Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

MANAJEMEN KEBIJAKAN PUBLIK

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem


Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) yang Diampu
oleh Dr. Alam Tauhid Syukur, S.Sos., M.Si.

Oleh:

Kelompok 6

Mutmainnah (S032018004)

Akhlun Nazar (S032018005)

Atika Alya Zhafirah (S032018020)

MSDMA 3A

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA MAKASSAR

2019
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Sistem Administrasi
Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) yang berjudul “Manajemen
Kebijakan Publik”. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah yang
diberikan oleh Bapak Dr.Alam Tauhid Syukur, S.Sos., M.Si. selaku dosen
pembimbing. Kami menyadari bahwa dalam tugas ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada


semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas ini. Kami berharap
semoga tugas ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan pengetahuan bagi
semua pihak.

Makassar, 16 September 2019

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii


DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
A. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2
C. Manfaat Penulisan ................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
A. Pengertian Kebijakan Publik ................................................................................... 3
B. Manajemen Kebijakan Publik ................................................................................. 3
C. Stratifikasi Kebijakan Publik .................................................................................. 4
D. Sistem Kebijakan Publik ......................................................................................... 8
E. Sistem Kebijakan Publik dalam Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik
Indonesia ......................................................................................................................... 9
F. Ruang Lingkup Proses dan Pelaku Kebijakan Publik ........................................... 10
G. Tahapan Pokok Proses Kebijakan Publik ............................................................. 16
H. Penyusunan Kebijakan Publik dalam Format Peraturan Perundang-Undangan ... 18
I. Fungsi Koordinasi dan Instrumentasi Hukum dalam Manajemen Kebijakan
Publik ............................................................................................................................ 29
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 30
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 30
B. Saran ..................................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... iv

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan merupakan aktivitas yang dilakukan oleh pemerintah,
masyarakat, dan pihak swasta berlangsung secara terus-menerus dan
berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, baik
pada aspek materiil maupun spiritual (Afandi & Warjio, 2015). Pembangunan perlu
dikendalikan melalui suatu kebijakan yang memuat pedoman pelaksanaan tindakan
dan bahkan memuat larangan-larangan tertentu untuk menjamin proses
pembangunan dapat terarah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Terbitnya kebijakan publik dilandasi kebutuhan untuk penyelesaian


masalah yang terjadi di masyarakat. Kebijakan publik ditetapkan oleh para pihak
(stakeholders), terutama pemerintah yang diorientasikan pada pemenuhan
kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Makna dari pelaksanaan kebijakan publik
merupakan suatu hubungan yang memungkinkan pencapaian tujuan-tujuan atau
sasaran sebagai hasil akhir dari kegiatan yang dilakukan pemerintah.

Kekurangan atau kesalahan kebijakan publik akan dapat diketahui setelah


kebijakan public tersebut dilaksanakan, keberhasilan pelaksanaan kebijakan publik
dapat dilihat dari dampak yang ditimbulkan sebagai hasil evaluasi atas pelaksanaan
suatu kebijakan (Rohman, 2016).

A. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah pengertian kebijakan publik?


2. Bagaimana manajemen kebijakan publik?
3. Bagaimana stratifikasi kebijakan publik?
4. Bagaimana sistem kebijakan publik?
5. Bagaimana sistem kebijakan publik dalam sistem administrasi negara kesatuan
republik Indonesia?

1
6. Bagaimana ruang lingkup proses dan pelaku kebijakan publik?
7. Bagaimana tahapan pokok proses kebijakan publik?
8. Bagaimana penyusunan kebijakan publik dalam format peraturan perundang-
undangan?
9. Bagaimana fungsi koordinasi dan instrumentasi hukum dalam manajemen
kebijakan publik?

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan sejalan dengan rumusan masalah, yaitu sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui pengertian kebijakan public.


2. Untuk mengetahui manajemen kebijakan public.
3. Untuk mengetahui stratifikasi kebijakan public.
4. Untuk mengetahui sistem kebijakan public.
5. Untuk mengetahui sistem kebijakan publik dalam sistem administrasi negara
kesatuan republik Indonesia.
6. Untuk mengetahui ruang lingkup proses dan pelaku kebijakan public.
7. Untuk mengetahui tahapan pokok proses kebijakan public.
8. Untuk mengetahui penyusunan kebijakan publik dalam format peraturan
perundang-undangan.
9. Untuk mengetahui fungsi koordinasi dan instrumentasi hukum dalam
manajemen kebijakan public.

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
a. Menambah wawasan penulis mengenai manajemen kebijakan publik
b. Dalam rangka pemenuhan tugas mata kuliah dan sebagai bahan referensi
2. Bagi pembaca
a. Menambah wawasan pembaca
b. Sebagai bahan referensi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebijakan Publik


Kebijakan publik adalah suatu keputusan/seperangkat keputusan untuk
menghadapi situasi atau permasalahan yang mengandung nilai tertentu, memuat
ketentuan tentang tujuan, caradan sarana serta kegiatan untuk mencapainya. Dari
sudut sistem penyelenggaraan pemerintah negara, kebijakan public berlangsung
pada tatanan organisasi pemerintahan di seluruh wilayah negara. Di samping itu,
kebijakan publik erat kaitannya dengan permasalahan dalam berbagai bidang
kehidupan dan penghidupan bangsa Indonesia seperti (ekonomi, sosial budaya,
politik, hukum, pertahanan dan keamanan) yang sangat kompleks dan dinamis.
Oleh karena itu, banyak di temui beragam kebijakan public yang meliputi bidang
kehidupan dan penghidupan tersebut.

B. Manajemen Kebijakan Publik


Manajemen kebijakan publik adalah keseluruhan proses pengelolaan
kebijakan dalam berbegai tahapannya (formulasi, implementasi, dan evaluasi)
termasuk unsur yang termasuk dalam setiap tahapan (teknis, substansi, pelaku, dan
kelembagaannya) agar mampu mengaktualisasikan nilai dan prinsip
kepemerintahan yang baik (Good Governance). Proses kebijakan publik di
Indonesia berlangsung dalam dinamika kehidupan bernegara yang mengampu
segenap unsur negara yaitu, penyelenggara negara, masyarakat dan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Manajemen kebijakan publik sebagai konsep dalam ranah public,


ditempatkan sebagai kerangka pengelolaan (framework) terhadap public debate
yang di tandai dengan terdapatnya konflik nilai, konflik kepentingan, aneka pilihan
public (public choice), akuntabilitas publik dan politis. Kondisi demikian
mengandung implikasi perlunya porsi yang memadai dalam konsep manajemen
kebijakan publik, yakni bahasan tentang persoalan hubungan antara administrator
negara, kebijakan public dengan politik.

3
Manajemen kebijakan publik erat kaitannya dan dipengaruhi oleh sistem
politik, ekonomi, sosial budaya serta hukum yang secara langsung maumpun tidak
langsung menentukan peran negara dan masyarakat dalam rangka penyelenggaraan
negara agar prinsip-prinsip Good Governance dapat teraktualisasikan dengan baik.
Berkenaan dengan kebijakan publik yang mengambil format peraturan perundang-
undangan maka manajemen kebijakan publik harus mampu mengembangkan
mengembangkan dan menerapkan persyaratan-persyaratan teknis perundang-
undangan (legal drafting technique) serta proses penyusunannya (legal drafting
process) sehingga produknya dapat di tuangkan dalam format peraturan
perundang-undangan secara tepat. Maksudnya ialah agar produk tersebut memiliki
kekuatan dan kepastian hukum, keterkaitan dan keserasiannya antara satu dengan
yang lain, pengorganisasian para pelaku pembuat kebijakan beserta
kelembagaannya, dan dapat di pertanggungjawabkan ke publik atau masyarakat.

Dengan multi peranan organisasi public dan administrator publik yang


bertanggung jawab, baik di bidang administratif maupun politik, menuntutnya
memiliki kompetensi untuk untuk menjembatani kepentingan public dengan
perumusan kebijakan publik. Kompetensi yang pertama ialah sebagai POLICY
FRAMER, yaitu tingkat responsifitas administrator publikterhadap berbagai isu
atau permasalahan, kebutuhan dan tuntutan yang ada di lingkungannya.
Kompetensi yang terakhir ialah tingkat aktifitas administrator publik dalam
mengajukan rekomendasi kebijakan yang responsif terhadap masalah, kebutuhan
dan tuntutan lingkungan.

C. Stratifikasi Kebijakan Publik


Stratifikasi kebijakan publik dapat dibagi berdasarkan tiga pendekatan, yaitu :

1. Berdasarkan Pendekatan Manajemen Pemerintahan

Dalam hal ini, stratifikasi kebijakan publik terbagi dalam tiga tingkatan
kebijakan, sebagai berikut :

a. Kebijakan stratejik

4
Kebijakan ini berkaitan dengan penepatan politik dan strategi dasar negara,
yang menyentuh wewenang dan penyelenggaraan tugas lembaga negara.
Kebijakan stratejik ini berfungsi sebagai pedoman dasar dan arahan pokok
bagi penyelenggaraan dan penggunaan sumber daya dan upaya bangsa.
b. Kebijakan Manajerial
Kebijakan ini berkaitan dengan pembentukan kebijakan Pemerintah sebagai
penjabaran terhadap politik dan strategi dasar negara. Kebijaka manajerial
terdiri dari kebijakan umum dan kebijakan khusus. Kedudukan kebijakan
umum dalam kebijakan manajerial merupakan alat pengaturan dan penertiban
tata kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat, serta saling
hubungannya dengan masyarakat/Pemerintah negara lain. Kebijakan khusus
dalam kebijakan manajerial berkedudukan sama dengan kebijakan umum di
atas, namun dalam lingkup bidang fungsional atau urusan pemerintah
tertentu.
c. Kebijakan Teknis Operasional
Kebijakan ini berkedudukn sebagai acyan dalam pelasksanaan pencapaian
sasaran-sasaran tertentu secara teknis dalam rangka pelaksanaan kebijakan
pemerintah pada umumnya.

2. Berdasarkan Pendekatan Tingkat Pemerintah


Pendekatan stratifikasi kebijakan publik yang lain adalah berdasarkan
tingkat pemerintahan, yaitu :
a. Kebijakan Nasional/Pusat
Kebijakan ini berkedudukan sebagai dasar bagi penyelenggaraan
pemerintahan secara nasional, baik yang menyangkut kebijakan pada
bidang pemerintahan yang menjadi kewenangan pusat, pelaksanaan asas-
asas desentralisasi dan dekosentrasi serta tugas pembantuan pada segenap
bidang pemerintahan secara optimal.

b. Kebijakan Daerah Provinsi

5
Kebijakan berkedudukan sebagai dasar bagi penyelenggaraan pemerintahan
provinsi yang bersangkutan dalam pelaksanaan desentralisasi, dekosentrasi
dan tugas pembantuan.
c. Kebijakan Kabuoaten/Kota
Kebijakan ini berkedudukan sebagai dasar penyelanggaraan
pemerintahan kabupaten/kota yang bersangkutan dengan asas otonomi da
tugas pembantuan.
d. Kebijakan Desa
Kebijakan berkedudukan sebagai dasar penyelenggaraan
pemerintah desa yang bersangkutan dengan asas tugas pembantuan.

3. Berdasarkan Bentuk dan Hirarki Peraturan Perundang-undangan


Berdasarkan pemahaman bahwa bentuk peraturan perundang-
undangan pada negara demokrasi dan negara hukum merupakan format dari
kebijakan public, maka hirarki peraturan perundang-undangan merupakan
stratifikasi kebijakan public.
Dalam praktek penyelenggaraan NKRI, pengertian, jenis, dan
hirarki peraturan perundang-undangan diatur berdasarkan undang-undang
No.10 tahun 2004, sebagai berikut :
a. Pengertian peraturan perundang-undangan
Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang
dibentuk oleh Lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat
secara umum.
b. Jenis dan hirarki peraturan perundang-undangan
Perjenjangan setiap jenis peraturan perundang-undangan
berdasarkan pada asas bahwa peraturan perundang-undangan yang lebih
rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi. Adapun perjenjangan yang dimaksud adalah sebagai
berikut :
1) UUD 1945

6
Karena kedudukannya sebagai dasar hukum bagi seluruh peraturan
perundang-undangan, UUD 1945 tidak termasuk kompetensi
pembentuk undang-undang sehingga peraturan perundang-undangan
yang diatur lebih lanjut dalam UU No.10 tahun 2004 hanyalah untuk
jenis UU dan peraturan perundang-undangan dibawahnya.
2) Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
Undang-undang adalah jenis peraturan perundang-undangan yang
dibentuk oleh DPR dengan persetujuan Bersama presidan. Sedangkan
perpu adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh
presiden dalam hal ikhwal kepentingan yang memaksa, yang harus
diajukan dalam persidangan DPR berikutnya.
3) Partai Pemerintah
Adalah jenis peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh
presiden untuk menjalankan Undang-undang sebagaimana mestinya.
4) Peraturan Presiden
Adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh presiden
dalam rangka menyelanggarakan pemerintahan negara sebgai
antribusi dari pasal 4 ayat (1) UUD 1945. Peraturan presiden dibentuk
untuk menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut dari undang-undang
atau peraturan pemerintah, baik yang pembentukannya diperintahkan
secara eksplisit maupun implisit.
5) Peraturan Daerah
Adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh DPRD
dengan persetujuan Bersama kepala daerah, meliputi :
a) Peraturan Daerah Provinsi, yaitu peraturan perundang-undangan
yang dibentuk oleh DPRD Provinsi Bersama dengan Gubernur.
Termasuk dalam jenis perda provinsi ini adalah Qanun yang
berlaku di daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darrusalam dan perda
khusus serta perda provinsi yang berlaku di provinsi papua.

7
b) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota, yaitu peraturan perundang-
undangan yang dibentuk oleh DPRD kabupaten/kota Bersama
bupati/walikota.
c) Peraturan Desa/Peraturan yang Setingkat, yaitu peraturan
perundang-undangan yang dibuat oleh BPD atau nama lainnya
Bersama dengan kepla desa atau nama lainnya.
Kekuatan hukum peraturan perundang-undangan adalah sesuai
dengan hiararki di atas.

D. Sistem Kebijakan Publik


Sistem kebijakan public yang merupakan pencerminan tatanan kewenangan
(otorita) dalam pengelolaan sebagaian atau keseluruhan proses kebijakan public
(formulasi, implementasi dan evaluasi), yang mengakomodasi aspek teknis maupun
sosiopolitik seta interaksi antar empat faktor dinamis yang merupakan unsur-unsur
dari sistem kebijakan, seperti :
1. Lingkunan kebijakan,
yaitu latar belakang issue kebijakan, keadaan yang dipengaruhi dan
mempengaruhi pelaku dan oleh suatu kebijakan.
2. Pembuat dan pelaksanaan kebijakan (pelaku kebijakan public),
adalah orang (sekelompok orang) yang berwenang dalam pengelolahan
kebijakan.
3. Isi kebijakan, yaitu berbagai pilihan keputusan untuk penyelesaian masalah
public.
4. Kelompok sasaran kebijakan, yaitu individua tau kelompok individu dan
Lembaga yang menjadi sasaran kebijakan.

Sistem kebijakan public sangat dipengaruhi oleh model pembuatan kebijakan


yang di anut.

8
E. Sistem Kebijakan Publik dalam Sistem Administrasi Negara Kesatuan
Republik Indonesia
Perkembangan administrasi negara, baik sebagai ilmu maupun sebgai
sistem yang di praktekkan, menunjukkan bahwa proses kebijakan public
merupakan core business dari sistem pemerintahan negara yang demokratis dan
konstitusional. Oleh karena itu, SANKRI sebgai tatanan kelembagaan dan
manajemen NKRI dengan dimensi-dimensi nilainya, yang menjadi landasan
falsafah negara; juga berperan sebagai sistem pengelolaan kebijakan public NKRI.

Nilai-nilai dasar atau prinsip goog governance yang dianut dalam SANKRI,
seogyanya juga menjadi rujukan dalam sistem kebijakan public. Nilai-nilai dasar
dimaksud yang pada hakekatnya merupakan prinsip penyelenggaraan SANKRI,
diantaranya :

1. Demokratis
Sistem kebijakan public harus menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dalam
proses kebijakan, yaitu harus dapat memberikan kesempatan seluas-luasnya
bagi partisipasi masyarakat, menyampaikan aspirasi mereka, dan ditujukan
untuk mencapai sebesar-besarnya kemakmuran bagi seluruh rakyat.
Mengurangi dominasi pemerintah dalam proses kebijakan yang akan
menghambat proses demokrasi.
2. Desentralistik
Sistem kebijakan public harus memberikan kepercayaan kepada Lembaga dan
masyarakat daerah untuk menyelenggarakan proses kebijakan sesuai dengan
kewenangannya.
3. Transparan
Masyarakat dapat mengetahui sistem kebijakan public, termasuk akses
terhadap informasi kebijakan tersebut.
4. Partisipasi
Sistem kebijakan public harus dapat mengerahkan semangat partisipasi rakyat,
baik dalam arti societal community, Lembaga swadaya masyarakat (LSM),

9
kelompok kepentingan, maupun dunia usaha untuk terlibat dalam proses
perumusan kebijakan.
5. Rasional (Profesional)
Sistem kebijakan public harus memperhatikan persyaratan kompetensi
termasuk etika danperilaku yang konsisten tehadap kebangsaan dengan
mengetengahkan pertimbangan obyektif rasional bersandarkan ilmu
pengetahuan (knowlwdge base) yang diaktualisasikan secara bijak.
6. Berkepastian hukum
Sistem kebijakan public harus mengakomodasi nilai-nilai keadilan dan
kebenaran serta memperlakukan setiap warga bangsa sebagai manusia yang
memiliki kedudukan yang sama dihadapan hukum.
7. Akuntabilitas
Sistem kebijakan public harus menjamin keterpaduan seluruh proses kebijakan
termasuk termasuk kinerja pelaksanaannya, agar dapat
dipertanggungjawabkan kepada public.
Dengan anutan nilai-nilai dasar dan prinsip-prinsip di atas, sistem
kebijakan public dalam SANKRI diharapkan mampu mengarahkan dan
mengendalikan kebijakan public yang dihasilkan. Kebijakan public utamanya
bercirikan pada kepentingan public, penciptaan kehidupan dan penghidupan
masyarakt yang berkualitas yaitu kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluru
rakyat Indonesia.

F. Ruang Lingkup Proses dan Pelaku Kebijakan Publik


1. Ruang Lingkup Proses Kebijakan Publik

Proses kebijakan publik merupakan keseluruhan rangkaian


kegiatan yang mencakup paling tidak tiga kelompok kegiatan utama
yaitu (a) pembuatan atau formulasi kebijakan, (b) pelaksanaan
kebijakan, (c) Evaluasi kinerja kebijakan.

Proses formulasi atau pembuatan kebijakan dapat diberi


pengertian dari berbagai disiplin ilmu.

10
a. Dari sudut ilmu politik
Merupakan usaha merumuskan pembuatan kebijakan negara sebagai
proses transformasi atau pengubahan input politik menjadi output
politik. Proses kebijakan publik, input politik berupa tuntutan
tuntutan kebijakan (policy demand) dari mas yarakat s elan
jutnya tuntutan kebijakan tersebut ditransformasikan dan atau
dianalisa oleh penguasa menjadi output politik berupa kebijakan-
kebijakan sebagai suatu solusi dari tuntut
b. Dari sudut stackeholders atau pelaku
Pembentukan kebijakan yang bertanggungjawab ialah
bahwa prosesnya melibatkan interaksi antara para ilmuwan,
pemimpin organisasi profesi, para administrator dan para politisi.

Pengertian lebih rinci yang mengakomodasi baik proses,


pelaku maupun substansi yakni “Keseluruhan proses yang
menyangkut pengartikulasian masalah, perumusan kemungkinan
pemecahan masalah dalam bentuk tuntutan-tuntutan politik,
pengupayaan pemberian sanksi-sanksi atau legitimasi dan arah
tindakan yang dipilih, pengesahan dan pelaksanaan/implementasi,
monitoring dan peninjauan kembali.”

Pada tahapan implementasi, harus ada kontrol dari publik,


apabila kebijakan publik tersebut tidak mencerminkan rasa
keadilan atau bahkan menciptakan kesenjangan sosial, maka
keputusan kebijakan publik tersebut perlu mendapatkan peninjauan
kembali atau direvisi, ditunda, atau dibatalkan sama sekali.

Administrasi negara pada dasarnya adalah suatu “sistem


kebijakan. Proses kebijakan publik yang diawali dengan kegiatan
penyusunan agenda kebijakan dilakukan berdasarkan masalah yang
dihadapi. Pada proses pengembangan issue atau masalah tersebut
peran masyarakat harus diberi ruang gerak disamping peran dari
pemerintah. Untuk mengetahui kepentingan publik yang sebenarnya,

11
pengembangan issue tersebut dapat dilakukan melalui berbagai
saluran resmi seperti DPR, DPD, DPRD dan eksekutif dalam
bentuk public hearing, jajak pendapat, maupun saluran tidak resmi.
Masyarakat mempunyai peran yang sangat menonjol dimana
mereka mempunyai hak dan kesempatan untuk mempengaruhi
pemerintah dalam penentuan skala prioritas.

2. Pelaku Kebijakan Publik


Keterkaitan dan peran stackeholder dalam proses kebijakan public.

Keterangan:

Garis atau alur aspirasi

Alur penetapan kebijakan publik

Gambar tersebut dapat digunakan untuk memahami siapa pelaku


sebenarnya dari perumusan kebijakan publik. Masing-masing pemeran
serta tersebut mempunyai kekhususan peran, meliputi warga negara
biasa, pemimpin organisasi, anggota DPR, pimpinan badan legislatif,
aktivis partai, pimpinan partai, hakim, PNS, ahli-ahli tehnik dan
manajemen dunia usaha.

12
Pelaku proses kebijakan publik pada dasarnya dapat di bagi
dalam dua kelompok, yaitu resmi (Pemerintah, Presiden, MA) dan tidak
resmi (Parpol, LSM,kelompok kepentingan, manajemen indidu).
Berikut adalah penjelasan mengenai para pelaku pembuat kebijakan
yang dibagi dalam dua kelompok, yakni para pemeran serta resmi dan
para pemeran serta tidak resmi.

a. Para Pemeran Serta Resmi Dalam Perumusan Kebijakan

1) Lembaga / Instansi Pemerintahan

Lembaga / instansi pemerintahan menjadi sumber utama


mengenai usul-usul pembuatan Undang-undang dalam sistem
politik. Lembaga/instansi tersebut secara khas tidak hanya
menyarankan Undang-undang, tetapi juga secara aktif melakukan
lobi dan menggunakan tekanan-tekanan dalam penatapan Undang-
undang.

2) Presiden (Eksekutif)

Presiden sebagai kepala eksekutif atau pemegang kekuasaan


mempunyai peran yang sangat penting dalam perumusan
kebijakan. Hal ini dimungkinkan oleh UUD 1945 yang
memberikan wewenang kepada eksekutif untuk menjalankan
pemerintahan.

3) Lembaga Yudikatif

Berdasarkan Pasal 24 UUD 1945, pelaksanaan kekuasaan


kehakiman di Indonesia menganut sistem dua tahap yang
tercermin dari bermuaranya pelaksanaan kekuasaan kehakiman
pada lembaga (a) MA dan badan peradilan yang berada
dibawahnya, (b) MK, yang berwenang mengadili pada tingkat
pertama dan terakhir. Lembaga pemegang kekuasaan legislatif
mempunyai peranan yang cukup besar untuk mempengaruhi

13
kebijakan publik melalui pengujian kembali suatu undang-
undang atau peraturan.

4) Lembaga Legislatif

Di Indonesia lembaga legislatif di tingkat pusat yaitu DPR yang


bersama-sama dengan pihak eksekutif (Presiden dan
kabinetnya). Setiap peraturan perundang-undangan yang
menyangkut persoalan-persoalan publik harus mendapat
persetujuan dari lembaga legislatif.

b. Para Pemeran Serta Tidak Resmi Dalam Perumusan Kebijakan


Dikatakan tidak resmi karena meskipun mereka telibat aktif dalam
perumusan kebijakan, akan tetapi mereka tidak mempunyai
kewenangan yang sah untuk membuat keputusan yang mengikat.
1) Kelompok Kepentingan

Kelompok Kepentingan merupakan sumber utama pemerintah


dalam memroses kebijakan-kebijakan public ke depan. Dari
kelompok-kelompok kepentingan inilah, biasanya pemerintah
menggali keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan warga
yang belum dapat diberikn atau disediakan dengan baik, sehingga
dikemudian hari pemerintah dapat membuat kebijakan yang lebih
komperhensif dan mampu menjawab keinginan/tuntutan dan
kebutuhan masyarakatnya.

2) Partai Politik

Di Negara-negara demokratis sekalipun partai politik


berperan sentral manakala kompetisi pada pemilihan umum dalam
rangka untuk mengawasi sekaligus mengisi orang-orang di
pemerintahan.

3) Warga Negara Sebagai Individu

14
Warga negara mempunyai hak untuk di dengarkan dan
pejabat mempunyai kewajiban untuk mendengarkan. Warga Negara
sebagai individu mempunyai peluang untuk berpartisipasi secara
langsung dalam pembuatan keputusan.

Aktor Kebijakan Publik di Indonesia

1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), perannya adalah untuk


menetapkan UUD, Menetapkan Tap MPR, dan Menetapkan Garis-Garis
Besar Haluan Negara (GBHN).
2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), perannya adalah untuk membentuk
Undang- Undang bersama dengan Presiden.
3. Presiden, tugasnya untuk membentuk UU dengan persetujuan DPR, dan
menetapkan Peraturan Presiden pengganti Perpu.
4. Pemerintah, seperti :
a. Presiden sebagai kepala pemerintahan(pemerintah pusat).
b. Menteri, menetapkan Peraturan Menteri atau Kepututusan menteri
sebagai peraturan pelaksanaan.
c. Lembaga Pemerintah Non-Departemen, menetapkan peraturan-
peraturan yang bersifat teknis, yaitu peraturan pelaksanaan dari
perundang-undangan yang lebih tinggi derajatnya.
d. Direktorat Jendral, Menetapkan/mengeluarkan peraturan-peraturan
pelaksanaan yang bersifat teknis dibidangnya masing-masing.
e. Badan-Badan Negara Lainnya (BUMN, Bank Sentral, dan lain-lain),
mengeluarkan/menetapkan peraturan-peraturan pelaksanaan yang
berisi perincian dari ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang
mengatur di bidang tugas dan fungsinya masing-masing.
f. Pemerintah Daerah Provinsi, menetapkan Peraturan Daerah Provinsi
dengan persetujuan DPRD Provinsi.
g. Pemerintah Daerah Kota/Kabupaten, menetapkan Peraturan dengan
persetujuan DPRD Provinsi/Kotan Daerah Kabupaten/Kota.

15
5. Kepala Desa, menetapkan peraturan dari keputusan desa dengan
persetujuan Badan Perwakilan Desa (BPD).
6. Dewan Perwakilan Daerah Provinsi, menetapkan Peraturan Daerah
Provinsi bersama-sama dengan Pemerintah Daerah Provinsi.
7. Dewan Perwakilan Daerah Kota/Kabupaten, menetapkan Peraturan
Daerah Kota/Kabupaten bersama-sama dengan Pemerintah Daerah
Kota/Kabupaten.
8. Badan Perwakilan Desa (BPD), menetapkan Peraturan Desa atau
Keputusan Desa bersama-sama dengan Kepala Desa.

G. Tahapan Pokok Proses Kebijakan Publik


Dunn (2000:1) mendefinisikan analisis kebijakan sebagai aktifitas
menciptakan pengetahuan tentang dan dalam proses pembuatan kebijakan). Dalam
perumusan kebijakan menurut Dunn (1990), ada beberapa tahap yang harus
dilakukan, yaitu penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi/ legitimasi
kebijakan, implementasi kebijakan, evaluasi kebijakan. Tahap-tahap ini dilakukan
agar kebijakan yang dibuat dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

1. Penyusunan Agenda
Penyusunan agenda adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis
dalam realitas kebijakan publik. Dalam proses inilah memiliki ruang untuk
memaknai apa yang disebut sebagai masalah publik dan prioritas dalam agenda
publik dipertarungkan. Jika sebuah isu berhasil mendapatkan status sebagai
masalah publik, dan mendapatkan prioritas dalam agenda publik, maka isu
tersebut berhak mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih daripada
isu lain. Dalam penyusunan agenda juga sangat penting untuk menentukan
suatu isu publik yang akan diangkat dalam suatu agenda pemerintah. Isu
kebijakan (policy issues) sering disebut juga sebagai masalah kebijakan (policy
problem). Isu kebijakan biasanya muncul karena telah terjadi silang pendapat
di antara para aktor mengenai arah tindakan yang telah atau akan ditempuh,
atau pertentangan pandangan mengenai karakter permasalahan tersebut.

16
Penyusunan agenda kebijakan harus dilakukan berdasarkan tingkat urgensi dan
esensi kebijakan, juga keterlibatan stakeholder.
2. Formulasi Kebijakan
Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas
oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk
kemudian dicari pemecahan masalah yang terbaik. Pemecahan masalah
tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan yang ada. Sama
halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk dalam agenda
kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing alternatif
bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk
memecahkan masalah.
3. Adopsi Kebijakan

Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar


pemerintahan. Jika tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh
kedaulatan rakyat, warga negara akan mengikuti arahan pemerintah.

4. Implementasi Kebijakan

Dalam tahap implementasi kebijakan akan menemukan dampak dan


kinerja dari kebijakan tersebut. Disini akan ditemukan apakah kebijakan yang
dibuat mencapai tujuan yang diharapkan atau tidak.

5. Evaluasi Kebijakan
Evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut
estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan
dampak. Dalam hal ini, evaluasi dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional.
Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja,
melainkan dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan demikian,
evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalah-masalah kebijakan,
program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah kebijakan,
implementasi, maupun tahap dampak kebijakan.

17
H. Penyusunan Kebijakan Publik dalam Format Peraturan Perundang-
Undangan
Sebagaimana dikemukakan terdahulu, kebijakan publik pada umumnya
dinangkan dalam format peraturan perundang-undangan. Artinya, semua peraturan
perundang undangan yang ditetapkan adalah hasil formulasi kebijakan dari para
pembuat kebijakan. publik yang diundangkan dalam format hukum agar memiliki
kekuatan mengikat secara umum Selain dalam format peraturan perundang-
undangan, kebijakan publik dapat dituangkan pula keputusan erial dari Aparatur
Penyelenggara Negara yang bersifat delegatif dan unal. Misalkan, Instruksi dan
Surat Edaran Menteri mapun Dirjen, schau pelaksanaan dari peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi

Kebijakan publik dalam format peraturan perundang-undangan mempunyai


sifat mengatur (gelin hal-hal yang bersifat umum (bersifat in abstracto at alami),
dan mengikat secara umum. Atas dasar itulah, dalam sub bab ini pemithasannya
dibatasi pada kebijakan publik dalam format per.aturan perundang undangan yang
merupakan produk Lembaga Negara, termasuk Lembaga Pemerintah, baik di
tingkat Pusat maupun Daerah. Dalam hal ini, manajemen kebijakan publik
mencakup keseluruhan proses pengelolaan kebijakan publik dalam berbagai
tahapannya, sejak formulasi, implementasi hingga evaluasi termasub unsur/aspek
yang terdapat dalam setiap tahapan tereebut, baik teknis tansi, pelaku maupun
kelembagaan.

Pembahasan mengenai formulasi peraturan perundang-undangan selain


berpijak pada UU No.10 Tahun 2004, mengacu pula pada berbagai peraturan
pelaksanaan, yakni Perpres No.61 Tahun 2005 Tentang Tata Cara Penyusunan dan
Pengelolaan Program Legislasi Nasional, Perpres No.68 Tahun 2005 tentang Tata
Cara Merapersiapkan Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah, dan
Rancangan Peraturan Presiden. Di samping itu, dalam hal pembahasan mengena
evaluasi peraturan perundang-undangan yang diartikan sebagai pengujian meter

18
peraturan tersebut terhadap peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
berdasarkan pada UU No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, UU No.
Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, UU No. 5 Tahun 2004 tentang
Mahkamah Agung, Peraturan MA No.1 Tahun 1999 tentang Pengajuan Judicial
review kepada Mahkamah Agung, dan Peraturan MK No.06/PMK/2005 tentang
Pedoman Beracara dalam Pengujian Undang-Undang.

Penyusunan kebijakan publik dalam format peraturan perundang-undangan


berdasarkan berbagai peraturan di atas, yang diawali uraian tentang sumber hukum,

asas dan materi muatan peraturan perundang-undangan, adalah berikut ini:

1. Sumber Hukum Peraturan Perundang-undangan


a. Pancasila, merupakan sumber dari segala sumber hukum negara. Hal in
sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 yang menempatkan Pancasila sebagai
dasar dan ideoiogi negara serta sekaligus dasar filosofis bangsa dan negara,
sehingga setiap materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
b. UUD 1945, merupakan hukum dasar peraturan perundang-undangan
Dalam JUD tersebut dimuat hukum dasar negara, sehingga UUD 16
merupakan sumber hukum bagi pembentukan peraturan perundang
undangan di bawahnya.
2. Asas Peraturan Perundang-undangan
a. Asas Pembentukan
Pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik harus berdasarkan
pada asas-asas sebagai berikut.
1) Kejelasan tujuan
Setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus
mempunyai tujuan jelas yang hendak dicapai.
2) Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat.
Setiap jenis peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh
lembaga/pejabat pembentuk peraturan perundang-undangan yang
berwenang Peraturan perundang-undangan tersebut dibatalkan atau

19
batal demi hukum, bila dibuat oleh lembaga/pejabat yang tidak
berwenang.
3) Kesesuaian antara jenis dan materi muatan.
Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan harus
benar-benar memperhatikan materi muatan yang tepat dengan jenis
peraturan perundang-undangan.
4) Dapat dilaksanakan
Setiap pembentukan peraturan perundang-undangan, harus
memperhitungkan efektifitas implementasi peraturan perundang-
undangan maupun sosiologis undangan tersebut dalam masyarakat,
baik secara filosofis, yuridis.
5) Kedayagunaan dan kehasilgunaan
Sebab peraturan perundang-undangan dibuat karena memang
benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
6) Kejelasan Rumusan.
Setiap peraturan perundang-undangan harus memenuhi
persyaratan teknis penyusunan peraturan perundang-undangan,
sistematika dan pilihan kata atau terminologi, serta bahasa dimengerti,
sehingga tidak menimbell hukumnya jelas dan mudah berbagai
macam interpretasi dalam pelaksanaannya.
7) Keterbukaan
Dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan,
mulai dan perencanaan, persiapan, penyusunan, dan pembahasan,
bersifat transparan serta terbuka. Dengan demikian seluruh lapisan
masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk
memberikan masukan dalam proses pembentukan peraturan
perundang-undangan.
b. Asas Materi Muatan

20
Materi muatan peraturan perundang-undangan mengandung
asas-asas sebagai berikut :

1) Pengayoman
Setiap peraturan perundang-undangan harus berfungsi
memberikan perlindungan dalam rangka menciptakan ketentraman
masyarakat.
2) Kemanusiaan
Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus
mencerminkan perlindungan dan penghormatan hak-hak asasi manusia
serta harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia
secara proporsional.
3) Kebangsaan.
Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus
mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang pluralistik
(kebhinekaan) dengan tetap menjaga prinsip NKRI.
4) Kekeluargaan
Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus
mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam
pengambilan keputusan.
5) Kenusantaraan
Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan
senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan
materi muatan peraturan perundang-undangan yang dibuat di daerah
merupakan bagian dan sistem hukum nasional d yang berdasarkan
Pancasila.
6) Bhineka tunggal ika
Materi muatan peraturan perundang-undangan harus
memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku dan golongan,
kondisi khusus daerah, dan budaya, khususnya menyangkut masalah-
masalah sensitif dalam kehidupan bermayarakat, berbangsa dan
bernegara.

21
7) Keadilan
Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus
tanpa kecuali mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap
warga negara.
8) Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan
Materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh
berisi hal-hal yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang,
antara lain agama, suku, ras, golongan, gender, atau status sosial.
9) Ketertiban dan kepastian hukum
Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus
dapat menimbulkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan
adanya kepastian hukum.
10) Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.
Materi muatan setiap peraturan perundang-undangan harus
mencerminkan keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, antara lain
kepentingan individu dan masyarakat dengan kepentingan bangsa dan
negara.
Selain asas-asas di atas, dalam peraturan perundang-undangan
tertentu dapat berisi asas lain sesuai dengan bidang hukum peraturan
perundang-undangan yang bersangkuta Asas lain dimaksud disesuaikan
dengan bidang dalam hukum peraturan perundang-undangan, yang antara lain
dapat ditemukan dalam :
a. Hukum pidana, misalnya, asas legalitas, asas tiada hukuman tanpa
kesalahan, asas pembinaan narapidana, dan asas praduga tak bersalah;
b. Hukum perdata, misalnya, dalam hukum perjanjian, antara lain, asas
kesepakatan, kebebasan berkontrak, dan itikad baik

3. Materi Muatan
a. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Materi muatan yang harus diatur dengan Undang-Undang berisi
hal-hal berikut :

22
1) Mengatur lebih lanjut ketentuan UUD 1945, meliputi:

a) hak asasi manusia:

b) hak dan kewajiban warga negara;

c) pelaksanaan dan penegakan kedaulatan negara serta pembagian

kekuasaan negara

d) wilayah negara dan pembagian daerah;

e) kewarganegaraan dan kependudukan

keuangan negara

2) diperintahkan oleh suatu Undang-Undang untuk diatur dengan


Undang-Undang
Adapun materi muatan Perpu sama dengan materi muatan
Undang-Undang.
b. Peraturan Pemerintah
Materi muatan Peraturan Pemerintah berisi materi untuk
menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya. Artinya, tidak
boleh menyimpang dari materi yang diatur dalam Undang-Undang
yang bersangkutan.
c. Peraturan Presiden
Materi muatan Peraturan Presiden berisi materi yang
diperintahkan oleh Undang-Undang atau materi untuk melaksanakan
Peraturan Pemerintah.
d. Peraturan Daerah
Materi muatan Perda Provinsi, dan Kabupaten/Kota adalah
seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah
dan tugas pembuatan, serta menampung kondisi khusus daerah dan
penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi.

23
Materi muatan Peraturan Desa atau yang setingkat adalah
seluruh materi dalam rangka penyelenggaraan urusan desa atau yang
setingkat serta penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi.
Selain materi materi di atas, materi muatan mengenai ketentuan
pidana dapat dimuat dalam Undang-Undang dan Perda.

4. Tahapan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan


a. Perencanaan Penyusunan Peraturan Perundang-undangan
Agar dalam pembentukan peraturan perundang-undangan
dapar dilaksanakan secara berencana, maka pembentukan peraturan
perundangan-undangan dilakukan berdasarkan Program Legislasi
Nasional (Prolegnas) dan Program Legislasi Daerah (Prolegda).
1) Berdasarkan Program Legislasi Nasional
a) Muatan
Prolegnas memuat poogram penyusunan Undang-
Undang, yang ditetapkan berdasarkan skala prioritas sesuai
dengan perkembangan kebutuhan hukum masyarakat. Untuk
maksud tersebut, Prolegnas mencakup program legislasi
jangka panjang menengah, atau tahunan.
Dalam penyusunan Prolegnas, perlu ditetapkan pokok
materi Undang-Undang yang hendak diatur serta
keterkaitannya dengan peraturan perundang-undangan
lainnya. Pokok maten tersebut merupakan penjelasan secara
lengkap mengenai konsepsi RUU yang meliputi:
(1) latar belakang dan tujuan penyusunan
(2) sasaran yang akan diwujudkan
(3) pokok-pokok pikiran, lingkup atau obyek yang akan ditut,
dan jangkauan dari arah pengaturan.

24
b) Penyusunan

Prolegnas disusun bersama oleh DPR dan Pemerintah


yang dilaksanakan secara terkoordinasi, terarah, dan terpadu,
yang tersebut sebelumnya dilakukan penyusunan oleh masing-
masing Lembaga tersebut.

(1) Dewan Perwakilan Rakyat

Penyusunan Prolegnas di DPR dikoordinasikan oleh


Badan Legislasi (Baleg) sebagai alat kelengkapan DPR yang
mempunyai wewenang khusus menangani bidang legislasi.
Dalam pelaksanaan tugasnya, Baleg dapat meminta atau
memperoleh bahan dan/atau masukan dari DPD dan/atau
masyarakat. Hasil penyusunan ini oleh Baleg dikoordinasikan
dengan Pemerintah melalui Menkumham dalam rangka
sinkronisasi dan harmonisasi Prolegnas.

Menkumham mengkonsultasikan terlebih dahulu


masing-masing konsepsi RUU yang dihasilkan oleh DPR
kepada Menteri lain atau Pimpinan LPND yang lingkup
bidang tugas dan tanggung jawabnya terkait dengan dengan
substansi RUU. Konsultasi dimaksud dilaksanakan dalam
rangka pengharmonisasian, pembuatan, dan pemasapan
konsepti RUU termasuk kesiapan pembentukannya. Dalam
pelaksanaannya, konsultasi ini diarahkan untuk mewujudkan
keselarasan konsepsi RUU dengan falsafah negara, tujuan
nasional berikut aspirasi yang melingkupinya,UUD 1945
Undang Undang lain yang telah ada beserta peraturan
pelaksanaannya, dan kebijakan lainnya terkait dengan bidang
yang diatur dalam RUU tersebut. Hasil konsultasi dimaksud
oleh Menkumham dimintakan persetujuan terlebih dahulu
kepada Presiden. Persetujuan Presiden ini diberitahukan

25
secara tertulis kepada Menkumham dan sekaligus
menugaskannya untuk mengkoordinasikan kembali
pembahasan konsep RUU dengan DPR.

(2) Pemerintah

Penyusunan Prolegnas di lingkungan Pemerintah ini


dikoordinasikan oleh Menkumham. Dalam pelaksanaan
tugasnya, Menkumham meminta kepada Menteri lain atau
Pimpinan LPND untuk menyampaikan perencanaan
pembentukan RUU sesuai dengan lingkup bidang tugas dan
tanggung jawab masing-masing lembaga tersebut.

c) Pengelolan

Pengelolaan Prolegnas dimaksudkan agar program


pembentukan Undang-Undang yang dimuat di dalamnya dapat
dilaksanakan sesuai dengan skala prioritas yang ditetapkan dan
memenuni kebutuhan masyarakat.

d) Pembiayaan

Pembiayaan pelaksanaan program pembentukan Undang-


Undang dalam Prolegnas dibebankan pada APBN melalui
anggaran :

(1) DPR untuk Prolegnas yang disusun di lingkungan DPR;

(2) Kementerian Negara atau LPND penyusun perencanaan


pembentukan RUU untuk Prolegnas di lingkungan Pemerintah.

2) Berdasarkan Program Legislasi Daerah

Untuk perencanaan pembentukan peraturan perundang-undangan


darah, dilakukan berdasarkan Prolegda. Dalam Prolegda ditetapkan
skala prioritas sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum
masyarakat.

26
b. Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
1) Persiapan Pembentukan Undang-Undang
RUU dapat berasal dari DPR Presiden maupun DPR yang disusun
berdasarkan Prolegnas sebagaimana diuraikan terdahulu. Dalam
keadaan tertentu, DPR atau Presiden dapat mengajukan penyusunan
RUU di luar Prolegnas.
a) Rancangan Undang-Undang yang Berasal dari Presiden
Konsep dan materi pengaturan RUU yang disusun, baik yang
berdasarkan Prolegnas maupun di luar Prolegnas, harus selaras
dengan falsafah negara Pancasila, UUD 1945, Undang-Undang lun,
dan kebijakan yang terkait dengan materi yang akan diatur dalam UU
tersebut.

(1) Berdasarkan Program Legislasi Nasional

Penyusunan RUU ini diajukan oleh Menteri atau Pimpinan


LPND selaku Lembaga Pemrakarsa, sesuai dengan lingkup tugas
dan tanggung jawabnya.

(2) Di Luar Program Legislasi Nasional pemrakarsa dapat

Dalam keadaan tertentu, Lembaga menyusun RUU di luar


Prolegnas setelah terlebih dahulu mengajukan permohionan izin
kepada presiden, dengan disertai penjelasan mengenai konsepsi
pengaturan RUU, yang meliputi:

(a) urgensi dan tujuan penyusunan

(b) sasaran yang ingin diwujudkan

(c) pokok pikiran, lingkup, atau obyejk yang akan diatur

(d) jangkauan serta arah pengaturan

27
b) RUU yang Berasal dari DPR

RUU ini diusulkan langsung oleh DPR, dan apabila telah


disahkan oleh DPR disampaikan keoada presiden dengan surat
pimpinan DPR.

c) RUU yang berasal dari DPD

RUU diajukan oleh DPD adalah RUU yang berkaitan dengan


otonomi daerah, hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya.

2) Persiapan Pembentukan Peraturan Pemerintah Pengganti UU


3) Persiapan pembentukan peraturan pemerintah dan peraturan presiden
4) Persiapan pembentukan peraturan daerah
a) Rancangan peraturan perda yang berasal dari gubernur
b) rancangan peraturan daerah yang berasal DPR
c) pembahasan peraturan perundang-undangan
(1) pembahasan rancangan UU
(2) pembahasan rancangan peraturan pemerintah pengganti UU
(3) pembahsan rancangan perda
d) pengesahan (penetapan) peratyuran perundang-undangan.
(1) pengesahan UU
(2) penetapan peraturan pemerintah dan peraturan presiden
(3) penetapan peraturan daerah
e) Pengundangan dan penyebarluasan peraturan perundang-undangan
(1) pengundangan peraturan perundang-undangan
(2) penyebarluasan peraturan perundang-undangan
5. Penegakan Hukum
Berdasarkan pasal 24 UUD 1945, penangan sengketa antar
peraturan perundang-undangan dilaksanakan oleh Lembaga yudikatif
selaku pemegang kekuasaan kehakiman sebagai kekuasaan yang merdeka

28
untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hokum dan
keadilan. Penegakan hukum dalam arti penangan sengketa antar peraturan
perundang-undangan disesuaikan dengan jenisnya, adalah sebagai berikut:
a. UU terhadap UUD 1945
b. Peraturan perundang-undangan dibawah UU

I. Fungsi Koordinasi dan Instrumentasi Hukum dalam Manajemen Kebijakan


Publik
1. Fungsi Koordinasi
Koordinasi merupakan salah satu fungsi pokok dari manajemen.
Koordinasi dilakukan untuk mewujudkan keserasian dan keterpaduan berbagai
kegiatan intern dan antar Lembaga-lembaga negara atau masyarakat melaui
komunikasi dan dialog antar berbagai individu dan institusi ataupun dengan
menggunakan system manajemen denganteknologi informasi.
2. Fungsi Instrumentasi Hukum
Telah menjadi kesepakatan meluas dalam dunia akademis maupun
praktek penyelenggaraan negara, bahwa dalam peradaban manusia modern,
hokum telah ditempatkan sebagai instrument tertinggi (utama) dalam menata
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

29
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebijakan publik adalah serangkaian keputusan yang menyangkut
kepentingan publik, yang sadar, terarah, dan terukur yang dilakukan oleh
pemerintah yang melibatkan para pihak yang berkepentingan dalam bidang-bidang
tertentu yang mengarah pada tujuan tertentu. Sedangkan pelaksanaan kebijakan
merupakan tahapan aktivitas/ kegiatan/ program dalam melaksanakan keputusan
kebijakan yang dilakukan oleh individu/ pejabat, kelompok pemerintah,
masyarakat, dan/ atau swasta dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
dalam keputusan kebijakan yang akan mempengaruhi hasil akhir suatu kebijakan.
Pelaksanaan kebijakan publik dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: aspek
kewenangan, sumberdaya, komunikasi, dan disposisi. Dimensi-dimensi yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan kebijakan publik diantaranya:
konsistensi, transparansi, akuntabilitas, keadilan, efektivitas, dan efisiensi.

Sementara itu evaluasi pelaksanaan kebijakan perlu dilakukan secara


komperhensif, yang meliputi: evaluasi ex-ante, on-going, dan ex-post. Dalam
melakukan inovasi dan terobosan dalam peningkatan pelayanan kepada publik,
dapat dilakukan diskresi pelaksanaan kebijakan publik sepanjang tidak
bertentangan dengan norma dan peraturan yang

berlaku.

B. Saran
Diharapkan dalam pembuatan makalah ini, penulis dalam menambah ilmu
pengetahuan mengenai system administrasi negara kesatuan republic Indonesia,
serta disarankan agar diadakan perbaikan untuk pengembangan mahasiswa dalam
penugasan selanjutnya.

30
DAFTAR PUSTAKA

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2003. Buku III SANKRI.


Jakarta : Perum Percetakan Negara.

Online

Indotesis. 2017. Pengertian Bentuk dan Tahapan Kebijakan Publik. Online:


https://medium.com/@indotesis/pengertian-bentuk-dan-tahapan-kebijakan-
publik. Di akses pada tanggal 14 September 2019.

Kementerian Keuangan. 2015. Mengenal Kebijakan Publik. Online: https://


bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/150-artikel-keuangan-umum/21198-
mengenal-kebijakan-publik. Di akses pada tanggal 14 September 2019.

Novi, Dwi. 2011. Memahami Sistem Kebijakan Publik. Online:


http://dwinofi.blogspot.com/2011/01/memahami-sistem-kebijakan-
publik.html. Di akses pada tanggal 14 September 2019.

Wikipedia. 2018. Kebijakan Publik. Online:


https://id.m.wikipedia.org/wiki/kebijakan_publik. Di akses pada tanggal 14
September 2019.

31

Anda mungkin juga menyukai