Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

PERMASALAHAN ADMNISTRASI PEMBANGUNAN DI

NEGARA BERKEMBANG

DISUSUN OLEH :

Nama : Muhammad Munandar Pelu

NIM : 201310091

UNIVERSITAS DARUSALAM AMBON

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puja dan puji kita panjatkan kehadirat Illahi Rabbi

yang telah memberikan kekuatan kepada kami untuk dapat menyelesaikan

halaman demi halaman makalah ini.Shalawat dan salam tercurah kepada

junjungan Nabi Muhammad SAW, sebagai sang motivator dan inspirator terhebat

sepanjang zaman. Penulis sangat sadar bahwa setiap pencapaian adalah buah dari

kerja dan sokongan banyak pihak yang begitu luar biasa, oleh karenanya tanpa

mempermasalahkan hierarkinya, maka penulis ingin sekali menyampaikan

ucapanterima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang

memiliki andil terhadap pembuatan makalah ini baik bantuan moriil maupun

materiil. Semoga makalah yang penulis beri judul “Permasalah administrasi

pembangunan di negara berkembang” ini dapat menjadi suatu kontribusi positif

dan konstruktif bagi para pembaca, serta diharapkan


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ 2

DAFTAR ISI.............................................................................................. 3

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................. 4

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 5

1.3 Tujuan Penulisan............................................................................ 5

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Administrasi pembangunan..................................................... 6

2.2 Keadaan administrasi dinegara bekembang ............................ 8

2.3 Masalah administrasi pembangunan di negara berkembang.... 10

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................ 12

DAFTAR FUSTAKA............................................................................. 12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ada berbagai pengertian mengenai administrasi. Yang paling mendasar

adalah pengertian dari Waldo, yang menyatakan bahwa administrasi negara

adalah species dari genus administrasi, dan administrasi itu sendiri berada dalam

keluarga kegiatan kerjasama antarmanusia. Waldo (1992) menyatakan yang

membedakan administrasi dengan kegiatan kerjasama antarmanusia lainnya

adalah derajat rasionalitasnya yang tinggi. Derajat rasionalitas yang tinggi ini

ditunjukkan oleh tujuan yang ingin dicapai serta cara untuk mencapainya.

Administrasi negara berkenaan dengan administrasi dalam lingkup negara, sering

kali pula diartikan sebagai pemerintah. Seperti halnya dalam genusnya,

administrasi, adanya tujuan yang ingin dicapai merupakan konsep yang mendasar

pula dalam administrasi negara. Tujuan itu sendiri tidak perlu hanya satu; pada

setiap waktu, tempat, bidang, atau tingkatan, bahkan kegiatan tertentu, terdapat

tujuan-tujuan tertetu. Tetapi sebagai negara tentu harus ada asas, pedoman, dan

tujuan, yang menjadi landasan kerja administrasi negara. Pada umumnya


(meskipun tidak semuanya) gagasan-gagsan dasar tersebut ada dalam konstitusi

Negara yang bersangkutan.

Pengertian pembangunan dapat ditinjau dari berbagai segi. Kata

pembangunan sedara sederhana sering diartikan sebagai proses perubahan ke arah

keadaan yang lebih baik. Seperti dikatan oleh Seers (1969) di sini ada

pertimbangan nilai (value judgment). Atau menurut Riggs (1966) ada orientasi

nilai yang menguntungkan (favourable value orientation). Namun, ada perbedaan

antar arti pembangunan dan perkembangan. Pembangunan adalah perubahan ke

arah kondisi yang lebih melalui upaya yang dilakukan secara terencana,

sedangkan perkembangan adalah perubahan yang dapat lebih baik atau lebih

buruk, dan Pembangunan menjadi bahan kajian berbagai disiplin ilmu, terutama

setelah Perang Dunia Kedua (PD II), denagn lahirnya banyak negara baru yang

semula merupakan wilayah jajahan. Pembangunan telah menjadi bahan studi ilmu

ekonomi, politik, sosial, dan administrasi, dan telah berkembang pula sebagai

studi multidisiplin dengan pendekatan dari berbagai cabang ilmu pengetahuan.

Pembangunan sering dikaitkan dengan modernisasi dan industrialisasi. Seperti

dikatakan Gouled (1977), ketiga-tiganya menyangkut proses perubahan.

Pembangunan adalah salah satu bentuk perubahan sosial, modernisasi adalah

suatu bentuk khusus (special case) dari pembangunan, dan industrialisasi adalah

salah satu segi (asingle facet) dari pembangunan. Dari pengertian ini, dapat
disimpulkan bahwa pembangunan lebih luas sifatnya dari pada modernisasi, dan

modernisasi lebih luas dari pada industrialisasi. Seperti dikatakan Rutow (1967),

modernisasi adalah proses yang mencakup perubahanperubahan yang spesifik,

termasuk industrialisasi, yang menunjukka pengusaan yang leih luas atas alam

melalui kerjasama Sisi pertama dari administrasi pembangunan adalah

administrasi dari atau bagi pembangunan (administration of development).

Banyak cara pendekatan untuk mengkaji administrasi. Bisa dari segi

komponennya, kegiatannya maupun prosesnya. Bisa juga menggunakan

pendekatan yang relatif baru berkembang yaitu kebijaksanaan publik, seperti yang

telah diuraikan di atas. Namun, untuk dasar pemahaman

dapat digunakan pendekatan Waldo (1992), bahwa kalau kita cerminkan

administrasi untuk mencari wujudnya, maka ditemukan dua aspek, yaitu

manajemen dan organisasi, sedangkan manajemen adalah fisiologinya. Organisasi

biasanya digambarkan sebagai wujud statis dan mengikuti pola tertentu,

sedangkan manajemen adalah dinamis dan menunjukkan gerakan atau proses.

Keduanya dapat digunakan untuk analisis administrasi.

Untuk membahas administrasi bagi pembangunan, Lebih tepat digunakan

pendekatan manajemen. Karena itu pada dasarnya dapat dikatakan Bahwa

masalah administrasi bagi pembangunan adalah masalah manajemen

pembangunan. Studi mengenai manajemen telah banyak mengilhami

perkembangan. Namun teori pokoknya tidak berubah, bahwa yaitu sekurang-


kurangnya ada tiga kegiatan besar yang dilakukan oleh manajemen, yakni

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Fungsi manajemen pada sistem

administrasi mana pun, baik di negara yang sedang membangun maupun di

negara maju, sama saja, yang berbeda adalah penekanannya. Teknik atau metode

penyelenggaraannya juga dapat berbeda tergantung pada pengaruh berbagai

faktor, seperti sistem politik, latar belakang budaya, atau tingkat penguasaan

teknologi.

Manajemen pembangunan adalah manajemen publik dengan ciri-ciri yang

khas, seperti juga administrasi pembangunan adalah administrasi publik (negara)

dengan kekhasan tertentu. Untuk analisis manajemen pembangunan dikenali

beberapa fungsi yang cukup nyata (district), yakni:

1) perencanaan,

2) pengerahan (mobilisasi) sumber daya,

3) pengerahan (menggerakkan) partisipasi masyarakat,

4) penganggaran,

5) pelaksanaan pembangunan yang ditangani langsung oleh pemerintah,

6) koordinasi,

7) pemantauan dan evaluasi dan

8) pengawasan.

9) peran informasi yang amat penting sebagai instrumen atau perangkat bagi

manajemen.
1.2 Rumusan Masalah

1) Bagaimana keadaan administrasi pembangunan di Negara

berkembang.?

2) Masalah masalah administrasi pembangunan apa sajakah yang ada di

negara berkembang.?

1.3 Tujuan Penulisan

1) Mengetahui keadaan administrasi pembangunan di Negara

berkembang.?

2) Mengetahui masalah administrasi pembangunan yang ada

dinegaraberkembang.!
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Administrasi pembangunan

Seperti yang diakui oleh Kristiadi (1994) bahwa administrasi

pembangunan sebenar merupakan salah satu paradigma admnistrasi negara yaitu

paradigma yg berkembang setelah ilmu administrasi negara sebagai ilmu

administrasi pada sekitar tahun 1970. Mengacu dari kerangka perkembangan

administrasi pembangunan seperti tersebut di atas Kristiadi memberi pengertian

tentang Administrasi Pembangunan adl “Administrasi Negara yg mampu

mendorong kearah proses perubahan dan pembaharuan serta penyesuaian”. Oleh

krn itu administrasi pembangunan juga merupakan pendukung perencanaan dan

implementasinya.

Masalah yg serius dihadapi oleh negara-negara berkembang adl lemah

kemampuan birokrasi dalam menyelenggarakan pembangunan. Dari latar

belakang ini maka administrasi pembangunan yg berkembang di negara-negara

sedang berkembang memiliki perbedaan ruang lingkup dan karakteristik dgn

negara-negara yg telah maju. Dasar inilah Bintoro Tjokroamidjojo (1995)

mengemukakan bahwa administrasi pembangunan mempunyai tiga fungsi:

 Pertama penyusunan kebijaksanaan penyempurnaan administrasi negara

yg meliputi: upaya penyempurnaan organisasi pembinaan lembaga yg


diperlukan kepegawaian dan pengurusan sarana-sarana administrasi

lainnya. Ini disebut the development of administration (pembangunan

administrasi)yg kemudian lebih dikenal dengan istilah “œAdministrative

Reform”(reformasi admnistrasi).

 Kedua perumusan kebijaksanaan kebijaksanaan dan program-programa

pembangunan di berbagai bidang serta pelaksanaan secara efektif. Ini

disebut the administration of development (Administrasi utk

pembangunan). Administrasi utk pembangunan (the development of

administration) dapat dibagi atas dua; yaitu; (a) Perumusan kebijaksanaan

pembangunan (b) pelaksanaan kebijaksanaan pembangunan secara

efektif.

 Ketiga pencapaian tujuan-tujuan pembangunan tak mungkin terlaksana

dari hasil kegiatan pemerintahan saja. Faktor yang lebih penting adl

membangun partisipasi masyarakat.

Seperti yang diuraikan di atas bahwa administrasi pembangunan adalah

administrasi negara yg cocok diterapkan di negara-negara yang sedang

berkembang namun Bintoro Tjokroamidjojo membedakan bahwa administrasi

pembangunan lebih banyak memberika perhatian terhadap lingkungan yg

berbeda-beda terutama lingkungan masyarakat yang baru berkembang.

Sedangkan administrasi pembangunan berperan aktif dan berkempentingan


terhadap tujuan-tujuan pembangunan sedangkan dalam ilmu administrasi negara

bersifat netral terhadap tujuan-tujuan pembangunan. Administrasi pembangunan

berorientasi pada upaya yang mendorong perubahan-perubahan kearah ke

keadaan yang lebih baik dan berorientasi mada depan sedangkan ilmu

administrasi Negara lbh menekankan pada pelaksanaan kegiatan secara

efektif/tertib efisien pada masing-masing unit pemerintahan.

Administrasi pembangunan berorientasi pada pelaksanaan tugas-tugas

pembangunan yaitu kemampuan merumuskan kebijakan pembangunan

sedangkan ilmu administrasi negara lbh menekankan pada tugas-tugas rutin

dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Administrasi pembangunan

mengaitkan diri dgn substansi perumusan kebijaksanaan dan pelaksanaan tujuan-

tujuan pembangunan diberbagai bidang Ilmu administrasi negara lebih

memperhatikan pada kerapihan/ketertiban aparatur administrasi sendiri.

Administrator pada administrasi pembangunan merupakan penggeraka

perubahan (change agent) sedangkan administrator pada administrasi

pembangunan berorientasi pada lingkungan kegiatan dan pemecahan masalah

sedangkan pada administrasi negara lebih bersifat legalitas. Administrasi

pembangunan berkembang karena adanya kebutuhan di negara – negara yang

sedang membangun untuk mengembangkan lembaga –lembaga dan pranata –

pranata social, politik, dan ekonominya, agar pembangunan dapat berhasil. Oleh

karena itu, pada dasarnya administrasi pembangunan adalah bidang studi yang
mempelajari system administrasi negara di negara yang sedang membangun serta

upaya untuk meningkatkan kemampuannya. Dari sudut praktik, administrasi

pembangunan merangkum dua kegiatan besar dalam satu pengertian, yakni

administrasi dan pembangunan. Oleh karena itu, untuk memahami administrasi

pembangunan perlu dipelajari hakikat administrasi, yaitu administrasi negara

atau administrasi publik, dan hakikat pembangunan. Dengan demikian kajian

mengenai konsep administrasi pembangunan harus dimulai dengan teori – teori

dalam ilmu administrasi, yaitu mengenai administrasi negara dan berbagai

konsep pembangunan. Untuk itu, yang pertama kaan dilakukan adalah mengupas

berbagai konsep pembangunan, yang mencerminkan pergeseran paradigm

pembangunan menuju ke arah makin terpusatnya pembangunan pada aspek –

aspek manusia dan nilai – nilai kemanusiaan.

Perkembangan paradigma dalam pemikiran – pemikiran mengenai

pembangunan itu, ternyata selain menunjukkan konvergensi dengan pemikiran

yang berkembang dalam ilmu administrasi, juga makin mengarah pada manusia

dan nilai – nilai kemanusiaan serta konsep – konsep pemerataan dan keadilan

social. Administrasi pembangunan dengan demikian memiliki nilai – nilai yang

dikandung dalam administrasi dan pembangunan dengan paradigma yang

sejalan, di mana peranan etika menjadi makin tampil sebagai aspek yang penting

dalam kebijaksanaan – kebijaksanaan pembangunan yang menjadi ruang lingkup

tanggung jawab administrasi pembangunan. Dalam telaah administrasi


pembangunan dibedakan adanya dua pengertian, yaitu administrasi bagi

pembangunan dan pembangunan administrasi itu sendiri. Untuk membahas

administrasi bagi pembangunan, dalam konteks ini digunakan pendekatan

manajemen. Karena itu, pada dasarnya dapat dikatakan bahwa masalah

administrasi bagi pembangunan adalah masalah manajemen pembangunan.

Sedangkan untuk menerangkan pembangunan administrasi akan digunakan

pendekatan organisasi.

Manajemen pembangunan adalah manajemen publik dengan cirri – cirri

yang khas, seperti juga administrasi publik (negara) dengan kekhasan tertentu.

Studi mengenai manajemen telah banyak mengalami perkembangan, namun teori

pokoknya tidak berubah. Sekurang – kurangnya ada tiga kegiatan besar yang

dilakukan oleh amanjemen, yakni perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.

Kendati demikian, pengkajian mengenai fungsi – fungsi manajemen dapat

dikembangkan secara bervariasi sesuai kebutuhan. Untuk analisis manajemen

pembangunan dikenal beberapa fungsi yang cukup nyata (distinct), yakni :

perencanaan, pengerahan (mobilisasi) sumber daya, pengerahan pembangunan

yang ditangani langsung oleh pemerintah, koordinasi, pemantauan dan evaluasi

dan pengawasan. Pendekatan terhadap fungsi – fungsi tersebut dilengkapi

dengan peran informasi yang amat penting sebagai instrumen atau perangkat

bagi manajemen.
Pendekatan terhadap kajian pembangunan atau pembaharuan administrasi

dapat dilakukan dari sisi administrasi sebagai organisasi pemerintahan. Fokus

dari system administrasi negara sebagai unit analisis cenderung terkonsentrasi

kepada birokrasi, baik sebagai institusi nasional maupun dalam hubungan dengan

lingkungannya.Birokrasi yang dimaksud disini adalah tingkatan nasional dari

administrasi, yang memperlihatkan cirri – cirri umum (overall) yang

mempengaruhi pelayanan publik serta pengelolaan pembangunan social ekonomi

di negara berkembang. Studi awal mengenai analisis administrasi dalam

perkembangannya, kira – kira counterpart teori Rostow di bidang ekonomi,

diberikan oleh Riggs (1964). Ia menggambarkan taraf – taraf perkembangan

administrasi mulai dari tingkat terbelakang sampai yang paling maju, dengan

teori yang dikenal sebagai the theory of prismatic society.

2.2 Keadaan administrasi dinegara bekembang

Untuk mewujudkannya diselenggarakan pembangunan adminstrasi

(administrative development), atau pembaharuan administrasi (administrative

reform). Keduanya sering kali tidak terlalu dibedakan dan menyangkut perubahan

ke arah perbaikan, namun dapat dikatakan bahwa pembangunan administrasi

(seperti juga stilah administrasi pembangunan) pada umumnya digunakan untuk

Negara berkembang, sedangkan pembaharuan administrasi tidak dilakukan hanya

di negara \ berkembang, tetapi juga dapat diterapkan di Negara yang berarti dari
keadaan tidak ada atau amat buruk, dengan memperbaharui yang tidak perlu dari

keadaan tidak ada atau amat buruk. Untuk mengetahui pembangunan administrasi

dibutuhkan perlu ditelusuri keadaan administrasi di negara berkembang pada

umumnya. Dengan sendirinya negara berkembang tersebut luas kategorinya, dari

yang sangat terbelakang (least developed) seperti banyak negara di Afrika, sampai

yang sudah mendekati tahap maju seperti beberapa negara yang sekarang sudah

disebut negara industri baru, misalnya Malaysia, Thailand, dan sebagian negara di

Amerika Selatan. Tingkat perkembangan administrasi di negara – negara

berkembang dipengaruhi oleh berbagai faktof yang dapat disebut sebagai

lingkungan adminisrasi. Lingkungan administrasi meliputi kondisi negara dan

bangsa yang bersangkutan di bidang politik, ekonomi dan sosial.

Di bidang politik, lingkungan administrasi meliputi sistem politik yang

dianut, keterkaitan antara administrasi dengan pemegang kedaulatan dan kekuatan

– kekuatan politik, partisipasi masyarakat dalam prosespolitik, derajat

keterbukaan dan kebebasan mengeluarkan pendapat dan berserikat, kedudukan

dan kekuatan hukum, serta perkembangan budaya dan kelembagaan politik pada

umumnya. Dengan berbagai indikasi tersebut dapat digambarkan lingkungan

administrasi dalam bidang politik.

Di bidang ekonomi, tercermin dalam sistem ekonomi yang dianut, apakah

ekonomi terbuka dan tertutup, ekonomi pasar atau


ekonomi yang didominasi oleh pemerintah, tingkat perkembangan ekonomi yang

diukur dari tingkat pendapatan atau perkembangan struktur produksi dan

ketenagakerjaan, tingkat pertumbuhan, kemantapan atau stabilitas ekonomi;

tingkat kesejahteraan atau pemerataan pendapatan, perkembangan kelembagaan

ekonomi, serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Di bidang sosial, banyak indikator yang telah dikembangkan di bidang

pendidikan,s eperti tingkat melek huruf dan partisipasi pendidikan di berbagai

jenjang pendidikan; di bidang kesehatan, speerti usai harapan hidup, tingkat

mortalitas ibu yang melahirkan atau bayi yang dilahirkan, derajat gizi masyarakat,

kehidupan keagamaan, di bidang kependudukan seperti pertambahan penduduk

dan distribusi kependudukan menurut berbagai ukuran antara lain gender, spasial,

suia dan sebagainya; perkembangan kelembagaan sosial budaya; serta aspek

aspek sosial budaya lain yang luas seperti nilai – nilai budaya tradisional dan

modern, antara lain sikap terhadap (etos) kerja, kedisiplinan, dan lain sebagainya.

Riggs mengemukakan suatu teori yang dikenal sebagai the theory of prismatic

society, di mana ia menempatkan fase transisi dalam perkembangan suatu

masyarakat sebagai prismatic society, yang apabila ditarik garis linear terletak

antara apa yang dinamakan sebagai fused society untuk masyarakat tradisional

dan diffracted society untuk masyarakat yang lebih maju. Istilah – istilah tersebut

dipinjamnya dari ilmu pengetahuan eksakta, khususnya ilmu fisika dengan

menggunakan sifat – sifat yang dimiliki suatu prisma terhadap cahaya. Model
birokrasi pada masyarakat yang prismatis disebutnya sebagai bureau atau sala

model dan untuk masayrkaat tradisional atau fused society model administrasinya

disebut chamber, sedangkan untuk masyarkaat yang telah maju atau diffracted

diberinya istilah office. Riggs melandaskan teorinya itu atas dasar tingkatan

fungsionalisasi yang telah berkembang di dalam suatu masyarakat.

Di dalam fused society, fungsi – fungsi tersebut masih terpusat dan sistem

organisasinya belum berkembang,sedangkan di dalam diffracted society fungsi –

fungsi tersebut telah terpencar dan organisasinya telah berkembang. Model prisma

menunjukkan masa transisi dan berada di antaranya, dan merupakan model dari

birokrasi di banyak negara berkembang. Menurut Heady (1995) untuk

kepentingan kajian mengenai pembangunan administrasi ada baiknya dipelahjari

gambaran wajah (features) administrasi yang bersifat umum (common) di negara

berkembang. Heady menunjukkan ada lima ciri administrasi yang indikasinya

diketemukan secara umum di banyak negara berkembang. Pertama, pola dasar

(basic pattern) administrasi publik atau administrasi negara bersifat jiplakan

(imitative) daripada asli (indigenous). Negara – negara berkembang, baik negara

yang pernah dijajah bangsa Barat maupun tidak, cenderung meniru system

administrasi Barat. Negara yang pernah dijajah pada umumnya mengikuti pola

negara yang menjajahnya. Kingsley seperti dikutip oleh Heady menyatakan

bahwa di negara bekas jajahan, pengorganisasian jawatan – jawatan, perilaku


birokrat, bahkan penampilannya mengikuti karakteristik penjajahnya, dan

merupakan kelanjutan dari administrasi kolonial.

 Kesatu, Adminisrtasi kolonial itu sendiri diterapkan hanya did aerah

jajahan dan tidak di negara asalnya sendiri. Sehingga, berbeda dengan

administrasi di negara penjajahnya, administrasi colonial bersifat elitis,

otoriter, menjauh (aloof) atau jauh dari masyarakat dan lingkungannya,

serta paternalistik. Pola administrasi kolonial ini diwarisi oleh administrasi

di negara – negara yang baru merdeka bahkan sampai sekarang masih

menjadi ciri birokrasi di banyak Negara berkembang.

 Kedua, birokrasi di negara berkembang kekurangan (deficient) sumber

daya manusia terampil untuk menyelenggarakan pembangunan.

Kekurangan ini bukan dalam arti jumlah tetapi kualitas. Dalam jumlah

justru sebaliknya, birokrasi di negara berkembang mengerjakan orang

lebih dari yang diperlukan (overstaffed). Yang justru kurang adalah

administrator yang terlatih, dengan kapasitas manajemen (management

capacity), keterampilan – keterampilan pembangunan(development skills),

dan penguasaan teknis (technical competence) yang memadai. Pada

umumnya keadaan ini mencerminkan kondisi atau taraf pendidikan suatu

negara. Namun, tidak selalu berarti terkait dengan kurangnya fasilitas

pendidikan atau orang – orang yang berijasah. Heady menunjukkan kasus

India dan Mesir, yang memiliki banyak tenaga berpendidikan tinggi, tetapi
menganggur. Dari data yang kita ketahui keadaan itu juga berlaku di

Indonesia dewasa ini (Kartasasmita, 1995f). Kondisi yang demikian, yakni

pengangguran orang berpendidikan cukup tinggi, seringkali disebabkan

oleh pendidikan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pembangunan atau

dihasilkan oleh lembaga pendidikan yang tidak berkualitas (marginal

institutions).

 Ketiga, birokrasi lebih berorientasi kepada hal-hal lain dari pada

mengarah kepada yang benar-benar menghasilkan (production directed).

Dengan kata lain, birokrat lebih berusaha mewujudkan tujuan pribadinya

dibanding pencapaian sasaran-sasaran program. Riggs (1964)

menyatakannya sebagai preferensi birokrat atas kemanfaatan pribadi

(personal expediency) ketimbang kepentingan masyarakat (public-

principled interest). Dari sifat seperti ini lahir nepotisme, penyalahgunaan

kewenangan, korupsi, dan berbagai penyakit birokrasi, yang menyebabkan

aparat birokrasi dinegara berkembang pada umumnya memiliki

kredibilitas yang rendah, dan dianggap tidak mengenal etika. Dibanyak

Negara berkembang, korupsi telah merajalela sedemikian rupa sehigga

menjadi fenomena yang sangat prevalent dan diterima sebagai sesuatu

yang wajar, atau menurut istilah Heady sanctioned by social mores dan

semi institutionalized.
 Keempat, adanya kesenjangan yang lebar antara apa yang dinyatakan atau

yang hendak ditampilkan dengan kenyataan (discrepency between form

and reality). Riggs (1964) menyebutkan fenomena umum ini sebagai

formalisme, yaitu gejala yang lebih berpegang kepada wujud-wujud dan

ekspresi-ekspresi formal disbanding yang sesungguhnya terjadi. Hal ini

tercermin dalam penetapan perundang-perundangan yang tidak mungkin

dilaksanakan, peraturanperaturan yang dilanggar sendiri oleh yang

menetapkan, memusatkan kekuasaan meskipun resminya ada

desentralisasi dan pendelegasian kewenangan, melaporkan hal yang baik-

baik dan tidak mengetengahkan keadaan yang tidak baik atau masalah

yang sesungguhnya dihadapi. Bahkan tidak jarang memalsukan atau

memanipulasi data untuk memberi gambaran yang menguntungkan.

 Kelima, birokrasi dinegara berkembang acap kali bersifat otonom, artinya

lepas dari proses politik dan dengawasan masyarakat. Ciri ini merupakan

warisan administrasi kolonial yang memerintah secara absolut, ataus ikap

feodal dalam zaman kolonial yang terus hidup dan berlanjut setelah

merdeka. dibanyak negara berkembang, pada awalnya orang yang paling

terpelajar atau elite bangsa yang bersangkutan memang berkumpul di

birokrasi, sehingga kelompok di luar itu sulit dapat menandingi birokrasi

dalam pengetahuan mengenai pemerintahan dan akibatnya pengawasan

menjasi tidak efektif.


Terhadap analisis dari Heady ini dapat ditambahkan dua karakteristik hasil

pengamatan Wallis (1989). Pertama , dibanyak negara berkembang birokrasi

sangat dan makin bertambah birokratik. Departemendepartemen, badan-badan,

dan lembaga-lembaga birokrasi berkembang terus. Juga berkembang dan berperan

besar badan-badan para-statal yakni badan-badan usaha negara, yang umumnya

bekerja tidak efisien. Kedua, unsur – unsur nonbirokratik sangat berpengaruh

terhadap birokrasi. Misalnya hubungan keluarga dan hubungan – hubungan

primordial lain, seperti suku dan agama, dan keterkaitan politik (political

connections) mempengaruhi birokrasi, yang sangat bertentangan dengan asas

birokrasi yang baik.

2.3 Masalah masalah administrasi pembangunan di Negara berkembang

Perbandingan pendapatan per kapita diantara berbagai negra telah

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang besar dalam taraf kemakmuran

Negara maju dan Negara berkembang. Beberapa Negara yang dulunya tergolong

relative miskin sekarang memang telah menjadi Negara makmur dan tidak lama

lagi akan tergolong sebagai Negara berpendapatan tinggi, misalnya di Asia

Malaysia, Taiwan, Korea Selatan dan Thailand.

Ahli-ahli ekonomi telah banyak membuat analisis untuk mengetahui

factor-faktor yang menjadi penghambat penting kepada usaha mempercepat


pembangunan dinegara-negra tersebut. Kegiatan pertanian tradisional, kekurangan

modal dan tenaga ahli, perkembangan penduduk yang pesat merupakan beberapa

factor penting yang menghalangi berbagai Negara untuk berkembang lebih cepat.

Pertanian Tradisional Kekurangan modal, pengetahuan , infrastruktur

pertanian dan aplikasi teknologi modern dalam kegi atan pertanian menyebabkan

sector ini tingkat produktivitasnya sangat rendah dan seterusnya mengakibatkan

tingkat pendapatan petani yang tidak banyak bedanya dengan pendapatan pada

tingkat subsistem. Dinegara-negara maju, sumbangan relatif sector pertanian

kepada pendapatan nasional kecil, tetapi pada waktu yang sama jumlah penduduk

yang bekerja disektor ini juga relative kecil. Namun demikian mereka mampu

mengeluarkan hasil-hasil pertanian yang melebihi kebutuhan keseluruhan

penduduknya. Salah satu faktor penting yang menimbulkan keadaan ini adalah

penggunaan teknologi modern disektor pertanian. Keadaan yang dijumpai di

sector pertanian negarnegar berkembang sangat berbeda sekali. Dibanyak Negara

berkembang lebih setengah dari penduduknya berada disektor pertanian, masalah

pengangguran tak kentara banyak dijumpai disektor ini. Cara bercocok tanam

masih tradisional, penggunaan input pertanian modern sangat terbatas, dan alat-

alat pertanian yang digunakan masih tradisional. Semuanya ini menyebabkan

tingkat produktivitas sector tersebut masih sangat rendah dan merupakan faktor

penting yang menimbulkan pendapatan yang rendah dan masalah kemiskinan

yang meluas.
Kekurangan Dana Modal dan Modal Fiskal Salah satu syarat penting

yang perlu dilakukan dalam mengembangkan suatu perekonomian adalah

mewujudkan modernisasi dalam segala bidang ekonomi yaitu modernisasi

disektor pertanian sendiri, mengembangkan kegiatan industri dan modernisasi

dalam pemerintahan. Kekurangan modal adalah satu ciri penting dari setiap

negara yang memulai pembangunannya dan kekurangan ini bukan saja

mengurangi kepesatan pembangunan perekonomian yang dapat dilaksanakan,

tetapi juga menyebabkan kesukaran kepada Negara tersebut untuk keluar dari

keadaan kemiskinan. Perkembangan dan modernisasi suatu perekonomian

memerlukan modal yang sangat banyak. Infrastruktur harus dibangun, sistem

pendidikan harus dikembangkan dan kegiatan pemerintahan harus diperluas. Dan

yang lebih penting lagi berbagai jenis kegiatan perusahaan dan industry modern

harus dikembangkan . Ini berarti pihak pemerintah dan swasta memerlukan modal

yang banyak untuk mewujudkan modernisasi diberbagai kegiatan ekonomi.

Peranan Tenaga terampil dan berpendidkan Tersedianya modal saja tidak cukup

untuk memoderkan suatu perekonomian. Pelaksana pemoderan tersebut harus ada.

Dengan kata lain, diperlukan berbagai golongan tenaga kerja yang terdidik.

Perkembangan system pendidikan merupakan suatu langkah yang harus

dilaksanakan pada waktu usaha pembangunan mulai dilakukan. Disamping itu

mereka memerlukan pengalaman untuk dapat menjalankan operasi kegiatan

modern tersebut secara efisien.


Perkembangan penduduk Pesat Mengenai sifat penduduk negara-negara

berkembang, terdapat dua cirri penting yang menimbulkan efek yang buruk

kepada usaha pembangunan yaitu 1) dibeberapa Negara jumlah penduduknya

relative besar dan 2) tingkat perkembangan penduduk sangat cepat.

Dalam tahun 1950 jumlah penduduk dunia sekitar 2,5 milyar dan pada

permulaan abad 21 ditaksir berjumlah 6,5 milyar. Kirakira tiga per empat dari

penduduk dunia berada di negar-negara berkembang. Ini berarti negar-negra

berkembang pada keseluruhannya menghadapi masalah yang sangat besar dalam

membangun perekonomian. Masalah institusi, sosial, kebudayaan dan politik

Perkembangan ekonomi yang pesat memerlukan situasi politik.

Dibebrapa Negara berkembang keadaan ini tidak terwujud. Pertentangan di

golongan etnik didalam negeri, pertentangan dengan Negara tetangga adalah hal-

hal yang menghambat pembangunan. Faktor-faktor social dan kebudayaan juga

pengaruhnya kepada masyarakat. Cara hidup dan berpikr yang tradisional

seringkali menyebabkan masyarakat tidak bertindak secara rasional. Ini

selanjutnya seringkali menyebabkan efek buruk kepada pertumbuhan ekonomi.

Berbagai bentuk perubahan institusional adalah penting untuk mempercepat dan

mempertinggi efisiensi pembangunan ekonomi. Sistem bank dan istitusi-institusi

keuangan modern perlu dikembangkan. Perkembangan institusi keuangan akan

menjamin efisiensi pengaliran tabungan dari sector rumah tangga ke para

investor.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pembangunan sering dikaitkan dengan modernisasi dan industrialisasi.

Seperti dikatakan Gouled (1977), ketiga-tiganya menyangkut proses perubahan.

Pembangunan adalah salah satu bentuk My Favorite perubahan sosial,

modernisasi adalah suatu bentuk khusus (special case) dari pembangunan, dan

industrialisasi adalah salah satu segi (a single facet) dari pembangunan. Dari

pengertian ini, dapat disimpulkan bahwa pembangunan lebih luas sifatnya dari

pada modernisasi, dan modernisasi lebih luas dari pada industrialisasi. Seperti

dikatakan Ruatow (1967), modernisasi adalah proses yang mencakup

perubahanperubahan yang spesifik, termasuk industrialisasi, yang menunjukkan

pengusaan yang leih luas atas alam melalui kerjasama


DAFTAR PUSTAKA

http://erhynugroho.blogspot.com

http://beritaislamimasakini.com/

Kartaasmita, Ginanjar.perkembangan pemikiran dan praktek administrasi

pembangunan.1997.PT. Pustaka LP3ES Indonesia,

Anda mungkin juga menyukai