Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan sistem pemerintahan daerah sejak diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 yang

kemudian disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah yang telah dilakukan perubahan dengan Undang- undang 12 Tahun 2008

tentang perubahan kedua Undang- undang Nomor 32 tahun 2004. Perubahan mendasar

undang-undang ini terletak pada paradigma yang digunakan, yaitu dengan memberikan

kekuasaan otonomi melalui kewenangan-kewenangan untuk menyelenggarakan urusan rumah

tangga daerahnya, khususnya kepada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota, dengan berpedoman

kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam kerangka Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Melalui dua undang-undang ini Bangsa Indonesia telah mengambil langkah untuk

meninggalkan paradigma pembangunan sebagai pijakan pemerintah untuk beralih kepada

paradigma pelayanan dan pemberdayaan masyarakat. Perubahan paradigma ini tidak berarti

bahwa Pemerintah sudah tidak lagi memiliki komitmen untuk membangun, tetapi lebih pada

meletakkan pembangunan pada landasan nilai pelayanan dan pemberdayaan. Dengan

berlakunya UU No. 32 Tahun 2004 sebagaimana telah dilakukan perubahan kedua dengan

Undang- undang No 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Undang- Undang Nomor 32

Tahun 2004 Tatentang Pemerintahan Daerah tersebut telah menggeser paradigma pelayanan,

dari yang bersifat sentralistis ke desentralistis dan mendekatkan pelayanan secara langsung

kepada masyarakat.

Dengan adanya perubahan sistem pemerintahan daerah berimplikasi pada perubahan UU

Nomor 8 Tahun 1974 menjadi UU No. 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

Perubahannya yang paling mendasar adalah tentang manajemen kepegawaian yang lebih
berorientasi kepada profesionalisme SDM aparatur (PNS), yang bertugas memberikan

pelayanan kepada masyarakat secara jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas

negara, pemerintahan dan pembangunan, tidak partisan dan netral, keluar dari pengaruh semua

golongan dan partai politik dan tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat. Untuk melaksanakan tugas pelayanan masyarakat dengan persyaratan yang

demikian, sumber daya manusia aparatur dituntut memiliki profesionalisme, memiliki

wawasan global, dan mampu berperan sebagai unsur perekat Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Lahirnya Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 sebagai penganti UU No. 8 Tahun 1974 tentang

Pokok-Pokok Kepegawaian tersebut membawa perubahan mendasar guna mewujudkan

sumber daya aparatur yang profesional yaitu dengan pembinaan karir Pegawai Negeri Sipil

yang dilaksanakan atas dasar perpaduan antara sistem prestasi kerja dan karir yang

dititikberatkan pada sistem prestasi kerja yang pada hakekatnya dalam rangka peningkatan

pelayanan dengan adanya disiplin pegawai Negeri Sipil kita dapat menigkatan kinerja kita

dalam pelayanan pada masyarakat yang ada di kabupaten sorong..

Seperti halnya Dinas Kepenggendalian Penduduk, keluarga berencanan pemberdayaan

perempaun dan perlindungan anak kabupaten sorong adalah merupakan organisasi

pemerintahan yang tidak dapat terlepas dari berbagai tantangan sosial dan ekonomi dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat, disamping itu juga harus mampu mamanfaatkan

berbagai sumber daya dalam meningkatkan fungsi dan pelayanan dengan melakukan berbagai

perubahan yang berencana dan terukur.

Dalam melaksanakan fungsi dan tugas pelayanan publik berupa kesejahtraan masarakat dalam

bidang perekonomian bagi kaum perempuan dan juga kesehatan bagi keluarga yang ada di

kampung – kampung lewat adanya Kampung KB yang merupakan suatu wadah yang

membantu kesejatraan masayarakat yang ada di kampung tersebut.


,memposisikan Dinas Kepenggendalian penduduk keluarga berencana pemberdayaan

perempuan dan perlindungan anak kabupaten sorong harus terlibat dalam usaha perubahan

baik sebagai akibat interaksi dengan sistem sosial maupun menjalani fungsi transpormasi

teknologi dan ilmu pengetahuan di lingkungannya. Hal tersebutpun memberikan konsekuensi

pada organisasi meningkatkan kompetensi sumber daya manusia dan kemampuan pengambil

kebijakan untuk melakukan berbagai inovasi dan membuat perencanaan strategi dengan

melakukan pemanfaatan sember daya yang ada dalam meningkatkan efesiensi pelayanan

peningkatan kinerja sesui dengan disiplinnya pegawai negeri sipil pada Dinas pengendalian

penduduk,KB pemberdayaan perempuan dan perlindungan Anak.

Permasalahan mengenai Disiplin Pegawai Negeri Sipil ini sudah sangat sering

diperbincangkan baik itu oleh media massa maupun oleh para aktivis. Hal ini karena Pegawai

Negeri Sipil memang seorang abdi Negara yang harus memberikan pelayanan dengan baik

kepada masyarakat. Seringkali media massa mempertontonkan ulah para Pegawai Negeri Sipil

yang melakukan pelanggaran seperti berada diluar kantor pada saat jam kerja, kualitas

pelayanan yang kurang memuaskan dan banyak lagi.

Permasalahan lain terkait Pegawai Negeri Sipil diantaranya adalah besarnya jumlah
PNS dan tingkat pertumbuhan yang tinggi dari tahun ke tahun, rendahnya kualitas dan
ketidaksesuaian kompetensi yang dimiliki, kesalahan penempatan dan ketidakjelasan jalur
karier yang dapat ditempuh.

Sebuah ilustrasi tentang birokrasi menyatakan bahwa mereka Pegawai Negeri Sipil kerja
santai, pulang cepat dan mempersulit urusan serta identik dengan sebuah adagium “mengapa
harus dipermudah apabila dapat dipersulit.” Gambaran umum tersebut sudah sedemikian
melekatnya dalam benak publik di Indonesia sehingga banyak kalangan yang berasumsi bahwa
perbedaan antara dunia preman dengan birokrasi hanya terletak pada pakaian dinas saja. Begitu
parahkah pandangan masyarakat mengenai Pegawai Negeri Sipil?

Salah satu indikasi rendahnya kualitas PNS adalah adanya pelanggaran disiplin yang
banyak dilakukan oleh PNS. Dalam upaya meningkatkan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil
tersebut, sebenarnya Pemerintah Indonesia telah memberikan suatu regulasi dengan di
keluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Peraturan Disiplin
Pegawai Negeri Sipil.

B. Identifikasi Masalah
Adapun beberapa persoalan yang selalu membuat Kinerja Pegawai Negeri sipil
menurun dengan kurannya perhatian ataupun pengertian tentang disiplin PNS dalam
menunjang Kinerja kerja di dalam suatu OPD adalah sebagai berikut :
1. Apa itu Pengertian Optimalisasi disiplin Pegawai Negeri Sipil?
2. Apa fungsi dari adanya disiplin?
3. Apa saja bentuk dari disiplin Pegawai Negeri sipil ?
4. Apa Jenis – Jenis Hukuman Di siplin ?
5. Siapa pejabat yang berwenang menghukuman ?

C. Metode Penulisan
Untuk memahami pengertian dari disiplin Pegawai dalam menigkatkan Kinerja
Pegawai dalam pemerintah dan untuk mengetahui Fungsi dari disiplin dan untuk
menjelaskan bentuk dari disiplin PNS serta memahami Hukuman disiplin dan
megetahui pejabat yang berwenang untuk menghukum.

D. Sistimatika Penulisan

Untuk memahami lebih jelas makala ini, maka materi – materi yang tertera pada
laporan makalah menjadi beberapa sub bagian dengan sistimatika penyampaian sebagai
berikut :
BAB I : Berisikan tentang tentang latar belakang,identitas masalah, metode
penulisan dan sistimatika Penulisan.
BAB II : Daftar Pustaka
BAB III : Pembahasan /Analisis
BAB IV : Penutup
A. : Kesimpulan
B. : Saran
Daftar Pustaka
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA

A. Peningkatan Kinerja

Pengertian kinerja adalah sistim yang di gunakan untuk menilai dan mengetahui
apakah seorang PNS itu telah melaksanakan pekerjaannya masing – masing secara
keseruhan. Pelaksanan pekerjaan secara keseluruhan bukan hanya dilihat atau dinilai
dari hasil fisiknya tetapi meliputi berbagai hal seperti kemampuan kerja
,disiplin,hubungan kerja,prakarsa, kepemipinan dan hal – hal khusus sesuai dengan
bidang dan level pekerjaan yang di jabatinya.
Menurut Rivai ( 2005 : 66 ) penilaian kinerja merupakan suatu proses untuk penetapan
dan pemahaman tentang apa yang akan dicapai dan suatu pendekatan untuk mengelolah
dan mengembangkan orang dengan cara peningkatan sesuai dengan peningkatan
tersebut akan dicapai di dalam waktu yang singkat ataupun lama .
Di dalam lingkungan PNS di sebut dengan penilaian Pelaksaan Pekerjaan. Hal
ini sesuai dengan peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 10 Tahun 1979 tentang
Penilaian Pelaksanan Pekerjaan PNS. Menurut Mathis dan Jackson ( 2006 : 382 )
penilaian kinerja ( Performance appraisal ) adalah proses mengevaluasi berapa baik
karyawan melakukan pekerjaan mereka jika dibadingkan dengan sperangkat standar,
dan kemudian menkomunikasihkan informasi tersebut kepada kariyawan.
Menurut Rivai ( 2005 : 55 ) manfaat penilaian kinerja bagi semuan pihak adalah
agar mereka mengetahui manfaat yang dapat mereka harapkan. Keuntungan dari kinerja
adalah meningkatkan motifasi, meningkatan kepuasan kerja dan adanya kejelasan
standar hasil yang di harapkan mereka.

B. Optimalisasi Disiplin PNS


Dalam rangka menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas di butukan
penerapan disiplin yang tinggi. Oleh sebeb itu organisasi harus menciptakan disiplin
kerja yang tinggi dalam rangka pencapaian tujuan. Karna disiplin dalam pekerjaan
paling peting bagi suatu organisasi, sebab tanpa disiplin tidak ada usaha bersama yang
konstruksi dalam mencapai tujuan tujuan bersama.
M. Situmorang dan Jusuf Juhir berpendapat bahwa adapun yang dimaksud dengan
disiplin ialah ketaatan, kepatuhan dalam menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang
mengharuskan orang tunduk pada keputusan, perintah atau peraturan yang berlaku.

Sementara itu, Soegeng Prijodarminto menyatakan bahwa disiplin adalah suatu


kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang
menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan atau
ketertiban. Sementara itu, Soegeng Prijodarminto menyatakan bahwa disiplin adalah
suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang
menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan atau ketertiban.

Disiplin berasal dari kata Latin discipulus yang berarti siswa atau murid. Di bidang
psikologi dan pendidikan, kata ini berhubungan dengan perkembangan, latihan fisik, dan
mental serta kapasitas moral anak melalui pengajaran dan praktek. Kata ini juga berarti
hukuman atau latihan yang membetulkan serta kontrol yang memperkuat ketaatan. Makna lain
dari kata yang sama adalah seseorang yang mengikuti pemimpinnya.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Setiap pegawai negeri sipil ( PNS ) harus tau bahkan memahami tentang pengertian
disiplin PNS yang sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku menurut
peraturan pemerintah Nomor 53 Tahun 2010. Mengapa undang undang disiplin Pegawai
Negeri sipil ada dalam peraturan pemerintah karana saat- saat ini banyak PNS yang selalu
salah dalam penerapan disiplin PNS dalam kehidupan sehari - harinya bahkan ada yang
tertangkap tangan oleh pihak yang berwajib.
Pengertian disiplin PNS adalah kesanggupan pegawai negeri sipil untuk menaati
kewajiban dan menghindari larangan yang di tentukan dalam peraturan perundang – undangan
atau peraturan kedinasan dan apabila tidak ditaati atau dilangar dijatuhi hukuman di siplin
( berdasarka PP Nomor.53 Tahun 2010 ).

Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya,
termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang dirasakan menjadi tanggung jawab. Sedangkan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan
(tata tertib dan sebagainya). Jadi, bila disimpulkan secara umum, disiplin merupakan bentuk
ketaatan dan kepatuhan kepada sesuatu peraturan yang telah dibuat.

Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk
mentaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi
hukuman disiplin.

Pendisiplinan adalah usaha usaha untuk menanamkan nilai ataupun pemaksaan agar
subjek memiliki kemampuan untuk menaati sebuah peraturan. Pendisiplinan bisa jadi menjadi
istilah pengganti untuk hukuman ataupun instrumen hukuman dimana hal ini bisa dilakukan
pada diri sendiri ataupun pada orang lain.

Disiplin berasal dari kata Latin discipulus yang berarti siswa atau murid. Di bidang
psikologi dan pendidikan, kata ini berhubungan dengan perkembangan, latihan fisik, dan
mental serta kapasitas moral anak melalui pengajaran dan praktek. Kata ini juga berarti
hukuman atau latihan yang membetulkan serta kontrol yang memperkuat ketaatan. Makna lain
dari kata yang sama adalah seseorang yang mengikuti pemimpinnya.

Bagi aparatur pemerintah, disiplin mencakup unsur-unsur ketaatan, kesetiaan,


kesungguhan dalam menjalankan tugas dan kesanggupan berkorban. Hal ini berarti Pegawai
Negeri Sipil harus mengorbankan kepentingan pribadi dan golongan untuk kepentingan negara
dan masyarakat. Pasal 29 UU No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999 menyatakan bahwa "Dengan tidak
mengurangi ketentuan dalam peraturan perundang-undangan pidana, maka untuk menjamin
tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas, diadakan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri
Sipil".

Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah peraturan yang mengatur mengenai
kewajiban, larangan, dan sanksi apabila kewajiban tidak ditaati atau larangan dilanggar oleh
Pegawai Negeri Sipil. Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Dalam
Peraturan Disiplin PNS tersebut diatur ketentuan-ketentuan mengenai Kewajiban, Larangan,
Hukuman disiplin, Pejabat yang berwenang menghukum, Penjatuhan hukuman disiplin,
Keberatan atas hukuman disiplin, dan Berlakunya keputusan hukuman disiplin.

M. Situmorang dan Jusuf Juhir berpendapat bahwa adapun yang dimaksud dengan
disiplin ialah ketaatan, kepatuhan dalam menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang
mengharuskan orang tunduk pada keputusan, perintah atau peraturan yang berlaku.

Sementara itu, Soegeng Prijodarminto menyatakan bahwa disiplin adalah suatu


kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang
menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan atau ketertiban.

B. Fungsi Disiplin

Disiplin kerja sangat dibutuhkan oleh setiap pegawai. Disiplin menjadi persyaratan bagi
pembentukan sikap, perilaku, dan tata kehidupan berdisiplin yang akan membuat para pegawai
mendapat kemudahan dalam bekerja, dengan bagitu akan menciptakan suasana kerja yang
kondusif dan mendukung usaha pencapaian tujuan.Pendapat tersebut dipertegas oleh
pernyataan Tulus Tu’u yang mengemukakan beberapa fungsi disiplin antara lain:
1. Menata Kehidupan Bersama

Disiplin berfungsi mengatur kehidupan bersama, dalam suatu kelompok tertentu atau
dalam masyarakat. Dengan begitu, hubungan yang terjalin antara individu satu dengan individu
yang lain menjadi lebih baik dan lancar.

2. Membangun Kepribadian

Seorang pegawai dengan lingkungan yang memiliki disiplin yang baik, sangat
berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. Lingkungan organisasi yang memiliki keadaan
yang tenang, tertib dan tentram sangat berperan dalam membangun kepribadian yang baik.

3. Melatih Kepribadian

Disiplin merupakan sarana untuk melatih kepribadian pegawai agar senantiasa


menunjukkan kinerja yang baik. Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin
tidak terbentuk dalam waktu yang singkat. Salah satu proses untuk membentuk kepribadian
tersebut dilakukan melalui proses latihan. Latihan tersebut dilaksanakan bersama antar
pegawai, pimpinan dan seluruh personil yang ada dalam organisasi tersebut.

4. Pemaksaan

Disiplin berfungsi sebagai pemaksaan kepada seseorang untuk mengikuti peraturan-


peraturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Dengan pemaksaan, pembiasaan, dan latihan
disiplin seperti itu dapat menyadarkan bahwa disiplin itu penting.

5. Hukuman

Pada awalnya mungkin disiplin itu penting karena suatu pemaksaan namun karena
adanya pembiasaan dan proses latihan yang terus-menerus maka disiplin dilakukan atas
kesadaran dalam diri sendiri dan dirasakan sebagai kebutuhan dan kebiasaan. Diharapkan
untuk kemudian hari, disiplin ini meningkat menjadi kebiasaan berpikir baik, positif, bermakna
dan memandang jauh kedepan.

Disiplin bukan hanya soal mengikuti dan mentaati peraturan, melainkan sudah
meningkat menjadi kebiasaan berpikir baik yang mengatur dan mempengaruhi seluruh aspek
kehidupannya.

Disiplin yang disertai ancaman sanksi atau hukuman sangat penting karena dapat
memberikan dorongan kekuatan untuk mentaati dan mematuhinya. Tanpa ancaman, sanksi
atau hukuman, dorongan ketaatan dan kepatuhan dapat menjadi lemah serta motivasi untuk
mengikuti aturan yang berlaku menjadi kurang.

6. Menciptakan Lingkungan yang Kondusif.

Fungsi disiplin kerja adalah sebagai pembentukan sikap, perilaku dan tata kehidupan
berdisiplin didalam lingkungan di tempat seseorang itu berada, termasuk lingkungan kerja
sehingga tercipta suasana tertib dan teratur dalam pelaksanaan pekerjaan.

C. Bentuk Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Disiplin PNS ini diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 30 Tahun 1980 tentang
Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Selama ini seluruh kewajiban dan larangan bagi PNS
mengacu pada koridor-koridor pada PP 30 Tahun 1980 tersebut. Dan pada tahun 2010,
peraturan tentang Disiplin PNS disempurnakan lagi dengan dikeluarkannya Peraturan
Pemerintah (PP) No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. PP 53 Th. 2010 ini
diberlakukan mulai bulan Juni 2010, sehingga segala hal yang berhubungan dengan Disiplin
PNS mengacu pada peraturan pemerintah ini.

Jadi, bentuk disiplin bagi PNS adalah yang mengacu pada PP 53 Th. 2010 yang berisi
17 kewajiban dan 15 larangan, sebagai penyempurnaan atas 26 kewajiban dan 18 larangan
sebagaimana dulu dijelaskan dalam peraturan pemerintah sebelumnya (PP 30 Tahun 1980).

a. Kewajiban PNS:

1. Mengucapkan sumpah/janji PNS


2. Mengucapkan sumpah/janji jabatan
3. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Pemerintah.
4. Menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh
pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab.
6. Menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat PNS
7. Mengutamakan kepentingan Negara daripada kepentingan sendiri, seseorang, dan/ atau
golongan;
8. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus
dirahasiakan;
9. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan negara;
10. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat
membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di bidang keamanan,
keuangan dan materiil;
11. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja
12. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan
13. Menggunakan dan memelihara barang- barang milik negara dengan sebaik-baiknya;
14. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;
15. Membimbing bawahan dalam melaksankan tugas;
16. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier;
17. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.
b. Larangan PNS:

1. Menyalahgunakan wewenang;
2. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/ atau orang lain dengan
menggunakan kewenangan orang lain;
3. Tanpa izin pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain dan /atau lembaga
atau organisasi internasional;
4. Bekerja pada perusahaan, konsultan asing, atau lembaga swadaya masyarakat asing;
5. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-
barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik Negara
secara tidak sah;
6. Melakukan kerjasama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain didalam
maupun diluar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan,
atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara;
7. Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik secara langsung
atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan;
8. Menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang berhubungan
dengan jabatan dan/atau pekerjaannya;
9. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;
10. Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat menghalangi
atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga nengakibatkan kerugian bagi
yang dilayani;
11. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan;
12. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, DPR, DPD atau DPRD
dengan cara :
a. Ikut serta sebagai pelaksana kampanye;
b. Menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut PNS;
c. Sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain; dan/atau
d. Sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara.
13. memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden dengan cara :
a. Membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu
pasangan calon selama masa kampanye dan /atau
b. Mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon
yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi
pertemuan, ajakan, himbauan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan
unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat;
14. Memberikan dukungan kepada calon anggota DPD atau calon Kepala Daerah/Wakil
Kepala Daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai foto kopi KTP surat
keterangan tanda Penduduk sesuai aturan perundang-undangan;
15. Memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, dengan cara
a. Terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala Daerah/ Wakil Kepala
Daerah;
b. Menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan kampanye;
c. Membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu
pasangan calon selama masa kampanye;
d. Mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon
yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi
pertemuan, ajakan,seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit
kerjanya, anggota keluaraga, dan masyarakat.

D. Tingkat dan Jenis Hukuman Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 53 tahun 2010, hukuman disiplin adalah


hukuman yang dijatuhkan kepada Pegawai Negeri Sipil karena melanggar Peraturan
Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010
Tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil memuat tingkat dan jenis hukuman
disiplin, yaitu:
1. Hukuman disiplin ringan terdiri dari :

a. Teguran lisan.
Hukuman disiplin yang berupa teguran lisan dinyatakan dan disampaikan secara lisan oleh
pejabat yang berwenang menghukum kepada Pegawai Negeri Sipil yang melakukan
pelanggaran disiplin. Apabila seorang atasan menegur bawahannya tetapi tidak dinyatakan
secara tegas sebagai hukuman disiplin, bukan hukuman disiplin
b. Teguran tertulis.
Hukuman disiplin yang berupa teguran tertulis dinyatakan dan disampaikan secara
tertulis oleh pejabat yang berwenang menghukum kepada Pegawai Negeri Sipil yang
melakukan pelanggaran disiplin.
c. Pernyataan tidak puas secara tertulis.
Hukuman disiplin yang berupa pernyataan tidak puas dinyatakan dan disampaikan
secara tertulis oleh pejabat yang berwenang menghukum kepada Pegawai Negeri Sipil yang
melakukan pelanggaran disiplin.
2. Hukuman disiplin sedang, terdiri dari:

a. Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama satu tahun.


Hukuman disiplin yang berupa penundaan kenaikan gaji berkala, ditetapkan untuk masa
sekurang-kurangnya tiga bulan dan untuk paling lama satu tahun. Masa penundaan
kenaikan gaji berkala tersebut dihitung penuh untuk kenaikan gaji berkala berikutnya.
b. Penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling lama satu tahun.
Hukuman disiplin yang berupa penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala,
ditetapkan untuk masa sekurangkurangnya tiga bulan dan untuk paling lama satu tahun.
Setelah masa menjalani hukuman disiplin tersebut selesai, maka gaji pokok Pegawai Negeri
Sipil yang bersangkutan langsung kembali pada gaji pokok semula. Masa penurunan gaji
tersebut dihitung penuh untuk kenaikan gaji berkala berikutnya. Apabila dalam masa
menjalani hukuman disiplin Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan memenuhi syarat-
syarat untuk kenaikan gaji berkala, maka kenaikan gaji berkala tersebut baru diberikan
terhitung mulai bulan berikutnya dari saat berakhirnya masa menjalani hukuman disiplin.
c. Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama satu tahun.
Hukuman disiplin yang berupa penundaan kenaikan pangkat ditetapkan untuk masa
sekurang-kurangnya enam bulan dan untuk paling lama satu tahun, terhitung mulai tanggal
kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan dapat dipertimbangkan.
3. Hukuman disiplin berat, terdiri dari:

a. Penurunan pangkat pada pangkat setingkat lebih rendah untuk paling lama satu tahun.
Hukuman disiplin yang berupa penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih
rendah, ditetapkan untuk masa sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan, dan untuk paling lama
satu tahun. Setelah masa menjalani hukuman disiplin penurunan pangkat selesai, maka
pangkat Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan dengan sendirinya kembali pada pangkat
yang semula.
Masa dalam pangkat terakhir sebelum dijatuhi hukuman disiplin berupa penurunan
pangkat, dihitung sebagai masa kerja untuk kenaikan pangkat berikutnya. Kenaikan
pangkat berikutnya Pegawai Negeri Sipil yang dijatuhi hukuman disiplin berupa
penurunan pangkat, baru dapat dipertimbangkan setelah Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan sekurang-kurangnya satu tahun dikembalikan pada pangkat semula.
b. Pembebasan dari jabatan.
Hukuman disiplin yang berupa pembebasan dari jabatan adalah pembebasan dari jabatan
organik. Pembebasan dari jabatan berarti pula pencabutan segala wewenang yang melekat
pada jabatan itu. Selama pembebasan dari jabatan, Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan
menerima penghasilan penuh kecuali tunjangan jabatan.
c. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Pegawai Negeri Sipil yang dijatuhi hukuman disiplin berupa pemberhentian dengan hormat
tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil, apabila memenuhi syarat masa
kerja dan usia pensiun menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang
bersangkutan diberikan hak pensiun.
d. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Pegawai Negeri Sipil yang dijatuhi hukuman disiplin pemberhentian tidak dengan hormat
maka kepada PNS tersebut tidak diberikan hak-hak pensiunnya meskipun memenuhi
syarat-syarat masa kerja usia pensiun.
E. Pejabat yang Berwenang Menghukum

1. Presiden, untuk jenis hukuman disiplin :

a. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil
bagi Pegawai Negeri Sipil yang berpangkat Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c
ke atas.
b. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil bagi Pegawai Negeri
Sipil yang berpangkat Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c ke atas.
c. Pembebasan dari jabatan bagi Pegawai Negeri Sipil yang memangku jabatan struktural
eselon I, atau jabatan lain yang wewenang pengangkatan dan pemberhentiannya berada di
tangan Presiden.
2. Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat, bagi Pegawai Negeri Sipil Pusat di lingkungannya
masing-masing dan untuk Pegawai pada Pelaksana BPK adalah Sekretaris Jenderal, kecuali
jenis hukuman disiplin :

a. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri
Sipil dan pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil yang
berpangkat Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c ke atas.
b. pembebasan dari jabatan struktural eselon I atau jabatan lain yang wewenang
pengangkatan serta pemberhentiannya berada di tangan Presiden.
3. Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi, untuk semua Pegawai Negeri Sipil
Daerah di lingkungan masing-masing, kecuali jenis hukuman disiplin:
a. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil
dan pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil yang berpangkat
Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c ke atas.
b. pembebasan dari jabatan struktural eselon I atau jabatan lain yang wewenang
pengangkatan serta pemberhentiannya berada di tangan Presiden.
4. Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/ Kota, untuk semua Pegawai Negeri
Sipil Daerah di lingkungan masing-masing, kecuali untuk hukuman disiplin berupa
pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil
dan pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil yang berpangkat
Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c keatas, atau Pegawai Negeri Sipil Daerah
yang menduduki jabatan yang wewenang pengangkatan dan pemberhentiannya berada di
tangan Presiden.
5. Kepala Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, bagi Pegawai Negeri Sipil Republik
Indonesia yang dipekerjakan pada perwakilan Republik Indonesia di luar negeri,
diperbantukan/dipekerjakan pada Negara Sahabat atau sedang menjalankan tugas
belajar di luar negeri, sepanjang mengenai jenis hukuman disiplin berupa:
a. Teguran lisan.
b. Teguran tertulis.
c. Pernyataan tidak puas secara tertulis.
d. Pembebasan dari jabatan.
Namun untuk lebih menjamin daya guna dan hasil guna yang sebesar-
besarnya dalam pelaksanaan Peraturan Disiplin PNS, maka Pejabat Pembina
Kepegawaian Pusat dan Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah dapat mendelegasikan
sebagian wewenang penjatuhan hukuman disiplin lepada pejabat lain di lingkungan
masing-masing, kecuali mengenai hukuman disiplin berupa pemberhentian dengan
hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS dan pemberhentian tidak dengan
hormat sebagai PNS yang berpangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b ke bawah.
Pendelegasian wewenang menjatuhkan hukuman disiplin dilaksanakan dengan surat
keputusan Pejabat Pembina Kepegawaian yang bersangkutan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sikap dan perilaku seorang PNS dapat dijadikan panutan atau keteladanan bagi PNS di
lingkungannya dan masyarakat pada umumnya. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari mereka
harus mampu mengendalikan diri sehingga irama dan suasana kerja berjalan harmonis. Namun
kenyataan yang berkembang sekarang justru jauh dari kata sempurna. Masih banyak PNS yang
melakukan pelanggaran disiplin dengan berbagai cara.

Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil diatur dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
Dalam Peraturan Disiplin PNS tersebut diatur ketentuanketentuan mengenai Kewajiban,
Larangan, Hukuman disiplin, Pejabat yang berwenang menghukum, Penjatuhan hukuman
disiplin, Keberatan atas hukuman disiplin,dan Berlakunya keputusan hukuman disiplin.

Didalam menjalankan disiplin PNS tentu kita akan mendapatkan suatau peningkatan
kinerja sehingga kita dapat menghasilkan pekerjaan yang lebih baik lagi dan mendapatkan
suatu kepuasan dalam diri kita sesuai dengan apa yang kita kerjakan dan masyarakat yang kita
layani pu merasakan apa yang kita kerjakan dalam setiap OPD yang kita tempati.

B. Saran
Pegawai Negeri Sipil harus mampu menjalankan kedisplinan dalam diri dan itu menjadi
suatu yang pribadi di dalam diri kita sehingga kita dapat mencintai pekerjaan kita dan juga apa
yang kita kerjakan sehingga peningkatan Kinerja kita akan menghasilkan yang baik dan kita
pun akan merasa puas.
DAFTAR PUSTAKA
Prijodarminto, Soegeng. 1994. Disiplin Kiat Menuju Sukses. Bandung: Pradnya Paramita.

Situmorang, Victor M. dan Jusuf Juhir. 1994. Aspek Hukum Pengawasan Melekat di Lingkungan
Aparatur Pemerintah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sulistiyani, Ambar Teguh. 2004. Memahami Good Governance Dalam Perspektif Sumber Daya
Manusia. Yogyakarta: Penerbit Gaya Media.
Tu’u, Tulus. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo.
Unaradjan, Dolet. 2003. Manajemen Disiplin. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Wicaksono, Kristian Widya. 2006. Administrasi dan Birokrasi Pemerintah. Yogyakarta: Penerbit
Graha Ilmu.
Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Ambar Teguh Sulistiyani. Memahami Good Governance Dalam Perspektif Sumber Daya
Manusia. Yogyakarta: Penerbit Gaya Media. 2004. halaman 329

Kristian Widya Wicaksono. Administrasi dan Birokrasi Pemerintah. Yogyakarta: Penerbit


Graha Ilmu. 2006. halaman 7.

Dolet Unaradjan. Manajemen Disiplin. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. 2003.
halaman 8.

Victor M. Situmorang dan Jusuf Juhir. Aspek Hukum Pengawasan Melekat di Lingkungan
Aparatur Pemerintah. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1994. halaman 153
Soegeng Prijodarminto. Disiplin Kiat Menuju Sukse. Bandung: Pradnya Paramita. 1994.
halaman 25

Tulus Tu’u. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo ; 2004 ;
halaman 38
Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil Pasal 3
Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil Pasal 4
Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil Pasal 7
KATA PENGATAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang maha kuasa bahwa saya telah

menyelesaikan makala dalam rangka Ujian Penyesuaian SI pada Pemerintah Daerah

Kabupaten sorong. Adapun Judul makalah yang saya buat saya ambil adalah “ Peningkatan

Kinerja Melalui Optimalisasi Disiplin Pegawai Negeri sipil “ .

Makalah ini disusun agar pembaca memahami tentang hubungan antara Kinerja dan

Disiplin dalam Pegawai Negeri Sipil. Makala ini disusun dengan berbagai tangapan dan

pemikiran para ahli ahli pengetahuan dan juga peraturan- peraturan pemerintah Republik

Indonesia.

Adapun maksud dan Tujuan penyusunan makala ini untuk melengkapai dan

menyelesaikan tugas ujian penyesuaian Ijasah SI pada pemerintahan Kabupaten sorong sesuai

dengan Tugas saya sebagai seorang Pegawai Negeri sipil di Dinas Pengendalian Penduduk,KB

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten sorong.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makala ini masih jauh dari sempurnah

sehingga saran dan kritik dari pembaca sangat diharapkan, penulis dengan segala kerendahan

hati kami berharap makala ini berguna dan bermanfaat bagi yang memerlukan.

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR....................................................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................

A. Latar Belakang...............................................................................................

B. Identifikasi Masalah.......................................................................................

C. Metode Penulisan..........................................................................................

D. Sistimatika Penulisan....................................................................................

BAB II TIJAUAN PUSTAKA...........................................................................................

A. Peningkatan Kinerja.......................................................................................

B. Optimalisasi Disiplin PNS.............................................................................

BAB III PEMBAHASAN...................................................................................................

A. Pengertian disiplin PNS..................................................................................

B. Fungsi Disiplin PNS........................................................................................

C. Bentuk Disiplin PNS......................................................................................

D. Pejabat yang Berwenang Menghukum..........................................................

BAB IV PENUTUP...............................................................................................................

A. Kesimpulan......................................................................................................

B. Saran.................................................................................................................

C. Daftar Pustaka...................................................................................................

Anda mungkin juga menyukai