000.000,00 (dua puluh
lima juta rupiah); atau

(4) bagi Anak dari Peserta yang masih duduk di


pendidikan tingkat diploma, sarjana, atau
setingkat diberikan bantuan beasiswa sebesar
Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah).

Bantuan beasiswa diberikan kepada 1 (satu) orang


Anak dari Peserta dengan ketentuan: masih
sekolah/kuliah, berusia paling tinggi 25 (dua puluh
lima) tahun. belum pernah menikah; dan belum
bekerja.

j) Penyakit yang Timbul Akibat Kerja

Santunan terhadap Penyakit Akibat Kerja diberikan


sebesar santunan kecelakaan kerja sebagaimana
dimaksud pada huruf A. Macam-macam cacat yang
ditimbukan akibat kecelakaan kerja dapat dilihat

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 113



pada tabel persentase Santunan Cacat Tetap
sebagian dan cacat lainnya, sebagaimana berikut
pada tabel 4.16 ini.

Tabel. 4.16
Persentase Santunan Cacat Tetap Sebagian Dan Cacat-
Cacat Lainnya.

NO. MACAM CACAT *) % x GAJI

1. Lengan kanan dari sendi bahu ke bawah 44


2. Lengan kiri dari sendi bahu ke bawah 38,5

3. Lengan kanan dari atau dari atas siku ke bawah 38,5

4. Lengan kiri dari atau dari atas siku ke bawah 33

Tangan kanan dari atau dari atas pergelangan ke


5. 35
bawah
Tangan kiri dari atau dari atas pergelangan ke
6. 30,8
bawah

7. Kedua belah kaki dari pangkal paha ke bawah 77

8. Sebelah kaki dari pangkal paha ke bawah 38,5


9. Kedua belah kaki dari mata kaki ke bawah 55
10. Sebelah kaki dari mata kaki ke bawah 27,5
11. Kedua belah mata 77

Sebelah mata atau diplopia pada penglihatan


12. 38,5
dekat

13. Pendengaran pada kedua belah telinga 44


14. Pendengaran pada sebelah telinga 22
15. Ibu jari tangan kanan 16,5
16. Ibu jari tangan kiri 13,2
17. Telunjuk tangan kanan 9,9
18. Telunjuk tangan kiri 7,9

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 114



19. Salah satu jari lain tangan kanan 4,4

20. Salah satu jari lain tangan kiri 3,3

21. Ruas pertama telunjuk kanan 4,95

22. Ruas pertama telunjuk kiri 3,85

23. Ruas pertama jari lain tangan kanan 2,2

24. Ruas pertama jari lain tangan kiri 1,65

25. Salah satu ibu jari kaki 5,5

26. Salah satu jari telunjuk kaki 3,3

27. Salah satu jari kaki lain 2,2

28. Terkelupasnya kulit kepala 11-33

29. Impotensi 33

30. Kaki memendek sebelah:

a. kurang dari 5 cm 11

b. 5 cm sampai kurang dari 7,5 cm 22

c. 7,5 cm atau lebih 33

Penurunan daya dengar kedua belah telinga


31. 6,6
setiap 10 desibel
Penurunan daya dengar sebelah telinga setiap 10
32. 3,3
desibel

33. Kehilangan daun telinga sebelah 5,5

34. Kehilangan kedua belah daun telinga 11

35. Cacat hilangnya cuping hidung 33

36. Perforasi sekat rongga hidung 16,5

37. Kehilangan daya penciuman 11

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 115



NO. MACAM CACAT *) % x GAJI

38. Hilangnya kemampuan kerja fisik

a. 51% - 70% 44

b. 26% - 50% 22

c. 10% - 25% 5,5

39. Hilangnya kemampuan kerja mental tetap 77

Kehilangan sebagian fungsi penglihatan. Setiap


kehilangan efisiensi tajam penglihatan 10%. Apabila
efisiensi penglihatan kanan dan kiri berbeda, maka
40. 7,7
efisiensi penglihatan binokuler dengan rumus
kehilangan efisiensi penglihatan: (3 x % efisiensi
penglihatan terbaik) + % efisiensi penglihatan terburuk

41. Setiap kehilangan efisiensi tajam penglihatan 10% 7,7

42. Kehilangan penglihatan warna 10

43. Setiap kehilangan lapangan pandang 10% 7,7

*)Untuk Peserta dengan kondisi kidal, berlaku sebaliknya.

Contoh 4.22

Fulan adalah seorang PNS pada Badan Perpustakaan dan Arsip


Daerah Provinsi DKI Jakarta yang berstatus belum menikah.
Beliau meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas.
Setelah melalui proses yang cukup panjang, yang bersangkutan
ditetapkan sebagai tewas dalam menjalankan tugas.
Bagaimanakah hak kepegawaian yang diperolehnya?

Penjelasan :

Fulan adalah pegawai yang tewas salam menjalankan tugas, oleh


karena ia belum menikah maka hak kepegawaian berupa
santuanan berikan pensiun orang tua. Kepada ahli warisnya
Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 116

(orang tua) dibayarkan uang duka wafat sebesar 3 kali
penghasilan terakhir.

Dalam hal demikian, kepada yang bersangkutan berhak


dibayarkan kekurangan uang duka tewas yang menjadi haknya
sebesar 3 kali penghasilan terakhir setelah mendapat persetujuan
pembayaran uang duka tewas dari BKN.

Selanjutnya kepada yang bersangkutan dibayarkan gaji terusan


selama 4 bulan berturut-turut dan diterbitkan SKPP Pensiun agar
dapat dibayarkan pensiun kepada orang tuanya melalui PT
Taspen (Persero).

c. Tunjangan Cacat

Tunjangan cacat diberikan kepada PNS yang mengalami


Cacat dan karena kecacatannya tersebut mengakibatkan
tidak mampu lagi untuk bekerja sehingga diberhentikan
dengan hormat sebagai PNS. Besaran tunjangan cacat
diberikan berdasarkan persentase tertentu dari Gaji atas
berkurangnya atau hilangnya fungsi organ tubuh.

Tunjangan cacat diberikan sejak keputusan pemberhentian


dengan hormat sebagai PNS karena Cacat sampai dengan
Peserta meninggal dunia. Rincian besaran persentase
tunjangan cacat sebagaimana berikut :

1) Tunjangan cacat tiap bulan sebagai berikut :

1. 70% (tujuh puluh persen) gari gaji terakhir, apabila


kehilangan fungsi:
(1) Penglihatan pada kedua belah mata;
(2) Pendengaran pada kedua belah telinga; atau
(3) Kedua belah kaki dari pangkal paha atau dari
lutut ke bawah

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 117



2. 50% (lima puluh persen) dari gaji terakhir, apabila
kehilangan fungsi
(1) Lengan dari sendi bahu ke bawah; atau
(2) Kedua belah kaki dari mata kaki ke bawah

3. 40 % (empat puluh persen) dari gaji terakhir, apabila


kehilangan fungsi :
(1) Lengan dari atau dari atas siku ke bawah; atau
(2) Sebelah kaki dari pangkal paha

4. 30 % (tiga puluh persen) dari gaji terakhir, apabila


kehilangan fungsi:
(1) Penglihatan dari sebelah mata
(2) Pendengaran dari sebelah telinga
(3) Tangan dari atau dari atas pergelangan ke
bawah; atau
(4) Sebelah kaki dari mata kaki ke bawah

5. 30 % (tiga puluh persen) sampai 70% (tujuh puluh


persen) dari gaji terakhir menurut tingkat keadaan
yang atas pertimbnagan tim penguji kesehatan dapat
dipersamakan dengan sebagaimana dimaksud pada
huruf a) sampai dengan d) , untuk kehilangan fungsi
atas sebagian atau seluruh badan atau ingatan yang
tidak termasuk pada huruf a) sampai dengan d).

2) Dalam hal terjadi beberapa cacat, maka besarnya tunjan-


gan cacat ditetapkan dengan menjumlahkan persentase
dari tiap cacat, dengan ketentuan paling tinggi 100%
(seratus persen) dari Gaji terakhir.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 118



3. Jaminan Kematian

Jaminan kematian yang dimaksud disini berbeda dengan


jaminan kematian yang disebabkan karena kecelakaan kerja.
Pernyataan ini diperkuat oleh pada pasal 27 dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 70 Tahun 2015 tentang Jaminan Kecalakaan
Kerja dan Jaminana Kematianbagi pegawai ASN, pada Pasal 27,
Manfaat Jaminan Kematian berupa santunan kematian yang
terdiri atas:

a. Santunan Sekaligus,

Santunan sekaligus dimaksud diberikan kepada ahli waris


Peserta yang wafat sebesar Rp15.000.000,00 (lima belas juta
rupiah) yang dibayarkan 1 (satu) kali.

b. Uang Duka Wafat,

Uang duka wafat diberikan kepada ahli waris Peserta yang


wafat sebesar 3 (tiga) kali Gaji terakhir yang dibayarkan 1
(satu) kali.

c. Biaya Pemakaman; dan

Biaya pemakaman diberikan kepada ahli waris Peserta yang


wafat sebagai penggantian biaya yang meliputi: peti jenazah
dan perlengkapannya; dan tanah pemakaman dan biaya di
tempat pemakaman. Besaran biaya pemakaman diberikan
oleh Pengelola Program sebesar Rp7.500.000,00 (tujuh juta
lima ratus ribu rupiah).

d. Bantuan Beasiswa.

Bantuan beasiswa dapat diberikan kepada ahli waris dnegan


persyaratan, apabila usia kepesertaan telah mencapai paling
sedikit 3 (tiga) tahun.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 119



Bantuan beasiswa diberikan secara sekaligus sebesar
Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah) yang dibayarkan 1
(satu) kali. Bantuan beasiswa diberikan kepada 1 (satu) orang
Anak dari Peserta yang wafat dengan ketentuan: masih
sekolah atau kuliah; berusia paling tinggi 25 (dua puluh lima)
tahun; belum pernah menikah; dan belum bekerja.

4. Bantuan Hukum

Perlindungan terhadap terjadinya mall hukum merupakan


perlindungan yang baru saja diberikan kepada PNS, mengingat
seringkalinya terjadi kesalahan administrasi yang bukan
diakibatkan oleh PNS itu sendiri akan tetapi karena perintah
pimpinan ataupun yang diakibat lainnya. Oleh karena itu dalam
UU nomor 5 Tahun 2014 PNS mendapatkan Perlindungan
bantuan hukum. Bantuan hukum berupa pemberian bantuan
hukum dalam perkara yang dihadapi di pengadilan terkait
pelaksanaan tugasnya Hanya saja perlindungan untuk bantuan
hukum ini belum ada peraturan turunan yang mengatur petunjuk
teknis maupun pedoman pelaksanaannya.

F. PENGEMBANGAN KOMPETENSI

Seiring dengan kemajuan teknologi dan tuntutan adanya


pegawai yang professional dalam setiap organisasi, maka untuk me-
menuhi tuntutan itu perlu terus-menerus diupayakan peningkatan
kemampuannya baik melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan.

Dalam UU ASN Pasal 70 disebutkan bahwa Setiap Pegawai


ASN memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan kompe-
tensi. Pengembangan kompetensi antara lain melalui pendidikan dan
pelatihan, seminar, kursus, dan penataran. Pengembangan kompe-
tensi harus dievaluasi oleh Pejabat yang Berwenang dan digunakan
Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 120

sebagai salah satu dasar dalam pengangkatan jabatan dan pengem-
bangan karier.

Dalam mengembangkan kompetensi setiap Instansi


Pemerintah wajib menyusun rencana pengembangan kompetensi ta-
hunan yang tertuang dalam rencana kerja anggaran tahunan instansi
masing-masing.

Selanjutnya PP Nomor 11 Tahun 2017 disebutkan bahwa PNS


memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk diikutsertakan dalam
pengembangan kompetensi dengan memperhatikan hasil penilaian
kinerja dan penilaian kompetensi PNS yang bersangkutan.
Pengembangan Kompetensi bagi setiap PNS dilakukan paling sedikit
20 (dua puluh) jam pelajaran dalam 1 (satu) tahun. Pengembangan
kompetensi ini merupakan upaya untuk pemenuhan kebutuhan
kompetensi PNS dengan standar kompetensi jabatan dan rencana
pengembangan karier. Oleh karena itu Pejabat pembina
Kepagawaian wajib untuk menetapkan kebutuhan dan rencana
pengembangan kompetensi, melaksnaakan pengembangan
kompetensi, dan melaksanakan evaluasi pengembangan kompetensi.
Karena pengembangan kompetensi menjadi dasar dalam
pengembangan karier bagi PNS dan menjadi salah satu dasar bagi
pengangkatan jabatan. Untuk pengembangan kompetensi akan
dibahas lebih rinci pada Modul 3 Manajemen Karier. Namun
penjelasan terkait pengembangan kompetensi secara umum dapat
dijelaskan sebagi berikut :

1. Penetapan kebutuhan dan rencana pengembangan kompetensi.


penetapan kebutuhan dan rencana pengembangan kompetensi
dilakukan pada tingkat instansi dan nasional, terdiri dari : inventar-
isasi jenis kompetensi yang perlu ditingkatkan dari setiap PNS,
dan rencana pelaksanaan pengembangan kompetensi. Rencana
pengembangan kompetensi ini dilakukan untuk jangka waktu 1

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 121



(satu) tahun yang pembiayaannya tertuang dalam rencana kerja
anggaran tahunan instansi pemerintah.

2. Pelaksanaan pengembangan kompetensi


Pengembangan kompetensi dapat dilaksanakan dalam bentuk
pendidikan, dan/atau pelatihan. Dalam bentuk pendidikan
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian PNS
melalui pendidikan formal sesaui dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Sedangkan pengembnagan kompetensi
dalam bentuk pelatihan dapat dilakukan melalui jalur pelatihan
klasikal dan non kalsikal. Pelatihan klasikal dilakukan melalui
proses pembelajaran tatp muka di dalam kelas, paling kurang
meallui pelatihan, seminar, kursus, dan penataran. Pelatihan
nonkalsikal dilakukan paling kurang melalui e-learning, bimbingan
ditempatkerja, pelatihan jarak jauh, magang, dan pertukaran antar
PNS dengan pegawai swasta yang dilaksanakan dalam waktu
paling lama 1 (satu) tahun dan pelaksanaanya dikoordinasikan
oleh LAN dan BKN.

3. Pelaksanaan evaluasi pengembangan kompetensi


Evaluasi pengembangan Kompetensi Manajerial dan Kompetensi
Sosial Kultural dilaksanakan untuk menilai kesesuaian antara
kebutuhan Kompetensi Manajerial dan Kompetensi Sosial Kul-
tural PNS dengan standar kompetensi Jabatan dan pengem-
bangan karier. Hasil evaluasi pengembangan kompetensi nasion-
al dipublikasikan dalam sistem informasi pelatihan yang terin-
tegrasi dengan Sistem Informasi ASN.

Dengan demikian Hak-hak PNS harus dipenuhi oleh pemerintah


dalam hal ini pemerintah pusat dan daerah sebagai pemberi kerja
dengan persyaratan bahwa PNS telah melakukan kewajiban dan
tanggungjawabnya sesuai dengan ketentuan.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 122



G. LATIHAN

Setelah membaca Bab IV, Saudara diharapkan dapat menjelaskan


apa saja yang menjadi hak-hak Pegawai Negeri Sipil. Oleh karena itu,
Saudara akan melakukan serangkaian kegiatan dibawah ini .

1. Efrin Adalah PNS pada Badan Pajak dan Retribusi Daerah


jabatan Kepala Seksi (eselon IV) pada Bidang Penagihan, saat ini
pangkatnya adalah Penata Muda Tingkat I (III/b) dengan masa
pangkat/golongan 3 (tiga) tahun dan masa kerja 7 (tujuh) tahun.
Efrin menikah dengan Maya, seorang PNS pada Kementerian
PU. Mereka dikarunia 3 orang anak, yaitu Zainal usia 15 tahun,
Abdul 13 tahun dan rini 7 Tahun. Berapakah Penghasilan yang
diterima Efrin setiap bulannya (gaji rutin dan tunjangan Kinerja
Daerah). Uraikan dan jelaskan.

2. Denada adalah Calon PNS pada Kelurahan Kelapa Dua Wetan


Kecamatan Ciracas Kota Jakarta Timur. Saat ini ia tengah hamil
anak ke 3 dengan usia kandungan 7 bulan. Bila melahirkan nanti,
jenis cuti manakah yang dapat digunakannya? Bagaimana
prosedur pengambilan cuti tersebut? jelaskan!

H. RANGKUMAN

Rangkuman Bab IV sebagai berikut:

1. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya setiap


Pegawai Negeri Sipil diberikan hak berupa : a) gaji, tunjangan,
dan fasilitas lainnya, b). cuti, c). jaminan pensiun dan jaminan hari
tua, d). perlindungan; dan e). pengembangan kompetensi.

2. Gaji terdiri dari gaji pokok dan tunjangan yang melekat dalam gaji
yang diterima setiap bulan terdiri dari gaji pokok, tunjangan
istri/suami, tunjangan anak,, Tunjangan Jabatan, Tunjangan Be-
Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 123

ras, dan untuk PNS/CPNS (pelaksana) mendapatkan tunjangan
Umum. Selain gaji, PNS juga menerima tunjangan dan fasilitas
lainnya. Tunjangan meliputi tunjangan kinerja dan tunjangan ke-
mahalan. Tunjangan kinerja dibayarkan sesuai pencapaian kiner-
ja. Tunjangan kemahalan dibayarkan sesuai dengan tingkat ke-
mahalan berdasarkan indeks harga yang berlaku di daerah mas-
ing-masing.

3. Cuti Pegawai Negeri Sipil adalah keadaan tidak masuk kerja yang
diizinkan dalam jangka waktu tertentu setelah mendapatkan
persetujuan dari Pejabat Pembina Kepegawaian atau pejabat
lainnya yang memiliki kewenangan untuk memberikan izin cuti.
Cuti terdiri dari a) cuti tahunan, b) cuti besar, c) cuti sakit, d) cuti
melahirkan, e) cuti karena alasan penting, f) cuti bersama, dan, g)
cuti di luar tanggungan negara.

4. PNS berhak atas jaminan pensiun dan jaminan hari tua sebagai
perlindungan kesinambungan penghasilan hari tua, sebagai hak,
dan sebagai penghargaan atas pengabdian PNS.

5. PNS berhak mendapatkan hak perlindungan berupa jaminan


kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian; dan
bantuan hukum.

6. Setiap Pegawai ASN memiliki hak dan kesempatan untuk


mengembangkan kompetensi. Pengembangan kompetensi antara
lain melalui pendidikan dan pelatihan, seminar, kursus, dan pena-
taran. Pengembangan kompetensi harus dievaluasi oleh Pejabat
yang Berwenang dan digunakan sebagai salah satu dasar dalam
pengangkatan jabatan dan pengembangan karier.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 124



I. Evaluasi

Jawablah pertanyaan dibawah ini, sesuai dengan pemahaman anda


dalam menyerap materi pada Bab IV.

1. Sebutkan dan beri penjelasan singkat apa saja yang menjadi


Hak-hak PNS!

2. Sebutkan Jenis-Jenis Cuti yang menjadi Hak PNS !

3. Setiap bulan PNS memperoleh Gaji yang dibayarkan secara rutin.


Apa saja komponen yang termasuk dalam gaji yang diterima
PNS, jelaskan!

4. Pengembangan Kompetensi adalah Hak bagi PNS, sebagaimana


ketentuan dalam PP Nomor 11 Tahun 2017 disebutkan bahwa
PNS berhak untuk mendapatkan pengembangan kompetensi
minimal 20 Jam Pelajaran dalam setahun. Apakah yang dimaksud
dengan pengembangan kompetensi, apa saja jenis-jenisnya dan
bagaimanakah pengembangan Kompetensi yang dapat diperoleh
oleh PNS, sebutkan dan jelaskan!

5. PNS dapat diberhentikan dengan hormat salah satunya adalaah


karena telah mencapai batas usia pensiun, apa saja hak yang
diperoleh oleh PNS ketika telah memasuki usia pensiun dan apa
manfaat Jaminan hari tua, sebutkan dna jelaskan!

6. Berdasarkan Pasal 92 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014,


pemerintah wajib memberikan perlindungan kepada PNS.
Sebutkan dan jelaskan Jaminan perlindungan apa saja yang
diberikan kepada PNS.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 125



BAB V
KEWAJIBAN DAN NILAI-NILAI DASAR PROFESI PNS

Hasil Belajar :

Setelah selesai membaca modul ini, anda diharapkan mampu


menegaskan kewajiban dan nilai-nilai dasar profesi PNS
yang harus dilaksanakan dalam pelaksanaan tugas

A. PENGERTIAN KEWAJIBAN DAN TANGGUNGJAWAB

Pengertian kewajiban adalah suatu hal yang wajib kita lakukan


demi mendapatkan hak atau wewenang kita. Bisa jadi kewajiban
merupakan hal yang harus kita lakukan karena sudah mendapatkan
hak. Tergantung situasinya. Sebagai warga negara kita wajib
melaksanakan peran sebagai warga negara sesuai kemampuan
masing-masing supaya mendapatkan hak sebagai warga negara
yang baik

Sedangkan tanggungjawab adalah kemampuan seseorang


untuk menjalankan suatu kewajiban karena adanya dorongan didalam
dirinya, biasanya disebut juga dengan panggilan jiwa (abdullah,
2010).

Kata kewajiban dan tanggungjawab mempunyai hubungan


yang sangat kuat sekali, apabila tanggungjawab dijadikan sebagai
kata sifat maka menjadi bertanggungjawab. Makna yang trekandung
dalam kalimat bertanggungjawab akan menggabungkan makna
kewajiban dan tanggunggungjawab didalamnya. Menurut Agus,
2012, makna yang terkandung dalam kata bertanggungjawab adalah
suatu bentuk sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan
tugas dan kewajibannya baik terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan alam, lingkungan sosial budaya, negara dan Tuhan.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 126



Terdapat dua jenis kewajiban, yaitu : kewajiban yang terbatas,
dan kewajiban tidak terbatas. Kewajiban yang terbatas yaitu
kewajiban yang dibatasi oleh hukum, aturan, adat maupun norma
yang berlaku dilingkungan sekitar. Sedangkan kewajiban yang tidak
terbatas adalah kewajiban yang didasari oleh nurani seperti, keadilan
dan kebajikan.

Sebagai PNS hal-hal yang harus dipenuhi dan ditaati dalam


pelaksanaan tugas yaitu kewajiban dan nilai dasar, kode etik dan
kode perilaku PNS. Untuk penjelasan ini akan diuraikan pada bagian
dibawah ini.

B. Kewajiban Pegawai Negeri Sipil

Kewajiban Pegawai ASN adalah sebagai berikut :

1. Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik In-
donesia, dan pemerintah yang sah;

2. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;

3. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah


yang berwenang;

4. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;

5. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, keju-


juran, kesadaran, dan tanggung jawab;

6. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku,


ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun
di luar kedinasan;

7. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan ra-


hasia jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 127



8. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Re-
publik Indonesia.

Peraturan Disiplin PNS sesuai Pasal 86 UU ASN disebutkan


Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dalam kelancaran
pelaksanaan tugas, PNS wajib mematuhi disiplin PNS. Instansi
Pemerintah wajib melaksanakan penegakan disiplin terhadap PNS
serta melaksanakan berbagai upaya peningkatan disiplin. PNS yang
melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin.

Pegawai Negeri Sipil menempati kedudukan yang mulia,


yaitu sebagai unsur aparatur Negara yang bertugas untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional,
jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas Negara,
pemerintahan, dan pembangunan. Untuk menjamin terpeliharanya
tata tertib dalam kelancaran pelaksanaan tugas, PNS wajib mematuhi
disiplin PNS. Instansi Pemerintah wajib melaksanakan penegakan
disiplin terhadap PNS serta melaksanakan berbagai upaya
peningkatan disiplin. PNS yang melakukan pelanggaran disiplin
dijatuhi hukuman disiplin. Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib
dan kelancaran pelaksanaan tugas-tugas tersebut, dipandang perlu
menetapkan peraturan tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang


Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil disebutkan peraturan disiplin
adalah peraturan yang mengatur kewajiban, larangan, dan sanksi
apabila kewajiban tidak ditaati atau larangan dilanggar oleh
seorang Pegawai Negeri Sipil. Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah
kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan
menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati
atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin. Pelanggaran disiplin adalah
setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS yang tidak menaati

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 128



kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin PNS, baik
yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja. Sedangkan yang
dimaksud dengan Hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan
kepada PNS karena melanggar peraturan disiplin PNS. Perlu disadari
dan dimengerti bahwa dikeluarkannya peraturan ini tidak untuk
membatasi ruang gerak Pegawai Negeri Sipil tetapi semata-mata
untuk memberikan rambu-rambu yang jelas bagi Pegawai Negeri
Sipil dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Kreativitas,
inovasi dan ide-ide yang membangun serta dapat meningkatkan
kualitas pelayanan kepada masyarakat tetap harus dipupuk dan
dikembangkan. Adapun kewajiban PNS sebagaimana diatur dalam
PP No. 53 Tahun 2010 adalah:

1. Mengucapkan sumpah/janji PNS;


2. Mengucapkan sumpah/janji jabatan;
3. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan Pemerintah;
4. Menaati segala ketentuan peraturan perundangundangan;
5. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS
dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;
6. Menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat
PNS;
7. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan
sendiri, seseorang, dan/atau golongan;
8. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut
perintah harus
9. Dirahasiakan;
10. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk
kepentingan negara;
11. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila menge-
tahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 129



atau Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan
materiil;
12. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;
13. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;
14. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara
dengan sebaik baiknya;
15. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;
16. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;
17. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengem-
bangkan karier; dan
18. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang.

Sedangkan Setiap Pegawai Negeri Sipil dilarang:

1. Menyalahgunakan wewenang;
2. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi
dan/atau orang lain dengan menggunakan kewenangan orang
lain;
3. Tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk nega-
ra lain dan/atau lembaga atau organisasi internasional;
4. Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga
swadaya masyarakat asing;
5. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau
meminjamkan barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak,
dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah;
6. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, temansejawat,
bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan ker-
janya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau
pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan
negara;

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 130



7. Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada
siapapun baik secara langsung atau tidak langsung dan dengan
dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan;
8. Menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun
juga yangberhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya;
9. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;
10. Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan
yang dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang
dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani;
11. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan;
12. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden,
Dewan
13. Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Per-
wakilan Rakyat Daerah dengan cara:
- ikut serta sebagai pelaksana kampanye;
- menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut par-
tai atau atribut PNS;
- sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain;
dan/atau
- sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas
negara;
14. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden
dengan cara:
- membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan
atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa
kampanye; dan/atau
- mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan
terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebe-
lum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi per-
temuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 131



kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluar-
ga, dan masyarakat;
15. Memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan
Daerah atau calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan
cara memberikan surat dukungan disertai foto kopi Kartu Tanda
Penduduk atau Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai pera-
turan perundangundangan; dan
16. Memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/Wakil
Kepala Daerah, dengan cara:
- terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon
Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah;
- menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam
kegiatan kampanye;
- membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan
atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa
kampanye; dan/atau
- mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan
terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebe-
lum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi per-
temuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang
kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluar-
ga, dan masyarakat.

PNS yang tidak menaati ketentuan kewajiban dan larangan


sebagaimana dimaksud di atas dijatuhi hukuman disiplin. Adapun
berat ringannya hukuman dan jenis hukuman yang diberikan
kepada Pegawai Negeri Sipil yang melanggar peraturan dis-
esuaikan dengan tingkat kesalahan atau jenis pelanggaran yang
dilakukannya. Tingkat dan jenis hukuman disiplin adalah sebagai
berikut:

a. Tingkat hukuman disiplin terdiri dari:


- hukuman disiplin ringan;
Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 132

- hukuman disiplin sedang; dan
- hukuman disiplin berat.
b. Jenis hukuman disiplin ringan terdiri dari:
- teguran lisan;
- teguran tertulis; dan
- pernyataan tidak puas secara tertulis.
c. Jenis hukuman disiplin sedanghuruf b terdiri dari:
- penundaan kenaikan gaji berkala selama 1(satu) tahun;
- penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; dan
- penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (sa-
tu) tahun.
d. Jenis hukuman disiplin berat terdiri dari:
- penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga)
tahun;
- pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat
lebih rendah;
- pembebasan dari jabatan;
- pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan
sendiri sebagai PNS; dan
- pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.

C. NILAI DASAR. KODE ETIK DAN PRILAKU PEGAWAI NEGERI


SIPIL

1. Nilai Dasar

Nilai dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a


meliputi:

a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi negara Pancasila;


b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 133



d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
e. Menciptakan lingkungan kerja yang non-diskriminatif;
f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
g. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada
publik;
h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program Pemerintah;
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, ce-
pat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun;
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
k. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama;
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
pegawai;
m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
n. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokra-
tis sebagai perangkat sistem karir.

2. Kode Etik dan Perilaku PNS

Kode etik dan kode perilaku ASN sebagai berikut :


a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab,
dan berintegritas tinggi;
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau
Pejabat yang Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan;
f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 134



g. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien;
h. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam
melaksanakan tugasnya;
i. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan
kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait
kepentingan kedinasan;
j. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas,
status, kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau
mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk
orang lain;
k. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga
reputasi dan integritas ASN; dan
l. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai disiplin Pegawai ASN.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 135



D. LATIHAN

Setelah membaca Bab V, Saudara diharapkan dapat menegaskan


kewajiban dan nilai-nilai dasar profesi PNS yang harus dilaksanakan
dalam pelaksanaan tugas. Oleh karena itu, dapat menjawab
pertanyaan pada dibawah ini.

1. Pada Pilkada Gubernur DKI Tahun 2017, Sumanto PNS pada


Dinas Catatan Sipil ikut mendukung salah satu calon Gubernur
dengan ikut serta dalam kampanye pilgub tersebut. Lalu teman
sejawatnya mendokumentasikan hal tersebut dan melaporkan
kepada pimpinannya. Kemudian Sumanto dilakukan BAP dan
proses penjatuhan Hukuman disiplin.

Dari Cerita diatas, dapatkah Anda menjelaskan mengapa


Sumanto dijatuhi hukuman disiplin, pelanggaran apa yang telah
dilakukannnya. Jelaskan!

2. Nency adalah PNS Pada Badan Pengadaan Barang Jasa


Provinsi DKI Jakarta, ia diberi kepercayaan sebagai anggita tim
Lelang DKI. Pada saat melaksanakan tugas ia bekerjasama
dengan rekanan pengadaan Barang jasa dan membocorkan
rahasi berapa pagu harga yang tertera pada HPS. Atas
tindakannya tersebut pimpinannya mengetahui kecurangannya
tersebut dan dijatuhi hukuman disiplin.

Dari cerita tersebut hal apa yang menyebabkannya dijatuhi


hukuman disiplin, Jelaskan!

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 136



E. RANGKUMAN

Rangkuman Bab V sebagai berikut:

1. Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dalam kelancaran


pelaksanaan tugas, PNS wajib mematuhi disiplin PNS. Instansi
Pemerintah wajib melaksanakan penegakan disiplin terhadap
PNS serta melaksanakan berbagai upaya peningkatan disiplin.
PNS yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman
disiplin.

2. PNS yang tidak menaati ketentuan kewajiban dan larangan yang


telah ditetapkan dalam PP Nomor 53 Tahun 2010 dapat dijatuhi
hukuman disiplin berupa hukuman disiplin ringan, hukuman
disiplin sedang, dan hukuman disiplin berat. Adapun berat rin-
gannya hukuman dan jenis hukuman yang diberikan kepada
Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan tingkat kesalahan atau
jenis pelanggaran yang dilakukannya.

3. Selain Kewajiban, PNS juga wajib mentaati Nilai-nilai dasar PNS,


kode etik dan perilaku PNS sebagai pedoman dalam menjalankan
tugas dan tanggungjawab yang diberikan oleh pimpinan.

F. EVALUASI

Jawablah pertanyaan dibawah ini, sesuai dengan pemahaman anda


dalam menyerap materi pada Bab V.
1. Sebutkan pengertian kewajiban dan jenis kewajiban, Jelaskan!
2. Jelaskan Kewajiban dan larangan yang diatur dalam PP Nomor
53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS.
3. Sebutkan dan jelaskan Tingkatan Hukuman Disiplin PNS.
4. Setaip PNS wajib mematuhi Nilai dasar, kode etik dan perilaku
PNS, Sebutkan dan jelaskan !

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 137



BAB VI
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Tujuan Manajemen Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah untuk


menghasilkan PNS yang profesional, memiliki nilai dasar, etika
profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktek korupsi,
kolusi, dan nepotisme dalam rangka pelaksanaan tugas pela-
yanan publik, tugas pemerintahan, dan tugas pembangunan ter-
tentu.

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 merupakan reformasi


kebijakan pengelolaan PNS di Indonesia, yang berorientasi pada
pengelolaan berbasis manajemen SDM sebagaimana diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017, mulai dari :
penyusunan dan penetapan kebutuhan; pengadaan; pangkat dan
jabatan; pengembangan karier; pola karier; promosi; mutasi;
penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan; penghargaan;
disiplin; pemberhentian; jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
dan, perlindungan.

3. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya setiap


Pegawai Negeri Sipil diberikan hak berupa : a) gaji, tunjangan,
dan fasilitas lainnya, b). cuti, c). jaminan pensiun dan jaminan hari
tua, d). perlindungan; dan e). pengembangan kompetensi.

4. Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dalam kelancaran


pelaksanaan tugas, PNS wajib mematuhi disiplin PNS. Instansi
Pemerintah wajib melaksanakan penegakan disiplin terhadap
PNS serta melaksanakan berbagai upaya peningkatan disiplin.
PNS yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman
disiplin. Selain Kewajiban, PNS juga wajib mentaati Nilai-nilai
dasar PNS, kode etik dan perilaku PNS sebagai pedoman dalam

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 138



menjalankan tugas dan tanggungjawab yang diberikan oleh
pimpinan.

.
B. TINDAK LANJUT

Setelah melalui proses pembelajaran melalui pembahasan


aspek pengetahuan yang dilengkapi dengan aspek pengembangan
sikap dan ketrampilan melalui praktik-praktik yang dilakukan dengan
metode simulasi, demonstrasi, dan role play pada pembelajaran di
dalam kelas, maka ketika diimplementasikan dalam pelaksanaan tu-
gas, pembelajaran lebih lanjut dengan menggunakan daur belajar
“experiences learning circle“ perlu dilakukan secara terus-menerus
untuk dapat memperkaya dan mengembangkan pemahaman person-
al dengan posisi dan kondisi lingkungan tempat tugas masing-masing.
Selalu upayakan untuk bekerjasama dengan rekan sejawat, maupun
atasan ataupun stakeholder di tempat tugas masing-masing, sehing-
ga dapat mempercepat proses internalisasi dan aktualisasi mengenai
pelaksanaan tugas dibidang pengelolaan kepegawaian.

Selain itu peserta diklat manajemen PNS yang berasal dari


latar belakang pejabat setingkat pengawas (setara eselon IV), perlu
terus melakukan perbaikan secara berkala terhadap pelaksanaan
tugas sebagai pengelola kepegawaian dalam rangka perbaikan
sekolah secara berkesinambungan.

C. UMPAN BALIK

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan peserta diklat


memperoleh tambahan pengetahuan yang bersifat kognitif,
bersemangat untuk berlatih secara teknis dalam meningkatkan skill-
nya dan kemampuannya yang mengedepankan sisi afektif dalam
pelaksanaan tugas sebagai pengelola dibidang kepegawaian.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 139



DAFTAR PUSTAKA

Agus Budiarto, kedudukan hukum dan tanggung jawab pendiri perseroan


terbatas, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2012)
Depdikbud. (1994). Kepegawaian dalam Negeri . Jakarta : Depdikbud.
Mulyasa, E. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah. Konsep, Strategi dan
Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Undang-undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional
Undang-undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981 tentang Asuransi Sosial
Pegawai Negeri Sipil
Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Program Jaminan Pensiun.
Peraturan Pemerintah No. 46 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Program Jaminan Hari Tua
Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2015 tentang Jaminan
Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian Bagi Pegawai Aparatur
Sipl Negara
Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 2015 tentang Perubahan Ketujuh
Belas Atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 Tentang
Peraturan Gaji Pokok Pegawai Negeri Sipil www.gajibaru.com
Tunjangan istri/suami dan tunjangan anak, diakses 01 Nopember
2017
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS
Peraturan Presiden nomor 12 Tahun 2006 tenatng Tunjangan Umum bagi
PNS
Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2007 tentang tunjangan jabatan
struktural.
Peraturan Presiden Nomor 102 Tahun 2017 tentang Tunjangan Jabatan
Fungsional Polisi Pamomg Praja.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 140



Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 5 Tahun 2016 tentang
Organisasi Perangkata Daerah
Peraturan Gubernur Nomor 409 Tahun 2016 tentang Tunjangan Kinerja
Daerah
Pergub Nomor Nomor 22 Tahun 2017 tenatng TKD bagi Kepala Sekolah,
Wakil Kepala Sekolah, Guru, Pengawas Sekolah, Penilik, dan
Pamong Belajar
www.gajibaru.com Tunjangan istri/suami dan tunjangan anak, diakses 01
Nopember 2017
http://www.sarjanaku.com, pengertian peneglolaan administrasi, diakses
16 Oktober 2017

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 141



GLOSARIUM

Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan salah satu pegawai Aparatur


Sipil Negara. PNS adalah warga negara Indonesia yang
memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara
tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki
jabatan pemerintahan.

Pengelolaan kepegawaian adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh


orang-orang yang mempunyai wewenang dalam administrasi
kepegawaian yang didalamnya terdapat kegiatan pencatatan
beberapa jumlah pegawai, pembinaan, pengangkatan, pemberian
hak dan kewajiban sampai dengan pemberian hak kerja.

Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) adalah pejabat yang mempunyai


ewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan
pemberhentian Pegawai ASN dan pembinaan Manajemen ASN di
instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan

Perencanaan pegawai dapat didefinisikan sebagai proses penentuan


kebutuhan pegawai pada masa yang akan datang berdasarkan
perubahan-perubahan yang terjadi dan persediaan tenaga kerja
yang ada.

Gaji adalah kompensasi dasar berupa honorarium sesuai dengan


beban kerja, tanggung jawab jabatan dan resiko pekerjaan yang
ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.

Cuti adalah keadaan tidak masuk kerja yang diizinkan dalam jangka
waktu tertentu setelah mendapatkan persetujuan dari PPK atau
pejabat lainnya yang memiliki kewenangan untuk memberikan izin
cuti.

Modul Pokok-Pokok Manajemen PNS 142

Anda mungkin juga menyukai