Oleh:
Agib Ammar Kahar Bella
(105611110822)
Astia pratiwi
(105611112022)
A.Ahmad Sarihul Hizab
(105611111922)
Pada kesempataan ini tak lupa penulis menghanturkan ucapan terima kasih kepada Bapak
Dr. Abdi ,M.Pd selaku dosen mata pelajaran Management Pelayanan Publik yang telah
memberikan arahan serta bimbingan, dan juga kepada semua pihak yang telah membantu
baik langsung maupun tidak langsung dalam penulisan makalah ini.
Apapun yang penyusun sajikan dalam laporan ini merupakan hasil maksimal yang telah
penyusun usahakan, dan penyusun juga menyadari laporan ini masih banyak terdapat
kekurangan, hal itu dikarenakan terbatasnya ilmu pengetahuan yang penyusun miliki.
Penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang positif dan dari semua pihak agar
makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna untuk menentukan langkah-langkah
yang akan datang dan semoga memberikan manfaat bagi penyusun dan para pembaca
umumnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan......................................................................................................3
BAB II..............................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................7
BAB IV ............................................................................................................................16
A. Kesimpulan................................................................................................16
B. Saran..........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep New Public Management (NPM) merupakan isu penting dalam
reformasi sektor publik. Konsep NPM juga memiliki keterkaitan dengan
permasalahan manajemen kinerja sektor publik karena pengukuran kinerja
menjadi salah satu prinsip NPM yang utama. Perdebatan tentang kinerja
administrasi publik di seluruh dunia selalu ditandai dengan ketidak puasan.
Kecenderungan birokrasi dan birokratisasi pada masyarakat modern benar-benar
dipandang memprihatinkan, sehingga digambarkan adanya ramalan mengenai
makin menggejalanya dan berkembangnya praktek-praktek birokrasi yang paling
rasional pun tidak bisa dianggap sebagai berita yang menggembirakan,
melainkan merupakan malapetaka dan bencana baru yang menakutkan (Blau dan
Meyer, 2000: 3).
1
direalisasikan di hampir seluruh negara. Sistem ini dikembangkan di wilayah
anglo Amerika sejak paruh kedua tahun 80-an dan telah mencapai status sangat
tinggi khususnya di Selandia Baru. Perusahaan-perusahaan umum diprivatisasi,
pasar tenaga kerja umum dan swasta dideregulasi dan dilakukan pemisahan yang
jelas antara penetapan strategis wewenang negara oleh lembaga-lembaga politik
(Apa yang dilakukan negara) dan pelaksanaan operasional wewenang oleh
administrasi (pemerintah) dan oleh badan penanggung jawab yang independen
atau swasta (Bagaimana wewenang dilaksanakan). Administrasi dan badan
penanggungjawab melaksanakan tugas yang diserahkan oleh negara atas dasar
perumusan “visi dan misi ” secara kuantitatif dan kualitatif.
Di masa lalu, jabatan dalam pemerintahan selalu menjadi wadah bagi yang
berkuasa untuk menciptakan lapangan kerja bagi aktivitas partai dan karena itu,
jabatan dalam pemerintahan selalu tak pernah lowong. Oleh karenanya, sangat
mungkin setelah dilakukan analisa terhadap kebutuhan akan lapangan kerja
untuk layanan-layanan yang dihasilkan selama ini, jumlah lapangan kerja yang
dibutuhkan jelas berada di bawah angka riilnya. Jika sudah begini, ada dua
pilihan yang tersisa: mengurangi jumlah personal( melakukan PHK masal) secara
politis tidak akan bisa berhasil, atau mencoba meningkatkan cakupan layanan
secara signifikan dengan jumlah karyawan yang ada. Andai pilihan kedua ini
yang diambil, maka sangat mungkin harus dilakukan investasi besar di bidang
pendidikan dan peningkatan kualifikasi. Rintangan implementasi New Publik
Management adalah terlalu banyaknya regulasi yang tak jelas dan diterapkan
secara semena-mena.
2
munculnya kekuasaan otoriter, maka penerapan System administrasi yang
menunjukkan hasil konkret sangatlah mendesak.
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan New Public Management dan Latar Belakang
Munculnya Teori NPM ?
C. Tujuan Penulisan
3
BAB II
KAJIAN TEORITIK
4
B. Pengertian Pelayanan Publik
1. Menurut Lijan Poltak S (2006:5), istilah publik berasal dari bahas
Inggris public yang berarti umum, masyarakat, negara. Kata public
sebenarnya sudah diterima menjadi Bahasa Indonesia Baku
menjadi Publik yang berarti umum, orang banyak dan ramai.
Berdasarkan pemaparan yang dikemukakan di atas, maka publik
dapat didefinisikan sebagai masyarakat luas atau umum.
Istilah pelayanan umum di Indonesia seringkali diidentikkan
dengan pelayanan publik sebagai terjemahan dari pubic service Di
Indonesia, konsepsi pelayanan administrasi pemerintahan
seringkali digunakan secara bersama-sama atau dipakai sebagai
sinomin dari konsepsi pelayanan perizinan.
2. Menurut AG. Subarsono seperti yang dikutip oleh Agus Dwiyanto
(2005:141) Pelayanan publik didefinisikan sebagai serangkaian
aktivitas yang dilakukan oleh birokrasi publik untuk memenuhi
kebutuhan warga pengguna. Pengguna yang dimaksud disini adalah
warga negara yang membutuhkan pelayanan publik, seperti
pembuatan KTP, akta kelahiran, akta nikah, akta kematian,
sertifikat.
3. Menurut Sumaryani (2010:70-71) Secara operasional, pelayanan
publik yang diberikan kepada masyarakat dapat dibedakan dalam
dua kelompok besar yaitu; Pertama, pelayanan publik yang
diberikan tanpa memperhatikan orang perseorangan, tetapi
keperluan masyarakat secara umum yang meliputi penyediaan
sarana dan prasarana transportasi, penyediaan pusat-pusat
kesehatan, pembangunan lembaga-lembaga pendidikan,
pemeliharaan keamanan, dan lain sebagainya; Kedua, pelayanan
yang diberikan secara orang perseorangan yang meliputi kartu
penduduk dan surat-surat lainnya.
4. Menurut Mahmudi (2007: 128) Mengatakan bahwa pelayanan
publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh
5
penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya, pemenuhan
kebutuhan publik dan pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
5. Menurut Moenir (2015: 26) Bahwa pelayanan umun adalah
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
dengan landasan faktor melalui sistem, prosedur dan metode
tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain
sesuai haknya. Hakikatnya pelayanan publik adalah pemberian
pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan
kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat.
6
BAB III
PEMBAHASAN
7
b. Adanya dorongan yang kuat untuk mengganti tipe birokrasi klasik yang kaku
menuju kondisi organisasi publik, kepegawaian, dan pekerjaan ke arah yang
lebih fleksibel.
c. Perlunya menetapkan tujuan organisasi dan pribadi secara lebih jelas dan
ditetapkannya tolak ukur keberhasilan kinerja melalui indikator kerja.
8
C. Konsep New Public Management
Tulisan tentang NPM dimulai pada awal tahun 80-an yang merefleksikan
gabungan antara prinsip normative dan usaha dalam melakukan mapping
pengembangan institusional pada tingkat deskriptif (Hood dan Peter, 2004).
Menurut Hood (1991) walaupun beberapa penulis NPM menekankan pada aspek
yang berbeda mengenai doktrin NPM, tetapi sebenarnya kalau diringkas ada
tujuh aspek. Konsep New Public Management pada dasarnya mengandung tujuh
aspek utama, yaitu:
9
2. Pemerintahan milik masyarakat; Menekankan adanya kontrol dari
masyarakat sebagai akibat dari pemberdayaan yang diberikan pemerintah.
Sehingga masyarakat lebih mampu dan kreatif dalam menyelesaikan
masalahnya, tanpa bergantung pada pemerintah. Akhirnya masyarakat
melayani diri mereka sendiri bukan lagi pemerintah yang melakukannya,
namun pemerintah tetap memastikan masyarakat memperoleh pelayanan
dasar mereka. Dengan adanya kontrol dari masyarakat, pegawai negeri akan
memiliki komitmen yang lebih baik, lebih peduli, dan lebih kreatif dalam
memecahkan masalah.
10
melihat perkembangan kebutuhan masyarakat, yang akhirnya pemerintahan
menjadi efektif dan efisien.
11
E. Kritik dan Masalah Terhadap Penerapan New Public Management
Akibatnya :
12
F. New Public Management di Indonesia
Mulai tahun 1990-an ilmu administrasi publik mengenalkan paradigma baru
yang sering disebut New Public Management\/NPM (Hood, 1991). Walaupun
juga disebut dengan nama lain misalnya Post-bureaucratic Paradigma (Barzeley,
1992), dan Reinventing Government (Osborne dan Gaebler, 1992), tetapi secara
umum disebut NPM karena berangkat dari gagasan Christopher Hood sebagai
awal mula paradigma alternatif. Paradigma ini menekankan pada perubahan
perilaku pemerintah menjadi lebih efektif dan efisien dengan prinsip The
Invisible Hand-nya Adam Smith. Yaitu mengurangi peran pemerintah, membuka
peran swasta, dan pemerintah lebih berfokus pada kepentingan publik yang luas.
Tentu saja paradigma baru ini tidak lepas dari kritik. Di antaranya kapitalisme
dalam sektor publik dan kekhawatiran akan menggerus idealisme pelayanan
publik.
NPM menurut Kamensky dalam Denhardt & Denhardt didasarkan pada public
choice theory. Teori ini menekankan pada kemampuan individu seseorang
dibandingkan dengan kemampuan publik secara bersama-sama. Lebih lanjut
Kamensky mengutarakan “public choice theories have tended to reject concepts
like ‘public spirit’, ‘public service’, and so forth. And these are not ideas we can
afford to ignore in a democratic society”. Dengan demikian penerapan NPM
sulit untuk diterapkan di Indonesia sebagai salah satu negara demokrasi terbesar
di dunia.
Beberapa pihak berpendapat bahwa NPM tidak tepat diterapkan untuk negara-
negara berkembang. Dalam implementasinya mereka mengalami kesulitan.
Akibat adanya kecenderungan birokrasi yang masih sulit dihilangkan.
Pengadopsian model NPM yang dilakukan oleh negara berkembang ini apakah
memang benar-benar menjadikan lebih baik atukah hanya sekadar perubahan
luarnya saja. Kita perlu menilik sejauh mana efektivitas penerapan NPM di
negara-negara berkembang pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya.
Sebagai negara yang juga turut ingin berbenah Indonesia berusaha menerapkan
paradigma NPM tersebut. Meski ada sikap pesimis dari berbagai pihak mengenai
kesanggupan penerapannya. Salah satu yang menonjol adalah adanya reformasi
birokrasi di Departemen Keuangan dan Badan Pemeriksa Keuangan. Dalam
reformasinya kedua instansi ini berfokus pada pilar-pilar yang menjadi pokok
13
perubahan birokrasi, yaitu: kelembagaan\/ organisasi, proses bisnis, sumber daya
manusia, serta prasarana dan sarana. Tidak salah lagi, bahwa upaya ini dilakukan
untuk memperbaiki standar pelayanan umum yang diberikan kepada publik.
Dalam reformasi birokrasinya, sebagai penerapan dari NPM, baik Departemen
Keuangan maupun Badan Pemeriksa Keuangan menggunakan konsep Balance
Score Card, yaitu dengan membentuk strategi map dan Key Performance
Indicators (KPI) sebagai standar dan alat pengukuran kinerja. Bisa dikatakan
bahwa dalam konsepnya kedua instansi ini sukses. Hanya saja dalam
pelaksanaannya dirasa masih setengah hati.
Hal ini terlihat dari belum sinkronnya antara program dengan strategi yang
dibentuk. Juga antara program dengan KPI. Terlebih pada anggarannya pada
format DIPA. Hal ini saling berkaitan karena money follow functions. Ketika
strategi program beserta KPI-nya terbentuk secara rapi maka tentunya anggaran
akan mengikuti mekanisme tersebut.
Terlepas dari apa yang terjadi pada kedua instansi pemerintahan tersebut, dalam
ranah yang lebih luas, NPM ini telah dicoba diterapkan juga pada Pemerintahan
Daerah, yaitu sejalan dengan penerapan otonomi daerah di Indonesia mulai tahun
2004. Bisa dikatakan, bahwa penerapan NPM ini memberikan dampak positif
pada beberapa hal. Misalnya peningkatan efisiensi dan produktivitas kinerja
pemerintahan daerah, yang pada akhirnya mampu meningkatkan kualitas
pelayanan publik. Hal ini dapat dipahami melalui salah satu karakteristikNPM
yang menurut Christopher Hoods, yaitu menciptakan persaingan di sektor
publik. Sehingga, apa yang dilakukan oleh pemerintahan daerah adalah berusaha
bersaing untuk memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat, dan
pada gilirannya, publiklah yang diuntungkan atas upaya ini.
Namun, dalam banyak hal, sering kali pemerintah menerjemahkan NPM secara
salah dan kebablasan. Prinsip ‘Pemerintah Wirausaha’ atau Enterprising
Government sebagai salah satu prinsip NPM yang menyarankan kepada
pemerintah untuk berinovasi dalam menciptakan sumber-sumber pendapatan
baru diterjemahkan secara salah. Banyak pihak lupa bahwa prinsip-prinsip dalam
NPM harus diterapkan secara keseluruhan. Tidak bisa memilih-milih. Sehingga,
prinsip ‘Pemerintah yang Berorientasi pada Publik’ justru sering terlupakan. Hal
ini membawa dampak pada komersialisasi dan privatisasi kebablasan.
14
Di Indonesia ada beberapa hal yang menandakan karakteristik NPM yang telah
diterapkan di Depkeu dan BPK adalah (Anindita, 2009):
c. Pemecahan unit-unit kerja di sektor publik; Menurut saya hal ini sudah sejak
lama dilakukan oleh Depkeu juga BPK, yaitu adanya unit-unit kerja tingkat
eselon 1.
d. Menciptakan persaingan di sektor publik; Hal ini juga sudah dilakukan, yaitu
adanya mekanisme kontrak dan tender kompetitif dalam rangka penghematan
biaya dan peningkatan kualitas serta privatisasi, diatur dalam Keppres 80
tahun 2003.
15
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil nyata dari proses penerapan NPM mencakup lima aspek, yaitu : (1)saving,
(2) perbaikan proses, (3) perbaikan efisiensi, (4) peningkatan efektivitas, dan (5)
perbaikan sistem administrasi seperti peningkatan kapasitas, fleksibilitas dan
ketahanan.
Pelajaran penting yang dapat diambil dari NPM ini adalah bahwa pembangunan
birokrasi harus memperhatikan mekanisme pasar, mendorong kompetisi dan
kontrak untuk mencapai hasil, harus lebih responsif terhadap kebutuhan
pelanggan, harus lebih bersifat mengarahkan (steering) dari pada menjalankan
sendiri (rowing), harus melakukan deregulasi, memberdayakan para pelaksana
agar lebih kreatif, dan menekankan budaya organisasi yang lebih fleksibel,
inovatif, berjiwa wirausaha dan pencapaian hasil ketimbang budaya taat asas,
orientasi pada proses dan input (Rosenbloom & Kravchuck, 2005).
B. Saran
NPM harus dianggap sebagai sejumlah teknik yang terpisah, bukan sebagai
sebuah paket, untuk membantu negara-negara berkembang mengadopsi teknik-
teknik yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lokal mereka.
16
Disarankan bahwa prasyarat yang dianggap sebagai tahap persiapan sebelum
pelaksanaan pendekatan NPM. Negara-negara maju dan contoh sukses
menerapkan pendekatan NPM atas tahapan yang berbeda yang mengambil
dekade untuk mengambil efek. Oleh karena itu, negara-negara berkembang juga
harus mempertimbangkan rencana jangka panjang dimana prasyarat akan
dipenuhi terlebih dahulu sebelum pendekatan NPM relevan diterapkan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Sayidah, Nur dkk. (2015). Implementasi Konsep New Public Management di Dinas
Koperasi Danumkm Kota Surabaya. Jurnal Akuntansi & Auditing, Volume 12/No. 1,
3952. Retrieved from http://media.neliti.com/ 74079-ID-implementasi-konsep-new-
publicmanagemen
https://m.detik.com/news/opini/d-1273191/penerapan-new-public-management-
diindonesia-
http://nanda-transmisiselulur.blogspot.com/2013/11/contoh-makalah-new-
publicmanagement.html?m=1 http://miaanur.blogspot.com/2016/10/resume-new-public-
management.html?m=1
http://www.reserchgate.net//NPM_-_New_Public_Management_-_CRITICAL_REVIEW