Anda di halaman 1dari 58

MODUL DIKLAT ANALIS KEPEGAWAIAN

PENGEMBANGAN KARIER PNS

Penulis:
1. Yopi Koirewoa, SH, MM
2. Sri Gantini, S. Sos, M.AP

PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL KEPEGAWAIAN


BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
JAKARTA, 2014

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Pasal 17 ayat (2) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian dinyatakan bahwa pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam suatu
jabatan dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalisme sesuai dengan
kompetensi, prestasi kerja, dan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu
serta syarat objektif lainnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras,
atau golongan. Pengangkatan dalam jabatan dimaksudkan untuk pengembangan
karier Pegawai Negeri Sipil yang menunjukkan adanya peningkatan jenjang jabatan
dalam suatu organisasi sesuai dengan alur pengembangan karier yang telah
ditetapkan. Untuk memberikan kepastian arah pengembangan karier Pegawai Negeri
Sipil perlu adanya pola karier yang merupakan pola pembinaan Pegawai Negeri
Sipil yang menggambarkan alur pengembangan karier dan menunjukkan keterkaitan
dan keserasian antara unsur-unsur karier. Pola karier merupakan salah satu hal
penting yang harus dilakukan saat pemerintah melakukan perencanaan kepegawaian
dalam rangka mewujudkan PNS yang profesional, netral, dan sejahtera guna
mendukung terwujudnya tata kepemerintahan yang baik (good governance).
Manajemen PNS diarahkan untuk menjamin penyelenggaraan tugas
pemerintahan dan pembangunan secara berdayaguna dan berhasil guna. Untuk
mewujudkan penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan, diperlukan
PNS yang profesional, bertanggung jawab, jujur dan adil. Untuk meningkatkan
mutu dan keterampilan serta memupuk kegairahan bekerja maka perlu dilaksanakan
pembinaan PNS dengan sebaik-baiknya berdasarkan pada perpaduan sistem prestasi
kerja dan sistem karier yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja. Artinya,
bahwa proses pembinaan Pegawai Negeri Sipil mulai dari rekrutmen, seleksi,
penempatan dan pengangkatan dalam jabatan, promosi, pendidikan dan pelatihan
serta mutasi, harus didasarkan pada prestasi kerja (merit system). Hal ini
dimaksudkan untuk memberikan peluang bagi PNS yang berprestasi tinggi untuk
1
meningkatkan kemampuannya secara profesional dan berkompetisi sehat dan
objektif. Dalam konteks pengelolaan pegawai, Undang-undang Nomor 43 Tahun
1999 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-
pokok Kepegawaian, antara lain, mengatur tentang pembinaan karier, dimana setiap
PNS memungkinkan untuk mengembangkan dirinya melalui pengembangan karier
melalui jalur jabatan struktural maupun melalui jalur jabatan fungsional.
Bagi PNS, yang memiliki kemampuan manajerial, dapat diangkat dalam
jabatan struktural, demikian halnya bagi PNS yang memiliki profesi/keahlian
tertentu dapat diangkat dalam jabatan fungsional. Prinsip pokok dalam penempatan
jabatan adalah “mendapatkan orang yang tepat pada tempat yang tepat”. Dalam
sistem pembinaan karier yang sehat selalu ada pengkaitan yang erat antara jabatan
dan pangkat, artinya seseorang Pegawai Negeri Sipil yang ditunjuk menduduki
sesuatu jabatan haruslah yang mempunyai pangkat yang sesuai untu jabatan itu.
Dengan demikian pengangkatan dalam jabatan harus didasarkan pada sistem
prestasi kerja yang didasarkan atas penilaian objektif terhadap prestasi kerja,
kompetensi, dan pelatihan PNS.

B. Deskripsi Singkat
Mata diklat ini membahas tentang pola dasar karier Pegawai Negeri Sipil yang
meliputi pengertian, tujuan, manfaat, ruang lingkup, dan pengembangan pola dasar
karier PNS.

C. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti diklat ini peserta diharapkan mampu mengimplementasikan


perencanaan dan pengembangan kepegawaian.

D. Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan peserta mampu menjelaskan pola dasar
karier PNS sehingga dapat berperan aktif dalam memberikan kontribusi bagi
perencanaan dan pengembangan kepegawaian yang akan membawa dampak positif
bagi organisasi.

2
BAB II
JABATAN STRUKTURAL

A. Pengertian Jabatan Struktural


1. Pengertian Jabatan
Organisasi terdiri dari bagian-bagian yang menunjukkan berbagai detail
tugas yang secara otomatis akan terjadi individual role atau ada orang yang akan
menduduki suatu jabatan. Sedangkan role sendiri sering disebut dengan job atau
position (jabatan). Oleh karena itu job atau position ini adalah kewajiban-
kewajiban yang dilakukan seseorang selama menjalankan tugasnya. Lebih
jelasnya ada beberapa definisi dari beberapa ilmuan tentang apa yang dimaksud
dengan jabatan sebagaimana disebutkan dalam bukunya Moekijat (1998:22-26)
yang berjudul Analisis Jabatan; Menurut Dale Yoder pengertian suatu jabatan
adalah gabungan tugas-tugas, kewajiban-kewajiban, dan tanggung jawab-
tanggung jawab yang biasanya diserahkan dan diselesaikan oleh seseorang.
Edwin B. Flipo mendefinisikan jabatan adalah sekelompok tugas-tugas yang
diserahkan kepada seseorang. Kemudian Roger Bellows menjelaskan suatu
jabatan menunjukkan pelayanan-pelayanan seorang karyawan yang melakukan
serangkaian kewajiban atau beberapa tugas. Dalam Undang-Undang Nomor 43
tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang No 8 tahun 1974 tentang
Pokok-pokok Kepegawaian, Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan
tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang PNS dalam suatu satuan
organisasi Negara
Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa jabatan
pada intinya adalah suatu kumpulan tugas pekerjaan yang dilakukan oleh
seorang pegawai dalam menjalankan tugasnya, termasuk kewajiban, tanggung
jawab, serta syarat-syarat yang diperlukan. Jabatan dalam lingkungan birokrasi
pemerintah adalah jabatan karier. Jabatan karier adalah jabatan struktural dan
fungsional yang hanya dapat diduduki Pegawai Negeri Sipil setelah memenuhi
syarat yang ditentukan. Untuk memenuhi persyaratan tersebut diperlukan
peningkatan kualitas PNS terhadap keterampilan, motivasi, pengembangan, dan

3
manajemen pengorganisasian yang merupakan syarat utama untuk mewujudkan
kemampuan bersaing dan kemandirian. Sejalan dengan itu visi dalam konteks
pembangunan bidang kepegawaian di masa yang akan datang adalah
mempersiapkan PNS yang profesional, mampu bersaing, mampu mengantisipasi
perkembangan dunia yang besar diberbagai aspek kehidupan sehingga mampu
meningkatkan mutu pelayanan serta kinerja yang tinggi sesuai dengan standar
jabatan.
2. Pengertian Karier
Berikut ini adalah beberapa pengertian dan definisi karier menurut para
ahli (dalam ... Toruan dkk, 1999:23-24). Menurut Mathis dan Jackson; karier
merupakan posisi yang terkait dengan pekerjaan yang diduduki oleh seseorang
sepanjang hidupnya. Seseorang akan mengejar karier untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan individual secara mendalam. Sedangkan Sears; karier
merupakan the totality of work one does in a lifetime. Selain itu Schein; (dalam
…Toruan dkk, 1999:25) menyatakan bahwa karier bagi seorang individu
merupakan pola kehidupan kerja atau sebagai pekerjaan/profesi, sedangkan bagi
organisasi karier merupakan jenjang yang diikuti oleh orang dalam kehidupan
kerjanya. Dari pendapat-pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
karier merupakan rangkaian pekerjaan atau jabatan yang dipegang selama
kehidupan kerja seseorang. Secara sederhana kata karier sering diasosiasikan
dengan kemajuan yang dicapai seseorang dalam suatu organisasi.
Ada dua paradigma yang perlu dicermati mengenai masalah karier, yaitu
tentang karier dipandang dari sisi paradigma lama tradisional dan karier
dipandang dari sisi paradigma modern ke depan. Paradigma tradisional
memandang bahwa karier merupakan rangkaian atau urut-urutan posisi dari
pekerjaan seorang pegawai sepanjang kehidupan kerjanya (Kurnia ... dalam
Soetjipto dan Martdiyanty, 2006:130). Karier ini dipandang sebagai urutan
jabatan secara hirarkis vertikal dalam suatu organisasi, sehingga seorang dalam
merencanakan kariernya sangat ditentukan oleh alur jenjang tersebut. Karier
akan ditempuh kurang efektif karena adanya tahapan-tahapan paten yang harus
dilalui dan prediksi tentang kapan seorang akan menduduki jabatan, syarat-
syarat apa yang harus dipenuhi, seberapa lama mereka harus menunggu, serta

4
sampai sejauh mana mereka bisa menduduki suatu jenjang jabatan. Kelemahan
dari sistem karier ini adalah akan membawa dan menghasilkan kompetensi
pegawai yang cenderung statis tidak kompetitif.
Sedangkan paradigma baru memandang bahwa karier adalah merupakan
rangkaian pekerjaan atau tugas yang disesuaikan dengan kepentingan dan tujuan
individu dan organisasi tidak lagi mencampuri terlalu banyak rencana karier
seseorang pegawai tersebut, konsep ini sering disebut dengan protean career
(Kurnia… dalam Soetjipto dan Martdiyanty, 2006:131). Protean career pada
intinya adalah karier yang didorong oleh adanya inisiatif individu bukan oleh
organisasi, hal tersebut senantiasa disesuaikan dengan keinginan dirinya sendiri
dan perubahan lingkungan. Dalam protean career seorang pegawai akan
menentukan arah kariernya sendiri sesuai dengan keinginan, nilai, kompetensi,
kekuatan, kelemahan, dan kemampuan yang dimiliki olehnya. Oleh karena itu
jenjang karier bukan merupakan fungsi waktu secara kronologis semata,
melainkan lebih sebagai suatu rangkaian terhadap proses belajar yang berkesi-
nambungan. Sedangkan tujuan dari karier ini adalah bukan semata pada promosi
atau posisi yang lebih tinggi, melainkan sukses psikologis yatu perasaan bangga,
atau senang atas pencapaian suatu tujuan dalam hidupnya dan prestasi kerja
yang biasanya dicerminkan dalam suatu kenaikan gaji atau promosi jabatan.
Mengacu pada penjelasan tentang pengertian karier di atas, kalau melihat
dan mencermati pada karier PNS dalam birokrasi instansi pemerintahan dalam
kenyataannya lebih mengarah pada jenis karier yang sifatnya tradisional. Karier
PNS selama ini hanya sebagai urutan jabatan secara hirarkis vertikal, di mana
PNS dalam merencanakan kariernya sangat ditentukan oleh alur jenjang jabatan
karier yang ada, baik pada jalur jabatan struktural maupun pada jabatan
fungsional.

B. Standar Jabatan
Standar jabatan merupakan aspek penting dalam menjalankan organisasi
agar sesuai dengan sasaran organisasi yang dirancang berdasarkan tuntutan
lingkungannya. Standar jabatan dapat dibangun berdasarkan faktor pekerjaan yang
dapat diterjemahkan dari hasil analisis jabatan suatu organisasi. Sesuai amanat

5
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 bahwa manajemen kepegawaian harus
dilaksanakan dengan prinsip meritokrasi yang berimplikasi pada penerapan
manejemen kinerja secara utuh dalam manejemen kepegawaian. Oleh karena itu
penetapan standar jabatan dan kompetensi menjadi kebutuhan dasar yang harus
dijalankan dalam manejemen kepegawaian agar dapat memenuhi kebutuhan
individu dan organisasi. Cakupan standar kompetensi PNS pada prinsipnya dapat
didasarkan kepada jabatan struktural dan fungsional. Jabatan-jabatan tersebut
berdasarkan pada sifat pekerjaannya, sehingga dapat disusun standar kompetensi
PNS yang spesifik. Dengan adanya sandar kompetensi jabatan PNS yang ada atau
pegawai yang akan direkrut benar-benar disiapkan untuk memenuhi persyaratan
yang ditetapkan pada standar kompetensi jabatan tersebut sehingga akan diperoleh
calon pejabat yang paling sesuai dengan kompetensinya untuk menduduki jabatan
tertentu.

C. Pengembangan Karier Pegawai Negeri Sipil.


Salah satu bentuk motivasi yang dapat memacu seorang PNS bekerja lebih
profesional, antara lain adalah adanya sistem pola karier yang jelas. Pola karier PNS
adalah pola pembinaan pegawai yang menggambarkan alur perkembangan karier
yang menunjukkan keterkaitan dan keserasian antara jabatan, pangkat, pendidikan
dan pelatihan jabatan, kompetensi, serta masa jabatan sejak pengangkatan pertama
dalam jabatan tertentu sampai dengan pensiun. Pola karier PNS disusun oleh pejabat
yang berwewenang sejak pengangkatan pertama sebagai CPNS/PNS/jabatan hingga
mencapai batas usia pensiun. Hakikat pola karier PNS adalah lintasan
perkembangan dan kemajuan pegawai dengan pola gerakan posisi pegawai baik
secara horizontal maupun vertikal yang selalu mengarah pada tingkat atau jenjang
posisi yang lebih tinggi.
Ditegaskan dalam Undang-Undang Pokok-pokok Kepegawaian, PNS
diangkat dalam jabatan dan pangkat, pada jabatan struktural dan jabatan fungsional.
Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang,
dan hak seseorang PNS dalam suatu satuan organisasi negara. Jabatan dalam
lingkungan birokrasi pemerintah adalah jabatan karier. Jabatan karier adalah jabatan
dalam lingkungan birokrasi pemerintah yang hanya dapat diduduki oleh Pegawai

6
Negeri Sipil atau Pegawai Negeri yang beralih status sebagai PNS. Jabatan karier
dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu jabatan struktural dan jabatan fungsional.
Jabatan struktural adalah jabatan yang secara tegas ada dalam struktur organisasi.
Jabatan fungsional adalah jabatan yang tidak secara tegas disebutkan dalam struktur
organisasi, seperti peneliti, dokter, pustakawan, widyaiswara, dan jenis jabatan
fungsional lainnya, namun keberadaannya sangat dibutuhkan guna menunjang
efektivitas pencapaian tujuan organisasi.
Prinsip pengangkatan PNS dalam suatu jabatan dilaksanakan berdasarkan
prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja, dan jenjang
pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu, serta syarat obyekif lainnya tanpa
membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras, atau golongan. Dengan demikian,
dalam pengangkatan jabatan, baik dalam jabatan struktural maupun jabatan
fungsional, diharapkan relatif bebas dari unsur hubungan primordialisme (KKN)
antara pejabat yang mengangkat dan yang diangkat. Di samping itu, adanya forum
baperjakat memungkinkan semua kriteria objektif dapat diterapkan, sehingga
pejabat birokrasi diharapkan benar-benar diperoleh dari PNS yang terpilih melalui
mekanisme dan prosedur tetap yang diamanatkan undang-undang.
1. Pengertian Pengembangan Karier
Ada beberapa pengertian mengenai pola pengembangan karier , yaitu:
a. Karier adalah perjalanan atau pengalaman jabatan seseorang PNS sejak
mulai diangkat, dibina, secara terus menerus sampai dengan batas usia
pensiun.
b. Pola karier adalah urutan karier berdasarkan bidang serumpun yang harus
dilalui oleh seorang karyawan (Fuad dan Ahmad, 2009).
c. Pola karier merupakan arah pembinaan PNS yang menggambarkan karier
yang menunjukan keterkaitan dan keserasian antara jabatan, pangkat,
pendidikan dan pelatihan jabatan, kompetensi, serta masa jabatan seseorang
PNS sejak pengangkatan pertama dalam jabatan tertentu sampai dengan
pensiun. Jadi hakekat dari pola Karier adalah lintasan perkembangan dan
kemajuan pegawai dengan pola gerakan posisi pegawai baik horisontal
maupun vertikal yang selalu mengarah pada tingkat posisi yang lebih tinggi
(Hardijanto dalam http://www.depsos.go.id/29/9/2011).

7
d. Pola Karier adalah pola pembinaan PNS yang menggambarkan alur pengem-
bangan karier yang menunjukkan keterkaitan dan keserasian antara jabatan,
pangkat, Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) jabatan, kompetensi, serta masa
jabatan seorang PNS sejak pengangkatan pertama dalam jabatan tertentu
sampai dengan pensiun (Perka BKN Nomor 35 Tahun 2011 Tanggal 28
September 2011).

2. Tujuan Pengembangan Karier


Tujuan dari adanya pola dasar karier adalah untuk memberikan kepastian arah
pengembangan karier Pegawai Negeri Sipil. Pola dasar(PD) karier PNS
merupakan pola pembinaan Pegawai Negeri Sipil yang menggambarkan alur
pengembangan karier dan menunjukkan keterkaitan dan keserasian antara unsur-
unsur karier. Adapun tujuan lain yanglebih spesifik adalah adalah:
a. Mewujudkan iklim kerja yang kondusif, dan transparan sehingga mampu
meningkatkan motivasi kerja dan pengembangan potensi diri setiap PNS
sehingga kinerja unit organisasi meningkat.
b. Mewujudkan pola pembinaan PNS yang menggambarkan alur
pengembangan karir dengan mengetahui keterkaitan dan keserasian antara
jabatan, pangkat, pendidikan, diklat, kompetensi, dan masa kerja jabatan.
c. Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap PNS untuk meniti karir
secara optimal sesuai dengan kompetensinya.

3. Manfaat Pengembangan Karier.


Berdasarkan Pasal 17 ayat (2) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian dinyatakan bahwa pengangkatan PNS dalam suatu jabatan
dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi,
prestasi kerja, dan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat
objektif lainnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras, atau
golongan. Pengangkatan dalam jabatan dimaksudkan untuk pengembangan
karier PNS yang menunjukkan adanya peningkatan jenjang jabatan dalam suatu
organisasi sesuai dengan jalur karier yang telah ditetapkan. Dengan demikian,
manfaat dari penyusunan pola dasar karier PNS tidak lain adalah untuk
mewujudkan prinsip profesionalisme pengangkatan PNS dalam suatu jabatan.

8
D. Jabatan Struktural Pegawai Negeri Sipil
1. Jenjang Jabatan Eselon
Dua hal yang perlu diketahui terkait dengan jenjang jabatan eselon, yaitu
pengertian jabatan dan jabatan struktural. Jabatan adalah kedudukan yang
menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak dalam suatu satuan
organisasi negara yang terdiri dari jabatan struktural dan jabatan fungsional.
Jabatan struktural adalah suatu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung
jawab, wewenang, dan hak seorang PNS dalam rangka memimpin suatu satuan
organisasi negara.
a. Eselon I
Eselon I merupakan hierarki jabatan struktural tertinggi yang terdiri atas dua
jenjang, yaitu: Eselon IA dan Eselon IB. Jenjang pangkat bagi Eselon I adalah
terendah Golongan IV/c dan tertinggi Golongan IV/e. Ini berarti secara
kepangkatan, personelnya sudah berpangkat PEMBINA yang makna
kepangkatannya adalah MEMBINA DAN MENGEMBANGKAN. Di tingkat
provinsi, Eselon I adalah PUCUK PIMPINAN WILAYAH (PROVINSI)
yang berfungsi sebagai penanggungjawab efektivitas provinsi yang
dipimpinnya. Hal itu dilakukan melalui keahliannya dalam menetapkan
kebijakan-kebijakan pokok yang akan membawa provinsi mencapai sasaran-
sasaran jangka pendek maupun jangka panjang.
b. Eselon II
Eselon II merupakan hirarki jabatan struktural lapis kedua yang terdiri atas
dua jenjang, yaitu: Eselon IIA dan Eselon IIB. Jenjang pangkat bagi Eselon II
adalah terendah Golongan IV/c dan tertinggi Golongan IV/d. Ini berarti
secara kepangkatan, personelnya sudah berpangkat PEMBINA yang makna
kepangkatannya adalah MEMBINA DAN MENGEMBANGKAN. Di tingkat
provinsi, maka Eselon II dapat dianggap sebagai MANAJER PUNCAK
SATUAN KERJA (INSTANSI). Mereka mengemban fungsi sebagai
penanggungjawab efektivitas instansi yang dipimpinnya melalui keahliannya
dalam perancangan dan implementasi strategi guna merealisasikan
implementasi kebijakan-kebijakan pokok provinsi.

9
c. Eselon III
Eselon III merupakan hierarki jabatan struktural lapis ketiga, terdiri dari 2
jenjang: Eselon IIIA dan Eselon IIIB. Jenjang pangkat bagi Eselon III adalah
terendah Golongan III/d dan tertinggi Golongan IV/d. Ini berarti secara
kepangkatan, personelnya berpangkat PEMBINA atau PENATA yang sudah
mumpuni (Penata Tingkat I) sehingga tanggungjawabnya adalah MEMBINA
DAN MENGEMBANGKAN. Di tingkat provinsi, Eselon III dapat dianggap
sebagai MANAJER MADYA SATUAN KERJA (INSTANSI) yang
berfungsi sebagai penanggungjawab penyusunan dan realisasi program-
program yang diturunkan dari strategi instansi yang ditetapkan oleh Eselon II.
d. Eselon IV
Eselon IV merupakan hierarki jabatan struktural lapis keempat, terdiri dari 2
jenjang: Eselon IVA dan Eselon IVB. Jenjang pangkat bagi Eselon IV adalah
terendah Golongan III/b dan tertinggi Golongan III/d. Ini berarti secara
kepangkatan, personelnya berpangkat PENATA yang sudah cukup
berpengalaman. Makna kepangkatannya adalah MENJAMIN MUTU. Oleh
karenanya di tingkat provinsi, Eselon IV dapat dianggap sebagai MANAJER
LINI SATUAN KERJA (INSTANSI) yang berfungsi sebagai
penanggungjawab kegiatan yang dioperasionalisasikan dari program yang
disusun di tingkatan Eselon III.
Adapun eselon dan jenjang pangkat jabatan struktural dari yag tertinggi
sampai dengan yang terendah dalam bentuk table adalah sebagai berikut:

10
Berikut contoh nama dan jenjang (tingkat) jabatan struktural di lingkungan
pemerintah Kabupaten/Kota:
a. Eselon IIb : Kepala Badan, Kepala Dinas.
b. Eselon IIIa : Sekretaris Badan, Sekretaris Dinas.
c. Eselon IIIb : Kepala Bidang, Kepala Bagian.
d. Eselon IVa : Kepala Seksi Kepala Sub Bidang, Kepala Sub Bagian.

2. Pola Pengangkatan Jabatan Struktural


Jabatan karier adalah jabatan struktural dan fungsional yang hanya dapat
diduduki PNS setelah memenuhi syarat yang ditentukan. Pengangkatan PNS
dalam jabatan struktural antara lain dimaksudkan untuk membina karier PNS
dlam jabatan struktural dan kepangkatan sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan dalam peraturan perudang-undangan yang berlaku. Untuk dapat
diangkat dalam jabatan structural seseorang harus berstatus sebagai PNS (bukan
calon PNS) dan memenuhi persyaratan jabatan yang ditentukan. Sesuai Pasal 12
ayat (1) PP Nomor 100 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan PP
Nomor 13 Tahun 2002, dinyatakan bahwa untuk menjamin kepastian arah
pengembangan karier ditetapkan pola dasar karier dengan Keputusan Presiden.
Pola dasar karier tersebut merupakan pedoman yang memuat teknik dan metode
penyusunan pola karier dengan menggunakan unsur-unsur antara lain
pendidikan formal, diklat, usia, masa kerja, pangkat, golongan ruang, dan tingkat
jabatan. Untuk itu, setiap pimpinan instansi wajib menyusun dan menetapkan
pola karier PNS di lingkungan masing-masing berdasarkan pola dasar karier.

11
12
13
14
15
16
3. Klasifikasi dan Persyaratan Jabatan
Klasifikasi dan persyaratan jabatan tidak dapat dilepaskan dari standar
kompetensi jabatan, yaitu persyaratan kompetensi manajerial minimal yang
harus dimiliki seorang PNS dalam melaksanakan tugas jabatan (Perka. BKN
Nomor 13 Tahun 2011). Kompetensi manajerial adalah karakteristik yang
mendasari individu dengan merujuk pada kriteria efektif dan/atau kinerja unggul
dalam jabatan tertentu. Dalam standar kompetensi jabatan terdapat kompetensi
jabatan minimal yang dipersyaratkan untuk melaksanakan tugas jabatan. Standar
kompetensi jabatan diperoleh dengan melakukan tahap-tahap sebagai berikut
pengumpulan data, identifikasi kompetensi jabatan, penyusunan daftar
sementara kompetensi jabatan, validasi kompetensi jabatan, dan penentuan
kompetensi jabatan. Berikut contoh standar kompetensi manajerial pada salah
satu jabatan struk-tural eselon IV.a:

17
4. Pola Mutasi Pegawai Negeri Sipil.
Pola mutasi PNS atau pola perpindahan jabatan diawali dengan pengangkatan
pertama dalam jabatan sebagai karier awal. Karier awal PNS dilakukan melalui
pengangkatan pertama dalam jabatan fungsional umum maupun jabatan
fungsional tertentu dengan pola alur karier secara vertikal, horizontal, dan
diagonal. Pola perpindahan jabatan meliputi perpindahan secara vertikal,
horizontal, dan diagonal dengan memperhatikan faktor-faktor formasi jabatan,
jenjang pangkat dalam jabatan, tingkat dan kualifikasi pendidikan, Diklat
jabatan, pengalaman jabatan, kompetensi, dan penilaian prestasi kerja.

a. Perpindahan secara vertikal


Perpindahan secara vertikal merupakan perpindahan jabatan ke jabatan
setingkat lebih tinggi.
Contoh:
Saudara DR. Arief Abdul Aziz, NIP. 19750101 199803 1 001, pangkat
Penata Tingkat I, golongan ruang III/d, terhitung mulai tanggal 1 Maret 2008
diangkat dalam jabatan struktural eselon IVa sebagai Kepala Sub Bagian
Kepangkatan pada Biro Kepegawaian Kementerian Kehutanan. Pada bulan
Juni 2011 diangkat dalam jabatan struktural eselon IIIa sebagai Kepala

18
Bagian Kepangkatan dan Mutasi pada Biro Kepegawaian Kementerian
Kehutanan.

b. Perpindahan jabatan secara horizontal


Perpindahan jabatan secara horizontal merupakan perpindahan jabatan satu ke
jabatan lain yang masih setingkat.
Contoh:
Saudari Dra. Nur Azizah, M.Psi, NIP 19670210 199503 1 005, pangkat
Pembina golongan ruang IV/a, sebagai Kepala Bidang Informasi
Kepegawaian eselon IIIb pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota,
terhitung mulai tanggal 5 Mei 2008 dipindahkan dalam jabatan Kepala
Bidang Perencanaan dan Pengadaan PNS eselon IIIb.

c. Perpindahan jabatan secara diagonal


Perpindahan jabatan secara diagonal merupakan perpindahan jabatan struk-
tural ke jabatan fungsional atau sebaliknya.
Contoh:
Saudari Ridajati, S.Sos, NIP.19720110 199903 2 001, pangkat Penata Tingkat
I, golongan ruang III/d, terhitung mulai tanggal 1 Maret 2008 diangkat dalam
jabatan struktural eselon IVa sebagai Kepala Sub Bagian Mutasi, pada Biro
Kepegawaian Kementerian Kehutanan. Pada bulan April 2011, dipindahkan
ke dalam Jabatan Fungsional Analis Kepegawaian.

E. Tahap Pengembangan Karier Pegawai Negeri Sipil.


1. Tahap Orientasi
Tahap ini merupakan usaha dengan cara memberikan tugas khusus yang
terprogram dalam waktu tertentu sehingga pegawai tersebut :
a. Mempunyai gambaran secara umum kegiatan organisasi yang berkaitan
dengan pendidikan formal;
b. Mempunyai gambaran tentang usaha apa yang harus dilakukan untuk
mengembangkan kemampuan dasarnya menjelang tugas yang akan
dihadapinya.

19
Dalam tahapan ini, tugas penanggung jawab pengembangan SDM adalah
memonitor sejauh mana bakat, minat dan potensi pegawai tersebut, guna
penempatan selanjutnya.

2. Pelatihan Pra Tugas


Dengan mengenali prestasi kerja/potensi pegawai tersebut, selanjutnya
diperlukan pendidikan dan pelatihan teknis yang relevan, yang diikuti dengan
seleksi, dan penilaian guna mendapatkan pegawai yang semaksimal mungkin
disesuaikan dengan bakat dan minat.

3. Penempatan dalam rangka Pengembangan Profesi


Dari penggabungan antara bakat dan minat pegawai, dapat diarahkan untuk
diberi tugas dalam jabatan-jabatan yang memerlukan syarat kualifikasi teknis
dan kemampuan mengenal kegiatan-kegiatan manajemen. Pengawasan pada
tahap ini dikombinasikan dengan pelatihan-pelatihan teknik sosialisasi dan
teknik manajemen pada tingkat dasar.

4. Penugasan dalam rangka Pemantapan Profesi


Dalam tahap ini secara selektif pegawai ditugasi:
a. Sebagai manajer staf dan manajer lainnya sesuai dengan kemampuannya
guna memantapkan kemampuan manajerialnya yang bersangkutan agar
dapat meniti jenjang jabatan yang lebih tinggi.
b. Sebagai spesialis sesuai dengan keahliannya untuk dapat mengenali, menilai
dan memecahkan setiap masalah dalam lingkup tugasnya, dalam konteks
keseluruhan, masalah yang dihadapi oleh organisasi.

5. Tahap Pematangan Profesi


Penugasan lebih lanjut sebagai jabatan manajer dan fungsional tingkat
menengah dan tinggi dengan spesifikasi penugasannya sebagai berikut :
a. Sebagai manajer/staf yang mempunyai kemampuan untuk mengarahkan dan
menetapkan kebijakan di bidang masing-masing sesuai dengan misi
organisasi/departemennya dan kebijaksanaan pimpinannya.
b. Sebagai spesialis fungsional yang mempunyai kemampuan berfikir menilai
dan memecahkan masalah yang dihadapi secara konsepsional dan
komperhensif di lingkungan organisasi/departemennya.

20
Dalam penyusunan dan pengembangan pola dasar karier PNS perlu diperhatikan
beberapa hal, seperti: Prinsip Pengembangan Karier, Pembentukan Tim Penyusun
Pola Karier, Metode Dan Teknik Penyusunan Pola Karier.

1. Prinsip Pengembangan Karier


Pola karier disusun dan dikembangkan berdasarkan prinsip:
a. Kepastian
Pola karier harus menggambarkan kepastian tentang arah alur karier yang dapat
ditempuh oleh setiap PNS yang telah memenuhi syarat yang ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan.
b. Profesionalisme
Pola karier harus mendorong peningkatan kompetensi dan prestasi kerja PNS.
c. Transparan
Pola karier harus diketahui oleh setiap PNS dan memberi kesempatan yang
sama kepada PNS yang telah memenuhi syarat yang ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan.

2. Pembentukan Tim Penyusun Pola Karier


a. Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat dan Daerah dalam menyusun pola karier
di lingkungannya, membentuk Tim Penyusun Pengembangan Karier (TPPK).
b. TPPK mempunyai tugas membantu Pejabat Pembina Kepagawaian Pusat dan
Daerah dalam menyusun pengembangan karier.
c. Syarat keanggotaan TPPK:
1) memiliki pengalaman dan kemampuan di bidang organisasi dan tata
laksana; dan
2) memiliki pengalaman dan kemampuan di bidang analisis jabatan, evaluasi
dan klasifikasi jabatan, atau standar kompetensi jabatan.
d. Susunan keanggotaan TPPK:
1) seorang Ketua merangkap anggota;
2) seorang Sekretaris merangkap anggota; dan
3) paling kurang 3 (tiga) orang anggota.
e. Ketua TPPK ditunjuk dari pejabat eselon II yang secara fungsional bertanggung
jawab di bidang kepegawaian.

21
f. Sekretaris TPPK ditunjuk dari pejabat eselon III atau pejabat eselon IV di unit
pengelola kepegawaian.
g. Anggota TPPK sebagaimana dimaksud pada angka 4 huruf c, dapat ditunjuk
dari PNS di luar unit pengelola kepegawaian.

3. Metode Dan Teknik Penyusunan Pengembangan Karier


Dalam penyusunan pola karier, setiap instansi harus melakukan tahapan sebagai
berikut:
a. Melaksanakan Analisis Jabatan
Dengan melaksanakan analisis jabatan akan dihasilkan informasi jabatan.
Informasi jabatan diperoleh dengan melakukan kegiatan penyusunan:
1) Uraian jabatan yang terdiri atas aspek-aspek nama jabatan, kode jabatan,
ikhtisar jabatan, uraian tugas, bahan kerja, perangkat kerja, hasil kerja,
tanggung jawab, wewenang, korelasi jabatan, kondisi lingkungan kerja, dan
risiko bahaya.
2) Syarat jabatan yang terdiri atas pangkat/golongan ruang, pendidikan, kursus
atau Diklat, pengalaman kerja, pengetahuan kerja, keterampilan kerja, bakat
kerja, temperamen kerja, minat kerja, upaya fisik, kondisi fisik, dan fungsi
pekerja.
b. Melaksanakan Evaluasi Jabatan
Dengan evaluasi jabatan akan dihasilkan nilai dan kelas jabatan. Evaluasi
jabatan dilakukan dengan kegiatan penilaian jabatan, penyusunan peta jabatan,
dan penyusunan informasi faktor jabatan.
c. Menetapkan Peta Jabatan
Dalam menetapkan peta jabatan, maka instansi melakukan:
1) Menyusun nama dan tingkat jabatan baik jabatan struktural maupun jabatan
fungsional tertentu baik dari eselon maupun dari jenjang jabatan yang
paling rendah sampai dengan yang paling tinggi.
Peta jabatan menggambarkan seluruh jabatan yang ada dan kedudukan
dalam unit organisasi serta memuat jumlah pegawai, pangkat/golongan
ruang, kualifikasi pendidikan, dan beban kerja unit organisasi.
Contoh:
Nama dan tingkat jabatan di lingkungan pemerintah Kabupaten/Kota:

22
a) Jabatan struktural:
(1) Eselon IIb: Kepala Badan, Kepala Dinas.
(2) Eselon IIIa: Sekretaris Badan, Sekretaris Dinas.
(3) Eselon IIIb: Kepala Bidang, Kepala Bagian.
(4) Eselon IVa: Kepala Seksi Kepala Sub Bidang, Kepala Sub Bagian.
b) Jabatan fungsional tertentu:
(1) Kategori Keahlian:
(a) Jenjang Utama: Peneliti, Widyaiswara, Penyuluh Pertanian,
Penyuluh Perikanan.
(b) Jenjang Madya: Peneliti, Widyaiswara, Penyuluh Pertanian,
Penyuluh Perikanan.
(c) Jenjang Muda: Peneliti, Widyaiswara, Penyuluh Pertanian,
Penyuluh Perikanan.
(d) Jenjang Pertama: Peneliti, Widyaiswara, Penyuluh Pertanian,
Penyuluh Perikanan.
(2) Kategori Keterampilan:
(a) Jenjang Penyelia: Penyuluh Pertanian, Penyuluh Perikanan.
(b) Jenjang Pelaksana Lanjutan: Polisi Kehutanan, Pengawas Bibit
Tanaman, Pranata Laboratorium Pendidikan.
(c) Jenjang Pelaksana: Analis Kepegawaian, Penyuluh Pertanian,
Penyuluh Perikanan.
(d) Jenjang Pelaksana Pemula: Penyuluh Pertanian, Penyuluh
Perikanan.
2) Mengidentifikasi jabatan-jabatan yang menjadi core business satuan
organisasi yang harus dilalui dalam menentukan alur karier jabatan.
d. Menetapkan Standar Kompetensi Jabatan
Dalam standar kompetensi jabatan terdapat kompetensi jabatan minimal yang
dipersyaratkan untuk melaksanakan tugas jabatan.
Standar kompetensi jabatan diperoleh dengan melakukan tahap-tahap sebagai
berikut pengumpulan data, identifikasi kompetensi jabatan, penyusunan daftar
sementara kompetensi jabatan, validasi kompetensi jabatan, dan penentuan
kompetensi jabatan.

23
4. Teknik Penyusunan Pengembangan Karier
a. Unsur-unsur pengembangan karier
Dalam menyusun pola karier dilakukan dengan cara mengkaitkan unsur-unsur
pola karier meliputi pendidikan formal, Diklat jabatan, usia, masa kerja,
pangkat/golongan ruang, tingkat jabatan, pengalaman jabatan, penilaian prestasi
kerja, dan kompetensi jabatan.
1) Pendidikan formal
Setiap jenjang jabatan harus ditetapkan tingkat dan kualifikasi pendidikan
formal, sehingga dapat mendukung pelaksanaan tugas dalam jabatannya
secara profesional, khususnya dalam upaya penerapan kerangka teori,
analisis, maupun metodologi pelaksanaan tugas dalam jabatannya.
Contoh:
a) Jabatan Kepala Biro Hukum dan Peraturan Perundang-undangan harus
berpendidikan paling rendah S1 Ilmu Hukum.
b) Jabatan fungsional Medik Veteriner harus berpendidikan Dokter Hewan.
2) Diklat Jabatan
Diklat jabatan harus diikuti oleh seorang PNS yang diangkat dalam jabatan
untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian di bidang tugasnya.
Jenis dan jenjang Diklat jabatan harus sesuai dengan jabatannya.
Contoh:
a) Seorang PNS yang menduduki jabatan struktural harus mengikuti dan
lulus Diklat kepemimpinan (Diklatpim).
b) Seorang PNS yang menduduki jabatan fungsional tertentu harus
mengikuti dan lulus Diklat fungsional.
c) Seorang PNS baik yang menduduki jabatan struktural maupun jabatan
fungsional tertentu dapat mengikuti dan lulus Diklat teknis sesuai dengan
bidang tugasnya.

24
3) Usia
Usia berkaitan dengan pendidikan formal dan masa kerja yang dimiliki
dalam pengembangan karier seorang PNS.
Contoh:
Sdr. Simson Sitanggang, S.P, lahir tanggal 5 Desember 1980. Terhitung
mulai tanggal 1 Maret 2004 diangkat sebagai CPNS dengan golongan ruang
III/a. Terhitung mulai tanggal 1 April 2005 yang bersangkutan diangkat
sebagai PNS dengan pangkat Penata Muda golongan ruang III/a.
Selanjutnya yang bersangkutan diangkat dalam jabatan fungsional Penyuluh
Pertanian Pertama terhitung mulai tanggal 1 Juni 2006 dalam usia 25 (dua
puluh lima) tahun 6 (enam) bulan, masa kerja 2 (dua) tahun 3 (tiga) bulan.
Terhitung mulai tanggal 1 April 2007 yang bersangkutan dinaikkan
pangkatnya menjadi Penata Muda Tingkat I golongan ruang III/b dan
selanjutnya terhitung mulai tanggal 1 Juli 2008 yang bersangkutan
dinaikkan jabatannya menjadi Penyuluh Pertanian Muda. Kemudian
terhitung mulai tanggal 1 Oktober 2010 yang bersangkutan dinaikkan
pangkatnya menjadi Penata golongan ruang III/c pada usia 29 (dua puluh
sembilan) tahun 10 (sepuluh) bulan dan masa kerja 6 (enam) tahun 7 (tujuh)
bulan.
4) Masa Kerja
Masa kerja seorang PNS merupakan selisih antara usia saat diangkat dalam
suatu jabatan setingkat lebih tinggi dengan usia saat diangkat dalam jabatan
sebelumnya, kecuali usia pengangkatan jabatan setingkat lebih tinggi untuk
pertama kali.
Contoh:
Sdr. Achmad Setiyanto lahir tanggal 10 Februari 1964 dengan pendidikan
SMA pangkat Pengatur Tingkat I golongan ruang II/d terhitung mulai
tanggal 1 April 1994, selanjutnya yang bersangkutan diangkat sebagai
Kepala Tata Usaha pada Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 (eselon Va)
Kabupaten Klaten terhitung mulai tanggal 1 Mei 1994 dalam usia 30 (tiga
puluh) tahun 3 (tiga) bulan.

25
Terhitung mulai tanggal 1 April 1996 yang bersangkutan dinaikkan
pangkatnya menjadi Penata Muda golongan ruang III/a. Terhitung mulai
tanggal 15 Agustus 1996 Sdr. Achmad Setiyanto diangkat sebagai Kepala
Tata Usaha pada Sekolah Menengah Kejuruan (eselon IVb) Kabupaten
Klaten dalam usia 32 (tiga puluh dua) tahun 6 (enam) bulan dengan masa
kerja 2 (dua) tahun 3 (tiga) bulan.
Terhitung mulai tanggal 1 Oktober 1997 yang bersangkutan dinaikkan
pangkatnya menjadi Penata Muda Tingkat I golongan ruang III/b. Terhitung
mulai tanggal 10 Mei 1999 yang bersangkutan diangkat Kepala Sub Bagian
Keuangan pada Dinas Pendidikan (eselon IVa) Kabupaten Klaten dalam
usia 35 (tiga puluh lima) tahun 3 (tiga) bulan dengan masa kerja 2 (dua)
tahun 9 (sembilan) bulan.
Dengan demikian karier jabatan Sdr. Achmad Setiyanto sejak menduduki
jabatan struktural eselon Va sampai dengan eselon IVa membutuhkan masa
kerja 5 (lima) tahun.
5) Pangkat/Golongan Ruang
Pangkat/golongan ruang seorang PNS berkaitan dengan jabatan yang
diduduki dan/atau pendidikan formal yang dimiliki.
Contoh:
a) Jenjang pangkat/golongan ruang terendah dan tertinggi untuk jabatan
struktural eselon IVa yakni Penata golongan ruang III/c dan Penata
Tingkat I golongan ruang III/d.
Dengan demikian, apabila seorang PNS berpendidikan Pasca Sarjana
Strata Dua (S2) diangkat dalam jabatan struktural eselon IVa, diberikan
kenaikan pangkat sampai dengan Penata Tingkat I golongan ruang III/d
karena yang bersangkutan berpendidikan Pasca Sarjana Strata Dua (S2),
maka dapat diberikan kenaikan pangkat Pembina golongan ruang IV/a.
b) Jenjang pangkat/golongan ruang terendah dan tertinggi untuk jabatan
struktural eselon IIIa yakni Pembina golongan ruang IV/a dan Pembina
Tingkat I golongan ruang IV/b.

26
Dengan demikian, apabila seorang PNS diangkat dalam jabatan
struktural eselon IIIa, jenjang pangkatnya Pembina golongan ruang IV/a
sampai dengan pangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b.
c) Jenjang pangkat/golongan ruang terendah dan tertinggi untuk jabatan
fungsional tertentu jenjang Muda yakni Penata golongan ruang III/c dan
Penata Tingkat I golongan ruang III/d.
Dengan demikian, apabila seorang PNS diangkat dalam jabatan
fungsional tertentu jenjang Muda, jenjang pangkatnya Penata golongan
ruang III/c dan Penata Tingkat I golongan ruang III/d.
d) Jenjang pangkat/golongan ruang terendah dan tertinggi untuk jabatan
fungsional umum bagi PNS yang berpendidikan S1 yakni Penata Muda
golongan ruang III/a dan Penata Tingkat I golongan ruang III/d.
Dengan demikian, apabila seorang PNS berpendidikan S1 diangkat
dalam jabatan fungsional umum diberikan pangkat tertinggi Penata
Tingkat I golongan ruang III/d.
6) Tingkat Jabatan
Tingkat jabatan merupakan jabatan struktural dari eselon yang terendah
sampai dengan eselon yang tertinggi dan jabatan fungsional tertentu dari
jenjang jabatan yang terendah sampai dengan jenjang jabatan yang
tertinggi.
7) Pengalaman Jabatan
Untuk menduduki suatu jabatan, seorang PNS harus memiliki pengalaman
yang ada korelasinya dengan bidang tugas jabatan yang akan didudukinya.
Contoh:
Untuk menduduki jabatan struktural eselon IIIa di lingkungan Biro
Kepegawaian, harus berasal dari pejabat struktural eselon IVa di lingkungan
Biro Kepegawaian yang bersangkutan, atau pejabat struktural eselon IIIa,
eselon IVa yang tugas pokok dan fungsinya memiliki korelasi dengan
bidang kepegawaian.
8) Penilaian prestasi kerja.
Penilaian prestasi kerja dilakukan terhadap seorang PNS yang akan atau
sedang menduduki jabatan.

27
9) Kompetensi Jabatan
Setiap jabatan yang ada dalam suatu satuan organisasi harus ditetapkan
standar kompetensi jabatan.
Contoh:
Jabatan Kepala Biro Hukum dan Peraturan Perundang-undangan, antara lain
harus teliti, mampu membuat perjanjian, memahami teknis penyusunan
Peraturan Perundang-undangan, mampu merumuskan instrumen hukum.

b. Alur karier PNS secara reguler dan fast track


Keterkaitan antara unsur-unsur pola karier sebagaimana dimaksud dalam
huruf a angka 1) sampai dengan angka 9), terdiri dari:
1) Alur karier PNS secara reguler.
Alur karier PNS secara reguler mendasarkan pada asumsi pendidikan
formal, usia sejak pengangkatan CPNS, sebagai berikut:
a) Pendidikan dan Usia.
Asumsi yang digunakan:
(1) Untuk pendidikan SLTA/DI, DII, DIII, S1/DIV, S2, dan S3,
pengangkatan pertama kali sebagai CPNS berusia 35 (tiga puluh
lima) tahun.
(2) Tidak terjadi penyesuaian ijazah.
b) Kepangkatan dan masa kerja
Asumsi yang digunakan:
(1) Satu tingkat dibawah jenjang pangkat yang ditentukan untuk jabatan
yang bersangkutan.
(2) Kenaikan pangkat pilihan dipercepat selama 1 (satu) tahun dalam
jabatan dan 1 (satu) tahun dalam pangkat.
Alur karier PNS secara reguler untuk jabatan struktural, jabatan fungsional
tertentu kategori keterampilan, dan jabatan fungsional tertentu kategori
keahlian adalah sebagaimana dimaksud dalam Anak Lampiran 1 sampai
dengan Anak Lampiran 3 Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara ini.
2) Alur karier PNS secara fast track.
Alur karier PNS secara fast track mendasarkan pada asumsi sebagai berikut:
a) Pendidikan dan Usia

28
Asumsi yang digunakan:
(1) Untuk pendidikan SLTA, pengangkatan pertama kali sebagai CPNS
berusia 18 (delapan belas) tahun.
(2) Untuk pendidikan DII, pengangkatan pertama kali sebagai CPNS
berusia 20 (dua puluh) tahun.
(3) Untuk pendidikan DIII, pengangkatan pertama kali sebagai CPNS
berusia 21 (dua puluh satu) tahun.
(4) Untuk pendidikan S1/DIV, pengangkatan pertama kali sebagai
CPNS berusia 23 (dua puluh tiga) tahun.
(5) Untuk pendidikan S2, pengangkatan pertama kali sebagai CPNS
berusia 25 (dua puluh lima) tahun.
(6) Untuk pendidikan S3, pengangkatan pertama kali sebagai CPNS
berusia 27 (dua puluh tujuh) tahun.
(7) Tidak terjadi penyesuaian ijazah.
b) Kepangkatan dan masa kerja.
Asumsi yang digunakan:
(1) Satu tingkat dibawah jenjang pangkat yang ditentukan untuk jabatan
yang bersangkutan.
(2) Kenaikan pangkat pilihan dipercepat selama 1 (satu) tahun dalam
jabatan dan 1 (satu) tahun dalam pangkat.
Alur karier PNS secara fast track untuk jabatan struktural, fungsional
tertentu kategori keterampilan, dan jabatan fungsional tertentu kategori
keahlian adalah sebagaimana dimaksud dalam Anak Lampiran 4 sampai
dengan Anak Lampiran 6 Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara ini.

c. Kategori jabatan
1) Kategori jabatan untuk setiap eselon dalam alur karier jabatan struktural,
terdiri dari:
a) Kategori jabatan pemula
Jabatan yang nilai dan kompleksitasnya relatif masih rendah dan
merupakan pengenalan tugas dan fungsi jabatan yang baru didudukinya.
b) Kategori jabatan pengembangan

29
Jabatan yang nilai dan kompleksitasnya lebih tinggi dari kategori jabatan
pemula, serta untuk menambah pengalaman jabatan dan pengembangan
kapasitas diri yang telah dimiliki.
c) Kategori jabatan pemantapan
Jabatan yang nilai dan kompleksitasnya sangat tinggi, hal ini merupakan
pemantapan pengalaman jabatan pemula dan/atau jabatan pengembangan
serta pemantapan kapasitas diri yang telah dimiliki dalam rangka
persiapan promosi ke jenjang jabatan yang lebih tinggi.
2) Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat dan Daerah dapat menyusun dan
menetapkan 2 (dua) kategori atau 3 (tiga) kategori jabatan setiap eselon
untuk alur karier dalam jabatan struktural, dengan ketentuan untuk:
a) 2 (dua) kategori jabatan, terdiri dari:
(1) Kategori jabatan pemula; dan
(2) Kategori jabatan pemantapan.
b) 3 (tiga) kategori jabatan, terdiri dari:
(1) Kategori jabatan pemula;
(2) Kategori jabatan pengembangan; dan
(3) Kategori jabatan pemantapan.
3) Kategori jabatan sebagaimana dimaksud dalam angka 2) disusun
berdasarkan pada nilai dan kelas jabatan dari suatu satuan organisasi.
Contoh:
Jabatan struktural di lingkungan Badan Kepegawaian Daerah
Kabupaten/Kota, terdiri dari Sekretaris BKD, Kepala Bidang Perencanaan
dan Pengadaan PNS, Kepala Bidang Mutasi, Kepala Bidang Pengembangan
Pegawai, dan Kepala Bidang Informasi Kepegawaian.
Dari jabatan struktural sebagaimana tersebut di atas, setelah dilakukan
evaluasi jabatan dihasilkan nilai dan kelas jabatan.
Berdasarkan nilai dan kelas jabatan tersebut, disusun kategori jabatan
sebagai berikut:
a) Kepala Bidang Informasi Kepegawaian merupakan kategori Jabatan
Pemula;

30
b) Kepala Bidang Perencanaan dan Pengadaan PNS, Kepala Bidang Mutasi,
dan Kepala Bidang Pengembangan Pegawai merupakan kategori Jabatan
Pengembangan; dan
c) Sekretaris BKD merupakan kategori Jabatan Pemantapan.
4) Untuk memperkaya pengalaman jabatan, maka seorang PNS sebelum
dipromosikan dalam jabatan yang lebih tinggi dapat terlebih dahulu
menduduki 2 (dua) atau 3 (tiga) kategori jabatan.
Contoh:
Untuk dipromosikan dalam jabatan Kepala Badan Kepegawaian Daerah
Kabupaten/Kota, apabila:
a) ditentukan terlebih dahulu melalui 2 (dua) kategori jabatan, maka
seorang PNS terlebih dahulu menduduki Kepala Bidang Informasi
Kepegawaian dan Sekretaris BKD.
b) ditentukan terlebih dahulu melalui 3 (tiga) kategori jabatan, maka
seorang PNS terlebih dahulu menduduki Kepala Bidang Informasi
Kepegawaian, Kepala Bidang Perencanaan dan Pengadaan PNS, dan
Sekretaris BKD.
5) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana tersebut pada angka 2),
pengangkatan dalam jabatan eselon I baik di instansi pusat maupun daerah.
6) Untuk pejabat eselon II ke atas, dimungkinkan perpindahan diantara satuan
organisasi di lingkungan instansi pusat dan daerah tanpa melalui kategori
jabatan.

d. Pola perpindahan jabatan


1) Karier awal PNS dilakukan melalui pengangkatan pertama dalam jabatan
fungsional umum maupun jabatan fungsional tertentu dengan pola alur
karier secara vertikal, horizontal, dan diagonal.
2) Pola perpindahan jabatan meliputi perpindahan secara vertikal, horizontal,
dan diagonal dengan memperhatikan faktor-faktor formasi jabatan, jenjang
pangkat dalam jabatan, tingkat dan kualifikasi pendidikan, Diklat jabatan,
pengalaman jabatan, kompetensi, dan penilaian prestasi kerja.
3) Perpindahan secara vertikal merupakan perpindahan jabatan ke jabatan
setingkat lebih tinggi.

31
F. Rangkuman
Pola Karier adalah pola pembinaan PNS yang menggambarkan alur pengem-
bangan karier yang menunjukkan keterkaitan dan keserasian antara jabatan, pangkat,
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) jabatan, kompetensi, serta masa jabatan seorang
PNS sejak pengangkatan pertama dalam jabatan tertentu sampai dengan pensiun
(Perka BKN Nomor 35 Tahun 2011 Tanggal 28 September 2011). Pola (dasar)
karier PNS merupakan pola pembinaan Pegawai Negeri Sipil yang menggambarkan
alur pengembangan karier dan menunjukkan keterkaitan dan keserasian antara
unsur-unsur karier. Tujuan dari adanya pola dasar karier adalah: 1) untuk
memberikan kepastian arah pengembangan karier Pegawai Negeri Sipil; 2)
mewujudkan iklim kerja yang kondusif, dan transparan sehingga mampu
meningkatkan motivasi kerja dan pengembangan potensi diri setiap PNS sehingga
kinerja unit organisasi meningkat; 3) mewujudkan pola pembinaan PNS yang
menggambarkan alur pengembangan karir dengan mengetahui keterkaitan dan
keserasian antara jabatan, pangkat, pendidikan, diklat, kompetensi, dan masa kerja
jabatan; dan 4) Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap PNS untuk meniti
karir secara optimal sesuai dengan kompetensinya.
Menurut Pasal 17 ayat (2) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999,
pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam suatu jabatan dilaksanakan berdasarkan
prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja, dan jenjang
pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat objektif lainnya tanpa
membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras, atau golongan. Pengangkatan dalam
jabatan dimaksudkan untuk pengembangan karier Pegawai Negeri Sipil yang
menunjukkan adanya peningkatan jenjang jabatan dalam suatu organisasi sesuai
dengan alur pengembangan karier yang telah ditetapkan. Dengan demikian, manfaat
dari penyusunan pola dasar karier PNS tidak lain adalah untuk mewujudkan prinsip
profesionalisme pengangkatan PNS dalam suatu jabatan.

32
G. Latihan
Untuk soal-soal latihan berikut, pilihlah salah satu jawaban yang tepat untuk setiap
pertanyaan di bawah ini dengan cara memberikan tanda silang (x) pada huruf a, b, c,
atau d yang dipilih.
1. Pola karier adalah pola pembinaan PNS yang menggambarkan…:
a. alur pengembangan karier.
b. alur jabatan.
c. alur pengalaman.
d. alur perintah.
2. Pola karier menunjukkan keterkaitan dan keserasian antara:
a. jabatan, golru, diklat jabatan, kompetensi, dan masa jabatan PNS.
b. jabatan, pangkat, diklat jabatan, kompetensi, dan masa jabatan PNS.
c. jabatan, pangkat, diklat jabatan, kompetensi, dan pengalaman PNS.
d. jabatan, eselon, diklat jabatan, kompetensi, dan masa jabatan PNS.
3. Tujuan dari adanya pola dasar karier adalah untuk memberikan kepastian arah:
a. pengembangan jabatan.
b. tugas.
c. pengembangan karier PNS.
d. kedudukan.
4. Untuk mewujudkan prinsip profesionalisme pengangkatan PNS dalam suatu
jabatan adalah:
a. maksud dari penyusunan pola dasar karier PNS.
b. tujuan dari penyusunan pola dasar karier PNS.
c. cara dari penyusunan pola dasar karier PNS.
d. manfaat dari penyusunan pola dasar karier PNS.
5. Ruang lingkup pola dasar karier PNS terdiri atas: 1) Jenjang Jabatan Eselon; 2)
Pola Pengangkatan Jabatan Struktural; 3) Klasifikasi dan Persyaratan Jabatan;
dan 4) ………:
a. Pola Mutasi PNS.
b. Golongan Ruang PNS.
c. Gaji PNS.
d. Pensiun PNS.

33
BAB III
JABATAN FUNGSIONAL

A. Pengertian Jabatan Fungsional


Selain Jabatan Struktural dalam suatu organisasi pemerintahan Negara,
terdapat juga jabatan fungsional. Jabatan fungsional merupakan jabatan yang secara
tidak tegas disebutkan dalam struktur organisasi, tetapi dari sudut fungsinya
diperlukan oleh organisasi. Jabatan Fungsional yaitu kedudukan yang mununjukkan
tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang PNS dalam suatu satuan
organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau
keterampilan serta bersifat mandiri. Oleh sebab itu Jabatan Fungsional terdiri dari
Jabatan Fungsional Keahlian dan Jabatan Fungsional Keterampilan.
Jabatan Fungsional Keahlian adalah kedudukan yang menunjukkan tugas
yang dilandasi oleh pengetahuan, metodologi dan teknis analisis yang didasarkan
atas disiplin ilmu yang bersangkutan dan/atau berdasarkan sertifikasi yang setara
dengan keahlian dan ditetapkan berdasarkan akreditasi tertentu. Sedangkan Jabatan
Fungsional Keterampilan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas yang
mempergunakan prosedur dan teknik kerja tertentu serta dilandasi kewenangan
penanganan berdasarkan sertifikasi yang ditentukan. Jabatan Fungsional
Keahlian dan Keterampilan dalam rangka pembinaan karier dan pengembangan
profesionalisme PNS telah ditetapkan dalam PP No. 16 Tahun 1994 tentang
Pengangkatan Jabatan Fungsional PNS. Pengangkatan PNS ke dalam jabatan
fungsional pada instansi pemerintah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai
dengan formasi yang ditetapkan.

B. Jenjang Jabatan Dan Pangkat Jabatan Fungsional


Jabatan-jabatan yang dihimpun dalam rumpun jabatan fungsional dapat
dikategorikan dalam jabatan fungsional keahlian atau jabatan fungsional
ketrampilan Jabatan fungsional Keahlian adalah jabatan fungsional kualifikasi
profesional yang pelaksanaan tugas dan fungsinya mensyaratkan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang keahliannya. Tugas utama Jabatan Fungsional

34
Keahlian meliputi pengembangan pengetahuan, penerapan konsep dan teori, ilmu
dan seni untuk pemecahan masalah, dan pemberian pengajaran dengan cara yang
sistematis.
Kualifikasi profesional adalah kualifikasi yang bersifat keahlian yang
didasarkan pada ilmu pengetahuan yang didapatkan dari pendidikan yang
berkelanjutan secara sistematis yang pelaksanaan tugasnya meliputi penelitian,
pengembangan ilmu pengetahuan, pengembangan dan penerapan konsep, teori, ilmu
dan seni untuk pemecahan masalah serta memberikan pengajarannya dan terikat
pada etika profesi. Jabatan fungsional keahlian adalah jabatan fungsional yang
pelaksanaan tugasnya :
a. Mensyaratkan kualifikasi profesional dengan pendidikan serendah-sendahnya
berijasah Sarjana (Strata-1);
b. Meliputi kegiatan yang berkaitan dengan penelitian dan pengembangan,
peningkatan dan penerapan konsep dan teori serta metoda operasional dan
penerapan disiplin ilmu pengetahuan yang mendasari pelaksanaan tugas dan
fungsi jabatan fungsional yang bersangkutan;
c. Terikat pada etika profesi tertentu yang ditetapkan oleh ikatan profesinya.
Berdasarkan penilaian terhadap bobot jabatan fungsional, maka jabatan
fungsional keahlian dibagi dalam 4(empat) jenjang jabatan yaitu :
a. Jenjang Utama, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yangNtugas dan fungsi
utamanya bersifat strategis nasional yang mensyaratkan kualifikasi profesional
tingkat tertinggi dengan kepangkatan mulai dari Pembina Utama Madya,
golongan ruang IV/d sampai dengan Pembina Utama, golongan ruang IV/e.
b. Jenjang Madya, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi
utamanya bersifat strategis sektoral yang mensyaratkan kualifikasi profesional
tingkat tinggi dengan kepangkatan mulai dari Pembina, golongan ruang IV/a
sampai dengan Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c.
c. Jenjang Muda, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi
utamanya bersifat taktis operasional yang mensyaratkan kualifikasi profesional
tingkat lanjutan dengan kepangkatan mulai dari Penata, golongan ruang III/c
sampai dengan Penata Tingkat I, golongan ruang III/d,

35
d. Jenjang Pertama, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi
utamanya bersifat operasional yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat
dasar dengan kepangkatan mulai dari Penata Muda, golongan ruang III/a sampai
dengan Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
Jabatan fungsional Ketrampilan adalah jabatan fungsional kualifikasi teknisi
atau penunjang profesional yang pelaksanaan tugas dan fungsinya mensyaratkan
penguasaan pengetahuan teknis di satu bidang ilmu pengetahuan atau lebih. Tugas
utama Jabatan Fungsional Ketrampilan meliputi pelaksanaan kegiatan teknis yang
berkaitan dengan penerapan konsep dan metoda operasional di bidang ilmu
pengetahuan tersebut serta pemberian pengajaran di tingkat pendidikan tertentu.
Kualifikasi teknisi atau penunjang profesional adalah kualifikasi yang bersifat
ketrampilan yang didasarkan pada ilmu pengetahuan yang didapatkan dari
pendidikan kejuruan dan elatihan teknis yang pelaksanaan tugasnya meliputi
kegiatan teknis operasional berdasarkan prosedur standar operasional serta
melatihkannya dan terikat pada etika profesi. Jabatan fungsional ketrampilan adalah
jabatan fungsional yang pelaksanaan tugasnya:
a. Mensyaratkan kualifikasi teknisi profesional dan/atau penunjang profesional
dengan pendidikan serendah-rendahnya Sekolah Menengah Umum atau Sekolah
Menengah Kejuruan dan setinggi-tingginya setingkat Diploma III (D-3);
b. Meliputi kegiatan teknis operasional yang berkaitan dengan penerapan konsep
atau metoda operasional dari suatu bidang profesi;
c. Terikat pada etika profesi tertentu yang ditetapkan oleh ikatan profesinya.
Berdasarkan penilaian bobot jabatan fungsional, maka jabatan fungsional
ketrampilan dibagi dalam 4(empat) jenjang jabatan yaitu :
a. Jenjang Penyelia, adalah jenjang jabatan fungsional ketrampilan yang tugas dan
fungsi utamanya sebagai pembimbing, pengawas, dan penilai pelaksanaan
pekerjaan pejabat fungsional tingkat di bawahnya yang mensyaratkan
pengetahuan dan pengalaman teknis operasional penunjang beberapa cabang
ilmu pengetahuan tertentu dengan kepangkatan mulai dari Penata, golongan
ruang III/c sampai dengan Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
b. Jenjang Pelaksana Lanjutan, adalah jenjang jabatan fungsional ketrampilan yang
tugas dan fungsi utamanya sebagai pelaksana tingkat lanjutan dan mensyaratkan

36
pengetahuan dan pengalaman teknis operasional penunjang yang didasari oleh
suatu cabang ilmu pengetahuan tertentu, dengan kepangkatan mulai dari Penata
Muda, golongan ruang III/a sampai dengan Penata Muda Tingkat I, golongan
ruang III/b.
c. Jenjang Pelaksana, adalah jenjang jabatan fungsional ketrampilan yang tugas
dan fungsi utamanya sebagai pelaksana dan mensyaratkan pengetahuan dan
pengalaman teknis operasional penunjang yang didasari oleh suatu cabang ilmu
pengetahuan
d. tertentu dengan kepangkatan mulai dari Pengatur Muda Tingkat I, golongan
ruang II/b sampai dengan Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d.
e. Jenjang Pelaksana Pemula, adalah jenjang jabatan fiungsional ketrampilan yang
tugas dan fungsi utamanya sebagai pembantu pelaksana dan mensyaratkan
pengetahuan teknis operasional penunjang yang didasari oleh suatu cabang ilmu
pengetahuan tertentu dengan kepangkatan.

Jenjang Jabatan pangkat dan golongan ruang Jabatan Fungsional dalam Keppres
Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional PNS

Tingkat Jenjang Pangkat Gol.Ruang

Pembina Utama Madya -


Utama IV/d - IV/e
Pembina Utama

Pembina - Pembina
Madya IV/a - IV/c
Keahlian Utama Muda

Muda Penata - Penata Tk.I III/c - III/d

Penata Muda - Penata


Pertama III/a - III/b
Muda TK I
Penyelia Penata - Penata Tk.I III/c - III/d
Penata Muda - Penata
Pelaksana Lanjutan III/a - III/b
Muda TK I
Keterampilan
Pengatur Muda TK. I -
Pelaksana II/b - II/d
Pengatur TK. I

Pelaksana Pemula Pengatur Muda II/a

37
Jabatan-Jabatan Fungsional dimaksud dihimpun dalam suatu rumpun
jabatan. Rumpun jabatan fungsional adalah himpunan jabatan fungsional keahlian
dan/atau jabatan fungsional ketrampilan yang mempunyai fungsi dan tugas yang
berkaitan erat satu sama lain dalam melaksanakan salah satu tugas umum
pemerintahan. Jenis rumpun jabatan fungsional adalah perumpunan jabatan
fungsional ditinjau dari perpaduan pendekatan antara jabatan dan bidang ilmu
pengetahuan yang digunakan sebagai dasar untuk meiaksanakan tugas dan fungsi
jabatan dalam rangka pelaksanaan tugas umum pemerintahan. Rumpun jabatan
fungsional sebagaimana diatur dalam Keppres No. 87 Tahun 1999, sebagai berikut
1. Rumpun Fisika, Kimia dan yang berkaitan;
2. Rumpun Matematika, Statistika dan yang berkaitan;
3. Rumpun Kekomputeran;
4. Rumpun Arsitek, Insinyur dan yang berkaitan;
5. Rumpun Penelitian dan Perekayasaan;
6. Rumpun Ilmu Hayat;
7. Rumpun Kesehatan;
8. Rumpun Pendidikan Tingkat Pendidikan Tinggi;
9. Rumpun Pendidikan Tingkat taman Kanak-Kanak, Dasar, Lanjutan dan Sekolah
Khusus;
10. Rumpun Pendidikan lainnya;
11. Rumpun Operator Alat-alat Optik dan Elektrik
12. Rumpun Teknisi dan Pengontrol Kapal dan Pesawat;
13. Rumpun Pengawas Kualitas dan Keamanan;
14. Rumpun Akuntan dan Anggaran;
15. Rumpun Asisten Profesional yang berhubungan dengan Keuangan dan
Penjualan;
16. Rumpun Imigrasi, Pajak dan Asisten Profesional yang berkaitan;
17. Rumpun Manajemen;
18. Rumpun Hukum dan Peradilan;
19. Rumpun Hak Cipta, Paten dan Merek;
20. Rumpun Penyidik dan Detektif;
21. Rumpun Arsiparis, Pustakawan dan yang berkaitan;

38
22. Rumpun Ilmu Sosial dan yang berkaitan;
23. Rumpun Penerangan dan Seni Budaya;
24. Rumpun Keagamaan;
25. Rumpun Politik dan Hubungan Luar Negeri.
Jabatan-jabatan di dalam suatu rumpun jabatan tidak bersifat statis, akan
tetapi dapat berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi, sehingga
dapat terjadi pemerkayaan jabatan di dalam suatu rumpun jabatan. Sebagai contoh,
pada awalnya rumpun jabatan pendidikan, hanya terdiri dari dosen dan guru. Namun
karena tingkat kompleksitas kegiatan di bidang pendidikan dapat timbul kebutuhan
akan jabatan fungsional baru misalnya antara lain, ahli kurikulum dan ahli
Pengujian. Pemerkayaan jabatan seperti tersebut diatas pada hakekatnya adalah
merupakan pengembangan jabatan baru dalam suatu rumpun jabatan. Penetapan
jabatan fungsional dalam suatu organisasi dimungkinkan sepanjang jabatan
fungsional tersebut sesuai dengan tugas dan fungsi dari organisasi/instansi yang
bersangkutan.
Penetapan Jabatan Fungsional tersebut serta angka kreditnya ditetapkan oleh
Menteri yang bertanggung jabwab di bidang pendayagunaan aparatur negara dengan
memperhatikan usul dari pimpinan instansi yang bersangkutan setelah mendapatkan
pertimbangan teknis dari Kepala BKN, dengan mengacu pada rumpun jabatan yang
telah ditetapkan oleh Presiden tersebut. Penempatan jabatan fungsional dalam
instansi pemerintah harus sesuai dengan tugas pokok fungsi serta spesialisasi
kerjanya pada tiap-tiap unit organisasi, hal itu mengingat jabatan fungsional melekat
dengan spesialisasi tugas dan tempatnya. Sebagai contoh Peneliti tugasnya
melakukan penelitian tempatnya unit organisasi penelitian dan pengembangan
(litbang), Dokter tugasnya melaksanakan tindakan medis kedokteran tempatnya di
unit kesehatan (Rumah Sakit), Pustakawan tugasnya melakukan manajemen
perpustakaan tempat kerjanya di unit-unit perpustakaan pada tiap perkantoran
(Perpustakaan) dan lain-lain. Pembinaan Jabatan Fungsional dilakukan oleh Instansi
Pembina Jabatan Fungsional, yang ditetapkan oleh Presiden.

39
C. Pengangkatan Jabatan Fungsional.
Pengangkatan PNS dalam suatu jabatan fungsional disamping perlu
mempertimbangkan lingkup tugas organisasi dengan rincian tugas jabatan
fungsional, harus pula mempertimbangkan beban kerja yang ada yang memberi
kemungkinan untuk pencapaian angka kredit bagi pejabat fungsional yang
bersangkutan. Pengangkatan dalam Jabatan fungsional dapat dilakukan melalui:
1. Inpassing
Pengangkatan dalam Jabatan fungsional bagi PNS yang melaksanakan tugas
pokok jabatan fungsional pada saat Jabatan Fungsional tersebut ditetapkan
dengan menetapkan jenjang jabatan sesuai dengan pangkat yang dimilik.
Penyesuaian / Inpassing dapat dilakukan dalam hal:
a. Penetapan Jabatan Fungsional baru
b. Penurunan persyaratan kualifikasi pendidikan
c. Diperintahkan oleh suatu peraturan perundang-undangan
Sebagai contoh dalam Pasal 49 PP Nomor 41 Th 2007 dinyatakan bahwa di
lingkungan pemerintah daerah ditetapkan jabatan fungsional sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, dan dalam Pasal 50 PP tersebut dinyatakan
bahwa:
a. Perangkat daerah yg didukung oleh kelompok jabatan fungsional, dilakukan
penyerasian dan rasionalisasi struktur organisasi.
b. Penyerasian dan rasionalisasi dilakukan paling lama 1 (satu) tahun sejak
peraturan daerah tentang organisasi perangkat daerah ditetapkan.
Pelaksanaan penyerasian dan rasionalisasi struktur organisasi instansi pembina
jabatan fungsional dapat menetapkan program inpassing sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ketentuan Pelaksanaan Inpassing
a. PNS yang dapat diinpassing adalah PNS yang menduduki jabatan struktural
pada saat PERDA tentang organisasi perangkat daerah ditetapkan, yang tidak
tertampung dalam struktur organisasi baru.
b. PNS yang bersangkutan hanya dapat diangkat dalam jabatan fungsional yang
berada pada bidang organisasi jabatan struktural yang didudukinya.

40
c. PNS yang bersangkutan memenuhi persyaratan untuk diangkat dalam
jabatan fungsional yang bersangkutan.
d. Tersedia formasi untuk jabatan fungsional yang diduduki.
e. PNS yang bersangkutan memiliki kompetensi untuk melaksanakan tugas
pokok jabatan fungsional.
2. Pengangkatan Pertama
Pengangkatan untuk mengisi formasi melalui CPNS. Persyaratan dalam
pengangkatan pertama kali adalah :
a. Adanya formasi
b. Memenuhi persayaratan pendidikan
c. DP3 bernilai baik dalam 1 tahun terakhir
Kebijakan :
a. PNS dapat diangkat dalam Jabatan fungsional sebelum mengikuti Diklat
b. Angka kredit dari unsur pendidikan ditetapkan sama dengan jumlah angka
kredit yang dipersyaratkan untuk pengangkatan pertama kali dalam jabatan
fungsional.
3. Perpindahan Jabatan
Perpindahan PNS antar jabatan fungsional atau antar jabatan fungsional dengan
jabatan struktural dimungkinkan sepanjang memenuhi syarat-syarat
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Pejabat yang berwenang mengangkat, memindahkan dan/atau
memberhentikan PNS dalam dan dari jabatan fungsional sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu:
a. Presiden bagi PNS pusat/daerah untuk jenjang utama.
b. Menteri bagi PNS pusat dilingkungan Departemen untuk jenjang Pelaksana
Pemula sampai dengan penyelia dan jenjang pertama s/d madya.
c. Pimpinan Kesekretarian Lt/Ln, Non Departemen bagi PNS pusat
dilingkungan Lt/Ln, Non Departemen untuk jenjang pelaksana Pemula
sampai dengan penyelia dan jenjang pertama sampai dengan madya.
d. Gubernur/Bupati/Walikota bagi PNS daerah provinsi/kabupaten/kota
untuk jenjang pelaksana Pemula sampai dengan penyelia dan jenjang
pertama sampai dengan madya.

41
Penilaian prestasi kerja pejabat fungsional sebagai dasar dalam pengangkatan
jabatan fungsional dan kenaikan pangkat pejabat fungsional ditetapkan dengan
angka kredit oleh pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit setelah
mendengar pertimbangan Tim Penilai, yang dibentuk oleh Instansi Pembina
Jabatan Fungsional atau instansi pengguna. Berdasarkan Surat Menpan No.
B/81/M.PAN/1/2007 Pembentukan Tim Penilai jabatan fungsional satu Tim
Penilai untuk satu jabatan fungsional. Anggota Tim Penilai dapat terdiri dari
Pejabat fungsional senior yang dapat aktif melaksanakan tugas, apabila jumlah
tidak terpenuhi dari jabatan yang sama dapat diangkat dari pejabat lain yang
kompeten. Tim Penilai Jabatan Fungsional terdiri dari:
a. Tim Penilai Tingkat Pusat
b. Tim Penilai Tingkat Unit Kerja
c. Tim Penilai Tingkat Instansi
d. Tim Penilai Tingkat Daerah Prop/Kab/Kota
Angka kredit Jabatan Fungsional adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan
dan/atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh pejabat
fungsional dalam rangka pembinaan kariernya termasuk untuk persyaratan atau
penentuan kepangkatan pada pengangkatan pertama. Kenaikan dalam jenjang
jabatan fungsional yang lebih tinggi di samping diwajibkan memenuhi angka
kredit yang telah ditetapkan harus pula memenuhi syarat-syarat sebagaimana
yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh
karena itu untuk meningkatkan kinerja pemerintahan dan untuk mengembangkan
karier pejabat fungsional yang lebih luas, dimungkinkan bagi seorang pejabat
fungsional tersebut menduduki jabatan beberapa tingkat lebih tinggi (fast track)
sepanjang memenuhi angka kredit yang telah ditetapkan.
Di samping itu seorang pejabat fungsional dimungkinkan untuk menduduki
jabatan struktural bila punya kompetensi, prestasi kerja baik, dedikasi,
persyaratan pangkat, dan peraturan lain sebagaimana telah diatur dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pejabat Fungsional dibebaskan
sementara dari jabatannya apabila dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak
menduduki jabatan/pangkat terakhir tidak dapat mengumpulkan angka kredit
minimal yang ditentukan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi. Pejabat

42
fungsional tersebut dapat diangkat kembali setelah mengumpulkan angka kredit
yang diwajibkan. Disamping pembebasan sementara karena tidak dapat
mengumpulkan angka kredit pejabat fungsional dibebaskan sementara dari
jabatannya apabila:
1. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau tingkat berat berupa
penurunan pangkat;
2. Diberhentikan sementara sebagai PNS;
3. Ditugaskan secara penuh di luar jabatannya;
4. Menjalani cuti di luar tanggungan negara kecuali untuk persalinan ke empat
dan seterusnya; atau
5. Menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan.
Pejabat Fungsional yang telah selesai menjalani pembebasan sementara pada
angka 1, 4, dan 5 dapat diangkat kembali dalam jabatan fungsional. Sedangkan
Pejabat Fungsional yang telah selesai menjalani pembebasan sementara karena
diberhentikan sementara sebagai PNS dapat diangkat kembali apabila
berdasarkan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap
dinyatakan tidak bersalah. Pengangkatan kembali dalam jabatan fungsional
menggunakan angka kredit terakhir yang dimiliki dan angka kredit yang
diperoleh selama pembebasan sementara. Pejabat Fungsional yang dibebaskan
sementara karena tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang ditentukan
diberhentikan dari jabatannya apabila dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak
pembebasan sementara dari jabatannya tidak dapat mengumpulkan angka kredit
yang ditentukan, Pejabat Fungsional juga diberhentikan dari jabatannya apabila
dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat dan telah mempunyai kekuatan hukum
tetap, kecuali hukuman disiplin berat berupa penurunan pangkat. Pembebasan
sementara, pengangkatan kembali dan pemberhentian Pejabat Fungsional
ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian yang bersangkutan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

43
D. Pengembangan Karier Jabatan Fungsional
Pengembangan karier PNS yang menduduki jabatan fungsional secara garis
besar meliputi aspek:

1. Formasi jabatan.
Formasi jabatan merupakan ketentuan dasar untuk menentukan kekuatan PNS
berdasarkan kualifikasi jabatan untuk menjalankan tugas tertentu dalam jangka
waktu tertentu (1 tahun) guna menjaga keseimbangan antara kekuatan PNS
dengan beban tugas yang ada. Sesuai dengan ketentuan Pasal 7 Peraturan
Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional PNS, antara lain
ditentukan bahwa pengangkatan PNS ke dalam jabatan fungsional pada instansi
pemerintah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai formasi yang telah
ditetapkan. Formasi yang tersusun dan terukur dengan baik pada dasarnya akan
mempermudah dan memperlancar pejabat fungsional yang bersangkutan dalam
menjalankan tugasnya sesuai standar waktu kerja, standar prosedur kerja dan
kualitas hasil yang ditentukan dalam mengumpulkan angka kredit.

2. Pengangkatan Dalam Jabatan.


Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk pengangkatan PNS dalam
jabatan fungsional.
a. Tingkat dan jenis pendidikan dan pelatihan. Tiap jabatan fungsional
mempunyai metode teknik dan prosedur kerja tertentu, yang dalam
pelaksanaannya membutuhkan pengetahuan dan atau pelatihan tertentu.
Oleh karena itu setiap PNS yang akan diangkat dalam jabatan fungsional
dituntut untuk memiliki tingkat dan jenis pendidikan tertentu. Disamping
pendidikan formal kadang-kadang ada jabatan fungsional yang masih
menuntut keterampilan teknis tertentu yang biasanya didapatkan melalui
pelatihan yang khusus diadakan untuk maksud tersebut.
b. Ada Formasi Jabatan.
Pengangkatan PNS dalam jabatan fungsional harus didasarkan pada
kebutuhan yang ada.
c. Ada pembatasan usia maksimal
Dalam ketentuan yang mengatur persyaratan pengangkatan dalam
jabatan fungsional, menetapkan usia maksimal untuk dapat diangkat

44
dalam jabatan. Tujuan persyaratan ini adalah agar setiap orang yang
diangkat dalam jabatan fungsional mempunyai kemampuan dan potensial
untuk melaksanakan tugas pokok jabatan. Disamping itu ketentuan
tersebut untuk menghindari pengangkatan dalam jabatan dengan tujuan
untuk sekedar memperpanjang batas usia pensiun.

3. Kenaikan jabatan/pangkat
Kenaikan jabatan/pangkat pejabat fungsional didasarkan pada angka
kredit.Yang dimaksud dengan angka kredit adalah satuan nilai dari tiap butir
kegiatan dan/atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus oleh
pejabat fungsional dalam rangka pembinaan karier yang bersangkutan.
Untuk kelancaran penilaian penetapan angka kredit, Pejabat Fungsional
wajib mencatat atau menginventarisir seluruh kegiatan yang dilakukan.
Secara hirarki Pejabat Fungsional dapat mengajukan usul penilaian dan
penetapan angka kredit apabila hasil catatan atau inventarisir seluruh
kegiatan dipandang sudah dapat memenuhi jumlah angka kredit yang
ditentukan untuk kenaikan pangkat / jabatan. Penilaian dan penetapan angka
kredit jabatan fungsional dilakukan sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam
satu tahun, yaitu selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum periode
kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil, sebagai berikut:
a) Untuk kenaikan pangkat periode April, angka kredit ditetapkan
selambat-lambatnya pada bulan Januari tahun yang bersangkutan.
b) Untuk kenaikan pangkat periode Oktober angka kredit ditetapkan
selambat-lambatnya pada bulan Juli tahun yang bersangkutan.
Pertimbangan kenaikan jabatan/pangkat didasarkan dan diberikan
setelah dalam penetapan angka kredit pejabat fungsional dipandang sudah
dapat memenuhi jumlah angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan
jabatan/pangkat sebagaimana peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kenaikan jabatan/pangkat setiap kali dapat dipertimbangkan, apabila telah
memenuhi masa jabatan/kepangkatan tertentu, memenuhi angka kredit yang
ditentukan untuk kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi dan bernilai
baik setiap unsur penilaian prestasi kerjanya. Kenaikan jabatan/pangkat
ditetapkan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu untuk

45
kenaikan jabatan sampai dengan jenjang Madya ditetapkan oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian masing-masing dan untuk jenjang Utama ditetapkan
oleh Presiden setelah mendapat pertimbangan teknis Kepala BKN. Sedang
untuk kenaikan pangkat sampai dengan pangkat Penata Tingkat I golongan
ruang III/d ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian Kabupaten/Kota,
sampai dengan pangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b ditetapkan
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian Propinsi, dan untuk menjadi Pembina
Utama Muda golongan ruang IV/c sampai dengan Pembina Utama golongan
ruang IV/e ditetapkan oleh Presiden setelah mendapat pertimbangan teknis
Kepala BKN.

4. Tunjangan jabatan.
Norma dasar pemberian tunjangan jabatan adalah bahwa kepada PNS
yang menduduki jabatan fungsional dan telah ditetapkan angka kreditnya
diberikan tunjangan jabatan fungsional. Besarnya tunjangan jabatan
fungsional untuk setiap rumpun jabatan fungsional ditetapkan dengan
Peraturan Presiden setelah dilakukan evaluasi atas bobot dan kadar jabatan,
luas ruang lingkup tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak jabatan serta
resiko jabatan di samping kata akhir kemampuan keuangan negara. Besaran
tunjangan jabatan bervariasi antara satu jabatan fungsional dengan jabatan
fungsional lainnya, terutama tergantung pada kompleksitas jabatan masing-
masing. Jabatan fungsional yang memilki tingkat kompleksitas tinggii
memiliki tunjangan jabatan yang lebih tinggi pula.

5. Batas usia pensiun


Berdasarkan PP No. 32 Tahun 1979 batas usia pensiun PNS adalah
56 tahun, namun dalam jabatan fungsional secara selektif dapat dilakukan
evaluasi untuk perpanjangan batas usia pensiun sampai dengan 58 - 60 - 65
tahun dengan dasar pertimbangan :
a. Kaderisasi
b. Kompetensi
c. Kesehatan
Perpanjangan BUP sebagaimana dimaksud di atas harus berdasarkan prinsip
memiliki nilai investasi ke depan, pekerjaan bersifat analistik, konseptual,

46
inovatif, pembaharuan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (seperti Guru Besar, Peneliti Utama).

6. Pembinaan Jabatan Fungsional


Dalam Pasal 11 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994
tentang Jabatan Fungsional dan Angka Kreditnya antara lain dinyatakan
pembinaan jabatan fungsional dilakukan oleh Instansi Pembina jabatan
fungsional dan untuk meningkatkan kemampuan Pejabat Fungsional secara
profesional sesuai dengan kompetensi jabatannya, Instansi Pembina
mempunyai kewajiban antara lain melakukan:
a. menyusun ketentuan pelaksanaan dan ketentuan teknis jabatan
fungsional;
b. menyusun pedoman formasi jabatan fungsional;
c. mengembangkan dan menyusun standar kompetensi jabatan fungsional;
d. menyusun pedoman penulisan karya tulis/karya ilmiah;
e. menyusun kurikulum pendidikan dan pelatihan (diklat) fungsional/teknis;
f. menyelenggarakan diklat fungsional/teknis;
g. menyelenggarakan uji kompetensi jabatan fungsional;
h. menganalisis kebutuhan diklat fungsional/teknis;
i. mengusulkan tunjangan dan perpanjangan batas usia pensiun jabatan
fungsional;
j. mengembangkan sistem informasi jabatan fungsional;
k. memfasilitasi pelaksanaan tugas pokok jabatan fungsional;
l. melakukan sosialisasi jabatan fungsional, ketentuan pelaksanaan, dan
ketentuan teknisnya;
m. memfasilitasi penyusunan dan penetapan kode etik dan etika profesi
jabatan fungsional; dan
n. melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan jabatan fungsional.

47
E. Jabatan Rangkap
Jabatan struktural pada instansi pemerintah hanya dapat diduduki oleh PNS
dan tidak dapat dirangkap dari jabatan struktural lainnya. Berdasarkan UU Nomor 8
Tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah dirubah dengan
UU Nomor 43 Tahun 1999, pada dasarnya PNS yang telah diangkat dalam jabatan
struktural tidak dapat merangkap dalam jabatan struktural lain atau jabatan
fungsional. Hal ini dimaksudkan agar PNS yang bersangkutan dapat memusatkan
perhatian dan kemampuannya dalam melaksanakan tugas jabatannya, sehingga
dapat menghasilkan kinerja yang optimal. Hanya ada beberapa pengecualian saja
jabatan yang dapat dijabat secara rangkap karena pekerjaan tersebut memang sangat
melekat pada tugas pokok dan fungsinya (tupoksi). Adapun beberapa jabatan yang
dapat dirangkap oleh PNS sebagaimana diatur dalam Pasal 2 PP Nomor 47 Tahun
2005 Tentang Perubahan PP Nomor 29 Tahun 1997 Tentang PNS Yang Menduduki
Jabatan Rangkap, pada pasal 2 disebutkan bahwa; ketentuan pelarangan menduduki
jabatan rangkap sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikecualikan bagi PNS yang
diangkat dan ditugaskan dalam jabatan;
1. Jaksa, dapat merangkap jabatan struktural di lingkungan kejaksaan yang tugas
pokoknya berkaitan erat dengan bidang penuntutan atau dapat diberi tugas
penuntutan.
2. Peneliti, merangkap jabatan struktural di lingkungan instansi pemerintah yang
tugas pokoknya berkaitan erat dengan bidang penelitian.
3. Perancang, merangkap jabatan struktural di lingkungan instansi pemerintah yang
tugas pokoknya berkaitan erat dengan bidang peraturan perundang-undangan.
Alasan spesifik tentang rangkap jabatan terhadap jaksa, peneliti dan perancang
UU juga dituangkan pada penjelasan PP 47 Tahun 2005, bahwa beberapa
jabatan-jabatan struktural di atas dapat dirangkap karena terdapat tugas PNS di
lingkungan instansi pemerintah yang hanya dapat dilaksanakan oleh PNS yang
menduduki jabatan fungsional tersebut. Hal ini mengingat sifat tugas dan
tanggung jawab jabatan struktural tersebut sebagai satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dengan tugas dan tanggung jawab jabatan fungisonalnya.

48
F. Rangkuman
Jabatan fungsional merupakan jabatan yang secara tidak tegas disebutkan dalam
struktur organisasi, tetapi dari sudut fungsinya diperlukan oleh organisasi. Jabatan
Fungsional yaitu kedudukan yang mununjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang
dan hak seseorang PNS dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan
tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau keterampilan serta bersifat
mandiri.Jabatan fungsional merupakan jabatan yang secara tidak tegas disebutkan
dalam struktur organisasi, tetapi dari sudut fungsinya diperlukan oleh organisasi.
Jabatan Fungsional yaitu kedudukan yang mununjukkan tugas, tanggung jawab,
wewenang dan hak seseorang PNS dalam suatu satuan organisasi yang dalam
pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau keterampilan serta bersifat
mandiri. Jabatan fungsional Keahlian adalah jabatan fungsional kualifikasi
profesional yang pelaksanaan tugas dan fungsinya mensyaratkan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang keahliannya.

G. Latihan
Untuk soal-soal latihan berikut, pilihlah salah satu jawaban yang tepat untuk
setiap pertanyaan di bawah ini dengan cara memberikan tanda silang (x) pada huruf
a, b, c, atau d yang dipilih.
1. kedudukan yang mununjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak
seseorang PNS dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya
didasarkan pada keahlian dan/atau keterampilan serta bersifat mandiri.
a. Jabatan Struktural
b. Pola dasar Pengembangan Karier.
c. Jabatan Rangkap.
d. Jabatan Fungsional.
2. Jabatan Fungsional terdiri dari dua jabatan sesuai dengan tingkat pendidikan :
a. jabatan fungsional ketrampilan dan eselonisasi
b. jabatan eselonisasi
c. jabatan fungsional keahlian dan ketrampilan
d. jabatan fungsional ketrampilan dan keahlian.

49
3. Dasar pertimbangan Batas Usia pensiun jabatan fungsional, antara lain :
a. kaderisasi, kompetensi dan kesehatan
b. tugas,tanggung jawab dan fungsi.
c. fungsi dan tanggung jawab serta kompetensi
d. kedudukan,tanggung jawab dan kesehatan.
4. Kenaikan Pangkat jabatan fungsional didasarkan pada :
a. penilaian prestasi kerja.
b. pola dasar karier PNS.
c. batas periode yang ditentukan.
d. angka kredit.
5. Pengangkatan Jabatan Fungsional terdiri dari :
a. Tingkatan dan jenis pendidikan dan pelatihan,formasi jabatan dan usia
maksimal.
b. Pindah jabatan dan usia maksimal.
c. Promosi jabatan dan formasi jabatan.
d. Batas usia pensiun.

50
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam suatu jabatan dilaksanakan
berdasarkan prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja, dan
jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat objektif lainnya tanpa
membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras, atau golongan. Pengangkatan dalam
jabatan dimaksudkan untuk pengembangan karier Pegawai Negeri Sipil yang
menunjukkan adanya peningkatan jenjang jabatan dalam suatu organisasi sesuai
dengan alur pengembangan karier yang telah ditetapkan. Untuk memberikan
kepastian arah pengembangan karier Pegawai Negeri Sipil perlu adanya pola karier
yang merupakan pola pembinaan Pegawai Negeri Sipil yang menggambarkan alur
pengembangan karier dan menunjukkan keterkaitan dan keserasian antara unsur-
unsur karier. Untuk itu, dinilai perlu untuk menetapkan suatu peraturan mengenai
Pola Karier Pegawai Negeri Sipil maupun pedoman penyusunnnya seperti Peraturan
Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 35 Tahun 2011 tentang Pedoman
Penyusunan Pola Karier Pegawai Negeri Sipil.
Standar jabatan merupakan aspek penting dalam menjalankan organisasi
agar sesuai dengan sasaran organisasi yang dirancang berdasarkan tuntutan
lingkungannya. Standar jabatan dapat dibangun berdasarkan faktor pekerjaan yang
dapat diterjemahkan dari hasil analisis jabatan suatu organisasi. Sesuai amanat
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 bahwa manajemen kepegawaian harus
dilaksanakan dengan prinsip meritokrasi yang berimplikasi pada penerapan
manejemen kinerja secara utuh dalam manejemen kepegawaian. Oleh karena itu
penetapan standar jabatan dan kompetensi menjadi kebutuhan dasar yang harus
dijalankan dalam manejemen kepegawaian agar dapat memenuhi kebutuhan
individu dan organisasi.
Cakupan standar kompetensi PNS pada prinsipnya dapat didasarkan kepada
jabatan struktural dan fungsional. Jabatan-jabatan tersebut berdasarkan pada sifat
pekerjaannya, sehingga dapat disusun standar kompetensi PNS yang spesifik.

51
Dengan adanya sandar kompetensi jabatan PNS yang ada atau pegawai yang akan
direkrut benar-benar disiapkan untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan pada
standar kompetensi jabatan tersebut sehingga akan diperoleh calon pejabat yang
paling sesuai dengan kompetensinya untuk menduduki jabatan tertentu.
Sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang Pokok-pokok Kepegawaian,
Pegawai Negeri Sipil (PNS) diangkat dalam jabatan dan pangkat, pada jabatan
struktural dan jabatan fungsional.
Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab,
wewenang, dan hak seseorang PNS dalam suatu satuan organisasi negara. Jabatan
dalam lingkungan birokrasi pemerintah adalah jabatan karier. Jabatan karier adalah
jabatan dalam lingkungan birokrasi pemerintah yang hanya dapat diduduki oleh
Pegawai Negeri Sipil atau Pegawai Negeri yang beralih status sebagai PNS. Jabatan
karier dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu jabatan struktural dan jabatan
fungsional. Jabatan struktural adalah jabatan yang secara tegas ada dalam struktur
organisasi. Jabatan fungsional adalah jabatan yang tidak secara tegas disebutkan
dalam struktur organisasi, seperti peneliti, dokter, pustakawan, widyaiswara, dan
jenis jabatan fungsional lainnya, namun keberadaannya sangat dibutuhkan guna
menunjang efektivitas pencapaian tujuan organisasi.
Prinsip pengangkatan PNS dalam suatu jabatan dilaksanakan berdasarkan
prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja, dan jenjang
pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu, serta syarat obyekif lainnya tanpa
membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras, atau golongan. Dengan demikian,
dalam pengangkatan jabatan, baik dalam jabatan struktural maupun jabatan
fungsional, diharapkan relatif bebas dari unsur hubungan primordialisme (KKN)
antara pejabat yang mengangkat dan yang diangkat. Di samping itu, adanya forum
baperjakat memungkinkan semua kriteria objektif dapat diterapkan, sehingga
pejabat birokrasi diharapkan benar-benar diperoleh dari PNS yang terpilih melalui
mekanisme dan prosedur tetap yang diamanatkan undang-undang.
Sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang Pokok-pokok
Kepegawaian, PNS diangkat dalam jabatan dan pangkat, pada jabatan struktural dan
jabatan fungsional. Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung
jawab, wewenang, dan hak seseorang PNS dalam suatu satuan organisasi negara.

52
Jabatan dalam lingkungan birokrasi pemerintah adalah jabatan karier. Jabatan karier
adalah jabatan dalam lingkungan birokrasi pemerintah yang hanya dapat diduduki
oleh Pegawai Negeri Sipil atau Pegawai Negeri yang beralih status sebagai PNS.
Jabatan karier dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu jabatan struktural dan jabatan
fungsional. Jabatan struktural adalah jabatan yang secara tegas ada dalam struktur
organisasi. Jabatan fungsional adalah jabatan yang tidak secara tegas disebutkan
dalam struktur organisasi, seperti peneliti, dokter, pustakawan, widyaiswara, dan
jenis jabatan fungsional lainnya, namun keberadaannya sangat dibutuhkan guna
menunjang efektivitas pencapaian tujuan organisasi.
Prinsip pengangkatan PNS dalam suatu jabatan dilaksanakan berdasarkan
prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja, dan jenjang
pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu, serta syarat obyekif lainnya tanpa
membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras, atau golongan. Dengan demikian,
dalam pengangkatan jabatan, baik dalam jabatan struktural maupun jabatan
fungsional, diharapkan relatif bebas dari unsur hubungan primordialisme (KKN)
antara pejabat yang mengangkat dan yang diangkat. Di samping itu, adanya forum
baperjakat memungkinkan semua kriteria objektif dapat diterapkan, sehingga
pejabat birokrasi diharapkan benar-benar diperoleh dari PNS yang terpilih melalui
mekanisme dan prosedur tetap yang diamanatkan undang-undang.

53
ISTILAH - ISTILAH

1. Pola Karier adalah pola pembinaan PNS yang menggambarkan alur pengembangan
karier yang menunjukkan keterkaitan dan keserasian antara jabatan, pangkat,
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) jabatan, kompetensi, serta masa jabatan seorang
PNS sejak pengangkatan pertama dalam jabatan tertentu sampai dengan pensiun.
2. Metode dan Teknik Penyusunan Pola Karier adalah cara, tahapan, dan langkah-
langkah menyusun pola karier dengan memadukan keterkaitan unsur-unsur pola
karier dengan pendidikan formal, Diklat, usia, masa kerja, pangkat/golongan ruang,
tingkat jabatan, pengalaman jabatan, penilaian prestasi kerja, dan kompetensi.
3. Masa kerja adalah masa jabatan seorang PNS dalam menduduki suatu jabatan.
4. Alur Pengembangan Karier yang selanjutnya disebut alur karier adalah lintasan
perpindahan jabatan secara vertikal, horizontal maupun diagonal yang dapat dilalui
PNS sejak pengangkatan pertama dalam jabatan sampai dengan jabatan tertinggi.
5. Lintasan perpindahan jabatan secara vertikal adalah perpindahan dari suatu jabatan
ke jabatan lain yang setingkat lebih tinggi.
6. Lintasan perpindahan jabatan secara horizontal adalah perpindahan dari suatu
jabatan ke jabatan lain yang masih setingkat.
7. Lintasan perpindahan jabatan secara diagonal adalah perpindahan dari suatu jabatan
struktural ke jabatan fungsional atau sebaliknya.
8. Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang,
dan hak dalam suatu satuan organisasi negara yang terdiri dari jabatan struktural dan
jabatan fungsional.
9. Jabatan struktural adalah suatu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung
jawab, wewenang, dan hak seorang PNS dalam rangka memimpin suatu satuan
organisasi negara.
10. Jabatan fungsional tertentu adalah suatu kedudukan yang menunjukkan tugas,
tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang PNS dalam suatu satuan organisasi
yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau keterampilan
tertentu serta bersifat mandiri dan untuk kenaikan jabatan dan pangkatnya
disyaratkan dengan angka kredit.

54
11. Jabatan fungsional umum adalah suatu kedudukan yang menunjukkan tugas,
tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang PNS dalam suatu satuan organisasi
yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keterampilan tertentu dan untuk
kenaikan pangkatnya tidak disyaratkan dengan angka kredit.
12. Analisis jabatan adalah proses pengumpulan, pencatatan, pengolahan, dan
penyusunan data jabatan menjadi informasi jabatan.
13. Peta jabatan adalah susunan nama dan tingkat jabatan struktural dan fungsional yang
tergambar dalam suatu struktur unit organisasi dari tingkat yang paling rendah
sampai dengan yang paling tinggi.
14. Standar kompetensi jabatan adalah persyaratan kompetensi minimal yang harus
dimiliki seorang PNS dalam pelaksanaan tugas jabatan

55
Kunci Jawaban Soal Bab II :
1. A
2. B
3. C
4. D
5. A

Kunci Jawaban Soal Bab III :


1. D
2. C
3. A
4. D
5. A

56
DAFTAR PUSTAKA

Fuad, Noor dan Ahmad, Gofur (2009). Integrated Human Resourced Development
Berdasarkan Pendekatan CB-HRM, TB-HRM, CBT, dan CPD. Penerbit PT
Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2009.
UU Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas UU Nomor 8 Tahun 1974 Tentang
Pokok-Pokok Kepegawaian.
Peraturan Kepala BKN Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penyusunan Standar
Kompetensi Jabatan.
Peraturan Kepala BKN Nomor 35 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penyusunan Pola
Karier Pegawai Negeri Sipil.
Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000, tentang Pengangkatan Pegawai Negeri
Sipil dalam Jabatan Struktural.
Hardijanto, Pembinaan Karier PNS melalui Jabatan Fungsional dalam
http://www.depsos.go.id/29/9/2011.

57

Anda mungkin juga menyukai